USWATUN K.A
NIM : 22.05.51.0102
MATKUL : AGAMA ISLAM
Zakat secara bahasa menurut Sayid Sabiq berasal dari kata “zaka”
yang berarti mensucikan. Secara istilah syara’, zakat ialah suatu nama
atau sebutan dari suatu hak Allah Swt yang dikeluarkan oleh
seseorang kepada fakir miskin. Adapun menurut Sulaiman Rasyid,
zakat yaitu kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan beberapa syarat (Majid, dkk., 2009, hal. 84).
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt memerintahkan agar mengambil zakat bagi
orang-orang yang memiliki harta. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an
Surat Attaubah [9]:103, yang artinya: Ambillah shadaqah (zakat) dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. Kata “ambillah” pada permulaan
ayat tersebut adalah kalimat perintah (ف ل88أ ع88( رمyang ditujukan
kepada Rasulullah Saw, dimana beliau selain sebagai Rasulullah juga
sebagai Ulil Amri (penguasa). Dari ayat Al-Qur’an di atas dapat
dipahami bahwa zakat merupakan usaha mensucikan diri dari
kemungkinan pemiliknya cinta berlebih-lebihan kepada harta dan dari
kemungkinan memiliki harta kotor yang disebabkan bercampurnya
harta yang bersih dengan harta yang menjadi hak orang lain dengan
jalan 309 memberikan sebagian hartanya kepada orang yang berhak
menerimanya. Zakat merupakan ibadah materi atau harta benda yang
harus dikeluarkan oleh orang kaya untuk dapat memberikan
pertolongan kepada orang miskin, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhannya atau memberikan bantuan guna kepentingan umum di
tengah masyarakat. Dengan demikian, zakat memiliki fungsi yang
besar, baik bagi muzakki maupun bagi mustahiq (orang yang berhak
menerima zakat). Bagi muzakki, zakat memiliki fungsi sebagai wujud
dari ketaatan kepada perintah Allah dan sekaligus merupakan
pembersihan dan pensucian harta yang dimilikinya dari harta milik
orang lain, serta merupakan wujud kepedulian sosial dari orang yang
mampu kepada orang yang lemah. Bagi muzakki, zakat juga berarti
mendidik jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat
kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai pemilik harta
yang banyak dan berlebihan. Bagi mustahiq, zakat memberikan
harapan adanya perubahan nasib dan sekaligus menghilangkan sifat
iri, dengki, dan prasangka buruk (suudhdhon) terhadap orangorang
kaya. Dengan zakat, jurang pemisah antara orang kaya dan orang
miskin dapat dihilangkan.
Pajak dan zakat merupakan dua istilah yang berbeda dari segi sumber atau dasar
pemungutannya., namun sama dalam hal sifatnya sebagai upaya mengambil atau
memungut kekayaan dari masyarakat untuk kepentingan sosial. Zakat untuk
kepentingan yang diatur agamaatau Allah SWT sedangkan pajak digunakan untuk
kepentingan yang diatur Negara melalui proses demokrasi yang sah. Istilah pajak
lahir dari konsep Negara, sedangkan zakat lahir dari konsep Islam.
Masalah zakat dan pajak akan senantiasa menjadi polemik yang tak kunjung usai,
dikalangan masyarakat muslim. Polemik tersebut akan membawa dampak pada
perkembangan yang sangat dinamis seputar pengelolaan dana zakat dan pajak,
disemua Negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Umat Islam telah memiliki
pengalaman sejarah panjang tentang model terbaik akulturasi antara budaya
Barat dan budaya Timur.Sudah bukan saatnya budaya-budaya tersebutdihadap-
hadapkan dalam posisi yang bertentangan, sebagaimana masa pra penjajahan
dulu.Tetapi bagaimana agar budaya-budaya tersebut diambil yang terbaik untuk
kemaslahatan umat manusiasebanyak-banyaknya. Inilah tantangan nyata para
kaum muslim agar mereka dapat memberikan argumentasi yang kuat terhadap
seluruh aspek aspek kehidupan, dari sumber hukum Al-Qur’an dan
sunnah. Salah satu diantaranya adalah masalah zakat dan pajak ini. Ini akan
terus menerus muncul hingga titik tertentu yang berbasis pada kemaslahatan
umat manusia seutuhnya, termasuk umatIslam.