net/publication/329163260
Kajian Pemilihan Moda Bus dan Kereta Api pada Pergerakan Penglaju
Sidoarjo-Surabaya
CITATION READS
1 959
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dadang Meru Utomo on 24 November 2018.
ABSTRAK
Surabaya merupakan pusat pertumbuhan utama yang memiliki fungsi kegiatan heterogen sehingga menjadikan
Surabaya sebagai pusat orientasi kegiatan penduduk yang tinggal di wilayah sekitarnya seperti wilayah Sidoarjo.
Dalam studi ini, perkembangan Surabaya yang pesat memberikan dampak terhadap peningkatan interaksi antara
Sidoarjo dan Surabaya. Maka dari itu, dapat dilihat pola pergerakan penglaju di wilayah Sidoarjo menuju
Surabaya memiliki volume yang tinggi terutama pada jam puncak menyebabkan terjadinya permasalahan
kemacetan hal tersebut terlihat dari nilai derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan pada rute Sidoarjo – Surabaya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik penglaju Sidoarjo – Surabaya, model pemilihan moda bus
dan kereta api serta probabilitas perpindahan pengguna moda kendaraan pribadi terhadap kendaraan umum.
Penelitian ini menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) dan standar pelayanan minimum moda
angkutan umum untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan moda serta analisis regresi multinomial logit
untuk mengetahui model pemilihan moda dan probabilitas pemilihan moda. Berdasarkan metode analisis regresi
multinomial logit dapat diketahui model pemilihan moda kemudian dapat diketahui probabilitas pemilihan moda
kereta api komuter sebesar 78,5% dan probabilitas pemilhan moda bus sebesar 52,5% terhadap moda kendaraan
pribadi mobil. Dari hasil probabilitas tersebut dapat disimpulkan penglaju lebih memilih berpindah ke moda
kendaraan umum kereta api komuter karena nilai probabilitas lebih mendekati nilai 1.
Surabaya is a major growth center which has the function of heterogeneous activities so as to make Surabaya as
an orientation center activity of the population living in the surrounding areas such as the Sidoarjo region. In this
study, Surabaya rapid development has an impact on increased interaction between Sidoarjo and Surabaya. The
main purpose of the study is we can see the pattern of movement of commuters in the Sidoarjo to Surabaya have
a high volume, especially at peak hours causing congestion problems it is visible from the degree of saturation
and the level of service on the route Sidoarjo - Surabaya. Therefore, there needs to be a study of the characteristics
of commuters Sidoarjo - Surabaya, modal choice models of buses and trains as well as the probability of user
switching modes of private vehicles to public transport. This study used analysis of Customer Satisfaction Index
(CSI) and minimum service standards public transportation modes to determine the level of satisfaction and
service modes multinomial logit regression analysis to determine the probability model of modal choice and
modal choice. The results showed that regression analysis method known multinomial logit models modal choice
can then be known probability modal choice at 0,78 commuter train and bus modes election probability at 0,52
against the private car vehicle mode. From the results it can be concluded that the probability of commuters
prefer to move to the mode of public transport commuter train because the probability value closer to the value
of 1.
Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 53
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA
pergerakan terus meningkat seiring dengan terhadap moda transportasi yang digunakan
pertumbuhan wilayah dan koridor tentunya didasari kenyataan bahwa pelaku
perkembangan wilayah tersebut. Seiring dengan perjalanan mempunyai pertimbangan atau
meningkatnya jumlah kebutuhan pergerakan alasan tertentu untuk menentukan moda yang
tersebut dibutuhkan penyediaan (supply) sarana akan digunakan dalam perjalanannya dari segala
dan prasarana transportasi untuk dapat atribut yang ada pada kedua moda tersebut.
mengakomodasinya. Penyediaan sarana dan
prasarana yang ada tidak mampu METODE PENELITIAN
mengakomodasi peningkatan jumlah Lokasi studi dalam penelitian ini adalah
permintaan, sehingga memunculkan berbagai jalur atau rute moda kendaraan pribadi mobil,
permasalahan transportasi (Pratama, 2012). kendaraan umum bus dan kereta api komuter
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 yang menghubungkan wilayah Sidoarjo dan Kota
tentang RTRW Nasional dan Perda Nomor 5 Surabaya karena kedua wilayah tersebut memiliki
Tahun 2012 tentang RTRW Propinsi Jawa Timur intensitas interaksi pergerakan yang tinggi dan
2011-2031, Kota Surabaya adalah kawasan yang menimbulkan adanya pergerakan penglaju yaitu
berfungsi sebagai PKN di Propinsi Jawa Timur dan penduduk yang bertempat tinggal di wilayah
memiliki fungsi kegiatan heterogen sehingga Sidoarjo namun memiliki pekerjaan di Kota
menjadikan Surabaya sebagai pusat orientasi Surabaya. Peta lokasi studi dalam penelitian ini
kegiatan penduduk yang tinggal di wilayah dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian ini
sekitarnya seperti wilayah Sidoarjo. Fungsi menggunakan analisis deskriptif dan evaluatif
wilayah Sidoarjo sebagai kawasan tempat untuk menjawab setiap rumusan masalah dalam
bermukim menjadikan pilihan bagi penduduk penelitian ini. Kerangka metode penelitian ini
untuk bertempat tinggal di Sidoarjo namun tetap dapat dilihat pada Gambar 2.
beraktivitas di wilayah Surabaya. Hal tersebut 1. Karakteristik penglaju diketahui berdasarkan
mengakibatkan terjadinya interaksi berupa pola data hasil wawancara pelaku perjalanan
pergerakan ulang-alik (commuting) penduduk di penglaju, digunakan analisis deksriptif berupa
wilayah Sidoarjo menuju Surabaya. Pola diagram untuk mengetahui persentase
pergerakan penglaju di wilayah Sidoarjo menuju karakteristik perjalanan dan pelaku perjalanan
Surabaya memiliki volume yang tinggi terutama pada setiap moda yang digunakan
pada jam sibuk menyebabkan terjadinya 2. Tingkat kepuasan didapatkan berdasarkan
permasalahan kemacetan hal tersebut terlihat penilaian persepsi pengguna moda angkutan
dari tingkat derajat kejenuhan dan level of service umum bus dan kereta api komuter
pada rute Sidoarjo–Surabaya. Sebagai Kota menggunakan analisis Customer Satisfaction
Metropolitan yang berkembang dengan pesat Index (CSI) sesuai dengan analisis standar
muncul beberapa isu strategis terkait pelayanan minimum moda angkutan umum.
perkembangan transportasi di Surabaya, 3. Preferensi masyarakat diketahui berdasarkan
diantaranya yaitu pesatnya pertumbuhan data hasil wawancara kemudian dianalisis
kendaraan pribadi, kondisi layanan angkutan menggunakan analisis statistik deskriptif dan
umum dan prasarana transportasi dalam hal ini hasilnya digunakanan sebagai variabel dalam
dapat dilihat dari tingkat load factor kendaraan analisis regresi multinomial untuk mengetahui
umum rendah karena kurangnya minat model pemilihan moda dan probabilitas
penumpang menggunakan angkutan umum pemilihan moda
(Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2011). Faktor yang mempengaruhi pemilihan
Dalam studi ini, perkembangan Surabaya moda berdasarkan tingkat pelayanan moda
yang semakin pesat memberikan dampak didapatkan berdasarkan hasil analisis regresi
terhadap peningkatan interaksi antara Kota multinomial dengan menggunakan program SPSS
Sidoarjo dan Kota Surabaya. Perpindahan dengan faktor dependen adalah preferensi Y = 1
pemilihan tempat tinggal tersebut menggunakan kendaraan pribadi (Mobil) Y = 2
mengakibatkan adanya pola pergerakan yang menggunakan KA dan Y = 3 menggunakan bus
lebih jauh dalam melakukan aktivitasnya serta faktor independen yang terdiri dari X1-X17
sehingga dapat diketahui. Oleh karena itu maka yaitu, lama waktu perjalanan (X1), biaya
dirasa perlu untuk dilakukan studi pemilihan perjalanan (X2), kenyamanan (X3), keterjang-
moda bus dan kereta api pada pergerakan kauan (X4), keselamatan (X5), fasilitas ruang
penglaju Sidoarjo-Surabaya. Adanya pemilihan
54 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo
Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 55
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA
56 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo
Model logit merupakan logaritma perbandingan memilih waktu berangkat yang lebih awal karena
peluang terjadinya suatu peristiwa dengan pada waktu tersebut kondisi lalu lintas yang
peluang tidak terjadinya suatu peristiwa (Miro, dilalui lancar karena jumlah kendaraan yang
2005). Model yang digunakan pada regresi logit masih sedikit selain itu, responden penglaju yang
multinomial adalah: dijumpai didominasi oleh jenis pekerjaan swasta
maupun pegawai negeri sipil yang memiliki
waktu/jadwal pekerjaan tetap pada setiap
Keterangan:
harinya sehingga dapat dijadikan acuan dalam
P (i) = peluang moda i untuk dipilih
menentukan waktu puncak pelayanan moda
Uj = nilai manfaat menggunakan moda j
angkutan agar dapat disesuaikan dengan
Uk = nilai manfaat menggunakan moda k
kebutuhan para penglaju dalam hal jumlah moda
e = eksponen
maupun kapasitas angkut moda yang digunakan.
Dalam proses analisis pemilihan moda
Berikut pada Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan
dengan menggunakan permodelan, hasil
persentase menurut waktu perjalanan berangkat
perhitungan proporsional dapat dilakukan
dan pulang pelaku perjalanan penglaju. Hal ini
dengan mengidentifikasian beberapa faktor
dijadikan pertimbangan dalam menentukan
variabel yang diasumsikan berpengaruh secara
waktu puncak pelayanan moda angkutan
berarti terhadap perilaku pelaku perjalanan
disesuaikan kebutuhan para penglaju dalam hal
dalam menentukan pilihan terhadap alternatif
jumlah moda maupun kapasitas angkut moda
moda yang akan digunakan. Variabel Y
yang digunakan.
merupakan variabel dependen yaitu preferensi
masyarakat yang terbagi menjadi 3 pilihan yaitu Y Mobil Bus KA
= 1 tetap menggunakan kendaraan pribadi, Y = 2
100%
menggunakan kendaraan umum bus, Y = 3 lama
waktu perjalanan (X1), biaya perjalanan (X2),
47%
42%
23%
23%
17%
14%
13%
kenyamanan (X3), keterjangkauan (X4),
8%
7%
7%
keselamatan (X5), fasilitas ruang tunggu (X6),
fasilitas ruang parkir (X7) dan fasilitas keamanan 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00
(X8), pendidikan (X9), pendapatan (X10), WAKTU PERJALANAN BERANGKAT
kepemilikan kendaraan (X11), usia (X12), jenis
kelamin (X13), jenis pekerjaan (X14), waktu Gambar 3. Persentase menurut Waktu
berangkat (X15), waktu pulang (X16) dan jarak (X17). Perjalanan (Berangkat)
Secara teori, faktor tingkat pelayanan dapat
Mobil Bus KA
mempengaruhi preferensi masyarakat dalam
50%
50%
43%
17%
16%
11%
10%
6%
0%
Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 57
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA
persentase sebesar 67% dikarenakan pada mobil dengan presentase sebesar 58%
umumnya pengguna angkutan umum memiliki responden, untuk pengguna kendaraan umum
tempat pekerjaan yang lokasinya dekat dengan bus didominasi oleh kepemilikan kendaraan jenis
stasiun maupun tempat pemberhentian yang sepeda motor dengan persentase sebesar 67%
terletak pada Kecamatan Tambaksari, Bubutan, dan untuk pengguna kendaraan umum kereta api
Simokerto dan Genteng, Maka dari itu dapat komuter didominasi oleh kepemilikan kendaraan
dipertimbangkan moda apa yang sesuai dalam pribadi dengan jenis kendaraan sepeda motor
melayani kebutuhan pergerakan tersebut. sebesar 72% dikarenakan para penglaju memiliki
kemampuan ekonomi dalam hal ini mememiliki
Karakteristik Pelaku Perjalanan
kendaraan pribadi minimal memiliki kendaraan
Jenis kelamin pribadi berjenis sepeda motor.
Jenis kelamin penglaju pada pengguna Kebutuhan sarana penunjang yang
moda kendaraan pribadi mobil didominasi oleh disediakan terutama sarana ruang parkir
jenis kelamin laki–laki dengan persentase sebesar kendaraan pribadi yang luas, nyaman dan aman
58%, untuk moda kendaraan umum bus sangat dibutuhkan agar para pelaku pergerakan
didominasi oleh jenis kelamin perempuan dengan penglaju dapat menitipkan kendaraan pribadinya
63% dan untuk moda kendaraan umum kereta api di tempat transit seperti terminal bus maupun
komuter didominasi oleh jenis kelamin stasiun kereta api dan juga dapat mengurangi
perempuan dengan persentase 56%. Pada saat permasalahan kemacetan dimana dapat
survei responden yang sering dijumpai berjenis mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang
kelamin perempuan, maka dari itu dapat cukup tinggi oleh kendaraan pribadi seperti
ditentukan prasarana penunjang agar dapat sepeda motor. Selain itu aksesibilitas di dalam
memberikan fasilitas yang lebih untuk pengguna Kota Surabaya sendiri juga perlu ditingkatkan
moda terutama berjenis kelamin perempuan. terutama dalam pengadaan angkutan
kota/transportasi massal lainnya dalam
Tingkat pendapatan menunjang pergerakan para penglaju melakukan
Tingkat pendapatan rata–rata setiap aktifitasnya di dalam kota Surabaya.
bulannya penglaju yang moda kendaraan pribadi Usia
mobil didominasi pada tingkat pendapatan Rp
2.600.000–Rp 3.600.000 sebesar 49%, untuk Usia rata–rata penglaju yang
moda kendaraan umum bus didominasi pada menggunakan moda kendaraan pribadi mobil,
tingkat pendapatan Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 kendaraan umum bus dan kereta api komuter
sebesar 36% dan untuk moda kendaraan umum didominasi oleh usia 36 – 45 tahun (usia dewasa
kereta api komuter didominasi pada tingkat akhir) sebesar 45% untuk mobil, 50% untuk bus
pendapatan Rp 1.500.000–Rp 2.500.000 dengan dan 50% untuk kereta api komuter. Mayoritas
persentase sebesar 61%. Range tingkat penglaju merupakan usia produktif yang
pendapatan rata–rata kendaraan umum lebih dibutuhkan dalam bekerja di Kota Surabaya.
kecil jika dibandingkan kendaraan pribadi selain Penentuan sistem pelayanan dan pemasaran
itu juga karena rata–rata tingkat pendapatan yang diberikan pihak pengelola kepada para
pengguna moda bus dan kereta api komuter konsumen perlu dipertimbangkan oleh pengelola
masih terdapat beberapa penglaju yang memiliki agar dapat disesuaikan dengan umur para
tingkat penghasilan berada dibawah upah penglaju untuk dapat menarik minat penglaju
minimum kerja Kota Surabaya yaitu sebesar Rp menggunakan transportasi umum dibandingkan
2.710.000. Hal tersebut dapat dijadikan dengan kendaraan pribadi.
pertimbangan dalam menentukan kemampuan Pendidikan
membayar pengguna terhadap penggunaan
Tingkat pendidikan terakhir penglaju
transportasi umum sehingga dapat menentukan
yang menggunakan moda kendaraan pribadi
kebijakan tarif angkutan yang digunakan
mobil, kendaraan umum bus dan kereta api
penglaju.
komuter didominasi oleh tingkat pendidikan
Kepemilikan kendaraan Sarjana Strata 1 (S-1) sederajat dengan
Kepemilikan kendaraan penglaju pada persentase sebesar 48% untuk moda mobil, 37%
pengguna moda kendaraan pribadi mobil untuk moda bus dan 44% untuk moda kereta api
didominasi oleh kepemilikan kendaraan pribadi komuter.
58 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Tabel 3. Hasil Perhitungan CSI Moda Bus
para penglaju saat ini sangat baik baik, maka dari Customer
Weight Satisfaction
itu perlu adanya pertimbangan dalam Variabel
Score (WS) Index
menentukan minat penglaju yang lebih tinggi (CSI)
dalam menggunakan kendaraan umum karena Lama Waktu Perjalanan 0,321 0,365
yang memiliki nilai MSS dibawah nilai WT adalah Biaya Perjalanan 0,348
Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 59
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA
kereta api pada pergerakan penglaju Sidoarjo – nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Hasil uji
Surabaya. reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas
Uji Validitas Cronbach’s Alpha Number Of Item
0,606 13
Dalam penelitian ini untuk menguji atau
Sumber : Hasil analisis, 2016
mengukur validitas instrumen penelitian adalah
dengan menggunakan korelasi bivariate pearson. Uji Normalitas
Berikut pada Tabel 5 merupakan hasil uji validitas. Sebaran titik-titik dari gambar Normal P-
Tabel 5. Hasil Uji Validitas P Plot di atas relatif mendekati garis lurus, dapat
Jumlah dilihat pada Gambar 12 sehingga dapat
R Hitung Sig. (2-
Variabel Sampel Validitas
(Pearson) tailed) disimpulkan bahwa (data) residual terdistribusi
(N)
Lama Waktu normal. Hasil ini sejalan dengan asumsi klasik dari
0,491 0,000 112 Valid
Perjalanan regresi dengan pendekatan OLS.
Biaya Perjalanan 0,391 0,000 112 Valid
Kenyamanan 0,361 0,000 112 Valid
Keterjangkauan 0,357 0,000 112 Valid
Keselamatan 0,511 0,000 112 Valid
Fasilitas Ruang
Tunggu 0,519 0,000 112 Valid
Fasilitas Ruang
Parkir 0,511 0,000 112 Valid
Fasilitas
Keamanan 0,484 0,000 112 Valid
Gambar 5. Normal P – Plot of Regression
Pendidikan 0,258 0,006 112 Valid Standarized Residual
Pendapatan 0,368 0,000 112 Valid
Kepemilikan
Uji Multikoliniearitas
Kendaraan 0,321 0,001 112 Valid
Hasil uji multikolinearitas dilihat dari hasil
Usia Tidak
0,139 0,145 112 akhir Coefficients pada dua kolom terakhir, dapat
Valid
disimpulkan seluruh variabel yang digunakan
Jenis Kelamin Tidak
0,049 0,608 112
Valid
dapat dikatakan tidak terjadi multiklinearitas
Jenis Pekerjaan Tidak
pada keseluruhan variabel bebas tersebut,
0,175 0,064 112 karena nilai VIF untuk seluruh variabel tidak ada
Valid
Waktu Berangkat yang lebih besar dari nilai 5. Berdasarkan syarat
0,300 0,001 112 Valid
asumsi klasik regresi dengan OLS, maka model
Waktu Pulang
0,146 0,126 112
Tidak regresi yang baik adalah yang terbebas adanya
Valid multikolinearitas. Dengan demikian, model
Jarak 0,215 0,023 112 Valid dibawah ini telah terbebas dari adanya
Sumber : Hasil analisis, 2016
multikolinearitas.
Berdasarkan tabel hasil uji validitas
Uji Autokorelasi
tersebut, dapat terlihat bahwa variabel bebas
yaitu lama waktu perjalanan (X1), biaya Nilai Durbin-Watson yang tertera pada
perjalanan (X2), kenyamanan (X3), hasil akhir SPSS (Tabel 7) disebut dengan DW
keterjangkauan (X4), keselamatan (X5), fasilitas hitung. Angka ini akan dibandingkan dengan
ruang tunggu (X6), fasilitas ruang parkir (X7) dan kriteria penerimaan atau penolakan yang akan
fasilitas keamanan (X8), pendidikan (X9), dibuat dengan nilai dL dan dU ditentukan
pendapatan (X10), kepemilikan kendaraan (X11), berdasarkan julah variabel bebas dalam model
waktu berangkat (X15) dan jarak (X17) valid regresi (k) dan jumlah sampelnya (n). Nilai dL dan
sehingga dapat dilanjutkan dalam tahapan uji dU dapat dilihat pada Tabel DW dengan tingkat
selanjutnya. signifikansi (error) 5%. Maka dapat diketahui, nilai
DW hitung sebesar 2,162 lebih besar dari 1,539
Uji Reliabilitas
dan lebih kecil dari 2,481 yang artinya berada
Uji reliabilitas merupakan uji kestabilan pada nilai tidak ada hubungan autokorelasi.
dari instrumen penelitian. Suatu instrumen Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model
penelitian dikatakan reliable apabila memiliki regresi tidak terjadi autokorelasi.
60 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo
terjadi heteroskedastisitas, namun uji ini rentan Cox and Snell 0,883
mengalami kesalahan dalam penarikan Nagelkerke 1,000
kesimpulannya. Hal tersebut dikarenakanan McFadden 1,000
penentuan ada tidaknya pola/alur atas titik–titik Sumber : Hasil analisis, 2016
yang ada di gambar sangat bersifat subjektif.
Tidak ada ukuran yang pasti kapan suatu Berdasarkan pada tabel diatas yang
scatterplot membentuk pola atau tidak. terdiri dari 3 nilai, nilai Cox and Snell sebesar
Keputusan hanya mengandalakan 0,883, Nagelkerke sebesar 1,000 dan Mcfadden
pengamatan/pengelihatan peneliti. sebesar 1,000. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel dependen preferensi masyarakat
dapat diterangkan oleh variabel X1– X17 sebesar
88,3%, 100% dan 100% sesuai dengan nilai
masing – masing. Sedangkan sisanya diterangkan
oleh variabel lain yang tidak masuk kedalam
model.
Tahapan interpretasi terakhir, yaitu dapat
dilihat pada tabel parameter estimates yang
berisi nilai pada setiap masing–masing
penjabaran variabel terhadap preferensi
masyarkat tetap menggunakan kendaraan
Gambar 6. Scatterplot pribadi mobil, menggunakan moda kendaraan
umum bus dan mengguna moda kendaraan
Uji Model Fitting Informastion umum kereta api komuter, nilai B dan nilai
Tabel pertama adalah Case Processing signifikansi. Nilai B digunakan untuk menghitung
Summary yang berisi deskriptif mengenai sebaran nilai model dan menghasilkan nilai phi.
data jumlah preferensi (tetap menggunakan Sementara nilai signifikansi untuk melihat
kendaraan pribadi, berpindah ke moda bus dan subvariabel yang berpengaruh signifikan
berpindah ke moda kereta api komuter) dan terhadap model. Dalam proses analisis pemilihan
masing – masing sebaran variabel X. moda dengan menggunakan permodelan, hasil
Tabel 8. Model Fitting Information perhitungan proporsional diidentifikasi beberapa
Model Fitting Information faktor variabel yang diasumsikan berpengaruh
Model Fitting terhadap perilaku pelaku perjalanan dalam
Criteria Likelihood Ratio Tests menentukan pilihan terhadap alternatif moda
Model
-2 Log yang akan digunakan. Variabel Y merupakan
Likelihood Chi-Square df Sig. variabel dependen yaitu preferensi masyarakat
Intercept Only 240,068 yang terbagi menjadi 3 pilihan yaitu Y = 1
Final 0,000 240,067 96 0,000 menggunakan kendaraan pribadi, Y = 2
Sumber : Hasil analisis, 2016 menggunakan kendaraan umum bus, Y = 3
Berdasarkan pada tabel diatas dapat menggunakan kendaraan umum kereta api,
diketahui pada kolom signifikansi, nilai variabel X terdiri dari terdiri dari (X3)
signifikansi adalah 0,000. Hal tersebut dapat kenyamanan, (X4) Keterjangkauan, (X6) Fasilitas
disimpulkan bahwa model tersebut memiliki nilai ruang tunggu penumpang, (X7) fasilitas ruang
signifikansi dibawah 0,05 yang berarti model parkir, (X8) fasilitas keamanan, (X9) pendidikan,
Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 61
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA
(X10) pendapatan, (X11) kepemilikan kendaraan, pada kriteria 1 memiliki koefisien negatif, serta
(X15) waktu perjalanan berangkat dan (X17) jarak varibel waktu perjalanan berangkat pada kriteria
dengan model sebagai berikut: 3 memiliki nilai koefisien positif. Berdasarkan
1. Y K. Pribadi – K. Umum KA Komuter = 44,891 penjabaran variabel yang paling berpengaruh,
+ 22,24(X33) + 24,327 (X34) + 15,104 (X42) + bahwa variabel yang berpengaruh terhadap
24,327 (X63) + 18,362 (X64) – 7,414 (X81) – preferensi penglaju dalam memilih menggunakan
11,482 (X82) – 82,474 (X101) – 91,801 (X102) – moda kendaraan umum bus yaitu:
7,690 (X172) a. Keterjangkauan, X4 koefisien (+) berpengaruh
Berdasarkan penjabaran variabel yang paling terhadap pemilihan moda yaitu jika jumlah
berpengaruh, maka didapatkan kesimpulan pergantian angkutan feeder yaitu maksimal
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap melakukan pergantian moda tidak lebih dari 3
preferensi penglaju dalam memilih menggunakan kali maka kepuasan terhadap pemilihan moda
moda kendaraan umum kereta api yaitu: bus akan bertambah 18,2%.
a. Kenyamanan, X3 koefisien (+) yaitu suhu udara b. Fasilitas ruang tunggu, X6 koefisien (+)
dalam moda kereta api komuter maksimal berpengaruh terhadap pemilihan moda yaitu
memiliki suhu rata–rata 20-25 oC. jika kondisi tingkat kebersihan dan perawatan
b. Keterjangkauan, X4 koefisien (+) yaitu jumlah fasilitas ruang tunggu penumpang rata – rata
pergantian angkutan feeder yaitu maksimal minimal dengan kondisi cukup bersih nilai
melakukan pergantian moda tidak lebih dari 3 kepuasan terhadap pemilihan moda bus
kali. bertambah sebesar 23,2%.
c. Fasilitas ruang tunggu, X6 koefisien (+) yaitu c. Fasilitas ruang parkir, X7 koefisien (-)
kondisi tingkat kebersihan dan perawatan berpengaruh terhadap pemilhan moda yaitu
fasilitas ruang tunggu penumpang minimal jika sirkulasi waktu parkir kendaraan pribadi
dengan kondisi cukup bersih. yaitu tidak lebih dari 1 menit maka pemilihan
d. Fasilitas keamanan, koefisien X8 (-) yaitu moda bus akan bertambah sebesar 46,8%.
jumlah petugas keamanan yang berjaga di d. Pendidikan, X9 koefisien (-) berpengaruh
stasiun kereta api minimal 3 petugas terhadap pemilihan moda yaitu jika tingkat
berseragam serta mudah terlihat oleh para pendidikan terakhir penglaju yang bersedia
pengguna moda. menggunakan moda kendaraan umum bus
e. Pendapatan, X10 koefisien (-) yaitu tingkat tidak lebih pada tingkat pendidikan Sekolah
pendapatan rata–rata penglaju yang bersedia Menengah Pertama (SMP) dan Sarjana Strata
menggunakan moda kendaraan umum kereta 1 (S-1) maka nilai kepuasan pengguaan moda
api komuter tidak lebih dari tingkat bus akan bertambah sebesar 35,8%.
pendapatan rata-rata Rp. 2.600.000 – Rp. e. Kepemilikan kendaraan, X11 koefisien (+)
3.600.000. berpengaruh terhadap pemilihan moda yaitu
f. Jarak, X17 koefisien (-) yaitu jarak penglaju dari jika kepemilikan kendaraan para penglaju
rumah menuju tempat kerja yang bersedia yang bersedia menggunakan moda kendaraan
menggunakan moda kendaraan umum kereta umum bus yaitu tidak lebih memiliki
api komuter yaitu tidak lebih dari jarak 36–40 kendaraan berupa kepemilikan sepeda motor
km. maka akan menambah nilai kepuasan dari
2. Y K. Pribadi Mobil – K. Umum Bus = 10,214 + penguna moda bus sebesar 7,56%.
18,223 (X42) + 23,292 (X62) + 16,281 (X64) - f. Waktu perjalanan, X15 koefisien (+)
46,844 (X71) - 19,798 (X91) - 35,857 (X93) – berpengaruh terhadap pemilihan moda bus
7,564 (X111) + 12,306 (X153) yaitu waktu berangkat para penglaju yang
Pada model pemilihan moda kendaraan bersedia menggunakan moda kendaraan
umum bus, variabel yang memiliki nilai umum bus yaitu memiliki waktu perjalanan
signifikansi dibawah 0,05 variabel keterjangkauan tidak lebih dari pukul 07.00 WIB sehingga
pada kriteria 2 memiliki nilai koefisien positif, dapat menambah kepuasan terhadap
variabel fasilitas ruang tunggu penumpang pada pemilihan moda bus sebesar 12,30%.
kriteria 2 dan 4 memiliki nilai koefisien positif, Skenario pemilihan Moda yang
variabel fasilitas ruang parkir pada kriteria 1 digunakan dalam penelitian ini dilakukan
memiliki nilai koefisien negatif, variabel berdasarkan 3 kali simulasi skenario. Simulasi
pendidikan pada kriteria 1 dan 3 memiliki nilai skenario pertama adalah dengan menggunakan
koefisien negatif, variabel kepemilikan kendaraan kondisi eksisting yang ada, simulasi skenario
62 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo
Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 63
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA
64 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017