Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Profil Tempat Penelitian
a. Deskripsi Umum Rumah Qur’an Bunda Aisyah
Rumah Qur’an Bunda Aisyah adalah suatu lembaga nonprofit yang
bergerak di bidang pembelajaran Al-Qur’an dengan program pengentasan
buta huruf Al-Qur’an. Keberadaannya secara legal di bawah naungan
Yayasan Mitsaq Qur’an, yang ditujukan untuk melayani dan membimbing
masyarakat dalam mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an. Rumah Quran
Bunda Aisyah telah berdiri sejak Ramadhan 1434H/Juni 2012M yang
didirikan oleh Ummi Yusdiana. Terdapat 24 cabang Rumah Qur’an bunda
Aisyah yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Alamat Rumah
Qur’an Bunda Aisyah terletak di 10 kota, diantaranya ialah kota Jakarta,
Bekasi, Lampung, Solo, Cirebon, Bandung, Balik Papan, Bangka, Kendal.
Akan tetapi, mayoritas dari Rumah Qur’an Bunda Aisyah terletak di Kota
Bekasi.

Kehadiran Rumah Qur’an Bunda Aisyah bertujuan untuk


membantu menekan jumlah umat Islam yang masih buta huruf Al-Qur’an.
Selain itu, Rumah Qur’an Bunda Aisyah juga menjadi pusat pelayanan
umat yang melahirkan kader pencinta Al-Quran. Rumah Qur’an Bunda
Aisyah memiliki beberapa program, diantaranya yaitu program tahsin atau
pembelajaran untuk membaca Al-Qur’an dan juga tahfidz atau
pembelajaran untuk menghafal Al-Qur’an yang diperuntukkan berbagai
kelompok usia, dari usia dini, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Salah
satu program tersebut, yaitu program tahfidz. Program yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah program tahfidz yang diperuntukkan bagi
kalangan ibu-ibu, yang terdapat di Rumah Qur’an Bunda Aisyah cabang
15 tepatnya di Grand Galaxy Kota Bekasi.

31
32

b. Profil Rumah Qur’an Bunda Aisyah Cabang 15


Nama Lembaga : Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15
Alamat : Jalan Pulo Sirih Raya Blok FE, No. 438 A,
Jaka Setia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
Yayasan : Mitsaq Qur’an
Luas bangunan : 536 m2
Tanggal berdiri : 12 November
Tahun berdiri : 2018
Pendiri : Ummi Yusdiana
Jenis program : - Tahfidz Ibu-Ibu
- Tahsin Ibu-Ibu
- Tahfidz Bapak-Bapak
- Tahsin Bapak-Bapak
- TPA
Jumlah ruang : 14
Jumlah murid : 853
Jumlah pengajar : 32
Waktu belajar : Setiap hari 8.30 sampai dengan 21.30

c. Visi dan Misi


1) Visi
Menjadi pusat pelayanan umat yang melahirkan kader pecinta
Al-Qur’an
2) Misi
 Mewujudkan sistem pengajaran membaca Al-Qur’an yang mudah
dan benar untuk segala usia
 Mencetak hafidz/hafidzah bersanad
 Menyelenggarakan kaderisasi generasi Qur’ani
 Menciptakan lingkungan dan tata pergaulan Qur’ani
 Mengawal ummat menuju hidup lebih Qur’ani
33

d. Data Pengajar

No. Program yang


Nama Pengajar Jenjang Kelas
diajar
1. Ustadzah Desti Tahsin Tsaqifa
2. Ustadzah Fitri Tahsin Pra BBQ
3. Ustadzah Rini Tahsin BBQ1
4. Ustadzah Lia Tahsin BBQ1
5. Ustadzah Mega Tahsin BBQ1
6. Ustadzah Ditha Tahsin BBQ2, Tadrib
7. Ustadzah Dewi Tahsin Pra BBQ
8. Ustadzah Yuznita Tahsin Pra BBQ
9. Ustadzah Sari Tahsin Pra BBQ
10. Ustadzah Athifah Tahsin BBQ1
11. Ustadzah Yumna Tahsin BBQ2, Tadrib
12. Ustadzah Royani Tahsin BBQ2
13. Ustadzah Indah A Tahsin Pra Tahsin
14. Ustadzah Indah D.P. Tahsin Tadrib
15. Ustadzah Zulfa Tahsin Pra Tahsin
16. Ustadzah Esih Tahsin Pra Tahsin
17. Ustadzah Lumy Tahsin BBQ2, Tadrib
18. Ustadzah Septi Tahsin BBQ2
19. Ustadzah Ila Tahsin Tadrib
20. Ustadzah Mila Tahsin Pra tahsin
21. Ustadzah A’yun Tahsin, Tahfidz Tahsin, Tahfidz
22. Ustadzah Khoir Tahfidz Tahfidz, Pra tahfidz
23. Ustadzah Ading Tahfidz, TPA Pra tahfidz, TPA
24. Ustadzah Tika Tahfidz Pra tahfidz, Tahfidz
25. Ustadzah Liza Tahsin Tadrib
26. Ustadzah Tita Tahsin Tadrib, Pra tahsin
27. Ustadz Ali Robbani Tahsin Kelas 1
28. Ustadz Zamrud Tahsin Kelas 1
29. Ustadz Bagas Tahsin Kelas 2
30. Ustadz Afdhal Dzikri Tahsin Kelas 2
31. Ustadz Rifky Tahsin Kelas 2, 3
34

32. Ustadz Joko Tahsin, Tahfidz Kelas 3, 4, Tahfidz

e. Data Sarana Prasarana


Jumlah ruang kelas : 14 ruang
Ukuran ruang kelas : rata-rata 4 × 4 meter
Daya tampung tiap ruang : maksimal 10 murid
Sarana setiap ruangan :
 1 papan tulis putih berukuran
 1 penghapus
 3 spidol
 10 meja
 Karpet
 Al-Qur’an
 Air Conditioner (AC)/ kipas
Sarana setiap murid :
 Buku panduan
 Buku evaluasi harian
 Buku mutaba’ah
 Mushaf Al-Qur’an Utsmani
f. Data Murid
1) Tahsin untuk Bapak-Bapak
Jumlah kelas : 18
Jumlah murid : 110
2) Tahfidz untuk Bapak-Bapak
Jumlah kelas :1
Jumlah murid :4
3) Tahsin Remaja Putra
Jumlah kelas :4
Jumlah murid : 24
4) Tahsin untuk Ibu-Ibu
Jumlah kelas : 77
35

Jumlah murid : 598


5) Tahfidz untuk Ibu-ibu
Jumlah kelas : 11
Jumlah murid : 69
6) TPA
Jumlah kelas :4
Jumlah murid : 52
g. Program Pembelajaran
1) Tahsin untuk Bapak-Bapak
Program ini merupakan program pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar yang diperuntukkan kalangan laki-laki
usia dewasa. Program tahsin memiliki jenjang berdasarkan kualitas
bacaan masing-masing individu.

2) Tahsin untuk Remaja Putra


Program ini merupakan program pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar yang diperuntukkan kalangan remaja
putra dengan usia 11 hingga 18 tahun. Program tahsin memiliki
jenjang berdasarkan kualitas bacaan masing-masing individu.

3) Tahsin untuk Ibu-ibu


Program ini merupakan program pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar yang diperuntukkan kalangan
perempuan usia dewasa. Program tahsin memiliki jenjang berdasarkan
kualitas bacaan masing-masing individu.

4) Tahfidz untuk Ibu-ibu


Program ini merupakan program pembelajaran menghafal Al-
Qur’an yang diperuntukkan kalangan perempuan usia dewasa.
Program ini memiliki jenjang, tergantung pada total juz yang
dihafalkannya.

5) TPA
36

Program ini merupakan program pembelajaran membaca Al-


Qur’an yang diperuntukkan anak-anak usia 5 hingga 10 tahun.
h. Deskripsi Program Tahfidz Ibu-ibu di Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15
Nama program : Tahfidz Ibu-ibu
Cabang : 15
Alamat : Jl. Pulo Sirih Raya Blok FE, No. 438 A, Grand
Galaxy, Jaka Setia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi
Jumlah kelas : 11
Jumlah pengajar :5
Jumlah murid : 69
Waktu belajar : 2 pertemuan dalam satu pekan selama 90 menit
Jenjang kelas :- Tahfidz 1 (juz 1-5)
- Tahfidz 2 (juz 6-10)
- Tahfidz 3 (juz 11-15)

Program Tahfidz Ibu-ibu di Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15


adalah program yang diperuntukkan ibu-ibu yang telah menyelesaikan
program tahsin. Saat ini program tahfidz terdiri dari 3 jenjang dengan
target 5 juz di setiap jenjangnya. Sebelum memasuki program tahfidz, ibu-
ibu harus memenuhi syarat ketentuan yaitu dinyatakan lulus dari kelas
tahsin. Pembelajaran program tahfidz di Rumah Qur’an Bunda Aisyah
dilakukan 2 kali dalam sepekan dengan 5 orang ustadzah. Satu kelas untuk
muroja’ah hafalan dan menambah hafalan. Satu kelas lainnya yaitu kelas
tadrib untuk menjaga dan memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar tetap baik
dan benar, sehingga tidak terdapat kesalahan bacaan dalam menghafal.
Terdapat 5 pengajar yang mengampu kelas program tahfidz ibu-ibu di
Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15. Berikut daftar pengajar pada kelas
tahfidz ibu-ibu di Rumah Qur’an Bunda Aisyah:
 Ustadzah Leni
 Ustadzah A’yun
 Ustadzah Tika
37

 Ustadzah Khoir
 Ustadzah Eva
2. Biografi Ummi Yusdiana
a. Profil Ummi Yusdiana

Ummi Yusdiana lahir di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada


tanggal 2 Agustus 1963 sebagai anak kedua dari empat bersaudara oleh
seorang ibu yang berasal dari Kabupaten Kebumen dan ayah yang berasal
dari Kabupaten Garut. Setelah beliau berusia 7 tahun, keluarga beliau
memutuskan untuk pindah dan menetap di tanah kelahiran ayahnya,
Kabupaten Garut. Ummi Yusdiana dibesarkan dalam keluarga dengan
seorang ibu rumah tangga dan ayah seorang kontraktor. Meskipun ia
tumbuh di dalam keluarga yang tergolong tidak begitu agamis, akan tetapi
lingkungan sekitar di mana keluarga mereka tinggal sangatlah agamis.
Sehingga menjadikan beliau sebagai pribadi yang dekat dengan masjid dan
suka mengaji sejak beliau berusia tujuh tahun.

Ummi Yusdiana mengenyam pendidikan sekolah umum hingga di


bangku perkuliahan. Menariknya, beliau tidak pernah mengenyam
pendidikan pondok pesantren semasa ia sekolah. Akan tetapi, semangat
dakwah beliau tumbuh sejak beliau duduk di bangku kuliah. Hal tersebut
yang menjadikannya semangat untuk mendalami ilmu agama dan selalu
meningkatkan semangatnya dalam berdakwah. Beliau juga pernah
mengenyam pendidikan di bidang psikologi. Walaupun tidak sampai lulus,
namun ilmu yang beliau dapatkan diterapkan dalam berdakwah untuk
memahami psikologis mad’u.

b. Latar Belakang Pendidikan


Berikut latar belakang pendidikan Ummi Yusdiana:
 SD Negeri 3 Pameungpeuk Garut
 SMP N 1 Pameungpeuk Garut
 SMA N 1 Garut
38

 Universitas Jenderal Soedirman Program Studi Pertanian

c. Aktivitas Dakwah Ummi Yusdiana

Ummi Yusdiana menjalankan dakwahnya dimulai dari menjadi


aktivis organisasi dakwah dalam kampus, dilanjutkan berdakwah dalam
majlis ta’lim di kalangan ibu-ibu, hingga mendirikan Rumah Qur’an
Bunda Aisyah yang saat ini memiliki 23 cabang yang tersebar di 10 Kota
yang ada di Indonesia. Ummi Yusdiana dalam dakwahnya selalu
memberikan pemahaman kepada mad’u bahwa tidak hanya betapa
pentingnya membaca Al-Qur’an akan tetapi juga bagaimana kita bisa
mengamalkannya. Kita sebagai umat Islam harus meyakini bahwa Al-
Qur’an adalah pedoman hidup. Namun, sangat disayangkan masih banyak
umat muslim tidak mengenal pedoman hidupnya bahkan tidak bisa
membacanya dengan benar. Padahal sebagai pedoman hidup, harusnya
setiap muslim dapat memahami apa saja kandungan dari setiap ayatnya,
atau minimal harus bisa membacanya.

Saat menjalankan dakwahnya di majlis ta’lim kalangan ibu-ibu,


keresahan mulai beliau rasa ketika beliau mengajarkan membaca Al-
Qur’an selama 7 tahun namun tidak mendapati progres yang signifikan.
Menurut beliau, hal tersebut dikarenakan tidak adanya standarisasi,
evaluasi keberhasilan, dan sistem pengelompokan berdasarkan
kemampuan. Standarisasi peningkatan kemampuan dan evaluasi
keberhasilan sangatlah penting untuk mengetahui sejauh mana progres
pembelajaran berhasil. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
perkembangan murid agar tidak terjadinya pengulangan materi
pembelajaran. Selain itu, pengelompokan murid berdasarkan kemampuan
juga perlu dilakukan agar tidak terjadinya rasa minder bagi ibu-ibu yang
merasa kemampuannya kurang sehingga terdapat ketertinggalan bagi yang
kurang. Hal inilah yang melatarbelakangi beliau mendirikan Rumah
Qur’an Bunda Aisyah untuk pembelajaran Al-Qur’an dari membaca,
39

menghafal, hingga mengkaji Al-Qur’an dengan kelas yang berjenjang


sesuai dengan kemampuan murid.

3. Metode Dakwah Ummi Yusdiana


Ummi Yusdiana menggunakan berbagai metode dakwah dalam
menjalankan dakwahnya. Berikut beberapa metode dakwah yang dilakukan
oleh Ummi Yusdiana:
a. Dakwah bil Hikmah
Metode dakwah bil-hikmah merupakan metode dakwah dengan
memilih dan memilah serta menyesuaikan kondisi sasaran dakwah
(mad’u). Ummi Yusdiana ketika berbicara dengan mad’u selalu
menyelaraskan bahasanya sesuai dengan kadar pendidikan dan kapasitas
nalarnya. Selain itu, Ummi Yusdiana selalu berusaha memahami kondisi
psikologis mad’u terlebih dahulu agar dapat menyesuaikan cara dakwah
beliau. Beliau juga pernah melanjutkan kuliah di bidang psikologi.
Meskipun tidak sampai selesai, namun ilmu tersebut beliau terapkan dalam
memahami psikologis dakwah. Selain itu, beliau juga menyesuaikan dari
aspek sosiologi mad’u dengan memperhatikan konstruksi masyarakat di
mana mad’u berada. Sebagaimana yang beliau sebutkan, bahwa di dalam
Hadist menjelaskan bagaimana Rasulullah berbicara kepada Arab Baduy
berbeda dengan berbicara kepada Umar bin Khattab. Oleh karena itu,
dakwah yang beliau sampaikan di hadapan ibu rumah tangga berbeda
dengan ketika beliau menyampaikan dakwahnya di hadapan ibu pekerja.

b. Dakwah al-Mau’idzah al Hasanah


Metode dakwah al-Mau’idzah al Hasanah yaitu dengan mengajak
manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan atas perbuatan
buruk yang dilakukan. Hal ini berdasarkan pada penjelasan yang terdapat
dalam tafsir Al-Baghawi yang diartikan pula sebagai ucapan lembut yang
tidak mengandung kekerasan. Setiap semester, Rumah Qur’an Bunda
Aisyah mengadakan penerimaan murid baru. Sebelum dimulainya
kegiatan belajar mengajar dalam semester tersebut, seluruh murid baru
40

maupun lama diwajibkan untuk mengikuti kuliah perdana. Dalam acara


tersebut, Ummi Yusdiana memberikan ceramah yang berisi motivasi-
motivasi dalam mempelajari Al-Qur’an, baik membaca, menghafal,
maupun mengkaji. Tidak hanya itu, dalam penyampaian motivasi maupun
pesan dakwahnya, beliau juga menggunakan kalimat yang lembut dan
tidak mengandung kekerasan. Bahkan ketika memberikan suatu peringatan
ataupun teguran, sasaran dakwah (mad’u) tidak merasa bahwa dirinya
ditegur. Hal tersebut terjadi karena begitu lembutnya kalimat yang
diucapkan oleh Ummi Yusdiana kepada mad’u.

c. Dakwah bil-Haal
Metode dakwah bil-Haal yaitu berdakwah dengan mengedepankan
perbuatan nyata, seperti berbuat baik kepada mad’u dan memberikan
teladan kebaikan. Pada kesehariannya, Ummi Yusdiana selalu memberikan
contoh baik dalam menjalani kehidupan. Misalnya, bagaimana seharusnya
berpakaian, bagaimana seharusnya bertutur kata, serta bagaimana
seharusnya bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan pedoman Al-
Qur’an yang mencerminkan seorang penghafal Al-Qur’an. Tidak hanya
itu, Ummi Yusdiana juga bersifat terbuka terhadap bagaimana seharusnya
menghadapi suatu permasalahan yang ada di dalam kehidupan. Hal itu
juga yang membuat mad’u merasa dekat dengan Ummi Yusdiana sehingga
memungkinkan mad’u untuk meneladani kebaikan-kebaikan beliau.

d. Dakwah bil-Lisan
Dakwah bill lisan yaitu metode dakwah dengan penyampaian
informasi atau pesan dakwah melalui lisan. Metode ini bisa diterapkan
dalam pertemuan-pertemuan yang melibatkan banyak orang seperti
pertemuan keluarga, reuni alumni, seminar, atau pengajian. Ummi
Yusdiana dalam seminar maupun kuliah perdana selalu menyampaikan
motivasi dan pesan dakwahnya dalam mempelajari Al-Qur’an baik
membaca, menghafal, maupun mengkaji. Tidak hanya itu, dalam
pertemuan dengan para pengajar maupun dalam rapat staff Rumah Qur’an
41

Bunda Aisyah, Ummi Yusdiana selalu memotivasi dan menyampaikan


pesan dakwahnya, serta menghimbau para pengajar agar pesan tersebut
juga disampaikan kepada murid di kelas.

4. Cara Ibu-ibu Menghafalkan Al-Qur’an


Terdapat beberapa cara untuk menghafalkan Al-Qur’an yang
digunakan ibu-ibu Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15. Cara tersebut berbeda
dan tergantung pada individu masing-masing. Berikut beberapa cara
menghafal Al-Qur’an yang digunakan ibu-ibu Rumah Qur’an Bunda Aisyah:

a. Membacanya berulang-ulang kali


Setelah dilakukannya wawancara, berikut beberapa jawaban
wawancara dari murid yang menggunakan cara menghafal tersebut:
1) Bu Yatmi
“Dibaca-baca dulu terus dihafalin sekata demi sekata. setiap orang kan
beda-beda ya kalau saya cenderung yang lama. Jadi dalam sehari satu
ayat itu dibaca berulang-ulang terus kalau misalkan sudah bisa tidak
melirik Alquran lagi baru kita lancarin lagi.”
2) Bunda Rina
“Ya kalau saya lebih mudah Dibaca berulang-ulang sambil ditutup Al-
Qur’annya, diulang lagi dibuka lagi diulang lagi gitu terus.”

Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut, menunjukkan bahwa


membaca ayat secara berulang-ulang kali dapat memudahkan ibu-ibu
untuk menghafalkan Al-Qur’an. Ada yang mengulang-ulang pada setiap
ayat. Bahkan ada yang mengulanginya setiap halaman. Hal ini tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan individu masing-masing.

b. Membaca dengan volume yang keras


Menurut penuturan bu yatmi dalam wawancaranya,
42

“Ada temen sekelas saya kalau setiap hafalannya harus pakai suara
keras. Saya juga begitu harus pakai suara keras jadi kalau gremeng itu
tidak bisa.”
Membaca ayat yang akan dihafalkannya dengan suara keras, dapat
memungkinkan mempermudah menghafal ayat tersebut. Hal tersebut
dikarenakan, dalam menghafalkan Al-Qur’an tidak hanya melibatkan indra
penglihat saja sebagai pengingat. Akan tetapi juga melibatkan indra
pendengaran agar mendukung daya ingat dalam menghafal Al-Qur’an.
c. Sambil mendengarkan murotal
Setiap orang memiliki kelebihan untuk mengoptimalkan panca
inderanya. Salah satunya dengan mengoptimalkan indera pendengarannya.
Terdapat beberapa orang yang mampu menghafalkan Al-Qur’an tanpa
melihat mushaf, yaitu cukup mendengarkannya saja. Oleh karena itu, para
pengajar Rumah Qur’an Bunda Aisyah menyarankan para murid di kelas
tahfidz untuk memperkuat hafalannya dengan mendengarkan murotal.
Jadi, hampir seluruh murid tahfidz di Rumah Qur’an Bunda Aisyah
mendengarkan murotal sembari melakukan aktifitas lain untuk
memperkuat hafalannya.

d. Memperhatikan kata pertama dalam ayat


Bagi sebagian orang, menghafalkan satu ayat Al-Qur’an sangat
mudah jika sudah mengetahui kata dalam awal ayat. Namun, berdasarkan
temuan peneliti bahwa beberapa ibu-ibu di Rumah Qur’an Bunda Aisyah
15 mengalami kesulitan untuk menghafalkan urutan ayat. Oleh karena itu,
penting untuk menghafalkan urutan ayat dengan memperhatikan kata
pertama dalam ayat tersebut. Setiap orang memiliki cara masing-masing
untuk mengatasi kesulitan tersebut. Akan tetapi, temuan yang diperoleh di
lapangan bahwa terdapat salah satu ibu-ibu yang menuliskan kata pertama
dalam ayat tersebut untuk secara rinci menghafalkan urutan ayat yang
dihafalkannya. Berikut catatan yang peneliti temui di lapangan.
43

e. Memperhatikan arti dan maksud dari ayat yang dihafal


Beberapa ibu-ibu di Rumah Qur’an Bunda Aisyah sudah memiliki
kemampuan memahami bahasa arab. Kemampuan tersebut dapat menjadi
faktor pendukung dalam menghafal Al-Qur’an. Setelah dilakukannya
wawancara, berikut beberapa jawaban wawancara dari murid yang
menggunakan cara menghafal tersebut:
44

1) Ibu Robiati
Alhamdulillah untuk saat ini semua orang kan banyak
menjamur pada menghafal Alquran. Tapi di sisi lain jangan sampai
Alquran itu hanya dihafal saja tanpa tahu bagaimana harus diterapkan
gitu ya. Jadi mungkin perlu didukung dengan ilmu-ilmu yang lain
sehingga ia bisa mengamalkannya. Bisa dipahami maknanya artinya
tafsirnya.
2) Bu Herti
Saya baca ayatnya kemudian saya baca artinya. Karena bagi
ibu rumah tangga hafalan satu halaman saja itu tidak mudah. Jadi saya
bisa menyetorkan dengan lancar dalam sebutan itu antara 2 sampai 3
lembar selebihnya muroja’ah. Itu saya lakukan dengan memahami
artinya. Intinya baca ayatnya kemudian baca artinya jadi tidak hanya
sekedar menghafal tanpa tahu apa yang dibaca.
3) Bu Yatim
Saya juga tidak membaca terjemahannya saya hanya membaca
ayatnya saja soalnya saya lola kalau misalkan sama artinya jadi lebih
lama. Kalau teman-teman saya yang memahami bahasa arab sih
banyak yang begitu jadi menghafal sama artinya biar lebih mudah.
f. Digunakan dalam bacaan sholat
Menurut penuturan bu Robiati dalam wawancaranya, salah satu
cara untuk mengulang dan mempraktikkan hafalan adalah dengan
menggunakannya di dalam shalat.
“Biasanya kalau hafalan itu diulang sambil beraktivitas. Kalau punya
hafalan baru saya pakai di dalam salat sunnah. Dan hafalan yang sudah
lama saya gunakan di salat wajib.”

g. Sering muroja’ah dengan teman seperjuangan


Salah satu program di kelas tahfidz adalah muroja’ah harian
bersama teman satu kelas yang sebelumnya sudah dipilih sebagai partner.
Muroja’ah hafalan harus disetorkan rutin setiap harinya melalui panggilan
45

suara dari ponsel mereka. Program ini bertujuan agar apa yang sudah
dihafal tidak mudah hilang begitu saja.
h. Mengikuti kelas tadrib dan senantiasa memperbaiki bacaan Al-Qur’an
Pembelajaran program tahfidz di Rumah Qur’an Bunda Aisyah
dilakukan 2 kali dalam sepekan. Satu kelas untuk muroja’ah hafalan dan
menambah hafalan. Satu kelas lainnya yaitu kelas tadrib untuk menjaga
dan memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar tetap baik dan benar, sehingga
tidak terdapat kesalahan bacaan dalam menghafal. Karena ketika yang
bacaan yang salah terlanjur sampai dihafalkan akan sulit untuk
memperbaiki ke depannya.
5. Motivasi dan Kendala Ibu-ibu dalam Menghafalkan Al-Qur’an
a. Motivasi
Motivasi ibu-ibu dalam menghafalkan Al-Qur’an sangatlah
beragam. Setiap orang tidak hanya memiliki satu motivasi, namun
beberapa motivasi yang menjadikannya semangat untuk menghafal Al-
Qur’an. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, menghasilkan beberapa
motivasi sebagai berikut:

1) Merasakan keutamaan menghafal Al-Qur’an


Salah satu dari ribuan alasan maupun motivasi untuk
menghafalkan Al-Qur’an adalah merasakan keutamaannya. Sebagaimana
yang telah dipaparkan pada landasan teori sebelumnya. Ibu-ibu murid
kelas tahfidz Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 mayoritas menyebutkan
keutamaan-keutamaan dalam membaca Al-Qur’an sebagai motivasinya
yang memperkuat mereka untuk menghafalkan Al-Qur’an

2) Menaikkan derajat
Keutamaan orang yang menghafalkan Al-Qur’an salah satunya
adalah menaikkan derajatnya, baik di depan manusia dan masyarakat
sekitar, maupun derajat di sisi Allah. Keutamaan tersebut juga menjadi
hal yang dijanjikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Begitu halnya
46

dengan ibu-ibu murid tahfidz Rumah Qur’an Bunda Aisyah yang


mayoritas menjawab hal serupa.

3) Mengejar pahala dan syafa’atnya


Salah satu kisah yang berbeda dengan ibu-ibu lainnya, ibu Herti
mengungkapkan bahwa ia sudah menghafalkan Al-Qur’an semenjak usia
masih remaja. Akan tetapi, usia yang muda dengan motivasi yang belum
cukup kuat membuat beliau hanya menghafal secara asal-asalan tanpa
memahami tahsin dan tajwid dengan benar. Sehingga beliau kehilangan
esensinya menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, ia mengikuti program
tahfidz di rumah Qur’an bunda Aisyah agar dapat menghafal Al-Qur’an
sesuai dengan tahsin dan tajwidnya. Di situlah beliau menemukan tujuan
dan esensi dalam menghafalkan Al-Qur’an seperti yang Bu Herti
tuturkan sebagai berikut:
“Sebetulnya kalau boleh jujur saya baru hijrah umur 18 tahun dan
saya tidak berpikir untuk menghafal ketika itu. Ketika itu saya
diajak oleh seorang ummahat untuk masuk ke pondok muqorrobin
di Depok untuk menghafal Alquran. Dan saat itu saya tidak pernah
terbayang untuk bisa menghafalkan Alquran. Dan saya melihat
orang-orang yang umurnya di atas saya masih bersemangat untuk
menghafalkan Alquran karena kita meyakini bahwa Alquran akan
memberikan syafaat kepada kita di akhirat kelak.”

4) Anak-anak yang sudah dahulu menghafal Al-Qur’an di pondok


Berbeda dengan ibu-ibu lainnya, Bunda Rina memiliki motivasi
tersendiri untuk menghafalkan Al-Qur’an. Beliau memberikan
pendidikan pesantren kepada anak-anaknya, oleh karena itu anak-
anaknya sudah menghafalkan Al-Qur’an terlebih dahulu. Hal tersebut
yang menjadikannya termotivasi untuk menghafal Al-Qur’an. Berikut
penuturan Bunda Rina dalam wawancaranya:
47

“Motivasi mau bergabung dengan bunda Aisyah dari awal itu


sebenarnya saya karena anak pada mondok jadi saya pengen
menghafal. Saya kira awalnya masuk rumah Qur’an bunda Aisyah
itu langsung menghafal ternyata ada kelas-kelasnya mulai dari
bawah.”

5) Motivasi dari Ummi Yusdiana


Ummi Yusdiana dalam dakwahnya sebagai pendiri Rumah
Qur’an Bunda Aisyah, selalu memotivasi para murid terutama kelas
tahfidz. Sebagaimana yang dijelaskan dalam metode dakwah yang
dilakukan Ummi Yusdiana pada bagian sebelumnya. Ummi Yusdiana
dalam dakwahnya menggunakan metode dakwah, salah satunya dengan
menggunakan metode bil hikmah. Salah satu murid kelas tahfidz, Bu
Yatmi memberikan penyaksian sebagai berikut:

“Alhamdulillah ustadzah sering nge-share motivasi-motivasi


supaya kita tidak kendor. Apalagi ketika kita menemui kesulitan
dalam menghafal. Dan teman-teman di kelas juga saling
menyemangati untuk menghafal. Umi yus juga sering ngasih
motivasi terutama di dalam kuliah perdana. Dalam sehari-hari juga
sering mengirim kata-kata motivasi di grup. Kalau Umi yus itu
biasanya ngasih motivasi secara keseluruhan tidak hanya pada
kelas tahfidz aja. Jadi untuk kelas-kelas yang masih bawa-bawa
juga sama tetap mendapatkan motivasi dari ummi.”

6) Ingin menjadi keluarga Allah


Berdasarkan suatu hadist, bahwa salah satu keutamaan menghafal
Al-Qur’an adalah menjadi keluarga Allah. Sehingga hal tersebut
menjadikan suatu motivasi tersendiri oleh bu Robiati. Sebagaimana yang
disampaikan olehnya saat wawancara, sebagai berikut:
“Saya ingin menjadi seutama-utama manusia yang Allah sebut
menjadi keluarga Allah. Dengan begitu InsyaAllah akan
dimudahkan segala urusan kita. Baik dunia maupun akhirat.”
48

7) Sudah merasa ketergantungan setiap hari


Beberapa murid tahfidz Rumah Qur’an Bunda Aisyah memiliki
kemampuan lebih dalam menghafalkan Al-Qur’an. Sehingga dapat
menghafalkan minimal satu halaman mushaf dalam sehari. Hal tersebut
mengakibatkan ketergantungan tersendiri terhadap Al-Qur’an. Meskipun
kurikulum yang berlaku di Rumah Qur’an Bunda Aisyah lebih
menekankan kepada muroja’ah daripada ziadah. Motivasi disampaikan
oleh bu Robiati dalam wawancaranya sebagai berikut:
“Terkadang termotivasinya juga dari ustadzah. Kalau di dalam
grup kelas itu dibikin partner-partner untuk saling menyimak
teman sekelas setiap hari. Alquran itu sudah menjadi
ketergantungan jadi kalau sehari saja tidak murojaah itu rasanya
ada yang kurang. Jadi harus murojaah meskipun sedikit.”

b. Kendala
1) Waktu yang terbatas
Menurut bu Yatmi, keterbatasan waktu menjadi salah satu
hambatan dalam menghafalkan Al-Qur’an. Sebab sebagai ibu rumah
tangga yang harus mengurus pekerjaan rumah, menjadikan waktu luang.
Terlebih, bu Yatmi yang memiliki pekerjaan hanya dapat meluangkan
waktunya dari setelah ashar hingga isya’ untuk menghafalkan Al-
Qur’an. Meskipun begitu, bu yatmi juga mengungkapkan salah satu
solusi untuk mengatasi masalah tersebut sebagaimana yang ia ungkap
dalam wawancaranya sebagai berikut:
“Kalau saya cenderung ke waktu lebih susah dibagi. Kalau sudah
bisa mengatur waktu insya Allah tidak ada kesulitan selanjutnya
tidak terlalu banyak kesulitan. Saya kan juga bekerja jadi setelah
bekerja masih ngurusin rumah jadi mungkin sore habis ashar
sampai isya itu baru bisa meluangkan waktunya”
2) Penyebab kemalasan setiap bulan
Setiap perempuan mengalami perubahan hormonal yang drastis
ketika dalam siklus bulanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi semangat
49

dalam segala aktivitas, termasuk muroja’ah hafalan. Sehingga siklus


bulanan tersebut juga menjadi salah satu hambatan dalam menghafalkan
Al-Qur’an bagi ibu-ibu. Seperti halnya yang diungkapkan oleh bu Yatmi
sebagai berikut:
“Biasalah halangan perempuan itu kalau sudah datang ya sudah
males. Tapi tetap harus di murojaah kalau tidak nanti pasti lupa
jadi tidak bisa ditinggal sehari saja”

3) Beban pikiran dan permasalahan hidup


Aktivitas menghafalkan Al-Qur’an membutuhkan fokus dan
pikiran yang jernih. Oleh karena itu, jika terdapat permasalahan yang
mengganggu pikiran menyebabkan kesulitan dalam menghafal. Begitu
pula jika terdapat suatu permasalahan dalam hidup yang dapat
mengganggu pikiran. Hal ini diungkapkan oleh bu Robiati dalam
wawancaranya yang mengungkapkan bahwa ketika pikiran sedang tidak
fokus, ia mengalami kesulitan untuk menghafal. Begitupun jika sedang
menghadapi masalah. Sejalan dengan bu Robiati, bunda Rina juga
mengungkapkan hal serupa.

4) Kerewelan anak
Sebagai seorang ibu, ketika anak sedang rewel cenderung tidak
bisa ditinggal untuk melakukan aktivitas termasuk menghafal. Sehingga
bagi ibu yang masih mengurus anak kecil, mendapati kendala terhadap
kerewelan anak. Seperti yang dialami bu Herti sebagai seorang ibu dari
lima orang anak.

B. Pembahasan
Penelitian ini berusaha mengungkapkan metode dakwah Ummi
Yusdiana sebagai pendiri Rumah Qur’an Bunda Aisyah dalam menghafal Al-
Qur’an di kalangan ibu-ibu, bagaimana cara ibu-ibu di Rumah Qur’an Bunda
Aisyah 15 menghafal Al-Qur’an, serta motivasi dan kendala yang
dihadapinya. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, metode dakwah
50

yang digunakan oleh Ummi Yusdiana yaitu dakwah bil-Hikmah, al-Mau’idzah


al Hasanah, bil-Haal, dan bil-Lisan.
Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dipublikasikan.
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh sitepu dan anisa pada tahun 2019
di Bengkulu yang berjudul “Metode Dakwah Rumah Tahfidz Nurul Fikri Kota
Bengkulu dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an” yang menghasilkan
bahwa metode dakwah yang digunakan di Rumah Tahfidz Nurul Fikri Kota
Bengkulu adalah metode al-Mau’idzah al-hasanah. Selain itu, penelitian oleh
Dewi Sakinah pada tahun 2018 yang berjudul “Metode Dakwah Bil Lisan
Ustadz Khairul Anam (Studi Program Mobile Qur’an) di Program Pembibitan
Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Darul Qur’an Surabaya” yang menghasilkan
bahwa Metode Dakwah Bil Lisan. Tidak hanya itu, penelitian oleh Salsabila
pada tahun 2019 yang berjudul “Metode Dakwah Ustadzah Latifah pada
Anak-Anak Penghafal Al-Qur’an di Kampung Darussalam Klungkung Bali”
menghasilkan bahwa ustadzah Latifah telah menerapkan metode dakwah bil
mal dan dakwah bil lisan. Penelitian-penelitian tersebut menghasilkan bahwa
tokoh-tokoh tersebut menerapkan salah satu atau dua metode dakwah. Namun,
dalam penelitian ini menghasilkan bahwa Ummi Yusdiana menggunakan
keempat metode dakwah tersebut.
Temuan lain dalam penelitian ini, menghasilkan beberapa cara yang
digunakan ibu-ibu Rumah Qur’an Bunda Aisyah dalam menghafal Al-Qur’an
yaitu membacanya berulang-ulang kali dengan volume keras, memperhatikan
kata pertama dalam ayat, sambil mendengar murotal, memperhatikan arti dan
maksud dari ayat, digunakan sebagai dalam bacaan sholat, serta sering
murojaah dan mengikuti kelas tadrib.
Berbagai motivasi dalam menghafal Al-Qur’an yang dimiliki oleh ibu-
ibu Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 yaitu ingin merasakan keutamaan
menghafal Al-Qur’an, menaikkan derajat, mengejar pahala dan syafaat, serta
menjadi keluarga Allah. Hal ini sejalan dengan teori yang telah diungkapkan
pada bagian sebelumnya. Bahwa Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at pada
hari kiamat bagi yang membaca, memahami dan mengamalkannya. Tidak
51

hanya itu, kelak di akhirat Al-Qur’an akan menjadi saksi bagi seorang
penghafal Al-Qur’an. Dengan perantara Al-Qur’an, ia akan mendapatkan
mahkota kehormatan dan ridha Allah. Al-Qur’an juga dapat menjadi jaminan
bagi seseorang di akhirat untuk mendapatkan keselamatan yang berujung pada
kenikmatan surga.
Motivasi lain yang peneliti temukan yaitu motivasi yang diberikan
oleh para pengajar Rumah Qur’an Bunda Aisyah dan Ummi Yusdiana sebagai
pendiri Rumah Qur’an Bunda Aisyah. Salah satu diantaranya memiliki
motivasi yang berbeda dengan yang lainnya, yaitu ketergantungannya
terhadap menghafalkan Al-Qur’an dan termotivasi oleh anak-anaknya yang
telah memulai terlebih dahulu menghafal Al-Qur’an. Kendala yang ditemukan
oleh ibu-ibu Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 dalam menghafal Al-Qur’an
yaitu waktu yang terbatas, kemalasan yang timbul secara hormonal setiap
bulan, kerewelan anak, serta permasalahan hidup yang menyebabkan beban
pikiran sehingga mengganggu fokus dalam menghafalkan Al-Qur’an.
52

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai metode dakwah Ummi
Yusdiana dalam menghafal Al-Qur’an di kalangan ibu-ibu, menghasilkan
beberapa temuan yang telah dipaparkan. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang terdapat pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ummi Yusdiana dalam misi dakwahnya lebih mengedepankan metode bil


hikmah, mau’idzatul hasana, bil Hal, dan bil Lisan
2. Ibu-ibu kelas tahfidz Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 dalam
menghafalkan Al-Qur’an menggunakan berbagai cara, yaitu membacanya
berulang-ulang kali, membaca dengan volume yang keras, sambil
mendengarkan murotal, memperhatikan kata pertama dalam ayat,
memperhatikan arti dan maksud dari ayat yang dihafal, digunakan dalam
bacaan sholat, sering muroja’ah dengan teman seperjuangan, mengikuti
kelas tadrib dan senantiasa memperbaiki bacaan Al-Qur’an.
3. Beberapa motivasi ibu-ibu dalam menghafal Al-Qur’an yaitu ingin
merasakan keutamaan menghafal Al-Qur’an, menaikkan derajat, mengejar
pahala dan syafaat, ketergantungannya terhadap menghafalkan Al-Qur’an,
termotivasi oleh anak-anaknya yang telah memulai terlebih dahulu
menghafal Al-Qur’an, serta menjadi keluarga Allah. Selain itu, murid
rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 juga selalu diberikan motivasi oleh para
pengajar Rumah Qur’an Bunda Aisyah dan Ummi Yusdiana sebagai
pendiri Rumah Qur’an Bunda Aisyah
4. Ibu-ibu kelas tahfidz di Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 dalam
menghafalkan Al-Qur’an sering menghadapi beberapa kendala.
Diantaranya yaitu waktu yang terbatas, kemalasan yang timbul secara
hormonal setiap bulan, kerewelan anak, serta permasalahan hidup yang
menyebabkan beban pikiran sehingga mengganggu fokus dalam
menghafalkan Al-Qur’an.
53

B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, melahirkan saran yang perlu disampaikan
kepada beberapa pihak yang berkaitan terhadap permasalahan ini. Peneliti
mengharapkan untuk kedepannya, antara lain:
1. Bagi Ummi Yusdiana, diharapkan untuk mengoptimalkan metode dakwah
yang sudah dijalankan sebelumnya agar dakwah dalam menghafal Al-
Qur’an semakin meluas
2. Bagi guru tahfidz di Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 diharapkan untuk
mengembangkan pembelajaran dan cara-cara dalam menghafalkan Al-
Qur’an agar dapat diterapkan oleh ibu-ibu murid tahfidz di Rumah Qur’an
Bunda Aisyah 15
3. Bagi ibu-ibu murid tahfidz di Rumah Qur’an Bunda Aisyah 15 diharapkan
untuk meningkatkan motivasi serta cermat dalam menghadapi kendala
dalam menghafal Al-Qur’an
4. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian oleh peneliti
lainnya agar melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai metode
dakwah dalam menghafal Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai