Anda di halaman 1dari 29

BAB II

Pendekatan & Metodologi


2.1. Tanggapan dan saran terhadap Kerangka Acuan Kerja

Setelah membaca dan menelaah Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Pengawasan


Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan konsultan memberikan
tanggapan-tanggapan sebagai berikut :

1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


a. Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Konsultan telah mengetahui sepenuhnya mengenai latar belakang
Pekerjaan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga
Kesehatan.
b. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan Pekerjaan
Maksud dan tujuan pekerjaan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan menurut hemat konsultan sudah cukup tepat dan
strategis, yaitu :
Agar pelaksanaan pencapaian target mutu, waktu dan pembiayaan pembangunan
bisa berjalan dengan baik, sehingga hasil pembangunan yang dihasilkan nanti
semakin berharga serta memiliki kinerja yang baik.
c. Tanggapan Terhadap Sasaran
Ketiga point Sasaran pekerjaan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan ini menurut konsultan sudah cukup tepat guna
sesuai dengan maksud dan tujuannya.
d. Tanggapan Terhadap Tugas, Tanggung jawab dan Program Kerja Konsultan
Pengawas Konsultan telah mengetahui sepenuhnya mengenai Tugas,
Tanggung jawab dan Pogram Kerja Konsultan Pengawas dalam Pekerjaan
Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan dan akan melaksanakan seoptimal
mungkin.
e. Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Proyek
Ruang lingkup Penyusunan Pekerjaan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan
Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana diarahkan dalam KAK
sudah cukup jelas dan lengkap. Ruang lingkup pekerjaan terdiri dari :
Lingkup Pekerjaan : Kegiatan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan yang meliputi pengendalian waktu, biaya,
pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas), dan tertib administrasi
dalam Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga
Kesehatan pada tahap pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa
pemeliharaan.
Tahap Lingkup Tugas : Kegiatan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan yang memiliki spesifikasi umum sebagai berikut
:
- Pekerjaan Tanah dan Pondasi
- Struktur beton bertulang
- Pekerjaan pasangan
- Pekerjaan rangka atap dan plafond
- Instalasi air (bersih dan kotor)
- Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
Konsultan pada intinya akan berupaya melaksanakan seluruh lingkup yang
diisyaratkan. Penjabaran pelaksanaan lingkup kegiatan akan diuraikan lebih
rinci dalam pendekatan Masalah dan Metodologi.
f. Tanggapan Terhadap Pendekatan dan Metodologi
Konsultan telah mengetahui sepenuhnya mengenai kebutuhan wawasan yang luas
terhadap pendekatan dan metodologi pelaksanaan sebagai pendukung utama
dalam Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga
Kesehatan.
g. Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan selama 180 hari kalender sejak penandatanganan
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) pekerjaan fisik oleh Kuasa Pengguna
Anggaran sampai dengan masa pemeliharaan. Konsultan akan membuat rencana
kerja yang terkoordinasikan dengan baik dan akan mengerahkan kemampuan
yang dimiliki agar dalam pelaksanaan nantinya tepat waktu dan tepat sasaran.
h. Tanggapan Terhadap Tenaga Ahli Yang Diperlukan
Untuk melaksanakan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah
Dinas Tenaga Kesehatan, jenis keahlian kualifikasi dan jumlah tenaga ahli yang
disebutkan KAK akan disediakan sebaik mungkin. Konsultan memberikan
komposisi tim ahli yang telah berpengalaman luas di proyek-proyek baik
proyek pemerintah maupun swasta, terutama ahli-ahli yang banyak terlibat
dalam Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga
Kesehatan. Rincian tenaga ahli ini dapat dilihat pada bab Tenaga Ahli dan
Tanggung jawabnya. Untuk mendukung kerja tim ahli ini diperlukan tim
pendukung yang dapat akomodatif terhadap berbagai tugas yang dibebankan.
Oleh karena itu tim pendukung ini juga akan melibatkan tenaga -tenaga
pendukung yang telah berpengalaman.
i. Tanggapan Terhadap Lokasi Pekerjaan
Konsultan telah mengetahui bahwa Kegiatan jasa konsultasi Pengawasan
Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan ini harus dilaksanakan
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tepatnya di Kabupaten Jayapura
dengan mengenali karakteristik kawasan secara fisik dan ataupun secara non
fisik sesuai dengan yang terdapat dalam KAK.
j. Tanggapan Terhadap Keluaran
Konsultan telah mengetahui keluaran pada tahap pelaksanaan pekerjaan
Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan yang harus
dihasilkan sesuai dengan KAK.
k. Tanggapan Terhadap Laporan
Konsultan telah mengetahui jenis – jenis laporan yang harus dihasilkan selama
pelaksanaan pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan sesuai dengan KAK.

2. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP PERSONIL / FASILITAS PENDUKUNG DARI


PPK
Tanggapan perihal penyediaan peralatan/ material/ personil/ fasilitas
pendukung oleh PPK meliputi:
a. Konsultan memahami maksud KAK sebagai arahan dalam mewujudkan
pengawasan pembangunan berdasarkan sasaran kegiatan yang harus dipenuhi
sehingga mendapatkan hasil ekonomis, berkualitas dan berfungsi secara
optimal.
b. Penyediaan peralatan maupun material oleh PPK yang masuk dalam usulan
biaya dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan pengawasani sudah sesuai
dengan kebutuhan seperti untuk penyelesaian administrasi dan teknis
di lapangan.
c. Jumlah Personil maupun disiplin ilmu untuk tenaga ahli dan tenaga
pendukung sudah sesuai dengan kebutuhan personil pengawasan.
d. Data dan fasilitas penunjang sudah bisa dijadikan modal untuk melaksanakan
kegiatan pengawasan dari aspek biaya, mutu, waktu dan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang dilakukan personil konsultan pengawas dalam
mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan oleh pemborong.
e. Pelaporan sudah sesuai dengan keluaran yang tepat sasaran.

2.2. Uraian Pendekatan, Metodologi, dan Program Kerja

1.UMUM

Metodologi pelaksanaan layanan Jasa Konsultansi Pekerjaan Pengawasan


Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan, mengacu pada
pemahaman dan apresiasi konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) untuk paket pekerjaan
tersebut di atas. Orientasi pokok dalam penyusunan metodologi ini adalah
tercapainya maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan pengawasan dalam
pengendalian dan pengawasan teknik bangunan gedung secara memuaskan.
Metodologi ini disusun berdasarkan beberapa pendekatan yaitu
pendekatan umum, pendekatan teknis dan administrasi serta pendekatan
professional. Pendekatan-pendekatan tersebut akan menjadi kerangka dasar
dari penyusunan program kerja secara terperinci khususnya yang berhubungan
dengan teknik pelaksanaan Pengawasan pekerjaan di lapangan.
2. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT
Koordinasi dengan instansi terkait atau lembaga yang terkait di semua
tingkatan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar
implementasi dan pelaksanaan pekerjaan Pengawasan di lapangan dapat
berjalan secara lancar tanpa ada benturan dan kesalah pahaman yang
diakibatkan kurangnya koordinasi dan informasi dari pihak - pihak yang terkait.
Pihak - pihak yang terkait yang dimaksud bukan hanya dari pihak Proyek, namun
juga instansi - instansi terkait lainnya. Prasarana sebelum pelaksanaan
pekerjaan Pengawasan dilaksanakan perlu adanya koordinasi dan pemberian
informasi baik secara formal maupun secara non formal. Hal ini perlu ditekankan
khususnya kepada personil - personil yang akan melakukan pengendalian dan
pengawasan langsung pada setiap harinya di lapangan.
Agar pelaksanaan kerja dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan,
konsultan Pengawas akan membina dan menjalin kerjasama yang baik dengan
Konsultan lain di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura serta dengan
instansi - instansi pemerintah yang terkait.

3.PENDEKATAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI


Pendekatan teknis dan administrasi yang dimaksud adalah pendekatan
terhadap semua aspek teknis dan administrasi yang akan dihadapi dalam
pelaksanaan pekerjaan Pengawasan di lapangan. Pendekatan ini akan
menunjukkan pemahaman konsultan mengenai aspek teknis dan administrasi
yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan Pengawasan di lapangan.

a. Pendekatan Secara Teknis

Prinsip-prinsip keteknikan yang akan diaplikasikan dalam pelaksanaan


pekerjaan pengawasan ini adalah pedoman - pedoman teknik yang biasa dipakai
di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan. Pedoman yang
dimaksud adalah semua produk yang diterbitkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan yang relevan dengan item pekerjaan - pekerjaan yang
akan dilaksanakan di lapangan yang tentunya akan mengacu pada dokumen
kontrak termasuk pada lingkup pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan. Prinsip keteknikan dalam hal pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang akan diaplikasikan, pada dasarnya
merupakan alat Bantu agar pengelolaan pembangunan dapat menghasilkan out
– put seperti yang diharapkan. Alat Bantu tersebut adalah sarana dan bukan
tujuan yang akan dicapai, dan hasil pelaksanaan prinsip - prinsip tersebut sangat
tergantung kepada komitmen para pelaksana di lapangan untuk
melaksanakannya.
Ukuran dasar keberhasilan suatu rehabilitasi adalah menyangkut mutu,
sehingga aplikasi keteknikan dapat dikatakan sebagai “Quality Assurance“ bahwa
sarana dan prasarana yang dibangun akan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sesuai dengan fungsinya dan dalam waktu pemanfaatan yang sesuai
dengan umur rencana.
Pengawasan dilakukan dengan berdasarkan pada spesifikasi teknis, RAB, dan Gambar
Rencana pada dokumen kontrak. Secara diagramatik, metodologi dapat dilihat pada gambar
berikut :

DOKUMEN KONTRAK VARIABEL UMUM ITEM YANG DIAWASI REKOMENDASI


PENGAWASAN
(SPEC TEKNIS, RAB,
GAMBAR RENCANA) KOMUNIKASI
/RAPAT KOORDINASI
KAB-PROP

GANTI/PAKAI
BAHAN

JENIS, DIMENSI,
KUALITAS, JUMLAH,
WARNA, DLL.

ORANG PAKAI/
TAMBAH
JUMLAH, KEAHLIAN
LAPORAN MINGGUAN
LAPORAN HARIAN
LAPORAN BULANAN
PENGAWAS
LAPANGAN

JENIS, FUNGSI,
KAPASITAS, KONDISI ALAT GANTI/PAKAI

HENTIKAN/
HUJAN, KERING CUACA LANJUTKAN

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Aspek-aspek yang diawasi:
1. Bahan (jenis, dimensi, kualitas, jumlah)
Pada prinsipnya semua bahan yang digunakan harus mengacu pada Syarat-Syarat Teknis
dalam dokumen kontrak pekerjaan pelaksanaan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi secara umum adalah:
Bahan harus dalam keadaan baru
Dimensi harus sesuai
Komposisi bahan harus sesuai
Rincianmengenai persyaratan bahan harus mengacu pada Syarat-Syarat Teknis yang
merupakan bagian tak terpisahkan dalam dokumen kontrak pekerjaan pelaksanaan.
Pengawas tidak hanya melakukan pengamatan langsung terhadap bahan yang
bersangkutan, tetapi sedapat mungkin melakukan perbandingan dengan contoh
pembanding untuk dapat memperoleh kesimpulan tentang kesesuaian bahan yang
dipakai pelaksana.
Bila tidak terdapat kesesuaian maka pengawas akan memberikan teguran dan
rekomendasi penggantian.
2. Orang (jenis keahlian, jumlah)
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diuraikan dalam Tanggapan terhadap KAK, maka
diperoleh jenis keterampilan yang harus digunakan kontraktor pelaksana di lapangan:
a. Pekerja untuk pekerjaan tanah/penggalian/penimbunan/urugan
b. Tenaga Terampil dan pekerja
c. Mandor
Jumlah tenaga terampil, pekerja, dan mandor yang digunakan harus diterjemahkan oleh
pelaksana dari analisis terhadap kontrak pelaksanaannya sedemikian rupa sehingga
dapat menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik dan volume maksimal. Bila
terdapat indikasi keterlambatan karena kurangnya tenaga kerja maka konsultan
pengawas akan memberikan teguran/rekomendasi penambahan tenaga kerja.
3. Alat (jenis, kapasitas, kondisi)
Jenis peralatan yang digunakan harus sesuai, baik kapasitasnya maupun kondisinya. Bila
ketaksesuaian yang terjadi mengakibatkan terhambatnya pekerjaan, konsultan
pengawas dapat menegur dan merekomendasikan penggantian.
4. Cuaca
Faktor non teknis yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi adalah cuaca. Tetapi tidak semua jenis pekerjaan konstruksi
dipengaruhi cuaca. Khusus untuk pekerjaan jalan, baik pemeliharaan maupun penetrasi,
akan sangat dipengaruhi cuaca. Namun demikian, pekerjaan jalan umumnya
memerlukan waktu yang tidak lama, dibanding pekerjaan konstruksi lainnya seperti
pembangunan gedung, dengan syarat peralatan yang dibutuhkan tersedia di lapangan.
Dengan demikian penjadwalan mobilisasi alat sangatlah penting untuk menyiasati cuaca.
Catatan-catatan tentang cuaca harian harus dilakukan untuk menjadi dasar penilaian
prestasi pekerjaan, terutama bila terjadi keterlambatan dengan alasan cuaca.
5. Jadwal Pelaksanaan
Konsultan supervisi melakukan pengawasan terhadap kesesuaian pelaksanaan di
lapangan dengan jadwal pelaksanaan (Time Schedule) dalam kontrak. Apabila terjadi
penyimpangan (deviasi) negatif maka konsultan supervisi memberikan teguran/warning
kepada pelaksana agar mempercepat pelaksanaan dengan memperhatikan faktor-faktor
sumberdaya seperti: bahan, tenaga kerja, peralatan, dan kesiapan keuangan dan faktor-
faktor teknis lainnya seperti kondisi lokasi, direksi kit, supplai air, bahan bakar, dll.
b. Pendekatan Administrasi

Administrasi pelaksanaan pekerjaan Pengawasan merupakan bagian penting


yang tidak boleh diabaikan. Bagian ini merupakan catatan penting mengenai
jalannya pelaksanaan program, mulai dari tahap awal pengendalian dan
pengawasan pekerjaan, sampai dengan masa pemeliharaan pekerjaan.
Administrasi pelaksanaan program secara umum terdiri dari administrasi teknik,
keuangan dan pelaporan.
Dalam pelaksanaan di lapangan konsultan akan menerapkan prinsip - prinsip
administrasi sebagai berikut :

Menggunakan format - format standar yang sudah ada dan


sudah biasa dipakai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan.
Menggunakan format sederhana namun informatif (semua
informasi penting yang dibutuhkan dapat tercatat), sehingga mudah
dipahami oleh para pelaksana di lapangan maupun oleh penerima
laporan.
 Sistem pelaporan yang jelas dan berjenjang serta tidak
“overlapping “

4.PENDEKATAN PROFESSIONAL
Secara umum tugas konsultan Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan PEMBANGUNAN
RUMAH DINAS TENAGA KESEHATAN dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian
yaitu :

a. Tugas - tugas yang bersifat “ Assistance Concept “

Dalam hal ini konsultan Pengawas bertindak sebagai pemberi saran dan bantuan
teknis, administrasi dan manajerial kepada Pejabat Pembuat Komitmen yaitu
Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TENAGA
KESEHATAN. Dalam konsep ini konsultan tidak berwenang memutuskan suatu
kebijakan atau suatu langkah konkret, karena hal tersebut menjadi tugas dan
tanggung jawab dari instansi terkait.

b. Tugas - tugas yang bersifat “ Task Concept ”

Dalam hal ini konsultan bertindak untuk melaksanakan suatu kegiatan, baik
lingkup organisasi konsultan sendiri, maupun dalam lingkup secara keseluruhan.
Dalam konsep ini konsultan berwenang mengambil keputusan dan
menentukan kebijakan dimana keputusan yang diambil oleh konsultan bersifat
mengikat terhadap pihak lain yang terkait (misal : kontraktor). Konsultan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua implikasi yang mungkin
terjadi sebagai akibat dari keputusan yang diambil.
Dalam Pendekatan Profesional perlu kiranya ditekankan mengenai Prinsip dasar
yang harus dipahami dalam pelaksanaan pekerjaan Pengawasan, yang meliputi
hal - hal sebagai berikut :

a) Pengendalian Pelaksanaan Kegiatan


Konsultan akan melakukan kegiatan pengendalian dalam
lingkup kerja secara cepat, tepat, praktis dan efisien. Kegiatan
pengendalian ini meliputi sasaran, target dan keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan.
b) Pengaturan Tata Kerja Personil
Konsultan akan membentuk suatu organisasi intern konsultan
maupun pembentukan organisasi proyek secara keseluruhan agar
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengaturan tata kerja atau
organisasi yang kurang baik akan menyebabkan kegiatan berjalan
tanpa arah dan terget.
c) Pemeriksaan Kegiatan Kerja

Pemeriksaan kegiatan kerja akan dilakukan dengan memeriksa :


Penetapan langkah (apa, dimana, dan bagaimana ?)
Pengaturan waktu (kapan ?)
Penugasan (siapa ?)
Tahap lanjutan (atau penyelesaian dengan segera).

5.METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang diajukan ini merupakan penjabaran


secara lebih konkrit terhadap bidang kerja jasa konsultansi Pengawas. Metode
ini meliputi pembahasan mengenai prosedur umum Pekerjaan Pengawasan
Pelaksanaan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan secara keseluruhan,
maupun prosedur pelaksanaan kegiatan dari bagian - bagian pekerjaan,
termasuk didalamnya uraian sistem informasi dan pelaporan yang
akan dilaksanakan.
a. Pengetahuan Tentang Dokumen Kontrak

Dalam setiap kegiatan proyek perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan


sistem pengawasan/pengendalian yang teratur, agar hasil akhir yang dicapai
dapat memuaskan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari proyek
itu dan memenuhi sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pada
umumnya dan sudah menjadi suatu keharusan sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai antara pemilik proyek dengan pelaksana pekerjaan perlu dibuat
suatu Dokumen Kontrak Kerja, dokumen kontrak ini merupakan acuan dan
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan di lapangan. Dengan demikian
perlu kiranya personil - personil Pengawasan menguasai hal - hal yang
berhubungan dengan manajemen proyek, yang salah satu diantaranya
adalah penguasaan Dokumen Kontrak tersebut. Dokumen Kontrak Fisik
merupakan dokumen yang harus dikuasai oleh personil konsultan Pengawas.
Biasanya dokumen kontrak berisi :
Instruksi Kepada Peserta Pelelangan
Syarat - syarat Umum
Spesifikasi Teknik
Gambar Rencana Proyek
Surat Penawaran Kontraktor beserta lampiran - lampirannya.
Addendum Kontrak, jika ada.
Di dalam pengendalian dan pengawasan di lapangan nantinya Konsultan
Pengawas akan selalu berpedoman pada Dokumen Kontrak yang telah dibuat
dan disepakati antara Kuasa Pengguna Anggaran, dengan pihak - pihak yang
terkait, kecuali kalau ada perintah perubahan (Contract Change Order) atau
Addendum yang dikeluarkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Program Pengendalian dan pengawasan pekerjaan
Program Pengendalian dan Pengawasan dalam Pengawasan harus dilaksanakan
secara ketat dan terus - menerus sepanjang waktu kontrak, dimana masing -
masing periode mempunyai tahapan/langkah sendiri - sendiri dan
berkesinambungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya.
Konsultan diwajibkan untuk kerja penuh waktu dalam pemberian saran kepada
Kuasa Pengguna Anggaran pada Pekerjaan Pengawasan Pelaksanaan
Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan yang masuk dalam paket pekerjaan
proyek dan pelaksanaan kontrak - kontrak. Konsultan akan menentukan dengan
jelas dan spesifik, luas dan dalam cakupan kerja Pengawasan dalam penugasan
ini, dan akan mengkonfirmasikan tingkat pelayanan dan/atau masukan dari staf
yang disyaratkan untuk kepastian cukupnya pengawasan dan pemeriksaan.

a) Masa Mobilisasi
Pada periode Mobilisasi ini disamping Konsultan akan melakukan mobilisasi
personil - personilnya yang akan terlibat dalam pekerjaan Pengawasan,
Konsultan juga sudah harus mulai mengadakan checking, pengendalian dan
pengawasan terhadap :
Schedule mobilisasi Kontraktor.
Realisasi Mobilisasi Peralatan, Personil serta Kantor (direksi–keet)
Kontraktor.
Realisasi pemenuhan spesifikasi atas fasilitas untuk Team Supervisi (jika
ada).
Schedule Pekerjaan yang diajukan Kontraktor, diarahkan agar efektif,
dituangkan dalam Kurva S, sehingga Konsultan akan mudah mengawasi
atas kemajuan pekerjaan Kontraktor.
Review terhadap design yang ada, serta alternatif design bila dipandang
perlu.
Pembuatan Shop Drawing (terutama penampang memanjang dan
melintang dulu).
Mulai meneliti bahan - bahan yang akan dipakai, menurut spesifikasi yang
ada.
Penyiapan blangko - blangko (form) yang akan dipergunakan selama masa
kontrak, termasuk diantaranya blanko pengujian, blangko perhitungan
volume, blangko laporan, serta blangko sertifikat bulanan (MC) atau
sertifikat eskalasi bulanan (Price Escalation Certificate) jika ada.
Dalam masa mobilisasi inilah Konsultan Pengawas benar - benar harus
dapat mengarahkan dan memberi bimbingan kepada kontraktor
agar semuanya dapat selesai dalam jangka waktu mobilisasi tersebut.
Penekanan dalam pembuatan schedule pekerjaan yang diajukan
Kontraktor, harus diteliti betul serta diperiksa kemungkinan - kemungkinan
dalam penerapan urutan pekerjaan apakah sudah sesuai dengan
tahapan serta sesuai dengan kondisi dan keadaan di lapangan. Yang jelas
di dalam pembuatan schedule ini harus memperhatikan "hari efektif"
yang ada didalam jangka waktu pelaksanaan serta harus mengingat
batas waktu yang harus diselesaikan.

b) Masa Pelaksanaan Pekerjaan Fisik

Pada masa pelaksanaan pekerjaan fisik ada beberapa pokok pengendalian


dan pengawasan yang dapat dibagi dalam kategori sebagai berikut :

1) Pengendalian dan Pengawasan Kualitas (Mutu) Pekerjaan :

Dalam pengendalian dan pengawasan kualitas ini Konsultan harus


benar - benar ketat, mengingat bahwa intensitas penyimpangan
dalam hal mutu di pandang saat ini masih cukup tinggi.
Pengendalian mutu yang dimaksud adalah untuk mendapatkan
hasil pelaksanaan pekerjaan fisik yang awet, tahan lama dan dapat
dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan
usia/umur pelayanan.
Pencapaian mutu hasil pelaksanaan yang optimal akan ditempuh
melalui pengendalian mutu bahan/material dan metode/cara
pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan pengendalian mutu direalisasikan
melalui kegiatan “kontrol kualitas“, sesuai dengan setiap tahapan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Hal – hal yang perlu dicermati terutama adalah kualitas pada
pekerjaan utama. Agar diperoleh kualitas yang baik, perlu adanya
cheking bahan/material, dalam hal ini kontraktor mengajukan
contoh bahan dengan "request sheet" yang memuat asal bahan,
komposisi bahan, hasil test mutu, ukuran type, spesifikasi, sertifikat dan
sifat - sifatnya.
Dari hasil penelitian bahan, konsultan supervisi membuat
rekomendasi atas bahan - bahan yang dipakai harus sesuai contoh
yang disetujui, dan bahan yang tidak sesuai dengan ketentuan
akan ditolak oleh Konsultan Pengawas, bahan yang ditolak harus
dikeluarkan dari lokasi proyek.
Inspeksi secara terus menerus merupakan salah satu alat dari
pengendalian kualitas, disamping dokumentasi. Serta memberikan
pengarahan pada para pekerja agar sesuai dengan rencana dan
spesifikasi, sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
penyimpangan.

2) Pengendalian dan Pengawasan Kuantitas :


Dalam pengendalian dan pengawasan kuantitas pekerjaan ini tugas
utama ada pada Supervisior dan Pengawas lapangan/ Inspecktor.
Harus dipahami betul masalah aturan dan cara pembayaran yang
ada di dalam Spesifikasi, mana yang dapat dibayar dan mana yang
tidak dan harus mengacu pada dokumen kontrak dan Addendum
kontrak (bila ada).

3) Pengendalian Biaya/Anggaran :
Pengendalian Biaya/Anggaran yang ada sangat erat hubungannya
dengan pengendalian kwantitas. Karena pada umumnya kontrak-
kontrak sekarang menggunakan sistem Harga Satuan, maka
pengendalian kwantitas juga akan merupakan pengendalian
anggaran.

4) Pengendalian Waktu
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilakukan untuk menjamin agar
pelaksanaan pekerjaan dapat selesai sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan fisik di
lapangan harus selalu terkontrol.
Pengendalian waktu akan dilakukan melalui analisa terhadap
performance pelaksanaan proyek, dimana untuk proyek ini dapat
menggunakan indikator SPI (Schedule Performance Index) dan CPI
(Cost Performance Index).
SPI adalah perbandingan antara realisasi fisik yang telah dikerjakan
dengan rencana (schedule) yang ada pada periode yang sama.
Sedangkan CPI adalah perbandingan antara dana yang telah
dibayarkan dengan dana/biaya yang tersedia (kontrak).
Secara umum SPI dan CPI dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
kriteria, yaitu :

SPI / CPI = 1, Proyek dikatakan tepat


SPI / CPI > 1, Proyek dikatakan cepat
SPI / CPI < 1, Proyek dikatakan terlambat

5) Contract Change Order (Perintah Perubahan Kontrak) dan Addendum


Apabila selama jangka waktu pelaksanaan ini terdapat hal - hal
yang tidak sama (dalam hal volume atau biaya dimana jumlah akhir
tidak melebihi harga kontrak) harus ada perintah perubahan dari
owner.
Kalau perubahan itu bersifat mendasar, termasuk perubahan
Spesifikasi Teknis serta Anggaran yang melebihi Harga Kontrak
harus dibuat Addendum.

6) Pembuatan Monthly Certificate/Price Escalation Certification


Di dalam kontrak - kontrak saat ini biasanya pembayaran
dilaksanakan secara bulanan. Setiap akhir bulan Konsultan
Pengawas Konstruksi bertugas memeriksa dan menyiapkan
pembayaran yang dapat dilakukan untuk bulan yang bersangkutan.
Sertifikat Pembayaran Bulanan ini atau MC ini harus dilengkapi
dengan Back Up data yang lengkap. Konsultan Pengawas
bertanggung jawab atas kebenaran dari Back Up Data tersebut. Dalam
Back Up Data harus jelas ditulis untuk lokasi dan pekerjaan apa volume
- volume yang dibayarkan pada bulan tersebut. Seandainya di dalam
kontrak di sebutkan bahwa selama jangka waktu kontrak, Kontraktor
akan mendapatkan eskalasi harga, maka Konsultan juga selain
Monthly Certificate harus menyiapkan Price Escalation (PEC). Eskalasi
harga didasarkan pada index harga yang dikeluarkan oleh BPS (Biro
Pusat Statistik).
Perlu diperhatikan betul - betul cara pembuatan dari Price
Escalation Certificate ini biasanya aturannya tercantum dalam Buku 3
Syarat -syarat Umum.
Bagian dari Proses Penyusunan Sertifikat Pembayaran Bulanan
Kontraktor ini lebih jelasnya disajikan seperti pada Gambar di
bawah ini Bagan Proses Penyusunan Sertifikat Bulanan Kontraktor.

Hasil Opname terhadap Pekerjaan


Yang telah lengkap

Kontraktor mengajukan data - data


Pendukung sertifikat

Pengawas lapangan
Memeriksa pengajuan

Penyusunan Draft Sertifikat bulanan


Oleh Kontraktor berdasarkan data
Yang telah diperiksa oleh Pengawas

Supervisior Engineer memeriksa


dan
Menyetujui Draft sertifikat

Draft sertifikat dikembalikan ke


Kontraktor untuk dikonfirmasikan
Dan penyiapan pengajuan

Supervisior mengechek dan


menandatangani, diteruskan
Pemimipin Proyek

Pemimpin Proyek Menerima Dan


menyetujui, kemudian di proses
Untuk pembayarannya

Bagan Proses Penyusunan Sertifikat Bulanan Kontraktor

c) Masa Akhir Pelaksanaan


Pada Akhir Pelaksanaan ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan,
yaitu :
1) Penyiapan As Built Drawing
Pada akhir masa pelaksanaan Kontraktor diwajibkan membuat As Built
Drawing. Gambar ini akan merupakan dasar pembayaran terakhir.
Tanggung jawab Konsultan adalah memeriksa kebenaran dari As Built
Drawing tersebut.
Supaya pada saat akhir pekerjaan kontraktor tidak terlalu banyak,
kontraktor dapat menyiapkan gambar terlaksana ini sedikit demi sedikit
seiring dengan selesainya item - item pekerjaan di lapangan (item
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan/dipasang). Gambar terlaksana
ini merupakan gambar kenyataan di lapangan yang dikerjakan
oleh Kontraktor, dimana gambar ini akan sangat bermanfaat untuk
masa ke depan, untuk masa pemeliharaan konstruksi, juga diperlukan
jika nantinya akan diadakan overlay (pelapisan ulang),
rehabilitasi bangunan/konstruksi kembali.
2) Pembuatan Final Certifikat/Price Escalation Certificate
Setelah pembuatan As Built Drawing , harus dibuat Final
Certificate (Sertifikat Akhir), demikian juga Final Escalation
Certificate (jika ada).
Karena setelah sertifikat akhir ini tidak ada lagi pembayaran. Konsultan
Pengawas harus hati - hati dan harus teliti dalam memeriksa dan
menyiapkannya. Semua hitungan, ukuran, lokasi, aturan pembayaran
mulai dari MC 1 (Monthly Certificate – 1) sampai terakhir/ dihitung
ulang. Demikian juga halnya dengan Final Price Escalation Certificate
(jika ada).

3) Claim
Selama mulai periode kontrak mungkin terjadi claim atau tuntutan dari
pihak Kontraktor maupun pihak luar, dalam hal ini konsultan pengawas
harus selalu mendasarkan jawabannya berpedoman dan mengacu
pada Dokumen Kontrak yang ada. Semaksimal mungkin Konsultan
harus mengamankan Pemilik dari segala macam claim/tuntutan yang
timbul.

4) Provisional Hand Over (Serah Terima Sementara) dan Final Hand Over
(Serah Terima Terakhir)

Biasanya dalam Buku 3 Syarat - syarat umum disebutkan bahwa apabila


pekerjaan sudah mencapai 97 % (dengan syarat pekerjaan utama
selesai 100 %). Kontraktor dapat mengadakan Serah Terima
Sementara.
Konsultan Pengawas berkewajiban menyiapkan semua data yang
perlu untuk pelaksanaan Serah Terima ini.
Kegiatan ini meliputi :

Penyiapan daftar kerusakan/ kekurangan dari pekerjaan yang


dilaksanakan kontraktor.
Penyiapan buku informasi bagi Panitia Serah Terima ini yang berisi data
proyek, status pembayaran dan progress serta data quality.
Ikut didalam anggota Tim Teknis yang akan menjadi petunjuk didalam
pelaksanaan pemeriksaan Serah Terima.
Menyiapkan semua pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan
kegiatan Serah Terima.
Menyiapkan Berita Acara Serah Terima Sementara dan memberi
pertimbangan kepada Penanggung Jawab Kegiatan dalam menyetujui
jangka waktu perbaikan (grace period) yang diajukan kontraktor.
Setelah jangka waktu perbaikan berakhir diadakan lagi
pemeriksaan kedua yang merupakan bagian dari proses
Professional Hand Over (PHO). Kalau hasil pemeriksaan memenuhi
Spesifikasi dan syarat, baru dikeluarkan Berita Acara Serah Terima.
Untuk serah terima akhir (FHO) yang dilaksanakan setelah Masa
Pemeliharaan habis secara prosedur sama dengan pelaksanaan
Professional Hand Over.

6.URAIAN KAJIAN DAN PENDEKATAN PENGAWASAN

Uraian kajian dan pendekatan pengawasan sesuai dengan tugas konsultan


pengawas adalah menyelaraskan antara biaya proyek yang optimal, mutu
pekerjaan yang baik/berkualitas, dan waktu pelaksanaan yang tepat.
Ketiga nya adalah 3 elemen yang saling mempengaruhi, seperti tertera pada
gambar berikut :

Bagan Keselarasan biaya proyek, mutu dan waktu pelaksanaan

Spesifikasi pekerjaan:

A. STRUKTUR BETON BERTULANG


Dalam rangka pengendalian desain struktur yang telah didesain oleh
konsultan perencana, konsultan Pengawas memberikan apresiasi perlu
adanya acuan yang obyektif, sehingga dalam desain (perencanaan
struktur) dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Seperti diketahui
biaya fisik (pekerjaan struktur) cukup besar pengaruhnya terhadap biaya
konstruksi.
Untuk bangunan berlantai banyak, konsep pengendalian dan pengawasan
khususnya dalam estimasi beban gempa yang terjadi sangat penting.
Karena kesalahan dalam konsep pengawasan gempa akan berpengaruh
terhadap beban gempa yang bekerja pada joint balok kolom. Dan
selanjutnya bisa terjadi over maupun under Estimate Earth Quake
Loads, keadaan ini sangat merugikan pihak owner.
Melalui usulan teknis ini, Konsultan Pengawas menyampaikan
beberapa kajian, usulan-usulan yang konstruktif yang didasarkan pada
kaidah atau peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan demikian
Pekerjaan Pembangunan gedung ini dapat berjalan dengan baik. Secara
garis besar, perancangan struktur dibagi menjadi dua hal pokok yaitu :
a. Perancangan sub structure (struktur bawah), yaitu bagian
bangunan yang berada dibawah permukaan tanah yang berfungsi
meneruskan beban bangunan diatasnya ketanah dasar.
b. Perancangan upper structure (struktur atas) yaitu bagian bangunan
diatas permukaan tanah, yang berfungsi sebagai pemikul beban kerja
atap dan lantai bangunan.
Secara umum, keduanya harus merupakan kesatuan yang kokoh dan utuh,
sehingga mampu mengantisipasi perilaku struktur oleh beban- beban yang
bekerja pada struktur tersebut. Dalam perancangan struktur ini, digunakan
sebagai berikut:
a) Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIG),1983
b) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung
(PPTGIUG),1981.
c) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Untuk Gedung
(PPBBIG),1983.
d) SNI 1726 tahun 2002
e) Peraturan Konstruksi Indonesia (PKKI). 1961.
f) Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB), 1983.
g) Hasil ” soil test “ berikut analisisnya.
h) Peraturan/ketentuan lain yang terkait dengan pekerjaan perancangan
struktur.

Untuk menetapkan sistem yang sesuai, perlu inventarisasi permasalahan


yang ada, yang mungkin berpengaruh baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap sistem terpilih. Berdasarkan rencana induk
dan site engineering permasalahan yang dipandang berpengaruh pada
penentuan sistem struktur ialah :
a) Tata letak bangunan yang direncanakan.
b) System hubungan bangunan baru dengan bangunan lama.
c) Rencana tahapan pelaksanaan masing-masing massa bangunan.
d) Konsep arsitektur tiap-tiap massa bangunan.
e) Rencana utilitas.

Beberapa pekerjaan struktur beton yang perlu diperhatikan dengan seksama


adalah :
Kepastian pemilihan sub kontraktor yang akan menyediakan
adukan beton. Selalu dipertimbangkan track record dari sub
kontraktor tersebut
Kepastian tentang mixed design dari campuran beton untuk
mendapatkan compressive strength yang diinginkan.
Koordinasi dan monitoring dalam mekanisme pengujian compressive
strength beton.
Pengendalian acuan beton melalui pembuatan shop drawing acuan
beton.
Kebenaran dimensi besi tulangan.
Pengawasan saat pencoran beton, agar beton yang dihasilkan tidak
berongga atau terjadi karang beton.

B. STRUKTUR BAWAH (SUB STRUCTURE)


Struktur bawah harus sesuai dengan karakteristik tanah dan hasil soil test
yang sudah diklarifikasi dengan kondisi site development. Pekerjaan
yang berhubungan dengan struktur bawah selalu berdekatan dengan
tanah.
a) Deep foundation

Perlu diadakan survei sederhana di area rencana Pembangunan untuk


mendapat beberapa data antara lain :
Kedalaman muka air tanah terhadap muka tanah.

Kedalaman tanah stabil berada di bawah muka tanah.

Dengan hasil survey tersebut, diperkirakan fondasi yang cocok mungkin


dengan deep foundation (fondasi dalam). Alternatif pertama untuk
fondasi dalam tentunya adalah driven pile (tiang pancang), karena
keuntungan tiang pancang adalah :
Kualitas terjamin karena dibuat di pabrik dengan pengawasan yang
sangat ketat.
Pada saat driving (pemancangan) dapat ditentukan beban yang mampu
dipikul oleh pile tersebut.

b) Kelongsoran Tanah Akibat Galian Cutting

Di dalam pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan


pekerjaan cutting (galian), perlu diperhatikan faktor-faktor yang
diperkirakan akan mengganggu bahkan menggagalkan pekerjaan
tersebut. Aspek yang penting untuk dicermati menurut perkiraan adalah:
longsoran tanah akibat aktivitas di sekitar lokasi proyek (lalu- lintas
kendaraan dan sebagainya) dan beban-beban yang timbul selama masa
konstruksi.
berkurangnya potensi daya-dukung fondasi bangunan di sekitar
basement tersebut akibat penggalian tanah, yang mungkin dapat
menyebabkan miringnya bangunan yang sangat dekat dengan lokasi
proyek.
longsoran tanah akibat jenis tanah (khususnya jika jenis tanah
cenderung bersifat pasir).
Perkiraan-perkiraan tersebut berdasarkan teori daya-dukung tanah menurut
Terzaghi sebagai berikut :

Gambar 5. Daya dukung tanah menurut Terzaghi


Dari teori tersebut, apabila persoalan galian tanah ini tidak
dipersiapkan secara teliti, sangat dimungkinkan kejadian-kejadian seperti
yang ditunjukkan di dalam Gambar I.6

(a). Kondisi sebelum penggalian (b). longsor akibat penggalian


tanah tanah
Gambar I.6. Longsor akibat kehilangan sebagian potensi daya-dukung
tanah

Dari Gambar I.6 dapat dilihat terjadinya longsoran tanah oleh


penurunan daya dukung tanah (kehilangan sebagian potensi daya- dukung
tanah akibat penggalian tanah). Akibat longsoran ini akan terjadi gangguan
tehadap proses konstruksi.
Selain itu, apabila tedapat bangunan-bangunan di sekitar lokasi penggalian
yang fondasinya berada di atas atau sedikit di bawah dasar penggalian
potensial mengalami hal yang sama. Jika tanah yang digali adalah pasir atau
lebih bersifat pasir, berarti sudut longsor akan lebih besar dibandingkan dengan
tanah lempung atau yang bersifat lempung. Untuk jenis tanah yang memiliki
sudut longsor besar ini (tanah dengan sudut gesek internal relatif besar)
hampir tidak dimungkinkan penggalian vertikal, sebab probabilitas
kelongsoran tanah sangat besar.

c) Dinding Penahan Longsoran Tanah (Retaining Wall)

Dari analisis longsoran di atas, perlu kajian lebih mendalam tentang


kemungkinan penggunaan dinding penahan longsoran (retaining wall) untuk
menghindari keruntuhan atau kelongsoran tanah akibat galian. Penggunaan
dinding ini akan menjadi sangat penting khususnya apabila terjadi hujan
selama pelaksanaannya. Selain itu, dinding ini juga berfungsi sebagai
pelindung bangunan di sekitarnya dan/atau peralatan/pekerja konstruksi dari
longsoran akibat galian. Berdasarkan kondisi site, penggunaan dinding
penahan longsoran yang paling memungkinkan dengan menggunakan
gravity wall (pasangan batu) atau Cantilever wall (beton bertulang).

C. PEKERJAAN FINISHING ARSITEKTUR

Beberapa pemahaman dan aktifitas bidang arsitektur adalah :

a) Pemahaman Karakteristik Kawasan

Dalam hal ini terkait dengan kemampuan Konsultan Pengawas untuk melihat
dan mengenal potensi kawasan serta karakteristik nilai-nilai arsitektur
bangunan yang membentuk “image” bagi kawasan lokasi Pembangunan
tersebut.
Demikian halnya dengan keberadaan sebuah desain arsitektur akan mudah
dikenali ketika mampu menampilkan “image” yang terbentuk oleh melalui
perwujudan bangunan dan ataupun ruang arsitektur yang diciptakan.
Pembangunan Gedung ini sebagai ruang komunal harus mampu
menampilkan “citra diri” sebagai wadah space yang akomodatif
terhadap aktivitas yang diwadahinya serta dapat menampilkan
“image” sebagai bangunan pendidikan. Ini bertujuan agar tercipta ruang
dan atau bangunan arsitektur yang “mengenal” para pelaku yang
diwadahinya, sehingga para pelaku kegiatan nantinya tidak merasa
“terasingkan”.

b) Pemahaman Karakteristik “Pelaku” Kegiatan


Bangunan arsitektur akan memenuhi “keidealan desain” ketika mampu
menterjemahkan karakteristik pelaku kegiatan kedalam perwujudan
bangunan dan ataupun ruang-ruang arsitektur. Hal ini dapat dilakukan
dengan memahami karakteristik aktivitas “pelaku” yang akan diwadahinya.

c) Pamahaman Karakteristik sirkulasi Internal maupun eksternal (terkait


dengan Manajemen sirkulasi proyek dengan sirkulasi transportasi
kawasan)
Kenyamanan dan kelancaran pelaksanaan suatu pekerjaan fisik sangat
dipengaruhi oleh adanya sebuah sistem pola sirkulasi yang “optimal” secara
internal maupun eksternal yang saling berkaitan diantara keduanya.
“Optimal” dalam artian terciptanya sistem manajemen sirkulasi tansportasi,
material dan ataupun human resourses yang baik tanpa adanya “crouded”
yang dapat menyebabkan terganggunya kelancaran pekerjaan dan ataupun
kelancaran sirkulasi eksternal. Berawal dari sinilah dituntut kemampuan
bagi Konsultan Pengawas dalam menguasai existing lapangan yang
tercakup didalamnya pola sirkulasi internal maupun eksternal.
Pola sirkulasi eksternal yang harus dapat dikendalikan adalah pemilihan
dan pengaturan sirkulasi keluar masuknya material maupun tenaga kerja
dengan pemilihan main entrance dan ataupun service entrance yang
sedapatmungkin tidak menimbulkan crouded dengan pola sirkulasi
eksternal (sirkulasi transportasi lalu lintas). Dengan demikian diharapkan
tidak akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas transportasi kendaraan
dan ataupun aktivitas lainnya.
Hal yang menjadi acuan pertimbangan pemahaman site development untuk
kemudian akan diketahui zone-zone area bebas yang dapat dimanfaatkan
sebagai dropping area serta zone- zone yang memungkinkan untuk
dijadikan bagian dari area pengaturan pola sirkulasi.
Kemampuan Konsultan Pengawas dalam memahami site development akan
menjadi titik acuan pula dalam memberikan masukan dalam menentukan
pola sirkulasi internal yang mencakup penentuan dropping area dan
pengaturan keluar masuk kendaraan terkait dengan kelancaran pola
sirkulasi eksternal.

d) Pemahaman Konsep zonifikasi


Zonifikasi dalam Pembangunan Gedung ini sangat terkait dengan jenis dan
karakteristik dari aktivitas yang terjadi pada tiap-tiap ruangan ataupun
pola aktivitas secara menyeluruh dalam suatu wadah bentuk arsitektur.

Dalam kapasitasnya sebagai Konsultan Pengawas merupakan suatu


keharusan memahami zonifikasi tiap-tiap massa bangunan dan ataupun
zonifikasi ruang-ruang dari pekerjaan fisik yang dikerjakan oleh kontraktor
pelakana. Hal ini diawali dengan pemahaman terhadap pola aktivitas
pelaku kegiatan yang terdiri dari pola kegiatan pegawai serta pola interaksi
antara pegawai ketika melayani keperluan masyarakat, serta
pemahaman konsultan Pengawas terhadap pola sirkulasi yang terbentuk
dari perilaku aktivitas tersebut. Zonifikasi dalam Pengendalian dan
Pengawasan Pembangunan Gedung ini dapat dibagi menjadi beberapa
zoning, yaitu :
- Zoning Kegiatan Publik
Merupakan zoning untuk kelompok kegiatan yang menjadi tempat
interaksi langsung antara pimpinan dengan pihak intern staff . Zoning ini
biasanya diletakkan di area dekat dan atau berhubungan langsung dengan
entrance utama.
- Zoning Kegiatan Semipublik
Merupakan zoning bagi kegiatan yang lebih memerlukan tingkat keprivasian
lebih ketika terjadi interaksi antara para staf dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan khusus yang harus diselesaikan dengan pihak
intern.
- Zoning Kegiatan Privat
Merupakan zoning yang diperuntukkan bagi aktivitas-aktivitas yang
memerlukan tingkat privasi lebih bagi kepentingan kantor.. Biasanya terletak
pada area yang relatif tertutup bagi akses sirkulasi publik namun tetap
dapat diakses bagi pelaku kegiatan intern gedung.
Dari adanya pemahaman Konsultan Pengawas terhadap konsep
zonifikasi ruangan akan memberikan kerangka acuan dalam
menentukan penggunaan material serta pemenuhan terhadap syarat- syarat
kenyamanan ruangan yang sesuai dengan pola aktivitas yang diwadahinya.

e) Konsep Fisika bangunan (pencahayaan dan penghawaan)


Syarat sebuah desain arsitektur memenuhi standar kenyamanan adalah
terpenuhinya kenyamanan pencahayaan dan penghawaan secara alami
maupun buatan. Demikian halnya dengan menciptakan desain sebagai
wadah kegiatan perkantoran sebagai wadah kegiatan publik, diperlukan pula
adanya pengawasan secara intens terhadap konsep fisika bangunannya
yang meliputi konsep pencahayaan dan penghawaan.
Dalam desain sebuah gedung pencahayaan menjadi sesuatu yang sangat
urgen, terlebih dengan pemaksimalan pemamfaatan pencahayaan alami
agar mampu mendukung aktivitas yang sedang dilakukan, karena aktivitas
ini lebih sering dilakukan pada siang hari. Dengan demikian pengawasan
terhadap pemberian perlubangan- perlubangan sebagai area masuknya
cahaya matahari perlu mendapatkan perhatian yang serius agar jumlah sinar
matahari yang masuk kedalam ruangan mampu mencukupi intensitas
penerangan yang diperlukan untuk gedung yang akan dibangun.

D. PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL


Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan usulan teknik ini pertama
kali melalui pendalaman dan pemahaman terhadap karakteristik
bangunan/ruang yang terkait dengan kebutuhan instalasi mekanikal/elektrikal
serta utilitas yang berada di dalamnya. Sehingga aspek pemenuhan
kebutuhan daya listrik, pemenuhan kebutuhan sanitasi dan kebersihan
serta kenyamanan dapat dicapai. Adapun tanggung jawab sebagai
Konsultan Pengawas dalam melakukan kontrol terhadap pelaksanaan
pekerjaan Mekanikal elektrikal adalah dengan melakukan pengawasan pada
tahapan- tahapan pekerjaan. Pada tahap pelaksanaan, Konsultan
Pengawas melakukan pengendalian administrasi dan pengendalian
teknis. Dalam hal pengendalian ini diantaranya yang harus dilakukan
terutama yang berkaitan dengan pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah
sebagai berikut :
a. Ketepatan Konstruksi dan Koordinasi Sistem Dalam Pelaksanaan Untuk
mencapai ketepatan dalam konstruksi serta koordinasi antara pekerjaan
yang satu dengan lainnya dilakukan melalui:
- Pembuatan gambar kerja (Shop Drawing) yang dibuat dan
diusulkan oleh kontraktor sebelum pekerjaan yang dimaksud dikerjakan.
Shop drawing hanya dibuat untuk posisi-posisi yang dipandang sulit
untuk dikerjakan dan tidak tergambar secara detil di dalam dokumen
perencanaan.

- Sebelum ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas maka


pekerjaan tersebut tidak boleh dikerjakan.

- Setiap tahapan pekerjaan harus didahului oleh pembuatan surat ijin


memulai pekerjaan.
b. Pencapaian Kualitas Material/Equipment sesuai yang diinginkan Rencana
Kerja dan Syarat. Pengendalian dan pengawasan/inspeksi secara terus
menerus di setiap tahapan pekerjaan

c. Pencapaian Unjuk Kerja


Pada saat pelaksanaan sering terjadi harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian
dengan kondisi lapangan dan tempat yang sebenarnya. Atau pada saat
pengangkutan/transportasi terjadi hentakan-hentakan yang tidak sengaja
sehingga mengakibatkan adanya pergeseran atau perubahan karakteristik
peralatan sehingga dapat menimbulkan peralatan tidak dapat bekerja secara
optimal seperti yang direncanakan. Untuk mendapatkan unjuk kerja yang baik
harus dilakukan test. Dari data hasil tes inilah dapat dilakukan optimalisasi
dengan melaksanakan setting ulang atau perbaikan seperlunya. Dengan
demikian diharapkan ada jaminan bahwa system akan bekerja secara optimal
seperti yang direncanakan
d. Tahapan Pencermatan/Persiapan dan Testing (Commissioning andTesting)
Tujuan dari pencermatan/persiapan (lebih dikenal dengan istilah
commissioning) dan pengujian secara umum adalah untuk tercapainya jaminan
keamanan, keselamatan dan kenyamanan para pengguna dan lingkungan yang
berada disekitarnya serta terjaminnya kerja system sesuai dengan yang
direncanakan. Secara spesifik bertujuan sebagai berikut:
1) Menjamin terpasangnya instalasi secara cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam gedung sesuai dengan
fungsinya
2) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari
adanya kejadian yang tidak diinginkan.
3) Menjamin kehandalan system yang dipasang.
4) Menjamin mudahnya dilakukan perawatan.
5) Menjamin life time peralatan, minimum sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat.
6) Menjamin beroperasinya system sehingga dapat menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam gedung sesuai dengan fungsinya secara
optimal.
Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan (baik electrical maupun mechanical)
harus diuji sehingga mencapai hasil baik dan bekerja sempurna sesuai dengan standar
dan persyaratan yang diacu dalam pekerjaan ini seperti termaktub pada RKS
Mechanical Electrical tentang Standard dan Referensi atau sesuai dengan standard
pabrik. Bilamana diperlukan, bahan-bahan instalasi atau peralatan dapat diminta
oleh Direksi Proyek untuk diuji di laboratorium atas tanggungan biaya kontraktor
Setiap bagian instalasi pengkabelan harus diuji sehingga dicapai baik, sesuai
dengan PUIL 2000. Untuk bagian-bagian yang akan tertutup instalasinya, harus
diuji sebelum dan sesudah bagian tersebut ditutup.

1) Panel Listrik

Sebelum dilakukan pekerjaan pembuatan panel, maka kontraktor diwajibkan


untuk menyampaikan shop drawing baik ukuran panel, tebal plat, lay out
equipment maupun one line diagram lengkap dengan daftar dan volume
equipment yang akan digunakan.
Sebelum dilakukan pembuatan panel kontraktor diwajibkan untuk menunjukan
kualitas panel yang pernah dibuat, baik itu di workshop pembuat panel ataupun
diprojek lain yang pernah dikerjakan untuk mendapatkan persetujuan kualitas
yang dikehendaki.
Sebelum panel-panel dikirimkan ke lokasi projek, kontraktor wajib melaporkan ke
direksi proyek untuk dilakukan pengecekan akhir (victory visit). Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan, dan jika terjadi kesalahan, maka
perbaikan harus dilakukan di work shop. Terutama panel induk (LVMDP dan SDP)
yang bekerja secara otomatis, harus dilakukan test unjuk kerja di workshop.
Cek peralatan yang digunakan baik Merk dan keasliannya, kemampuan hantar
arus, breaking capacity, rangkaian kontrolnya dan ukuran busbar.
2) Kabel daya, instalasi listrik dan sistem pembumian: Insulation test.

Lakukan pengukuran tahanan isolasi kabel yang meliputi tahanan penghantar phasa-
netral, tahanan penghantar phasa-ground, tahanan penghantar antar phasa. Tahanan
isolasi minimum adalah seperti berikut :
Tegangan sirkit Tegangan uji Resistan isolasi
nominal (volt) arus searah (volt) (mega Ohm)
50 V (ac); 120 V (dc) 250 0.25
Sampai dengan 500 V 500 0.5
Di atas 500 V 1000 1.0

Walaupun tahanan isolasi tersebut telah memenuhi syarat minimum, namun


pada proyek ini dikehendaki tahanan isolasi di atas harus mencapai tak terhingga,
atau dapat dianggap besarnya tak terhingga. Dalam satu kelompok rangkaian
instalasi yang menuju ke panel, tahanan isolasinya haruslah seimbang antara bagian
satu dengan lainnya. Jika ada nilai yang perbedaannya cukup mencolok dibandingkan
dengan yang lain, maka instalasi tersebut harus dicek dan diperbaiki sehingga
mendapatkan tahanan isolasi yang seimbang dengan lainnya.
3) Visual test

- Melakukan pengecekan aplikasi warna kabel serta luas penampang kabel pada
instalasi yang dikerjakan.

- Polaritas penyambungan kabel atau hubungan fase, harus benar dan semuanya
terpasang dengan kuat.
- Melakukan pengecekan pada sistem penyambungan kabel instalasi beserta
kelengkapannya.

4) Grounding test.

Besar tahanan pembumian tidak boleh melebihi seperti berikut ini: Tabel III.1. Nilai
Tahanan Isolasi Minimum
Tahanan pembumian
Jenis Instalasi
Maksimum (Ohm)

Penyalur Petir 5

Pentanahan Peralatan Listrik 2


Telekomunikasi/elektronik 0,5

5) Pekerjaan Sistem Peringatan Dini

- Lakukan pengetesan dan pengecekan tahanan isolasi pengkabelannya.


- Lakukan test sistem secara simulasi.
- Lakukan pengetesan langsung dengan menggunakan asap (untuk smoke detector)
dan dengan menggunakan panas (untuk ROR dan Fix Temperature Detector).
- Lakukan pengetesan terhadap fungsi break glass manual station, telephone, fungsi
flow switch (dari sistem splinkler) dan lain-lain yang terhubung secara terintegrasi
dengan Sistem Peringatan Dini.
6) Pekerjaan Sound System, Telephone System

- Lakukan pengetesan dan pengecekan tahanan isolasi pengkabelannya sesuai dengan


persyaratan minimal yang harus dipenuhi seperti tercantum pada tabel III.1.
- Lakukan pengetesan terhadap semua fitur yang dikehendaki RKS, atau sesuai
dengan sistem yang bersangkutan seperti diterangkan oleh pabrik pembuat unit
sistem tersebut.
Melihat penjelasan pada uraian di atas dapat disampaikan bahwa pengawas yang mengerti
teknis dan administrasi sangat diperlukan dalam pekerjaan pengawasan di lapangan.
Team work pengawas harus memahami lingkup dan wewenang pekerjaan yang harus
ditangani dan dikendalikan, untuk hal tersebut maka diperlukan suatu prosedur
pengawasan di lapangan yang baku integrated dan mudah dipahami oleh personil yang
terlibat di lapangan.
Berikut ini adalah bagan skematis mengenai prosedur pelaksanaan manajemen
pengawasan, pada masa pelaksanaan di lapangan :
1. Skema prosedur pekerjaan persiapan dan penugasan
2. Skema pekerjaan persiapan pelaksanaan
3. Skema prosedur manajemen pengawasan
4. Skema penegasan gambar kerja
5. Skema persetujuan material
6. Skema laporan mingguan dan bulanan
7. Skema surat instruksi Konsultan Pengawas
8. Skema pengesahan gambar kerja
9. Skema pengajuan pembayaran angsuran/ termijn
10. Skema perubahan pekerjaan
11. Skema pengesahan as built drawing
2.3. Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pengawasan Pembangunan
Rumah Dinas Tenaga Kesehatan

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian rencana kerja, jadwal


pelaksanaan pekerjaan akan disusun berdasarkan rencana tahap-tahap
kegiatan yang telah diuraikan dalam bab pendekatan dan metodologi.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan jadwal yang mengatur kapan
suatu kegiatan harus dilaksanakan dan harus selesai sehingga waktu
pelaksanaan yang diberikan dapat tercapai dengan tidak mengurangi mutu
teknisnya. Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan bagan alir
pelaksanaan pekerjaan dan item-item pekerjaan sesuai dengan yang
disyaratkan dalam KAK.
Berdasarkan waktu yang disediakan untuk penyelesaian pekerjaan ini adalah
diperkirakan 6 ( Enam) bulan terhitung dari penanda tanganan SPMK,
maka dibuat jadwal pelaksanaan yang memperlihatkan jenis-jenis
kegiatan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan waktu penyelesaian. Tahapan-tahapan pelaksanaan
pekerjaan konsultan adalah sebagai berikut:
JADWAL PELAKSANAAN (BULAN / MINGGU KE -)
NO. KEGIATAN BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV BULAN V BULAN VI KET.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

A TAHAP PRA KONSTRUKSI


1 Pre Construction Meeting
2 Reviuw Data

B MOBILISASI DAN PERSIAPAN


1 Mobilisasi Personil
2 Mobilisasi Peralatan

C EVALUASI DESAIN
1 Konstruksi Utama
2 Gambar Revisi

D PELAKSANAAN PENGAWASAN
1 Pengecekan Construction Drawing
2 Pengecekan Metode Pelaksanaan
3 Pengecekan Manajemen Alat dan Bahan
4 Pelaksanaan Pengawasan
5 Pengecekan As Built Drawing

E PELAPORAN PEKERJAAN
1 Laporan Mingguan
2 Laporan Bulanan
3 Laporan Akhir Pengawasan
2.4. Komposisi Tim dan Penugasan

Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan melibatkan tenaga Ahli
dan tenaga pendukung dengan tugas dan tanggung jawab masing masing sesuai dengan bidang
keahliannya. Untuk memperjelas alur koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka dibuat
bagan organisasi pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai KAK. Disamping itu konsultan
juga menyadari adanya mekanisme kontrol terhadap proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.

TINGKAT PENGALAMAN SERTIFIKAT KOPETENSI


NO NAMA JABATAN
PENDIDIKAN KERJA KERJA TENAGA AHLI

1 ASHARI, ST S1 Teknik Sipil Supervisior 6 Th Ahli Teknik Bangunan


Engineer Gedung
2 DANIEL. M TUROT, ST S1 Teknik Sipil Inspector 3 Th -
3 YULIANUS SALIPADANG, ST S1 Teknik Geologi Inspector 3 Th -
PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK DITUGASKAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ASHARI, ST
Alamat : Jl. Sumatra No. 19
No. KTP : 9171011905760007
No. NPWP : 07.966.762.2-952.000

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk melaksanakan paket


pekerjaan jasa konsultansi Pembangunan Rumah Dinas Tenaga Kesehatan untuk
Penyedia Jasa Konsultansi CV. ASIKMASE CIPTA CONSULTAN sesuai dengan usulan
jadwal penugasan saya dari sejak Mobilisasi sampai dengan berakhirnya masa
penugasan, dengan posisi sebagai tenaga ahli Supervisior Engineer.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa
tanggung jawab.

Jayapura, 05 Juni 2023


Mengetahui, Yang membuat pernyataan,
CV. ASIKMASE CIPTA CONSULTAN

KRISTOPER LEMAUK, ST ASHARI, ST


Direktur
2.5. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
Masing-masing tenaga ahli Konsultan akan dimobilisasi (ditugaskan) berdasarkan jadual yang mengacu pada uraian tugas dan tanggung jawab serta
mekanisme kegiatan yang telah ditetapkan di dalam KAK. Selain beberapa Tenaga Ahli yang akan ditugaskan sebagaimana telah ditetapkan di dalam KAK,
dalam rangka untuk membantu kelancaran tugas dan operasional, akan ditugaskan beberapa tenaga Ahli dan pendukung.
Jadwal penugasan personil secara terperinci disajikan pada Tabel di bawah ini.

JUMLAH
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI MINGGU KE -
NO NAMA PERSONIL ORANG /
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 BULAN

NASIONAL
a. Tenaga
1 ASHARI, ST (Supervisior 6,00
Engineer)

b. Tenaga Pendukung
1 DANIEL. M TUROT, ST 6,00
(Inspector)
2 YULIANUS SALIPADANG, ST 6,00
(Inspector)
SUBTOTAL 3 ORG/BLN

ASING

1
2
dst
SUBTOTAL …ORG/BLN

Anda mungkin juga menyukai