Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP

LANSIA DI PUSKESMAS BENGKURING SAMARINDA

DOSEN PEMBIMBING

BURHANTO,S.ST., M. KES

DISUSUN OLEH:

ABIE ASSYIFA WIJAYA

1911102411104

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Abie Assyifa Wijaya

Nim 1911102411104

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul penelitian : Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup

Lansia Di Puskesmas Bengkuring Samarinda.

Menyatakan bahwa penelitian yang kami tulis benar-benar hasil karya


kami sendiri, bukan merupakan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang kami akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran
kami sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat plagiat dalam


penelitian ini, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundangan-undangan(Permendiknas No. 17, Tahun 2010).

Samarinda,............................2022

Materai Rp.
10.000

Abie Assyifa Wijaya


NIM :

1911102411104

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Lansia Di


Puskesmas Bengkuring Samarinda

DISUSUN OLEH :

ABIE ASSYIFA WIJAYA

Disetujui untuk Diajukan

Pada Tanggal,.....................................2022

Pembimbing

Burhanto,S.ST., M.Kes.
NIDN. 1118047101

Mengetahui,

Koordinator Mata Ajar Skripsi

Ns. Milkhatun, M. Kep

NIDN. 1121018501

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas

Bengkuring Samarinda

ABIE ASSYIFA WIJAYA (1911102411104)

Diseminarkan dan Diujikan

Pada Tanggal,…..Mei 2022

Penguji 1 Penguji 2

Ns. Faried R Hidayat, S.Kep.,M.Kes Burhanto, S.ST., M.Kep


NIDN. 1119018202 NIDN. 1118047101

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin., M. Kep


NIDN. 1115017703

ii
MOTTO

Dari Ali R.A ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut

(bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau

ahli ibadah”.

(H.R Ad-Dailami).

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahiirabbil’alaimiin, segala puji dan syukur saya kepada

Allah SWT berkat rahmat serta karunia-Nya dan shalawat serta salam

kepada Rasulullah SAW yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan

teladan terbaik untuk umat manusia sehingga saya dapat menyelesaikan

proposal yang berjudul “Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup

Lansia Di Puskesmas Bengkuring Samarinda”. Semoga naskah poposal

ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan, khususnya bagi

saya sendiri. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

kesalahan dalam pembuatan naskah ini, oleh karena itu saya mohon kritik

dan saran yang membangun agar saya dapat mengoreksi diri dan

mengembangkannya menjadi lebih baik lagi.

Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan di Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur. Pada Kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak terkait yang

membantu dalam menyelesaikan naskah proposal ini.

Saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Setiaji, Selaku rektor di Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur.

ii
2. Ghozali MH, M.Kes selaku wakil rektor Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur.

3. Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kp, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

4. Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan.

5. Burhanto,S.ST., M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan

seluruh waktu, pikiran dan tenaga dalam mengarahkan dan membimbing

selama proses penulisan hasil laporan penelitian ini.

6. Ns. Faried R Hidayat, S.Kep.,M.Kes selaku dosen penguji skripsi yang

telah menyempatkan waktunya dalam seminar proposal saya.

7. Kepada seluruh dosen dan staf di Universitas Muhammadiyah Kalimantan

Timur yang telah memberikan masukkan dan motivasi dalam proses

penulisan laporan hasil penelitian ini.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang

pernah saya lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga

laporan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan

semua pihak khusunya dalam bidang kesehatan.

Samarinda, 06 Februari 2023

Penulis

ii
I. DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vi
BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................4
C. TUJUAN PENELITIAN......................................................................5
D. MANFAAT PENELITIAN...................................................................5
E. KEASLIAN PENELITIAN...................................................................7
BAB II........................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................10
A. TELAAH PUSTAKA.........................................................................10
B. PENELITIAN TERKAIT...................................................................24
C. KERANGKA TEORI.........................................................................26
D. KERANGKA KONSEP.....................................................................27
E. HIPOTESIS PENELITIAN...............................................................27
BAB III.......................................................................................................28
METODE PENELITIAN.............................................................................28
A. RANCANGAN PENELITIAN...........................................................28
B. POPULASI DAN SAMPEL..............................................................28
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.............................................30
D. DEFINISI OPERASIONAL...............................................................31
E. INSTRUMEN PENELITIAN.............................................................32
F. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS..............................................34
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA....................................................36
H. TEKNIK ANALISA DATA.................................................................38
I. ETIKA PENELITIAN........................................................................40
J. JALANNYA PENELITIAN................................................................42
K. JADWAL PENELITIAN....................................................................42

ii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................44

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian............................................................7

Tabel 3.1 Definisi Operasional..........................................................31

Tabel 3.2 Kuesioner DASS-42...........................................................33

Tabel 3.3 Kuesioner WHOQOL-BREF...............................................34

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian...............................................................43

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................................26


Gambar 2.2 Kerangka Konsep...................................................................27

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

manusia. Apabila seseorang telah mencapai umur 60 tahun ke atas, maka

seseorang tersebut bisa dikategorikan lanjut usia.

Populasi menua adalah suatu fenomena global yang pasti akan terjadi.

Hampir pada setiap negara di dunia akan mengalami pertumbuhan dalam

ukuran dan proporsi pada populasi mereka. Berdasarkan data Perserikaan

Bangsa-bangsa (PBB) tentang World Population Ageing pada tahun 2019

total keselurujan jumlah lansia 705 juta atau 9,18% jiwa penduduk lanjut

usia di dunia (Tribun news, 2019). Jumlah tersebut diproyeksikan terus

meningkat mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (Ayu, et al 2018).

Dalam waktu hampir lima dekade dari 1971 sampai 2019, jumlah lansia

Indonesia sudah meningkat menjadi 25 juta orang atau meningkat 9,6%.

Dilihat dari jumlah tersebut, perbandingan gender pada lansia adalah laki-

laki 10,10% sedangkan perempuan 9,10%. Dari jumlah keseluruhan lansia

di Indonesia, lansia muda (60-69 tahun) mendominasi dengan persentase

63,82%, selanjutnya lansia madya (70-79 tahun) sebesar 27,68% dan

lansia tua (80+ tahun) sebesar 8,50%. Menurut databoks.katadata.co.id di

Kalimantan Timur penduduk dengan usia lanjut 65 tahun ke atas ada sekitar

132,49 ribu jiwa, diantaranya lansia dengan umur 65-69 tahun berjumlah

65.927 ribu jiwa, lansia umur 70-74 tahun berjumlah 34.649 ribu jiwa dan

1
lansia umur 75 tahun ke atas berjumlah 31.911 ribu jiwa. Menurut SP2020

di Kota Samarinda jumlah penduduknya sekitar 827.994 ribu jiwa, dengan

penduduk lansia berjumlah sekitar 3,57% atau sebanyak 29.559 ribu jiwa, di

Samarinda terdapat 24 puskesmas, 6 diantaranya memiliki populasi lansia

terbanyak pada periode tahun 2020, yaitu Puskesmas Palaran (5.410),

Puskesmas Bengkuring (5.263), Puskesmas Baqa (5.059), Puskesmas

Temindung (4.963), Puskesmas Sempaja (4568), dan Puskesmas Segiri

(4041) (Solikhah & Rahmawati, 2023).

Adapun penduduk lansia yang tingkatnya cukup tinggi berada pada 5

provinsi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Bali dan Sulawesi Barat. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang

menuju ke arah penuaan penduduk karena persentase penduduk di atas 60

tahun mencapai di atas 7%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bisa

disebut negara dengan ageing population atau populasi penduduk tua yang

tinggi apabila penduduk di atas 60 tahun sudah lebih dari 10%. Peristiwa ini

merupakan cerminan dari meningkatnya angka harapan hidup penduduk

Indonesia (Sutanto et al., 2022).

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012

tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lansia juga menyebutkan bahwa

Layanan Sosial untuk Lansia membuat upaya untuk merehabilitasi dan

mengembangkan lansia untuk fungsi sosial mereka. Peningkatan jumlah

lansia dapat membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif muncul

jika lanjut usia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Akan

tetapi,

2
bisa membawa dampak negatif apabila lansia memiliki masalah penurunan

kesehatan dan tidak mendapat penanganan dengan baik. Secara biologis,

lanjut usia akan mengalami kemunduran kesehatan secara fisik maupun

psikis. Masalah yang muncul biasanya tidak bisa bekerja, semangat hidup

berkurang, tidak lagi ada hubungan dengan teman, resiko sakit, tertutup

dengan lingkungan, termasuk perasaan kesepian. Hal ini bisa

menyebabkan gangguan mental pada lansia, contohnya adalah depresi

(Utami et al., 2018). Menurut (Young, 2009) depresi adalah penyakit mental

yang sangat umum dialami kebanyakan orang setidaknya sekali dalam

hidup mereka. Depresi juga merupakan masalah kesehatan mental penting

yang perlu ditangani dalam pengaturan perawatan primer (Utami et al.,

2018).

Depresi yang terjadi pada lanjut usia dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain jenis kelamin perempuan, usia yang semakin tua,

kemampuan mengatasi sesuatu yang menurun, morbiditas fisik atau mudah

terkena penyakit, tingkat fungsi tubuh yang terganggu, berkurangnya

kognisi dan suasana berkabung (Sivertsen et al., 2015). Depresi dapat

menjadi faktor risiko penurunan kognitif ketika depresi dikaitkan dengan

risiko demensia jangka panjang. Dengan demikian, penurunan kognisi

merupakan tanda penuaan pada otak, yang memberi kecenderungan untuk

memperpanjang depresi.

Depresi yang dialami oleh lansia ditemukan berkaitan dengan kualitas

hidup pada lansia yang bersangkutan. Kualitas hidup adalah tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan seseorang tentang

3
berbagai aspek dalam kehidupannya. Kualitas hidup termasuk kemandirian,

privasi, pilihan, penghargaan dan kebebasan bertindak. Kualitas hidup pada

lansia dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu kesejahteraan fisik,

kesejahteraan psikologis dan kesejahteraan interpersonal(Tatukude et al.,

2019).

Kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai situasi dan faktor-faktor antara

lain berkaitan dengan demografi (usia, jenis kelamin, suku), sosial ekonomi

(pendidikan, status sosial, pendapatan, dukungan sosial), budaya dan nilai,

kesehatan (kondisi kesehatan, penyakit, status fungsional, tersedianya

layanan kesehatan). Selain itu juga dipengaruhi karakteristik personal

(mekanisme koping, efikasi diri) (Fauzy & Fourianalisyawati, 2016).

Pada tahun 2022 di Puskesmas Bengkuring memiliki populasi (7.869)

jiwa, dan jumlah pengunjung lansia pada bulan desember sebanyak 231 jiwa.

Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Bengkuring, karena jumlah populasi yang dibutuhkan untuk

penelitian sudah mencukupi. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat

Depresi dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Puskesmas Bengkuring”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah penelitian

ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas

hidup pada lanjut usia di puskesmas bengkuring samarinda”

4
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Menjelaskan Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kualitas

Hidup Pada Lanjut Usia di Puskesmas Bengkuring Samarinda.

2. Tujuan khusus

a. Mengindentifikasi karakteristik responden (usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan) di Puskesmas Bengkuring

Samarinda

b. Mengendintifikasi tingkat depresi lansia di Puskesmas Bengkuring Samarinda

c. Mengendintifikasi kualitas hidup lansia di Puskesmas Bengkuring Samarinda

d. Menganalisa hubungan tingkat depresi lansia dengan kualitas hidup

lansia di Puskesmas Bengkuring Samarinda

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan model konsep

keperawatan gerontik pada tingkat depresi dan kualitas hidup lansia.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi praktisi

keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan

gerontik.

b. Bagi Lahan Penelitian

5
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada lansia sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup lansia.

c. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pentingnya hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia.

d. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian

selanjutnya.

6
E. KEASLIAN PENELITIAN

No Nama/Judul Metode Persamaan dan


Penelitian Perbedaan
1 I Gusti Ayu Mahadewi, I Desain Penelitian: Persamaan: Menggunakan
Gusti Ayu Indah Ardani Metode penelitian ini judul, desain penelitian yang
E-Jurnal Medika, Vol. 7 berupa penelitian sama.
No.8,Agustus, 2018 korelatif Perbedaan: Pengambilan
Judul : Hubungan crosssectional. sampel penelitian ini adalah
Tingkat Depresi dengan total sampling, sedangkan
Kualitas Hidup Pada pada penelitian saya adalah
Lansia Di Panti Sosial accidental sampling. Analisis
Werdha Wana Seraya univariat dan bivariat pada
Denpasar Bali. penelitian ini menggunakan
metode simple logistic
regression dengan bantuan
perangkat lunak SPSS 16,
pada penelitian saya
menggunakan analisis chi
square.
2 Aida Andriani, Dewi Desain Penelitian : Persamaan : Menggunakn
Kurniawati, Absha Penelitian ini judul, desain dan analisis data
Khoiry, Sarah Lubis. menggunakan desain uji chi square yang sama.
Jurnal Ners Volume 7 korelatif Perbedaan : Kriteri sampel
No.1 Tahun 2023. crosssectional. yang diguakan adalah pasien
Judul : Hubungan tingkat lansia dengan hipertensi
depresi dengan kualitas sedangkan penelitian saya
hidup pada lansia hanya kepada pasie lansia.
penderita hipertensi di
Wilayah Kerja
Puskesmas Rasimah
Ahmad Bukittinggi tahun
2022”

3 Dewi Rahmawati Desai penelitian : Persamaan : Menggunakan


Sholikah, Vo.5, No.1 Jenis penelitian yang judul yang ha,pir sama, yaitu
February 2023, ISSN : digunakan kuantitatif hubungan tingkat depresi
2656-0534. Judul : ovservasional analitik dengan kualitas hidup, serta
Hubungan tingkat yang ilaksanakan di rancangan penelitian yang
depresi dan Kualitas puskesmas Matrijeron sama, yaitu kuantitatif.
7
Hidup yang Yogyakarta, penelitian Perbedaan : populasi dan
menggunakan HRQol ini menggunakan sampel yang digunakan pada
pada psien hipertensi di teknik random penelitian ini adalah pasien
puskesmas Matrijeron sampling. hipertensi, sedangkan
Yogyakarta. penelitian saya hanya
membahas lansia di
puskesmas matrijeron
yogyakarta. Teknik
pengumpulan sampel pada
penelitian ini adalah random
sampling, sedangkan saya
menggunakan Accidental
sampling. Insrumen Penelitian
ini menggunakan HRQol,
sedangkan Instrumen
penelitian saya menggunakan
DASS-42 dan WHOQOL-
BREF.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

1. Konsep Kualitas Hidup

a. Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life

(WHOQOL) Group, didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi

individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu

hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan

dan perhatian seseorang. (Nimas & Tri, 2012). Kualitas hidup merupakan

persepsi subjektif dari individu terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan

lingkungan dalam kehidupan sehari- hari yang dialaminya (Urifah, 2012).

Donald (dalam Urifah, 2012)menyatakan kualitas hidup merupakan suatu

terminology yang menunjukkan tentang kesehatan fisik, sosial dan emosi

seseorang serta kemampuannya untuk melaksanakan tugas sehari-hari.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang, yaitu :

1) Kontrol, berkaitan dengan control terhadap perilaku yang dilakukan oleh

seseorang, seperti pembahasan terhadap kegiatan untuk menjaga

kondisi tubuh.

2) Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar

seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.

3) Keterampilan, berkaian dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

keterampilan lain yang mengakibatkan ia dapat mengembangkan dirinya,


9
seperti mengikuti suatu kegiatan atau kursus tertentu.

4) Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari

lingkungan keluarga, masyarakat maupun sarana-sarana fisik seperti

tempat tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang

memadai sehinga dapat menunjang kehidupan.

5) Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan

stress yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup

sangat berhubungan erat dengan tugas perkembangan yang harus

dijalani, dan terkadang kemampuan seseorang untuk menjalani tugas

tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri.

6) Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang.

Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang

sebagai individu.

7) Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat bencana.

8) Perubahan politik, berkaitan dengan masalah Negara seperti krisi

moneter sehingga menyebabkan orang kehilangan pekerjaan/mata

pencaharian. Selain itu, kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya, mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan

pasienan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis,

mengembangkan sikap empati.

c. Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO (1996) aspek atau domain kualitas hidup dilihat dari

struktur empat domain :

1) Kesehatan fisik, yaitu mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada obat-obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidak


10
berdayaan, tidur/istirahat, kapasitas kerja.

2) Psikologis, mencakup bodily image apperance, perasaan negatif,

perasaan positif, self- esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi,

berpikir, belajar, memori dan konsentrasi

3) Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial, aktivitas

seksual.

Lingkungan, mencakup sumber finansial, kebebasan dan

keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial termasuk aksebelitas

dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai

informasi baru maupun keterampilan, partisipasi dan mendapatkan

kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di

waktu 31 luang, lingkungan fisik termasuk polusi, kebisingan/lalu lintas/iklim

serta transportasi.

2. Konsep Depresi

a. Definisi Depresi

Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya

minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan

sehari-hari dan pada waktu yang lampau (Townsend, 1998). Rentan

respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentan respon emosi

dari adaptif sampai mal adaptif. Menurut Kelliat (1996) depresi adalah

respon emosi yang mal adaptif berat dan dapat dikenal melalui

intensitas, rembetan, terus-menerus dan pengaruhnya pada fungsi

sosial dan fisik individu.

b. Penggolongan depresi dapat dibedakan:

1) Menurut gejalanya

11
a) Depresi neurotik Depresi neurotik biasanya terjadi setelah

menglami peristiwa yang menyedihkan tetapi yang jauh lebih

berat daripada yang biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi

trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya

kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau

seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa

merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka

menderita

12
hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia

tetapi mereka tidakmenderita delusi atau halusinasi.

b) Depresi psikotik Secara tegas istilah “psikotik” harus dipakai

untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan delusi dan

halusinasi atau keduanya.

c) Psikosis depresi manik Depresi manik biasanya merupakan

penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati

yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan

gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini

dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah dan aktivitas

secara berlebihan, gambaran ini disebut mania.

d) Pemisahan diantara keduanya Para dokter membedakan antara

depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan gejala lain

yang ada tetapi seberapa terganggunya perilaku orang tersebut.

2) Menurut penyebabnya

a) Depresi reaktif Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan

akibat stres luar seperti kehilangan seseorang atau kehilangan

pekerjaannya.

b) Depresi endogenus Pada depresi endogenus, gejalanya terjadi

tanpa dipengaruhi oleh faktor luar.

c) Depresi primer dan sekunder Tujuan penggolongan ini adalah

untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit fisik atau

psikiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi sekunder)

13
dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini

(depresi primer). Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk

penelitian tujuan keperawatan.

3) Menurut arah penyakit

a) Depresi tersembunyi Diagnosa depresi tersembunyi (atau tipikal)

kadang-kadang dibuat bilamana depresi dianggap mendasari

gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan seperti

wanita lanjut usia yang suka mengutil.

b) Berduka Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang

diperlukan terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang

yang kehilangan itu mampu menerima kenyataan tersebut,

mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa,

menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan

penyesuaian kembali.

c) Depresi pasca melahirkan Banyak wanita kadang-kadang

mengalami periode gangguan dalam 10 hari pertama setelah

melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka

sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama

satu atau dua hari kemudian berlalu.

d) Depresi lansia Usia tua merupakan saat meningkatnya

kerentanan terhadap depresi. Saat ini ganguan depresi pada

lansia kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada

14
lansia tidak dikenali (under diagnosed) dan tidak diobati (under

treated).

Gambaran depresi pada lansia umumnya tidak khas dan sering

bertumpah tindih dengan penyakit lain. Gejala depresi yang muncul

seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Kadang-

kadang depresi pada lansia ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh

seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Terjadinya

depresi pada lansia selalu merupakan interaksi faktor biologik,

psikologik dan sosial.

Seseorang lanjut usia yang mengalami depresi kebanyakan

meyangkal adanya mood depresi yang terlihat adanya gejala

hilangnya tenaga (loyo), hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau

keluhan rasa sakit atau nyeri. Menurut Brodaty gejala yang sering

tampil adalah kecemasan, perlambatan motorik, kelelahan, mencela

diri sendiri, insomnia, pikiran bunuh diri. Oleh karena itu, sangatlah

penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi

pada lansia.

c. Faktor Pencetus Depresi

Ada 5 sumber utama stressor yang dapat mencetuskan depresi

(dr. Rizal Fadli, 26 Agustus 2021)

1) Masalah Kesehatan

Penyakit dan kecacatan, sakit kronis atau berat, penurunan kognitif,

kerusakan bentuk tubuh akibat pembedahan atau penyakit dapat

berkontribusi pada depresi.

15
2) Kesepian dan Rasa Terisolasi

Faktor-faktor, seperti hidup sendirian, lingkaran sosial yang

semakin kecil akibat kematian atau perpindahan tempat tinggal,

mobilitas yang menurun karena sakit sangat dapat memicu depresi.

3) Tujuan Hidup yang Tak Lagi Jelas

Masa pensiun dapat menyebabkan hilangnya identitas, status,

kepercayaan diri, keamanan finansial, dan meningkatkan risiko

depresi. Keterbatasan fisik pada aktivitas yang biasanya dinikmati

juga memengaruhi tujuan hidup para lansia.

4) Ketakutan

Depresi ini juga dapat disebabkan oleh ketakutan akan kematian

serta kecemasan atas masalah keuangan ataupun masalah

kesehatan.

5) Ditinggalkan Orang yang Disayangi

Kematian teman, anggota keluarga, dan hewan peliharaan, atau

kehilangan pasangan adalah penyebab umum depresi pada orang

dewasa yang lebih tua.

d. Tingkatan Depresi

Ada 5 tingkatan depresi (dr. Rizal Fadli, 30 September 2020)

1) Major Depressive Disorder

Melansir Anxiety and Depression Association of America, pengidap

depresi mayor akan mengalami kesedihan yang sangat mendalam.

Pada tingkatan yang cukup parah, pengidap depresi mayor akan

16
memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh

diri. Tidak hanya itu, jenis ini dapat memengaruhi hubungan sosial

pengidap dengan orang lain.

2) Persistent Depressive Disorder

Gejala yang dialami oleh pengidap depresi persisten hampir

menyerupai gejala depresi pada umumnya. Namun, depresi

persisten akan menetap atau hilang timbul dalam jangka waktu

yang cukup lama (tahunan).

3) Bipolar Disorder

Melansir Healthline, gangguan ini ditandai dengan perubahan

mental yang sangat drastis. Pengidap dapat mengalami sedih dan

putus asa pada suatu waktu, kemudian menjadi senang dan

bersemangat secara tiba-tiba.

4) Postpartum Depression

Melansir Very Well Mind, jenis ini hanya dialami oleh wanita. Hal ini

disebabkan adanya perubahan hormon pada wanita saat kehamilan

yang menyebabkan depresi saat menjalani kehamilan atau setelah

persalinan.

5) Premenstrual Dysphoric Disorder

Jenis ini akan dialami oleh wanita menjelang menstruasi. Ada

beberapa gejala depresi ini yang perlu diketahui, seperti mudah

emosi, cepat tersinggung, alami gangguan kecemasan, dan

17
kehilangan nafsu makan. Biasanya, gejala tersebut akan dialami

satu minggu sebelum atau sesudah menstruasi.

e. Diagnosis Depresi

Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman

pada PPDGJ III (pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa III)

yang merujuk pada ICD 10 (International Classification Diagnostic 10)

gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat

sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap

fungsi kehidupan seseorang, menurut ICD 10 pada gangguan depresi

ada 3 gejala utama, yaitu:

1) Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung atau sedih)

2) Hilangnya minat atau gairah

3) Hilang tenaga dan mudah lelah

3. Konsep Teori Lansia

a. Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi

di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, namun

dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2012). Lansia

merupakan keadaan yang ditandai dengan kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress

fisiologis. Kegagalan ini berhubungan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Makhfudli & Efendi, 2013). Lansia merupakan seseorang


18
yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita. Hal tersebut

diperjelas dalam Undang- undang Nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1

ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 13, 1998). Perubahan psikososial yang terjadi

mengakibatkan tergangguanya peranan sosial lansia serta

menimbulkan ketergantungan dengan orang lain (Khairani & Ervina,

2012).

b. Batasan Usia Lansia

Menurut Organisasi Kesahatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi

(Sya’diyah, 2018):

1) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 tahun

sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai

berikut :

1) Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4) Lansia potensial

19
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada orang lain

c. Penyebab penuaan pada lansia

Setelah mencapai usia dewasa, secara alamu komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi,

yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal

adalah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi,

metilasi, apoptosis, sistem kekebalan menurun dan genetik. Faktor

eksternal yang utama adalah pola hidup yang tidak sehat, kebiasaan

yang salah, polusi lingkungan, stress, kemiskinan dan diet yang tidak

sehat. Faktor-faktor ini dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin

dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi

usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang

baik (Pangkahila, 2011).

d. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1) Perubahan Fisik

a) Sel : Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,

berkurangnya cairan intra dan ekstra seluler.

b) Persyarafan : Cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat

dalam respon waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca

indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani,

terjadinya pengumpulan serum karena keratin.

20
c) Sistem Penglihatan : Pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,

meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya

akomodasi, menurunnya lapang pandang.

d) Sistem Kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi

kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap

tahun setelah umur 20 tahun sehingga menyebabkan

menurunnya kontraksi dan voume, kehilangan elastisitas

pembuluh darah meninggi.

e) Sistem Respirasi : Otot-otot penafasan menjadi kaku sehingga

menyebabkan menurunnya aktivitas silia. Paru kehilangan

elastisitasnya sehingga kapasitas residu meningkat, nafas berat.

Kedalaman pernafasan menurun.

f) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, sehingga

menyebabkan gizi buruk, indera pengecap menurun karena

adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampain

80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa

manis dan asin.

g) Sistem Genitourinoria : Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi

sehingga aliran darah ke ginjal menurun 50 %, GFR menurun

sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi

21
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria

sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensi

urine. 11 Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55

tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput

lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan

menjadi alkali.

h) Sistem Endokrin : Pada sistem endokrin hampir semua

reproduksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan

sekresinya tidak berubah, aktivitas tiroid menurun sehingga

menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi sel

kelamin menurun seperti: progesteron, estrogen dan testosteron.

i) Sistem Intergrumen : Pada kulit menjadi keriput akibat

kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis

menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung

menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.

j) Sistem Muskuloskeletas : Tulang kehilangan dentisitasnya dan

makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang

yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut

dan

22
atropi serabut erabut otot, sehingga lansia menjadi lamban

bergerak, otot kram, dan tremor.

2) Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah

a) Perubahan Fisik

b) Kenangan (memori) ada 2 : Kenangan jangka panjang, berjam-

jam sampai berhari-hari yang lalu dan kenangan jangka pendek:

0-10 menit, kenangan buruk

3) Perubahan-Perubahan Psikososial

a) Pensiun: nilai seseorang diukur oleh produktifitasnya, identitas

dikaitkan dengan peranan pekerjaan

b) Merasakan atau sadar akan kematian

c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit

B. PENELITIAN TERKAIT

Ada beberapa penelitian terkait dengan kualitas hidup, salah satu

landasan yang dapat dipergunakan sebagai acuan adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lily seftiani & Hendra (2018). Berjudul

“HUBUNGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI

DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II KELURAHAN

SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT”. Hasil Analisis

Uji statistic chi square (<0,05) didapatkan status kualitas hidup tinggi

sebanyak 49

23
orang (59%) sedangkan responden dengan kualitas hidup sedang 34

orang. Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kualitas hidup di

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati & suciana (2021). Tentang

“STATUS GIZI BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

DI PUSKESMAS JOGONALAN I” Hasil uji kendall’s tau menunjukkan

adanya hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pada lansia di

Puskesmas Jogonalan I. Terdapat hubungan status gizi dengan kualitas

hidup pada lansia di Puskesmas Jogonalan I.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lidya & Fitriany 2022). Tentang

“PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA DI

PUSKESMAS SEGIRI KOTA SAMARINDA” Hasil penelitian uji statistic

chi square ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan, Pendidikan tinggi, dan pension. Sebagian besar responden

yang memiliki status gizi beresiko malnutrisi.

24
C. KERANGKA TEORI

Faktor Pencetus Depresi


Kualitas Hidup 1. Masalah kesehatan
2. Kesepian dan merasa
Kualitas hidup menurut World
terisolasi
Health Organization Quality of
3. Tujuan hidup yang tidak
Life (WHOQOL) Group,
lagi jelas
didefinisikan sebagai persepsi
4. Ketakutan
individu mengenai posisi
5. Ditinggalkan orang yang
individu dalam hidup dalam
dicintai
konteks budaya dan sistem
(dr. Rizal Fadli, 26
nilai dimana individu hidup dan
Agustus 2021)
hubungannya dengan tujuan,
harapan, standar yang
ditetapkan dan perhatian
seseorang. (Nimas & Tri,
2012).
Depresi

Depresi adalah suatu


kelainan alam perasaan
berupa hilangnya minat atau
kesenangan dalam
aktivitas- aktivitas yang
biasa dilakukan sehari-hari
dan pada waktu yang
Lansia lampau (Townsend, 1998).
Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu,
namun dimulai sejak permulaan
Tingkatan Depresi
kehidupan (Nugroho, 2012). Lansia
merupakan keadaan yang ditandai 1. Major Depressive Disorde
dengan kegagalan seseorang untuk 2. Persistent Depressive Disorder
mempertahankan keseimbangan 3. Bipolar Disorder
terhadap kondisi stress fisiologis 4. Postpartum Depression
5. Premenstrual Dysphoric Disorder

(dr. Rizal Fadli, 30 September

2020)
Gambar 2.1 Kerangka Teori.

25
D. KERANGKA KONSEP

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat Kualitas Hidup


Depresi Lansia
Lansia
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada Hubungan Tingkat Depresi

dengan Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas Bengkuring Samarinda

1. Ha

a. Ada hubungan Tingkat depresi dan Kualitas Hidup pada Lansia di

Puskesmas Bengkuring Samarinda

2. H0

a. Tidak ada hubungan Tingkat Depresi dan Kualitas Hidup di

Puskesmas Bengkuring Samarinda

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian kuantitatif analitik korelasi dengan desain cross-

sectional, dimana variabel pada subjek penelitian diukur dalam waktu yang

bersamaan (Hidayat, 2011).

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia di Puskesmas Bengkuring

Samarinda. Populasi dalam penelitian ini dipilih menggunakan kriteria

inklusi dan eksklusi seperti yang berikut:

Sampel pada penelitian ini diambil dari semua lanjut usia yang ada di

Puskesmas Bengkuring Samarinda. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah accidental sampling yaitu cara pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan pasien lansia yang datang berobat di Puskesmas

Bengkuring Samarinda.

Menurut Sugiyono, accidental sampling adalah proses pengambilan

responden untuk dijadikan sampel berdasarkan sampel yang kebetulan

ditemui dengan peneliti. kemudian responden yang dirasa cocok dijadikan

sebagai sumber data (Sugiyono, 2014).

27
Terdapat rumus Slovin yang digunakan dalam sampel penelitian yaitu :

231
n=
2
1+(231x0,1)

231
n=
1+(231x0,01)

231
n=
1+(2,31)

231
n= 3,31

n = 69,78 Responden

Sampel yang digunakan pada penelitian ini dibulatkan menjadi 70.

responden yang dihasilkan melalui rumus slovin namun menggunakan

teknik accidental sampling. Terdapat rumus dalam mencari proposional

28
sampel yaitu:

Keterangan:

n : Jumlah sampel
s : Total sampel
n : Populasi sampel

1. Kriteria inklusi

a. Lansia yang datang berobat di Puskesmas Bengkuring Samarinda

b. Responden berusia 60 tahun ke atas

2. Kriteria eksklusi

a. Pasian menolak

b. Lansia berhalangan

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2023 –

Mei 2023

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Puskesmas Bengkuring Samarinda

29
D. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi
NO Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

1 Tingkat Tingkatan Alat ukur Lembar kuesioner Ordinal

Depresi depresi yang yang Depression Anxiety

dialami oleh digunakan Stress Scale (DASS 42).

lansia adalah Setiap

(responden) lembar pertanyaan/pernyataan

yang kuesioner ada 4 skor yaitu 0, 1, 2,

sebelumnya Depression dan 3. selanjutnya

telah diukur Anxiety masing-masing variabel

dengan Stress Scale (stres, cemas, dan

menggunakan (DASS 42) depresi) akan

Depression dikategorikan ke dalam

Anxiety Stress beberapa kategori yaitu

Scale (DASS kategori normal, ringan,

42) menengah, parah dan

sangat parah.

2 Kualitas Persepsi Alat ukur Menjawab seluruh Ordinal

Hidup individu yang yang pertanyaan dan


ditinjau dari digunakan
mendapatkan skor/nilai
konteks adalah
akhir
budaya, sistem lembar
0-50 = kualitas hidup
nilai tempat kuesioner
kurang baik.
mereka tinggal, World

30
hubungan Health 51-100 = kualitas hidup

kesenangan, Organization baik


dan perhatian Quality of

mereka yang Life

mencakup (WHOQOL-

kesehatan fisik, BREF).

psikologis,

hubungan

sosial dan

lingkungan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Kuesioner Tingkat Depresi (DASS-42)

Tingkat depresi diukur dengan menggunakan kuesioner baku

Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond and

Lovibond (1995). Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri

dari 42 pernyataan yang dibentuk untuk mengukur status emosional yang

negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Peneliti hanya memilih 14

pernyataan yang mengukur tingkat depresi. Skor minimal dari kuesioner

ini yang berkaitan dengan stres adalah 0 dan skor maksimal adalah 42.

Alat ukur yang digunakan adalah lembar kuesioner Depression Anxiety

Stress Scale (DASS 42)

31
Kategori skor dalam kuesioner ini yaitu normal (0-14), ringan (15-

18), sedang (19-25), berat (26-33), dan sangat berat (≥34) (Sugiyono,

2014).

NO DASS-42 Pertanyaan Nomor Jumlah

1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 14


1 Skala Stress
33, 35, 39
Skala 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 14
2
Kecemasan 36, 40, 41
3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 14
3 Skala Stress
37, 38, 42
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner (DASS-42).

Pada penelitian ini soal kuesioner yang pakai hanya bagian 1

skala depresi saja.

2. Kuesioner Kualitas Hidup (WHOQOL-BREF)

Pengukuran kualitas hidup dengan WHOQOL-BREF terdiri dari 24

facets yang mencakup 4 domain : fisik 7 pertanyaan, psikologi 6

pertanyaan, sosial 3 pertanyaan, lingkungan 8 pertanyaan dan 2 facets

dari kualitas hidup secara umum yaitu kualitas hidup secara keseluruhan

(overall quality of life) dan kesehatan secara umum (general health).

Kuesioner WHOQOL-BREF terdiri dari 26 item pertanyaan menggunakan

5 tingkat penilaian (skala likert) yaitu nilai satu sampai dengan lima

(18,19). Instrumen kualitas hidup WHOQOL-BREF ada empat domain

yang digabungkan yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan

32
lingkungan. Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin

(1- 5) dan empat jawaban yang fokus pada intensitas, kapasitas,

frekuensi dan evaluasi. Pada penelitian ini skor setiap domain (raw

score) ditransformasikan dalam skala 0-100. Skor Kuisioner WHOQOL

antara lain:

WHOQOL- Jumlah
NO Pertanyaan Nomor
BREF

1 Dimensi Fisik 3, 4, 10, 15, 16, 17, 18 7

Dimensi 6
2 5, 6, 7, 11, 19, 26
Psikologis

3 Dimensi Sosial 20, 21, 22 3

Dimensi 8
4 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, 25
Lingkungan

Total 24

Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner (WHOQOL-BREF).

a. 0-50 = kualitas hidup kurang baik

b. 51-100 = kualitas hidup baik

F. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. DASS-42

Uji kuesioner DASS-42 adalah kuesioner yang sudah baku, uji

dilakukan di Puskesmas II Denpasar Timur dengan 30 responden yang

33
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah responden yang akan

digunakan dalam uji validitas kuesioner DASS 42 yaitu 30, sehingga

diperoleh df 28, yang kemudian nilai df tersebut digunakan untuk melihat

r tabel dengan kemaknaan 0,05. Untuk r tabel dengan df 28 adalah

0,361, dan untuk r hitung dapat dilihat pada lampiran 8 (Hastono, 2007).

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan Sendana pada tahun 2018

didapatkan semua butir pernyataan dinyatakan valid.

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali – kali

dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2017). Suatu variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai r cronbach alpha > r tabel, dalam hal ini r

tabel = 0,361 (Hastono, 2007). Hasil dari uji reliabilitas kuesioner DASS

42 didapatkan bahwa nilai cronbach alpha yaitu 0,939. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kedua kuesioner tersebut dinyatakan reliabel.

2. WHOQOL-BREF

Kuesioner kualitas hidup WHOQL-BREF sudah tersedia dalam

bahasa Indonesia dan sudah teruji reabilitas dan validitas pada lansia di

Indonesia (Tri Mei Khasana, Nyoman Kertia, Probosuseno 2020). Uji

dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur pada bulan Mei 2018 dengan

jumlah responden 30 orang. Nilai Cronbach’s Alpha kuesioner

WHOQOL-BREF yaitu 0,882 Sehingga dapat dinyatakan bahwa

34
kuesioner WHOQOL-

35
BREF reliabel. Dari Tabel hasil uji validitas dapat dilihat bahwa nilai r

hitung > nilai r tabel.

Uji validasi dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

product-moment (Pearson Correlation). Untuk Uji reliabilitas diukur

dengan nilai Cronbach Alpha. (Verra Yuliana, Adji Prayitno S, Josephine

PA)

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan pada penelitian ini

terbagi menjadi dua yaitu menurut (Sanusi 2016) :

1. Data primer

Data primer adalah data pertama kali yang dicatat dan dikumpulkan

oleh seorang peneliti. Pada penelitian ini data dapat berbentuk hasil

jawaban dari responden tentang kuesioner yang disebarkan yaitu

kuesioner yang disebarkan adalah kuesioner tingkat depresi dan

kuesioner kualitas hidup lansia di puskesmas bengkuring di Puskesmas

Bengkuring Samarinda

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang telah tersedia dan dikumpulkan

oleh pihak lain. Pada penelitian ini data di dapat berupa literatur-literatur

yang ada hubungannya dengan masalah yang dianalisis yaitu apakah

36
hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia di puskesmas

bengkuring samarinda.

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013). Menurut Hastono (2007),

beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data,

yaitu:

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan pengisian

formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten (Hastono, 2007). Editing dilakukan

untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian formulir kuesioner

meliputi data demografi responden dan jawaban di masing-masing

pernyataan pada kuesioner tingkat stres dengan DASS 42 dan kuesioner

perilaku pencegahan stroke, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban.

52

2. Coding

Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Tujuan coding adalah untuk mempermudah

37
proses memasukan data kedalam analisa data.

38
3. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang di-

entry dapat dianalisis. Peneliti memasukan data dari setiap responden

yang telah diberi kode kedalam program komputer untuk diolah

(Hastono, 2007).

4. Cleaning

Setelah data di entry ke dalam program, maka dilanjutkan dengan proses

cleaning yaitu memeriksa kembali data yang sudah di entry untuk

memastikan tidak ada kesalahan saat proses entry data (Hastono, 2007).

Peneliti menyocokkan dan memeriksa kembali data yang sudah dientry

dengan data yang didapatkan pada master tabel.

H. TEKNIK ANALISA DATA

Tekhnik Analisa data, teknik Analisa data yang digunakan adalah :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk

menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah

sebarandata tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. (Tiro, 2015),

rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah rumus Shapiro-Wilk.


39
Ket :

W : nilai statistik

ai : konfisien test

xi : data sampel

x : rata-rata sampel

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan penyuntingan untuk

melihat kualitas data, dilanjutkan dengan melakukan koding, skoring

dan tabulasi kemudian dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji

statistic Korelasi Rank Spearman dengan software (SPSS). Jika hasil p

value < α (0,05) maka terdapat hubungan tingkat depresi dengan

kualitas hidup lansia di Puskesmas Bengkuring Samarinda.

b. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa satu variable dengan tujuanagar

peneliti dapat mendeskripsiskan karakteristik semua variable

penelitiannya dengan baik dalam bentuk table maupun grafik.

(Nursalam, 2015), Adapun rumus yang digunakan yaitu:

P=

40
Keterangan:

P : presentase yang dicari

f : frekuensi sampel atau responden untuk setiap

pertanyaan

n : jumlah keseluruhan sampel atau responden

c. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Pada penelitian ini

menggunakan Analisa chi square, Adapun rumus chi squere yaitu :

Keterangan:

O : nilai observasi

E : nilai expected

I. ETIKA PENELITIAN

Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang

diharapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai

dengan publikasi hasil penelitian. Pelaku penelitian atau peneliti dalam

menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian hendaknya

memegang teguh sikap ilmiah serta berpegang teguh pada sikap ilmiah

serta berpegang teguh pada etika penelitian (Notoatmodjo 2017).

41
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan

informasi yang terb8uka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar

individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Adapun semua orang

tidak menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga

peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness). Prinsip

keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip

tersebut, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional,

berprikemanusiaan, dan memerhatikan factor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religious

subjek penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefit). Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan

prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat

semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan

42
di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasikan dampak

yang merugikan bagi subjek (nonmaleficence).

J. JALANNYA PENELITIAN

1. Tahap Persiapan

a. Mendiskusikan judul dengan pembimbing

b. Menentukan judul proposal penelitian

c. Mengajukan judul dan mengumpulkan alasan mengapa mengambil

judul tersebut menggunakan 5W+1H dengan menyertakan jurnal yang

sesuai dengan judul

d. Menyusun proposal secara bertahap angtara bab 1, bab 2, dan bab 3

e. Diskusi mengenai proposal penelitian Bersama dosen pembimbing

f. Melakukan revisi proposal bab 1, bab 2, dan bab 3

g. Ujian proposal Bersama dengan dosen penguji I dan dosen penguji II

saat proposal telah disetujui oleh pembimbing.

2. Tahap pengumpulan data

a. Mengurus perizinan penelitian dan melampirkan judul proposal

penelitian yang akan ditujukan ke tempat penelitian yaitu di

Puskesmas Bengkuring Samarinda.

K. JADWAL PENELITIAN
43
NO Kegiata Januari februari maret april mei
n
1 Pengajuan Judul
2 Persetujuan Judul
3 Studi pendahuluan
4 Menyusun Proposal
5 Sidang proposal
6 Pengambilan Data
7 Seminar Akhir
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, & , Ardani, Gusti Ayu Indah, M. (2018). Hubungan Tingkat Depresi dengan
Kualitas Hidup pada Lansia di Panti Sosial Werdha Wana Seraya Denpasar Bali.
E-Jurnal Medika, 7(8), 1–8.
Fauzy, R., & Fourianalisyawati, E. (2016). Hubungan antara Depresi dengan Kualitas
Hidup pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi The Relationship Of Depression With
Quality Of Life In Pregnant Women At High Risk. Jurnal Psikogenesis, 4(2), 206–
214.

Solikhah, S., & Rahmawati, D. (2023). Hubungan tingkat depresi dan kualitas hidup
yang diukur menggunakan HRQol pada pasien hipertensi di Puskesmas
Mantrijeron, Yogyakarta. Jurnal Cakrawala Promkes, 5(1), 26–35.
http://www.journal2.uad.ac.id/index.php/cp/article/view/6670%0Ahttp://
www.journal2.uad.ac.id/index.php/cp/article/download/6670/3296

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Alfabeta.
Sutanto, S., Amiruddin, D., & Nugraha, G. (2022). Rancang Bangun Aplikasi Skrining
Kesehatan Mental Remaja Berbasis Web Di Rsud Dr.Dradjat Prawiranegara
Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Ahp). Journal of
Innovation And Future Technology (IFTECH), 4(1), 29–38.
https://doi.org/10.47080/iftech.v4i1.1813

Tatukude, C., Rampengan, S. H., & Panda, A. L. (2019). Hubungan Tingkat Depresi
Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Jantung Kronik Di Poliklinik Jantung Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC, 4(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10943

Utami, A. W., Gusyaliza, R., & Ashal, T. (2018). Hubungan Kemungkinan Depresi
dengan Kualitas Hidup pada Lanjut Usia di Kelurahan Surau Gadang Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 417.
https://doi.org/10.25077/jka.v7.i3.p417-423.2018

Anda mungkin juga menyukai