Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN KEGIATAN

DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN


PUSKESMAS SERING

BAB V
LAPORAN KEGIATAN

Kegiatan ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitraan


Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Sering Medan, mulai
tanggal 28 Mei 2019 sampai dengan 19 Juni 2019. Adapun kegiatan yang kami
lakukan diwilayah kerja Puskesmas Sering antara lain :
5.1. Laporan Kegiatan Harian
Laporan Kegiatan di Puskesmas Sering
Tabel 5.1 Kegiatan di Wilayah Puskesmas Sering
HARI TANGGAL KEGIATAN
Selasa 28 Mei 2019 - Melapor kepada Kepala Tata Usaha
Puskesmas Sering
- Perkenalan dengan semua staff di
Puskesmas Sering
- Membantu melakukan Kegiatan
Pelayanan di bagian pendaftaran,
Poliklinik, KIA, lansia dan
Penyediaan Obat.
Rabu 29 Mei 2019 - Melapor kepada Kepala Puskesmas
Sering
- Melakukan Kegiatan Pelayanan di
bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.

Senin 10 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.
- Mengikuti kegiatan Posyandu Balita
dan Posyandu Lansia
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Stroke pada Posyandu Lansia

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 102


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

- Melakukan penyuluhan dengan tema


Penyimpanan ASI pada Posyandu
Balita.
Selasa 11 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di
bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Hipertensi
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Diabetes Melitus

Rabu 12 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.
- Mengikuti kegiatan Posyandu Balita II
dan Posyandu Lansia II
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Kejang Demam pada Anak
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Demam Berdarah pada Posyandu
Balita
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Etika Batuk pada Posyandu Lansia
- Melakukan penyuluhan dengan tema
Hidup Sehat pada Posyandu Lansia
Kamis 13 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di
bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.
Jumat 14 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di
bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.

Sabtu 15 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 103
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,


lansia dan Penyediaan Obat.
- Mengumpulkan data laporan
puskesmas

Senin 17 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.

Selasa 18 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.

Rabu 19 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.

Kamis 20 Juni 2019 - Melakukan Kegiatan Pelayanan di


bagian pendaftaran, Poliklinik, KIA,
lansia dan Penyediaan Obat.

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan


di Puskesmas Sering
Tanggal 28 Mei – 1 Juni 2019
Nama Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
Fadiah Talitha Pendaftaran Pendaftaran
Maulidina
M. Rifky Poli Umum Poli Umum
Hardian
Ulfah Widya Poli Umum Poli Umum
Yulya P
Rossiana Tantri KIA KIA
Novriza Poli Lansia Poli Lansia

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 104


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Mestika
Rini Puji Astuti Penyediaan Penyediaan
Obat Obat

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan


di Puskesmas Sering
Tanggal 10 – 15 Juni 2019
Nama Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
Fadiah Poli Umum Poli Umum Poli Lansia Poli Lansia Poli Umum Poli Umum
Talitha
M. Rifky KIA KIA Penyediaan Penyediaan Poli Umum Poli Umum
Hardian Obat Obat
Ulfah Penyediaan Penyedian Pendaftaran Pendaftaran KIA KIA
Widya Obat
Yulya P
Rossiana Poli Lansia Poli Lansia Poli Umum Poli Umum Penyediaan Penyediaan
Tantri Obat Obat
Novriza Poli Umum Poli Umum KIA KIA Pendaftaran Pendaftaran
Mestika
Rini Puji Pendaftaran Pendaftaran Poli Umum Poli Umum Poli Lansia Poli Lansia
Astuti

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan


di Puskesmas Sering
Tanggal 17 – 20 Juni 2019
Nama Senin Selasa Rabu Kamis
Fadiah Talitha Penyediaan Penyediaan KIA KIA
Obat Obat
M. Rifky Poli Lansia Poli Lansia Penyediaan Penyediaan
Hardian Obat Obat
Ulfah Widya Poli Umum Poli Umum Pendaftaran Pendaftaran
Yulya P
Rossiana Tantri Pendaftaran Pendaftaran Poli Umum Poli Umum

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 105


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Novriza Poli Umum Poli Umum Penyediaan Penyediaan


Mestika Obat Obat
Rini Puji Astuti KIA KIA Poli Umum Poli Umum

5.2. Laporan Kegiatan Penyuluhan


5.2.1. Satuan Acara Penyuluhan Stroke
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Neurologi
Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan Stroke
Waktu : 30 Menit
Tempat : Puskesmas Sering
Sasaran : Lansia

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien
mampu memahami tentang Stroke.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat dapat :
1. Menyebutkan pengertian stroke
2. Menyebutkan penyebab stroke
3. Menyebutkan pencegahan stroke
4. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian stroke
2. Penyebab stroke
3. Pencegahan stroke
4. Tanda dan Gejala stroke
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 106
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

C. Pra Kegiatan Pembelajaran


1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang stroke
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh mengenai
pengertian stroke
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang
penyebab stroke
4. Sasaran menyimak penjelasan tentang pencegahan stroke
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang tanda
dan gejala penyakit stroke
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Dokumentasi
C. Leaflet

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 107


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

STROKE

I. Uraian Materi
1. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian.
2. Etiologi
Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
- Trombosis
Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis, poliarteritis
nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis 10 (spontan atau traumatik);
Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
- Embolisme
Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri:
bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan
hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.
- Vasokonstriksi
- Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
Beberapa penyebab stroke hemoragik meliputi:
- Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
- Ruptur kantung aneurisma
- Ruptur malformasi arteri dan vena
- Trauma (termasuk apopleksi tertunda pasca trauma)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 108


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

- Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan


fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipo
fibrinogenemia, dan hemofilia.
- Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak
- Septik embolisme, myotik aneurisma
- Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
- Amiloidosis arteri
- Obat vasopressor, kokain, herpes simplek ensefalitis, diseksi arteri
vetebral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.

3. Faktor Risiko terjadinya Stroke


Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter,
ras/etnik. Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi, penyakit
jantung, diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol,
obesitas, merokok, alkoholik, hiperurisemia, peninggian hematokrit (Mansjoer,
2000).
4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis stroke iskemik dapat berupa kelemahan anggota tubuh
(jarang pada kedua sisi). Hiperrefleksia anggota tubuh, kelemahan otot-otot
wajah, dysarthria, 15 dysfagia, peningkatan reflex muntah, diplopia, nystagmus,
kelemahan otot mata, dan penurunan kesadaran (Price, 2006).
Gejala klinis dari stroke hemoragik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Gejala perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral umumnya terjadi pada usia 50-75 tahun.
Perdarahan intraserebral umumnya akan menunjukkan gejala klinis
berupa:
- Terjadi pada waktu aktif
- Nyeri kepala, yang diikuti dengan muntah dan penurunan kesadaran
- Adanya riwayat hipertensi kronis
- Nyeri telinga homolateral (lesi pada bagian temporal), afasia (lesi pada
thalamus)
- Hemiparese kontralateral

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 109


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

2. Gejala perdarahan subarachnoid


Pada perdarahan subarachnoid akan menimbulkan tanda dan gejala klinis
berupa:
- Nyeri kepala yang hebat dan mendadak
- Hilangnya kesadaran
- Fotofobia
- Meningismus
- Mual dan muntah
- Tanda-tanda perangsangan meningeal, seperti kaku kuduk
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke iskemik
Pilihan terapi yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke iskemik.
1. Fibrinolitik/trombolitik (rtPA/ recombinant tissue plasminogen activator)
intravena
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk
mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut.
Jenis obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan reteplase,
namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya alteplase. Obat
ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen yang
terikat pada fibrin.
Waktu memegang peranan penting dalam penatalaksanaan stroke
iskemik akut dengan fibrinolitik. Beberapa penelitian yang ada
menunjukkan bahwa rentang waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi
fibrinolitik yang dapat memberikan manfaat perbaikan fungsional otak
dan juga terhadap angka kematian adalah <3 jam dan rentang 3-4,5 jam
setelah onset gejala. Pada pasien yang menggunakan terapi ini usahakan
untuk menghindari penggunaan bersama obat antikoagulan dan
antiplatelet dalam 24 jam pertama setelah terapi untuk menghindari risiko
perdarahan. Aturan penggunaan alteplase yaitu
a. Infus 0.9 mg/kg IV (maksimal dosis 90 mg) selama 60 menit, dengan
10% dosis diberikan bolus selama 1 menit.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 110


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

b. Untuk memudahkan proses monitoring pasien dirawat di ICU atau


stroke unit
c. Hentikan infus rtPA apabila pasien mengeluhkan nyeri kepala yang
berat, hipertensi akut, mual, muntah atau terjadi perburukan pada
pemeriksaan neurologis
d. Monitor tekanan darah dan penilaian neurologis disarankan tiap 15
menit selama dan setelah terapi IV rtPA selama 2 jam, kemudian tiap
30 menit selama 6 jam, kemudian tiap jam selama 24 jam setelah
terapi rtPA
e. Follow up CT scan dan MRI scan 24 jam setelah terapi rtPA, tetapi
sebelum memulai terapi antikoagulan atau antiplatelet.
2. Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) dan lower molecular weight heparin
(LMWH) termasuk dalam golongan obat ini. Obat golongan ini
seringkali juga diresepkan untuk pasien stroke dengan harapan dapat
mencegah terjadinya kembali stroke emboli, namun hingga saat ini
literatur yang mendukung pemberian antikoagulan untuk pasien stroke
iskemik masih terbatas dan belum kuat. Salah satu meta-analisis yang
membandingkan LMWH dan aspirin menunjukkan LMWH dapat
menurunkan risiko terjadinya tromboembolisme vena dan peningkatan
risiko perdarahan, namun memiliki efek yang tidak signifikan terhadap
angka kematian, kejadian ulang stroke dan juga perbaikan fungsi saraf.
Oleh karena itu antikoagulan tidak dapat menggantikan posisi dari aspirin
untuk penggunaan rutin pada pasien stroke iskemik. Terapi antikoagulan
dapat diberikan dalam 48 jam setelah onset gejala apabila digunakan
untuk pencegahan kejadian tromboemboli pada pasien stroke yang
memiliki keterbatasan mobilitas dan hindari penggunaannya dalam 24
jam setelah terapi fibrinolitik.
3. Antiplatelet
Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pencegahan stroke ulangan dengan mencegah terjadinya agregasi
platelet. Aspirin merupakan salah satu antiplatelet yang

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 111


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

direkomendasikan penggunaannya untuk pasien stroke. Penggunaan


aspirin dengan loading dose 325mg dan dilanjutkan dengan dosis 75-
100mg/hari dalam rentang 24-48 jam setelah gejala stroke.
Penggunaannya tidak disarankan dalam 24 jam setelah terapi fibrinolitik.
Sedangkan klopidogrel hingga saat ini masih belum memiliki bukti yang
cukup kuat penggunaannya untuk stroke iskemik jika dibandingkan
dengan aspirin.
4. Antihipertensi
Peningkatan nilai tekanan darah pada pasien dengan stroke iskemik
akut merupakan suatu hal yang wajar dan umumnya tekanan darah akan
kembali turun setelah serangan stroke iskemik akut. Peningkatan tekanan
darah ini tidak sepenuhnya merugikan karena peningkatan tersebut justru
dapat menguntungkan pasien karena dapat memperbaiki perfusi darah ke
jaringan yang mengalami iskemik, namun perlu diingat peningkatan
tekanan darah tersebut juga dapat menimbulkan risiko perburukan edema
dan risiko perdarahan pada stroke iskemik. Oleh karena itu seringkali
pada pasien yang mengalami stroke iskemik akut, penurunan tekanan
darah tidak menjadi prioritas awal terapi dalam 24 jam pertama setelah
onset gejala stroke, kecuali tekanan darah pasien >220/120 mmHg atau
apabila ada kondisi penyakit penyerta tertentu yang menunjukkan
keuntungan dengan menurunkan tekanan darah, hal ini dikarenakan
peningkatan tekanan darah yang ekstrim juga dapat berisiko terjadinya
ensefalopati, komplikasi jantung dan juga insufisiensi ginjal.
Target penurunan tekanan darah pada pasien yang tidak menerima
terapi rtPA adalah penurunan tekanan darah 15% selama 24 jam pertama
setelah onset gejala stroke dengan disertai monitoring kondisi neurologis.
Pilihan antihipertensi yang dapat digunakan pada pasien stroke iskemik
akut dapat dilihat pada tabel 4.1 , sedangkan setelah post stroke semua
agen antihipertensi dapat digunakan dan untuk pilihannya disesuaikan
dengan penyakit penyerta dan komplikasi masing-masing pasien.
Pilihan Obat Tekanan Darah
Pasien dapat menerima rtPA Apabila tekanan darah tidak

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 112


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

namun tekanan darah > tercapai ≤ 185/110 mmHg, maka


185/110 mmHg, maka pilihan jangan berikan rtPA
terapi:
• Labetalol 10-20 mg IV
selama 1-2 menit, rtPA dapat
diulang 1 kali, atau

• Nikardipin 5 mg/jam IV,


titrasi sampai 2,5 mg/jam tiap
5-15 menit, maksimum 15
mg/jam; setelah tercapai
target maka dapat disesuaikan
sesuai nilai tekanan darah.
Pasien sudah mendapat rtPA, Tekanan darah selama dan
namun tekanan darah sistolik setelah rtPA ≤ 180/105 mmHg,
>180-230 mmHg atau monitor tiap 15 menit selama 2
diastolik >105-120 mmHg, jam dari dimulainya rtPA, lalu
maka pilihan terapi: tiap 30 menit selama 6 jam dan
• Labetalol 10 mg IV, kemudian tiap jam selama 16 jam
kemudian infus IV kontinu 2-
8 mg/menit, atau
• Nikardipin 5 mg/jam IV,
titrasi sampai 2,5 mg/jam tiap
5-15 menit, maksimum 15
mg/jam.

5. Obat neuroprotektif
Golongan obat ini seringkali digunakan dengan alasan untuk
menunda terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik
khususnya penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke
jaringan. Beberapa jenis obat yang sering digunakan seperti citicoline,
flunarizine, statin, atau pentoxifylline. Citicoline merupakan salah satu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 113


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

obat yang menjadi kontroversi penggunaannya hingga saat ini untuk


pasien dengan stroke iskemik, dimana penggunaan obat ini diharapkan
dapat melindungi sel membran serta stabilisasi membran sehingga dapat
mengurangi luas daerah infark.
Prinsip penatalaksanaan farmakologi stroke iskemik akut adalah
untuk segera memperbaiki perfusi darah ke bagian otak yang mengalami
iskemik serta mengurangi risiko terjadinya serangan ulang stroke pada
masa mendatang hingga dapat mengurangi terjadinya risiko kecacatan
dan kematian akibat serangan stroke iskemik. Oleh sebab itu sangat
penting untuk memilih terapi obat secara tepat dan cepat dengan
mempertimbangkan efektifitas dan keamanan bagi penggunanya.
Penatalaksanaan stroke hemoragik
A. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat
dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien
diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid, hindari pemberian
cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan
otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah
trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah
(termasuk elektrolit), jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah.
Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya
agar tetap tenang.
B. Stadium Akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume
hematoma >30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan
keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan
sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume
hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus
segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 114


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg, enalapril


iv 0,625-1,25 mg per 6 jam, kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika
didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan
30°, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat
penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).

1. Terapi Umum
a. Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada
satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai
bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan
jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya,
jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten).
b. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid
1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per
oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan gangguan
menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang
nasogastrik.
c. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu
selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg
% atau <80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa
40% iv sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
d. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian
obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik
≥120 mmHg, Mean Artikel Blood Pressure (MAP) ≥130 mmHg
(pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 115


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta


gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan
obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyakit
reseptor alfa-beta, penyakit ACE, atau antagonis kalsium. Jika
terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤90 mmHg, diastolik ≤70
mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500
mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi
dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik
masih <90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 µg/kg/menit sampai
tekanan darah sistolik ≥110 mmHg.
e. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3
menit, maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian
antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang
muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka
panjang.
f. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol
bolus intravena 0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika
dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk,
dilanjutkan 0,25 g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5
hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitis (<320 mmol),
sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%)
atau furosemid.
2. Terapi Khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu
pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan
sereblum berdiameter >3 cm, hidrosefalus akut akibat perdarahan
intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan
lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan
ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan
antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi,
embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 116


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation,


AVM).
C. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku,
menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).
Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan
penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan
tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan
program preventif primer dan sekunder.
Terapi fase subakut:
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
b. Penatalaksanaan komplikasi,
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterafi,
terapi wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi,
d. Prevensi sekunder,
e. Edukasi keluarga dan Discharge Planning.

II. Sesi tanya jawab


1. Apa saja faktor resiko terjadinya stroke?
Jawaban :
Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter,
ras/etnik. Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA),
hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik.
2. Apakah kesemutan pada tangan merupakan gejala stroke?
Jawaban:
Juga termasuk, tapi banyak penyebab lain dari stroke ini salah satunya
Carpal tunnel syndrome (CTS), Rheumatoid arthritis, diabetes,
kerusakan saraf, kekurangan vitamin B12.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 117


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.2. Satuan Acara Penyuluhan Penyimpanan ASI


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Kesehatan Anak
Sub Pokok Bahasan : Penyimpanan ASI
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Orangtua Pasien

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Penyimpanan ASI.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian ASI
2. Menyebutkan tata cara memerah ASI
3. Menyebutkan tata cara menyimpan ASI
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian ASI
2. Tata Cara Memerah ASI
3. Tata Cara Menyimpan ASI
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 118
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

2. Melakukan kontrak waktu


3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang Penyimpanan ASI
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang tata cara memerah
ASI
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang tata cara
penyimpanan ASI
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Pertanyaan dan Tanya jawab

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 119


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Penyimpanan ASI

I. Uraian Materi
a. Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bayi (WHO, 2004).
b. Tata Kelola ASI Perah
 Langkah-langkah pelaksanaan pemerah ASI
a. Menyiapkan perlengkapan
Perlengkapan memerah ASI dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan ibu, yaitu:
1. Gelas/cangkir untuk menampung ASI perah;
2. Botol untuk menyimpan ASI yang sudah diperah;
3. Label dan spidol;
4. Cooler box/termos dan blue ice;
5. Jika diperlukan memerah dapat menggunakan pompa ASI

b. Persiapan sebelum memerah ASI


1. Melakukan sterilisasi wadah ASI. Caranya dengan memasukkan air
mendidih ke dalam wadah tersebut, lalu dibiarkan selama beberapa
menit kemudian buang airnya;
2. Menyiapkan lap atau tisu yang bersih;
3. Mencuci tangan sampai bersih dengan menggunakan sabun, kita
bersihkan sela-sela jari dan kuku sebelum menyentuh payudara dan
wadah ASI

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 120


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

4. Kondisi ibu harus tenang dan santai, caranya duduk dengan nyaman
pikirkan bayi atau dengarkan rekaman suara atau foto bayi;
5. Bila memungkinkan payudara dapat dikompres lebih dulu dengan
lap yang telah dibasahi air hangat;
6. Melakukan pemijatan ringan pada sekeliling payudara.

 Keunggulan memerah ASI dengan tangan dibandingkan dengan


menggunakan pompa
Menggunakan tangan Menggunakan pompa
Aman, tidak merusak jaringan payudara Jika salah memilih pompa, bias merusak
jaringan payudara
Higienis Kurang higienis apalagi bila pompa tidak
disterilkan
Praktis, tidak perlu membawa peralatan
Repot, harus membawa pulang-pergi
tambahan pompa
Gerakan memerah yang menyerupai pijatan
Reflek keluar ASI sukar terstimulus
pada payudara dapat meningkatkan
produksi ASI dan ibu bias merasakan
sendiri daerah pada payudara yang
masih terisi ASI.
Gratis, tidak perlu membeli alat. Harga pompa ASI relatif mahal, apalagi
yang elektrik

 Cara menyimpan ASI perah


1. Tuang ASI perah hingga ¾ botol , tutup rapat. Wadah penyimpanan
harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan botol kaca atau
kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan bebas
bisphenol A (BPA). Hindari pemakaian kantong plastik biasa maupun
botol susu disposable karena wadah-wadah ini mudah bocor dan
terkontaminasi. 
2. Beri nama, tanggal, dan jam
3. Masukkan ke tempat penyimpanan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 121
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

 Langkah-langkah penyajian ASI perah


a. Sehari sebelumnya ASI perah beku yang tersimpan di freezer
diturunkan ke lemari pendingin. Tujuannya agar pelelehan ASI perah
beku mencair secara bertahap.
b. ASI perah dikeluarkan dari lemari es secara berurutan dari jam perah
paling awal atau FIFO (First in First Out).
c. Mengambil ASI perah sesuai kebutuhan, yang kira-kira langsung bisa
dihabiskan.
d. ASI perah dihangatkan dengan cara merendam botol berisi ASI perah
dalam wadah yang berisi air putih suhu ruangan lalu diganti dengan air
yang lebih hangat.
e. ASI perah tidak dihangatkan dengan air mendidih atau direbus karena
akan merusak kandungan gizi.
f. Menyiapkan cangkir kecil atau cangkir dan sendok untuk meminumkan
ASI perah kepada bayi.
g. Jika ASI perah sudah mencair, ASI mesti dikocok perlahan (memutar
searah jarum jam) agar cairan di atas bercampur dengan cairan bawah.
Cairan atas biasanya hanya terlihat agak kental, dikarenakan kandungan
lemak yang lebih banyak. Bukan berarti ASI perah tersebut sudah basi.

II. Pertanyaan dan Jawaban


1. Bagaimana kandungan kualitas ASI segar dengan ASI yang sudah masuk
kulkas atau freezer?
Jawaban :
ASI yang sudah masuk freezer tentu kandungannya sudah berubah. Zat
dalam ASI yang masih baik dalam kondisi ini salah satunya adalah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 122


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

oligosakarida, gunanya untuk menghidupkan bakteri-bakteri baik di usus


bayi. Dalam kulkas, oligosakarida masih bisa bertahan. Oligosakarida
adalah salah satu kehebatan ASI yang tidak bisa ditiru oleh susu formula.
Jadi, pemberian ASI perah yang sudah disimpan di freezer sebaiknya
menjadi alternatif terakhir. Dan jika ibu memberikan ASI perah, diutamakan
yang masih segar karena antibodinya masih ada dan nutrisinya juga baik.
2. Kapan ibu boleh memerah ASI?
Jawaban :
Ibu boleh memerah ASI jika bayi sudah terampil menyusu dan berat
badannya sudah naik. Untuk awal-awal kelahiran bayi, lebih baik langsung
memberinya ASI dengan cara menyusui. Jika ibu kesulitan, boleh memerah
tapi langsung diberikan ke bayi dan tidak memakai botol, tapi dengan cara
disuapi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 123


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.3. Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Kardiovaskular
Sub Pokok Bahasan : Hipertensi
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Pasien Orang tua

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Hipertensi.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan gejala klinis Hipertensi
3. Menyebutkan mekanisme terjadinya Hipertensi
4. Menyebutkan faktor resiko Hipertensi
5. Menyebutkan apa saja terapi Hipertensi
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Hipertensi
2. Gejala kinis Hipertensi
3. Mekanisme terjadinya Hipertensi
4. Faktor resiko Hipertensi
5. Terapi Hipertensi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 124
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang Hipertensi
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian
hipertensi
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang gejala klinis
hipertensi
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang faktor resiko
hipertensi
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang terapi hipertensi
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet, poster
IV. Lampiran
A. Uraian materi
B. Pertanyaan dan tanya jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 125


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 126


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

HIPERTENSI

I. Uraian Materi
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg
atau lebih (Chobaniam, 2003)
B. Gejala Klinis Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat
ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price, gejala
hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur,
gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat
dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering
kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner,
2002).
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal
tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume
sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Corwin, 2005).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 128


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

D. Penyebab Hipertensi
1. Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
2. Ras/etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa
sering muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia
atau Amerika Hispanik.
3. Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi daripada wanita.
4. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat Gaya hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol,
kurang berolahraga, dan merokok.

II. Pertanyaan Dan Tanya Jawab


1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi ?
Jawab :
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolic lebih besar dari 90mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang).
2. Tanda-tanda dari hipertensi?
Jawab :
Sakit kepala, rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-
debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan.
3. Bagaimanakah pencegahan hipertensi?
Jawab :
Mengatasi obesitas, menurunkan berat badan berlebih, mengurangi
asupan garam didalam tubuh, ciptakan keadaan rileks, melakukan
olahraga teratur, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 129


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 130


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.4. Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Mellitus


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Endokrin
Sub Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus
Waktu : 30 Menit
Tempat : Puskesmas Sering
Sasaran : Pasien Diabetes Mellitus

I.Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Diabetes Mellitus.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Diabetes Mellitus
2. Menyebutkan gejala klinis Diabetes Mellitus
3. Menyebutkan mekanisme terjadinya Diabetes Mellitus
4. Menyebutkan faktor resiko Diabetes Mellitus
5. Menyebutkan apa saja terapi Diabetes Mellitus
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Gejala kinis Diabetes Mellitus
3. Mekanisme terjadinya Diabetes Mellitus
4. Faktor resiko Diabetes Mellitus
5. Terapi Diabetes Mellitus
B. Metode
Penyuluhan dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 131


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang Diabetes Mellitus
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian
Diabetes Mellitus
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang gejala klinis
Diabetes Mellitus
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang faktor resiko
Diabetes Mellitus
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang terapi Diabetes
Mellitus
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet, poster
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Tanya dan jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 132


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

DIABETES MELLITUS

I. Uraian Materi
A. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat.
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
B. Gejala Klinis Diabetes Mellitus
 Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
 Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan
keadaan katabolis
 Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
 Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput
lendir, dan kekencangan kulit buruk
 Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar
hiperglikemik, dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan
syok
 Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat
badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak.
 Gejala klasik :
 Poliuri
 Polidipsi
 Polifagi
 Penurunan Berat Badan
 Lemah
 Kesemutan, rasa baal

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 133


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

 Bisul / luka yang lama tidak sembuh


 Keluhan impotensi pada laki-laki
 Keputihan
 Infeksi saluran kemih
C. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110 mg / dl ). Jika terdapat defisit
insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi.
Empat perubahan itu adalah :
1. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
2. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam
darah
3. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan
glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi
kebutuhan.
4. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang
tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak.
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena
sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa
tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa
dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya
glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan
diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis
osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan
(polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup kelelahan
dan kelemahan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 134


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan


insulin yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin
ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan
sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM
tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat
ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 135


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia

Penurunan kadar insulin

Penggunaan glukosa sel menurun, glukagon meningkat Rendahnya informasi

Hiperglikemia Kurang pengetahuan

Resiko infeksi

Sel kelaparan Mual muntah, Diuresis osmotik


anoreksia Mikroangiopati

Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron

Sel saraf sensori iskemik


Mata
Parestesi, kebas,
kesemutan
Penurunan perfusi retina, pengendapan
sorbitol (lensa keruh)

Perubahan persepsi
sensori perabaan
Gangguan fungsi penglihatan

Perubahan persepsi sensori penglihatan

D. Etiologi Diabetes Mellitus


Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM)
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta pankreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetik

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 136


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi


suatu predisposisi/kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi
dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya
diabetes tipe II disbanding dengan golongan Afro-Amerika
E. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus
a. DM tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 137


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

- Gemuk
- Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu
- Penyakit pancreas
- Hormonal
- Obat atau bahan kimia
- Kelainan reseptor
- kelainan genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
F. Komplikasi Diabetes Mellitus
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek Somogyi (penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
diikuti peningkatan rebound pada pagi hari)
e. Fenomena fajar / down phenomenon (hiperglikemi pada pagi hari
antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan
sikardian kadar glukosa pada pagi hari)
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
 Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
 Penyakit vaskuler perifer
 Stroke
b. Mikroangiopati
 Retinopati
 Nefropati
 Neuropati diabetik

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 138


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

II. Pertanyaan Dan Tanya Jawab


1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
Jawab :
Diabetes Mellitus adalah peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) di
atas normal, akibat adanya resistensi atau retensi insulin di dalam tubuh.
2. Jenis-jenis Diabetes Mellitus?
Jawab :
Diabetes mellitus di bagi menjadi dua, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe 2
3. Bagaimanakah pencegahan Diabetes Mellitus ?
Jawab :
Untuk pencegahan Diabetes Mellitus, dokter biasanya menyarankan diet
rendah gula dan memberikan obat – obatan untuk mengkontrol kadar
guladarah seperti metformin dan lain-lain.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 139


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.5. Satuan Kegiatan Penyuluhan Kejang Demam pada Anak


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Neurologi
Sub Pokok Bahasan : Kejang Demam pada Anak
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Ibu-ibu peserta Posyandu

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Kejang Demam pada Anak.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Kejang Demam pada Anak.
2. Menyebutkan macam-macam Kejang Demam pada Anak.
3. Menyebutkan faktor resiko Kejang Demam pada Anak.
4. Menyebutkan tanda dan gejala Kejang Demam pada Anak.
5. Menyebutkan penanganan Kejang Demam pada Anak.
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Kejang Demam pada Anak
b. Macam-macam Kejang Demam pada Anak
c. Faktor Resiko Kejang Demam pada Anak
d. Tanda dan gejala Kejang Demam pada Anak
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 140


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

D. Kegiatan Membuka Pembelajaran


1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang Kejang Demam pada
Anak
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian Kejang
Demam pada Anak
3. Sasaran menyimak penjelasan tentang Kejang Demam pada Anak
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang tanda dan gejala
Kejang Demam pada Anak
5. Sasaran memberikan pertanyaan (sesi Tanya jawab)
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
a. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Leaflet
C. Dokumentasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 141


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Kejang Demam pada Anak

I. Uraian Materi
a. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur
6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
380 C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh
proses intrakranial.
b. Tanda dan Gejala
 Gerakan tangan, kaki dan wajah yang menyentak-nyentak atau kaku
 Bola mata berputar kearah belakang kepala
 Kesulitan bernafas
 Hilang kesadaran
 Mengompol
 Muntah
 Suhu badan meningkat biasanya lebih dari 380C
c. Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
a. Kejang lama (>15 menit)
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
d. Tatalaksana
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada
waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang
dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang
adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 142
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit,


dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut
mengikuti algoritma kejang pada umumnya.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital)adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena. Jika
kejang masih berlanjut, lihat algoritme tatalaksana status epileptikus.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari
indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.

Pemberian Obat Pada Saat Demam


Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A).
Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-
4 kali sehari.
Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat
antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten
diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
 Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
 Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
 Usia < 6 bulan
 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 143
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

 Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat


dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal
0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan 12 kg), sebanyak 3 kali sehari,
dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten
diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua
bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,
iritabilitas, serta sedasi.
Pemberian obat antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan,
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek (level of evidence 3, derajat rekomendasi D). Indikasi
pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku


dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2
tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4
mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
e. Edukasi Orangtua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua.
Pada saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan
meninggal. Kecemasan tersebut harus dikurangi dengan cara diantaranya:
1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai
prognosis baik.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 144


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

2. Memberitahukan cara penanganan kejang.


3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang
efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
f. Beberapa Hal yang Harus Dikerjakan Bila Anak Kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
5. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5
menit. Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya
boleh diberikan satu kali oleh orangtua.
8. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti
dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar,
atau terdapat kelumpuhan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 145


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.6. Satuan Acara Penyuluhan Demam Berdarah


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Tropikal
Sub Pokok Bahasan : DBD
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Masyarakat

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang DBD.
B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian DBD
2. Menyebutkan gejala klinis DBD
3. Menyebutkan mekanisme terjadinya DBD
4. Menyebutkan faktor resiko DBD
5. Menyebutkan apa saja terapi DBD
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian DBD
2. Gejala kinis DBD
3. Mekanisme terjadinya DBD
4. Faktor resiko DBD
5. Terapi DBD
B. Metode
Penyuluhan dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 146


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang DBD
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian DBD
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang gejala klinis
DBD
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang faktor resiko
DBD
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang terapi DBD
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Tanya Jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 147


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

DBD

I. Uraian Materi
A. Definisi
Demam dengue/DD dan Demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Haemorhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang
disertai oleh leukopenia ,ruam, limfadenopati,trombositopeni,dan diatesis
hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai dengan renjatan/syok
B. Etiologi
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4
serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3
merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak berhubungan
dengan kasus berat.
C. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala seperti DD. Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak
bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus
antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
hal sebagai berikut :
1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, berakibat
dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a.C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat
berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 148


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa
renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya
anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung
inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya
perannya dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses
inaktivasi tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk
membebaskan histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar
histamin yang meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DHF.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat
meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III
yang merangsang koagulasi intravaskular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
pembentukan anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin
degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem
kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 149


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara
hari ke-3 dan ke-7 sakit.
D. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari
asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue,
SSD).

E.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 150


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Spektrum
Manifestasi Klinis
Klinis
• Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut:
nyeri kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan
DD leukopenia.
• Dapat disertai trombositopenia.
• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
• Uji torniquet positif.
• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hematuri.
DBD • Hepatomegali.
• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga
peritoneal.
• Trombositopenia.
• Hemokonsentrasi.
• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
• Gejala syok :

 Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.


SSD  Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
 Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
 Akral dingin, capillary refill turun.
 Diuresis turun, hingga anuria.

Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 151


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Keterangan:
 Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama
perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
 Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang
mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
 Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter
2,8 cm (1 inchi).
E. Pemeriksaan Penunjang
Uji laboratorium meliputi :
1. Isolasi virus
Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada :
 Biakan jaringan nyamuk atau biakan jaringan mamalia.
Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen yang
ditunjukkan dengan immunoflouresen, atau adanya CPE (cytopathic
effect) pada biakan jaringan manusia.
 Inokulasi/ penyuntikan pada nyamuk
Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen dengue pada
kepala nyamuk yang dilihat dengan uji immunoflouresen.
2. Pemeriksaan Serologi
 Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
 Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)
 Uji Netralisasi (Neutralization Test)
 Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)
 Uji IgG Elisa indirek

Diagnosis
Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia,
lemah, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala, berlangsung
terus menerus selama 2-7 hari.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 152


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie,


ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
3. Hepatomegali
4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau
hipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
Kriteria laboratoris :
1. Trombositopenia (≤ 100.000/µl)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari orang normal)

Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup


untuk menegakkan diagnogsis kerja DBD.

F. Penatalaksanaan
1. Demam Dengue
Medikamentosa:
 Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 – 15 mg/kg
BB/kali, 3 kali/hari. Tidak dianjurkan pemberian asam
asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Edukasi orang tua:
 Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.
 Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
 Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus
buah, atau sup. Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.
 Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat
suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan
DBD, sehingga orang tua perlu waspada.
 Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah
terus menerus, tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul
perdarahan.
2. Demam Berdarah Dengue
Fase demam
 Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 153


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

 Antipiretik: paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.


 Perbanyak asupan cairan oral.
 Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari
saat suhu turun. Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.
Penggantian volume plasma
 Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status
dehidrasi pasien dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.
 Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau
NaCl.

Tabel 2. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang


Jumlah Cairan
Berat Badan (Kg)
(ml/kg BB/hari)
<7 220
7 – 11 165
12 – 18 132
>18 88

Tabel 3. Kebutuhan cairan rumatan


Berat Badan (Kg) Jumlah cairan (ml)
10 100 per kg BB

10 – 20 1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10 kg)

>20 1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20 kg)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 154


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Tabel 4. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien


Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien
Ada kedaruratan:
Tidak demam selama 24 jam
• Syok
tanpa antipiretik
• Muntah terus menerus
Nafsu makan membaik
• Kejang
Secara klinis tampak perbaikan
• Kesadaran turun
Hematokrit stabil
• Muntah darah
Tiga hari setelah syok teratasi
• Berak hitam
Trombosit > 50.000/uL
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali
Tidak dijumpai distres
pemeriksaan berturut-turut
pernafasan
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)

Tabel 5. Derajat penyakit DBD


Derajat
Kriteria
Penyakit
DBD Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan
derajat I ialah uji torniquet positif.
DBD
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
derajat II
Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (
DBD
< 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
derajat III
lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
derajat IV tidak dapat diukur.

Tanda klinik apabila diduga adanya perdarahan:


 Gelisah, kesakitan

 Hipokondrium kanan nyeri tekan


 Abdomen membuncit
 Lingkaran perut bertambah (ukur tiap hari)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 155


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Jika terdapat tanda klinik diatas maka lakukan monitoring:


 Hb, Ht (menurun atau meningkat)

 Awasi pasca syok lama


 Penurunan Hb, Ht saat penyembuhan disebabkan hemodilusi,
bukan perdarahan

Komplikasi DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh
lemah / lelah (fatigue) saat fase pemulihan.
Penyebab kematian pada deman berdarah dengue:
 Syok berkepanjangan (Prolonged shock)

 Kelebihan cairan
 Perdarahan masif
 Manifestasi yang jarang :
 Ensefalopati dengue
 Gagal ginjal akut

Ensefalopati DBD
 Diduga akibat disfungsi hati, udem otak,

 perdarahan kapiler serebral


 atau kelainan metabolik
 Ditandai dengan kesadaran menurun dengan atau tanpa kejang, baik pada
DBD dengan atau tanpa syok
 Ketepatan diagnosis
 Bila ada syok, harus diatasi dulu
 Pungsi lumbal setelah syok teratasi, hati-hati trombosit < 50000/ul
 Transaminase, PT/PTT, gula darah, analisa gas darah, elektrolit,
amoniak darah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 156


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

II. Pertanyaan Dan Tanya Jawab


1. Apa yang dimaksud dengan DBD?
Jawab :
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai
oleh leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeni, dan diatesis
hemoragik.
2. Apa penyebab DBD?
Jawab :
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4
serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3
merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak
berhubungan dengan kasus berat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 157


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.7. Satuan Acara Penyuluhan Lansia Sehat


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Sistem Kesehatan Masyarakat
Sub Pokok Bahasan : Lansia Sehat
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Masyarakat Lansia

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Lansia Sehat.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Lansia
2. Menyebutkan cara hidup lansia sehat
V. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Lansia
2. Cara Hidup Lansia Sehat
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 158


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan


4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang pengertian Lansia
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Cara Hidup
Sehat Lansia
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
VI. Media
Media : Leaflet
VII. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Pertanyaan dan Tanya jawab

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 159


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Lansia Sehat

I. Uraian Materi
a. Definisi
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

b. Cara Hidup Sehat Lansia


Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara
tersebut adalah:
1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia
seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu,
kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat.
Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena
berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat,
misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi
kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya.
Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):
a. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai
macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan
pengatur.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 160


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat
arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan,
kacang- kacangan, biji – bijian).
c. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak
hewani.
d. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang
bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi
dengan jumlah bertahap.
e. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non
fat, yoghurt, ikan.
f. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti
kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.
g. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung
alkohol.
h. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan
yang segar dan mudah dicerna.
j. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.
k. Makan disesuaikan dengan kebutuhan

2. Minum air putih 1.5 – 2 liter


Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2
liter per hari.
Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di
saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga
sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah
penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari
minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 161


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang
cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.
Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental,
soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-
minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama
bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM,
darah tinggi, obesitas dan sebagainya.
3. Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan
kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat
lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia
lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya,
dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu
diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang,
waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif
atau bertanding.
Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu,
jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki
misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan
kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan
otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.
4. Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur.
Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan
proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan
energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-
bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan
sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting
untuk kesehatan.
5. Menjaga kebersihan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 162


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya


kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan
juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan
tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum
makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan
atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan,
membersihkan kuku dan lubang-lubang (telinga, hidung, pusar, anus,
vagina, penis), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian
yang bersih.
Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan
kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden,
karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan
secara periodik.
Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat
bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu
diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.
6. Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh,
sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut
menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar
lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan,
lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat
dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan
dan mendapat izin dari petugas kesehatan.
7. Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan
kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun
tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala,
karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui
lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada
faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 163


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan


dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

8. Mental dan batin tenang dan seimbang


Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang
harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat
dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang
adalah:
a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri
kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan
pikiran menjadi tenang.
b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,
merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga
dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke,
asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental
dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih
menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang
hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi
kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.
Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat
menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.
9. Rekresi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama
seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat
disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di
pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika
mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk
bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan
melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.
10. Hubungan antar sesama yang sehat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 164


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman,


karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus
sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan
teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan
mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan
orang-orang yang dicintai dan disayangi.
11. Back to nature (kembali ke alam)
Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah
mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap
saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur
awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih
mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci
dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu,
bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan
dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan
kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh
jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi
lembek dan rentan penyakit.
Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to
nature atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi
tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan
kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji
dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
yang segar dan juga minum air putih.
12. Semua yang dilakukan tidak berlebihan
Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan
tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik
tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau
kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 165


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.8. Satuan Acara Penyuluhan Etika Batuk


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Posyandu Lansia
Sub Pokok Bahasan : Etika Batuk
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Lansia

I.Tujuan Pembelajaran
I. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Mencuci Tangan.
II. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian batuk
2. Menyebutkan pengertian etika batuk
3. Menyebutkan tujuan dan manfaat etika batuk
4. Menyebutkan bagaimana langkah etika batuk
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian batuk dan etika batuk
2. Tujuan etika batuk
3. Kebiasaan batuk yang salah
4. Langkah-langkah etika batuk
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 166


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang etika batuk
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang pengertian etika
batuk
3. Sasaran menyimak penjelasan tentang tujuan etika batuk
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang langkah etika
batuk
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Tanya Jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 167


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

ETIKA BATUK

I. Uraian materi
A. Pengertian
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan
tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap
iritasi di tenggorokan karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
B. Tujuan Etika Batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas
(Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut
dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain
disekitarnya melalui udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara
pernafasan disebut “air borne disease”.
C. Penyebab terjadinya Batuk
1. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran
pernapasan. Misal : flu, bronchitis,dan penyakit yang cukup serius
meskipun agak jarang pneumoni, TBC, Kanker paru-paru.
2. Alergi
 Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran
pernapasan. Misal : debu,asap,makanan dan cairan.
 Mengalirnya cairan hidung kearah tenggorokan dan masuk ke
saluran pernapasan. Misal : rhinitis alergika, batuk pilek.
 Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 168


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

D. Kebiasaan batuk yang salah


 Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
 Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau
hidung saat batuk dan bersin.
 Membuang ludah batuk disembarang tempat.
 Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang
tempat.
 Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.
E. Dampak dari Batuk
Batuk dapat menyebabkan :
 Rasa lelah
 Gangguan tidur
 Perubahan pola hidup
 Nyeri musculoskeletal
 Suara serak
 Mengganggu nafas,dll.
F. Cara Batuk yang Baik dan Benar
Hal-hal perlu anda perlukan:
- Lengan baju
- Tissue
- Sabun dan air
- Gel pembersih tangan

Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan  tutup hidung dan mulut
anda dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda
setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 169


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.

Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil
kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel
pembersih tangan.

Langkah 4
Gunakan masker.

II. Sesi Tanya jawab :


1. Apa saja kebiasaan batuk yang salah pada masyarakat?
Jawaban:
• Tidak mau menutup mulut saat batuk di tempat umum
• Tidak mencuci tangan setelah tangan digunakan untuk batuk

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 170


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

• Membuang ludah batuk sembarangan


• Membuang/meletakkan tissue yang sudah dipakai di sembarang
tempat
• Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk

5.2.9. Satuan Acara Penyuluhan Mencuci Tangan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : PHBS
Sub Pokok Bahasan : Mencuci Tangan
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Anak - Anak dan Orang Tua

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Mencuci Tangan.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian mencuci tangan
2. Menyebutkan kapan waktu mencuci tangan
3. Menyebutkan manfaat mencuci tangan
4. Menyebutkan jenis - jenis mencuci tangan
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian mencuci tangan
2. Waktu mencuci tangan
3. Manfaat mencuci tangan
4. Jenis - jenis mencuci tangan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 171


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan

D. Kegiatan Membuka Pembelajaran


1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang mencuci tangan
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang pengertian
mencuci tangan
3. Sasaran menyimak penjelasan tentang manfaat mencuci tangan
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang waktu
mencuci tangan
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam.
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 172


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

MENCUCI TANGAN

I. Uraian materi
A. Pengertian Mencuci Tangan
Menurut DEPKES 2007, mencuci tanganadalah proses yang
secara mekanis melepaskan kotorandan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun  biasa dan air. Mencuci tangan adalah
menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas
dibawah aliran air (Larsan, 1995).
B. Manfaat Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar
untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana
tindakan ini dilakukan dengan manfaat:
1. Supaya tangan bersih
2. Membasmi tangan dari kuman dan mikroorganisme
3. Mencegah penularan penyakit.
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan bertujuan untuk:
1. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan.
2. Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit atau
tangan
C. Waktu yang Diharuskan untuk Mencuci Tangan
Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang
takkan lepas kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap
lingkungan luar. Waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 173


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

1. Sebelum dan sesudah makan. Untuk menghindari


masuknya kuman kedalam tubuh saat kita makan
2. Setelah buang air besar. Besar kemungkinan tinja masih
tertempel di tangan, sehingga diharuskan untuk mencuci tangan
3. Setelah bermain. Kebiasaan anak kecil adalah bermain
ditempat yang kotor seperti tanah, dan lain-lain. Dimana kita tahu
bahwa banyak sekali kuman didalam tanah, jadi selesai bermain
harus mencuci tangan supaya kuman dari tanah hilang dan tidak
menempel ditangan.
4. Sebelum dan sesudah beraktivitas. Bagi adik-adik mencuci
tangan ini juga bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar,
sebelum dan sesudah bangun tidur dan sesudah melakukan
kegiatan yang lain.
5. Setelah batuk, bersin atau membersihkan hidung, kuman
dan kotoran yang mungkin keluar dapat kembali masuk akibatdari
tangan yang tidak bersih.
6. Setelah memegang benda-benda kotor, berdebu dan
berkarat.
7. Setelah memegang keyboard computer ataupun handphone
D. Akibat Tidak Mencuci Tangan
1.  Demam Typoid
Penyebab penyakit ini adalah Bakteri Salmonella Typhi A,
B atau C. Kuman ini hidup di air kotor, makanan yang tercemar
dan lingkungan kotor lainnya. Penyakit ini menginfeksi pada usus
halus dan terkadang pada aliran darah, selain ini dapat juga
menyebabkan Gastroenteritis (keracunan makanan) dan
Septikemia  (keracunan darah /  Blood Poisoning ).
2. Diare.
Sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan
dengan sabun dapat menurunkan angka penderita diare hingga
separuhnya. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun
dalam penurunan angka penderita diare adalah 44%.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 174


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

3. ISPA.
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, buang air besar, buang air kecil
dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 %. Penelitian di
Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun
mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan
dengan pnemonia (radang paru-paru) pada anak-anak balita
hingga lebih dari 50 %.

4. Infeksi cacing
Infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian membuktikan
bahwa penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi
kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan
cacingan khususnya untuk  ascariasis dan trichuriasis. 
5. Hepatitis A
Penularan terjadi ketika seseorang yang terinfeksi virus ini
tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan kamar
mandi kemudian ia mengolah makanan yang dikonsumsi oleh
orang lain.
E. Macam-macam Cara Mencuci Tangan:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir Alat dan
bahan:
a. Sabun
b. Air yang mengalir
c. Handuk kecil
2. Prosedur kerja:
a. Basahi tangan dengan air, lalu beri sabun
b. Bersihkan tangan dengan menggunakan teknik cuci tangan
6 langkah
c. Bilas dengan air yang mengalir dan keringkan dengan
handuk kecil.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 175


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

d. Mencuci tangan dengan cairan (hand sanitizer) Saat dalam


kondisi yang tidak memungkinkan menggunakan air,
misalnya dalam perjalanan di mobil lalu ingin makan
sesuatu. Bisa menggunakan hand sanitizer. Namun apabila
tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh tanah,
darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun
untuk mencuci tangan lebih disarankan Alat dan bahan:
hand sanitizer Prosedur kerja: Beri hand sanitizer pada
tangan, lalu usapkan.
e. Mencuci tangan dengan tissue basah. Tisu ini dianjurkan
untuk digunakan dalam membersihkan tangan dan
peralatan dapur lainnya sebelum masak agar mencegah
kontaminasi bakteri silang antara tangan, bahan masakan,
dan peralatan dapur sehingga tidak menyebar.

II. Sesi Tanya jawab :


1. Apa pengertian mencuci tangan?
Jawab :
Menurut DEPKES 2007, mencuci tanganadalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotorandan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun  biasa dan air. Mencuci tangan adalah menggosok air
dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan
dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan,
1995).
2. Apa manfaat mencuci tangan ?
Jawab :
 Supaya tangan bersih
 Membasmi tangan dari kuman dan mikroorganisme
 Mencegah penularan penyakit.
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan bertujuan untuk:
 Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 176


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

 Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit atau


tangan
3. Kapan waktu mencuci tangan?
Jawab :
1. Sebelum dan sesudah makan Untuk menghindari masuknya kuman
kedalam tubuh saat kita makan
2. Setelah buang air besar Besar kemungkinan tinja masih tertempel di
tangan, sehingga diharuskan untuk mencuci tangan
3. Setelah bermain Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang
kotor seperti tanah, dan lain-lain. Dimana kita tahu bahwa banyak sekali
kuman didalam tanah, jadi selesai bermain harus mencuci tangan
supaya kuman dari tanah hilang dan tidak menempel ditangan.
4. Sebelum dan sesudah beraktivitas. Bagi adik-adik mencuci tangan ini
juga bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah
bangun tidur dan sesudah melakukan kegiatan yang lain.
5. Setelah batuk, bersin atau membersihkan hidung, kuman dan kotoran
yang mungkin keluar dapat kembali masuk akibat dari tangan yang
tidak bersih.
6. Setelah memegang benda-benda kotor, berdebu dan berkarat.
7. Setelah memegang keyboard computer ataupun handphone

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 177


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

5.2.10. Satuan Acara Penyuluhan Sikat Gigi


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama Bidang Studi : KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : PHBS
Sub Pokok Bahasan : Menggosok Gigi
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Sering
Sasaran : Ibu – Ibu dan Anak - Anak

I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Menggosok Gigi.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian menggosok gigi
2. Menyebutkan kapan waktu menggosok gigi
3. Menyebutkan manfaat menggosok gigi
4. Menyebutkan jenis - jenis menggosok gigi
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian menggosok gigi
2. Waktu menggosok gigi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 178
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

3. Manfaat menggosok gigi


4. Jenis - jenis menggosok gigi
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan

D. Kegiatan Membuka Pembelajaran


1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang menggosok gigi
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang pengertian
menggosok gigi
3. Sasaran menyimak penjelasan tentang manfaat menggosok gigi
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang waktu
menggosok gigi
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam.
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 179


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

MENGGOSOK GIGI DENGAN BENAR

I. Uraian Materi
A. Pengertian Menggosok gigi
Menurut Yayasan Kusuma Buana 2007, Membersihkan
gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi. Menggosok gigi merupakan
suatu upaya yang di lakukan untuk menjaga agar gigi tetap dalam
keadaan yang bersih dan sehat.
B. Manfaat gosok gigi
Menurut Yayasan Kusuma Buana 2007, manfaat
menggosok gigi adalah sebagai berikut:
1. Gigi menjadi bersih dan sehat.
2. Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi dan
penyakit lainnya.
3. Memberikan perasaan segar dalam mulut.
4. Mencegah bau nafas tidak sedap.
C. Waktu menggosok gigi
1. Sesudah makan
2. Sebelum tidur
D. Cara Merawat Gigi, Gusi dan Mulut agar Tetap Bersih dan Sehat
1. Makanlah makanan yang bergizi seimbang

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 180


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING

2. Batasi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat


(gula) seperti es krim, permen, coklat dsb. Kandungan gula inilah
yang menyebabkan gigi cepat keropos. Demikian juga dengan
makanan - makanan yang lengket, dan tak perlu proses
pengunyahan yang cukup, seperti fast food.
3. Keluarkan isi pasta gigi penuh dan merata pada permukaan sikat
gigi.
4. Tutup kembali pasta gigi dan kembalikan pada tempatnya.
5. Mulailah berkumur dengan air.
6. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut
45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dengan gusi.
7. Gerakkan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar
permukaan setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45
derajat berlawanan dengan garis gusi agar sisa makanan yang
mungkin masih menyelip dapat dibersihkan.
8. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam
permukaan gigi.
9. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk
mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk
membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat
tidak membengkok.
10. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi
sikat gigi sesering mungkin.
11. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan
posisi tegak dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati
garis gusi.
12. Berkumur- kumur sampai mulut terasa bersih.
13. Lap / keringkan mulut dengan handuk.
14. Rapikan alat – alat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 181


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019

Anda mungkin juga menyukai