Anda di halaman 1dari 3

Strategi Pengembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia

M. Hadiyul Hopi
IAI HAMZANWADI NW ANJANI

LATAR BELAKANG
Kemajuan dan prestasi sebuah negara seringkali dinilai dari perkembangan perekonomiannya.
Kemajuan pasar modal di suatu negara dijadikan tolak ukur untuk melihat kegairahan atau
dinamisnya bisnis dalam suatu negara yang dapat memberikan nilai tambah pada pendapatan
negara yang berkaitan dengan kebijakan fiskal yang sudah ditetapkan pemerintah yaitu dari segi
pendapatan pajak (tax income).

Dalam praktiknya sistem keuangan Islam pun sudah menyiapkan sebuah wadah untuk umat yang
ingin berinvestasi dalam bentuk investasi keuangan yang bisa memberikan jaminan kehalalan,
dimana sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus berbentuk sistem
keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam yang terbebas dari unsur
riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah
mekanisme syirkah yaitu: musyarakah dan mudharabah (bagi hasil).

Dewan Syariah Nasional dalam merespon pesatnya perkembangan kegiatan ekonomi yang
diikuti dengan munculnya Pasar Modal sebagai fasilitas operasional Lembaga Keuangan saat ini,
dan untuk mencegah adanya aplikasi yang tidak adil di Pasar Modal dengan mengambil
keuntungan atau bunga yang berlebihan kepada pihak yang kekurangan dana maupun sebaliknya,
dengan mengeluarkan Fatwa No 37 tentang Pasar Uang Antarbank dengan prinsip syariah
sebagai solusi, meskipun dalam pelaksanaannya fatwa ini masih perlu ditelaah dan dikaji ulang.
Hal ini untuk melihat apakah fatwa tersebut sudah benar-benar menutupi semua permasalahan
yang terjadi di Pasar Modal Syariah, sehingga perlu adanya pembenahan lebih lanjut terkait
dengan kenyataan, realita dan mekanisme di lapangan.

Konsep Perbankan Syariah adalah relatif baru bagi masyarakat Indonesia, termasuk bagi
masyarakat muslim itu sendiri. Walaupun pemikiran konsep dasar perbankan syariah itu telah
berjalan lama, dalam kenyataannya praktek bank syariah itu baru mulai pada tahun 1992.
Berdasarkan kenyataan bahwa praktek perbankan syariah itu baru pada tahap awal (an infant
stage), adalah wajar bila sistem perbankan syariah itu masih kurang dimengerti oleh masyarakat,
sehingga sebagian dari mereka memandang, bahkan sebagian lagi telah ikut menggunakan jasa
Bank Syariah, dengan harap-harap cemas dan keraguan sekaligus. Oleh karena itu sebelum kita
sampai pada inti pokok bahasan, terlebih dahulu perlu diuraikan secara singkat beberapa aspek
yang menyangkut prinsip-prinsip syariah yang berkaitan dengan perbankan. Bila masyarakat kita
ditanya tentang apakah bank syariah itu, maka kebanyakan mereka hanya menyatakan bahwa
bank syariah itu adalah bank tanpa bunga. Walaupun pernyataan itu tidak salah, namun
sebenamya bank syariah bukan sekedar itu. Lagi pula produk-produk bank syariah bukan
merupakan produk yang aneh (exotic product), dan bukan hanya diperuntukkan atau hanya dapat
diterima oleh masyarakat muslim saja.

Sasaran pembangunan masyarakat adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat
Indonesia yang maju dan mandiri dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan organisasi adalah sumber daya manusia, dan
bagaimana baiknya sumber daya manusia difokuskan untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diukur melalui berbagai indicator. salah satu
indicator ukuran kualitas manusia adalah tinggi rendahnya tingkat pendapatan perkapita yang
dicapai dalam ukuran waktu tertentu, dengan tingkat pendapatan perkapita yang relative tinggi,
memberikan indikasi berkualitas. untuk dapat meningkatkan pendapatan perkapita, Diperlukan
peningkatan pembangunan ekonomi dapat terlaksana apabila ditunjang dengan dana yang cukup
memadai.Pentingnya pengerahan dana dari masyarakat melalui lembaga keuangan baik bank,
termasuk didalamnya Bank Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maupun lembaga
keuangan bukan bank.

Bank Syariah melakukan kegiatan operasinal perbankan dengan cara menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat, sebagaimana halnya bank konvensional. dalam menghimpun
dana, bank syariah menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan dan
penerimaan dana lainnya, sedangkan dalam menyalurkan dana Bank Syariah juga melakukan
kegiatan pembiayaan. Bagi Bank Syariah juga melakukan kegiatan perbankan sebagaimana yang
ditetapkan bagi Bank Perkreditan Rakyat konvensional.

Aneka ragam produk maupun operasional Bank Syariah merupakan hal baru dikalangan
perbankan pada khususnya dan masyarakat awam pada umumnya, sehingga perlu mempunyai
strategi dalam pemasaran dan pengoperasioannya guna mendapatkan tepat operasinal
sebagimana halnya bank-bank konvensional. Meskipun keberadaan bank Syariah tersebut dalam
system perbankan Indonesia merupakan lembaga pembiayaan dari masyarakat Islam, oleh karena
masyarakat Islam (kelompok kaya) dan untuk masyarakat Islam (kelompok miskin).

Bank Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah diharapkan menjadi sarana yang dapat
menghimpun dana dari masyarakat yang mayoritas beragama Islam, sekaligus menyalurkannya
ke dalam masyarakat dengan produk-produk yang menarik dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Dengan adanya Bank Syariah yang beroperasi atas dasar bagi hasil diharapkan agar kebutuhan
masyarakat muslim Indonesia akan pelayanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariat
Islam dapat dipenuhi, sekaligus lebih menggerakkan potensi ekonomi dan partisipasi masyarakat
Islam secara bulat dan totalitas dalam pembangunan masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai