Anda di halaman 1dari 7

ACARA SYUKURAN

HARI JADI TORAJA KE-769


&
HUT KE-59 KABUPATEN TANA TORAJA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA

___ ___ ___ ___ ___


ACARA SYUKURAN
HARI JADI TORAJA KE-769
&
HUT KE-59 KABUPATEN TANA TORAJA

“TORAJA MAELO”

 PROSESI GUBERNUR
 PA’PARAPA’
 KOMITMEN TORAYA ( BASSETA TORAYA )
 REFLEKSI SYUKURAN
 SEJARAH SINGKAT KABUPATEN TANA TORAJA
 SERAH TERIMA JABATAN BUPATI TANA TORAJA
 SAMBUTAN – SAMBUTAN :
a. BUPATI TANA TORAJA
b. GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN
 PENUTUP
SEJARAH SINGKAT HARI JADI TORAJA

Munculnya Gagasan

Pada Maret 1995, Bupati Kepala Daerah Tk II Tana Toraja mengemukakan ide tentang perlunya
diadakan seminar sejarah Toraja dalam rangka menentukan Hari Jadi Toraja. Pemikiran tersebut
mula-mula disampaikan kepada beberapa pejabat dan tokoh masyarakat yang ternyata ditanggapi
secara serius. Berbagai masukan diperoleh, baik yang bernada positif maupun yang negatif.
Upaya ini perlu karena bila mengacu pada pengalaman Daerah Tk I dan Daerah-Daerah Tk II di
Sulawesi Selatan, penentuan Hari Jadi itu penting dalam rangka mendorong tekad untuk mencari
momentum yang tepat dan strategis bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah secara bersama-
sama untuk bergerak dinamis dalam Pembangunan Nasional yang sedang berlangsung di daerah
ini.

Proses Perumusan

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-51 Republik Indonesia
tahun 1995, Bupati Kepala Daerah Tk II Tana Toraja dalam rapat panitia, menyampaikan agar
seminar tentang sejarah Toraja dan Hari Jadi Toraja dilaksanakan dalam rangkaian peringatan
HUT Proklamasi RI.

Ka. Kandep. Dikbud. Tk II Tana Toraja ditugaskan untuk melaksanakan rencana tersebut. Oleh
karena itu diadakanlah seminar pada tanggal 16 dan 17 Oktober 1995 dengan menghadirkan para
pakar/tokoh budaya dan tokoh-tokoh masyarakat dari 9 Kecamatan. Para utusan dari Kecamatan-
Kecamatan itu diwajibkan membawakan makalah tentang perkembangan Sejarah, Aluk (Agama),
Adat dan Budaya di wilayah masing-masing.

Pada acara pembukaan, Bupati Kepala Daerah Tk II Tana Toraja menyampaikan bahwa
keberadaan wahana Hari Jadi Toraja diharapkan dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat dan jajaran Pemerintah Daerah serta mendorong tumbuhnya semangat juang untuk
mengemban tugas bersama dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berbagai pertimbangan dan masukan disampaikan oleh peserta seminar, antara lain peristiwa-
peristiwa dalam perjalanan sejarah masyarakat Toraja dan Sulawesi Selatan pada umumnya,
serta mengambil perbandingan dari Daerah Tk I dan beberapa Daerah Tk II di Sulawesi Selatan,
seperti: Sinjai, Bone, Luwu’, Gowa dan Selayar tentang Hari Jadi Daerah itu masing-masing.

Dalam seminar dibentuklah tim perumus untuk merumuskan hasil akhir produk seminar. Tim ini
mengadakan rapat sebanyak enam kali dan menghasilkan kesimpulan seminar tentang Hari Jadi
Toraja. Dalam kesimpulan tersebut diajukanlah dua point rumusan yang merupakan alternatif
menyangkut Tanggal, Bulan dan Tahun Jadi Toraja yang merujuk pada kearifan budaya nenek
moyang (nenek todolo) dan semangat juang yang telah dipersembahkan oleh masyarakat Toraja
dalam perjalanan panjang Sejarah bangsa.
“Basseta Toraya”
1=D Lagu dan syair: Tiku Rari 1987 Rumusan itu memuat berbagai peristiwa sebagai puncak kejadian penting di Tana Toraja yang
____ ____ ___ ____ ____ layak dipertimbangkan oleh Bupati dan selanjutnya diusulkan ke Legislatif untuk dibahas dan
ditetapkan sebagai Peraturan Daerah. Rumusan itu ialah bahwa:
1 . 1 2 3 5 / 6 . 1 6 5 3 2 / 1 .
La ta i –nga-ran bang ta to - e man-da’ - i 1. Tanggal 8 September 1710
2 Na - ku - a to ma - tua: “Mangngatta ko-mi pia a. Tanggal 8 September merujuk pada akhir serangan umum Pahlawan Pong Tiku terhadap
3 Ka - dan- na to ki - naa: “Matang-kin ko-mi pia pertahanan tentara Belanda di beberapa tempat.
b. Tahun 1710 merujuk pada Basse Malua’ (Perjanjian Malua’) dimana terjadi Perjanjian
Perdamaian Abadi yang merupakan simbol persatuan dan kesatuan antara To Lepongan
____ ____ ___ ___ ____ ____ Bulan Tana Matari’ Allo dengan Kerajaan Bone.
1 2 3 5 / 2 . 2 0 0 / 2 . 3 2 3 2 1 / 2. Tanggal 26 Agustus 1247
1 bas-se - ta To - ra - ya: “Mi - sa’ ka - da di - po- a. Tanggal 26 Agustus mengacu pada semangat juang Pahlawan Pong Tiku dalam
memulai serangan umum terhadap pertahanan tentara Belanda yang menimbulkan
2 da’ mi ka’ -tu ran - nu um - ben- da- nan me - lo- banyak korban dan menyebabkan lumpuhnya pertahanan Belanda di beberapa tempat.
3 bu - da- pa ka - da - ke daa’ am-mi sa’bia-ngan- b. Tahun 1247 mengacu pada Budaya, Aluk dan Ada’ yaitu penyebaran Aluk Sanda Pitunna
di Tana Toraja. Sanda Pitunna adalah suatu sistim religi yang menjadi sumber
kebudayaan dan pandangan hidup masyarakat Toraja yang merupakan faktor penentu
__ ___ ___ ___ ____ _____ ___ eksistensi dan jati diri masyarakat Toraja sejak awal abad ke-13.

6  . 5 6 1 2 / 0 2 . 3 5 3 2 3 / 1 . 1 0 Proses Penetapan
0 /
Penetapan Hari Jadi Toraja sebagai produk Pemerintah Daerah mengalami proses pembahasan
1 tuo pan - tan ka - da di - po - ma - te”. yang cukup ketat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tk II Tana Toraja.
2 na na ma-ren-deng sang-ngul - le - le”.
Proses pembahasan dilakukan bukan hanya dalam sidang tetapi juga dengan menugaskan pihak
3 ni un - ne - lo- ran ka - da - ke - na”.
Eksekutif untuk meminta pendapat para ilmuwan dalam rangka konfirmasi mengenai Hari Jadi
Refrein yang merujuk pada penyebarluasan Aluk Sanda Pitunna itu. Para pakar itu adalah antara lain Prof
____ ____ ____ ____ ____ DR Mattulada, Prof DR Mangemba, Prof DR Salombe’, Prof DR Ny. M. Paranoan, Bpk Yulius
Tiranda, DR Stanislaus Sandarupa.
6 . 5 6 . 5 / 6 . 5 6 5 3 / 5 . . 6
I - nang ma - bal - lo tu me - lo - na lan ka- Berbagai rapat pembahasan dilakukan di DPRD dan berlangsung dalam suasana yang cukup
____ ___ ____ _____ ____ ____ hangat. Silang pendapat sering terjadi namun akhirnya tercipta musyawarah dan mufakat.

3 2 / 1 . 1 0 0 / 2 . 1 2 1 2 3 / 2 . 1 Kesepakatan diambil berdasarkan suatu gambaran komparatif yang diberikan oleh para pakar
tu - o - an - ta. Ke tumeng - ka me - lo - ki’ ma- yang menunjuk permulaan Abad ke-13 sebagai titik tolak Tahun Jadi Toraja. Sejak penyebaran
Aluk Sanda Pitunna di Toraja secara umum dapat diketahui bahwa para To Manurun mulai
____ ____ ___ ____ ____ ___
menyebar ke Sulawesi Selatan pada permulaan Abad ke-13. Berdasarkan beberapa silsilah yang
2 3 2 1 / 1 . 1 2 3 2 1 / 1 . 1 0 0 // dimiliki beberapa tokoh masyarakat, antara lain: Sangalla’, Kesu’, Mengkendek, Sesean, Saluputti
lo - lo pe - naan - ta, ma- la’- bi’ tu ton - dok - ta. dan Rindingallo ditemukan bahwa sampai sekarang sudah ada 25 generasi sejak periode
Tangdilino, Pasontik dan Pongkapadang (Penyebar Aluk Sanda Pitunna). Ketiga tokoh tersebut
beserta anak-anaknya, selain mengembangkan Aluk dan Ada’ ke seluruh wilayah Tondok
Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo, mereka juga menggerakkan masyarakat membangun tondok 1. LAKITTA Kepala Daerah Tana Toraja 01-03-1957 s/d 23-07-1958
(Manglili’ Tondok). Penyebaran dan pelestarian Aluk dan Ada’ dikembangkan melalui pranata
2. S.J. SARUNGNGU DPD merangkap Wakil Kepala Daerah Tana Toraja 23-07-1958 s/d 21-10-1958
Tongkonan di wilayah masing-masing. Setiap Panglili’ Tondok membentuk Tongkonan sebagai
pusat pemerintahan dan pelaksanaan ritus-ritus (Aluk). Berdasarkan penyebaran Aluk Sanda 3. D.S. RANTESALU Wakil Ketua DPD/Kepala Daerah Tana Toraja 21-10-1958 s/d 15-05-1959
Pitunna tersebut, yang kemudian menjadi sumber budaya dan falsafah hidup masyarakat
4. B.A. SIMATUPANG Kepala Daerah Swatantra Tk II Tana Toraja 15-05-1959 s/d 12-07-1960
Lepongan Bulan Tondok Matari’ Allo, maka Aluk dipandang sebagai landasan yang kokoh dalam
menentukan titik awal keberadaan masyarakat di wilayah Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo. 5. H.L. LETHE Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tana Toraja 12-07-1960 s/d 24-03-1963

6. A.J.K. ANDI LOLO Pelaksana Tugas Jabatan BKDH Tk II Tana Toraja 24-03-1963 s/d 11-01-1964

7. D.S RANTESALU Bupati KDH Tk II Tana Toraja 11-01-1964 s/d 25-06-1966

8. A. TAMPUBOLON Bupati KDH Tk II Tana Toraja 25-06-1966 s/d 04-09-1972

9. A. TAMPUBOLON Pj. BKDH Tk II Tana Toraja 04-09-1972 s/d 11-04-1973

10. DRS.NUSU’ LEPONG BULAN Pj. BKDH Tk II Tana Toraja 11-04-1973 s/d 24-01-1974

11. A.J.K. ANDI LOLO Bupati KDH Tk II Tana Toraja 24- -1974 s/d 06-06-1979

12. A.J.K. ANDI LOLO Bupati KDH Tk II Tana Toraja 06-06-1979 s/d 04-07-1984

13. A.J.K. ANDI LOLO Pj. BKDH Tk II Tana Toraja 04-07-1984 s/d 03-12-1984

14. A. JACOBS Bupati KDH Tk II Tana Toraja 03-12-1984 s/d 02-12-1989

15. DR. T.R. ANDI LOLO Bupati KDH Tk II Tana Toraja 02-12-1989 s/d 12-01-1995

16. DRS TARSIS KODRAT Bupati KDH Tk II Tana Toraja 12-01-1995 s/d 12-01-2000

17. ABBAS SABBI, SH Plh. Bupati Tana Toraja 12-01-2000 s/d 05-08-2000

18. J.A. SITURU, SH Bupati Tana Toraja 05-08-2000 s/d 05-08-2005

19. J.A. SITURU, SH Plt. Bupati Tana Toraja 06-08-2005 s/d 12-08-2005

20. H.B. AMIRUDDIN MAULA Plt. Bupati Tana Toraja 13-08-2005 s/d 25-09-2010

21. ENOS KAROMA, SE., MH Plh. Bupati Tana Toraja 26-09-2010 s/d 26-09-2010

22. THEOFILUS ALLORERUNG, SE Bupati Tana Toraja 15-09-2010 s/d 27-09-2015

23. ENOS KAROMA, SE., MH Plh. Bupati Tana Toraja 27-09-2015 s/d 01-10-2015

24. DRS. H.JUFRI RAHMAN, M.Si Penjabat Bupati Tana Toraja 01-10-2015 s/d 17-02-2016

25. IR. NICODEMUS BIRINGKANAE Bupati Tana Toraja 17-02-2016 s/d Sekarang

NAMA-NAMA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II TANA TORAJA : Selanjutnya dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor
162/VII/1997 tanggal 31 Juli 1997, 10 Kelurahan disahkan menjadi Kelurahan Defenitif dan SK
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 163/VII/1997 tanggal 31 Juli 1997 ke Sebelum menggunakan kata TANA TORAJA, Tana Toraja terkenal dengan nama
104 Desa Persiapan disahkan menjadi Desa Defenitif. TONDOK LEPONGAN BULAN TANA MATARI’ ALLO, yang berarti NEGERI DENGAN BENTUK
PEMERINTAHAN DAN KEMASYARAKATAN YANG MERUPAKAN SUATU KESATUAN YANG
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan UTUH - BULAT BAGAIKAN BULAN DAN MATAHARI.
Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2000 Tanggal
29 Desember 2000 maka 6 Kecamatan Perwakilan menjadi Defenitif sehingga jumlah Kecamatan Kata TANA TORAJA baru dikenal sejak Abad ke-17 yaitu sejak daerah ini mengadakan
di Kabupaten Tana Toraja menjadi 15 Kecamatan. Selanjutnya dengan Peraturan Daerah Nomor hubungan dengan beberapa tetangga di daerah Bugis: Bone, Sidenreng dan Luwu.
2 Tahun 2001 Tanggal 11 April 2001 maka dari 238 Desa yang ada di Kabupaten Tana Toraja
berobah nama menjadi Lembang serta ada yang mengalami penggabungan. Sekarang Ada beberapa pendapat mengenai arti kata TORAJA antara lain dari bahasa Bugis: TO =
Kecamatan mekar lagi menjadi 29 Kecamatan, 73 Kelurahan dan 195 Lembang. Orang, dan RIAJA = DARI UTARA. Ada pula yang berpendapat bahwa TO RIAJA berarti Orang
Dari Barat. Begitu menurut pendapat dari Luwu pada permulaan Abad ke-19 ketika penjajah mulai
Dikarenakan perkembangan pembangunan dan kemasyarakatan didaerah yang terus mengalami merentangkan sayapnya ke daerah pedalaman Sulawesi Selatan.
peningkatan dari waktu ke waktu, maka melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor
6 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor 18 Tahun 1906 pasukan penjajah tiba di Rantepao dan Makale melalui Palopo. Ketika
tahun 2000, Kabupaten Tana Toraja saat ini terdiri atas 40 Kecamatan, 87 Kelurahan dan 223 penjajah itu tiba di Rantepao dan Makale, mereka dihadapi dengan gigih oleh beberapa pemimpin
Lembang, Berdasarkan aspirasi yang terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat Toraja antara lain: PONGTIKU, BOMBING, WA’SARURAN yang menimbulkan banyak korban di
serta adanya dukungan dan keinginan politik pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan dukungan pihak penjajah.
dari berbagai pihak, maka melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 21 juli 2008,
ditetapkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Toraja Pemerintah Hindia Belanda mulai menyusun pemerintahannya yang terdiri dari DISTRIK,
Utara di Provinsi Sulawesi Selatan yang diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun 2008 BUA’ dan KAMPUNG yang masing-masing dipimpin oleh penguasa setempat (Puang, Parengnge’
Nomor 101, dengan demikian secara administrasi pemerintahan wilayah Kabupaten Tana Toraja dan Ma’dika).
terbagi menjadi dua, yakni Kabupaten Tana Toraja sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten
Setelah 19 tahun Hindia Belanda berkuasa di daerah ini, Tana Toraja dijadikan sebagai
Toraja Utara sebagai daerah otonomi baru yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada
ONDERAFDELING di bawah SELFBESTUUR Luwu di Palopo yang terdiri dari 32 LANSCHAAP
tanggal 26 Nopember 2008, yang maka luas Kabupaten Tana Toraja setelah mengalami
dan 410 Kampung dan sebagai CONTROLEUUR yang pertama ialah: H. T. MANTING.
pemekaran menjadi 2.054,3 Km⒉yang terdiri dari 19 Kecamatan112 Lembang dan 47 Kelurahan.
Pada 8 Oktober 1946 dengan besluit LTTG tanggal 8 Oktober 1946 Nomor 5 (Stbld.
1946 Nomor 105) ONDERAFDELING Makale/Rantepao dipisahkan dari Swapraja yang berdiri
sendiri di bawah satu pemerintahan yang disebut TONGKONAN ADA’.

Pada saat Pemerintahan berbentuk Serikat (RIS) tahun 1946 TONGKONAN ADA’ diganti
dengan suatu pemerintahan darurat yang beranggotakan 7 orang dibantu oleh satu badan yaitu
KOMITE NASIONAL INDONESIA (KNI) yang beranggotakan 15 orang.

Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Selatan Nomor 482,
Pemerintah Darurat dibubarkan dan pada tanggal 21 Pebruari 1952 diadakan serah terima
Pemerintahan kepada Pemerintahan Negeri (KPN) Makale/Rantepao yaitu kepada Wedanan
ANDI ACHMAD. Dan pada saat itu wilayah yang terdiri dari 32 Distrik, 410 Kampung dirubah
menjadi 15 Distrik dan 133 Kampung.

Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1957 dibentuklah Kabupaten


SEJARAH SINGKAT KABUPATEN TANA TORAJA Daerah Tingkat II Tana Toraja yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 31 Agustus 1957
dengan Bupati Kepala Daerah yang pertama bernama LAKITTA.
Pada Tahun 1961 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dibentuk sebuah wilayah kerja pembantu Bupati Kepala Daerah Wilayah Utara meliputi
Sulawesi Selatan Nomor 2067 A. Administrasi Pemerintahan berubah dengan penghapusan Kecamatan Rantepao, Kecamatan Sanggalangi’, Kecamatan Sesean dan Kecamatan Rindingallo.
Sistim Distrik dan pembentukan Pemerintahan Kecamatan.
Selanjutnya dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor
Tana Toraja pada waktu itu terdiri atas 15 Distrik dengan 410 Kampung berubah menjadi 1102/IX/1989 tanggal 11 September 1989 dari 63 Desa tersebut, dimekarkan lagi 8 Desa
9 Kecamatan dengan 135 Kampung. Kemudian dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Persiapan yang selanjutnya dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 450/XII/1965 tanggal 20 Desember 1965 diadakan Nomor 769/VI/1991 tanggal 20 Juni 1991 dari 8 Desa Persiapan tersebut ditetapkan sebagai Desa
pembentukan Desa Gaya Baru. Defenitif.

Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan tentang Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 601/V/1992
pembentukan Desa Gaya Baru tersebut, ditetapkanlah SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tana tanggal 21 Mei 1992 telah disahkan 22 Kelurahan Persiapan.
Toraja Nomor 152/SP/1967 tanggal 7 September 1967 tentang Pembentukan Desa Gaya Baru
dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Tana Toraja sebanyak 65 Desa Gaya Baru yang terdiri dari Dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 78/II/1995
186 Kampung dengan perincian sebagai berikut: tanggal 6 Pebruari 1995 telah dibentuk 4 Perwakilan Kecamatan, yaitu:

- Perwakilan Kecamatan Rantetayo


1. Kecamatan Makale 7 Desa 20 Kampung
2. -,,- Sangalla’ 4 Desa 8 Kampung - Perwakilan Kecamatan Tondon Nanggala
3. -,,- Mengkendek 6 Desa 20 Kampung
4. -,,- Saluputti 10 Desa 25 Kampung - Perwakilan Kecamatan Simbuang
5. -,,- Bonggakaradeng 4 Desa 15 Kampung
6. -,,- Rantepao 4 Desa 18 Kampung - Perwakilan Kecamatan Sa’dan Balusu
7. -,,- Sanggalangi’ 9 Desa 40 Kampung
8. -,,- Sesean 11 Desa 18 Kampung Selanjutnya dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor
9. -,,- Rindingallo 10 Desa 22 Kampung
954/XI/1998 tanggal 14 Desember 1998 dibentuk lagi 2 Kecamatan Perwakilan yaitu:
----------------------------------------------------
- Perwakilan Kecamatan Bittuang
65 Desa 186 Kampung
- Perwakilan Kecamatan Buntao’ Rantebua
Berdasarkan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 68/II/1995
dan Peraturan Pelaksanaannya, dari 65 Desa Gaya Baru tersebut berubah menjadi 45 Desa dan tanggal 20 Pebruari 1995 dari 22 Kelurahan Persiapan telah disahkan 15 Kelurahan Persiapan
20 Kelurahan. menjadi Kelurahan Defenitif, yang selanjutnya dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan Nomor 442/1996 tanggal 17 September 1996 telah disahkan 7 Kelurahan
Selanjutnya dengan SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tana Toraja Nomor 169 Tahun
Persiapan menjadi Kelurahan Defenitif.
1983 tanggal 26 September 1983 dibentuklah Dusun dalam Desa dan Lingkungan dalam
Kelurahan. Pelaksanaan lebih lanjut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Dari sejumlah Desa/Kelurahan Defenitif tersebut dimekarkan lagi 104 Desa Persiapan
Desa tersebut, dengan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1980 dari 65 Desa dan dan 10 Kelurahan Persiapan sesuai SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
Kelurahan tersebut dibentuk lagi 18 Desa Persiapan yang selanjutnya dengan SK Gubernur Nomor 771/X/1996 tanggal 9 Oktober 1996 dibentuk lagi 15 Desa Persiapan.
Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 168/XI/1982 tanggal 29 Nopember
1982, 18 Desa Persiapan tersebut menjadi Desa Defenitif.

Pembentukan wilayah kerja Pembantu Bupati Kepala Daerah Wilayah Utara.


Berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 1988 tanggal 26 September 1988, telah

Anda mungkin juga menyukai