Anda di halaman 1dari 11

LEVERAGE  Penggunaan dana yang didalamnya mengandung beban tetap

Penggunaan dana tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan


Income (Return)
Leverage Factor  ratio beban tetap atas penggunaan dana dalam suatu
aktivitas atau operasional perusahaan.
Leverage dapat dibagi menjadi 3 bagian:
1. Leverage Operasi (OPERATING LEVERAGE)
 Digunakan untuk menghasilkan produk. Alat ukurnya adalah Break
Even Point (BEP)
2. Leverage Keuangan (FINANCIAL LEVERAGE)
 Penggunaan dana yang berupa surat berharga yang mempunyai
beban tetap. Alat ukurnya adalah BEP surat-surat berharga
(Indefference Point)
3. Leverage Kombinasi (COMBINED LEVERAGE FACTOR)
 BEP Produk yang dikaitkan dengan Indefference Point  Dana yang
berasal dari luar (SSB) yang digunakan untuk operasi

OPERATING LEVERAGE
 Suatu keadaan yang terjadi pada saat perusahaan memiliki beban berupa
biaya tetap yang harus ditanggung pada unit yang dihasilkan
(produk/output)

Alat ukurnya adalah dengan menggunakan ANALISIS BREAKEVEN


 Digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam Rp atau unit)
yang menghasilkan EBIT sebesar 0.
Dengan kata lain Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan atau titik
yang menunjukkan tingkat penjualan yang menyebabkan perusahaan
tidak untung atau rugi.
 Rumus BEP
F F
Dalam Unit =  Dalam Rupiah = 
P–V 1– V
P

Ket:
F = Biaya Tetap (Fixed Cost)
V = Biaya Variabel (Variable Cost) per unit
P = Harga jual (Price) per unit

Modul Man. Keuangan II 36


Rumus ini diperoleh dari perhitungan:
EBIT = Penjualan – (Total Biaya Variabel + Total Biaya Tetap) = 0
= (PxQ) – (VxQ + FC) =0
= (P.Q) – (V.Q) – FC = 0
Q (P-V) = F
F
Q (BEP) = 
P–V
Contoh:
Variable Cost = Rp 6,- per unit
Fixed Cost = Rp 100.000,-
Harga Jual = Rp 10,- per unit.

F
BEP (dalam Unit) = 
P–V
100.000
=  = 25.000 unit
10 - 6

F
BEP (dalam Rupiah ) =  atau = BEP (unit) x Harga Jual
1–V
P

100.000 100.000
=  =  = Rp. 250.000
1- 6 0.25
10

TINGKAT OPERATING LEVERAGE (DEGREE OF OPERATING


LEVERAGE – DOL)
 Adalah kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan perusahaan.

Operating leverage timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi


tetap (Fixed Cost).

Degree of Operating Leverage (DOL) mengukur berapa persen EBIT berubah


jika penjualan berubah 1%

% perubahan pada EBIT


DOL (Rp) = 
% perubahan pada penjualan
atau:
Modul Man. Keuangan II 37
Q ( P – V)
DOL (Rp) = 
Q ( P – V) - F

Contoh:
Diketahui Harga jual = Rp 10 per unit, Biaya Variabel = Rp 6 per unit, Biaya
tetap = Rp 100.000,-
Berapa DOL pada penjualan sebesar Rp 300.000,- atau 30.000 unit?
Jawab:
Q ( P – V)
DOL (Rp) = 
Q ( P – V) – F
30.000 ( 10 – 6)
=  
30.000 ( 10 – 6) – 100.000
= 120.000
20.000
= 6x
Artinya:
Pada saat penjualan sebesar Rp 300.000,- atau 30.000 unit (harga jual Rp
10/unit), maka jika penjualan naik 1% akan mengakibatkan kenaikan pada
EBIT sebesar 6 x 1% = 6% dan sebaliknya.

Q ( P – V)
Dari rumus DOL (Rp) =  dapat disimpulkan bahwa selama
Q ( P – V) – F
Perusahaan masih menggunakan biaya tetap (F), maka Q (P-V) akan lebih
besar dari Q (P-V) – F. Artinya DOL > 1
Jika F = 0 maka DOL = 1
Semakin besar DOL perusahaan, semakin peka atau semakin besar variasi
keuntungan akibat perubahan pada penjualan perusahaan. Semakin tinggi
DOL semakin besar pula risiko bisnis perusahaan.

FINANCIAL LEVERAGE
 Suatu perusahaan dikatakan memiliki Financial Leverage jika ia
membelanjai sebagian aktivanya dengan sekuritas yang membayar bunga
yang tetap (misalnya, hutang kepada bank, menerbitkan obligasi, saham
preferen).
 Dengan kata lain Penggunaan dana yang memiliki beban tetap untuk
dapat menambah atau menaikkan Earning Per Share (EPS)
Jika perusahaan menggunakan Financial Leverage atau hutang, perubahan
pada EBIT akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EPS
(Earning per Share)

Modul Man. Keuangan II 38


Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dari:
 Saham Biasa
 Saham Preferen  ada beban tetap berupa dividen
 Obligasi  ada beban tetap berupa bunga obligasi

Untuk menentukan “income effect” dari berbagai perimbangan atau berbagai


alternatif metode pembelanjaan terhadap pendapatan pemegang saham biasa
(pemilik modal sendiri) perlu diketahui tingkat EBIT yang dapat
menghasilkan EPS yang sama besarnya antara berbagai perimbangan atau
alternatif pemenuhan dana tersebut.

Untuk mengetahui bahwa FC = EPS dapat dicari melalui BEP Surat-surat


berharga atau INDEFFERENCE POINT (IP)  Suatu titik (EBIT) dimana EPS
akan sama besarnya apapun surat berharga yang diterbitkan (Saham Biasa,
Saham Preferen, Obligasi)

Indefference Point (IP) pada penerbitan surat berharga dapat dihitung secara
bertahap, yaitu:
1. IP antara SAHAM BIASA dan OBLIGASI
2. IP antara SAHAM BIASA dan SAHAM PREFEREN

IP antara SAHAM BIASA dan OBLIGASI


a. Untuk penerbitan Saham Biasa dan Obligasi yang pertama kali
(Sebelumnya tidak mempunyai obligasi/hutang)

X (1 – T) (X – C) ( 1 – T)
IP   = 
S1 S2

Ket:
X = EBIT pada IP
T = Tax (pajak)
C = Coupon (Bunga obligasi)
S1 = Jumlah lembar saham kalau diterbitkan 100% saham biasa
S2 = Jumlah lembar saham kalau diterbitkan bersama-sama antara saham
biasa dan Obligasi

Modul Man. Keuangan II 39


Contoh:
Perusahaan pada awalnya telah memiliki modal sebesar Rp 100.000.000,-
yang terdiri dari saham biasa seluruhnya dengan nilai nominal @ Rp 100.000-
Dalam rangka perluasan usaha, perusahaan membutuhkan tambahan dana
sebesar Rp 200.000.000,-
Alternatif pemenuhan kebutuhan dana tersebut adalah:
1. Menerbitkan saham biasa seluruhnya dengan nilai nominal yang sama
yaitu @ Rp 100.000,-
2. Menerbitkan saham biasa bersama-sama dengan obligasi dengan proporsi
50% Saham biasa dan sisanya obligasi. Nilai nominal saham biasa @ Rp
100.000,- sedangkan obligasi dengan nilai nominal @ Rp 100.000,-
memberikan bunga (coupon) sebesar 10% per tahun.
Tingkat pajak ditentukan 20%
Pertanyaan:
a. Berapa EBIT pada titik Indefference
b. EPS pada EBIT sebesar IP
c. Gambarkan hubungan EBIT – EPS
d. Hitunglah DFL pada EBIT sebesar IP

Degree of Financial Leverage (DFL) 


mengukur kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT perusahaan

% perubahan pada EPS


DFL EBIT = 
% perubahan pada EBIT

EBIT
DFL = 
EBIT – Biaya Bunga

Atau:

Q (P-V) - F
DFL = 
Q (P-V) – F - C

Contoh:

Modul Man. Keuangan II 40


Diketahui:
P = Rp 100 per unit
V = Rp 50 per unit
F = Rp 100.000,-
C = Rp 20.000,-
Tax = 20%
Ditanya:
DFL pada EBIT sebesar 4.000 unit.
Jawab:
 EBIT pada 4.000 unit =
Q (P-V) – F = 4.000 (100 – 50) – 100.000 = Rp 100.000,-

 Perhitungan EPS:
EBIT = 100.000
Bunga = 20.000
EBT = 80.000
Tax (20%) = 16.000
EAT = 64.000
Jmlh Saham beredar = 10.000
EPS = 64.000 : 10.000 = 6,4

 DFL pada EBIT Rp 100.000,- adalah:


Q (P-V) - F
DFL = 
Q (P-V) – F - C

4.000 ( 100 – 50 ) – 100.000


DFL =  
4.000 ( 100 – 50 ) – 100.000 – 20.000
100.000
DFL = 
80.000
DFL = 1,25 x

Artinya: Jika EBIT berubah 1% maka EPS akan berubah sebesar 1,25%.
Ini berlaku pada saat EBIT sebesar Rp 100.000,-

b. Untuk penerbitan Saham Biasa dan Obligasi yang kedua dan


seterusnya (Sebelumnya telah memiliki obligasi/hutang)

Modul Man. Keuangan II 41


(X – C1) (1 – T) (X – C2) (1 – T)
IP   = 
S1 S2

Ket:
X = EBIT pada IP
C1 = Bunga Obligasi lama
C2 = Bunga obligasi lama + Baru dengan alternatif pemenuhan dana
T = pajak
S1 = Jumlah lembar saham biasa jika diterbitkan 100 % SB
S2 = Jumlah lembar saham biasa lama + lembar SB alternatif (jika diterbitkan
SB bersama-sama Obligasi)
Contoh:
Perusahaan pada awalnya memiliki modal sebesar Rp 200.000.000,- yang
terdiri dari Rp 100.000.000,- saham biasa @ Rp 100.000,- dan sisanya Obligasi
@ Rp 100.000,- dengan bunga 10% per tahun.
Dalam rangka perluasan usaha (ekspansi), perusahaan membutuhkan
tambahan modal sebesar Rp 300.000.000,-

Alternatif pemenuhannya adalah:


a. Menerbitkan 100% saham biasa dengan nilai nominal yang sama dengan
sebelumnya
b. Menerbitkan 50% saham biasa dengan nilai nominal sama dengan
sebelumnya dan sisanya obligasi (nilai nominal juga sama dengan
sebelumnya) dengan bunga obligasi baru menjadi 12% pertahun.
Tingkat pajak 20%
Pertanyaan:
a. EBIT pada Indefference Point
b. EPS pada EBIT sebesar IP
c. Gambarkan hubungan EBIT-EPS

IP antara SAHAM BIASA dan SAHAM PREFEREN


Untuk Saham Preferen, beban tetapnya adalah berupa Dividen tetap yang
perhitungannya atas dasar setelah pajak.
Oleh karena itu Dividen ini perlu di adjustment menjadi dividen sebelum pajak.
Adjusmentnya adalah:

1
Dt = 
(1 – t)

Modul Man. Keuangan II 42


a. Untuk penerbitan Saham Biasa dan Saham Preferen yang pertama kali
(Sebelumnya tidak mempunyai Saham Preferen)

X (1 – T) (X – Dt) (1 – T)
IP   = 
S1 S2

Ket:
X = EBIT pada IP
Dt = Dividen tetap sebelum pajak
S1 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan 100% Saham biasa
S2 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan kombinasi antara saham
biasa dan saham preferen
T = tingkat pajak
Contoh:
Perusahaan pada mulanya memiliki modal sebesar Rp 100.000.000,- yang
terdiri dari saham biasa seluruhnya. Nilai nominal saham biasa sebesar Rp
100.000,- per lembar.
Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan tambahan dana sebesar
Rp 200.000.000,- Alternatif pemenuhan kebutuhan dananya adalah sbb:
1. Menerbitkan saham biasa seluruhnya dengan nilai nominal @ Rp 100.000
2. Menerbitkan saham biasa bersama-sama dengan saham preferen dengan
kombinasi 50% saham biasa @ Rp 100.000,- dan sisanya berupa saham
preferen dengan nilai nominal juga Rp 100.000,- per lembar. Dividen
saham preferen sebesar 15% per tahun
Pajak ditetapkan sebesar 20%
Pertanyaan:
a. Hitunglah EBIT pada titik Indefference antara saham biasa dan saham
preferen
b. Jika EBIT setelah ekspansi direncanakan sebesar Rp 100.000.000,- alternatif
pemenuhan dana mana yang sebaiknya digunakan.
c. Gambarkan hubungan EBIT-EPS tersebut.
d. Hitung DFL pada EBIT sebesar Rp 100.000.000 tersebut

Modul Man. Keuangan II 43


b. Untuk penerbitan Saham Biasa dan Saham Preferen yang kedua dan
seterusnya (Sebelumnya telah mempunyai Saham Preferen)

(X – Dt1) (1 – T) (X – Dt2) (1 – T)
IP   = 
S1 S2

Ket:
X = EBIT pada IP
Dt1= Dividen tetap sebelum pajak mula-mula
Dt2= Diveden tetap sebelum pajak mula-mula + penerbitan kedua
S1 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan 100% Saham biasa
S2 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan kombinasi antara saham
biasa dan saham preferen
T = tingkat pajak

Contoh:
Perusahaan pada mulanya memiliki modal sebesar Rp 200.000.000,- yang
terdiri dari 50% berupa saham biasa @ Rp 100.000,- dan saham preferen @ Rp
100.000,- Dividen tetap saham preferen sebesar 10% pertahun.
Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan tambahan dana sebesar
Rp 200.000.000,- Alternatif pemenuhan kebutuhan dananya adalah sbb:
1. Menerbitkan saham biasa seluruhnya dengan nilai nominal @ Rp 100.000
2. Menerbitkan saham biasa bersama-sama dengan saham preferen dengan
kombinasi 50% saham biasa @ Rp 100.000,- dan sisanya berupa saham
preferen dengan nilai nominal juga Rp 100.000,- per lembar. Dividen
saham preferen sebesar sekarang menjadi 15% per tahun
Pajak ditetapkan sebesar 20%
Pertanyaan:
a. Hitunglah EBIT pada titik Indefference antara saham biasa dan saham
preferen
b Jika EBIT setelah ekspansi direncanakan sebesar Rp 100.000.000,- alternatif
pemenuhan dana mana yang sebaiknya digunakan.
c. Gambarkan hubungan EBIT-EPS tersebut.

Modul Man. Keuangan II 44


KOMBINASI OPERATING DAN FINANCIAL LEVERAGE
DOL mengukur kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan (Q),
sedangkan DFL mengukur kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT.
Jika DOL dikalikan dengan DFL akan diperoleh Degree of Combined
Leverage (DCL) yang menunjukkan kepekaan EPS terhadap perubahan
penjualan.

DCL = DOL X DFL


Q (P-V) Q (P-V) - F
=  x 
Q (P-V) – F Q (P-V) – F – C

Q (P-V)
DCL = 
Q (P-V) –F - C

DCL dihitung pada Rupiah penjualan tertentu.


Contoh:
Harga jual Rp 100 per unit
Biaya variabel = Rp 50 per unit
Biaya tetap total = Rp 100.000,-
Biaya bunga = Rp 20.000,-
Tax (pajak) = 20%
Ditanya:
a. DOL pada Q = 4.000 unit
b. DFL pada Q = 4.000 unit
c. DCL pada Q = 4.000 unit
Jawab:
a. DOL pada Q = 4.000 unit
4.000 (100 – 50) 200.000
DOL =  =  = 2 x
4.000 ( 100 – 50) – 100.000 100.000

b. DFL pada Q = 4.000 unit


4.000 (100 – 50) – 100.000 100.000
DFL =  =  = 1,25 x
4.000 (100 – 50) – 100.000 – 20.000 80.000

c. DCL pada Q = 4.000 unit


4.000 (100 – 50) 200.000
DCL =  =  = 2,5 x
4.000 (100 – 50) – 100.000 – 20.000 80.000

Modul Man. Keuangan II 45


Atau DCL = DOL X DFL = 2 X 1,25 = 2,5 X  Pada penjualan sebesar
4.000 unit atau Rp 400.000,- jika penjualan naik 1% akan menaikkan EPS
sebesar 2,5%
Bukti:

Keterangan Naik 10%


4.000 unit 4.400 unit
Penjualan 400.000 440.000  + 10%
Biaya Variabel 200.000 220.000
Biaya tetap 100.000 100.000 DOL = 2
EBIT 100.000 120.000  + 20%
Bunga 20.000 20.000 DCL = 2,5
EBT 80.000 100.000
Tax (20%) 16.000 20.000 DFL = 1,25
EAT 64.000 80.000
Saham Beredar 10.000 lembar 10.000 lembar
EPS 6,4 8,0  + 25%
Naik 25%

SOAL:
PT. ARNOLD SUASANASEGER memiliki laba bersih setelah pajak (EAT) Rp
75.000.000,- dari penjualan sebesar Rp 625.000.000,- Pajak ditetapkan 40% dan
harga jual per unit Rp 6.250,- dan biaya variabel Rp 4.000,- per unit. Biaya bunga
sebesar Rp 25.000.000,- per tahun dan jumlah saham yang beredar sebanyak
1.000.000 lembar.
Ditanya:
a. Berapa biaya tetapnya
b. Hitung Breakeven Point (BEP) dalam unit dan rupiah
c. Jika EBIT naik menjadi Rp 147.500.000,- ketika penjualan naik menjadi
110.000 unit, hitung Degree of Operating Leverage (DOL) pada 100.000
unit.
d. Apa efek pada BEP jika biaya tetap turun menjadi Rp 67.500.000,-
e. Hitung DFL pada tingkat EBIT sebesar Rp 125.000.000,-
f. Hitung DCL pada tingkat penjualan sebesar 100.000 unit.

Modul Man. Keuangan II 46

Anda mungkin juga menyukai