KEUANGAN
ANALISA
BREAK EVEN
POINT
1
ANALISA BREAK EVEN POINT
A. Pengertian Analisa Break Even Point .......................................... 3
B. Jenis-Jenis Biaya ........................................................................ 3
C. Asumsi-Asumsi Dasar Dalam Break Even Point ......................... 4
D. Metode Perhitungan Break Event Point ...................................... 5
E. Perhitungan Break Event Point Lebih Dari 1 Macam Produk ..... 7
F. Pengaruh Perubahan Faktor Harga Jual/Unit, FC dan VC
Terhadap Break Even Point....................................................................9
G. Menentukan Penjualan Minimal ……………………………………13
2
ANALISIS BREAK EVEN POINT
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan break even
point (titik impas) adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun
tidak menderita kerugian. Sehingga perusahaan dikatakan impas jika jumlah pendapatan yang
diperoleh sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
B. Jenis-Jenis Biaya
Didalam Harga Pokok Penjualan (HPP) biaya-biaya operasi terdiri dari unsur-unsur Variabel
Cost (VC) dan Fixed Cost (FC). Dalam-hal-hal tertentu ada biaya yang yang sifatnya
kombinasi dari Variabel Cost (VC) dan Fixed Cost (FC) yaitu biaya semi variable. Jenis-jenis
biaya dibedakan :
3
1. Biaya Varaibel (VC)
Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang
diproduksi atau dihasilkan atau biaya yang dalam jangka pendek berubah karena adanya
perubahan unit yang diproduksi atau dijual. Contoh biaya variable : Biaya bahan-baku,
biaya tenaga kerja langsung, komisi penjualan dan lain sebagainya.
2. Biaya Tetap (FC)
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
diproduksi atau dihasilkan atau biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah walaupun
terjadi perubahan unit yang diproduksi atau dijual. Contoh biaya tetap : biaya defresiasi
gedung, pabrik, mesin, asuransi kesehatan, bunga hutang, gaji pegawai tetap dan lain
sebagainya.
3. Biaya Semi Variabel
Biaya semi varibel adalah biaya yang mempunyai ciri-ciri gabungan antara VC dengan FC.
Contoh Biaya semi varibel : Komisi bagi para salesman yang jumlahnya tetap sampai
dengan volume penjualan tertentu (misal:100 unit = Rp 400.000,-) dan bertambah besar
pada volume penjualan yang lebih tinggi (120 unit = Rp 450.000,-)
Dalam menganalisis Break Even Point terdapat beberapa asumsi (anggapan) dasar yang harus
dipengaruhi antara lain:
1. Biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya
variabelitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.
2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh.
3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan
volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan.
4. Harga jual per satuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan barang yang
djual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
5. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu
macam maka kombinasi atau komposisi penjualan (sales mix) akan tetap konstan
4
D. Metode Perhitungan Break Even Point
Dalam menghitung tingkat break even point dengan pendekatan matematis dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1. Atas Dasar Unit
Ditinjau dari per satuan produk atau barang yang dijual, maka setiap satuan barang
memberikan sumbangan atau kontribusi (margin) yang sama besarnya untuk menutup biaya
tetap atau laba. Dalam keadaan break even, maka dengan membagi jumlah biaya tetap
dengan margin per satuan barang akan diperoleh jumlah satuan barang harus dijual
sehingga perusahaan tidak mengalami rugi ataupun laba.
FC
Rumus : BEP =
P–V
Contoh soal :
Diketahui Harga jual Produk Rp 100/unit, Biaya variable Rp 40/unit dan Biaya tetap Rp
300.000,- dengan kapasitas produksi maksimal = 10.000 unit
5
Pertanyaan :
a. Pada jumlah (dalam unit dan Rupiah) berapakah perusahaan dalam kondisi BEP?
b. Gambarkan dalam bentuk grafik dalam kondisi BEP?
Jawab :
a.
FC
* BEP (unit) =
P- VC
Rp 300.000
BEP (unit) =
Rp 100/unit – Rp 40/unit
Rp 300.000
BEP (unit) =
Rp 60/unit
FC
* BEP (Rupiah) =
1 – VC
Rp 300.000
BEP (Rupiah) =
1- Rp 400.000
1,000,000
Rp 300.000
BEP (Rupiah) =
0,6
6
b. Grafik
Contoh Soal :
Suatu perusahaan menghasilkan dua macam produk yaitu Produk A dan B. dimana data
keuangannya sebagai berikut:
Jawab :
Sales mix dalam satuan Rupiah (A: B) = Rp 200.000 : Rp 200.000 = 1 : 1.
Produk mix dalam satuan Unit (A: B) = 20.000 Unit : 8.000 Unit = 2,5 : 1.
FC
BEP Total (Rupiah) =
1 – VC
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) =
1- Rp 200.000
400.000
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) =
1- 1/2
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) = 1/2
Dari contoh diatas keuntungan dan kerugian dari kedua produk tersebut sebagai berikut :
FC
BEP (unit) =
P- VC
Rp 300.000
BEP (unit) =
Rp 160/unit – Rp 40/unit
Rp 300.000
BEP (unit) =
Rp 120/unit
Jadi bila harga jual/unit naik maka BEP nya akan turun sehingga mempunyai pengaruh
yang menguntungkan bagi perusahaan dan sebaliknya bila harga jual/unit turun maka BEP
nya akan naik sehingga mempunyai pengaruh yang merugikan bagi perusahaan.
Rp 300.000
BEP (unit) =
Rp 100/unit – Rp 50/unit
Rp 300.000
BEP (unit) =
Rp 50/unit
Jadi bila VC naik maka BEP nya akan naik sehingga mepunyai pengaruh yang merugikan
bagi perusahaan dan sebaliknya bila VC turun maka BEP nya akan turun sehingga
mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi perusahaan
FC
BEP Total (Rupiah) =
1 – VC
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) =
1- Rp 260.000
500.000
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) =
1- 26/50
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) = 24/50
Sales 20.000 Unit @Rp 10 Rp 200.000 12.000 Unit @Rp 25 Rp 300.000 Rp 500.000
VC 60% Sales Rp 120.000 40% Sales Rp 120.000 Rp 240.000
FC Rp 40.000 Rp 80.000 Rp 120.000
Total Biaya Rp 160.000 Rp 200.000 Rp 360.000
Laba Kotor Rp 40.000 Rp 100.000 Rp 140.000
FC
BEP Total (Rupiah) =
1 – VC
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) =
1- Rp 240.000
500.000
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) =
1- 24/50
Rp 120.000
BEP Total (Rupiah) = 26/50
Keadaan sebelum dan sesudah adanya perubahan “sales mix” tersebut dapat dilihat tabel
dibawah ini :
Keterangan Sebelum adanya Produk A bertambah Produk B bertambah
perubahan sebesar 50 % sebesar 50 %
a. Sales Mix (A:B) 1:01 1,5 : 1 0,67 : 1
b. Keuntungan netto Rp 80.000,- Rp 120.000,- Rp 140.000,-
c. Prosentase perubahan
keuntungan
(bertambah-berkurang) - 50% 75%
d. BEP Rp 240.000,- Rp 400.000,- Rp 230.000,-
Analisa tersebut menunjukan bahwa lebih baik perusahaan memperbanyak jumlah produk B,
karena dengan bertambahnya jumlah produk B, maka
a. Keuntungannya lebih besar.
b. Break Even Point - nya lebih rendah
Contoh Soal :
Perusahaan tahun 2021 dalam kondisi BEP, dimana FC = Rp 120.000,- dan penjualan Rp
200.000. Keadaan tahun 2022 diperkirakan lebih baik dari tahun 2021 dan pimpinan
perusahaan menetapkan target keuntungan sebesar Rp 30.000. Berapa besarnya penjualan
minimal yang harus dicapai untuk dapat mencapai target keuntungan tersebut.
Jawab :
Kondisi BEP adalah biaya total sama dengan penghasilan penjualan atau TC = TR
TC = VC + FC
TR = VC + FC
VC = TR – FC
= Rp 200.000 – Rp 120.000
= Rp 80.000
Rp 120.000 + Rp 300.000
Penjualan Minimal =
1- Rp 800.000
200.000
Rp 150.000
BEP Total (Rupiah) =
6/10
Jadi untuk dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 30.000 perusahaan harus dapat
memproduksi dan menjual produknya sebesar Rp 250.000
Soal 1 :
Rencana penjualan tahun 2023 meliputi kedua jenis produk adalah sbb :
Data Penjualan :