Anda di halaman 1dari 7

PPK Dispepsia RS Pertamina Dumai 2023

1 PENGERTIAN Dispepsia adalah rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah perut
bagian atas yang meliputi salah satu atau beberapa gejala berikut,
yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh
setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas,
mual, muntah, dan sendawa.

Pada dispepsia fungsional, keluhan di atas harus berlangsung


setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam
bulan sebelum diagnosis ditegakkan

2 ANAMNESIS 1. Nyeri epigastrium


2. Rasa terbakar di epigastrium
3. Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
4. Rasa cepat kenyang
5. Anamnesis faktor risiko meliputi: pola makan, penggunaan
obat-obat analgetik, alkoholisme, stress, dan penyakit lainnya.

Tanda bahaya pada dispepsia:


• Penurunan berat badan (unintended)
• Disfagia progresif
• Muntah rekuren atau persisten
• Perdarahan saluran cerna
• Anemia
• Demam
• Massa daerah abdomen bagian atas
• Riwayat keluarga kanker lambung
• Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun
3 PEMERIKSAAN Pemeriksaan abdomen dapat ditemukan:
FISIK Palpasi: nyeri tekan epigastrium
4 KRITERIA 1. Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus duodenum,
DIAGNOSIS gastritis erosi, gastritis, duodenitis dan proses keganasan.

2. Dispepsia fungsional mengacu kepada kriteria Roma III yang


terdiri dari:
a. Nyeri epigastrium
b. Rasa terbakar di epigastrium
c. Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
d. Rasa cepat kenyang

Dispepsia fungsional dibagi menjadi:


1. Tipe ulcer like: bila keluhan dominan adalah nyeri
epigastrium atau nyeri malam hari
2. Dismotility like: jika keluhan dominan adalah kembung,
mual, rasa cepat kenyang
5. DIAGNOSIS Dispepia
KERJA

6. DIAGNOSIS 1. GERD
BANDING 2. Ulkus peptikum
3. Abdominal cancer
4. Irritable bowel syndorome
5. Koledokolitiasis or kolelitiasis

7. PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang (sesuai indikasi):


PENUNJANG 1. Laboratorium darah
2. Endoskopi
3. Urea Breath Test
4. USG Abdomen

Pada kecurigaan infeksi H.pylori yang tinggi, strategi test and treat
diterapkan pada pasien dengan keluhan dispepsia tanpa tanda bahaya,
yaitu pada:
1. Pasien yang tidak berespon terhadap perubahan gaya hidup,
antasida, pemberian PPI tunggal selama 2-4 minggu dan tanpa
tanda bahaya.
2. Pasien dengan riwayat ulkus gaster atau ulkus duodenum yang
belum pernah diperiksa.
3. Pasien yang akan minum OAINS, terutama dengan riwayat ulkus
gastroduodenal.
4. Anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan, purpura
trombositopenik idiopatik dan defisiensi vitamin B12.
Test and treat tidak dilakukan pada:
1. Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
2. Anak-anak dengan dispepsia fungsional
8. Komplikasi 1. Barret esofagus
2. Perdarahan saluran cerna
3. Striktur esofagus

9. TATALAKSANA Medikamentosa:

1. Dispepsia belum diinvestigasi


Berikan terapi empirik selama 1-4 minggu, dan evaluasi keluhan.
Obat yang dipergunakan dapat berupa :
a. Antasida
b. PPI
c. H2-Receptor Antagonist [H2RA])
d. Prokinetik
e. Sitoprotektor

2. Pasien dengan tanda bahaya tidak diberikan terapi empirik,


melainkan harus dilakukan investigasi terlebih dahulu dengan
endoskopi dengan atau tanpa pemeriksaan histopatologi sebelum
ditangani sebagai dispepsia fungsional.
3. Dispepsia organik
Apabila ditemukan lesi mukosa (mucosal damage) sesuai hasil
endoskopi, terapi dilakukan berdasarkan kelainan yang
ditemukan. Diberikan kombinasi antara PPI dan sitoprotektor.
4. Dispepsia dengan infeksi H. Pylori
9. EDUKASI 1. Perubahan diet: hindari makanan pencetus, seperti makanan pedas,
kopi, coklat, makan dengan porsi kecil dan kunyah makanan
secara pelan
2. Perubahan pola hidup: menurunkan berat badan pada pasien
kelebihan berat badan, istirahat yang cukup, berolahraga
3. Kendalikan stress

10. PROGNOSIS Dubia ad bonam

11. KEPUSTAKAAN 1. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan


Kesahatan Primer, 2014
2. KONSENSUS NASIONAL Penatalaksanaan Dispepsia dan
Infeksi Helicobacter pylori, 2014
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 FK UI

Anda mungkin juga menyukai