Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN

SOMATOFORM
Royke Tony Kalalo

1
KULIAH PSIKIATRI DOKTER MUDA
MOTTO :

“Suburlah Tanahnya…
Suburlah Jiwanya…
Bangsanya Rakyatnya Semuanya

Sadarlah hatinya…
Sadarlah budinya…
Untuk Indonesia Raya”

(Supratman WR., 1928. Indonesia Raya Stanza 2) 2


TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Mampu melakukan diagnosis dan penatalaksanaan
gangguan somatoform secara holistik.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Menentukan ciri-ciri utama yang mengarah kepada diagnosis
gangguan somatoform dan diagnosis bandingnya.
2. Merencanakan dan melakukan penatalaksanaan gangguan
somatoform hingga tuntas.
3. Menentukan kondisi komorbiditas gangguan somatoform.
3
KONTRAK PEMBELAJARAN

4
BAHAN BELAJAR
1. WF Maramis dan AA Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
2. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III (PPPDGJ-III)
3. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
4. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran UNAIR Pemeriksaan
Psikiatri
5. Buku Ajar Psikiatri FK UI

5
BAHAN BELAJAR lainnya
Tambahan (terkait gangguan perkembangan pada anak dan remaja)
Buku cetak dan e-book : GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME (Airlangga University
Press) atau bisa di cek di Online Shop https://shopee.co.id/Gangguan-Spektrum-Autisme-
Materi-Modul-Psikoedukasi-untuk-Edukator-i.20909330.6416622079

6
REVIEW KULIAH SEBELUMNYA
1. Data Identitas 1. Deskripsi Umum
SUBJEKTIF 1. Penampilan
OBJEKTIF
2. Keluhan Utama
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
3. Riwayat Gangguan Sekarang 3. Sikap terhadap pemeriksa
1. Onset / awitan.
2. Faktor pencetus. 2. Sensorium dan Kognisi
4. Riwayat Gangguan dan Penyakit Dahulu 1. Kesadaran
1. Gangguan Psikiatrik. 2. Orientasi
2. Penyakit Medik dan Bedah. 3. Daya ingat
3. Penggunaan zat. 4. Atensi dan Konsentrasi
5. Riwayat Hidup 5. Membaca dan Menulis
1. Prenatal dan perinatal. 6. Visuospasial
2. Masa kanak awal (sampai usia 3 tahun). 7. Pikiran Abstrak
3. Masa kanak pertengahan (3 – 11 tahun). 8. Inteligensi dan Kemampuan Informasi
4. Masa kanak akhir (sejak pubertas hingga remaja). 9. Bakat Kreatif
5. Masa dewasa. 10. Kemampuan menolong diri sendir
1. Riwayat pekerjaan.
2. Riwayat hubungan dan perkawinan. 3. Mood dan Afek
3. Riwayat pendidikan.
4. Riwayat militer.
4. Pembicaraan
5. Riwayat kehidupan beragama. 5. Pikiran
6. Aktivitas sosial.
7. Situasi kehidupan sekarang. 6. Persepsi
8. Riwayat pelanggaran hukum. 7. Pengendalian impuls
6. Riwayat psikoseksual.
7. Riwayat keluarga. 8. Daya Nilai dan Tilikan
8. Mimpi dan fantasi. 9. Taraf dapat dipercaya 7
9. Nilai-nilai (sistem nilai yang dianut pasien)
IDENTIFIKASI DAN DIAGNOSIS
HIRARKI ASESMEN PLANNING
F0 GANGGUAN MENTAL ORGANIK
TERMASUK GANGGUAN MENTAL SIMPTOMATIK

F1 GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU


AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF

F2 SKIZOFRENIA, GANGGUAN SKIZOTIPAL,


GANGGUAN WAHAM (Gangguan Psikotik Non
Organik) 1. BIOLOGIK
F3 GANGGUAN SUASANA PERASAAN
(MOOD/AFEKTIF)
2. PSIKOLOGIK
F4 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN
YANG BERKAITAN DENGAN STRES DAN
GANGGUAN SOMATOFORM
3. SOSIAL
F5 SINDROMA PERILAKU YANG
BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN (sosio-kultur-
FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK spiritual)
F6 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN
PERILAKU MASA DEWASA
F7 RETARDASI MENTAL

F8 GANGGUAN PERKEMBANGAN
PSIKOLOGIS
F9 GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL
DENGAN ONSET BIASANYA PADA MASA KANAK 8

DAN REMAJA
F45 Gangguan Somatoform
(PPDGJ-III)
F45.0 Gangguan Somatisasi
F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci
F45.2 Gangguan Hipokondrik
F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform
F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya
F45.9 Gangguan Somatoform YTT
9
SOMATIC SYMPTOM & RELATED
DISORDER (DSM-5)
1. Somatic symptom disorder (F45.1)
2. Illness anxiety disorder (F45.21)
3. Conversion disorder (F44)
4. Psychological factors affecting other
medical conditions (F54)
5. Factitious disorder (F68.10)
10
F45 Gangguan Somatoform
(PPDGJ-III)
CIRI UTAMA :
1. gejala FISIK yang berulang
2. PERMINTAAN PEMERIKSAAN medis
3. sudah berkali-kali terbukti hasilnya NEGATIF

4. sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan


kelainan fisik
5. Seandainya ada gangguan fisik, maka gangguan
tersebut tidak menjelaskan gejala
6. pasien biasanya menolak upaya-upaya untuk
membahas kemungkinan adanya penyebab psikologis11
Diagnosis

F45 Gangguan Somatoform


(PPDGJ-III)
• sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik)
• Diagnosis Banding Untuk membedakan dengan waham-
waham hipokondrik
• Tak Termasuk:

gangguan disosiatif (F44.-), mencabut rambut (hair-plucking) (F98.4), menggigit


kuku (nail-biting) (F98.8), faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan
gangguan atau penyakit YDK (F54), disfungsi seksual yang bukan disebabkan oleh
gangguan atau penyakit organik (F52.-), mengisap jempol (F98.8), gangguan tic (
pada masa kanak dan remaja ) (F95.-), sindrom Tourette (F95.2), trikotilomania
(F63.3)
12
13
Diagnosis

F45.0 Gangguan Somatisasi


Pedoman Diagnostik Diagnosis pasti memerlukan SEMUA
hal berikut:

A. Ada banyak dan berbagai gejala fisik, yang sudah


berlangsung sekurangnya 2 tahun;
B. Selalu tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat
menjelaskan keluhan-keluhannya;
C. Terdapat hendaya dalam taraf tertentu dalam
berfungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak pada
perilakunya.
14
BERBAGAI GEJALA FISIK (DSM)
1. empat gejala nyeri: riwayat rasa sakit yang terkait dengan
setidaknya empat lokasi atau fungsi yang berbeda (misalnya, kepala,
perut, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, atau selama buang air kecil)
2. dua gejala pencernaan: riwayat setidaknya dua gejala
pencernaan selain rasa sakit (misalnya, mual, kembung, muntah selain
selama kehamilan, diare, atau intoleransi dari beberapa makanan yang
berbeda)
3. satu gejala seksual: riwayat setidaknya satu gejala seksual
atau reproduksi selain rasa sakit (masalah menstruasi, disfungsi ereksi
/ ejakulasi)
4. satu gejala pseudoneurologis: riwayat setidaknya satu
gejala atau defisit yang menunjukkan kondisi neurologis tidak terbatas
pada rasa sakit 15
Diagnosis

F45.0 Gangguan Somatisasi


DIAGNOSIS BANDING :
1. Gangguan fisik.
2. Gangguan afektif (depresif) dan anxietas : Onset dari
gejala somatik multipel setelah usia 40 tahun ada
kemungkinan merupakan manifestasi awal dari suatu
gangguan depresif primer

3. Gangguan hipokondrik*
4. Gangguan waham (seperti skizofrenia dengan waham
somatik, dan gangguan depresif dengan waham hipokondrik)

16
17
Diagnosis

F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci

1. Keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan


menetap,
2. gambaran klinis yang khas dan lengkap dari
gangguan somatisasi tidak terpenuhi,
3. Misalnya saja cara mengemukakan keluhan-
keluhan tidak dramatis dan tidak kuat, keluhan-
keluhannya tidak terlalu banyak, atau tidak ada
gangguan pada fungsi sosial dan fungsi keluarganya.
4. tidak boleh ada dasar fisik untuk keluhan-keluhannya
yang digunakan sebagai dasar diagnosis psikiatrik.

18
19
Diagnosis

F45.2 Gangguan Hipokondrik


CIRI UTAMA :
1. preokupasi yang menetap akan kemungkinan menderita
satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif.
2. preokupasi yang menetap dengan penampilan fisiknya.
3. Penginderaan dan penampilan yang normal sebenarnya
biasa dan oleh pasien sering kali ditafsirkan sebagai
abnormal
4. perhatiannya biasanya hanya terfokus pada satu atau
dua organ atau sistem tubuhnya.
5. intensitas keyakinannya terhadap kelainan yang
ditakutkannya biasanya bervariasi dalam beberapa
konsultasi. 20
Diagnosis

F45.2 Gangguan Hipokondrik


CIRI UTAMA :
6. DEPRESI dan ANXIETAS yang berat sering
kali menonjol
7. Gangguan ini jarang timbul untuk pertama kali
sesudah usia 50 tahun,
8. kronis dan berfluktuasi.
9. Tidak boleh ada waham yang menetap
mengenai gangguan fungsi atau bentuk badan.
10. Ketakutan akan adanya satu atau lebih penyakit
(nosofobia) harus dimasukkan dalam kategori ini.
21
Diagnosis

F45.2 Gangguan Hipokondrik


CIRI UTAMA :
11. Sindrom ini dapat terjadi pada pria mau pun
wanita.
12. Pasien biasanya menolak rujukan ke psikiater,
kecuali bila dilakukan secepatnya pada
perkembangan awal gangguan ini
13. Derajat disabilitas yang menyertai akibat
gangguan ini sangat bervariasi
14. PREOKUPASI (belum merupakan WAHAM)
terjadi selama 6 bulan atau lebih
22
Diagnosis

F45.2 Gangguan Hipokondrik


Pedoman Diagnostik Untuk diagnosis pasti, kedua
hal tersebut di bawah ini harus ada:

1. Keyakinan yang menetap perihal adanya


sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius
yang melandasi keluhan atau keluhan-keluhannya,
adanya preokupasi yang menetap terhadap adanya
deformitas atau perubahan bentuk/penampakan.
2. Penolakan yang menetap dan tidak mau
menerima nasihat atau dukungan penjelasan dari
beberapa dokter 23
Diagnosis

F45.2 Gangguan Hipokondrik


DIAGNOSIS BANDING :

1. Gangguan Somatisasi.
2. Gangguan Depresi.
3. Gangguan Waham.
4. Gangguan Ansietas dan Panik.

24
Diagnosis
*PERBEDAAN GANGGUAN SOMATISASI DENGAN
GANGGUAN HIPOKONDRIK
GANGGUAN SOMATISASI GANGGUAN HIPOKONDRIK
Banyak keluhan / berbagai gejala fisik, Keluhan fokus pada satu atau dua keluhan / organ
berlangsung sekurang – kurangnya 2 (dua / sistem, berlangsung sekurang – kurangnya 6
tahun) (enam) bulan
Penekanannya ada pada GEJALANYA sendiri Perhatiannya lebih ditujukan pada adanya suatu
dan DAMPAKNYA masing-masing PROSES penyakit yang serius dan progresif
yang mendasari dengan berbagai akibat kecacatan
Pasien mengharapkan pengobatan untuk Pasien cenderung meminta pemeriksaan untuk
MENGHILANGKAN GEJALA. menentukan atau memastikan adanya
PENYAKIT YANG MENDASARI

Biasanya terjadi penggunaan OBAT SECARA Biasanya TAKUT OBAT dan berbagai efek
BERLEBIHAN, serta ketidaktaatan untuk sampingnya, dan mencari dukungan dengan cara
jangka waktu lama sering kali mendatangi atau mengunjungi dokter
yang berbeda-beda 25
26
Diagnosis

F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform


Keluhan-keluhan fisik yang ditampilkan
oleh pasien seakan-akan merupakan gejala
dari sistem saraf otonom

•Jenis Pertama, yaitu yang merupakan gejala utama


didasarkan atas tanda-tanda objektif dari
rangsangan otonom
•Jenis gejala kedua lebih merupakan gejala yang
idiosinkratik
27
Diagnosis

F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform


Pedoman Diagnostik Diagnosis pasti memerlukan SEMUA
hal berikut:
A. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik yang
menetap dan mengganggu;
B. Gejala subjektif tambahan yang mengacu kepada sistem
atau organ tertentu;
C. Preokupasi dengan dan distres mengenai kemungkinan
adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas),
dari sistem atau organ tertentu,
D. Tidak terbukti adanya gangguan yang bermakna
pada struktur atau fungsi dari sistem atau organ yang
dimaksud.
28
29
Diagnosis

F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

Keluhan yang predominan adalah :

1. nyeri berat, menyiksa, dan menetap,


2. tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar
proses fisiologis maupun adanya gangguan fisik.
3. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya
konflik emosional atau problem psikososial yang
cukup jelas
4. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan
dukungan, baik personal maupun medis untuk yang
bersangkutan. 30
Diagnosis

F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

Diagnosis Banding :

•elaborasi histrionik dari nyeri oleh sebab organik.


•Pasien dengan nyeri organik yang diagnosisnya
belum dapat ditegakkan dengan pasti sering kali
mudah menjadi takut dan sangat peka

31
32
Diagnosis

F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya

1. Pada gangguan ini keluhan-keluhannya


tidak melalui sistem saraf otonom, dan
secara spesifik terbatas pada bagian tubuh
atau sistem tertentu.
2. Tidak ada kerusakan jaringan.
3. Beberapa contoh yang lazim dijumpai:
• perasaan membengkak (membesar),
• gerakan-gerakan pada kulit,
• dan parestesia (kesemutan dan/atau baal).

33
Diagnosis

F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya

4. Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok


ini:
• "globus hystericus" (perasaan ada benjolan di kerongkongan
yang menyebabkan disfagia) "torticollis" psikogenik,
• dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali sindrom
Tourette);
• Pruritus psikogenik (tidak termasuk lesi kulit khas seperti
alopesia, dermatitis, ekzema, atau urtikaria oleh penyebab
psikogenik (F54));
• Dismenore psikogenik (tidak termasuk dispareunia (F52.6) dan
frigiditas (F52.0));
• "teeth-grinding". 34
Diagnosis

F45.9 Gangguan Somatoform YTT

•Termasuk: gangguan psikofisiologis atau


psikosomatik YTT

35
Diagnosis

Gangguan Konversi (DSM)


GEJALA MOTORIK GEJALA SENSORIK GEJALA VISERAL
Gerakan involuntary , Anestesi ekstremitas, Muntah psikogenik,
Blepharopasm (mata kebutaan, tunnel vision, pseudocyesis, globus
berkedut), tortikolis, ketulian histerikus, syncope, retensi
opistotonus, urine, diare
psedoseizures, gait
abnormal, aphonia
Fitur Terkait Lainnya
• Primary gain = adanya usaha mengurangi kecemasan yang ada
• Secondary gain = keuntungan tambahan ketika orang lain memberikan perhatian
• La Belle Indiference = sikap acuh tak acuh / atau masa bodoh yang tidak pas /
tidak sesuai padahal kondisi medis yang dirasakan / dikeluhkannya tampak serius

• Gangguan konversi biasanya terjadi akut (95%)


• Kelumpuhan, aphonia, dan kebutaan dikaitkan dengan prognosis yang baik
36
• Tremor dan kejang adalah faktor prognostik yang buruk
Diagnosis

Membedakan Gangguan Somatoform –


Gangguan Factitious – Malingering
Pembentukan Deliberate
Gangguan (Kesengajaan),
Gejala Motivasi
Gain
(Keuntungan)
GANGGUAN Tidak Disengaja
SOMATOFORM UNCONSCIOUS UNCONSCIOUS Untuk
mendapatkan
Gain
Gangguan Sengaja 
Factitious Conscious UNCONSCIOUS Gain: Sick Role

Malingering Sengaja 
Gain EXTERNAL
Conscious Conscious (bebas dari hukuman,
menghindari kesalahan,
bebas dari kewajiban)
37
Terapi

PENANGANAN GANGGUAN SOMATOFORM

• Kadang pasien menampilkan keluhan lain agar


dokter melakukan tes – tes medis (laboratorium,
dll) dan merujuk ke spesialis fisik lain.
• FOKUS TERAPI :
FUNGSI DAN KONTROL GANGGUAN
• Penanganan KOMORBIDITAS
• TERAPI UTAMA = PSIKOTERAPI
38
Terapi

PENANGANAN GANGGUAN SOMATOFORM

• Dokter di layanan primer harus melihat pasien selama


kunjungan yang dijadwalkan secara teratur,
biasanya pada interval beberapa bulan
•Kunjungan harus relatif singkat, meskipun
pemeriksaan fisik sederhana harus dilakukan untuk
menanggapi setiap keluhan somatik baru
• Prosedur laboratorium dan diagnostik tambahan umumnya
harus dihindari
• Dokter yang merawat harus mendengarkan keluhan
somatik sebagai ekspresi emosional daripada sebagai
keluhan medis 39
Terapi

PENANGANAN GANGGUAN SOMATOFORM

1. PSIKOTERAPI
• SUPORTIF, kognitif perilaku, relaksasi
• EDUKASI INTENSIF : empatik, hindari konfrontasi.
• MEMBANGKITKAN PERAN PSIKIS YANG TIDAK
DISADARI
• HINDARI kata – kata negatif :
• “Tidak ada penyakitmu.”
• “Anda tidak benar – benar sakit.”
• MINIMALKAN STIGMA

• Bila tidak ada perubahan dalam 2 – 6 bulan, Rujuk atau Kolaborasi


dengan Psikiater 40
Terapi

PENANGANAN GANGGUAN SOMATOFORM

2. Psikofarmaka
(Studi intervensi farmakologi masih terbatas)

•Anti Ansietas : Benzodiazepine


(Diazepam (PPK 1), Alprazolam (PPK 2),Klobazam, Lorazepam)
• Mulai dari dosis kecil dahulu, pertimbangkan jangka pendek.
• Evaluasi Karakter Pasien :
• Riwayat Drug Abuser ?
• Kecenderungan Efek Toleransi (Pasien menaikkan dosis
sendiri, terus menerus ingin memakai) ?
• Kepribadian Pencemas atau Obsesif ? 41
Terapi

PENANGANAN GANGGUAN SOMATOFORM

Psikofarmaka
(Studi intervensi farmakologi masih terbatas)

• PERHATIAN KEPADA ADANYA KOMORBIDITAS


(Depresi)
• Anti Depresan : Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI)
(Fluoxetin, Sertraline)
• EDUKASI INTENSIF tentang Psikofarmaka (indikasi, efek primer dan
efek sekunder)
• MINIMALKAN STIGMA (“obat penenang / ketergantungan”)

• Bila tidak ada perubahan dalam 2 bulan, Rujuk ke Psikiater 42


Terapi

PENANGANAN GANGGUAN SOMATOFORM

3. Dukungan dari Keluarga /


Sistem Pendukung Sosial

• Edukasi keluarga :
• Mengenai gangguan somatoform.
• gangguan psikis keluhan fisik.
• Sikap positif keluarga
(tidak meremehkan keluhan pasien)
• Mengurangi Stigma.
43
44
“Love is the only way
to grasp another human being
in the innermost core of his personality”
― Victor Frankl

TERIMA KASIH
45

Anda mungkin juga menyukai