Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU 2 AGENDA 3

NAMA : WILLYA MENDE KARINA SIHOTANG, S. Farm., Apt.


ANGKATAN : LXI
KELOMPOK :2
NO. URUT : 14
PENGAMPU MATERI : Dr. H. AGUS SAKTI RAMBE, M.Pd.

a. Identifikasi Isu
Isu adalah adanya atau disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang dianggap
penting atau dapat menjadi menarik perhatian orang banyak, sehingga menjadi bahan yang
layak untuk didiskusikan.
Adapun isu yang terjadi di UPTD Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar antara lain
sebagai berikut:
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Konseling Kepada Pasien dengan Kondisi
Tertentu di Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien serta keluarga pasien.
Kegiatan Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai
obat kepada pasien / keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas,
cara penyimpanan dan penggunaan obat yang baik dan benar. Kriteria pasien yang
dikonseling seperti pasien rujukan dokter, pasien dengan penyakit kronis, pasien
dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi, pasien geriatrik, dan pasien
pediatrik. Adapun kegiatan konseling sangat diperlukan oleh pasien dengan kondisi
tertentu terdapat dalam Permenkes No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Pada peraturan tersebut, tertulis konseling harus
dilakukan oleh seorang Apoteker, didukung dengan adanya ruangan konseling dan
beberapa media informasi untuk mengoptimalkan kegiatan konseling.
Diagram Fishbone

Metode

Belum dipahami dan


diterapkannya Standar
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas sesuai Permenkes
No. 74 tahun 2016

Belum adanya SPO untuk


pelaksanaan Konseling
Belum Optimalnya
Pelaksanaan Konseling
Kepada Pasien dengan
Kondisi Tertentu di
Puskesmas Bane Kota
Leaflet Penggunaan Informasi Obat belum tersedia Pasien merasa tidak perlu
Pematangsiantar
mendapatkan pelayanan
konseling

Pelaksanaan PPKM di
wilayah Kota
Pasien terburu-buru/ asal Pematangsiantar
cepat menerima obat
Sarana / ruang pojok konseling
yang belum tersedia

Lingkungan
Material
Dari grafik di atas, ditunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan Konseling semakin
menurun. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi penurunan jumlah kegiatan Konseling
yaitu pada saat pelaksanaan PPKM di wilayah Kota Pematangsiantar akibat pandemi Covid-
19. Kegiatan Konseling seharusnya dilakukan di Ruang Konseling, tetapi pada kenyataannya
dilakukan dengan cara duduk di sebelah pasien. Maka pada masa PPKM tidak dilakukan
kegiatan Konseling.

2. Belum Optimalnya Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) Terkait


Beyond Use Date (BUD) Sediaan Cair (Suspensi, Sirup, dan Sirup Kering)
Kepada Pasien di Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas, dan terkini kepada dokter,
perawat, profesi kesehatan lainnya, dan pasien. Beyond Use Date (BUD) adalah batas waktu
penggunaan produk obat setelah diracik/disiapkan atau setelah kemasan primernya
dibuka/dirusak. Pemberian informasi kepada tenaga Kesehatan dan pasien mengenai cara
penyimpanan dan batas waktu penggunaan obat setelah dibuka merupakan salah satu
tanggung jawab tenaga kefarmasian. Kurang optimalnya pelaksanaan Pelayanan Informasi
Obat (PIO) terkait BUD sediaan cair (suspensi, sirup, sirup kering) terjadi karena tidak
adanya Apoteker yang dapat menjelaskan cara penyimpanan dan batas waktu penggunaan
sediaan cair tersebut. Hal ini dibuktikan dari pernyataan pasien sewaktu penulis menyerahkan
dan menjelaskan obat sediaan cair yang diserahkan kepada pasien. Psien mengatakan bahwa
baru pertama kali mendengar cara penyimpanan dan batas waktu penggunaan obat tersebut.
Diagram Fishbone

Manusia Metode

Belum dipahami dan


diterapkannya Standar
Belum adanya Pelayanan Kefarmasian di
tenaga Apoteker Puskesmas sesuai Permenkes
No. 74 tahun 2016

Belum adanya SPO untuk


TTK tidak menyampaikan informasi pelaksanaan Pelayanan
terkait BUD sediaan cair kepada Informasi Obat (PIO) Belum Optimalnya
pasien Pelaksanaan Konseling
Kepada Pasien dengan
Kondisi Tertentu di
Puskesmas Bane Kota
Pasien tidak mengetahui cara
Pematangsiantar
penyimpanan dan batas waktu
penggunaan sediaan cair yang benar

Leaflet / Brosur Informasi Obat (misalnya Leaflet


penyimpanan obat yang tepat) belum tersedia
Pasien tidak mendapat informasi
mengenai cara penyimpanan dan
batas waktu penggunaan sediaan
cair yang benar

Lingkungan
Material
3. Belum Optimalnya Penyimpanan Sediaan Farmasi di Puskesmas Bane Kota
Pematangsiantar
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP meliputi perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, administrasi, serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP. Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan setelah
dilakukan kegiatan penerimaan sediaan farmasi dan BMHP dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan puskesmas secara mandiri sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Kegiatan penyimpanan dilakukan agar sediaan
farmasi dan BMHP aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Belum
optimalnya penyimpanan sediaan farmasi di Puskesmas Bane terjadi karena tidak ada
alat pendingin ruangan (AC) untuk mengatur suhu agar obat tetap dalam keadaan
suhu terkendali serta alat pengukur suhu dan kelembaban ruangan
(thermohygrometer) yang belum terkalibrasi.
Diagram Fishbone

Metode

Belum dipahami dan


diterapkannya Standar
Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas sesuai Permenkes
No. 74 tahun 2016

Belum adanya SPO untuk


penyimpanan sediaan
farmasi dan BMHP Belum Optimalnya
Penyimpanan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) di
Puskesmas Bane Kota
Belum ada alat pendingin ruangan (AC) di ruang Pematangsiantar
penyimpanan obat

Alat pengukur suhu dan kelembaban ruangan


(thermohygrometer) yang belum terkalibrasi

Material
NO. ISU PENYEBAB SUMBER
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan Konseling Kepada - Belum adanya SPO untuk pelaksanaan Pelayanan Publik
Pasien dengan Kondisi Tertentu di Puskesmas Bane Kota Konseling
Pematangsiantar - Belum dipahami dan diterapkannya
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas sesuai Permenkes No. 74
tahun 2016
- Pasien terburu-buru/ asal cepat
menerima obat
- Pasien merasa tidak perlu
mendapatkan pelayanan konseling
- Pelaksanaan PPKM di wilayah Kota
Pematangsiantar
- Leaflet Penggunaan Informasi Obat
belum tersedia
- Sarana / ruang pojok konseling yang
belum tersedia

2. Belum Optimalnya Pelaksanaan Pelayanan Informasi - Belum adanya tenaga Apoteker Pelayanan Publik
Obat (PIO) Terkait Beyond Use Date (BUD) Sediaan - Belum adanya SPO untuk pelaksanaan
Cair (Suspensi, Sirup, dan Sirup Kering) Kepada Pasien Pelayanan Informasi Obat (PIO)
di Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar - Belum dipahami dan diterapkannya
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas sesuai Permenkes No. 74
tahun 2016
- Pasien tidak mendapat informasi
mengenai cara penyimpanan dan batas
waktu penggunaan sediaan cair yang
benar
- Pasien tidak mengetahui cara
penyimpanan dan batas waktu
penggunaan sediaan cair yang benar
- Leaflet/Brosur Informasi Obat
(misalnya Leaflet penyimpanan obat
yang tepat) belum tersedia
- TTK tidak menyampaikan informasi
terkait BUD sediaan cair kepada
pasien

3. Belum Optimalnya Penyimpanan Sediaan Farmasi di - Belum ada alat pendingin ruangan Manajemen ASN
Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar (AC) di ruang penyimpanan obat
- Belum adanya SPO untuk
penyimpanan sediaan farmasi dan
BMHP
- Belum dipahami dan diterapkannya
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas sesuai Permenkes No. 74
tahun 2016
- Alat pengukur suhu dan kelembaban
ruangan (thermohygrometer) yang
belum terkalibrasi
b. Penetapan Isu Prioritas

 Analisis Isu Menggunakan Metode APKL


Untuk mengambil isu prioritas yang akan diangkat di Puskesmas Bane Kota
Pematangsiantar, maka hal yang terlebih dahulu dilakukan adanya penilaian isu dari
segi aktualnya isu tersebut. Selanjutnya, apakah isu tersebut memiliki dimensi
masalah yang kompleks, serta menyangkut hajat hidup orang banyak, hingga akhirnya
isu tersebut masuk akal serta realistis dan relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalah.
Berdasarkan isu-isu yang diangkat di Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar maka
akan dinilai dengan menggunakan konsep APKL (kriteria isu) yaitu :
1. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat atau publik.
2. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya.
3. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
4. Layak artinya yang masuk akal dan realitas serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.
Berdasarkan isu-isu yang telah diambil diatas maka analis isu menggunakan kriteria
APKL, dapat dilihat dalam tabel berikut :

KRITERIA APKL
NO. ISU (PERMASALAHAN) KETERANGAN
A P K L
1. Belum Optimalnya Pelaksanaan     Memenuhi
Konseling Kepada Pasien dengan
Kondisi Tertentu di Puskesmas Bane
Kota Pematangsiantar
2. Belum Optimalnya Pelaksanaan     Memenuhi
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Terkait
Beyond Use Date (BUD) Sediaan Cair
(Suspensi, Sirup, dan Sirup Kering)
Kepada Pasien di Puskesmas Bane Kota
Pematangsiantar
3. Belum Optimalnya Penyimpanan     Memenuhi
Sediaan Farmasi di Puskesmas Bane
Kota Pematangsiantar

Dari isu yang telah ditetapkan tersebut, semua isu yang terpilih untuk diangkat akan
dianalisis untuk menilai isu mana yang paling prioritas untuk diselesaikan.
 Analisis Menggunakan Metode USG
Langkah selanjutnya untuk menetapkan isu terpilih dilakukan analisis isu dengan
metode USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Metode USG adalah salah satu alat
untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensitas masalah, tingkat keseriusan dan tingkat pertumbuhan
masalah dengan menentukan skala 1-5 yaitu:
1. tidak mendesak/serius/berdampak
2. kurang mendesak/serius/berdampak
3. cukup mendesak/serius/berdampak
4. mendesak/serius/berdampak
5. sangat mendesak/serius/berdampak.
Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk menentukan isu
yang menjadi prioritas, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

NO. ISU/PERMASALAHAN U S G JUMLAH PRIO


1 Belum Optimalnya Pelaksanaan 4 5 4 13 I
Konseling Kepada Pasien dengan
Kondisi Tertentu di Puskesmas Bane
Kota Pematangsiantar
2 Belum Optimalnya Pelaksanaan 4 4 4 12 II
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Terkait Beyond Use Date (BUD)
Sediaan Cair (Suspensi, Sirup, dan
Sirup Kering) Kepada Pasien di
Puskesmas Bane Kota
Pematangsiantar
3 Belum Optimalnya Penyimpanan 3 4 4 11 III
Sediaan Farmasi di Puskesmas Bane
Kota Pematangsiantar

Berdasarkan hasil analisis metode USG di atas, dari 3 (tiga) isu atau permasalahan
yang ada, dapat dikatakan bahwa isu atau permasalahan nomor nomor 1 (satu)
merupakan isu prioritas karena memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 13 dengan
rincian 4 (Urgency), 5 (Seriousness), dan 4 (Growth). Untuk itu, isu yang terpilih
adalah “Belum Optimalnya Pelaksanaan Konseling Kepada Pasien dengan Kondisi
Tertentu di Puskesmas Bane Kota Pematangsiantar”.
c. Gagasan Kreatif
Gagasan pemecahan isu tersebut adalah:
1. Pembuatan Pojok Konseling
2. Pelaksanaan Kegiatan Konseling di Ruang Pojok Konseling
3. Pembuatan Leaflet
Tahapan Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan isu diatas adalah:
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
1 2 3
1 Pembuatan Ruang Pojok Konseling - Berdiskusi dengan Kepala Puskesmas dan
Penanggung Jawab Barang/Investasi terkait
pembuatan Pojok Konseling

- Menyiapkan meja, kursi, dan prasarana


lainnya yang mendukung pelaksanaan
kegiatan Konseling
2 Pembuatan Form Konseling - Melakukan konsultasi dengan Kepala
Puskesmas terkait pembuatan form Konseling

- Mencari referensi form Konseling

- Membuat form Konseling

- Meminta persetujuan Kepala Puskesmas


terkait form Konseling

- Mencetak form Konseling


3 Pembuatan Leaflet terkait - Melakukan konsultasi dengan Kepala
penggunaan dan penyimpanan obat Puskesmas terkait konsep leaflet yang akan
yang tepat dibuat

- Mencari referensi pembuatan leaflet terkait


penggunaan dan penyimpanan obat yang tepat

- Membuat leaflet terkait penggunaan dan


penyimpanan obat yang tepat

- Meminta persetujuan Kepala Puskesmas


tentang leaflet yang telah dibuat

Mencetak leaflet
4 Pelaksanaan Konseling dan - Melaksanakan Konseling dengan memberikan
Pemberian Leaflet terkait leaflet kepada pasien yang dikonseling
penggunaan dan penyimpanan obat
yang tepat di UPTD Puskesmas - Menjelaskan isi leaflet dan brosur kepada
Bane Kota Pematangsiantar pasien
- Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya terkait konseling yang telah
dilakukan

- Mendokumentasikan hasil pelaksanaan


pemberian leaflet

- Mengisi form Konseling berupa identitas dan


informasi obat yang diterima pasien serta
tanda tangan pasien

- Mengarsipkan dokumen form Konseling yang


telah diisi
5 Pembuatan dan Penyimpanan - Mengumpulkan data kegiatan Konseling yang
Rekapan Laporan / Arsip Laporan telah dilaksanakan
Pelaksanaan Kegiatan Konseling di
UPTD Puskesmas Bane Kota - Berdiskusi mengenai Konseling yang
Pematangsiantar secara online dilakukan setiap bulan kepada Kepala
Puskesmas dan meminta saran untuk
pelaksanaan Konseling yang lebih baik

- Mengubah laporan tertulis data pasien menjadi


bentuk soft copy

- Menyimpan laporan di Google Drive

Anda mungkin juga menyukai