OPERATING LEVERAGE
Suatu keadaan yang terjadi pada saat perusahaan memiliki beban berupa
biaya tetap yang harus ditanggung pada unit yang dihasilkan
(produk/output)
Ket:
F = Biaya Tetap (Fixed Cost)
V = Biaya Variabel (Variable Cost) per unit
P = Harga jual (Price) per unit
F
BEP (dalam Unit) =
P–V
100.000
= = 25.000 unit
10 - 6
F
BEP (dalam Rupiah ) = atau = BEP (unit) x Harga Jual
1–V
P
100.000 100.000
= = = Rp. 250.000
1- 6 0.25
10
Contoh:
Diketahui Harga jual = Rp 10 per unit, Biaya Variabel = Rp 6 per unit, Biaya
tetap = Rp 100.000,-
Berapa DOL pada penjualan sebesar Rp 300.000,- atau 30.000 unit?
Jawab:
Q ( P – V)
DOL (Rp) =
Q ( P – V) – F
30.000 ( 10 – 6)
=
30.000 ( 10 – 6) – 100.000
= 120.000
20.000
= 6x
Artinya:
Pada saat penjualan sebesar Rp 300.000,- atau 30.000 unit (harga jual Rp
10/unit), maka jika penjualan naik 1% akan mengakibatkan kenaikan pada
EBIT sebesar 6 x 1% = 6% dan sebaliknya.
Q ( P – V)
Dari rumus DOL (Rp) = dapat disimpulkan bahwa selama
Q ( P – V) – F
Perusahaan masih menggunakan biaya tetap (F), maka Q (P-V) akan lebih
besar dari Q (P-V) – F. Artinya DOL > 1
Jika F = 0 maka DOL = 1
Semakin besar DOL perusahaan, semakin peka atau semakin besar variasi
keuntungan akibat perubahan pada penjualan perusahaan. Semakin tinggi
DOL semakin besar pula risiko bisnis perusahaan.
FINANCIAL LEVERAGE
Suatu perusahaan dikatakan memiliki Financial Leverage jika ia
membelanjai sebagian aktivanya dengan sekuritas yang membayar bunga
yang tetap (misalnya, hutang kepada bank, menerbitkan obligasi, saham
preferen).
Dengan kata lain Penggunaan dana yang memiliki beban tetap untuk
dapat menambah atau menaikkan Earning Per Share (EPS)
Jika perusahaan menggunakan Financial Leverage atau hutang, perubahan
pada EBIT akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EPS
(Earning per Share)
Indefference Point (IP) pada penerbitan surat berharga dapat dihitung secara
bertahap, yaitu:
1. IP antara SAHAM BIASA dan OBLIGASI
2. IP antara SAHAM BIASA dan SAHAM PREFEREN
X (1 – T) (X – C) ( 1 – T)
IP =
S1 S2
Ket:
X = EBIT pada IP
T = Tax (pajak)
C = Coupon (Bunga obligasi)
S1 = Jumlah lembar saham kalau diterbitkan 100% saham biasa
S2 = Jumlah lembar saham kalau diterbitkan bersama-sama antara saham
biasa dan Obligasi
EBIT
DFL =
EBIT – Biaya Bunga
Atau:
Q (P-V) - F
DFL =
Q (P-V) – F - C
Contoh:
Perhitungan EPS:
EBIT = 100.000
Bunga = 20.000
EBT = 80.000
Tax (20%) = 16.000
EAT = 64.000
Jmlh Saham beredar = 10.000
EPS = 64.000 : 10.000 = 6,4
Artinya: Jika EBIT berubah 1% maka EPS akan berubah sebesar 1,25%.
Ini berlaku pada saat EBIT sebesar Rp 100.000,-
Ket:
X = EBIT pada IP
C1 = Bunga Obligasi lama
C2 = Bunga obligasi lama + Baru dengan alternatif pemenuhan dana
T = pajak
S1 = Jumlah lembar saham biasa jika diterbitkan 100 % SB
S2 = Jumlah lembar saham biasa lama + lembar SB alternatif (jika diterbitkan
SB bersama-sama Obligasi)
Contoh:
Perusahaan pada awalnya memiliki modal sebesar Rp 200.000.000,- yang
terdiri dari Rp 100.000.000,- saham biasa @ Rp 100.000,- dan sisanya Obligasi
@ Rp 100.000,- dengan bunga 10% per tahun.
Dalam rangka perluasan usaha (ekspansi), perusahaan membutuhkan
tambahan modal sebesar Rp 300.000.000,-
1
Dt =
(1 – t)
X (1 – T) (X – Dt) (1 – T)
IP =
S1 S2
Ket:
X = EBIT pada IP
Dt = Dividen tetap sebelum pajak
S1 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan 100% Saham biasa
S2 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan kombinasi antara saham
biasa dan saham preferen
T = tingkat pajak
Contoh:
Perusahaan pada mulanya memiliki modal sebesar Rp 100.000.000,- yang
terdiri dari saham biasa seluruhnya. Nilai nominal saham biasa sebesar Rp
100.000,- per lembar.
Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan tambahan dana sebesar
Rp 200.000.000,- Alternatif pemenuhan kebutuhan dananya adalah sbb:
1. Menerbitkan saham biasa seluruhnya dengan nilai nominal @ Rp 100.000
2. Menerbitkan saham biasa bersama-sama dengan saham preferen dengan
kombinasi 50% saham biasa @ Rp 100.000,- dan sisanya berupa saham
preferen dengan nilai nominal juga Rp 100.000,- per lembar. Dividen
saham preferen sebesar 15% per tahun
Pajak ditetapkan sebesar 20%
Pertanyaan:
a. Hitunglah EBIT pada titik Indefference antara saham biasa dan saham
preferen
b. Jika EBIT setelah ekspansi direncanakan sebesar Rp 100.000.000,- alternatif
pemenuhan dana mana yang sebaiknya digunakan.
c. Gambarkan hubungan EBIT-EPS tersebut.
d. Hitung DFL pada EBIT sebesar Rp 100.000.000 tersebut
(X – Dt1) (1 – T) (X – Dt2) (1 – T)
IP =
S1 S2
Ket:
X = EBIT pada IP
Dt1= Dividen tetap sebelum pajak mula-mula
Dt2= Diveden tetap sebelum pajak mula-mula + penerbitan kedua
S1 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan 100% Saham biasa
S2 = Jumlah lembar saham biasa pada penerbitan kombinasi antara saham
biasa dan saham preferen
T = tingkat pajak
Contoh:
Perusahaan pada mulanya memiliki modal sebesar Rp 200.000.000,- yang
terdiri dari 50% berupa saham biasa @ Rp 100.000,- dan saham preferen @ Rp
100.000,- Dividen tetap saham preferen sebesar 10% pertahun.
Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan tambahan dana sebesar
Rp 200.000.000,- Alternatif pemenuhan kebutuhan dananya adalah sbb:
1. Menerbitkan saham biasa seluruhnya dengan nilai nominal @ Rp 100.000
2. Menerbitkan saham biasa bersama-sama dengan saham preferen dengan
kombinasi 50% saham biasa @ Rp 100.000,- dan sisanya berupa saham
preferen dengan nilai nominal juga Rp 100.000,- per lembar. Dividen
saham preferen sebesar sekarang menjadi 15% per tahun
Pajak ditetapkan sebesar 20%
Pertanyaan:
a. Hitunglah EBIT pada titik Indefference antara saham biasa dan saham
preferen
b Jika EBIT setelah ekspansi direncanakan sebesar Rp 100.000.000,- alternatif
pemenuhan dana mana yang sebaiknya digunakan.
c. Gambarkan hubungan EBIT-EPS tersebut.
Q (P-V)
DCL =
Q (P-V) –F - C
SOAL:
PT. ARNOLD SUASANASEGER memiliki laba bersih setelah pajak (EAT) Rp
75.000.000,- dari penjualan sebesar Rp 625.000.000,- Pajak ditetapkan 40% dan
harga jual per unit Rp 6.250,- dan biaya variabel Rp 4.000,- per unit. Biaya bunga
sebesar Rp 25.000.000,- per tahun dan jumlah saham yang beredar sebanyak
1.000.000 lembar.
Ditanya:
a. Berapa biaya tetapnya
b. Hitung Breakeven Point (BEP) dalam unit dan rupiah
c. Jika EBIT naik menjadi Rp 147.500.000,- ketika penjualan naik menjadi
110.000 unit, hitung Degree of Operating Leverage (DOL) pada 100.000
unit.
d. Apa efek pada BEP jika biaya tetap turun menjadi Rp 67.500.000,-
e. Hitung DFL pada tingkat EBIT sebesar Rp 125.000.000,-
f. Hitung DCL pada tingkat penjualan sebesar 100.000 unit.