Anda di halaman 1dari 17

I.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, riketsia, atau virus (Hidayat, 2015, hlm. 134).

Enchepalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh sistem
saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang
non purulent. Penyebab tersering dari enchepalitis adalah virus kemudian
herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovarius, mumps
dan adenovirus. Enchepalitis bisa juga terjadi pasca infeksi campak, influenza,
varicella, dan pascavaksinasi pertusis (Syaifuddin, 2007, hlm. 532).

Klasifikasi encephalitis menurut Hidayat (2015, hlm. 160) yaitu:


1. Ensefalitis Supuratif Akut
2. Ensefalitis Sifilis
3. Ensefalitis virus

B. Etiologi
1. Ensefalitis Supuratif Akut
Bakteri penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus,streptokok, E.
coli, M. Tuberculosa, dan T. Pallidum. Tiga bakteri yang pertama
merupakan penyebab ensefalitis bakterial akut yang menimbulkan
pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses serebri.
Ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut (Eichard,
2009, hlm 301).
2. Ensefalitis Sifilis
Kuman penyebab Ensefalitis sifilis adalah kuman Treponema pallidum,
infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak
seksual (Eichard, 2009, hlm 301).
3. Ensefalitis virus
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (virus
parotitis, virus morbili, virus rubela, virus rabies, virus ensefalitis jepang
B, virus dengue, virus polio, cocksakie A, cocksakie B, Echovirus, dan
virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA (virus Herves zoster –
varisela, Herves simpleks, Cytomegalovirus, variola, vaksinia, dan AIDS)
(Eichard, 2009, hlm 302)

C. Patofisiologi
Ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di
dalam paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka,
trauma tembus otak atau penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media,
mastoiditis atau sinusitis. Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan
terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di substansia alba karena
perdarahan disini kurang intensif dibandingkan dengan substansia grisea
(Wong, 2013, hlm 681).

Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan
kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan nanah. Fibroblas
disekitar pembuluh darah bereaksi dengan proliferasi. Astroglia ikut juga dan
membentuk kapsul. Bila kapsul itu pecah, nanah masuk ke ventrikel dan
menimbulkan kematian. Pada sifilis, penyebabnya adalah kuman Treponema
pallidum, infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak
seksual. Setelah penetrasi pmelalui epitelium yang terbuka, kuman tiba di
sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga terjadi
spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan
saraf pusat (Price, 2010, hlm 344).

Treponema palidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian –


bagian lain susunan saraf pusat. Virus yang menimbulkan ensefalitis virus
adalah virus RNA (virus parotitis, virus morbili, virus rubela, virus rabies,
virus ensefalitis jepang B, virus dengue, virus polio, cocksakie A, cocksakie B,
Echovirus, dan virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA (virus
Herves zoster – varisela, Herves simpleks, Cytomegalovirus, variola, vaksinia,
dan AIDS) (Price, 2010, hlm 346).

D. Pathways
(terlampir)
E. Manifestasi klinis
Gejala ensefakitis berdasarkan klasifikasinya menurut Wong (2013, hlm 702)
yaitu:
1. Ensefalitis Supuratif akut
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam,
kejang dan kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang yang
berkembang menjadi absesserebri akan timbul gejala – gejala sesuai
dengan proses patologik yang terjadi di otak. Gejala – gejala tersebut
adalah gejala – gejala infeksi umum, tanda – tanda meningkatnya tekanan
intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan
kabur, kejang, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan mungkin terdapat
edema papil. Tanda – tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan
luas abses.
2. Ensefalitis Sifilis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala – gejala
neorologis dan gejala – gejala mental. Gejala – gejala neurologis
diantaranya kejang – kejang yang datang dengan serangan – serangan,
afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering
dijumpai pupil Agryl- Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi.
Pada stadium akhir timbul gangguan - gangguan motorik yang progresif.
3. Ensefalitis Virus
Proses radang pada ensefalitis selain terjadi pada jaringan otak, juga
sering mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis sifilis
lenih tepat bila disebut meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo –
ensefalitis adalah konvulsi, gangguan kesadaran (acute organic brain
syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris (meningo – enchepalomyelitis),
gejala – gejala serebral, nyeri dan kaku kuduk.

Tanda dan gejala umum yang dapat terjadi pada kasus ensefalitis menurut
Nursalam (2011, hlm 306) yaitu:
1. Demam
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
3. Pusing
4. Muntah
5. Nyeri tenggorokan dan ekstrimitas
6. Malaise
7. Pucat
8. Halusinasi
9. Kejang
10.Gelisah
11.Gangguan kesadaran

F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan pada pasien ensefalitis
menurut Hidayat (2015, hlm. 174) diantaranya adalah:
1. Ensefalitis Supuratif akut
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus – kasus infeksi lainnya.
Disamping itu dapat juga dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram
(EEG), foto rontgen kepala, bila mungkin CT- scan otak, atau arteriografi.
Pungsi lumbal tidak dilakukan bila terdapat edema papil. Bila dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal maka dapat diperoleh hasil berupa
peningkatan tekanan intrakranial, pleiositosis polinuklearis, jumlah protein
yang lebih besar dari pada normal, dan kadar klorida dan glukosa dalam
batas normal.
2. Ensefalitis Sifilis
Pada kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan serologik darah
(VDRL, TPHA), dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis,
kadar protein meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologik positif. Scan
otak dapat dilakukan bila dicurigai hidrosefalus.
3. Ensefalitis Virus
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi
terhadap virus, pemeriksaan cairan otak : limfosit, monosit meningkat,
kadar proteinmeninggi ringan, kadar glukosa normal, kultur virus bila
mungkin, EEG dan CT- scan bila mungkin.Pada ensefalitis yang
disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I, gambaran EEG khas berupa
aktivitas gelombang tajam periodik di temporal dengan latar belakang
fokal atau difus.
G. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis menurut Ngastiyah (2015, hlm 180) ada beberapa
hal yaitu:
1. Retardasi mental
2. Iritabel
3. Gangguan motorik
4. Epilepsi
5. Emosi tidak stabil
6. Sulit tidur
7. Halusinasi
8. Enuresis
9. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.

H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Penatalaksanaan pada ensefalitis berdasarkan klasifikasinya menurut Smelther
(2011, hlm 523) yaitu:
1. Ensefalitis Supuratif akut
Pada Ensefalitis Supuratif Akut diberikan ampisilin 4 x 3-4g dan
kloramfenikol 4 x 1 g per 24 jam intravena, selama 10 hari. Steroid dapat
dibrikan untuk mengurangi edema otak. Bila abses tunggal dan dapat
dicapai dengan cara operasi sebaiknya dibuka dan dibersihkan tetapi bila
multipel, yang dioperasi adalah yang terbesar dan mudah dicapai.
2. Ensefalitis Sifilis
Terapi dengan Medikamentosa yaitu :
a. Penisilin Perenteral dengan dosis tinggi
1) Penisilin G dalam air : 12 – 24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama
14 hari atau
2) Penisilin Prokain G : 2,4 juta unit/ hari intramuskular + Probenesid 4
x 500 mg oral selama 14 hari
3) Dapat ditambahkan Benzatin Penisilin G : 2, 4 juta unit,
intramuskular selama 3 minggu.

Bila alergi penisilin :


1) Tetrasiklin : 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau,
2) Eritromisin : 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau,
3) Kloramfenikol : 4 x 1 gram intravena selama 6 minggu, atau
4) Ceftriaxon : 2 gram intravena/ intramuskular selama 14 hari
3. Ensefalitis Virus
Pengobatan sistomatik diberikan untuk menurunkan demam dan
mencegah kejang. Kortison diberikan untuk mengurangi edema otak.
Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus yang disebabkan
oleh herpes simpleks atau varisela zoster yaitu dengan memberikan
asiklovir 10 mg/kgBB intravena, 3 kali sehari selama 10 hari, atau 200 mg
tiap 4 jam per oral. Bila kadar hemoglobin (Hb) turun hingga 9 g/dl,
turunkan dosis hingga 200 mg tiap 8 jam. Bila Hb kurang dari 7 g/dl,
hentikan pengobatan dan baru diberikan lagi setelah Hb normal kembali
dengan dosis 200 mg per 8 jam.

Penatalaksanaan yang lainnya dapat dilakukan dengan:


1) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan pasien.
2) Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau
luminal. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bisa diulang dengan dosis
yang sama. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih
kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam
3) Mempertahankan ventilasi; bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3 l/menit)
4) Penatalaksanaan shock septik
5) Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada
permukaan tubuh atau dapat juga diberikan antipiretikum seperti
asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas meliputi, nama anak, nama orang tua, umur, pekerjaan orang tua,
alamat, diagnosa medis, dan yang perlu di garis bawahi adalah ensefalitis
dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat
kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan
tenggorokan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh :
Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E ,
Coli ,dll.
6. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi post
imunisasi pertusis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d peningkatan TIK
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi jalan napas
3. Kekurangan volume cairan b/d kegagalan sistem metabplisme regulasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menelan
5. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
6. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan Keperawatan TTD


O
1 Nyeri Akut b/d : Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan …..x ….. jam Manajemen nyeri
o Agen cedera biologis o Lakukan pengkajian nyeri
(Misal Infeksi, iskemia, Pasien menunjukan nyeri komprehensif yang meliputi
neoplasma) teratasi karakteristik, lokasi, kualitas,
o Agen cidera fisik (Misal durasi, frekuensi, beratnya
Abses, amputasi, luka Kriteria hasil: nyeri dan faktor pencetus.
bakar, terpotong, o Mengenali kapan nyeri o Gunakan strategi komunikasi
mengangkat berat, terjadi teraupetik untuk mengetahui
prosedur bedah, trauma, o Menggunakan tindakan pengalaman nyeri.
olah raga berlebihan) pencegahan o Gali pengetahuan dan
o Agen cidera kimiawi o Status kenyamanan kepercayaan pasien
(Misal Luka bakar, o Tingkat kecemasan mengenai nyeri
kapsaisin, metilen o Control gejala o Ajarkan prinsip-prinsip
clorida. Agen mustard) o Tanda-tanda vital manajemen nyeri
o Ajarkan penggunaan teknik
Ditandai dengan non farmakologi untuk
DO : mengurangi nyeri
o Anoreksia
o Ekpresi wajah Terapi Relaksasi
o Hambatan kemampuan o Gambarkan rasionalisasi dan
manfaat relaksasi serta jenis
DS: relaksasi yang tersedia
o Keluhan skala nyeri o Berikan deskripsi detail
o Keluhan karakteristik terkait intervensi relaksasi
nyeri yag dipilih
o Perubahan pola tidur o Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman dengan pakaian
linggar dan mata tertutup
o Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang
terjadi
o Dorong klien untuk
mengulang praktik teknik
relaksasi jika
memungkinkan.
Kolaborasi:
Pemberian analgesic
o Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitras dan
keparahan nyeri sebelum
mengobatii pasien
o Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat, analgesic
yang di resepkan,
o Cek adanya riwayat alergi
obat
o Tentukan pilihan obat
analgesic (narkotik, non
narkotik, atau NSAID),
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri.
o Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesic pada
pemberian dosis pertama kali
atau jika ditemukan tanda-
tanda yang tidak biasanya.

Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


serebral tidak efektif b.d : keperawatan selama ... x ....  Tentukan faktor penyebab
 Peningkatan tekanan jam penurunan perfusi jaringan
intrakranial serebral dan potensial
 Hipervolemia Kriteria : terjadinya peningkatan TIK
 Hipovolemia  Klien tidak gelisah  Pantau status neurologis
 Gangguan transport  Nyeri kepala  Pantau TTV
oksigen melalui  GCS  Monitor input output
alveoli dan membran  Pupil isokor  Observasi pupil : bentuk,
kapiler  Reflex cahaya + kesamaan dan reaksi
 Penurunan  TTV normal  Beri posisi lebih tinggi pada
konsentrasi Hb dalam  Tidak gelisah anak
darah  Mual  Pertahankan tirah baring
 Gangguan aliran  Tidak terjadi  Ciptakan lingkungan tenang,
arteri atau vena peningkatan TIK batasi pengunjung/ aktivitas
 Perubahan afinitas  .... sesuai indikasi
Hb terhadap oksigen  .....
 .....
Kolaborasi :
Ditandai dengan :  Berikan cairan parenteral
DO  Berikan O2
Perubahan :  Berikan terapi (antibiotik,
 Status mental antipiretik)
 Perilaku
 Respon motorik
 Respon sensorik
 Reaksi pupil
 Kesulitan menelan
 Kelemahan
ekstremitas
 Perubahan TTV
 Kejang
 ....
DS
 Hambatan dalam
komunikasi
 Nyeri kepala
 Mual
 .....

Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


b.d : keperawatan selama ... x ....Monitor kondisi fontanella

jam mayor tiap 4 jam
 Kelembaban kulit  Ubah posisi tiap 2 jam
 Imobilisasi fisik Kriteria : pertimbangkan perubahan
 Hipertermia  Mempertahankan posisi kepala setiap 1 jam
 Hipotermia integritas kulit  Gunakan lotion atau minyak
 Zat kimia (sensasi, elastisitas, dan melindungi posisi daerah
 Obat temperatur, hidrasi, kepala dari penekanan
 Radiasi pigmentasi)  Stimuli daerah kepala setiap
 Factor mekanik  Tidak ada luka/lesi perubahan posisi
 .... pada kulit  Pertahankan nutrisi sesuai
 Perfusi jaringan baik program terapi
Ditandai dengan :  Menunjukkan  .....
DS pemahaman dalam
 Perubahan status proses perbaikan
cairan kulit Kolaborasi :
 Perubahan pigmentasi  .....  Berikan terapi parenteral
 Perubahan turgor  Konsulkan pada ahli gizi
 Factor keseimbangan tentang pemberian nutrisi
 Ketidakseimbangan  .....
nutrisi
 Defisit imunologis
 Gangguan sirkulasi
 ....

DO
 Kerusakan pada
lapisan kulit
 Kerusakan pada
permukaan kulit
 Invasi struktur tubuh
 ....

Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


kurang dari kebutuhan keperawatan .....x...... jam:  Tentukan motivasi pasien
tubuh b.d. : untuk mengubah kebiasaan
 Ketidak mampuan untuk Ketidakseimbangan makan
menelan nutrisi kurang dari  Manajemen nutrisi
 Ketergantungan zat kebutuhan tubuh teratasi.  Pantau nilai laboratorium
kimia khususnya albumin,
 Penyakit kronis Kriteria : transferin dan elektrolit
 Kesulitan  Keinginan untuk makan  Ketahui makanan kesukaan
mengunyah/menelan ketika dalam keadaan pasien
 Hilang nafsu makan sakit atau sedang  Tentukan kemampuan pasien
 Mual dan muntah menjalani pengobatan untuk memenuhi nutrisi
meningkat  Pantau kandungan nutrisi dan
Ditandai dengan :  Asupan makanan dan kalori pada catatan asupan
DO cairan yang dikonsumsi  Timbang pasien pada interval
 Pembuluh kapiler rapuh tubuh baik yang tepat
 Diare atau steatore  Asupan gizi mengalami  ........................
 Kehilangan rambut yang adekuat

berlebih  Kemampuan untuk Kolaborasi :

 Kurangnya minat memperiapkan  Diskusikan dengan ahli gizi

terhadap makanan makanan dan makan dalam menentukan

 Rongga mulut terluka secara mandiri kebutuhan pasien

 Kelemahan otot yang  IMT mengalami  Diskusi dengan dokter untuk

berfungsi untuk menelan peningkatan pemberian makan melalui

 ........................... selang

DS  ...........................

 Kram abdomen
 Menolak makan
 Persepsi ketidakmampuan
untuk mencerna makan
 Melaporkan perubahan
sensasi rasa
 Melaporkan kurangnya
makanan
 Merasa cepat kenyang
setelah mengkonsumsi
makanan
 ..........................
Laborat
 .............................
Radiologi
 Rontgen
 ...........................

Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Mandiri:


b.d: keperawatan … x … jam:  Pantau ukuran pupil, bentuk,
 Gangguan neuromuskuler kesimerisan dan reaktivitas
 Gangguan sensoriseptual Kriteria:  Monitor kecenderungan skala
 Kaku sendi  Pasien dapat merasakan koma glagow
 Gangguan fungsi kognitif stimulasi kulit  Monitor ingatan saat ini,
 Gangguan  Ketajaman pendengaran rentang perhatian, ingatan
muskuloskeletal membaik dimasa lalu, suasana perasaan,
 …………………………  Pasien dapat afek dan perilaku
……… membedakan bau  Monitor terhadap adanya
 Pasien dapat tremor
Ditandai dengan: membedakan rasa  Monitor kesimerisan wajah
DO  Keajaman penglihatan  Beri jarak kegiatan
 Penurunan kemampuan baik keperawatan yang diperlukan
melakukan ketrampilan  ……………………… yang bisa menngkatkan
motoric halus tekanan intrakranial
 Penurunan kemampuan  ………………………………
melakukan ketrampilan
motorik kasar Kolaborasi:
 Kejang  Konsultasi dengan rekankerja
 Penurunan fungsi sensori untuk menginformasikan data
 …………………………  Beritahu doter mengenai
kondisi perubahan pasen
DS
Pasien mengatakan
 Ansietas/ gelisah
 Ekstremitas kaku
 Pengluhatan,
pendengaran, penciuman
berkurang
 ……………………

Laborat
 …………………………
 ………………………..

Radiologi
 ………………………
 ……………………….
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
jalan napas b.d : keperawatan ….X….jam:
 Auskultasi suara napas, catat
 Lingkungan Ketidakefektifan bersihan adanya suara napas
 Perokok jalan napas dapat teratasi tambahan
 Perokok pasif  Posisikan pasien untuk
 Terpajan asap Kriteria : memaksimalkan ventilasi
 Obstruksi jalan napas  Suara napas bersih  Berikan fisioterapi dada
 Adanya jalan napas  Mampu mengeluarkan  Ajarkan batuk efektif
buatan sputum  Lakukan suction bila perlu
 Benda asing dalam  Tidak ada suara napas  ………………………
jalan napas abnormal
 Eksudat dalam  Tidak ada sianosis dan Kolaborasi :
alveoli dyspneu  Berikan O2 sesuai program
………….  Berikan terapi nebulizer
 Hyperplasia dalam
dinding bronkus …………………………
 Mucus berlebih
 Penyakit paru
obstruksi kronis
 Sekresi tertahan
 Spasme jalan napas
 Fisiologis
 Disfungsi
neuromuscular
 Infeksi
 Jalan napas alergik
 …………………………
….

Ditandai dengan:
DO
 Batuk yang tidak efektif
 Dyspneu
 Perubahan frekuensi
napas
 Perubahan pola napas
 Sputum dalam jumlah
berlebih
 Suara napas tambahan
 Sianosis
 …………………………

DS
Pasien mengatakan:
 Sesak napas
 Gelisah
……………………………

Kekurangan Volume Setelah dilakukan tindakan Mandiri
Cairan b/d: keperawatan …..x ….. jam Manajemen cairan
o Kegagalan mekanisme o Monitor status hidrasi
regulasi Pasien menunjukan volume misalnya membrane mukosa
o Kehilangan cairan aktif cairan adekuat lembab, denyut nadi adekuat,
dan tekanan darah ortostatik
Ditandai dengan Kriteria hasil: o Monitor tanda-tanda vital
DO : o Tanda-tanda vital o Berikan cairan dengan tepat
o Peningkatan frekuensi o Keseimbangan cairan o Berikan produk-produk
nadi o Hidrasi darah (trombosit dan plasma
o Peningkatan konsentrasi o Keparahan hipotensi yang baru)
urine o Integritas jaringan: kulit
Manajemen syok
o Peningkatan suhu tubuh & membran mukosa o Monitor tanda-tanda vital
o Penurunan tekanan darah tekanan darah, status mental
o Membrane mukosa Keparahan kehilangan darah
dan output urin
kering o Posisikan pasien untuk
mendapatkan perfusi yang
DS: optimal
o Haus o Monitor tekanan oksimetri
o Kelemahan sesuai kebutuhan
o Kulit kering o Monitor adanya status
hiperdinamik dari syok
sepsis paska resusitasi cairan
( peningkatan curah
jantung,penurunan volume
sukuncup, kemerahan pada
kulit atau penurunan suhu)

Kolaborasi:
Pemasangan infus
o Beritahu pasien mengenai
prosedur
o Identifikasi apakah pasien
alergi terhadap obat
yodium atau plester
o Identivikasi apakah pasien
memiliki masalah
pembekuan atau
mengkonsumsi obat yang
mempengaruhi
pembekuan darah
o Berikan cairan iv
sementara melakukan
monitor tekanan
hemodinamik
o Berikan cairan iv
kristaloid sesuai
kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA
Eichard. E. Berhman. (2009). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz. (2015). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba Medika
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012 2014,
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ngastiyah. (2015). Keperawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Nurarif dan Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA. Jogjakarta: Mediation
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Price, S.A., Wilson. (2010). Fundamental keperawatan: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Smelther. S.C. & Brunner S. (2011). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2007). Anatomi Fisiologi keperawatan. Jakarta: EGC
Wong. Dona L. (2013). Pedoman medis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN ENSEFALITIS
DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA

Oleh
Resti Andarani
517054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2017

Anda mungkin juga menyukai