Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AIK 3 FEB, MANAJEMEN

Kelompok 1 (Masjid Al-Furqon, Jetis Malang)

Ketua : Tiwi Indah Rizki


Anggota : 1. Alfiatun Hasanah
2. Ambarwati Setyoningrum
3. Erza Yolanda
4. Muhammad Iqbal Reiswanto
5. Oldy Nugrahanto
6. Ratna Dwi Feby
7. Reza Bagus Valentino
8. Wahyu Putri Setiyo Pratiwi

A. Kelompok harus tau berapa struktur ketakmiran

Strukturnya itu penanggung jawab itu majelis tabligh BCM Dau, lalu pimpinan
ranting Muhammadiyah Jetis, lalu penasihatnya Bapak H. Suyipto dan Bapak H. Mustadji,
lalu ketuanya Bapak Edi, sekretarisnya Mas Arya, dan bendahara Bapak Agus. Tugas ketua
adalah bertanggung jawab semua kegiatan, program, anggaran dan seterusnya bersama
sekretaris, karena sekretaris ini sebagai partnernya. Ketua dan sekretaris selalu koordinasi,
lalu menyampaikan ke bendahara untuk mengeluarkan biaya yang dibutuhkan.

Bidangnya ada 4 yaitu bidang ibadah, bidang pendidikan dan kader, prasarana dan
bidang pembinaan jamaah. Pembinaan jamaah ini termasuk program santunan dan beasiswa.
Dimana, pihak ini yang nanti merekomendasikan di rapat takmir, seperti mengoreksi atau
mengevaluasi program yang sudah dijalankan, kendalanya apa saja.

Namun, untuk skala prioritas yang mereka utamakan adalah jamaah sholat rutin,
karena sebagai pendidikan ke jamaah juga. Untuk bidang ibadah, tugasnya adalah Menyusun
jadwal Jum’at, Menyusun jadwal imam dan muadzin, lalu jadwal kajian. Lalu bidang sarana
dan prasarana, tugasnya selalu mengecek kelengkapan masjid, seperti sound masjid apakah
ada masalah atau tidak, keran tempat wudhu, pengecatan, pengadaan karpet dan seterusnya.
Yang terakhir, bidang pendidikan dan TPQ, seperti kaderisasi atau menyiapkan kader untuk
menggantikan siapa pengurusnya, termasuk data jumlah santri, jumlah ustadzah, serta untuk
remas (remaja masjid) kegiatannya apa saja.

Setiap rapat, mereka selalu meminta pertimbangkan ke penasihat jika ada hal-hal yang
segera diputuskan, termasuk tabungan Qurban merupakan salah satu masukan dari penasihat.
Untuk majelis tabligh BCM, tugasnya selalu membina, mengawasi, dan mengarahkan,
termasuk ranting juga sama. Misalkan, jika ada jamaah mengadakan kegiatan yang tidak
sesuai dengan tata cara ibadah Muhammadiyah, pihak majelis tabligh akan mengingatkan,
lalu dibina, diawasi tata cara ibadahnya, dan seterusnya sesuai dengan pedoman Qur’an dan
Hadits, bukan karena golongan atau apapun.

Setiap Rabu, ada kajian yang mengupas keputusan himpunan tarjih. Keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan ibadah Muhammadiyah, bukan karena ingin berbeda, tetapi
ada dalil dan dasarnya. Untuk pengajian cabang, tiap bulannya mengundang ranting-ranting,
ranting Sengkaling, ranting Jetis. Kalau pengajian rutin tiap Rabu itu, dengan spontanitas
mereka akan datang tanpa undangan dan juga memberi pengumuman ke jamaah untuk
datang.

B. Jumlah jamaah pada masjid tersebut

Pada saat Maghrib, jumlah jamaah terbilang cukup banyak. Biasanya 3 shof, 1 shof
sekitar 25. Untuk jamaah putra sendiri sekitar 60 dan jamaah putri 30-40 jamaah. Untuk hari
Jum’at atau ibadah sholat Jum’at, biasanya jamaah jauh lebih banyak. Kalau Subuh ada 25-30
jamaah bapak-bapak, sedangkan ibu-ibunya yang jumlahnya stabil. Jadi, entah Maghrib,
Isya’, Subuh jumlahnya stabil.

Kalau Dzuhur, ibu-ibunya hanya 4 orang dan paling banyak 10 orang. Sedangkan
bapak-bapaknya menjelang Dzuhur dan Ashar sekitar 25, dan Isya’nya sekitar 1 shof
setengah. Untuk jumlah ibu-ibu yang stabil itu karena setelah sholat Maghrib jika tidak ada
kajian, mereka mengaji sendiri di masjid, sekitar 12-20 orang sambil menunggu Isya’. Jadi,
untuk Maghrib, Isya’ dan Subuh kecenderungan ibu-ibunya stabil 30-40an, sedangkan bapak-
bapaknya naik turun.

C. Agenda yang dilakukan di masjid tersebut

Kegiatan rutin selain sholat berjamaah, ada kajian rutin setiap hari Rabu ba’da
Maghrib sampai Isya’ dan hari Sabtu ba’da sholat Subuh sekitar 15-20 menit selesai. Saat
sore hari, biasanya ada pembelajaran TPQ. Untuk kegiatan khusus remas putra-putri
dilakukan setiap Jum’at ba’da Isya’.

D. Asal pendanaan dari mana, contoh zakat, dll

Kegiatan sosial santunan dilakukan setiap 4-6 bulan sekali. Bulan lalu sebelum
Ramadhan, mereka memberikan bingkisan kepada semua jamaah sekitar 80 bingkisan. Ada
beras, minyak, gula, teh, dan mie instan. Dalam periode beliau (wakil ketua), yang dimana
beliau melanjutkan atau menggantikan ketua sebelumnya, karena ketua dari Masjid Al-
Furqon sendiri sedang sakit dan wafat pada tahun 2021.

Selama 2001-2002, kegiatan santunan tersebut dilakukan 2 kali diluar zakat fitrah.
Zakat fitrah dilakukan setiap tahun. Setiap harganya, rata-rata pendapatan zakat fitrah sekitar
5 kwintal beras dan uang sekitar 5 juta. Tetapi uangnya diwujudkan berupa minyak, gula,
tidak diwujudkan berupa beras. Dalam penerimaan zakat tersebut, 1 paket ada beras 5
kilogram, minyak, gula, dan kopi. Jadi, pembagian zakatnya sama dengan pembagian
santunan waktu program 4-6 bulan sekali.

Pendanaan zakat sendiri, Masjid Al-Furqon hanya menerima saja. Mereka menerima
dari pemberi zakat yang wajib zakat, mereka hanya mengelola. Pada tahun lalu, mereka
hanya membagikan beras saja 5 kiloan, tetapi untuk tahun ini mereka lengkapi karena
sembako bukan hanya beras saja.

Jika yang zakat bahan pokok berupa beras, mereka langsung mengemasi sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan. Biasanya besarannya 5 kilogram beras, sedangkan untuk
uang sendiri, mereka gunakan untuk membeli minyak goreng botol 1 liter, gula, dan lain-lain.
Jika beras kurang, mereka membelikan beras juga. Biasanya, mereka juga membeli dari
jamaah dengan cara menukarkan membayar zakat uang dengan membeli bahan pokok.

Untuk perawatan masjid, mereka sudah menganggarkan dari hasil kotak amal masjid.
Setiap Jum’at, rata-rata pendapatannya 2 juta dikali 4 sebanyak 8 juta. Lalu, setelah dirinci
untuk kebutuhan kegiatan kajian, lalu kegiatan remas (remaja masjid). Untuk kegiatan remas,
mereka subsidikan 300 ribu dan untuk kajian 2 kali sama Jum’at rata-rata 1 juta ke atas.

Total pengeluaran 1 bulan untuk masjid tersebut, termasuk untuk membayar gaji
ustadzah TPQ sekitar 6 juta. Jadi, mereka punya saldo 2 juta. Saldo 2 juta ini untuk
perawatan masjid sekian persen, lalu untuk pemeliharaan dan seterusnya, lalu termasuk
biaya-biaya penyusutan barang seperti karpet. Harapan mereka, setiap tahun mereka membeli
karpet 1 lembar 1 shof, jadi untuk karpet yang lama (yang masih layak pakai) mereka berikan
ke masjid tetangga yang membutuhkan.

E. Data dhuafa (orang terlilit utang, fakir miskin)

Di sekitar masjid ini, dhuafa tersebut meliputi janda, fakir miskin, yang dimana fakir
miskin ini prosentasenya sedikit tidak sampai 10%, lalu jamaah Masjid Al-Furqon yang
sudah usia mundur yang sudah tidak bisa bekerja (yang diutamakan atau diprioritaskan), lalu
untuk pendidikan dimana beberapa putra-putri yang ada di sekitar jamaah, mereka bantu
untuk beasiswa dengan jumlah sekitar 10 anak. Walaupun tidak banyak, per anak mendapat
sekitar 100 ribu. Dimana, anak-anak ini yang hanya tinggal ibunya saja, atau hanya dengan
neneknya, atau memang benar-benar orang tuanya ada, tetapi penghasilannya yang cukup
untuk kebutuhan keluarga saja. Tetapi, mereka lebih mengutamakan untuk perlengkapan
sekolah anak-anak seperti buku dan tas.

Program ini dibilang cukup baru, karena Masjid Al-Furqon sendiri hanya menerima
saja. Uangnya hanya digunakan untuk mengecat dan memperbaiki masjid. Akhirnya di
periode ini, mereka mencoba untuk mengembangkan. Dimana, uang dari jamaah (hasil kotak
amal) selain untuk perawatan masjid dan kegiatan rutin masjid, digunakan untuk kegiatan
sosial dengan memberikan beasiswa dan santunan secara periodik. Bulan lalu, pembagian
zakat sebanyak 2 RW. 1 RT sekitar 5 RT namun tidak semua, hanya sekitar 150 KK yang
diberi zakat, selebihnya disalurkan ke yayasan panti.

Setiap kajian, seminggu sekali programnya setelah mengaji ada makan-makan


bersama jamaah, dimana diambil dari hasil kotak amal juga. Ada sebagian jamaah yang
shodaqoh rutin, seperti untuk gaji guru TPQ mereka ada yang bersedia, setiap bulan memberi
100 ribu.

Ada program baru lainnya yaitu program tabungan Qurban. Dimana nanti setiap bulan
yang ingin ber-Qurban, mengumpulkan tabungan yang dibawa ke koordinator Qurban.
Harapan dari adanya program ini, agar semuanya ringan untuk menjalankan Qurban dan
semuanya bisa ikut ber-Qurban. Dengan adanaya tabungan Qurban ini juga, mereka bisa
menabung entah dari 100 ribu, 200 ribu, lalu dikumpulkan selama 10 bulan dan menjelang
Qurban nanti diumumkan.
Hasil pembagian Qurban ini lebih cenderung bebas, Masjid Al-Furqon sendiri
membagikan menjadi sepertiga, sepertiga untuk yang Qurban, sepertiga untuk fakir miskin,
sepertiga untuk hadiah. Kalau Qurban, rata-rata hampir semua warga sekitar masjid
mendapatkan daging Qurban, termasuk yayasan panti. Akadnya mereka berikan ke panti,
namun jika panti tidak bisa menjualkan, mereka jualkan dan uangnya mereka berikan ke
panti. Jadi, panitia tidak mengambil untung dari Qurban tersebut dan memang tidak boleh.

Anda mungkin juga menyukai