Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329163260

Kajian Pemilihan Moda Bus dan Kereta Api pada Pergerakan Penglaju
Sidoarjo-Surabaya

Research · April 2017


DOI: 10.13140/RG.2.2.29363.07204

CITATION READS

1 959

3 authors, including:

Dadang Meru Utomo Aris Subagiyo


University of Melbourne Brawijaya University
20 PUBLICATIONS   13 CITATIONS    9 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Participatory Planning View project

Transport Mode Choice View project

All content following this page was uploaded by Dadang Meru Utomo on 24 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU
SIDOARJO-SURABAYA
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: adhinyd@gmail.com

ABSTRAK

Surabaya merupakan pusat pertumbuhan utama yang memiliki fungsi kegiatan heterogen sehingga menjadikan
Surabaya sebagai pusat orientasi kegiatan penduduk yang tinggal di wilayah sekitarnya seperti wilayah Sidoarjo.
Dalam studi ini, perkembangan Surabaya yang pesat memberikan dampak terhadap peningkatan interaksi antara
Sidoarjo dan Surabaya. Maka dari itu, dapat dilihat pola pergerakan penglaju di wilayah Sidoarjo menuju
Surabaya memiliki volume yang tinggi terutama pada jam puncak menyebabkan terjadinya permasalahan
kemacetan hal tersebut terlihat dari nilai derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan pada rute Sidoarjo – Surabaya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik penglaju Sidoarjo – Surabaya, model pemilihan moda bus
dan kereta api serta probabilitas perpindahan pengguna moda kendaraan pribadi terhadap kendaraan umum.
Penelitian ini menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) dan standar pelayanan minimum moda
angkutan umum untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan moda serta analisis regresi multinomial logit
untuk mengetahui model pemilihan moda dan probabilitas pemilihan moda. Berdasarkan metode analisis regresi
multinomial logit dapat diketahui model pemilihan moda kemudian dapat diketahui probabilitas pemilihan moda
kereta api komuter sebesar 78,5% dan probabilitas pemilhan moda bus sebesar 52,5% terhadap moda kendaraan
pribadi mobil. Dari hasil probabilitas tersebut dapat disimpulkan penglaju lebih memilih berpindah ke moda
kendaraan umum kereta api komuter karena nilai probabilitas lebih mendekati nilai 1.

Kata Kunci : penglaju, customer-satisfaction-index, regresi-logit-multinomial, model-pemilihan-moda,


probabilitas-pemilihan-moda
ABSTRACT

Surabaya is a major growth center which has the function of heterogeneous activities so as to make Surabaya as
an orientation center activity of the population living in the surrounding areas such as the Sidoarjo region. In this
study, Surabaya rapid development has an impact on increased interaction between Sidoarjo and Surabaya. The
main purpose of the study is we can see the pattern of movement of commuters in the Sidoarjo to Surabaya have
a high volume, especially at peak hours causing congestion problems it is visible from the degree of saturation
and the level of service on the route Sidoarjo - Surabaya. Therefore, there needs to be a study of the characteristics
of commuters Sidoarjo - Surabaya, modal choice models of buses and trains as well as the probability of user
switching modes of private vehicles to public transport. This study used analysis of Customer Satisfaction Index
(CSI) and minimum service standards public transportation modes to determine the level of satisfaction and
service modes multinomial logit regression analysis to determine the probability model of modal choice and
modal choice. The results showed that regression analysis method known multinomial logit models modal choice
can then be known probability modal choice at 0,78 commuter train and bus modes election probability at 0,52
against the private car vehicle mode. From the results it can be concluded that the probability of commuters
prefer to move to the mode of public transport commuter train because the probability value closer to the value
of 1.

Keywords: commuter, customer-satisfaction-index, multinomial-logit-regression, modal-choice, probability

satu menuju lokasi yang lain. Naiknya tingkat


PENDAHULUAN kemakmuran secara ekonomi masyarakat
Kriteria tataguna lahan di perkotaan antara mendorong untuk memiliki kendaraan pribadi.
lain untuk perkantoran, perdagangan, Hal tersebut terjadi akibat kebutuhan akan
pendidikan, tempat tinggal, dan berbagai mobilitas yang semakin tinggi namun tidak
kepentingan spesifik yang lain. Sarana dan diimbangi dengan penyediaan fasilitas angkutan
prasarana transportasi menjadi sangat umum yang memadai (Ansusanto, dkk, 2012).
dibutuhkan dalam mengakomodasikan Keterkaitan suatu kota dengan kota lain serta
kebutuhan pergerakan orang antara lokasi yang wilayah di sekitarnya mengakibatkan jumlah

Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 53
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA

pergerakan terus meningkat seiring dengan terhadap moda transportasi yang digunakan
pertumbuhan wilayah dan koridor tentunya didasari kenyataan bahwa pelaku
perkembangan wilayah tersebut. Seiring dengan perjalanan mempunyai pertimbangan atau
meningkatnya jumlah kebutuhan pergerakan alasan tertentu untuk menentukan moda yang
tersebut dibutuhkan penyediaan (supply) sarana akan digunakan dalam perjalanannya dari segala
dan prasarana transportasi untuk dapat atribut yang ada pada kedua moda tersebut.
mengakomodasinya. Penyediaan sarana dan
prasarana yang ada tidak mampu METODE PENELITIAN
mengakomodasi peningkatan jumlah Lokasi studi dalam penelitian ini adalah
permintaan, sehingga memunculkan berbagai jalur atau rute moda kendaraan pribadi mobil,
permasalahan transportasi (Pratama, 2012). kendaraan umum bus dan kereta api komuter
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 yang menghubungkan wilayah Sidoarjo dan Kota
tentang RTRW Nasional dan Perda Nomor 5 Surabaya karena kedua wilayah tersebut memiliki
Tahun 2012 tentang RTRW Propinsi Jawa Timur intensitas interaksi pergerakan yang tinggi dan
2011-2031, Kota Surabaya adalah kawasan yang menimbulkan adanya pergerakan penglaju yaitu
berfungsi sebagai PKN di Propinsi Jawa Timur dan penduduk yang bertempat tinggal di wilayah
memiliki fungsi kegiatan heterogen sehingga Sidoarjo namun memiliki pekerjaan di Kota
menjadikan Surabaya sebagai pusat orientasi Surabaya. Peta lokasi studi dalam penelitian ini
kegiatan penduduk yang tinggal di wilayah dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian ini
sekitarnya seperti wilayah Sidoarjo. Fungsi menggunakan analisis deskriptif dan evaluatif
wilayah Sidoarjo sebagai kawasan tempat untuk menjawab setiap rumusan masalah dalam
bermukim menjadikan pilihan bagi penduduk penelitian ini. Kerangka metode penelitian ini
untuk bertempat tinggal di Sidoarjo namun tetap dapat dilihat pada Gambar 2.
beraktivitas di wilayah Surabaya. Hal tersebut 1. Karakteristik penglaju diketahui berdasarkan
mengakibatkan terjadinya interaksi berupa pola data hasil wawancara pelaku perjalanan
pergerakan ulang-alik (commuting) penduduk di penglaju, digunakan analisis deksriptif berupa
wilayah Sidoarjo menuju Surabaya. Pola diagram untuk mengetahui persentase
pergerakan penglaju di wilayah Sidoarjo menuju karakteristik perjalanan dan pelaku perjalanan
Surabaya memiliki volume yang tinggi terutama pada setiap moda yang digunakan
pada jam sibuk menyebabkan terjadinya 2. Tingkat kepuasan didapatkan berdasarkan
permasalahan kemacetan hal tersebut terlihat penilaian persepsi pengguna moda angkutan
dari tingkat derajat kejenuhan dan level of service umum bus dan kereta api komuter
pada rute Sidoarjo–Surabaya. Sebagai Kota menggunakan analisis Customer Satisfaction
Metropolitan yang berkembang dengan pesat Index (CSI) sesuai dengan analisis standar
muncul beberapa isu strategis terkait pelayanan minimum moda angkutan umum.
perkembangan transportasi di Surabaya, 3. Preferensi masyarakat diketahui berdasarkan
diantaranya yaitu pesatnya pertumbuhan data hasil wawancara kemudian dianalisis
kendaraan pribadi, kondisi layanan angkutan menggunakan analisis statistik deskriptif dan
umum dan prasarana transportasi dalam hal ini hasilnya digunakanan sebagai variabel dalam
dapat dilihat dari tingkat load factor kendaraan analisis regresi multinomial untuk mengetahui
umum rendah karena kurangnya minat model pemilihan moda dan probabilitas
penumpang menggunakan angkutan umum pemilihan moda
(Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2011). Faktor yang mempengaruhi pemilihan
Dalam studi ini, perkembangan Surabaya moda berdasarkan tingkat pelayanan moda
yang semakin pesat memberikan dampak didapatkan berdasarkan hasil analisis regresi
terhadap peningkatan interaksi antara Kota multinomial dengan menggunakan program SPSS
Sidoarjo dan Kota Surabaya. Perpindahan dengan faktor dependen adalah preferensi Y = 1
pemilihan tempat tinggal tersebut menggunakan kendaraan pribadi (Mobil) Y = 2
mengakibatkan adanya pola pergerakan yang menggunakan KA dan Y = 3 menggunakan bus
lebih jauh dalam melakukan aktivitasnya serta faktor independen yang terdiri dari X1-X17
sehingga dapat diketahui. Oleh karena itu maka yaitu, lama waktu perjalanan (X1), biaya
dirasa perlu untuk dilakukan studi pemilihan perjalanan (X2), kenyamanan (X3), keterjang-
moda bus dan kereta api pada pergerakan kauan (X4), keselamatan (X5), fasilitas ruang
penglaju Sidoarjo-Surabaya. Adanya pemilihan

54 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo

tunggu penumpang (X6), fasilitas ruang parkir (X7) pel


dan fasilitas keamanan (X8), pendidikan (X9), t1 = waktu yang digunakan untuk setiap
pendapatan (X10), kepemilikan kendaraan (X11), sampling unit, yaitu waktu yang dibu-
usia (X12), jenis kelamin (X13), Jenis pekerjaan tuhkan responden untuk mengisi
(X14), waktu perjalanan berangkat (X15), waktu kuesioner.
perjalanan pulang (X16), jarak (X17). Waktu yang digunakan untuk melakukan
Teknik penentuan sampel responden sampling terhadap responden adalah 15 menit
dilakukan dengan menggunakan metode pada setiap kuesioner. Dari beberapa hasil asumsi
purposive sampling, dalam hal ini pelaku tersebut, maka diperoleh hasil perhitungan
perjalanan dengan tujuan perjalanan bekerja, sebagai berikut:
melakukan perjalanan menggunakan kendaraan T = 7 hari x 16 jam = 112 jam
pribadi berupa mobil dengan asumsi pernah to = 7 hari x 12 jam = 84 jam
menggunakan kendaraan umum bus (P3) dan t1 = 15/60 = 1/4 = 0,25 jam
kereta api komuter Sidoarjo–Surabaya.
Penentuan ukuran sampel menggunakan Linier
Time Function, dimana penentuan jumlah sampel
didasarkan estimasi kendala waktu (Endang,
n = 112 responden
1993) serta dengan populasi yang tidak diketahui.
Dari jumlah sampel responden diatas maka
Populasi tidak diketahui diakibatkan karena
selanjutnya dihitung jumlah sampel untuk setiap
jumlah penglaju yang dinamis. Rumus yang
moda yaitu pengguna kendaraan pribadi mobil,
digunakan untuk menghitung sampel yakni:
kendaraan umum bus dan kereta api komuter.
Berdasarkan data jumlah penumpang/hari maka
Dimana: didapatkan proporsi jumlah sampel dalam
n = Ukuran sampel penelitian ini.
T = Waktu yang tersedia untuk penelitian Perhitungan jumlah sampel berdasarkan
to = Waktu tetap tidak tergantung besarnya proporsi jumlah penumpang/Hari dapat dilihat
sampel, yaitu waktu pengambilan sam- pada Tabel 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Studi


.

Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 55
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA

Gambar 2. Kerangka Metode Penelitian


Tabel 1. Perhitungan Jumah Sampel Berdasarkan Proporsi Jumlah Penumpang/Hari
Jumlah Penumpang rata–
No Jenis Moda Persentase (%) Jumlah Sampel
rata/hari
1 Kendaraan Pribadi (mobil) 3.626 orang 56,9 % 64 responden
2 Bus P3 1.724 orang 27,0 % 30 responden
3 Kereta Api Komuter Delta
1.026 orang 16,1 % 18 responden
Ekspress
Total 6.376 orang 100 % 112 responden
Sumber: hasil analisis, 2016

Tabel 2. Kriteria CSI


Teknik Analisis Angka Indeks Interpretasi
Analisis Tingkat Kepuasan CSI (Customer 0,81 – 1,00 Sangat Puas
0,66 – 0,80 Puas
Satisfaction Index) 0,51 – 0,65 Cukup Puas
0,35 – 0,50 Kurang Puas
Tingkat kepuasan pengguna moda 0,00 – 0,34 Tidak Puas
merupakan persepsi dari responden terhadap Sumber: Oktaviani, R & Suryana, R. (2006)
pelayanan moda, setelah membandingkan
Analisis Regresi Logit Multinomial
kualitas jasa yang diterima dengan tingkat
kepentingan terhadap pelayanan moda tersebut. Regresi logit adalah alat statistik sebagai
Indeks kepuasan yang digunakan untuk bagian dari model statistik yang disebut
mengetahui tingkat kepuasan responden Generalized Linear Model (GLM) yang
terhadap pelayanan moda bus dan kereta api menghasilkan persamaan prediktif. Regresi logit
secara keseluruhan dan kepuasan tiap variabel. multinomial digunakan saat variabel dependen
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan mempunyai skala yang bersifat polichotomous
dalam analisis ini yaitu, menentukan Mean atau multinomial. Mengacu pada regresi logit
Importance Score, Weight Factors, Mean trichotomous, untuk model regresi dengan
Satisfaction Score, Weight Score dan menentukan variabel dependen berskala nominal tiga kategori
angka CSI dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu hasil digunakan kategori variabel hasil Y dikoding 1, 2,
akhir kriteria CSI. dan 3. Variabel Y dibagi menjadi tiga fungsi logit.

56 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo

Model logit merupakan logaritma perbandingan memilih waktu berangkat yang lebih awal karena
peluang terjadinya suatu peristiwa dengan pada waktu tersebut kondisi lalu lintas yang
peluang tidak terjadinya suatu peristiwa (Miro, dilalui lancar karena jumlah kendaraan yang
2005). Model yang digunakan pada regresi logit masih sedikit selain itu, responden penglaju yang
multinomial adalah: dijumpai didominasi oleh jenis pekerjaan swasta
maupun pegawai negeri sipil yang memiliki
waktu/jadwal pekerjaan tetap pada setiap
Keterangan:
harinya sehingga dapat dijadikan acuan dalam
P (i) = peluang moda i untuk dipilih
menentukan waktu puncak pelayanan moda
Uj = nilai manfaat menggunakan moda j
angkutan agar dapat disesuaikan dengan
Uk = nilai manfaat menggunakan moda k
kebutuhan para penglaju dalam hal jumlah moda
e = eksponen
maupun kapasitas angkut moda yang digunakan.
Dalam proses analisis pemilihan moda
Berikut pada Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan
dengan menggunakan permodelan, hasil
persentase menurut waktu perjalanan berangkat
perhitungan proporsional dapat dilakukan
dan pulang pelaku perjalanan penglaju. Hal ini
dengan mengidentifikasian beberapa faktor
dijadikan pertimbangan dalam menentukan
variabel yang diasumsikan berpengaruh secara
waktu puncak pelayanan moda angkutan
berarti terhadap perilaku pelaku perjalanan
disesuaikan kebutuhan para penglaju dalam hal
dalam menentukan pilihan terhadap alternatif
jumlah moda maupun kapasitas angkut moda
moda yang akan digunakan. Variabel Y
yang digunakan.
merupakan variabel dependen yaitu preferensi
masyarakat yang terbagi menjadi 3 pilihan yaitu Y Mobil Bus KA
= 1 tetap menggunakan kendaraan pribadi, Y = 2

100%
menggunakan kendaraan umum bus, Y = 3 lama
waktu perjalanan (X1), biaya perjalanan (X2),
47%
42%
23%

23%
17%

14%

13%
kenyamanan (X3), keterjangkauan (X4),

8%
7%

7%
keselamatan (X5), fasilitas ruang tunggu (X6),
fasilitas ruang parkir (X7) dan fasilitas keamanan 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00
(X8), pendidikan (X9), pendapatan (X10), WAKTU PERJALANAN BERANGKAT
kepemilikan kendaraan (X11), usia (X12), jenis
kelamin (X13), jenis pekerjaan (X14), waktu Gambar 3. Persentase menurut Waktu
berangkat (X15), waktu pulang (X16) dan jarak (X17). Perjalanan (Berangkat)
Secara teori, faktor tingkat pelayanan dapat
Mobil Bus KA
mempengaruhi preferensi masyarakat dalam
50%

50%
43%

memilih moda. Dalam penelitian ini, yang


28%

menjadi variabel independen berupa persepsi


22%
20%
17%

17%
16%

11%

masyarakat mengenai tingkat pelayanan moda.


10%

10%
6%

0%

Hasil dari analisis regresi logit multinomial ini


berupa daftar variabel yang dianggap
15.00 16.00 17.00 18.00 19.00
berpengaruh terhadap pemilihan moda dalam
WAKTU PERJALANAN PULANG
memilih moda yang akan digunakan di masa yang
akan datang.
Gambar 4. Persentase menurut Waktu
Perjalanan (Pulang)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Panjang perjalanan
Karakteristik Perjalanan
Waktu perjalanan pulang dan berangkat Panjang perjalanan yang ditempuh untuk
pengguna moda kendaraan pribadi mobil
Waktu perjalanan berangkat dan pulang didominasi pada jarak 36 – 40 km menuju tempat
tertinggi pada pengguna moda kendaraan pribadi kerja dengan persentase sebesar 59%, untuk
mobil yaitu pukul 06.00 – 16.00 WIB, untuk moda moda kendaraan umum bus didominasi pada
kendaraan umum bus yaitu pada pukul 06.00– jarak 26–30 km menuju tempat kerja dengan
16.00 WIB dan untuk moda kendaraan umum presentase sebesar 56% dan untuk moda
kereta api yaitu pada pukul 06.00–18.00 WIB kendaraan umum kereta api komuter didominasi
dikarenakan responden penglaju yang dijumpai pada jarak 26-30 km menuju tempat kerja dengan

Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 57
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA

persentase sebesar 67% dikarenakan pada mobil dengan presentase sebesar 58%
umumnya pengguna angkutan umum memiliki responden, untuk pengguna kendaraan umum
tempat pekerjaan yang lokasinya dekat dengan bus didominasi oleh kepemilikan kendaraan jenis
stasiun maupun tempat pemberhentian yang sepeda motor dengan persentase sebesar 67%
terletak pada Kecamatan Tambaksari, Bubutan, dan untuk pengguna kendaraan umum kereta api
Simokerto dan Genteng, Maka dari itu dapat komuter didominasi oleh kepemilikan kendaraan
dipertimbangkan moda apa yang sesuai dalam pribadi dengan jenis kendaraan sepeda motor
melayani kebutuhan pergerakan tersebut. sebesar 72% dikarenakan para penglaju memiliki
kemampuan ekonomi dalam hal ini mememiliki
Karakteristik Pelaku Perjalanan
kendaraan pribadi minimal memiliki kendaraan
Jenis kelamin pribadi berjenis sepeda motor.
Jenis kelamin penglaju pada pengguna Kebutuhan sarana penunjang yang
moda kendaraan pribadi mobil didominasi oleh disediakan terutama sarana ruang parkir
jenis kelamin laki–laki dengan persentase sebesar kendaraan pribadi yang luas, nyaman dan aman
58%, untuk moda kendaraan umum bus sangat dibutuhkan agar para pelaku pergerakan
didominasi oleh jenis kelamin perempuan dengan penglaju dapat menitipkan kendaraan pribadinya
63% dan untuk moda kendaraan umum kereta api di tempat transit seperti terminal bus maupun
komuter didominasi oleh jenis kelamin stasiun kereta api dan juga dapat mengurangi
perempuan dengan persentase 56%. Pada saat permasalahan kemacetan dimana dapat
survei responden yang sering dijumpai berjenis mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang
kelamin perempuan, maka dari itu dapat cukup tinggi oleh kendaraan pribadi seperti
ditentukan prasarana penunjang agar dapat sepeda motor. Selain itu aksesibilitas di dalam
memberikan fasilitas yang lebih untuk pengguna Kota Surabaya sendiri juga perlu ditingkatkan
moda terutama berjenis kelamin perempuan. terutama dalam pengadaan angkutan
kota/transportasi massal lainnya dalam
Tingkat pendapatan menunjang pergerakan para penglaju melakukan
Tingkat pendapatan rata–rata setiap aktifitasnya di dalam kota Surabaya.
bulannya penglaju yang moda kendaraan pribadi Usia
mobil didominasi pada tingkat pendapatan Rp
2.600.000–Rp 3.600.000 sebesar 49%, untuk Usia rata–rata penglaju yang
moda kendaraan umum bus didominasi pada menggunakan moda kendaraan pribadi mobil,
tingkat pendapatan Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 kendaraan umum bus dan kereta api komuter
sebesar 36% dan untuk moda kendaraan umum didominasi oleh usia 36 – 45 tahun (usia dewasa
kereta api komuter didominasi pada tingkat akhir) sebesar 45% untuk mobil, 50% untuk bus
pendapatan Rp 1.500.000–Rp 2.500.000 dengan dan 50% untuk kereta api komuter. Mayoritas
persentase sebesar 61%. Range tingkat penglaju merupakan usia produktif yang
pendapatan rata–rata kendaraan umum lebih dibutuhkan dalam bekerja di Kota Surabaya.
kecil jika dibandingkan kendaraan pribadi selain Penentuan sistem pelayanan dan pemasaran
itu juga karena rata–rata tingkat pendapatan yang diberikan pihak pengelola kepada para
pengguna moda bus dan kereta api komuter konsumen perlu dipertimbangkan oleh pengelola
masih terdapat beberapa penglaju yang memiliki agar dapat disesuaikan dengan umur para
tingkat penghasilan berada dibawah upah penglaju untuk dapat menarik minat penglaju
minimum kerja Kota Surabaya yaitu sebesar Rp menggunakan transportasi umum dibandingkan
2.710.000. Hal tersebut dapat dijadikan dengan kendaraan pribadi.
pertimbangan dalam menentukan kemampuan Pendidikan
membayar pengguna terhadap penggunaan
Tingkat pendidikan terakhir penglaju
transportasi umum sehingga dapat menentukan
yang menggunakan moda kendaraan pribadi
kebijakan tarif angkutan yang digunakan
mobil, kendaraan umum bus dan kereta api
penglaju.
komuter didominasi oleh tingkat pendidikan
Kepemilikan kendaraan Sarjana Strata 1 (S-1) sederajat dengan
Kepemilikan kendaraan penglaju pada persentase sebesar 48% untuk moda mobil, 37%
pengguna moda kendaraan pribadi mobil untuk moda bus dan 44% untuk moda kereta api
didominasi oleh kepemilikan kendaraan pribadi komuter.

58 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Tabel 3. Hasil Perhitungan CSI Moda Bus
para penglaju saat ini sangat baik baik, maka dari Customer
Weight Satisfaction
itu perlu adanya pertimbangan dalam Variabel
Score (WS) Index
menentukan minat penglaju yang lebih tinggi (CSI)
dalam menggunakan kendaraan umum karena Lama Waktu Perjalanan 0,321 0,365

dapat mengurangi permasalahan transportasi Biaya Perjalanan 0,399


Kenyamanan 0,293
yang ada saat ini, selain itu pilihan moda yang
Keterjangkauan 0,346
digunakan dalam melakukan pergerakan akan
Keselamatan 0,313
semakin beragam dan harapan terhadap fasilitas
Fasilitas Ruang Tunggu 0,427
– fasilitas yang ditawarkan dalam hal ini Fasilitas Ruang Parkir 0,417
pelayanan moda yang diberikan akan semakin Fasilitas Keamanan 0,408
tinggi sehingga diperlukan adanya pelayanan Total WT = 2,924
moda yang professional dan terkelola dengan Sumber : Hasil analisis, 2016
baik agar penglaju dapat beralih menggunakan
Analisis CSI moda kereta api komuter
kendaraan umum.
Pada analisis CSI moda kereta api
Jenis pekerjaan
komuter dapat diketahui bahwa nilai WT adalah
Jenis pekerjaan penglaju untuk pengguna 3,013. Variabel yang memiliki nilai MSS dibawah
moda kendaraan pribadi mobil dan kendaraan nilai WT adalah variabel biaya perjalanan (2,83),
umum bus didominasi oleh jenis pekerjaan keterjangkauan (2,89), fasilitas ruang parkir (2,67)
swasta, dengan persentase sebesar 42% untuk dan fasilitas keamanan (2,78). Faktor pelayanan
pengguna moda mobil dan 37% untuk pengguna dapat mempengaruhi kepuasan pengguna,
moda bus serta untuk pengguna moda kereta api individu yang berbeda akan mempunyai persepsi
komuter didominasi oleh jenis pekerjaan Pegawai yang berbeda. Tingkat kepuasan terhadap
Negeri Sipil (PNS) dan Pedagang masing–masing pelayanan moda dapat mempengaruhi
sebesar 28%. Penentuan jadwal keberangkatan keputusan seseorang dalam memilih moda
dan kedatangan moda transportasi umum dan transportasi, variabel biaya perjalanan,
jumlah armada yang beroperasi pada puncak keterjangkauan, fasilitas ruang parkir dan fasilitas
jadwal kerja perlu difasilitasi dengan baik agar keamanan memiliki angka kepuasan
para penglaju dapat mengakomodasi seluruh kurang/rendah.
penglaju menuju tempat kerja terutama pada Hasil perhitungan CSI moda kereta api
pagi dan sore hari. komuter dijelaskan pada Tabel 4.
Tingkat Kepuasan Pelayanan Mods Bus dan KA Tabel 4. Hasil Perhitungan CSI Moda KA
Customer
Analisis CSI moda bus Weight
Variabel Satisfaction
Score (WS)
Index (CSI)
Pada analisis CSI moda bus dapat
diketahui bahwa nilai WT adalah 2,924. Variabel Lama Waktu Perjalanan 0,416 0,3766

yang memiliki nilai MSS dibawah nilai WT adalah Biaya Perjalanan 0,348

lama waktu perjalanan (2,47), kenyamanan Kenyamanan 0,383

(2,73), keterjangkauan (2,80), keselamatan (2,63) Keterjangkauan 0,360


dan fasilitas ruang tunggu (2,87). Faktor Keselamatan 0,402
pelayanan dapat mempengaruhi kepuasan Fasilitas Ruang Tunggu 0,420
pengguna, individu yang berbeda akan Fasilitas Ruang Parkir 0,354
mempunyai persepsi yang berbeda. Tingkat Fasilitas Keamanan 0,330
Total WT = 3,013
kepuasan terhadap pelayanan moda dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam Sumber : Hasil analisis, 2016

memilih moda transportasi, faktor-faktor yang


Model Pemilihan Moda
mempengaruhi tingkat kepuasan tersebut
meliputi variabel lama waktu perjalanan, Sebelum melakukan analisis regresi
kenyamanan, keterjangkauan, keselamatan dan multinomial logit, diperlukan adanya tahapan
fasilitas ruang tunggu perlu ditingkatkan karena pengujian agar kesimpulan yang diperoleh dari
memiliki angka kepuasan yang kurang/rendah. penelitian tidak memberikan gambaran yang jauh
Hasil perhitungan CSI pada moda bus dapat berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Berikut
dilihat pada Tabel 3. merupakan model pemilihan moda bus dan

Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 59
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA

kereta api pada pergerakan penglaju Sidoarjo – nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Hasil uji
Surabaya. reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas
Uji Validitas Cronbach’s Alpha Number Of Item
0,606 13
Dalam penelitian ini untuk menguji atau
Sumber : Hasil analisis, 2016
mengukur validitas instrumen penelitian adalah
dengan menggunakan korelasi bivariate pearson. Uji Normalitas
Berikut pada Tabel 5 merupakan hasil uji validitas. Sebaran titik-titik dari gambar Normal P-
Tabel 5. Hasil Uji Validitas P Plot di atas relatif mendekati garis lurus, dapat
Jumlah dilihat pada Gambar 12 sehingga dapat
R Hitung Sig. (2-
Variabel Sampel Validitas
(Pearson) tailed) disimpulkan bahwa (data) residual terdistribusi
(N)
Lama Waktu normal. Hasil ini sejalan dengan asumsi klasik dari
0,491 0,000 112 Valid
Perjalanan regresi dengan pendekatan OLS.
Biaya Perjalanan 0,391 0,000 112 Valid
Kenyamanan 0,361 0,000 112 Valid
Keterjangkauan 0,357 0,000 112 Valid
Keselamatan 0,511 0,000 112 Valid
Fasilitas Ruang
Tunggu 0,519 0,000 112 Valid

Fasilitas Ruang
Parkir 0,511 0,000 112 Valid

Fasilitas
Keamanan 0,484 0,000 112 Valid
Gambar 5. Normal P – Plot of Regression
Pendidikan 0,258 0,006 112 Valid Standarized Residual
Pendapatan 0,368 0,000 112 Valid
Kepemilikan
Uji Multikoliniearitas
Kendaraan 0,321 0,001 112 Valid
Hasil uji multikolinearitas dilihat dari hasil
Usia Tidak
0,139 0,145 112 akhir Coefficients pada dua kolom terakhir, dapat
Valid
disimpulkan seluruh variabel yang digunakan
Jenis Kelamin Tidak
0,049 0,608 112
Valid
dapat dikatakan tidak terjadi multiklinearitas
Jenis Pekerjaan Tidak
pada keseluruhan variabel bebas tersebut,
0,175 0,064 112 karena nilai VIF untuk seluruh variabel tidak ada
Valid
Waktu Berangkat yang lebih besar dari nilai 5. Berdasarkan syarat
0,300 0,001 112 Valid
asumsi klasik regresi dengan OLS, maka model
Waktu Pulang
0,146 0,126 112
Tidak regresi yang baik adalah yang terbebas adanya
Valid multikolinearitas. Dengan demikian, model
Jarak 0,215 0,023 112 Valid dibawah ini telah terbebas dari adanya
Sumber : Hasil analisis, 2016
multikolinearitas.
Berdasarkan tabel hasil uji validitas
Uji Autokorelasi
tersebut, dapat terlihat bahwa variabel bebas
yaitu lama waktu perjalanan (X1), biaya Nilai Durbin-Watson yang tertera pada
perjalanan (X2), kenyamanan (X3), hasil akhir SPSS (Tabel 7) disebut dengan DW
keterjangkauan (X4), keselamatan (X5), fasilitas hitung. Angka ini akan dibandingkan dengan
ruang tunggu (X6), fasilitas ruang parkir (X7) dan kriteria penerimaan atau penolakan yang akan
fasilitas keamanan (X8), pendidikan (X9), dibuat dengan nilai dL dan dU ditentukan
pendapatan (X10), kepemilikan kendaraan (X11), berdasarkan julah variabel bebas dalam model
waktu berangkat (X15) dan jarak (X17) valid regresi (k) dan jumlah sampelnya (n). Nilai dL dan
sehingga dapat dilanjutkan dalam tahapan uji dU dapat dilihat pada Tabel DW dengan tingkat
selanjutnya. signifikansi (error) 5%. Maka dapat diketahui, nilai
DW hitung sebesar 2,162 lebih besar dari 1,539
Uji Reliabilitas
dan lebih kecil dari 2,481 yang artinya berada
Uji reliabilitas merupakan uji kestabilan pada nilai tidak ada hubungan autokorelasi.
dari instrumen penelitian. Suatu instrumen Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model
penelitian dikatakan reliable apabila memiliki regresi tidak terjadi autokorelasi.

60 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo

Tabel 7. Model Summary tersebut memiliki tingkat kepercayaan di atas


Model Summary 95% dan hubungan antara variabel X dan Y sangat
Adjusted R Std. Error of
signifikan atau saling mempengaruhi.
R Square Durbin-Watson
Square the Estimate
Uji Pseudo R-Square
0,212 0, 108 0,709 1,557
Pada Tabel 9 merupakan tabel pseudo R-
Sumber : Hasil analisis, 2016
Square yang terdiri dari nilai Cox and Snell,
Uji Heteroskedastisitas Nagelkerke dan Mcfadden. Tabel berikut
Pada Gambar 14 dapat terlihat bahwa merupakan hasil perhitungan pseudo R-square.
sebaran titik membentuk suatu pola alur tertentu Tabel 9. Pseudo R-Square
sehingga dapat disimpulkan pada model regresi Pseudo R-Square

terjadi heteroskedastisitas, namun uji ini rentan Cox and Snell 0,883
mengalami kesalahan dalam penarikan Nagelkerke 1,000
kesimpulannya. Hal tersebut dikarenakanan McFadden 1,000
penentuan ada tidaknya pola/alur atas titik–titik Sumber : Hasil analisis, 2016
yang ada di gambar sangat bersifat subjektif.
Tidak ada ukuran yang pasti kapan suatu Berdasarkan pada tabel diatas yang
scatterplot membentuk pola atau tidak. terdiri dari 3 nilai, nilai Cox and Snell sebesar
Keputusan hanya mengandalakan 0,883, Nagelkerke sebesar 1,000 dan Mcfadden
pengamatan/pengelihatan peneliti. sebesar 1,000. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel dependen preferensi masyarakat
dapat diterangkan oleh variabel X1– X17 sebesar
88,3%, 100% dan 100% sesuai dengan nilai
masing – masing. Sedangkan sisanya diterangkan
oleh variabel lain yang tidak masuk kedalam
model.
Tahapan interpretasi terakhir, yaitu dapat
dilihat pada tabel parameter estimates yang
berisi nilai pada setiap masing–masing
penjabaran variabel terhadap preferensi
masyarkat tetap menggunakan kendaraan
Gambar 6. Scatterplot pribadi mobil, menggunakan moda kendaraan
umum bus dan mengguna moda kendaraan
Uji Model Fitting Informastion umum kereta api komuter, nilai B dan nilai
Tabel pertama adalah Case Processing signifikansi. Nilai B digunakan untuk menghitung
Summary yang berisi deskriptif mengenai sebaran nilai model dan menghasilkan nilai phi.
data jumlah preferensi (tetap menggunakan Sementara nilai signifikansi untuk melihat
kendaraan pribadi, berpindah ke moda bus dan subvariabel yang berpengaruh signifikan
berpindah ke moda kereta api komuter) dan terhadap model. Dalam proses analisis pemilihan
masing – masing sebaran variabel X. moda dengan menggunakan permodelan, hasil
Tabel 8. Model Fitting Information perhitungan proporsional diidentifikasi beberapa
Model Fitting Information faktor variabel yang diasumsikan berpengaruh
Model Fitting terhadap perilaku pelaku perjalanan dalam
Criteria Likelihood Ratio Tests menentukan pilihan terhadap alternatif moda
Model
-2 Log yang akan digunakan. Variabel Y merupakan
Likelihood Chi-Square df Sig. variabel dependen yaitu preferensi masyarakat
Intercept Only 240,068 yang terbagi menjadi 3 pilihan yaitu Y = 1
Final 0,000 240,067 96 0,000 menggunakan kendaraan pribadi, Y = 2
Sumber : Hasil analisis, 2016 menggunakan kendaraan umum bus, Y = 3
Berdasarkan pada tabel diatas dapat menggunakan kendaraan umum kereta api,
diketahui pada kolom signifikansi, nilai variabel X terdiri dari terdiri dari (X3)
signifikansi adalah 0,000. Hal tersebut dapat kenyamanan, (X4) Keterjangkauan, (X6) Fasilitas
disimpulkan bahwa model tersebut memiliki nilai ruang tunggu penumpang, (X7) fasilitas ruang
signifikansi dibawah 0,05 yang berarti model parkir, (X8) fasilitas keamanan, (X9) pendidikan,

Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 61
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA

(X10) pendapatan, (X11) kepemilikan kendaraan, pada kriteria 1 memiliki koefisien negatif, serta
(X15) waktu perjalanan berangkat dan (X17) jarak varibel waktu perjalanan berangkat pada kriteria
dengan model sebagai berikut: 3 memiliki nilai koefisien positif. Berdasarkan
1. Y K. Pribadi – K. Umum KA Komuter = 44,891 penjabaran variabel yang paling berpengaruh,
+ 22,24(X33) + 24,327 (X34) + 15,104 (X42) + bahwa variabel yang berpengaruh terhadap
24,327 (X63) + 18,362 (X64) – 7,414 (X81) – preferensi penglaju dalam memilih menggunakan
11,482 (X82) – 82,474 (X101) – 91,801 (X102) – moda kendaraan umum bus yaitu:
7,690 (X172) a. Keterjangkauan, X4 koefisien (+) berpengaruh
Berdasarkan penjabaran variabel yang paling terhadap pemilihan moda yaitu jika jumlah
berpengaruh, maka didapatkan kesimpulan pergantian angkutan feeder yaitu maksimal
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap melakukan pergantian moda tidak lebih dari 3
preferensi penglaju dalam memilih menggunakan kali maka kepuasan terhadap pemilihan moda
moda kendaraan umum kereta api yaitu: bus akan bertambah 18,2%.
a. Kenyamanan, X3 koefisien (+) yaitu suhu udara b. Fasilitas ruang tunggu, X6 koefisien (+)
dalam moda kereta api komuter maksimal berpengaruh terhadap pemilihan moda yaitu
memiliki suhu rata–rata 20-25 oC. jika kondisi tingkat kebersihan dan perawatan
b. Keterjangkauan, X4 koefisien (+) yaitu jumlah fasilitas ruang tunggu penumpang rata – rata
pergantian angkutan feeder yaitu maksimal minimal dengan kondisi cukup bersih nilai
melakukan pergantian moda tidak lebih dari 3 kepuasan terhadap pemilihan moda bus
kali. bertambah sebesar 23,2%.
c. Fasilitas ruang tunggu, X6 koefisien (+) yaitu c. Fasilitas ruang parkir, X7 koefisien (-)
kondisi tingkat kebersihan dan perawatan berpengaruh terhadap pemilhan moda yaitu
fasilitas ruang tunggu penumpang minimal jika sirkulasi waktu parkir kendaraan pribadi
dengan kondisi cukup bersih. yaitu tidak lebih dari 1 menit maka pemilihan
d. Fasilitas keamanan, koefisien X8 (-) yaitu moda bus akan bertambah sebesar 46,8%.
jumlah petugas keamanan yang berjaga di d. Pendidikan, X9 koefisien (-) berpengaruh
stasiun kereta api minimal 3 petugas terhadap pemilihan moda yaitu jika tingkat
berseragam serta mudah terlihat oleh para pendidikan terakhir penglaju yang bersedia
pengguna moda. menggunakan moda kendaraan umum bus
e. Pendapatan, X10 koefisien (-) yaitu tingkat tidak lebih pada tingkat pendidikan Sekolah
pendapatan rata–rata penglaju yang bersedia Menengah Pertama (SMP) dan Sarjana Strata
menggunakan moda kendaraan umum kereta 1 (S-1) maka nilai kepuasan pengguaan moda
api komuter tidak lebih dari tingkat bus akan bertambah sebesar 35,8%.
pendapatan rata-rata Rp. 2.600.000 – Rp. e. Kepemilikan kendaraan, X11 koefisien (+)
3.600.000. berpengaruh terhadap pemilihan moda yaitu
f. Jarak, X17 koefisien (-) yaitu jarak penglaju dari jika kepemilikan kendaraan para penglaju
rumah menuju tempat kerja yang bersedia yang bersedia menggunakan moda kendaraan
menggunakan moda kendaraan umum kereta umum bus yaitu tidak lebih memiliki
api komuter yaitu tidak lebih dari jarak 36–40 kendaraan berupa kepemilikan sepeda motor
km. maka akan menambah nilai kepuasan dari
2. Y K. Pribadi Mobil – K. Umum Bus = 10,214 + penguna moda bus sebesar 7,56%.
18,223 (X42) + 23,292 (X62) + 16,281 (X64) - f. Waktu perjalanan, X15 koefisien (+)
46,844 (X71) - 19,798 (X91) - 35,857 (X93) – berpengaruh terhadap pemilihan moda bus
7,564 (X111) + 12,306 (X153) yaitu waktu berangkat para penglaju yang
Pada model pemilihan moda kendaraan bersedia menggunakan moda kendaraan
umum bus, variabel yang memiliki nilai umum bus yaitu memiliki waktu perjalanan
signifikansi dibawah 0,05 variabel keterjangkauan tidak lebih dari pukul 07.00 WIB sehingga
pada kriteria 2 memiliki nilai koefisien positif, dapat menambah kepuasan terhadap
variabel fasilitas ruang tunggu penumpang pada pemilihan moda bus sebesar 12,30%.
kriteria 2 dan 4 memiliki nilai koefisien positif, Skenario pemilihan Moda yang
variabel fasilitas ruang parkir pada kriteria 1 digunakan dalam penelitian ini dilakukan
memiliki nilai koefisien negatif, variabel berdasarkan 3 kali simulasi skenario. Simulasi
pendidikan pada kriteria 1 dan 3 memiliki nilai skenario pertama adalah dengan menggunakan
koefisien negatif, variabel kepemilikan kendaraan kondisi eksisting yang ada, simulasi skenario

62 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017
Adhi Nuryadi, Aris Subagiyo, Dadang Meru Utomo

kedua adalah dengan memaksimalkan nilai mempengaruhi preferensi penglaju dalam


variabel yang berpengaruh pada moda KA memilih moda yang akan digunakan dalam
Komuter (kenyamanan, keterjangkauan, fasilitas melakukan perjalanan.
ruang tunggu, pendapatan dan jarak), simulasi
ketiga adalah memaksimalkan nilai variabel yang KESIMPULAN
berpengaruh pada moda Bus (keterjangkauan, Karakteristik perjalanan penglaju
fasilitas ruang tunggu, fasilitas ruang parkir, Sidoarjo – Surabaya yaitu pada waktu perjalanan
pendidikan, kepemilikan kendaraan, dan waktu berangkat untuk persentase tertinggi pada moda
perjalanan). Simulasi skenario dilakukan dengan kendaraan pribadi mobil, kendaraan umum bus
menggunakan data responden pengguna dan kereta api komuter yaitu pada pukul 06.00
kendaraan pribadi yang ada pada kondisi WIB dan waktu perjalanan pulang untuk
eksisting sehingga dapat diketahui perbedaan presentase tertinggi pada moda kendaraan
dari masing – masing skenario yang dilakukan pribadi mobil dan bus pada pukul 16.00 WIB dan
yang nantinya akan digunakan untuk meneruskan pada moda kereta api komuter pada pukul 18.00
rekomendasi dalam meningkatkan minat WIB.
masyarakat untuk lebih memilih menggunakan Panjang perjalanan yang ditempuh para
kendaraan umum jika dibandingkan dengan penglaju untuk kendaraan pribadi mobil memiliki
kendaraan pribadi. presentase tertinggi pada jarak 36-40 km dan
Pada simulasi skenario pertama, yaitu untuk kendaraan umum bus dan kereta api pada
simulasi dengan menggunakan data seluruh jarak 26-30 km menuju tempat para penglaju
responden pengguna kendaraan pribadi yang ada bekerja. Karakteristik pelaku perjalanan penglaju
pada kondisi eksisting tanpa mengubah satupun Sidoarjo – Surabaya yaitu pada jenis kelamin
nilai yang sudah ada didapatkan hasil 15,2% penglaju pengguna kendaraan pribadi mobil
peluang pengguna kendaraan pribadi berpindah dengan persentase tertinggi yaitu memiliki jenis
menggunakan kendaraan umum. kelamin laki – laki, sedangkan untuk pengguna
Pada simulasi skenario kedua, yaitu kendaraan umum bus dan kereta api persentase
simulasi dengan memaksimlakan nilai pelayanan tertinggi berada pada jenis kelamin perempuan.
KA Komuter (kenyamanan, keterjangkauan, Tingkat pendapatan penglaju pengguna moda
fasilitas ruang tunggu, pendapatan dan jarak), kendaraan pribadi mobil untuk persentase
dimana keseluruhan variabel tersebut diubah tertinggi berada pada tingkat pendapatan antara
dengan kondisi maksimal dari pelayanan, Rp. 2.600.000–3.600.000, untuk moda kendaraan
didapatkan hasil 78,5% peluang pengguna umum kereta api komuter dan bus persentase
kendaraan pribadi mobil mau berpindah pendapatan tertinggi berada pada tingkat
menggunakan kendaraan umum kereta api pendapatan Rp. 1.500.000–2.500.000.
komuter. Pada kepemilikan kendaraan penglaju
Pada simulasi skenario ketiga, yaitu pengguna kendaraan pribadi mobil, kepemilikan
simulasi dengan memaksimalkan nilai pelayanan kendaraan dengan persentase tertinggi berada
moda angkutan bus P3 (keterjangkauan, fasilitas pada kepemilikan kendaraan pribadi berupa
ruang tunggu, fasilitas ruang parkir, pendidikan, mobil, untuk pengguna moda kereta api dan bus
kepemilikan kendaraan, dan waktu perjalanan) persentase tertinggi berada pada kepemilikan
dimana didapatkan hasil 21,5% peluang kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Usia
pengguna kendaraan pribadi mobil mau pengguna kendaraan pribadi mobil, kendaraan
berpindah menggunakan kendaraan umum bus umum bus dan kereta api komuter rata–rata
dengan kode bus P3. memiliki usia 36-45 tahun (usia dewasa akhir).
Berdasarkan 3 skenario yang telah Kemudian untuk tingkat pendidikan pengguna
dilakukan dapat diketahui bahwa peluang moda kendaraan pribadi mobil, kendaraan umum
pemilihan moda kereta api komuter berada pada bus dan kereta api komuter untuk persentase
kondisi maksimal, yaitu sebanyak 78,5% tertinggi berada pada tingkat pendidikan terakhir
pengguna kendaraan pribadi mobil lebih yaitu Sarjana – 1 (S1). Pada Jenis pekerjaan para
cenderung memilih kereta api dibandingkan penglaju untuk pengguna kendaraan pribadi
dengan kendaraan umum bus jika pelayanan mobil dan kendaran umum bus didominasi oleh
moda dimaksimalkan. Hal tersebut dapat jenis pekerjaan pada bidang swasta, untuk
disimpulkan bahwa nilai pelayanan KA Komuter pengguna kendaraan umum keretaapi didominasi
merupakan hal penting yang dapat

Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017 63
KAJIAN PEMILIHAN MODA BUS DAN KERETA API PADA PERGERAKAN PENGLAJU SIDOARJO-SURABAYA

pada jenis pekerjaan pedagang dan pegawai DAFTAR PUSTAKA


negeri sipil (PNS).
Ansusanto, J. Dwijoko. 2012. Analisis Pola
Model regresi logit multinomial
Perjalanan Masyarakat Kota Jogjakarta.
kendaraan pribadi-moda kereta api dan
Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jakarta:
kendaraan pribadi-bus yang dihasilkan dari
Universitas Trisakti.
pengolahan program SPSS Versi 16.00 for
Pratama, Rizky. 2012. Preferensi Pemilihan Moda
Windows adalah:
Dalam Pergerakan Penglaju Koridor Bogor
Y K.Pribadi Mobil – K. Umum KA Komuter = 44,891
– Jakarta Terkait Dengan Pemilihan Tempat
+ 22,24(X33) + 12,323 (X34) + 24,327 (X63) + 8,362
Tinggal (Studi Kasus: Moda Bus AC dan
(X64) + 7,414 (X81) – 11,482 (X82) – 82,474 (X101) –
Moda KRL Ekspress). Jurnal Perencanaan
91,801 (X102) – 7,690 (X172).
Wilayah dan Kota. 23 (1): 67-84.
Y. K. Pribadi Mobil – K. Umum Bus = 10,214 +
Rahmawati, Ainun. 2014. Analisis Pemilihan
18,223 (X42) + 23,292 (X62) + 16,281 (X64) - 46,844
Moda Sepeda Motor dan KRL
(X71) - 19,798 (X91) - 35,857 (X93) – 7,564 (X111) +
Commuterline Untuk Perjalanan Kerja Ke
12,306 (X153)
Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Tidak
Dengan:
Dipublikasikan. Semarang: Universitas
X3 : Kenyamanan
Diponegoro.
X4 : Keterjangkauan
Tamin, Ofyar Z. 2008. Perencanaan Transportasi,
X6 : Fasilitas Ruang Tunggu
Modeling dan Rekayasa: Teori, Problem,
X7 : Fasilitas Ruang Parkir
and Application. Bandung: Institut
X8 : Fasilitas Keamanan
Teknologi Bandung.
X9 : Pendidikan
Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan
X10 : Pendapatan
Jalan (Dishub dan LLAJ) Provinsi Jawa
X11 : Kepemilikan Kendaraan
Timur. 2011. Angkutan Umum di Provinsi
X15 : Waktu Perjalanan Berangkat
Jawa Timur. Surabaya: Dinas Perhubungan
X17 : Jarak
dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi
Probabilitas penglaju memilih berpindah
Jawa Timur.
dari kendaraan pribadi mobil beralih
Endang S. Sari. 1993. Audience Research.
menggunakan kendaraan umum bus yaitu 52,5%
Yogyakarta: Andi Offset.
dan pengguna kendaraan pribadi mobil beralih
Miro, Fidel. 2005. Buku Perencanaan
menggunakan kendaraan umum kereta api
Transportasi. Jakarta: Graha ilmu.
komuter sebesar 78,5% Dapat disimpulkan
Oktaviani, R. W & Suryana, R. N. 2006. Analisis
penglaju lebih memilih mau berpindah dari
Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan
kendaraan pribadi mobil ke moda kereta api
Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus di Kebun
komuter dibandingkan moda bus, karena hasil
Wisata Pasirmukti, Bogor). Jurnal Agro
nilai probabilitas lebih mendekati nilai 1. Ekonomi. 24 (1): 41-58

64 Planning for Urban Region and Environment Volume 6, Nomor 2, April 2017

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai