Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Meningitis Pada Dewasa

Disusun oleh :
Tia Tamara 112022028

Pembimbing:
dr.Prima Ananda Madaze Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT

SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UKRIDA PERIODE 19 Juni – 22 Juli 2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Infeksi SSP merupakan masalah kesehatan serius yang perlu segera diketahui dan diobati
untuk meminimalkan gejala sisa neurologis yang serius dan memastikan keselamatan pasien, salah
satunya adalah meningitis. Meningitis adalah infeksi pada selaput pelindung yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang (meninges). Selaput pelindung otak adalah selaput duramater,
araknoid dan piamater. Selain selaput, infeksi ini juga melibatkan cairan serebrospinal yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis dapat menjadi serius bila tidak
ditangani dengan cepat. Hal ini menyebabkan kerusakan permanen pada saraf dan otak. Meningitis
disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur.
Infeksi pada meninges menunjukkan gejala kaku kuduk, sakit kepala, demam, sedangkan
bila parenkim otak yang terkena akan memperlihatkan penurunan tingkat kesadaran, kejang, defisit
neurologis fokal, dan kenaikan tekanan intrakranial. Meningitis dapat menyerang siapa saja, tetapi
paling sering terjadi pada bayi, anak - anak, remaja dan dewasa muda. Meningitis dibagi menjadi
dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
disertai cairan serebrospinal iv yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Mycobacterium tuberculosa penyebab
lainnya sepertivirus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia. Meningitis purulenta atau meningitis
bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan
disebabkan oleh bakterispesifik maupun virus. Meningitis Neisseria meningitidis (meningococcus)
merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak

Gambar 1. Anatomi Otak

Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti dengan meningea yang melindungi struktur
syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan serebrospinal. Meningea terdiri
dari tiga lapis, yaitu :

1. Lapisan Luar (Durameter)

Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum tulang belakang,
cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut
selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) yang meliputi permukaan
tengkorak untuk membentuk falkas serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Lapisan tengah ini disebut juga selaput otak. Lapisan tengah merupakan selaput halus yang
memisahkan durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon yang berisi
cairan otak dengan meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara duramater dan
arachnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih yang menyerupai getah
bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem
otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang
mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan

3
otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub
arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
2.2 Definisi Meningitis
Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, jamur, dan keadaan non infeksi seperti neoplasma. Meningitis adalah radang umum pada
selaput araknoid dan piamater, disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau protozoa.
Mikroorganisme ini dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat menyebar
ke tempat lain. Infeksi terbatas pada meningeal yang menyebabkan gejala meningitis (kaku kuduk,
sakit kepala, demam) sedangkan bila parenkim otak terkena, pasien memperlihatkan penurunan
tingkat kesadaran, kejang, defisit neurologis fokal, dan kenaikan tekanan intrakranial.
2.3 Etiologi
Meningitis dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan Cerebrospinal Fluid (CSF) atau
disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS), yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab
bakteri selain bakteri Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab
bakteri tuberkulosis ataupun virus. Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama pada
setiap tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk menentukan tipe
meningitis.
a. Meningitis serosa (Meningitis tuberkolosa)
b. Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain dari meningitis
serosa adalah virusToxoplasma gondhii serta virus Ricketsia.
c. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escerichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Berdasarkan mikroorganisme penyebab, penyebab tersering dari mengitis adalah
mikroorganisme bakteri, virus, dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi lapisan otak, darah dan
liquor serebrospinal. MeningitiS juga dapat disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti pada
penyakit AIDS, keganasan, diabetes melitus, cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat
4
merusak sistem imun. Meningitis dapat terjadi karena terinfeksi virus, jamur, dan bakteri maupun
parasit :
A. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam
bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit,
limfosit dan yang lainnya merupakan sel- sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari
bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan
serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran
serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat
granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial.
Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi
edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar
dari sel.
B. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai
akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan
herpes zoster. Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi
putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam irus tergantung pada
tipe sel yang dipengaruhi. Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat
menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmiter yang menyebabkan disfungsi dari
sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
C. Jamur :
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat menginfeksi manusia
normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Secara alamiah, manusia dengan penyakit kronis
atau keadaan gangguan imunitas lainnya lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan
manusia normal. Jamur patogenikmenyebabkan histoplasmosis, blastomycosis,
coccidiodomycosis dan paracoccidiodomycosis. Kelompok kedua adalah kelompok jamur
apportunistik. Kelompok ini tidak menginfeksi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal,
5
tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Penyakit yang termasuk
disini adalah aspergilosis, candidiasis, cryptococcosis, mucormycosis (phycomycosis) dan
nocardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut, subakut dan
kronik. Biasanya sering pada anak dengan imunosupresif terutama anak dengan leukemia dan
asidosis. Dapat juga pada pasien yang imunokompeten. Cryptococcus neoformans dan
Coccidioides immitis adalah penyebab utama meningitis jamur pada pasien imunokompeten.
Meningitis Kriptikokus Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk
ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat
menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering
terjadi pada orang dengan CD4 di bawah 100. Diagnosis : Darah atau cairan sumsum tulang
belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG ’ mencari
antigen (sebuah protein) yang dibuatoleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan
jamur kriptokokus dari contoh cairan.Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi pada
hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil
positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta
India.
2.4 Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling
luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater.Cairan serebrospinalis
merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus
choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena
lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak
ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid.
Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya
dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-
saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial.
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid dan
piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui ruang
6
subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi
melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningintis. Organisme penyebab meningitis masuk
melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma
penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia
luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat
yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah
neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering).
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen
dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital
(melebarnya tekanan puls dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah
dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

7
2.6 Pemeriksaan Neurologis
Perhatikan sikap penderita waktu berbaring apakah tenang dan santai yang menandakan
bahwa penurunan kesadaran tidak dalam. Adanya gerakan menguap dan menelan menandakan
bahwa turunnya kesadaran tidak dalam. Kelopak mata yang terbuka dan rahang yang tergantung di
dapatkan pada penurunan kesadaran yang dalam.
a. GCS (Glasgow Coma Scale)
GCS digunakan untuk memperhatikan tanggapan (respons) penderita terhadap rangsang
dan member nilai pada respons tersebut. Tanggapan respons penderita yang perlu diperhatikan
adalah : Membuka Mata, Respons Verbal (Berbicara), Respons Motorik (Gerakan).
b. Nervus Cranialis I - XII

Gambar 2. Saraf Kranial

c. Rangsangan Meningeal

Kaku kuduk merupakan gejala yang sering dijumpai pada kelainan rangsang selaput
otak. Terdapat 3 cara untuk melakukan pemeriksaan kaku kuduk :
1. Flexi Kepala
Terdapat kaku kuduk, didapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.
Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat kepala tidak dapat
ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.
2. Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)

8
Tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan flexi kedua tungkai.
Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkai nya tidak lumpuh, tentulah tungkai tidak akan
diflexikan.
3. Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai diflexikan pada persendian
panggul, sedangkan tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Bila tungkai
yang satu ini ikut pula terflexikan, maka disebut tanda brudzinski II positif.
4. Tanda Kernig
Pada pemeriksaan ini, pasien yang sedang berbaring diflexikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 900. Setelah itu tungkai bawah di ekstensikan pada
persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 1350, antara tungkai
bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka
dikatakan bahwa tanda kernig positif. Pada meningitis tandanya biasanya positif bilateral.
5. Tanda Lasegue
Tanda laseque merupakan pemeriksaan klinis yang dilakukan pada kasus nyeri
punggung bawah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai adanya iritasi radiks saraf namun,
pemeriksaan ini juga dapat memberikan hasail positif pada kondisi inflamasi meningen.
Pemeriksaan laseque dilakukan dengan mengangkat salah satu tungkai pasien dengan sendi lutut
ekstensi 450. kemudian hasilnya dikatakan positif bila pasien mengalami nyeri radikular. Hasil
positif dengan batas 700 terdapat nyeri dan tahanan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.7.1 Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sdarah putih
dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.

9
Meningitis
Tes Bakterial Meningitis Virus Meningitis TBC

Tekanan LP Meningkat Biasanya normal Bervariasi

Warna Keruh Jernih Xanthochromia

Jumlah sel > 1000/ml < 100/ml Bervariasi

Jenis sel Predominan PMN Predominan MN Predominan MN

Protein Sedikit meningkat Normal/meningkat Meningkat

Glukosa Normal/menurun Biasanya normal meningkat

Tabel 1. Perbedaan perubahan LCS pada meningitis

2.7.2 Pemeriksaan darah


Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit dan glukosa.
b. Pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
c. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit, protein,neutrofil.
2.7.3 Pemeriksaan Radiologis
Pada pemeriksaan foto polos kepala, dapat ditentukan apakah terdapat fraktur tulang
tengkorak dan infeksi sinus-sinus paranasales, sebagai penyebab atau faktor resiko
meningitis. Pemeriksan foto dada dilakukan untuk menentukan adanya pneumonia, abses
paru, proses spesifik, dan massa tumor.CT Scan dan MRI dapat dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah terdapat edema otak, ventrikulitis, hidrosefalus, dan massa
tumor.
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT
Scan.

10
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinusparanasal, gigi
geligi) dan foto dada.

2.7.4 Tes Tuberkulin


Tes tuberkulin dilakukan untuk menentukan adanya proses spesifik. Pemeriksaan elektrolit
perlu dilakukan pada meningitis bakterial karena dapat terjadi dehidrasi dan hiponatremia terutama
dalam 48-72 jam pertama.
2.8 Tatalaksana
2.8.1 Terapi meningitis bacterial
Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak, contohnya
rifampicin, chloramphenicol, dan quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)
a) Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil kultur.
b) Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit diberikan secara intravena
setiap 2 jam.
c) Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta unit/hari, anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg diberikan 4 juta unit/hari.
d) Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400 mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-
200 mg/KgBB/ untuk anak-anak.
e) Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin, dapat diberikan sampai 5 hari bebas panas.
2.8.2 Terapi meningitis TB
Diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian penurunan dosis
(tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian prednison keseluruhan tidak lebih dari 2
bulan.

2.8.3 Terapi meningitis viral


a. Diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam, dosis
pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12 jam
b. Diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis herpetic
meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
2.8.4 Terapi meningitis jamur
Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Dapat digunakan :
a. Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus.
11
b. Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan dengan amfoterisin B dan
kapsul flusitosin. Mempunyai efek samping besar pada amfoterisin B, dapat diatasi
dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin B dipakai.
2.8.5 Terapi suportive
a. Memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit dan oksigenasi
b. Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit diberikan dengan pemberian cepat
secara intravena dan dipertahankan pada dosis yang cukup untuk memperpanjang clotting time
dan partial thromboplastin time menjadi 2 atau 3 kali harga normal.
c. Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan, contohnya Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3
kali sehari.
d. Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis
e. Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau corticosteroid, tetapi hanya bila
didapatkan tanda awal dari impending herniasi.
2.9 Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau
meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit

12
Kesimpulan

Meningitis merupakan peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges)


termasuk duramater, arachnoid dan piamater yang melapisi otak dan medulla spinalis. Meningitis
terjadi karena berbagai penyebab pada umumnya karena infeksi berbagai macam mikroorganisme,
dimana penyebab infeksi terbanyak adalah virus dan bakteri serta jamur. Gejalanya mayoritas
serupa. Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan punggung.
Tengkuk menjadi kaku, kesadaran menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif. demam yang
tinggi, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Meningitis akibat
virus biasanya dapat sembuh sendirinya, sementara meningitis karena bakteri dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi, morbiditas yang lama akibat gejala sisa neurologis atau bahkan
menyebabkan kematian. Diagnosis yang segera dan manajemen terapi yang sesuai dapat
menghentikan perjalanan penyakit dan mencegah timbulnya komplikasi. Prognosis meningitis
tergantung pada umur penderita, jenis kuman penyebab, berat ringan infeksi, lama sakit sebelum
mendapat pengobatan, kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan, dan penanganan
penyakit

13
Daftar Pustaka

1. Ropper AH, Brown RH. Adam and Victor’s principles of neurology. 8th ed. New York:
McGraw-Hill; 2005.
2. Clarke C, Howard R, Rossor M, Shorvon S. Neurology: A queen square textbook. London:
Blackwell Publishing; 2009.
3. Meningitis is an infection of the protective membranes that surround the brain and spinal cor
(meninges). Available from http://www.nhs.uk/Conditions/Meningitis/Pages/Introduction.aspx
diakses tanggal 3 0 j u n i 2 0 2 3 .
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf, diunduh pada
tanggal 3 0 Juni 2023.
5. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus.Universitas Sumatera Utara.USU
digital. Diakses tanggal 3 0 j u n i 2 0 2 3 .
6. Baehr dan Frothscher. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Edisi 4. Jakarta:
EGC.2012:365-368.
7. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Available from :
http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html.
8. Mardjono, Mahar.Sidharta, Priguna. Neurologis Klinis
Dasar.Jakarta: Dian. Rakyat.
9. Lumban tobing SM.2013. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:Balai
Penerbit FK UI.Hlm. 8–84.
10. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tata
laksana penyakit saraf. Cetakan Ke-1. Jakarta: EGC; 2009. h.43-8.
11.http://www.news-medical.net/health/Meningitis-Symptoms-(Indonesian).aspx, diunduh pada
tanggal 3 0 Juni 2023.

14

Anda mungkin juga menyukai