8 Bab V
8 Bab V
BAB V
LAPORAN KEGIATAN
Mestika
Rini Puji Astuti Penyediaan Penyediaan
Obat Obat
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien
mampu memahami tentang Stroke.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat dapat :
1. Menyebutkan pengertian stroke
2. Menyebutkan penyebab stroke
3. Menyebutkan pencegahan stroke
4. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian stroke
2. Penyebab stroke
3. Pencegahan stroke
4. Tanda dan Gejala stroke
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 106
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING
STROKE
I. Uraian Materi
1. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian.
2. Etiologi
Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
- Trombosis
Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis, poliarteritis
nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis 10 (spontan atau traumatik);
Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
- Embolisme
Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri:
bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan
hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.
- Vasokonstriksi
- Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
Beberapa penyebab stroke hemoragik meliputi:
- Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
- Ruptur kantung aneurisma
- Ruptur malformasi arteri dan vena
- Trauma (termasuk apopleksi tertunda pasca trauma)
5. Obat neuroprotektif
Golongan obat ini seringkali digunakan dengan alasan untuk
menunda terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik
khususnya penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke
jaringan. Beberapa jenis obat yang sering digunakan seperti citicoline,
flunarizine, statin, atau pentoxifylline. Citicoline merupakan salah satu
1. Terapi Umum
a. Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada
satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai
bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan
jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya,
jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten).
b. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid
1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per
oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan gangguan
menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang
nasogastrik.
c. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu
selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg
% atau <80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa
40% iv sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
d. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian
obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik
≥120 mmHg, Mean Artikel Blood Pressure (MAP) ≥130 mmHg
(pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Penyimpanan ASI.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian ASI
2. Menyebutkan tata cara memerah ASI
3. Menyebutkan tata cara menyimpan ASI
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian ASI
2. Tata Cara Memerah ASI
3. Tata Cara Menyimpan ASI
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 118
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING
Penyimpanan ASI
I. Uraian Materi
a. Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bayi (WHO, 2004).
b. Tata Kelola ASI Perah
Langkah-langkah pelaksanaan pemerah ASI
a. Menyiapkan perlengkapan
Perlengkapan memerah ASI dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan ibu, yaitu:
1. Gelas/cangkir untuk menampung ASI perah;
2. Botol untuk menyimpan ASI yang sudah diperah;
3. Label dan spidol;
4. Cooler box/termos dan blue ice;
5. Jika diperlukan memerah dapat menggunakan pompa ASI
4. Kondisi ibu harus tenang dan santai, caranya duduk dengan nyaman
pikirkan bayi atau dengarkan rekaman suara atau foto bayi;
5. Bila memungkinkan payudara dapat dikompres lebih dulu dengan
lap yang telah dibasahi air hangat;
6. Melakukan pemijatan ringan pada sekeliling payudara.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Hipertensi.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan gejala klinis Hipertensi
3. Menyebutkan mekanisme terjadinya Hipertensi
4. Menyebutkan faktor resiko Hipertensi
5. Menyebutkan apa saja terapi Hipertensi
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Hipertensi
2. Gejala kinis Hipertensi
3. Mekanisme terjadinya Hipertensi
4. Faktor resiko Hipertensi
5. Terapi Hipertensi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 124
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang Hipertensi
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian
hipertensi
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang gejala klinis
hipertensi
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang faktor resiko
hipertensi
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang terapi hipertensi
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet, poster
IV. Lampiran
A. Uraian materi
B. Pertanyaan dan tanya jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi
HIPERTENSI
I. Uraian Materi
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg
atau lebih (Chobaniam, 2003)
B. Gejala Klinis Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat
ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price, gejala
hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur,
gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat
dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering
kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner,
2002).
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal
tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume
sekuncup) sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Corwin, 2005).
D. Penyebab Hipertensi
1. Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
2. Ras/etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa
sering muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia
atau Amerika Hispanik.
3. Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi daripada wanita.
4. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat Gaya hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol,
kurang berolahraga, dan merokok.
I.Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Diabetes Mellitus.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Diabetes Mellitus
2. Menyebutkan gejala klinis Diabetes Mellitus
3. Menyebutkan mekanisme terjadinya Diabetes Mellitus
4. Menyebutkan faktor resiko Diabetes Mellitus
5. Menyebutkan apa saja terapi Diabetes Mellitus
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Gejala kinis Diabetes Mellitus
3. Mekanisme terjadinya Diabetes Mellitus
4. Faktor resiko Diabetes Mellitus
5. Terapi Diabetes Mellitus
B. Metode
Penyuluhan dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang Diabetes Mellitus
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian
Diabetes Mellitus
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang gejala klinis
Diabetes Mellitus
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang faktor resiko
Diabetes Mellitus
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang terapi Diabetes
Mellitus
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet, poster
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Tanya dan jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi
DIABETES MELLITUS
I. Uraian Materi
A. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat.
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
B. Gejala Klinis Diabetes Mellitus
Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan
keadaan katabolis
Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput
lendir, dan kekencangan kulit buruk
Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar
hiperglikemik, dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan
syok
Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat
badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak.
Gejala klasik :
Poliuri
Polidipsi
Polifagi
Penurunan Berat Badan
Lemah
Kesemutan, rasa baal
Resiko infeksi
Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron
Perubahan persepsi
sensori perabaan
Gangguan fungsi penglihatan
- Gemuk
- Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu
- Penyakit pancreas
- Hormonal
- Obat atau bahan kimia
- Kelainan reseptor
- kelainan genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
F. Komplikasi Diabetes Mellitus
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek Somogyi (penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
diikuti peningkatan rebound pada pagi hari)
e. Fenomena fajar / down phenomenon (hiperglikemi pada pagi hari
antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan
sikardian kadar glukosa pada pagi hari)
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
Penyakit vaskuler perifer
Stroke
b. Mikroangiopati
Retinopati
Nefropati
Neuropati diabetik
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Kejang Demam pada Anak.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Kejang Demam pada Anak.
2. Menyebutkan macam-macam Kejang Demam pada Anak.
3. Menyebutkan faktor resiko Kejang Demam pada Anak.
4. Menyebutkan tanda dan gejala Kejang Demam pada Anak.
5. Menyebutkan penanganan Kejang Demam pada Anak.
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Kejang Demam pada Anak
b. Macam-macam Kejang Demam pada Anak
c. Faktor Resiko Kejang Demam pada Anak
d. Tanda dan gejala Kejang Demam pada Anak
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
I. Uraian Materi
a. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur
6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
380 C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh
proses intrakranial.
b. Tanda dan Gejala
Gerakan tangan, kaki dan wajah yang menyentak-nyentak atau kaku
Bola mata berputar kearah belakang kepala
Kesulitan bernafas
Hilang kesadaran
Mengompol
Muntah
Suhu badan meningkat biasanya lebih dari 380C
c. Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
a. Kejang lama (>15 menit)
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
d. Tatalaksana
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada
waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang
dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang
adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 142
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal
0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan 12 kg), sebanyak 3 kali sehari,
dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten
diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua
bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,
iritabilitas, serta sedasi.
Pemberian obat antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan,
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek (level of evidence 3, derajat rekomendasi D). Indikasi
pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang DBD.
B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian DBD
2. Menyebutkan gejala klinis DBD
3. Menyebutkan mekanisme terjadinya DBD
4. Menyebutkan faktor resiko DBD
5. Menyebutkan apa saja terapi DBD
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian DBD
2. Gejala kinis DBD
3. Mekanisme terjadinya DBD
4. Faktor resiko DBD
5. Terapi DBD
B. Metode
Penyuluhan dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang DBD
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang Pengertian DBD
3. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang gejala klinis
DBD
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang faktor resiko
DBD
5. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang terapi DBD
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Tanya Jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi
DBD
I. Uraian Materi
A. Definisi
Demam dengue/DD dan Demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Haemorhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang
disertai oleh leukopenia ,ruam, limfadenopati,trombositopeni,dan diatesis
hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai dengan renjatan/syok
B. Etiologi
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4
serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3
merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak berhubungan
dengan kasus berat.
C. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala seperti DD. Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak
bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus
antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
hal sebagai berikut :
1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, berakibat
dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a.C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat
berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun
masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa
renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya
anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung
inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya
perannya dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses
inaktivasi tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk
membebaskan histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar
histamin yang meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DHF.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat
meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III
yang merangsang koagulasi intravaskular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
pembentukan anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin
degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem
kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah.
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara
hari ke-3 dan ke-7 sakit.
D. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari
asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue,
SSD).
E.
Spektrum
Manifestasi Klinis
Klinis
• Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut:
nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan
DD leukopenia.
• Dapat disertai trombositopenia.
• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
• Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
• Uji torniquet positif.
• Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
• Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hematuri.
DBD • Hepatomegali.
• Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga
peritoneal.
• Trombositopenia.
• Hemokonsentrasi.
• Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
• Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
• Gejala syok :
Keterangan:
Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama
perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang
mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter
2,8 cm (1 inchi).
E. Pemeriksaan Penunjang
Uji laboratorium meliputi :
1. Isolasi virus
Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada :
Biakan jaringan nyamuk atau biakan jaringan mamalia.
Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen yang
ditunjukkan dengan immunoflouresen, atau adanya CPE (cytopathic
effect) pada biakan jaringan manusia.
Inokulasi/ penyuntikan pada nyamuk
Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen dengue pada
kepala nyamuk yang dilihat dengan uji immunoflouresen.
2. Pemeriksaan Serologi
Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)
Uji Netralisasi (Neutralization Test)
Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)
Uji IgG Elisa indirek
Diagnosis
Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia,
lemah, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala, berlangsung
terus menerus selama 2-7 hari.
F. Penatalaksanaan
1. Demam Dengue
Medikamentosa:
Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 – 15 mg/kg
BB/kali, 3 kali/hari. Tidak dianjurkan pemberian asam
asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Edukasi orang tua:
Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.
Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus
buah, atau sup. Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.
Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat
suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan
DBD, sehingga orang tua perlu waspada.
Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah
terus menerus, tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul
perdarahan.
2. Demam Berdarah Dengue
Fase demam
Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.
Komplikasi DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh
lemah / lelah (fatigue) saat fase pemulihan.
Penyebab kematian pada deman berdarah dengue:
Syok berkepanjangan (Prolonged shock)
Kelebihan cairan
Perdarahan masif
Manifestasi yang jarang :
Ensefalopati dengue
Gagal ginjal akut
Ensefalopati DBD
Diduga akibat disfungsi hati, udem otak,
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Lansia Sehat.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian Lansia
2. Menyebutkan cara hidup lansia sehat
V. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Lansia
2. Cara Hidup Lansia Sehat
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
Lansia Sehat
I. Uraian Materi
a. Definisi
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat
arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan,
kacang- kacangan, biji – bijian).
c. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak
hewani.
d. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang
bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi
dengan jumlah bertahap.
e. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non
fat, yoghurt, ikan.
f. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti
kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.
g. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung
alkohol.
h. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan
yang segar dan mudah dicerna.
j. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.
k. Makan disesuaikan dengan kebutuhan
dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang
cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.
Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental,
soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-
minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama
bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM,
darah tinggi, obesitas dan sebagainya.
3. Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan
kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat
lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia
lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya,
dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu
diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang,
waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif
atau bertanding.
Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu,
jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki
misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan
kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan
otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.
4. Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur.
Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan
proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan
energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-
bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan
sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting
untuk kesehatan.
5. Menjaga kebersihan
I.Tujuan Pembelajaran
I. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Mencuci Tangan.
II. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian batuk
2. Menyebutkan pengertian etika batuk
3. Menyebutkan tujuan dan manfaat etika batuk
4. Menyebutkan bagaimana langkah etika batuk
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian batuk dan etika batuk
2. Tujuan etika batuk
3. Kebiasaan batuk yang salah
4. Langkah-langkah etika batuk
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
D. Kegiatan Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang akan disampaikan
4. Mengungkapkan tujuan pembelajaran
5. Apersepsi
E. Kegiatan Inti
1. Sasaran mengemukakan pendapat tentang etika batuk
2. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang pengertian etika
batuk
3. Sasaran menyimak penjelasan tentang tujuan etika batuk
4. Sasaran menyimak penjelasan penyuluh tentang langkah etika
batuk
F. Kegiatan Menutup Pembelajaran
1. Sasaran menjawab pertanyaan penyuluh sebagai evaluasi
2. Sasaran menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi salam
III. Media
Media : Leaflet
IV. Lampiran
A. Uraian Materi
B. Tanya Jawab
C. Leaflet
D. Dokumentasi
ETIKA BATUK
I. Uraian materi
A. Pengertian
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan
tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap
iritasi di tenggorokan karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara
menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
B. Tujuan Etika Batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas
(Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut
dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain
disekitarnya melalui udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara
pernafasan disebut “air borne disease”.
C. Penyebab terjadinya Batuk
1. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran
pernapasan. Misal : flu, bronchitis,dan penyakit yang cukup serius
meskipun agak jarang pneumoni, TBC, Kanker paru-paru.
2. Alergi
Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran
pernapasan. Misal : debu,asap,makanan dan cairan.
Mengalirnya cairan hidung kearah tenggorokan dan masuk ke
saluran pernapasan. Misal : rhinitis alergika, batuk pilek.
Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut
anda dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda
setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil
kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel
pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Mencuci Tangan.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian mencuci tangan
2. Menyebutkan kapan waktu mencuci tangan
3. Menyebutkan manfaat mencuci tangan
4. Menyebutkan jenis - jenis mencuci tangan
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian mencuci tangan
2. Waktu mencuci tangan
3. Manfaat mencuci tangan
4. Jenis - jenis mencuci tangan
B. Metode
Ceramah dan tanya jawab
C. Pra Kegiatan Pembelajaran
1. Menyiapkan media
2. Melakukan kontrak waktu
3. Perkenalan
MENCUCI TANGAN
I. Uraian materi
A. Pengertian Mencuci Tangan
Menurut DEPKES 2007, mencuci tanganadalah proses yang
secara mekanis melepaskan kotorandan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah
menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas
dibawah aliran air (Larsan, 1995).
B. Manfaat Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar
untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana
tindakan ini dilakukan dengan manfaat:
1. Supaya tangan bersih
2. Membasmi tangan dari kuman dan mikroorganisme
3. Mencegah penularan penyakit.
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan bertujuan untuk:
1. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan.
2. Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit atau
tangan
C. Waktu yang Diharuskan untuk Mencuci Tangan
Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang
takkan lepas kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap
lingkungan luar. Waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan:
3. ISPA.
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, buang air besar, buang air kecil
dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 %. Penelitian di
Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun
mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan
dengan pnemonia (radang paru-paru) pada anak-anak balita
hingga lebih dari 50 %.
4. Infeksi cacing
Infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian membuktikan
bahwa penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi
kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan
cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
5. Hepatitis A
Penularan terjadi ketika seseorang yang terinfeksi virus ini
tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan kamar
mandi kemudian ia mengolah makanan yang dikonsumsi oleh
orang lain.
E. Macam-macam Cara Mencuci Tangan:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir Alat dan
bahan:
a. Sabun
b. Air yang mengalir
c. Handuk kecil
2. Prosedur kerja:
a. Basahi tangan dengan air, lalu beri sabun
b. Bersihkan tangan dengan menggunakan teknik cuci tangan
6 langkah
c. Bilas dengan air yang mengalir dan keringkan dengan
handuk kecil.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu
memahami tentang Menggosok Gigi.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Menyebutkan pengertian menggosok gigi
2. Menyebutkan kapan waktu menggosok gigi
3. Menyebutkan manfaat menggosok gigi
4. Menyebutkan jenis - jenis menggosok gigi
II. Kegiatan Pembelajaran
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian menggosok gigi
2. Waktu menggosok gigi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 178
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI – 20 JUNI 2019
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SERING
I. Uraian Materi
A. Pengertian Menggosok gigi
Menurut Yayasan Kusuma Buana 2007, Membersihkan
gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi. Menggosok gigi merupakan
suatu upaya yang di lakukan untuk menjaga agar gigi tetap dalam
keadaan yang bersih dan sehat.
B. Manfaat gosok gigi
Menurut Yayasan Kusuma Buana 2007, manfaat
menggosok gigi adalah sebagai berikut:
1. Gigi menjadi bersih dan sehat.
2. Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi dan
penyakit lainnya.
3. Memberikan perasaan segar dalam mulut.
4. Mencegah bau nafas tidak sedap.
C. Waktu menggosok gigi
1. Sesudah makan
2. Sebelum tidur
D. Cara Merawat Gigi, Gusi dan Mulut agar Tetap Bersih dan Sehat
1. Makanlah makanan yang bergizi seimbang