5 , No 1, hlm, 13-26
siti.hajar@unsyiah.ac.id
1
Bagian Mata/Biokimia Fakultas Kedokteran USK/RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh
2
Bagian/KSM Neurologi Fakultas Kedokteran USK/RSUD Dr Zainoel Abidin, Banda Aceh
3
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran FK USK, Darussalam Banda Aceh
ABSTRACS
The visual pathway functions to receive and transmit visual information in the form of impulses to the
cortex. The visual process begins with the interpretation of light entering the eye and captured by the retina
until it becomes specific visual information in the brain. The formation of an image on thr retina depends
on the refractive ability of the eye. Light rays that reach the retina are converted into nerve impulses.
Impulses that arise will be delivered to the visual cortex to be analyzed and interpreted to produce a good
picture of vision and visual fields. The Disturbed visual pathway structures will cause various visual
disturbances, including visual field disturbances in patients. The disturbance that occurs depends on where
the damage to the anatomical structure of the visual pathway location.
Keywords:Aferen Visual Pathway, visual field disturbances
ABSTRAK
Jaras visual berfungsi menerima dan menghantarkan informasi visual berupa impuls menuju korteks.
Proses visual dimulai dengan interpretasi cahaya yang masuk ke mata dan ditangkap oleh retina sampai
menjadi informasi visual yang spesifik di otak. Pembentukan bayangan di retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata. Berkas cahaya yang sampai di retina akan diubah menjadi impuls saraf. Impuls
yang timbul akan dihantarkan ke korteks visual untuk dianalisis dan diinterpretasikan hingga menghasilkan
gambaran penglihatan dan lapang pandang yang baik. Struktur jaras visual yang terganggu akan
menimbulkan berbagai gangguan penglihatan, di antaranya adalah gangguan lapang pandang pada pasien.
Gangguan yang terjadi tergantung dimana letak kerusakan struktur anatomi jaras visual.
Kata Kunci: Jaras visual Aferen, Gangguan Lapang Pandang
13
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
diproses. Jaras visual terdiri dari jaras visual Jaras visual aferen dari retina menuju
aferen dan eferen. Jaras yang dilalui oleh korteks visual primer memiliki empat
cahaya hingga menjadi impuls yang elemen neuron. Neuron pertama adalah sel-
dihantarkan menjadi sebuah interpretasi sel fotoreseptor yang terdiri dari sel batang
visual di korteks otak disebut sebagai jaras dan sel kerucut. Neuron pertama ini
visual aferen. Jaras visual aferen meliputi bersinaps dengan neuron kedua yaitu sel
retina, saraf optik, kiasma optik, traktus bipolar yang kemudian bersinaps dengan
optikus, korpus lateral genikulatum, radiasi neuron ketiga. Neuron ketiga adalah sel
2,3,4,5
optik dan berakhir di lobus oksipital. ganglion retina dan prosesus-prosesus
Jaras visual aferen menunjukkan aksonalnya, termasuk kiasma optik dan
pengaturan retinotopik yang presisi pada traktus optik. Neuron keempat merupakan
semua gejala yang ditimbulkan karena neuron genikulokalkarin.4,9,11
kerusakan anatomi jaras visual. Lesi pada Fungsi dari sistem visual adalah
jaras visual memiliki nilai yang bermakna untuk melihat sebuah objek pada suatu
dalam diagnosis neurologis.6,7,8 ruang, menentukan pergerakan objeknya
Pengetahuan yang baik terhadap anatomi serta mengenali benda tersebut. Cahaya
sistem visual akan bermanfaat dalam difokuskan menuju reseptor retina dan
menentukan lokasi, diagnosis dan dikonversikan menjadi impuls saraf yang
manajemen pada suatu kondisi dikirim ke korteks visual primer. Korteks
neuropatologis. visual kemudian akan mengode secara
terpisah fitur-fitur dasar dari sebuah benda
Pembahasan seperti warna, bentuk, kedalaman, dan
Jaras Visual pergerakan. Informasi pergerakan dan
Jaras visual merupakan struktur anatomi kedalaman diteruskan ke korteks
yang bertanggung jawab untuk mengonversi oksipitoparietal kemudian akhirnya
energi cahaya menjadi aksi potensial listrik menghasilkan persepsi spasial. Korteks
yang dapat diinterpretasikan oleh otak. Jaras oksipitotemporal menerima informasi warna
visual terdiri dari tujuh level yang harus dan bentuk dari sebuah objek dan
dilalui oleh impuls visual, yaitu retina, menginterpretasikannya sebagai familiar
saraf optik, kiasma optik, traktus optik, atau tidak familiar. Daerah-daerah
korpus genikulatum lateral, radiasi optik dan neokortikal lain berkontribusi dalam bentuk
area korteks.9,8,10 input motivasional dan atensional yang
membantu memilih dan mengikat fitur-fitur
14
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
15
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
lapisan retina terdiri dari tiga neuron. Setiap berfungsi sebagai pendukung metabolik
batang atau kerucut (neuron pertama) untuk pembuluh darah dan sel-sel neuron.
mempunyai suatu organ akhir saraf yang Sel-sel ini berperan penting pada regulasi
terletak paling luar dekat epitel pigmen. dari lingkungan ekstraseluler retina. Sel
hubungan antara neuron pertama dan retina dan berada pada membrana limitans
kedua. Lapisan inti dalam tampak sebagai interna dan eksterna. Astrosit
suatu massa inti sel bipolar (neuron kedua) menyelubungi pembuluh darah dan neuron
yang tersusun rapat, sel amakrin, dan sel cells pada lapisan sel ganglion dan
16
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
vaskularisasi retina dikontrol oleh sel-sel diteruskan dari fotoreseptor ke sel bipolar
endotel yang memiliki tight junctions, dan mencapai sel ganglion retina lalu menuju
kepala saraf optik. 5,8,10
sehingga berfungsi sebagai blood-retinal
Jalur serabut saraf retina menuju
barrier.23
diskus optik terbagi menjadi tiga
Sel Ganglion memiliki 3 tipe sel, yaitu:
kompartemen fungsional, yaitu berkas
sel midget 80%; sel parasol 10%; dan sel lain
papilomakular, berkas arkuat superior dan
10% sisanya. Masing-masing tipe memiliki
inferior, serta berkas nasal radial. Jalur yang
jalurnya sendiri yang diberi nama sesuai
paling penting adalah berkas papilomakular
targetnya pada korpus genikulatum
yang membawa paling banyak akson dari
24
lateral. Fovea memiliki konsentrasi sel makula, yakni hampir 90% dari seluruh
midget yang sangat tinggi. Sel midget akson yang ada langsung menuju diskus
menerima Sinyal dari sel bipolar yang optik. Akson yang berasal dari temporal
menerima input dari 1 sel kerucut. sel fovea harus melengkung mengelilingi
kerucut memiliki spesialisasi untuk high serabut saraf dari nasal fovea disebut berkas
spatial acuity penglihatan warna dan arkuata. Berkas arkuata dibagi menjadi dua
penglihatan stereoskopis. Sel parasol grup, yakni berkas superior dan inferior yang
menerima input dari sel bipolar dipisahkan oleh garis khayal meridian yang
17
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
Saraf optik merupakan hubungan neural paska sinap pada nukleus genikulatum
antara retina neurosensoris dan nukleus lateral. Akson sel ganglion retina (yang
genikulatum lateral. Jaringan saraf optik dikenal dengan nama nerve fiber)
tersusun atas jaringan neural, jaringan glial, berkumpul dikutub posterior dan keluar
matriks ekstrasel dan pembuluh darah. Saraf melalui kanal menyusun sebagian bear
optik berasal dari sel ganglion retina dan
jaringan saraf optik. Dalam perjalanannya
mengandung kira-kira 1,2-1,5 juta akson.
saraf optik dibagi 4 bagian yaitu intraokular;
Perhitungan jumlah sel ganglion
intraorbita; intrakanalikular dan
retina yang dikemukakan oleh Krause,
intrakranial, seperti yang terlihat pada
Kappers dan Zwanenburg menyimpulkan
gambar 3.18,28
bahwa akson saraf optik pada sel ganglion
retina tetap memiliki rasio 1:1 dengan sel
Gambar 3. Anatomi akson sel ganglion retina dan nervus optikus. A,B. C, Akson nervus retina
karena diselubungi myelin dari
meluas dari sel ganglion ke diskus optikus. oligodendrosit, saraf ini merupakan
Akson yang muncul dari bagian nasal perpanjangan dari sistem saraf pusat. Keluar
makula meluas menuju diskus optikus D, dari orbita, Saraf optik memasuki kanalis
Atropi optic nerve head (ONH).18 optik membentuk sudut 45 derajat, dan
Segmen intraokular, papil saraf berlanjut sebagai segmen intrakranial
optik berlokasi pada 3-4 milimeter nasal sepanjang 17 mm sebelum mencapai
dari fovea dengan ketebalan 1 milimeter. khiasma.29
Panjang saraf optik segmen intraorbita Saraf optik intraorbita dikenal
29
adalah 25-30 mm. Saraf optik berjalan ke sebagai optic nerve head (ONH). Bagian
posterior melalui lamina kribrosa dan anterior ONH terbesar dan dapat dilihat
diameternya bertambah menjadi 3-4 mm disebut diskus optikus. Diskus optikus yang
18
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
normal bervariasi secara signifikan dalam diskus optik. Ukuran diskus optik sangat
bentuk, ukuran dan topografinya. Diskus beragam, rata-rata 1,76 mm secara
optikus dibagi atas 4 lapisan yaitu nerve horizontal dan 1,92 mm secara vertikal.
fiber layer (NFL), prelaminar, laminar dan Bagian intraokular ini rata-rata berdiameter
retrolaminar. Akson sel ganglion retina 1,5 mm dan memanjang sekitar 3 mm
keluar dari mata melalui disks optikus, dibelakang sklera, dimana sel-sel saraf
dalam diameter 1,5 mm. Tepi antara cup dan mendapatkan selubung myelin. Kepala saraf
diskus merupakan area depresi yang optik ini dibagi menjadi empat area, yakni
letaknya sedikit lebih temporal lapisan serabut saraf superfisial, area
dibandingkan pusat diskus dan ditandai oleh prelaminar, area laminar, dan area
jaringan glia18,28 retrolaminar. Suplai area ini berasal dari
1,6
Setelah inisial pemprosesan arteri siliaris posterior dan arteriol retina.
intraretinal, saraf optik menyampaikan Bagian intraorbital merupakan bagian
informasi visual ke pusat di otak untuk paling panjang yakni sekitar 25-30 mm dan
diproses lebih lanjut: ke corpus geniculatum berdiameter 3-4 mm karena mendapatkan
lateral (dari mana sinyal disampaikan ke tambahan selubung myelin pada serabut
korteks visual), kolikulus superior dan sarafnya. Saraf yang terletak pada apeks
nukleus suprachiasmatic. Jalur ini yang orbital dikelilingi oleh jaringan fibrosa kuat
terlibat dalam persepsi visual, gerakan mata yang disebut annulus of Zinn, yang
dan ritme sirkadian, masing-masing. Jalur merupakan origo dari keempat otot rektus
dari bola mata ke corpus genikulatum lateral dan otot superior oblik. Bagian ini
dibagi menjadi tiga bagian: saraf optik, diperdarahi oleh arteri retina sentralis.1,16
chiasm (di mana akson dari setengah nasal Bagian intrakanalikular ini panjangnya
retina menyeberang ke sisi kontralateral) sekitar 8-10 mm dan lebarnya 5-7 mm.
dan traktus optikus. Pada titik di mana Saraf optik yang berada intrakanalikular ini
akson RGCs meninggalkan bola mata, terfiksasi terhadap kanalnya, karena
mereka melakukan perjalanan melalui duramaternya bersatu dengan periosteum.
jaringan ikat dilapisi dengan sel pendukung Bagian intrakanalikular ini menjadi bagian
glial, lamina kribosa. Area ini disebut papil yang paling rentan terhadap cedera
saraf optik (ONH/ optic nerve head). dikarenakan regangan yang ditransmisikan
Mielinasi saraf optik dimulai setelah akson dari trauma tumpul fasial.1,8,29
19
lewat melalui lamina kribosa.
Saraf optik dikelilingi oleh tiga
Sebagian dari saraf optik pada bagian
selubung meningen yang bersambung
intraokular dapat terlihat dengan
dengan meningen yang menutupi isi kranial.
oftalmoskop sebagai kepala saraf optik atau
Lapisan paling dalam adalah pia mater yang
19
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
20
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
21
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
Superior
inferior
central
superior
inferior
pandang8
Serabut saraf dari makula berakhir lebih di menyebaban input tersebut dilanjutkan baik
posterior korteks. Serabut yang berasal dari ke V2, V3, V4 maupun V5 tergantung
lapang pandang perifer akan berakhir lebih spesifikasi fitur yang didapatkan oleh V1.
di anterior korteks. Serabut saraf dari bagian Area V4 sangat sensitif terhadap warna dan
surperior retina yang menyatakan lapang berfungsi mengolah informasi untuk
pandang inferior berjalan ke bagian atas identifikasi objek. Area V4 menerima
sulkus kalkarin. Sepertiga korteks visual impuls yang berasal dari sel ganglion
(bagian posterior area 17) merupakan akhir parvoselular. Area V5 menangkap informasi
dari serabut saraf yang berasal makula. tentang kecepatan dan arah benda yang
Gambaran retinotopik ini terlihat pada bergerak untuk analisis visuospasial. Area
8,12
gambar 5. V5 juga berfungsi mengatur gerakan sesuai
Area asosiasi lainnya adalah area keinginan. Area V5 menerima impuls dari
18 (V2 dan V3) dan area 19 yang menerima sel ganglion magnoselular. Korteks visual
input aferen dari area 17, talamus dan disuplai utama oleh arteri serebral posterior,
pulvinar, bersama dengan regio lainnya dari dan arteri seberal media memperdarahi
korteks serebral. Fitur visual yang diproses ujung anterior sulkus kalkarin dan aspek
di V1 yaitu bentuk, warna, gerakan dan lateral dari ujung oksipital. 5,9,33
kedalaman. Proses yang telah selesai akan
22
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
kuadrantonopia superior
kuadrantonopia
homonimus
inkongruen inferior
kontralateral
defek lapang pandang
homonimus dari bagian temporal
hemianopia crescent kontralateral
kontralateral
hemianopia homonimus
23
Jurnal Sinaps, Vol. 5 , No 1, hlm, 13-26
hemianopia homonimus kongruen kontralateral dengan macular sparing dan sparing of crescent di temporal
kontralateral
Gambar 7. Diagram jaras visual dengan kerusakan lokasi serabut saraf terkait defek
lapang pandang.4
1. Cantor LB, Rapuano C CG. Fundamentals 14. Stamper RL, Tanaka GH. Intraocular
and principles of ophtalmology. In: Basic and Pressure: Measurement, Regulation, and
Clinical Science Course San Francisco: Flow Relationships. Duane’s Found Clin
American Academy of Ophthalmology. Ophthalmol. 2012;1–37.
American Academy of Ophthalmology;
2016. hal. 75–81. 15. Young H. Kwon, M.D., Ph.D., John H.
Fingert, M.D., Ph.D., Markus H. Kuehn PD,
2. S S. The eye. Gray’s Anatomy. Philadelphia: and Wallace L.M. Alward MD. Primary
Elsevier. Elsevier; 2016. 686-708 Open-Angle Glaucoma. new Engl J o f Med.
2009;N Engl J M(360):1113–24.
3. Remington LA. Visual System. In: Clinical
anatomy and physiology of the Visual 16. Leeson CR, Leeson T s., Paparo AA. Buku
System. Edisi ke-3. Missouri: Elsevier; 2012. Ajar Histologi. edisi 5. Jakarta : EGC; 1996.
hal. 1–20. 560–561
4. JA G. Visual field. Ophthalmology secrets in 17. McCannel CA. Retina and Vitreous. In:
color. Philadelphia: Elsevier; 2016. 52–69 Basic and Clinical Science Course. San
Fransisco;
5. Trobe JD. The optical, retinocortical, and
integrative components. The Neurology Of 18. Skuta GL, Cantor LB WJ. Basic and Clinical
Vision. New York: Oxford University Press; Science Course, Section 10: Glaucoma. San
2001. 1–44 hal. Fransisco: American Academy
Opthalmology;
6. Agarwal A. Anatomy of the optic nerve.
Manual of neuro-ophthalmology. New Delhi: 19. Dahlmann-Noor AH, Vijay S, Limb GA,
Jaypee Brothers; 2015. 100–4 hal. Khaw PT. Strategies for optic nerve rescue
and regeneration in glaucoma and other optic
7. Remington LA. Visual pathway. In: Clinical neuropathies. Drug Discov Today.
anatomy and physiology of the visual system. 2010;15(7–8):287–99.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2012. hal. 233–
52. 20. Vidal-Sanz M, Salinas-Navarro M, Nadal-
Nicolás FM, Alarcón-Martínez L, Valiente-
8. Cantor LB, Rapuano C CG. Neuro- Soriano FJ, Miralles de Imperial J, et al.
opthalmology. Basic and Clinical Science Understanding glaucomatous damage:
Center. In: American Academy of Anatomical and functional data from ocular
Ophthalmology. San Francisco; 2016. hal. hypertensive rodent retinas. Prog Retin Eye
29–34. Res. 2012;31(1):1–27.
9. Agarwal A. Visual pathway. Manual of 21. Lang GK, Recker D, Spraul CW, Gerhard K.
neuro-opthamlology. New Delhi: Amar A Short Textbook: Ophthalmology. 2000.
Agarwal; 2015. 72–99
22. Joly S, Francke M, Ulbricht E, Beck S,
10. Moraes CGD. Anatomy of the visual Seeliger M, Hirrlinger P, et al. Resident
pathways. J Glaucoma. 2013;22:S2-S7. microglia and bone marrow immigrants
remove dead photoreceptors in retinal
11. Schiefer U HW. Functional anatomy of the
lesions. Am J Pathol [Internet].
human visual pathway. In: Hart USHWW,
2009;174(6):2310–23. Tersedia pada:
editor. Clinical Neuro-Ophthalmology.
http://dx.doi.org/10.2353/ajpath.2009.09002
Berlin: Springer; 2007. hal. 19–28.
3
12. Friedman NJ, Kaiser PK TW. Neuro-
23. Kline LB FR. Neuro-Ophthalmology Review
ophthalmology. Review of Ophthalmology.
Manual. Eighth Edi. Denver; 2013. 150–177
Edisi ke-3. Philadelphia: Elsevier; 2018.
190–212 24. Khurana AK. Comprehensive
ophthalmology. 4 th editi. New Delhi: New
25
Age International Limited; 2018. 287–311
hal.
25. Galetta GTLNJVS. Visual Loss: Optic
Neuropaties. In: Neuro-ophthalmology :
diagnosis and management. 3 th eds.
Philadelphia : Saunders Elsevier; 2019. hal.
191–8.
26. Miller NR, Subramanian PS PV. Walsh and
Hoyt’s clinical neuro- ophthalmology the
essentials. Edisi ke-3. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins; 20160. 68–
12 hal.
27. Barton JJS BM. Functional visual anatomy.
A manual and atlas of perimetry. Humana
Press Springer; 2013. 1–19 hal.
28. Neil T. Choplin CET. Atlas Of Glaucoma.
Second. India: Replika Press Pvt Ltd; 2014.
59–70
29. Jack J. Kanski BB. Kanski’s Clinical
Ophthalmology : A Systematic Approach.
9th Editio. Elsevier Inc; 2019.
30. Forrester JV, Dick AD, McMenamin PG,
Roberts F PE. The eye basic sciences in
practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Elseiver;
2016. 59-68,92-102
31. Thust SC, Miszkiel K DI. The Retro-bulbar
visual pathway. Grainger & Allison’s
Diagnostic Radiology. Philadelphia:
Elseiver; 2015.
32. Lens A. Visual pathway. Ocular anatomy and
physiology. Edisi ke. Thorofare USA:
SLACK; 2008. 109–14
33. Bowling B. Neuro-ophthalmology. In:
Kanski’s clinical ohthalmology. Edisi ke-8.
Sydney: Elsevier; 2008. hal. 779–805.
26