Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Sinaps, Vol.

5 , No 1, hlm, 13-26

NEUROPATHOLOGICAL ASPECT OF THE VISUAL AFEREN PATHWAYS


ASPEK NEUROPATOLOGIS PADA JARAS VISUAL AFEREN
Siti Hajar1 , Dessy Rakhmawati Emril2, Nirwana Lazuardi Sary3

siti.hajar@unsyiah.ac.id
1
Bagian Mata/Biokimia Fakultas Kedokteran USK/RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh
2
Bagian/KSM Neurologi Fakultas Kedokteran USK/RSUD Dr Zainoel Abidin, Banda Aceh
3
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran FK USK, Darussalam Banda Aceh

ABSTRACS
The visual pathway functions to receive and transmit visual information in the form of impulses to the
cortex. The visual process begins with the interpretation of light entering the eye and captured by the retina
until it becomes specific visual information in the brain. The formation of an image on thr retina depends
on the refractive ability of the eye. Light rays that reach the retina are converted into nerve impulses.
Impulses that arise will be delivered to the visual cortex to be analyzed and interpreted to produce a good
picture of vision and visual fields. The Disturbed visual pathway structures will cause various visual
disturbances, including visual field disturbances in patients. The disturbance that occurs depends on where
the damage to the anatomical structure of the visual pathway location.
Keywords:Aferen Visual Pathway, visual field disturbances

ABSTRAK
Jaras visual berfungsi menerima dan menghantarkan informasi visual berupa impuls menuju korteks.
Proses visual dimulai dengan interpretasi cahaya yang masuk ke mata dan ditangkap oleh retina sampai
menjadi informasi visual yang spesifik di otak. Pembentukan bayangan di retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata. Berkas cahaya yang sampai di retina akan diubah menjadi impuls saraf. Impuls
yang timbul akan dihantarkan ke korteks visual untuk dianalisis dan diinterpretasikan hingga menghasilkan
gambaran penglihatan dan lapang pandang yang baik. Struktur jaras visual yang terganggu akan
menimbulkan berbagai gangguan penglihatan, di antaranya adalah gangguan lapang pandang pada pasien.
Gangguan yang terjadi tergantung dimana letak kerusakan struktur anatomi jaras visual.
Kata Kunci: Jaras visual Aferen, Gangguan Lapang Pandang

Pendahuluan Berkas cahaya yang sampai di retina


Proses visual adalah proses interpretasi akan diubah menjadi impuls saraf. Impuls
cahaya yang masuk ke mata dan ditangkap yang timbul akan dihantarkan ke korteks
oleh retina sampai menjadi informasi visual visual untuk dianalisis dan diinterpretasikan
yang spesifik di otak. Pembentukan hingga menghasilkan kesan penglihatan
bayangan di retina bergantung pada berupa sebuah bayangan yang kecil dan
kemampuan refraksi mata. Cahaya terbalik. Proses melihat melibatkan sebuah
mengalami refraksi, melalui kornea, struktur dengan sistem yang kompleks,
melewati pupil, humor akuos, lensa, humor setiap bagiannya didesain khusus untuk
vitreus hingga terfokus pada retina. Terjadi sebuah tujuan tertentu dan menjalankan
perubahan energi cahaya menjadi aksi fungsi yang diharapkan.1,2,3
potensial di retina. Sinyal yang terbentuk Jaras visual dapat digambarkan
diteruskan ke nervus optikus, kiasma sebagai jaras anatomis dimana impuls
optikus, traktus optikus, korpus genikulat elektrik yang membawa informasi visual
lateral dan korteks serebri.1,2,3 dari retina dihantarkan ke otak untuk

13
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

diproses. Jaras visual terdiri dari jaras visual Jaras visual aferen dari retina menuju
aferen dan eferen. Jaras yang dilalui oleh korteks visual primer memiliki empat
cahaya hingga menjadi impuls yang elemen neuron. Neuron pertama adalah sel-
dihantarkan menjadi sebuah interpretasi sel fotoreseptor yang terdiri dari sel batang
visual di korteks otak disebut sebagai jaras dan sel kerucut. Neuron pertama ini
visual aferen. Jaras visual aferen meliputi bersinaps dengan neuron kedua yaitu sel
retina, saraf optik, kiasma optik, traktus bipolar yang kemudian bersinaps dengan
optikus, korpus lateral genikulatum, radiasi neuron ketiga. Neuron ketiga adalah sel
2,3,4,5
optik dan berakhir di lobus oksipital. ganglion retina dan prosesus-prosesus
Jaras visual aferen menunjukkan aksonalnya, termasuk kiasma optik dan
pengaturan retinotopik yang presisi pada traktus optik. Neuron keempat merupakan
semua gejala yang ditimbulkan karena neuron genikulokalkarin.4,9,11
kerusakan anatomi jaras visual. Lesi pada Fungsi dari sistem visual adalah
jaras visual memiliki nilai yang bermakna untuk melihat sebuah objek pada suatu
dalam diagnosis neurologis.6,7,8 ruang, menentukan pergerakan objeknya
Pengetahuan yang baik terhadap anatomi serta mengenali benda tersebut. Cahaya
sistem visual akan bermanfaat dalam difokuskan menuju reseptor retina dan
menentukan lokasi, diagnosis dan dikonversikan menjadi impuls saraf yang
manajemen pada suatu kondisi dikirim ke korteks visual primer. Korteks
neuropatologis. visual kemudian akan mengode secara
terpisah fitur-fitur dasar dari sebuah benda
Pembahasan seperti warna, bentuk, kedalaman, dan
Jaras Visual pergerakan. Informasi pergerakan dan
Jaras visual merupakan struktur anatomi kedalaman diteruskan ke korteks
yang bertanggung jawab untuk mengonversi oksipitoparietal kemudian akhirnya
energi cahaya menjadi aksi potensial listrik menghasilkan persepsi spasial. Korteks
yang dapat diinterpretasikan oleh otak. Jaras oksipitotemporal menerima informasi warna
visual terdiri dari tujuh level yang harus dan bentuk dari sebuah objek dan
dilalui oleh impuls visual, yaitu retina, menginterpretasikannya sebagai familiar
saraf optik, kiasma optik, traktus optik, atau tidak familiar. Daerah-daerah
korpus genikulatum lateral, radiasi optik dan neokortikal lain berkontribusi dalam bentuk
area korteks.9,8,10 input motivasional dan atensional yang
membantu memilih dan mengikat fitur-fitur

Skema Jaras Visual relevan menjadi sebuah simbol visual yang


bermakna.9,12

14
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

Gambar 1. Jaras penglihatan13


kebagian lain sehingga otak dapat
Retina menerima informasi visual.14,15
Retina mencakup dua per tiga bagian dalam Retina merupakan jaringan saraf
dinding belakang bola mata. Bagian anterior yang terbentang dari dalam intrakranial
retina melekat erat pada epitel pigmen. Di sampai nampak ke depan dan memiliki
bagian belakang, saraf optik merekatkan ketebalan orang lebih 0,5 mm. Terbagi
retina ke dinding bola mata. Retina menjadi dua bagian besar, yaitu neuro
merupakan perluasan dari sistem saraf retina sensoris dan retinal pigment
pusat agar kita dapat melihat dunia luas epithelium (RPE). Neuro retina sensoris
melalui jendela yaitu bola mata, dengan mempunyai sembilan lapis yang terdiri dari
menangkap dan menguraikan rangsangan : membrana limitans interna (ILM), lapisan
cahaya dan meneruskannya ke otak melalui serat saraf retina (RNFL), lapisan sel
akson saraf optik. Akson terdiri dari sel ganglion (GCL), lapisan pleksiformis dalam
ganglion retina (RGCs), merupakan populasi (IPL), lapisan inti dalam (INL), lapisan
neuron yang terdapat di dalam lapisan pleksiformis luar (OPL), lapisan inti luar
dalam retina, yang bertanggung jawab (ONL), membrana limitans eksterna (OLM),
dalam proses penerimaan informasi di dan fotoreseptor. 16,17
dalam mata yang kemudian diteruskan

15
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

Gambar 2.Lapisan Retina.18


Pada manusia, akson dari 1,2 juta sel merupakan tempat hubungan antara
ganglion retina (RGCs) bergabung neuron kedua dan ketiga. Lapisan sel
membentuk saraf optik. RGCs menerima ganglion mengandung sel ganglion (neuron
masukan dari lebih dari 100 juta fotoreseptor ketiga) dan neuroglia.16,22
retina melalui perantara neuron (sel bipolar, Retina sensoris terdiri dari tiga
horizontal dan amakrin).19,20 Serabut saraf
macam sel, yaitu : neuron cells, glial cells,
dari setengah nasal makula membentuk
dan vascular cells. Neuron cells termasuk
papillomacular bundle (maculopapillary
fotoreseptor, sel bipolar, dan sel ganglion
bundle) masuk ke bagian temporal diskus
untuk integrasi secara vertikal signal
optikus dan serabut saraf yang berasal dari
elektrik dari stimulasi cahaya. Sel horizontal
sel ganglion bagian nasal retina masuk ke
dan amakrin berfungsi pad integrasi
bagian nasal diskus optikus. Bagian diskus
horizontal dan koordinasi diantara neuron-
optikus yang tidak mengandung akson-
akson RGCs disebut cup.20 neuron yang ada. Glial cells terdiri dari sel

Analog dengan susunan diatas, Müller, astrosit, dan mikroglia yang

lapisan retina terdiri dari tiga neuron. Setiap berfungsi sebagai pendukung metabolik

batang atau kerucut (neuron pertama) untuk pembuluh darah dan sel-sel neuron.

mempunyai suatu organ akhir saraf yang Sel-sel ini berperan penting pada regulasi

terletak paling luar dekat epitel pigmen. dari lingkungan ekstraseluler retina. Sel

Lapisan pleksiform luar menandai Müller terbentang pada keseluruhan tebal

hubungan antara neuron pertama dan retina dan berada pada membrana limitans

kedua. Lapisan inti dalam tampak sebagai interna dan eksterna. Astrosit

suatu massa inti sel bipolar (neuron kedua) menyelubungi pembuluh darah dan neuron

yang tersusun rapat, sel amakrin, dan sel cells pada lapisan sel ganglion dan

horizontal. Lapisan pleksiform dalam mikroglia berperan sebagai makrofag yang

16
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

berada di retina. Sel-sel pembuluh darah elektromagnet menjadi stimulus listrik.


termasuk sel pembuluh darah retina Stimulus ini berjalan menuju lapisan retina
berepitel.16,22, Sama seperti otak, lainnya melalui neurotransmiter. Impuls

vaskularisasi retina dikontrol oleh sel-sel diteruskan dari fotoreseptor ke sel bipolar

endotel yang memiliki tight junctions, dan mencapai sel ganglion retina lalu menuju
kepala saraf optik. 5,8,10
sehingga berfungsi sebagai blood-retinal
Jalur serabut saraf retina menuju
barrier.23
diskus optik terbagi menjadi tiga
Sel Ganglion memiliki 3 tipe sel, yaitu:
kompartemen fungsional, yaitu berkas
sel midget 80%; sel parasol 10%; dan sel lain
papilomakular, berkas arkuat superior dan
10% sisanya. Masing-masing tipe memiliki
inferior, serta berkas nasal radial. Jalur yang
jalurnya sendiri yang diberi nama sesuai
paling penting adalah berkas papilomakular
targetnya pada korpus genikulatum
yang membawa paling banyak akson dari
24
lateral. Fovea memiliki konsentrasi sel makula, yakni hampir 90% dari seluruh
midget yang sangat tinggi. Sel midget akson yang ada langsung menuju diskus
menerima Sinyal dari sel bipolar yang optik. Akson yang berasal dari temporal
menerima input dari 1 sel kerucut. sel fovea harus melengkung mengelilingi
kerucut memiliki spesialisasi untuk high serabut saraf dari nasal fovea disebut berkas
spatial acuity penglihatan warna dan arkuata. Berkas arkuata dibagi menjadi dua
penglihatan stereoskopis. Sel parasol grup, yakni berkas superior dan inferior yang

menerima input dari sel bipolar dipisahkan oleh garis khayal meridian yang

multipel.yang berfungsi untuk mendeteksi disebut dengan horizontal raphe. Serabut


saraf yang berasal dari superior dan inferior
gerakan, sel ini banyak terdapat pada
nasal retina yang tidak terhalang oleh bundel
perifer retina. Akson sel ganglion berjalan
papilomakular sehingga berjalan radial
pada NFL, kemudian memasuki saraf optik,
langsung menuju diskus optik. Suplai
khiasma dan traktus optik, sinaps berakhir
pembuluh darah arteri untuk 1/3 bagian luar
pada korpus genikulatum lateral
retina berasal dari arteri koroid, sedangkan
thalamus.24,25
untuk 2/3 lapisan bagian dalamnya berasal
Cahaya harus menembus semua
dari arteri retina sentralis. Keduanya
lapisan dalam sebelum mencapai
merupakan cabang dari arteri
fotoreseptor yang merupakan sel saraf 5,10,26,27
oftalmik.
khusus untuk menerima dan mengkonduksi
stimulus penglihatan. Sebuah reaksi kimia
Saraf Optik
terjadi di dalam sel-sel fotoreseptor ini
secara beruntun dan mengubah energi

17
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

Saraf optik merupakan hubungan neural paska sinap pada nukleus genikulatum
antara retina neurosensoris dan nukleus lateral. Akson sel ganglion retina (yang
genikulatum lateral. Jaringan saraf optik dikenal dengan nama nerve fiber)
tersusun atas jaringan neural, jaringan glial, berkumpul dikutub posterior dan keluar
matriks ekstrasel dan pembuluh darah. Saraf melalui kanal menyusun sebagian bear
optik berasal dari sel ganglion retina dan
jaringan saraf optik. Dalam perjalanannya
mengandung kira-kira 1,2-1,5 juta akson.
saraf optik dibagi 4 bagian yaitu intraokular;
Perhitungan jumlah sel ganglion
intraorbita; intrakanalikular dan
retina yang dikemukakan oleh Krause,
intrakranial, seperti yang terlihat pada
Kappers dan Zwanenburg menyimpulkan
gambar 3.18,28
bahwa akson saraf optik pada sel ganglion
retina tetap memiliki rasio 1:1 dengan sel

Gambar 3. Anatomi akson sel ganglion retina dan nervus optikus. A,B. C, Akson nervus retina
karena diselubungi myelin dari
meluas dari sel ganglion ke diskus optikus. oligodendrosit, saraf ini merupakan
Akson yang muncul dari bagian nasal perpanjangan dari sistem saraf pusat. Keluar
makula meluas menuju diskus optikus D, dari orbita, Saraf optik memasuki kanalis
Atropi optic nerve head (ONH).18 optik membentuk sudut 45 derajat, dan
Segmen intraokular, papil saraf berlanjut sebagai segmen intrakranial
optik berlokasi pada 3-4 milimeter nasal sepanjang 17 mm sebelum mencapai
dari fovea dengan ketebalan 1 milimeter. khiasma.29
Panjang saraf optik segmen intraorbita Saraf optik intraorbita dikenal
29
adalah 25-30 mm. Saraf optik berjalan ke sebagai optic nerve head (ONH). Bagian
posterior melalui lamina kribrosa dan anterior ONH terbesar dan dapat dilihat
diameternya bertambah menjadi 3-4 mm disebut diskus optikus. Diskus optikus yang

18
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

normal bervariasi secara signifikan dalam diskus optik. Ukuran diskus optik sangat
bentuk, ukuran dan topografinya. Diskus beragam, rata-rata 1,76 mm secara
optikus dibagi atas 4 lapisan yaitu nerve horizontal dan 1,92 mm secara vertikal.
fiber layer (NFL), prelaminar, laminar dan Bagian intraokular ini rata-rata berdiameter
retrolaminar. Akson sel ganglion retina 1,5 mm dan memanjang sekitar 3 mm
keluar dari mata melalui disks optikus, dibelakang sklera, dimana sel-sel saraf
dalam diameter 1,5 mm. Tepi antara cup dan mendapatkan selubung myelin. Kepala saraf
diskus merupakan area depresi yang optik ini dibagi menjadi empat area, yakni
letaknya sedikit lebih temporal lapisan serabut saraf superfisial, area
dibandingkan pusat diskus dan ditandai oleh prelaminar, area laminar, dan area
jaringan glia18,28 retrolaminar. Suplai area ini berasal dari
1,6
Setelah inisial pemprosesan arteri siliaris posterior dan arteriol retina.
intraretinal, saraf optik menyampaikan Bagian intraorbital merupakan bagian
informasi visual ke pusat di otak untuk paling panjang yakni sekitar 25-30 mm dan
diproses lebih lanjut: ke corpus geniculatum berdiameter 3-4 mm karena mendapatkan
lateral (dari mana sinyal disampaikan ke tambahan selubung myelin pada serabut
korteks visual), kolikulus superior dan sarafnya. Saraf yang terletak pada apeks
nukleus suprachiasmatic. Jalur ini yang orbital dikelilingi oleh jaringan fibrosa kuat
terlibat dalam persepsi visual, gerakan mata yang disebut annulus of Zinn, yang
dan ritme sirkadian, masing-masing. Jalur merupakan origo dari keempat otot rektus
dari bola mata ke corpus genikulatum lateral dan otot superior oblik. Bagian ini
dibagi menjadi tiga bagian: saraf optik, diperdarahi oleh arteri retina sentralis.1,16
chiasm (di mana akson dari setengah nasal Bagian intrakanalikular ini panjangnya
retina menyeberang ke sisi kontralateral) sekitar 8-10 mm dan lebarnya 5-7 mm.
dan traktus optikus. Pada titik di mana Saraf optik yang berada intrakanalikular ini
akson RGCs meninggalkan bola mata, terfiksasi terhadap kanalnya, karena
mereka melakukan perjalanan melalui duramaternya bersatu dengan periosteum.
jaringan ikat dilapisi dengan sel pendukung Bagian intrakanalikular ini menjadi bagian
glial, lamina kribosa. Area ini disebut papil yang paling rentan terhadap cedera
saraf optik (ONH/ optic nerve head). dikarenakan regangan yang ditransmisikan
Mielinasi saraf optik dimulai setelah akson dari trauma tumpul fasial.1,8,29
19
lewat melalui lamina kribosa.
Saraf optik dikelilingi oleh tiga
Sebagian dari saraf optik pada bagian
selubung meningen yang bersambung
intraokular dapat terlihat dengan
dengan meningen yang menutupi isi kranial.
oftalmoskop sebagai kepala saraf optik atau
Lapisan paling dalam adalah pia mater yang

19
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

lembut dan bervaskularisasi. Bagian luarnya anteroposterior dan ketebalannya 4 mm.


adalah membran kolagen dari selubung Serabut ekstramakular dari retina bagian
arakhnoid yang membentuk jaringan inferonasal menyilang secara anterior di
trabekula menjadi ruang subarakhnoid. kiasma pada “Willbrand’s knee” sebelum
Ruang subarakhnoid bersambung dengan betul-betul menuju traktus optikus seperti
ruang subarakhnoid serebral dan berisi yang terlihat pada gambar 2.7. Serabut
cairan serebrospinal. Lapisan paling luar ekstramakular bagian temporal tidak
adalah dura mater yang kuat, jaringan ikat bersilangan di kiasma dan traktus optikus.
yang mengandung banyak fiber elastis dan Perpanjangan dari makula terletak di tengah
bersambung dengan sklera.7,29 saraf optik dan membentuk 80%-90% dari
Saraf optik sudah tidak memiliki volume total saraf optik dan serabut kiasma.
selubung meningen pada bagian Serabut makula bagian nasal menyilang di
intrakranial. Saraf optik intrakranial berjalan bagian poterior dari kiasma. Sekitar 53% dari
medial dan sedikit keatas, bersatu di kiasma serabut saraf optik yang menyilang dan 47%
optik dan memiliki panjang bervariasi antara sisanya tidak menyilang. Suplai darah
8-12 mm (rata-rata 10 mm). Variasi panjang kiasma optik diberikan oleh cabang kecil
saraf optik ini berkorelasi dengan posisi dari arteri serebral antrerior proksimal dan
kiasma optik. Bagian intrakranial ini arteri komunikans anterior. 1,6,8
diperdarahi oleh cabang arteri karotis interna
8,29
dan arteri oftalmik. Traktus Optik
Traktus optik adalah segmen jaras visual
Kiasma Optik yang menghubungkan kiasma optik dengan
Saraf optik kiri dan kanan bertemu di optik nukleus genikulat lateral. Traktus optik
kiasma yang terletak di ruang subarakhnoid mengelilingi diensefalon, lateral terhadap
dari sisterna suprasellar, di atas sella tursika hipotalamus dan berdekatan dengan sisterna
dan kelenjar pituitari. Hipotalamus berada ambien. Sebagian serabut saraf terlibat
diatas optik kiasma. Lokasi dari kiasma dalam jaras pupilari yang keluar menuju
terhadap sella bervariasi, kebanyakan adalah nuklei pretektal sebelum nukelus genikulat
tepat di superior tetapi sekitar 17% individu lateral. Serabut saraf paling banyak berakhir
terletak di anterior (prefixed), dan sekitar di nukleus genikulat lateral. Traktus optik
4% yang terletak posterior (postfixed). 8,10 disuplai peradarahanya oleh arteri koroid
Kiasma optik merupakan komisura anterior.5,8,11,31
yang dibentuk dari persilangan saraf optik.
Lebar kiasma optik berukuran sekitar 12
mm, panjangnya 8 mm pada arah

20
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

Nukleus Genikulat Lateral (magnoselular), yang mana sel ganglionnya


Nukleus genikulat lateral terletak di memiliki area reseptif lebih besar. Sel M
posterior talamus yang berbentuk seperti lebih sensitif dalam mendeteksi gerakan.
jamur serta tersusun atas enam lapisan. Akson-akson yang berasal dari bagian
Empat lapisan superior berasal dari akson sel kontralateral mata berakhir di lapisan 1, 4,
P (parvolelular), yang mana sel ganglionnya dan 6, sedangkan serabut saraf iplsilateral
memiliki area reseptif lebih sempit. Sel P ini menginervasi lapisan 2, 3 dan 5 seperti pada
bertanggung jawab untuk menangkap gambar 4. Suplai darah nukelus genikulat
resolusi spasial dan persepsi warna dengan lateral ini berasal dari arteri koroid posterior
maksimal. Dua level inferior lainnya lateral dan arteri koroid anterior.5,8,10
menerima input dari serabut sel M

Gambar 4 Nukleus Lateral Genikulat.5


Radiasi Optik pada aspek superior dan inferior dari radisi
Radiasi optik atau disebut juga traktus optik ini.5,8,12
genikulokalkarin merupakan serabut saraf
bermyelin yang menghubungkan nukleus Korteks Visual
genikulat lateral dengan korteks visual Radiasi optik mencapai tujuannya di korteks
primer di lobus oksipital. Serabut saraf yang visual primer yang dikenal juga sebagai
paling superior langsung berjalan ke korteks striatum, area Broadman 17 atau V1.
belakang menuju lobus oksipital, tetapi Sebanyak 85% korteks visual primer (V1)
serabut saraf yang paling inferior terbenam dalam fisura interhemisfer. Impuls
melengkung secara anteroinferior visual diterima oleh area ini dan akhirnya
mengelilingi hornu temporal dari ventrikel gambar bisa terlihat. Korteks visual
lateral sebelum akhirnya berbalik ke dikelilingi oleh area asosiasi visual yang
belakang. Lengkungan ini disebut dengan menginterpretasikan informasi visual
Meyer’s loop. Serabut saraf makula (bagian sehingga otak dapat mengenali apa yang
tengah) berjalan secara lateral, dengan sedang dilihat.5,32
serabut saraf perifer lebih terkonsentrasi

21
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

Superior

inferior

central

superior
inferior

Gambar 5. Korteks visual primer dan kaitannya dengan representasi lapang

pandang8

Serabut saraf dari makula berakhir lebih di menyebaban input tersebut dilanjutkan baik
posterior korteks. Serabut yang berasal dari ke V2, V3, V4 maupun V5 tergantung
lapang pandang perifer akan berakhir lebih spesifikasi fitur yang didapatkan oleh V1.
di anterior korteks. Serabut saraf dari bagian Area V4 sangat sensitif terhadap warna dan
surperior retina yang menyatakan lapang berfungsi mengolah informasi untuk
pandang inferior berjalan ke bagian atas identifikasi objek. Area V4 menerima
sulkus kalkarin. Sepertiga korteks visual impuls yang berasal dari sel ganglion
(bagian posterior area 17) merupakan akhir parvoselular. Area V5 menangkap informasi
dari serabut saraf yang berasal makula. tentang kecepatan dan arah benda yang
Gambaran retinotopik ini terlihat pada bergerak untuk analisis visuospasial. Area
8,12
gambar 5. V5 juga berfungsi mengatur gerakan sesuai
Area asosiasi lainnya adalah area keinginan. Area V5 menerima impuls dari
18 (V2 dan V3) dan area 19 yang menerima sel ganglion magnoselular. Korteks visual
input aferen dari area 17, talamus dan disuplai utama oleh arteri serebral posterior,
pulvinar, bersama dengan regio lainnya dari dan arteri seberal media memperdarahi
korteks serebral. Fitur visual yang diproses ujung anterior sulkus kalkarin dan aspek
di V1 yaitu bentuk, warna, gerakan dan lateral dari ujung oksipital. 5,9,33
kedalaman. Proses yang telah selesai akan

22
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

Gambar 6. Korteks visual primer dikelilingi oleh V2 dan V3.5

Lesi di Jaras Visual antara bentuk defek dengan kompartemen


Berbagai kelainan dapat berpotensi yang rusak seperti pada gambar 7. 5,12,29,31
mengenai jaras visual dimana kelainan klinis Lesi di daerah berkas papilomakular
yang muncul biasanya lebih ditentukan oleh dapat menyebabkan skotoma sentral yakni
lokasi abnormalitas secara anatomis sebuah defek yang menutupi pandangan
dibanding kondisi histologisnya. Saraf optik bagian tengah. Skotoma arkuata dapat
dapat mengalami proses penyakit yang sama terjadi bila terdapat lesi yang merusak
seperti pada otak dan meningen, karena saraf akson-akson di beberapa bagian berkas
optik merupakan sebuah serabut otak. Lesi- arkuata bagian atas. Skotoma altitud
lesi di saraf optik, lapisan serabut saraf dan merupakan lesi yang merusak seluruh
sel-sel ganglion retina menimbulkan defek berkas arkuata bagian atas. 4,5
lapang pandang yang memiliki korelasi
hemianopia bitemporal

kebutaan total mata kiri

hemianopia homonimus inkongruen junctional scotoma


kontralateral hemianopia homonimus
inkongruen kontralateral

kuadrantonopia superior
kuadrantonopia
homonimus
inkongruen inferior
kontralateral
defek lapang pandang
homonimus dari bagian temporal
hemianopia crescent kontralateral
kontralateral

hemianopia homonimus

23
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26

kongruen kontralateral dengan


macular sparing skotoma hemianoptik homonimus
kongruen kontralateral

hemianopia homonimus kongruen kontralateral dengan macular sparing dan sparing of crescent di temporal
kontralateral

Gambar 7. Diagram jaras visual dengan kerusakan lokasi serabut saraf terkait defek
lapang pandang.4

Lesi di saraf optik menyebabkan kongruen kontralateral dengan macular


kebutaan pada sisi mata yang terkena lesi sparing lebar dan sparing of crescent di
dengan lapang pandang mata temporal kontralateral.4,9,11
kontralateral yang normal. Lesi di kiasma
optik dapat menyebabkan kelainan Kesimpulan
hemianopia bitemporal, junctional
Jaras visual berfungsi menerima dan
scotoma, atau kuadrantonopia temporal.
menghantarkan informasi visual
Hemianopia homonimus terjadi bila lesi
berupa impuls menuju korteks.
terdapat di bagian traktus optik. Lesi
Impuls yang dihasilkan sel
yang terjadi pada meyer’s loop akan
terbentuk defek lapang pandang fotoreseptor melewati retina, saraf
kuadrantonopia homonimus superior optik, kiasma optik, traktus optik,
atau disebut juga dengan pie in the sky. nukleus genikulat lateral, radiasi
Lobus oksipital yang mengalami optik hingga akhirnya mencapai
kerusakan akan menimbulkan defek korteks visual primer. Impuls yang
lapang pandang hemianopia berhasil sampai di korteks visual akan
homonimus sentral, atau hemianopia
memberikan gambaran penglihatan
homonimu dengan macular sparing
dan lapang pandang yang baik.
tergantung lokasi presisi dari lesi
Struktur jaras visual yang terganggu
tersebut. Lesi di ujung dari lobus
akan menimbulkan berbagai
oksipital memberikan gambaran defek
gangguan penglihatan, di antaranya
skotoma hemianoptik homonimus
kongruen kontralateral. Ujung anterior adalah gangguan lapang pandang
dari fisura kalkarin yang mengalami lesi pada pasien. Gangguan yang terjadi
akan menimbulkan kehilangan lapang tergantung dimana letak kerusakan
pandang di bagian temporal crescent struktur anatomi jaras visual.
kontralateral dengan lapang pandang Sehingga dengan memahami struktur
lainnya tetap normal. Lesi di bagian anatomi dari jaras visual akan dapat
tengah korteks kalkarin memberikan
menentukan jenis kelainan serta
gambaran hemianopia homonimus
rencana tindakan yang tepat.
24
13. Sistem penglihatan. Tersedia pada:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_penglih
Daftar Pustaka atan

1. Cantor LB, Rapuano C CG. Fundamentals 14. Stamper RL, Tanaka GH. Intraocular
and principles of ophtalmology. In: Basic and Pressure: Measurement, Regulation, and
Clinical Science Course San Francisco: Flow Relationships. Duane’s Found Clin
American Academy of Ophthalmology. Ophthalmol. 2012;1–37.
American Academy of Ophthalmology;
2016. hal. 75–81. 15. Young H. Kwon, M.D., Ph.D., John H.
Fingert, M.D., Ph.D., Markus H. Kuehn PD,
2. S S. The eye. Gray’s Anatomy. Philadelphia: and Wallace L.M. Alward MD. Primary
Elsevier. Elsevier; 2016. 686-708 Open-Angle Glaucoma. new Engl J o f Med.
2009;N Engl J M(360):1113–24.
3. Remington LA. Visual System. In: Clinical
anatomy and physiology of the Visual 16. Leeson CR, Leeson T s., Paparo AA. Buku
System. Edisi ke-3. Missouri: Elsevier; 2012. Ajar Histologi. edisi 5. Jakarta : EGC; 1996.
hal. 1–20. 560–561

4. JA G. Visual field. Ophthalmology secrets in 17. McCannel CA. Retina and Vitreous. In:
color. Philadelphia: Elsevier; 2016. 52–69 Basic and Clinical Science Course. San
Fransisco;
5. Trobe JD. The optical, retinocortical, and
integrative components. The Neurology Of 18. Skuta GL, Cantor LB WJ. Basic and Clinical
Vision. New York: Oxford University Press; Science Course, Section 10: Glaucoma. San
2001. 1–44 hal. Fransisco: American Academy
Opthalmology;
6. Agarwal A. Anatomy of the optic nerve.
Manual of neuro-ophthalmology. New Delhi: 19. Dahlmann-Noor AH, Vijay S, Limb GA,
Jaypee Brothers; 2015. 100–4 hal. Khaw PT. Strategies for optic nerve rescue
and regeneration in glaucoma and other optic
7. Remington LA. Visual pathway. In: Clinical neuropathies. Drug Discov Today.
anatomy and physiology of the visual system. 2010;15(7–8):287–99.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2012. hal. 233–
52. 20. Vidal-Sanz M, Salinas-Navarro M, Nadal-
Nicolás FM, Alarcón-Martínez L, Valiente-
8. Cantor LB, Rapuano C CG. Neuro- Soriano FJ, Miralles de Imperial J, et al.
opthalmology. Basic and Clinical Science Understanding glaucomatous damage:
Center. In: American Academy of Anatomical and functional data from ocular
Ophthalmology. San Francisco; 2016. hal. hypertensive rodent retinas. Prog Retin Eye
29–34. Res. 2012;31(1):1–27.
9. Agarwal A. Visual pathway. Manual of 21. Lang GK, Recker D, Spraul CW, Gerhard K.
neuro-opthamlology. New Delhi: Amar A Short Textbook: Ophthalmology. 2000.
Agarwal; 2015. 72–99
22. Joly S, Francke M, Ulbricht E, Beck S,
10. Moraes CGD. Anatomy of the visual Seeliger M, Hirrlinger P, et al. Resident
pathways. J Glaucoma. 2013;22:S2-S7. microglia and bone marrow immigrants
remove dead photoreceptors in retinal
11. Schiefer U HW. Functional anatomy of the
lesions. Am J Pathol [Internet].
human visual pathway. In: Hart USHWW,
2009;174(6):2310–23. Tersedia pada:
editor. Clinical Neuro-Ophthalmology.
http://dx.doi.org/10.2353/ajpath.2009.09002
Berlin: Springer; 2007. hal. 19–28.
3
12. Friedman NJ, Kaiser PK TW. Neuro-
23. Kline LB FR. Neuro-Ophthalmology Review
ophthalmology. Review of Ophthalmology.
Manual. Eighth Edi. Denver; 2013. 150–177
Edisi ke-3. Philadelphia: Elsevier; 2018.
190–212 24. Khurana AK. Comprehensive
ophthalmology. 4 th editi. New Delhi: New

25
Age International Limited; 2018. 287–311
hal.
25. Galetta GTLNJVS. Visual Loss: Optic
Neuropaties. In: Neuro-ophthalmology :
diagnosis and management. 3 th eds.
Philadelphia : Saunders Elsevier; 2019. hal.
191–8.
26. Miller NR, Subramanian PS PV. Walsh and
Hoyt’s clinical neuro- ophthalmology the
essentials. Edisi ke-3. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins; 20160. 68–
12 hal.
27. Barton JJS BM. Functional visual anatomy.
A manual and atlas of perimetry. Humana
Press Springer; 2013. 1–19 hal.
28. Neil T. Choplin CET. Atlas Of Glaucoma.
Second. India: Replika Press Pvt Ltd; 2014.
59–70
29. Jack J. Kanski BB. Kanski’s Clinical
Ophthalmology : A Systematic Approach.
9th Editio. Elsevier Inc; 2019.
30. Forrester JV, Dick AD, McMenamin PG,
Roberts F PE. The eye basic sciences in
practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Elseiver;
2016. 59-68,92-102
31. Thust SC, Miszkiel K DI. The Retro-bulbar
visual pathway. Grainger & Allison’s
Diagnostic Radiology. Philadelphia:
Elseiver; 2015.
32. Lens A. Visual pathway. Ocular anatomy and
physiology. Edisi ke. Thorofare USA:
SLACK; 2008. 109–14
33. Bowling B. Neuro-ophthalmology. In:
Kanski’s clinical ohthalmology. Edisi ke-8.
Sydney: Elsevier; 2008. hal. 779–805.

26

Anda mungkin juga menyukai