Enchepalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh sistem
saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang
non purulent. Penyebab tersering dari enchepalitis adalah virus kemudian
herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovarius, mumps
dan adenovirus. Enchepalitis bisa juga terjadi pasca infeksi campak, influenza,
varicella, dan pascavaksinasi pertusis (Syaifuddin, 2007, hlm. 532).
B. Etiologi
1. Ensefalitis Supuratif Akut
Bakteri penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus,streptokok, E.
coli, M. Tuberculosa, dan T. Pallidum. Tiga bakteri yang pertama
merupakan penyebab ensefalitis bakterial akut yang menimbulkan
pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses serebri.
Ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut (Eichard,
2009, hlm 301).
2. Ensefalitis Sifilis
Kuman penyebab Ensefalitis sifilis adalah kuman Treponema pallidum,
infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak
seksual (Eichard, 2009, hlm 301).
3. Ensefalitis virus
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (virus
parotitis, virus morbili, virus rubela, virus rabies, virus ensefalitis jepang
B, virus dengue, virus polio, cocksakie A, cocksakie B, Echovirus, dan
virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA (virus Herves zoster –
varisela, Herves simpleks, Cytomegalovirus, variola, vaksinia, dan AIDS)
(Eichard, 2009, hlm 302)
C. Patofisiologi
Ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di
dalam paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka,
trauma tembus otak atau penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media,
mastoiditis atau sinusitis. Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan
terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di substansia alba karena
perdarahan disini kurang intensif dibandingkan dengan substansia grisea
(Wong, 2013, hlm 681).
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan
kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan nanah. Fibroblas
disekitar pembuluh darah bereaksi dengan proliferasi. Astroglia ikut juga dan
membentuk kapsul. Bila kapsul itu pecah, nanah masuk ke ventrikel dan
menimbulkan kematian. Pada sifilis, penyebabnya adalah kuman Treponema
pallidum, infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak
seksual. Setelah penetrasi pmelalui epitelium yang terbuka, kuman tiba di
sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga terjadi
spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan
saraf pusat (Price, 2010, hlm 344).
D. Pathways
(terlampir)
E. Manifestasi klinis
Gejala ensefakitis berdasarkan klasifikasinya menurut Wong (2013, hlm 702)
yaitu:
1. Ensefalitis Supuratif akut
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam,
kejang dan kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang yang
berkembang menjadi absesserebri akan timbul gejala – gejala sesuai
dengan proses patologik yang terjadi di otak. Gejala – gejala tersebut
adalah gejala – gejala infeksi umum, tanda – tanda meningkatnya tekanan
intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan
kabur, kejang, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan mungkin terdapat
edema papil. Tanda – tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan
luas abses.
2. Ensefalitis Sifilis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala – gejala
neorologis dan gejala – gejala mental. Gejala – gejala neurologis
diantaranya kejang – kejang yang datang dengan serangan – serangan,
afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering
dijumpai pupil Agryl- Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi.
Pada stadium akhir timbul gangguan - gangguan motorik yang progresif.
3. Ensefalitis Virus
Proses radang pada ensefalitis selain terjadi pada jaringan otak, juga
sering mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis sifilis
lenih tepat bila disebut meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo –
ensefalitis adalah konvulsi, gangguan kesadaran (acute organic brain
syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris (meningo – enchepalomyelitis),
gejala – gejala serebral, nyeri dan kaku kuduk.
Tanda dan gejala umum yang dapat terjadi pada kasus ensefalitis menurut
Nursalam (2011, hlm 306) yaitu:
1. Demam
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
3. Pusing
4. Muntah
5. Nyeri tenggorokan dan ekstrimitas
6. Malaise
7. Pucat
8. Halusinasi
9. Kejang
10.Gelisah
11.Gangguan kesadaran
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan pada pasien ensefalitis
menurut Hidayat (2015, hlm. 174) diantaranya adalah:
1. Ensefalitis Supuratif akut
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus – kasus infeksi lainnya.
Disamping itu dapat juga dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram
(EEG), foto rontgen kepala, bila mungkin CT- scan otak, atau arteriografi.
Pungsi lumbal tidak dilakukan bila terdapat edema papil. Bila dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal maka dapat diperoleh hasil berupa
peningkatan tekanan intrakranial, pleiositosis polinuklearis, jumlah protein
yang lebih besar dari pada normal, dan kadar klorida dan glukosa dalam
batas normal.
2. Ensefalitis Sifilis
Pada kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan serologik darah
(VDRL, TPHA), dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis,
kadar protein meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologik positif. Scan
otak dapat dilakukan bila dicurigai hidrosefalus.
3. Ensefalitis Virus
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi
terhadap virus, pemeriksaan cairan otak : limfosit, monosit meningkat,
kadar proteinmeninggi ringan, kadar glukosa normal, kultur virus bila
mungkin, EEG dan CT- scan bila mungkin.Pada ensefalitis yang
disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I, gambaran EEG khas berupa
aktivitas gelombang tajam periodik di temporal dengan latar belakang
fokal atau difus.
G. Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis menurut Ngastiyah (2015, hlm 180) ada beberapa
hal yaitu:
1. Retardasi mental
2. Iritabel
3. Gangguan motorik
4. Epilepsi
5. Emosi tidak stabil
6. Sulit tidur
7. Halusinasi
8. Enuresis
9. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d peningkatan TIK
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi jalan napas
3. Kekurangan volume cairan b/d kegagalan sistem metabplisme regulasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menelan
5. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
6. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler
C. Intervensi Keperawatan
DO
Kerusakan pada
lapisan kulit
Kerusakan pada
permukaan kulit
Invasi struktur tubuh
....
........................... selang
DS ...........................
Kram abdomen
Menolak makan
Persepsi ketidakmampuan
untuk mencerna makan
Melaporkan perubahan
sensasi rasa
Melaporkan kurangnya
makanan
Merasa cepat kenyang
setelah mengkonsumsi
makanan
..........................
Laborat
.............................
Radiologi
Rontgen
...........................
Laborat
…………………………
………………………..
Radiologi
………………………
……………………….
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
jalan napas b.d : keperawatan ….X….jam:
Auskultasi suara napas, catat
Lingkungan Ketidakefektifan bersihan adanya suara napas
Perokok jalan napas dapat teratasi tambahan
Perokok pasif Posisikan pasien untuk
Terpajan asap Kriteria : memaksimalkan ventilasi
Obstruksi jalan napas Suara napas bersih Berikan fisioterapi dada
Adanya jalan napas Mampu mengeluarkan Ajarkan batuk efektif
buatan sputum Lakukan suction bila perlu
Benda asing dalam Tidak ada suara napas ………………………
jalan napas abnormal
Eksudat dalam Tidak ada sianosis dan Kolaborasi :
alveoli dyspneu Berikan O2 sesuai program
…………. Berikan terapi nebulizer
Hyperplasia dalam
dinding bronkus …………………………
Mucus berlebih
Penyakit paru
obstruksi kronis
Sekresi tertahan
Spasme jalan napas
Fisiologis
Disfungsi
neuromuscular
Infeksi
Jalan napas alergik
…………………………
….
Ditandai dengan:
DO
Batuk yang tidak efektif
Dyspneu
Perubahan frekuensi
napas
Perubahan pola napas
Sputum dalam jumlah
berlebih
Suara napas tambahan
Sianosis
…………………………
…
DS
Pasien mengatakan:
Sesak napas
Gelisah
……………………………
…
Kekurangan Volume Setelah dilakukan tindakan Mandiri
Cairan b/d: keperawatan …..x ….. jam Manajemen cairan
o Kegagalan mekanisme o Monitor status hidrasi
regulasi Pasien menunjukan volume misalnya membrane mukosa
o Kehilangan cairan aktif cairan adekuat lembab, denyut nadi adekuat,
dan tekanan darah ortostatik
Ditandai dengan Kriteria hasil: o Monitor tanda-tanda vital
DO : o Tanda-tanda vital o Berikan cairan dengan tepat
o Peningkatan frekuensi o Keseimbangan cairan o Berikan produk-produk
nadi o Hidrasi darah (trombosit dan plasma
o Peningkatan konsentrasi o Keparahan hipotensi yang baru)
urine o Integritas jaringan: kulit
Manajemen syok
o Peningkatan suhu tubuh & membran mukosa o Monitor tanda-tanda vital
o Penurunan tekanan darah tekanan darah, status mental
o Membrane mukosa Keparahan kehilangan darah
dan output urin
kering o Posisikan pasien untuk
mendapatkan perfusi yang
DS: optimal
o Haus o Monitor tekanan oksimetri
o Kelemahan sesuai kebutuhan
o Kulit kering o Monitor adanya status
hiperdinamik dari syok
sepsis paska resusitasi cairan
( peningkatan curah
jantung,penurunan volume
sukuncup, kemerahan pada
kulit atau penurunan suhu)
Kolaborasi:
Pemasangan infus
o Beritahu pasien mengenai
prosedur
o Identifikasi apakah pasien
alergi terhadap obat
yodium atau plester
o Identivikasi apakah pasien
memiliki masalah
pembekuan atau
mengkonsumsi obat yang
mempengaruhi
pembekuan darah
o Berikan cairan iv
sementara melakukan
monitor tekanan
hemodinamik
o Berikan cairan iv
kristaloid sesuai
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Eichard. E. Berhman. (2009). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz. (2015). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba Medika
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012 2014,
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ngastiyah. (2015). Keperawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Nurarif dan Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA. Jogjakarta: Mediation
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Price, S.A., Wilson. (2010). Fundamental keperawatan: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Smelther. S.C. & Brunner S. (2011). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2007). Anatomi Fisiologi keperawatan. Jakarta: EGC
Wong. Dona L. (2013). Pedoman medis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN ENSEFALITIS
DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Oleh
Resti Andarani
517054