Anda di halaman 1dari 51

REPUBLIK INDONESIA

RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
2015 - 2035

PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2015
REPUBLIK INDONESIA

RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
2015 - 2035

PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2015
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Kata Pengantar

Sektor industri menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi nasional, karena


telah mampu memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan nilai tambah,
lapangan kerja dan devisa, serta mampu memberikan kontribusi yang besar dalam
pembentukan daya saing nasional.

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015 – 2035 ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 dan disusun sebagai pelaksanaan amanat
Undang-Undang No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, serta menjadi pedoman
bagi pemerintah dan pelaku industri dalam perencanaan dan pembangunan
industri. Dalam penyusunan RIPIN 2015 – 2035, Kementerian Perindustrian telah
melibatkan berbagai instansi terkait, KADIN, pelaku industri dan pakar dari beberapa
perguruan tinggi. Diskusi diperlukan untuk mendapatkan berbagai masukan
karena pembangunan sektor industri memerlukan strategi yang tepat, agar mampu
mengakomodasikan dan mengantisipasi perubahan yang sangat cepat karena
didorong oleh globalisasi ekonomi dan perkembangan teknologi.

Buku ini juga memuat ketentuan-ketentuan dalam PP No. 14 tahun 2015 dan
penjelasannya yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam melaksanakan pembangunan industri baik di tingkat pusat
maupun daerah.

Selain dalam edisi cetak, buku ini dapat diakses melalui website: www.kemenperin.
go.id/ripin.

Semoga buku ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Terima kasih.

Jakarta, Juni 2015

PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK

4 5
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 5
DAFTAR ISI 6
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 7 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2015
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 10
TENTANG
lampiran PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 17 RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

I. VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI 18


II. SASARAN DAN TAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRI 19 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
A. Sasaran Pembangunan Industri 19
B. Penahapan Capaian Pembangunan Industri 20
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (5) Undang-Undang
III. BANGUN INDUSTRI NASIONAL 22
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, perlu menetapkan Peraturan
A. Karakteristik Industri Nasional Tahun 2035 22 Pemerintah tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun
B. Kerangka Pikir Bangun Industri Nasional 22 2015-2035;
C. Penetapan Industri Prioritas 23
D. Penahapan Pembangunan Industri Prioritas 27 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
E. Program Pengembangan Industri Prioritas 36 1945;
IV. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI 51 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran
A. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri 51 Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
B. Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam 52
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri 55
MEMUTUSKAN:
D. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi 65
E. Penyediaan Sumber Pembiayaan 66
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN
v. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI 67 INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035.
A. Standardisasi Industri 67
B. Infrastruktur Industri 68 Pasal 1
C. Sistem Informasi Industri Nasional 69 (1) Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 yang
vi. PEMBERDAYAAN INDUSTRI 72 selanjutnya disebut RIPIN 2015-2035 ditetapkan untuk jangka waktu 20
a. Industri Hijau 72 (dua puluh) tahun.
b. Industri Strategis 73 (2) RIPIN 2015-2035 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
c. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) 74 a. visi, misi, dan strategi pembangunan industri;
d. Kerjasama Internasional di Bidang Industri 75 b. sasaran dan tahapan capaian pembangunan industri;
vii. PERWILAYAHAN INDUSTRI 77 c. bangun industri nasional;
a. Tujuan dan Sasaran Perwilayahan Industri 77 d. pembangunan sumber daya industri;
b. Lingkup Perwilayahan Industri 77
e. pembangunan sarana dan prasarana industri;
c. Program Pengembangan Perwilayahan Industri 91
f. pemberdayaan industri;
VIII. KEBIJAKAN AFIRMATIF INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH (IKM) 94
g. perwilayahan industri; dan
a. Sasaran Pengembangan IKM 94
h. kebijakan afirmatif industri kecil dan industri menengah.
b. Kebijakan Pengembangan IKM 95
c. Strategi Pengembangan IKM 96 (3) RIPIN 2015-2035 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
d. Program Pengembangan IKM 97 Pemerintah ini.

6 7
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Pasal 2 Pasal 9
RIPIN 2015-2035 sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
merupakan pedoman bagi Pemerintah dan pelaku industri dalam perencanaan dan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
pembangunan industri. dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Pasal 3 Ditetapkan di Jakarta


(1) RIPIN 2015-2035 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan melalui Kebijakan pada tanggal 6 Maret 2015
Industri Nasional yang selanjutnya disebut KIN.
(2) KIN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh menteri yang menyelenggarakan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
urusan pemerintahan di bidang industri.
ttd
(3) Dalam penyusunan KIN sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri berkoordinasi dengan menteri JOKO WIDODO
dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait serta mempertimbangkan
masukan dari pemangku kepentingan.
Diundangkan di Jakarta
(4) KIN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Presiden.
pada tanggal 6 Maret 2015
(5) KIN sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Pasal 4
REPUBLIK INDONESIA,
RIPIN 2015-2035 dan KIN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dijadikan acuan bagi:
a. menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian dalam menetapkan kebijakan ttd
sektoral yang terkait dengan bidang perindustrian yang dituangkan dalam dokumen
rencana strategis di bidang tugas masing–masing sebagai bagian dari Rencana YASONNA H. LAOLY
Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
b. gubernur dalam penyusunan rencana pembangunan industri provinsi; dan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 46
c. bupati/walikota dalam penyusunan rencana pembangunan industri kabupaten/kota.

Salinan sesuai dengan aslinya


Pasal 5
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
Rencana pembangunan industri provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b
REPUBLIK INDONESIA
sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah provinsi.
Asisten Deputi Perundang-undangan
Pasal 6 Bidang Perekonomian,
Rencana pembangunan industri kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
c sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota. ttd

Pasal 7
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri melakukan
Lydia Silvanna Djaman
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RIPIN 2015-2035 dan KIN.

Pasal 8
RIPIN 2015-2035 dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

8 9
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

PENJELASAN Besarnya jumlah penduduk merupakan pasar potensial bagi industri barang
konsumsi dan industri pendukungnya, termasuk industri komponen. Selain itu,
ATAS
komposisi struktur demografi penduduk berusia produktif yang lebih besar
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA merupakan peluang bagi peningkatan produktivitas industri nasional. Peningkatan
potensi pasar dan produktivitas ini akan berpengaruh pada peningkatan
NOMOR 14 TAHUN 2015
kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan per kapita.
TENTANG b. Kearifan Lokal yang Tumbuh di Masyarakat
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035 Kearifan lokal merupakan kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, serta merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan
alam dan lingkungan sekitarnya yang bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat
atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas
I. UMUM masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian telah meletakkan industri Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menyebutkan bahwa, Industri yang
sebagai salah satu pilar ekonomi dan memberikan peran yang cukup besar kepada memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya adalah industri yang memiliki
pemerintah untuk mendorong kemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut berbagai jenis motif, desain produk, teknik pembuatan, keterampilan, dan/atau
diperlukan dalam mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan bahan baku yang berbasis pada kearifan lokal, misalnya batik (pakaian tradisional),
mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju. ukir-ukiran kayu dari Jepara dan Yogyakarta, kerajinan perak, dan patung
Asmat. Pemerintah bertanggungjawab mengembangkan, memanfaatkan, dan
Untuk memperkuat dan memperjelas peran pemerintah dalam pembangunan industri mempromosikan warisan budaya yang berbasis kearifan lokal serta memberikan
nasional, perlu disusun perencanaan pembangunan industri nasional yang sistematis, perlindungan hak-hak masyarakat lokal mereka, baik dari kepunahan maupun
komprehensif, dan futuristik dalam wujud Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dari pengambilan secara tanpa hak oleh pihak-pihak luar. Perlindungan warisan
2015-2035 yang selanjutnya disebut RIPIN 2015-2035. budaya yang berbasis kearifan lokal terkait erat dengan identitas sosial budaya
Penyusunan RIPIN 2015-2035 selain dimaksudkan untuk melaksanakan amanat ketentuan dari pemangku kepentingan yang disusun berlandaskan semangat memberikan
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian juga dimaksudkan pelindungan, ketentraman, dan nilai–nilai penghormatan hak asasi manusia
untuk mempertegas keseriusan pemerintah dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan setiap warga negara secara proporsional, dengan tujuan memberikan kesempatan
perindustrian, yaitu: dalam berusaha dan bekerja berdasarkan prinsip persaingan usaha yang sehat dan
1. mewujudkan industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh perseorangan atau kelompok
2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur industri; yang merugikan masyarakat.

3. mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau; Perwujudan warisan budaya yang berbasis kearifan lokal diharapkan dapat
memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional serta mewujudkan pemerataan
4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia dengan memperhatikan
atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan kenyataan keberagaman penyebaran dan pemerataan pembangunan industri
masyarakat; ke seluruh wilayah Indonesia berdasarkan pendayagunaan potensi sumber daya
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; wilayah serta memperhatikan nilai keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
6. mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.
memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan c. Perkembangan Teknologi
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Perkembangan teknologi di masa depan akan difokuskan pada nanotechnology,
RIPIN 2015-2035 disusun dengan memperhatikan beberapa aspek yang memiliki biotechnology, information technology dan cognitive science, dengan fokus aplikasi
karakteristik dan relevansi yang cukup kuat dengan pembangunan industri nasional, pada bidang energi, pangan, kesehatan, dan lingkungan. Perkembangan tersebut
diantaranya: akan berpengaruh pada perkembangan sektor industri nasional sehingga perlu
disiapkan sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi teknologi yang sesuai,
1. Dinamika Terkait Sektor lndustri
diantaranya peningkatan pembiayaan penelitian dan pengembangan (R&D),
a. Peningkatan jumlah, perubahan komposisi, dan peningkatan kesejahteraan termasuk sinergi antara pemerintah, pengusaha dan akademisi.
penduduk

10 11
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

d. Globalisasi Proses Produksi banyak industri di negara maju yang melaksanakan seluruh proses produksinya
Globalisasi berdampak pada pelibatan industri nasional dalam rantai pasok global di negara berkembang, atau dikenal sebagai relokasi industri, artinya outsourcing
dimana penciptaan nilai tambah melalui proses produksi tersebar di banyak tidak hanya pada seluruh proses tetapi juga termasuk penggunaan sumberdaya
negara. Perdagangan komponen diprediksi akan semakin mendominasi struktur manusia (people outsourcing).
perdagangan antar negara. Keterlibatan industri nasional dalam rantai pasok global i. Ketersediaan Tenaga Kerja Kompeten
juga berpotensi pada kerentanan terhadap gejolak perekonomian dunia. Oleh Pasar bebas tenaga kerja akan diberlakukan di regional ASEAN pada akhir tahun 2015
karena itu, kebijakan kemandirian dan ketahanan industri nasional menjadi sangat dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, pembangunan
penting di masa depan. tenaga kerja industri kompeten menjadi kebutuhan mendesak yang dilakukan
e. Kelangkaan Energi melalui pendidikan vokasi, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, serta didukung
Kelangkaan energi telah mulai dirasakan dan untuk menjamin keberlangsungan dengan pemberlakukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
pembangunan industri diperlukan kebijakan penghematan dan diversifikasi
energi serta perhatian yang lebih besar terhadap pengembangan sumber energi 2. Perjanjian Kerjasama Internasional
terbarukan dan energi nuklir yang murah dan aman.
Beberapa perjanjian kerjasama internasional yang melibatkan Indonesia antara lain:
f. Kelangkaan Bahan Baku Tidak Terbarukan
a. Perjanjian Multilateral
Kelangkaan minyak bumi sebagai bahan baku industri petrokimia telah
1) Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
mengakibatkan industri tersebut tidak dapat beroperasi lagi atau beroperasi
Organisasi Perdagangan Dunia) yang telah disahkan dengan Undang-Undang
dengan biaya yang tinggi sehingga tidak kompetitif. Kondisi ini harus diantisipasi
Nomor 7 Tahun 1994.
lebih jauh oleh industri hulu lainnya seperti industri berbasis mineral, dengan
cara memperkuat R&D agar bisa menggunakan bahan baku yang lain, termasuk 2) Preferential Trade Agreement Among D-8 Member States (Persetujuan Preferensi
menggunakan proses recovery. Perdagangan antara Negara–Negara Anggota D-8) yang telah disahkan dengan
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011.
g. Peningkatan Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup
b. Perjanjian Regional
Untuk menjamin keberlanjutan sektor industri di masa depan, pembangunan
industri hijau (green industry) perlu lebih diprioritaskan, antara lain melalui regulasi 1) Charter of the Association of Southeast Asian Nations (Piagam Perhimpunan
eco product, pemakaian energi terbarukan dan ramah lingkungan, serta bahan- Bangsa-bangsa Asia Tenggara) yang telah disahkan dengan Undang-Undang
bahan berbahaya. Nomor 38 Tahun 2008.
h. Peningkatan Kebutuhan Pangan 2) Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between
the Association of Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China
Kebutuhan pangan akan meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
(Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh
penduduk, serta daya beli dan tingkat pendidikan konsumen. Kebutuhan ini tidak
antara Negara-negara Anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitas, penyajian yang menarik, cepat
dan Republik Rakyat China) yang telah disahkan dengan Keputusan Presiden
dan praktis, serta standar higienisme yang lebih tinggi dan harga yang kompetitif
Nomor 48 Tahun 2004.
dan terjangkau. Kebutuhan akan produk pangan yang sehat, aman, dan halal juga
semakin tinggi. 3) Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the
Association of Southeast Asian Nations and the Republic of India (Persetujuan
i. Paradigma Manufaktur
Kerangka Kerja mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara Negara-
Perubahan paradigma manufaktur mengakibatkan perubahan sistem manufaktur negara Anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Republik
dari mass production menjadi mass customization, dimana perhatian pertama India) yang telah disahkan dengan Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 2004.
diberikan pada perancangan untuk menghasilkan kualitas produk sesuai dengan
4) Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation among the
kebutuhan pelanggan, dilanjutkan dengan pertimbangan pasar untuk menetapkan
Government of the Member Countries of the Association of Southeast Asian Nation
harga, dan aspek investasi untuk menetapkan biaya produksi. Dengan demikian,
and the Republic of Korea (Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerjasama
perhatian diberikan pada tahap perencanaan agar dapat memenuhi market
Ekonomi Menyeluruh antara Pemerintah Negara-negara Anggota Perhimpunan
acceptability.
Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Republik Korea) yang telah disahkan dengan
h. Alih Daya Produksi dan Kolaborasi Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2007.
Proses alih daya (outsourcing) merupakan suatu alternatif yang berkembang, bahkan

12 13
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

5) Agreement of Comprehensive Economic Partnership among Member States of d. semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa yang berpotensi mengancam
the Association of Southeast Asian Nations and Japan (Persetujuan Kemitraan kondisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran; dan
Ekonomi Menyeluruh antara Negara-negara Anggota Perhimpunan Bangsa- e. semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing dan pekerja domestik sebagai
bangsa Asia Tenggara dan Jepang) yang telah disahkan dengan Peraturan akibat pergerakan pekerja terampil secara lebih bebas.
Presiden Nomor 50 Tahun 2007.
6) Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area
3. Kebijakan Otonomi Daerah
(Persetujuan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru)
yang telah disahkan dengan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2011. Pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diarahkan untuk
c. Perjanjian Bilateral
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
1) Agreement Between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah.
Partnership (Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai Dalam kaitannya dengan sektor industri, adanya pembagian urusan pemerintahan
Suatu Kemitraan Ekonomi) yang telah disahkan dengan Peraturan Presiden memberi banyak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah provinsi, kabupaten
Nomor 36 Tahun 2008. dan kota untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan industri di daerah
2) Persetujuan Kerangka Kerja Antara Pemerintah Republik Indonesia dan serta meminimalkan ketidakmerataan penyebaran industri di wilayah Indonesia.
Pemerintah Republik Islam Pakistan tentang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Dalam upaya mengejawantahkan RIPIN 2015-2035, disusun Kebijakan Industri Nasional
(Framework Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and (KIN) untuk masa berlaku selama 5 (lima) tahun dan operasionalisasinya dilaksanakan
the Government of the Islamic Republic of Pakistan on Comprehensive Economic melalui Rencana Kerja Pembangunan Industri yang disusun untuk masa berlaku selama 1
Partnership) yang telah disahkan dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun (satu) tahun.
2008.
RIPIN 2015-2035 dan KIN dijadikan acuan oleh menteri dan kepala lembaga pemerintah
3) Persetujuan Kerangka Kerja Mengenai Kemitraan dan Kerjasama Menyeluruh nonkementerian dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan bidang
antara Republik Indonesia di Satu Pihak, dan Komunitas Eropa Peserta Negara- perindustrian yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis di bidang tugas
negara Anggotanya di Pihak Lainnya (Framework Agreement on Comprehensive masing-masing sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Partnership and Cooperation Between the Republic of Indonesia of the One Part, Di samping itu RIPIN 2015-2035 dan KIN juga dijadikan acuan bagi gubernur dan bupati/
and the European Community and the Member States of the Other Part) yang telah walikota dalam penyusunan rencana pembangunan industri daerah baik dalam skala
disahkan dengan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2012. provinsi maupun dalam skala kabupaten/kota.
4) Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kemitraan bidang Ekonomi dan
Perdagangan secara Komprehensif antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Republik Islam Iran (Framework Agreement on Comprehensive Trade II. PASAL DEMI PASAL
and Economic Partnership between the Government of the Republic of Indonesia
and the Government of the Islamic Republic of Iran) yang telah disahkan dengan Pasal 1
Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2006. Cukup jelas.
Adanya perjanjian kerjasama internasional tersebut berdampak pada beberapa hal Pasal 2
berikut:
Cukup jelas.
a. semakin meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) karena daya tarik potensi
Pasal 3
pasar Indonesia atau karena daya tarik potensi sumber daya alam atau bahan baku
yang dimiliki Indonesia; Cukup jelas.
b. semakin meningkatnya transaksi perdagangan global oleh Trans National Pasal 4
Corporation (TNC) yang menjadikan industri di Indonesia sebagai bagian dari Rantai Cukup jelas.
Nilai Global (Global Value Chains – GVCs). Pasal 5
c. semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik yang bersifat tarif maupun Cukup jelas.
non-tarif, bagi pengembangan, ketahanan maupun daya saing industri di dalam
negeri;

14 15
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9 LAMPIRAN
Cukup jelas.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5671 NOMOR 14 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
TAHUN 2015-2035

16 17
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

I. VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI II. SASARAN DAN TAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

Visi Pembangunan Industri Nasional adalah Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh. a. Sasaran Pembangunan Industri
Industri Tangguh bercirikan: Sasaran Pembangunan Industri Nasional adalah sebagai berikut:
1. struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan; 1. meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai
2. industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusiindustri
dalamProduk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen);
3. industri yang berbasis inovasi dan teknologi.
2. meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi
ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal,
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, pembangunan industri nasional mengemban serta meningkatkan ekspor produk industri;
misi sebagai berikut:
3. tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah
1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian Indonesia;
nasional;
4. meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industri nasional;
2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;
5. meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;
3. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau;
6. meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri; dan
4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan
7. menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara
atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan
yang berbasis sumber daya alam.
masyarakat;
Sasaran pembangunan sektor industri yang dicapai pada tahun 2015 sampai dengan
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
tahun 2035 seperti terlihat pada tabel berikut.
6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna
memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan Tabel 2.1 Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d. 2035 (persen)

7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.


No Indikator Pembangunan Industri Satuan 2015 2020 2025 2035
1 Pertumbuhan sektor industri % 6,8 8,5 9,1 10,5
Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional nonmigas
adalah sebagai berikut:
2 Kontribusi industri nonmigas % 21,2 24,9 27,4 30,0
1. mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam; terhadap PDB
2. melakukan pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi; 3 Kontribusi ekspor produk industri % 67,3 69,8 73,5 78,4
3. meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) terhadap total ekspor
industri; 4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri juta 15,5 18,5 21,7 29,2
4. menetapkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI); orang
5 Persentase tenaga kerja di sektor % 14,1 15,7 17,6 22,0
5. mengembangkanWilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan
industri terhadap total pekerja
Industri, Kawasan Industri, dan Sentra Industri kecil dan industri menengah;
6 Rasio impor bahan baku sektor % 43,1 26,9 23,0 20,0
6. menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan industri terhadap PDB sektor industri
kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan industri nonmigas
menengah;
7 Nilai Investasi sektor industri Rp 270 618 1.000 4.150
7. melakukan pembangunan sarana dan prasarana Industri; triliun
8. melakukan pembangunan industri hijau; 8 Persentase nilai tambah sektor % 27,7 29,9 33,9 40,0
9. melakukan pembangunan industri strategis; industri yang diciptakan di luar Pulau
Jawa
10. melakukan peningkatanpenggunaan produk dalam negeri; dan
11. meningkatkan kerjasama internasional bidang industri.

18 19
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Tahapan Pembangunan Industri Nasional


Sasaran kuantitatif diatas ditentukan berdasarkan asumsi yang didukung oleh komitmen Tahapan pembangunan industri secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
pemerintah untuk tercapainya kondisi sebagai berikut:
1. stabilitas politik dan ekonomi yang mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional antara 6% (enam persen) sampai dengan 9% (sembilan persen) per tahun;
2. perkembangan ekonomi global yang dapat mendukung pertumbuhan ekspor
nasional khususnya produk industri;

2025-2035
3. iklim investasi dan pembiayaanyang mendorong peningkatan investasi di sektor

4.
industri;
ketersediaan infrastruktur yangdapat mendukung peningkatan produksi dan
Tahap 3
kelancaran distribusi;
5. kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan mendukung peningkatan
penggunaan teknologi dan inovasi di sektor industri; NEGARA

2020-2024
2
6. kebijakan terkait sumber daya alam yang mendukung pelaksanaan program hilirisasi INDUSTRI
industri secara optimal; dan TANGGUH
Tahap
7. koordinasi antarkementerian/lembaga dan peran aktif pemerintah daerah dalam
pembangunan industri.

KEUNGGULAN

2015-2019
B. Penahapan Capaian Pembangunan Industri
Penahapan capaian pembangunan industri prioritas dilakukan untuk jangka menengah
dan jangka panjang. Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahap 1 KOMPETITIF
DAN
BERWAWASAN
(RPJPN), tahapan dan arah rencana pembangunan industri nasional diuraikan sebagai LINGKUNGAN
berikut:
MENINGKATKAN
1. Tahap I (2015-2019) NILAI TAMBAH
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk SUMBER DAYA
meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro, mineral ALAM
dan migas, yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang industri, serta Gambar 2.1 Tahapan Pembangunan Industri Nasional
meningkatkan penguasaan teknologi.

2. Tahap II (2020-2024)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk
mencapai keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan melalui penguatan
struktur industri dan penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas.

3. Tahap III (2025-2035)


Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini dimaksudkan untuk
menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh yang bercirikan struktur
industri nasional yang kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta
berbasis inovasi dan teknologi.

20 21
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

III. BANGUN INDUSTRI NASIONAL 3. Industri Hulu, yaitu industri prioritas yang bersifat sebagai basis industri manufaktur
yang menghasilkan bahan baku yang dapat disertai perbaikan spesifikasi tertentu
Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung,
yang digunakan untuk industri hilirnya.
dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut memerlukan modal dasar
berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. 4. Modal Dasar, yaitu faktor sumber daya yang digunakan dalam kegiatan industri
Pembangunan industri di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa untuk menghasilkan barang dan jasa serta dalam penciptaan nilai tambah atau
ketersediaan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan manfaat yang tinggi. Modal dasar yang diperlukan dan digunakan dalam kegiatan
dan regulasi yang efektif. industri adalah:
a. sumber daya alam yang diolah dan dimanfaatkan secara efisien, ramah
lingkungan, dan berkelanjutan, sebagai bahan baku maupun sumber energi
A. Karakteristik Industri Nasional Tahun 2035
bagi kegiatan industri;
Industri nasionaltahun 2035 memiliki karakteristik sebagai berikut:
b. sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja (pengetahuan,
1. Industri manufaktur kelas dunia (world class manufacturing), yang memiliki basis keterampilan, dan sikap) yang sesuai di bidang industri; dan
industri yang kuat dengan kondisi:
c. pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri, kreativitas
a. tumbuh dan berkembangnya industri manufaktur dengan berbasis sumber serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya
daya nasional; saing, dan kemandirian sektor industri nasional.
b. terbangunnya modal dasar dan prasyaratpembangunan industri; dan 5. Prasyarat, yaitu kondisi ideal yang dibutuhkan agar tujuan pembangunan industri
c. terbentuknya daya saing yang kuat di pasar internasional. dapat tercapai. Prasyarat yang dibutuhkan untuk mewujudkan industri andalan,
2. Struktur industri yang kuat sebagai motor penggerak utama (prime mover) pendukung dan hulu, serta dalam pemanfaatan sumber daya di masa yang akan
perekonomiandengan ciri sebagai berikut: datang adalah:
a. mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antarsubsektor industri dan a. penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan industri dan/
dengan berbagai sektor ekonomi lainnya; atau di dalam kawasan peruntukan Industri;
b. memiliki kandungan lokal yang tinggi; b. penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha yang kondusif
bagi sektor industri; dan
c. menguasai pasar domestik;
c. penyediaan alokasi dan kemudahan pembiayaan yang kompetitif untuk
d. memiliki produk unggulan industri masa depan; pembangunan industri nasional.
e. dapat tumbuh secara berkelanjutan; dan
f. mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak perekonomian
dunia. c. Penetapan Industri Prioritas
3. Sinergitas yang kuat antaraindustri kecil, menengah, dan besar yang menjalankan Penetapan industri prioritas dilakukan denganmempertimbangkan:
perannya sebagai sebuah rantai pasok (supply chain). Sinergitas tersebut harus 1. Kepentingan nasional sebagai tujuan pembangunan industri diantaranya adalah:
dibangun melalui hubungan yang saling menguntungkan dan saling membutuhkan a. peningkatan kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan ekonomi
antarskala usaha sektor industri secara nasional. dari negara lain;
4. Peran dan kontribusi industri manufaktur yang semakin penting dalam ekonomi b. keamanan, kesatuan, dan konektivitas wilayah Indonesia secara strategis; dan
nasional sebagai tumpuan bagi penciptaan lapangan kerja, penciptaan nilai
c. persebaran kegiatan ekonomi dan industri secara lebih merata ke seluruh
tambah, penguasaan pasar domestik, pendukung pembangunan berkelanjutan,
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
dan menghasilkan devisa.
2. Permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi yang dihadapi diantaranya adalah:
a. penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja melalui
B. Kerangka Pikir Bangun Industri Nasional penciptaan lapangan kerja produktif; dan
Kerangka Pikir Bangun Industri Nasional tahun 2035 mencakup: b. struktur industri yang lemah yang ditandai dengan kurangnya keterkaitan
1. Industri Andalan, yaitu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak antara satu sektor industri dengan industri lainnya, tingginya kandungan impor
utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Selain bahan baku dan komponen, dan lemahnya daya saing di pasar global.
memperhatikan potensi sumber daya alam sebagai sumber keunggulan komparatif, 3. Keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju dilakukan melalui
industri andalan tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan peningkatan produktivitas yang dapat dicapai melalui pemanfaatan teknologi
sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu pengetahuan yang sesuai.
dan teknologi.
2. Industri Pendukung, yaitu industri prioritas yang berperan sebagai faktor
pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri andalan secara efektif, efisien,
integratif dan komprehensif.

22 23
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dirumuskan kriteria penentuan industri


No. Kriteria Indikator Kuantitatif
prioritas sebagai berikut :
5 Memperkuat, memperdalam, 1. Keterkaitan kedepan (forward linkage)
1. Kriteria secara kuantitatif terdiri dari :
dan menyehatkan struktur 2. Keterkaitan ke belakang (backward linkage)
a. memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor, atau memiliki potensi industri
3. Nilai tambah per output
pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri;
4. Persentase skala industri besar
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja, atau berpotensi 5. Rasio konsentrasi 4 (empat) perusahaan besar
dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja produktif; (Concentration Ratio 4 - CR4)
c. memiliki daya saing internasional, atau memiliki potensi untuk tumbuh dan 6. Proporsi bahan baku impor
bersaing di pasar global; 7. Rata-rata nilai tambah per perusahaan
d. memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri, atau memiliki 6 Memiliki keunggulan -
potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian; komparatif, penguasaan bahan
baku, dan teknologi
e. memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri; dan
f. memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, dan teknologi. Berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantatif tersebut, ditentukan 10 (sepuluh) industri prioritas
2. Kriteria secara kualitatif terdiri dari: yang dikelompokkan kedalam industri andalan, industri pendukung, dan industri hulu sebagai
berikut :
a. memperkokoh konektivitas ekonomi nasional;
b. menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi; dan 1 Industri Pangan
2 Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan
c. mendorong penyebaran dan pemerataan industri.
3 Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka
4 Industri Alat Transportasi Industri Andalan
Indikator untuk kriteria kuantitatif tersaji pada Tabel 3.1.
5 Industri Elektronika dan Telematika/ICT
6 Industri Pembangkit Energi
Tabel 3.1 Indikator Kriteria Pemilihan Industri Prioritas
7 Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan
No. Kriteria Indikator Kuantitatif Jasa Industri Industri Pendukung
1 Memenuhi kebutuhan dalam 1. Pertumbuhan nilai impor
negeri dan substitusi impor 8 Industri Hulu Agro
2. Pertumbuhan volume impor
9 Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Hulu
3. Rasio impor terhadap total perdagangan
10 Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara
4. Pertumbuhan output
5. Proporsi bahan baku impor
2 Meningkatkan kuantitas dan 1. Tenaga kerja per perusahaan
kualitas penyerapan tenaga 2. Peran dalam penyerapan tenaga kerja
kerja
3. Intensitas penggunaan tenaga kerja
4. Output per tenaga kerja
5. Nilai tambah per tenaga kerja
6. Balas jasa tenaga kerja
3 Memiliki daya saing 1. Pertumbuhan ekspor
internasional 2. Revealed Comparative Advantage (RCA)
3. Acceleration ratio (AR)
4. Kontribusi ekspor terhadap total ekspor dunia
4 Memiliki nilai tambah yang 1. Pertumbuhan nilai tambah
tumbuh progresif di dalam 2. Pertumbuhan pasar dunia (pertumbuhan total impor
negeri dunia)
3. Persentase nilai tambah dari penanaman modal asing
4. Tingkat penggunaan bahan baku impor

24 25
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Berdasarkan penetapan industri prioritas tersebut, maka ditetapkanBangun Industri D. Penahapan Pembangunan Industri Prioritas
Nasional sebagaimana tercantum pada Gambar 3.1. Berdasarkan pentahapan pembangunan industri dan penetapan industri prioritas
ditetapkan tahapan pembangunan industri prioritas seperti ditunjukkan pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Jenis industri dalam tahapan pembangunan industri prioritas.
VISI dan MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

INDUSTRI JENIS INDUSTRI


Industri Andalan NO
PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035
Industri Farmasi, Industri Tekstil, Industri Industri
Industri
Kosmetik, dan Kulit, Alas Kaki,
Industri Alat
Elektronika dan Pembangkit
1 INDUSTRI Industri Pengolahan Ikan
Pangan Transportasi
Alat Kesehatan dan Aneka Telematika/ICT Energi PANGAN 1. Ikan awet (beku, kering,
dan asap) dan fillet
Industri Pendukung
2. Aneka olahan ikan,
rumput laut danhasil
Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri
laut lainnya (termasuk
carrageenan, minyak ikan,
Industri Hulu suplemen dan pangan
Industri Logam Dasar dan Industri Kimia Dasar Berbasis fungsional lainnya)
Industri Hulu Agro
Bahan Galian Bukan Logam Migas dan Batubara
Industri Pengolahan Susu
1. Susu untuk kesehatan 1.  Susu untuk kesehatan
Modal Dasar
(susu cair, bubuk dan (susu cair, bubuk dan
Teknologi, Inovasi dan condensed) condensed)
Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia
Kreativitas 2. Probiotic dan pangan 2. Probiotic dan pangan
fungsional lainnya fungsional lainnya
Prasyarat berbasis susu berbasis susu
Infrastruktur Kebijakan dan Regulasi Pembiayaan
Industri Bahan Penyegar
1. Bubuk coklat 1. Kopi dekafeinasi 1.  High value tea
2. Lemak coklat 2. Aneka pangan olahan 2.  Suplemen berbasis teh
Gambar 3.1 Bangun Industri Nasional 3. Makanan dan minuman berbasis kopi organik
daricoklat 3. Suplemen dan pangan
4. Suplemen dan pangan fungsional berbasis kopi
fungsional berbasis kakao 4. High value tea
5. Suplemen berbasis teh

Industri Pengolahan Minyak Nabati


1. Fortified cooking oil
(natural dan non-natural)
2. Pangan fungsional
berbasis minyak nabati
Industri Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran
1. Buah/sayuran
dalamkaleng
2. Fruit/vegetable layer
3. Suplemen dan pangan
fungsional berbasis
limbah industri
pengolahan buah

26 27
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI JENIS INDUSTRI INDUSTRI JENIS INDUSTRI


NO NO
PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035 PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035
Industri Tepung Industri Alat Kesehatan
1. Pati dari biomassa limbah 1. Tepung gandum tropika 1. Produk disposable and 1. Produk disposable and 1. Produk disposable and
pertanian 2. Pati dari biomassa limbah consumables consumables consumables
2. Pangan darurat pertanian 2. Hospital Furniture 2. Hospital Furniture 2. Hospital Furniture
3. Pangan darurat
3. Implan Ortopedi 3. Implan Ortopedi 3. Implan Ortopedi
4. Granulated composit flour
4. Electromedical devices 4. Electromedical devices 4. Electromedical devices
Industri Gula Berbasis Tebu
5. Diagnostic instrument 5. Diagnostic instrument 5. Diagnostic instrument
1. Gula pasir Gula pasir*
6. PACS (Picture Archiving and 6. PACS (Picture Archiving and 6. PACS (Picture Archiving and
2. Gula cair dan asam
Communication System) Communication System) Communication System)
organik dari limbah
industri gula 7. Software and IT 7. Software and IT 7. Software and IT
Ket : * khusus di luar Jawa 8. Diagnostics reagents 8. Diagnostics reagents 8. Diagnostics reagents
2 INDUSTRI Industri Farmasi dan Kosmetik 9. POCT (Point of Care 9. POCT (Point of Care
FARMASI, Testing) Testing)
1. Sediaan herbal 1. Lanzoprazole Peningkatan kapasitas
KOSMETIK DAN berorientasi ekspor: 10. Radiologi 10. Radiologi
2. Garam farmasi 2. Vitamin C
ALAT KESEHATAN
3. Golongan Cefalosporin 3. Atorvastatin 1. Sediaan herbal

4. Amlodipine 4. Beta-caroten 2. Garam industri dan 3 INDUSTRI Industri Tekstil


farmasi, TEKSTIL, KULIT, 6. Serat tekstil 1. Serat tekstil mikro 1. Serat tekstil nano
5. Glucose Pharmaceutical 5. Stevioside
ALAS KAKI, DAN 7. Rajut 2. Dissolving pulp rayon 2. Smart apparel
Grade (for infusion) 3. Golongan Cefalosporin
6. Simvastatine ANEKA
(tercampur) 8. Garmen fesyen 3. PET recycle 3. Rajut
6. Amoxicillin 7. Produk Biologik
4. Amlodipine 9. Tekstil Khusus 4. Garment functional and 4. Tekstil Khusus
7. Glimepiride/ Metformine 8. Vaksin smart apparel
5. Glucose Pharmaceutical
8. Parasetamol 5. Rajut
9. Produk Herbal/Natural Grade (for infusion)
6. Tekstil Khusus
9. Produk Biologik 10. Produk Kosmetik 6. Amoxicillin
10. Vaksin 11. Bahan baku tambahan Industri Kulit dan Alas Kaki
7. Glimepiride/ Metformine
11. Produk Herbal/Natural pembuatan obat 1. Alas kaki 1. Alas kaki 1. Produk kulit khusus
8. Parasetamol
12. Produk Kosmetik (excipient) 2. Produk kulit khusus 2. Produk kulit khusus (advanced material)
9. Lanzoprazole (advanced material) (advanced material) 2. Kulit sintetis
13. Bahan baku tambahan
10. Vitamin C 3. Kulit sintetis 3. Kulit sintetis 3. Bahan kulit non-
pembuatan obat
11. Atorvastatin 4. Bahan kulit non- 4. Bahan kulit non- konvensional
(excipient)
konvensional konvensional
12. Beta-caroten
13. Stevioside Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu
14. Produk Biologik 1. Kerajinan, ukir-ukiran dari 1. High tech furnitur kayu High value kerajinan dan
15. Vaksin kayu dan rotan bersertifikat furnitur
2. Furnitur kayu dan rotan industri hijau
16. Produk Herbal/Natural
2. Kerajinan dengan bahan
17. Talk Osmanthus baku limbah industri
18. Produk Kosmetik pengolahan kayu
19. Bahan baku tambahan
pembuatan obat
(excipient)

28 29
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI JENIS INDUSTRI INDUSTRI JENIS INDUSTRI


NO NO
PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035 PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035
Industri Plastik, Pengolahan Karet, dan barang dari karet Industri Peralatan Komunikasi
1. Plastik untuk keperluan 1. Plastik untuk keperluan 1. Plastik untuk keperluan 1. Transmisi telekomunikasi 1. Transmisi telekomunikasi Transmisi telekomunikasi
umum umum umum 2. Smart mobile phone (radar dan satelit) (satelit)
2. Plastik untuk keperluan 2. Plastik untuk keperluan 2. Plastik untuk keperluan 2. Smart mobile phone
khusus (antara lain untuk khusus(antara lain untuk khusus (antara lain untuk
kesehatan, otomotif, dan kesehatan, otomotif, dan kesehatan, otomotif, dan 6 INDUSTRI Industri Alat Kelistrikan
elektronik) elektronik) elektronik) PEMBANGKIT 1. Motor/generator listrik 1. Motor/ generator listrik 1. Motor/generator listrik
3. Karet untuk keperluan 3. Karet untuk keperluan 3. Karet untuk keperluan ENERGI 2. Baterai 2. Baterai 2. Baterai
umum umum umum 3. Solar cell 3. Solar cell 3. Solar cell
4. Karet untuk keperluan 4. Karet untuk keperluan 4. Karet untuk keperluan 4. Pembangkit Listrik Tenaga 4. Pembangkit Listrik Tenaga
khusus (antara lain untuk khusus (antara lainuntuk khusus (antara lain untuk Nuklir Nuklir
kesehatan, otomotif, dan kesehatan, otomotif, dan kesehatan, otomotif, dan
elektronik) elektronik) elektronik) 7 INDUSTRI Industri Mesin dan Perlengkapan
4 INDUSTRI ALAT Industri Kendaraan Bermotor BARANG MODAL, 1. Mesin Computer Numerical 1. Industrial tools 1. CNC controller
TRANSPORTASI KOMPONEN, Control (CNC) 2. CNC controller 2. Flexible Machining center
1. Komponen otomotif 1. Penggerak mula (engine) Penggerak mula (engine)
BAHAN 2. Industrial tools 3. Flexible Machining center 3. Otomasi proses produksi
2. Penggerak mula (engine) listrik dan fuel cell listrik dan fuel cell
PENOLONG, DAN 3. Otomasi proses produksi 4. Otomasi proses produksi untuk elektronika dan
BBM, gas dan Listrik 2. Perangkat transmisi
JASA INDUSTRI untuk elektronika dan untuk elektronika dan pengolahan pangan
3. Perangkat transmisi (power train)
(power train) pengolahan pangan pengolahan pangan
4. Alat berat
Industri Komponen
Industri Kereta Api
1. Kemasan (packaging) 1. Kemasan berkualitas 1. Kemasan berkualitas
Kereta diesel dan listrik 1. Kereta listrik 1. Kereta listrik (basis karton dan plastik) tinggi (packaging high tinggi (packaging high
2. Magnetic levitation 3. Magnetic levitation 2. Pengolahan karet dan quality) (basis karton dan quality) (basis karton dan
(maglev) (maglev) barang dari karet (antara plastik) plastik)
Industri Perkapalan lain ban pnumatic, ban 2. Barang-barang karet dan 2. Produk plastik dan
1. Kapal laut 1. Kapal laut 1. Kapal laut luar, dan ban dalam) plastik engineering karet untuk kesehatan,
2. Komponen kapal 2. Kapal selam (eksploitasi 2. Kapal selam (eksploitasi 3. Ban vulkanisir ukuran 3. Ban vulkanisir ukuran elektrik, elektronik dan
(mekanikal dan bawah laut) bawah laut) besar (giant vulcanised besar (giant vulcanised permesinan
elektronik) tyre) (untuk pesawat dan tyre) (untuk pesawat dan 3. Produk plastik dan karet
3. Perawatan kapal offroad) offroad) advance material
Industri Kedirgantaraan 4. Barang karet untuk 4. Zat aditif 4. Zat aditif
keperluan industri dan 5. Zat pewarna tekstil (dye 5. Zat pewarna tekstil (dye
1. Pesawat terbang propeler 1. Pesawat terbang propeler 1. Pesawat terbang propeler
komponen otomotif stuff), plastik dan karet stuff), plastik dan karet
2. Komponen pesawat 2. Komponen pesawat 2. Komponen pesawat
5. Zat aditif (pigment) (pigment)
3. Perawatan pesawat 3. Perawatan pesawat 3. Perawatan pesawat
6. Zat pewarna tekstil (dye 6. Bahan kimia anorganik 6. Bahan kimia anorganik
5 INDUSTRI Industri Elektronika stuff), plastik dan karet (antara lain yodium dan (antara lain yodium dan
ELEKTRONIKA 1. Smart home appliances 1. Smart home appliances 1. Komponen elektronika (pigment) mineral laut) mineral laut)
DAN 2. Komponen elektronika 2. Komponen elektronika 2. Fabrikasi (foundry) 7. Bahan kimia anorganik
TELEMATIKA/ICT (tanpa komponen (tanpa komponen semiconductor volume (antara lain yodium dan
fabrikasi/ fabless) fabrikasi/ fabless) kecil mineral laut)
Industri Bahan Penolong
Industri Komputer 1. Katalis 1. Katalis 1. Katalis
Komputer Komputer high speed Komputer high speed 2. Pelarut (solvent) 2. Pelarut (solvent) 2. Pelarut (solvent)

30 31
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI JENIS INDUSTRI INDUSTRI JENIS INDUSTRI


NO NO
PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035 PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035
Jasa Industri Industri Pakan
1. Perancangan pabrik 1. Perancangan pabrik 1. Perancangan pabrik Ransum dan suplemen pakan Suplemen pakan ternak dan
2. Jasa proses industri 2. Jasa proses industri 2. Jasa proses industri ternak dan aquaculture aquaculture
3. Pemeliharaan mesin/ (presisi dan bernilai (presisi dan bernilai
peralatan industri tambah tinggi) tambah tinggi) Industri Barang dari Kayu
3. Pemeliharaan mesin/ 3. Pemeliharaan mesin/ Komponen berbasis kayu 1. Serat bambu untuk tekstil Wood moulding products
peralatan industri peralatan industri (wood working, laminatedan 2. aneka produk berbasis
8 INDUSTRI HULU Industri Oleofood dfinger joint) limbah industri kayu
AGRO 1. Olein 1. Specialty fats (coco butter Specialty fats bahan
2. Stearin substitute) tambahan pangan Industri Pulp dan Kertas
3. Gliserol 2. Tocopherol
1. Long fiber Pulp dan aneka barangkertas Microbial cellulose fiber
4. Palm Fatty Acid Distillate 3. Betacaroten
2. Dissolving pulp diproduksi secara ramah
(PFAD) 4. Asam organik dan alkohol
lingkungan
5. Coco butter substitute dari limbah industri sawit
6. Margarin 9. INDUSTRI LOGAM Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi dan Baja Dasar
7. Shortening DASAR DAN
8. Other specialty fats 1. Iron ore pellet 1. Slab, Billet, Bloom 1. Seamless pipe
BAHAN GALIAN
2. Lumps 2. Hot Rolled Coils (HRC), Hot 2. Paduan besi (ferro alloy)
BUKAN LOGAM
Industri Oleokimia 3. Fines Rolled Plate (HRP), Cold 3. Baja tahan karat dekoratif
1. Asam lemak nabati 1. Methyl esters 1. Methyl esters 4. Sponge iron Rolled Coils(CRC), Wire rod 4. Baja untuk keperluan
2. Fatty alcohols 2. Plastik bioberbasis limbah 2. Polimer turunan minyak 5. Pig iron dan besi cor 3. Profile, bar, wire khusus (antara lain: untuk
3. Fatty amine industri sawit sawit 6. Nickel Pig Iron 4. Paduan besi (ferro alloy) kesehatan, pertahanan,
4. Methyl ester sulfonat 3. Minyak atsiri 3. Minyak atsiri 7. Ferronickel 5. Baja tahan karat (stainless otomotif )
(biosurfactant) 8. Paduan besi (ferro alloy) steel long and flat
5. Biolubricant (rolling oils) 9. Baja untuk keperluan products)
6. Gliserin yang berbasis khusus (antara lain untuk 6. Baja untuk keperluan
kimia (glycerine based kesehatan, pertahanan, khusus (antara lain untuk
chemicals) otomotif ) kesehatan, pertahanan,
7. Minyak atsiri otomotif )
8. Isopropil palmitat (IPP) dan Industri Pengolahan dan Pemurnian Logam Dasar Bukan Besi
Isopropil Miristat (IPM) 1. Alumina SGA (Smelter 1. Alumunium dan 1. Alumunium dan advanced
9. Asam stearat (stearic acid) Grade Alumina) dan alumunium alloy alumunium alloy
Industri Kemurgi Alumina CGA (Chemical 2. Mixed Hydroxide 2. Nickel Electrolytic, Nickel
1. Biodiesel (Fatty Acid 1. Biodiesel 1. Biodiesel(Fatty Acid Methyl Grade Alumina) Precipitate (MHP), Mixed Sulfate, Nickel Chloride
Methyl Ester/FAME) 2. Bioetanol Ester/FAME) 2. Alumunium, Alumunium Sulfide Precipitate (MSP), 3. Kawat tembaga dan
2. Bioavtur (Bio jet fuel). 3. Bioavtur (Bio jet fuel) 2. Bioavtur (Bio jet fuel) alloy, billet, dan slab Nickel Metal komponen elektronik
4. Biogas dari palm oil mill 3. Nano cellulose derivatives 3. Nickel matte 3. Paduan tembaga (copper
effluent (POME) 4. Bio-based fiber and 4. Tembaga katoda alloy)
5. Biomaterial untuk polymers (carbon fiber, 5. Copper/Brass Sheet 4. Copper/Brass Sheet
peralatan medis, aromatic vicous) 6. Nickel Hydroxide
building blocks berbasis 5. New generation of 7. Fe Ni Sponge, Luppen Fe Ni,
lignin untuk sintesis obat/ biobased composit dan Nugget Fe Ni
farmasi 6. Secondary biofuel
6. Bioetanol berbahan baku (bioetanol),Bioetanol
lignoselulosa dan limbah (berbahan baku
biomassa lignoselulosa),secondary
biofuel (biomass pyrolysis-
gasification)

32 33
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI JENIS INDUSTRI INDUSTRI JENIS INDUSTRI


NO NO
PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035 PRIORITAS 2015-2019 2020-2024 2025-2035
Industri Logam Mulia, Tanah Jarang (Rare Earth), dan Bahan Bakar Nuklir Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik
1. Logam mulia 1. Logam mulia untuk 1. Logam mulia untuk 1. Low-density polyethylene 1. Metil Metakrilat 1. LDPE
2. Konsentrat logam tanah dekorasi dan perhiasan komponen elektronik (LDPE) 2. Polikarbonat 2. HDPE
jarang 2. Logam tanah jarang 2. Logam tanah jarang untuk 2. High-density polyethylene 3. Polivinil Alkohol 3. PP
komponen elektronik (HDPE) 4. Nilon
3. Logam tanah Bahan bakar 3. Polypropylene (PP) 5. PET
nuklir 4. Nilon 6. Akrilik
5. Polyethylene terephthalate
Industri bahan galian non logam (PET)
1. Semen 1. Keramik 1. Keramik maju (advanced 6. Akrilik
2. Keramik 2. Kaca/Gelas ceramic) 7. Polyvinyl Chloride (PVC)
3. Kaca/gelas 3. Refractory 2. Kaca/gelas dekorasi/ Industri Karet Alam dan Sintetik
4. Kaca/gelas Pharmaceutical kualitas tinggi 1. Butadiene Rubber (BR) 1. Isoprene Rubber (IR) 1. BR
Grade 2. Styrene Butadiene Rubber 2. Acrylonitrile Butadiene 2. SBR
5. Refractory (SBR) Rubber(ABR) 3. IR
6. Zirkonia, zirkon silikat, 3. Engineering natural rubber 3. Chloroprene Rubber (CR) 4. ABR
bahan kimia zirkon compound 4. Ethylene Propylene Diene 5. CR
7. Zirkon Opacifier Monomer(EPDM) 6. EPDM
5. Engineering natural rubber 7. Engineering natural rubber
10. INDUSTRI KIMIA Industri Petrokimia Hulu compound compound
DASAR BERBASIS 1. Etilena 1. Asam formiat 1. Etilena 6. Acrylonitrile Butadiene
MIGAS DAN 2. Propilena 2. O-Xylena 2. Propilena Styrene (ABS)
BATUBARA 3. Butadiene 3. Benzena 3. Butadiene Industri Barang Kimia Lainnya
4. P-xylena 4. Toluena 4. P-Xylena
Propelan 1. Propelan 1. Propelan
5. Metanol 5. Metanol
2. Bahan peledak 2. Bahan peledak
6. Ammonia 6. Ammonia
7. Benzena
8. Toluena
9. Asam formiat
10. Parafin Liquid

Industri Kimia Organik


1. Carbon black 1. Kaprolaktam 1. Kaprolaktam
2. Asam Tereftalat 2. Cumene 2. Metil Metakrilat
3. Asam Asetat 3. Propilen Glikol 3. Asam Asetat
4. Akrilonitril 4. Etilen Glikol
5. Bis Fenol A 5. Fenol
6. Asam Fumarat
7. Ptalic Anhidrat

Industri Pupuk
1. Pupuk tunggal (basis 1. Pupuk tunggal (basis 1. Pupuk tunggal (basis
nitrogen) fosfat dan kalium) nitrogen, fosfat, dan
2. Pupuk majemuk 2. Pupuk majemuk kalium)
2. Pupuk majemuk

34 35
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

e. Program Pengembangan Industri Prioritas 2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan
Untuk mencapaisasaran pembangunan industri nasional dilakukan program
Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
pengembangan industri prioritas yang dilaksanakan bersama oleh Pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara, dan swasta. Program pengembangan industri prioritas disusun Industri Farmasi dan Kosmetik Industri Farmasi dan Kosmetik
untuk periode 2015-2019 dan periode 2020-2035 sebagai berikut: 1. Meningkatkan penguasaan teknologi 1. Mengembangkan teknologi nasional untuk
proses dan rekayasa produk industri farmasi memproduksi bahan dasar farmasi dan
dan kosmetik melalui penelitian dan kosmetik;
1. Industri Pangan
pengembangan yang terintegrasi; 2. Memfasilitasi pengembangan dan
Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 2. Memfasilitasi pengembangan dan pembangunan Industri farmasi dan kosmetik
pembangunan industri bahan baku farmasi skala besar dengan orientasi ekspor;
1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, 1. Memantapkan zonasi/kawasan industri industri dan kosmetik untuk substitusi impor; 3. Membangun laboratorium uji terakreditasi;
kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi pangan; 3. Mendorong peningkatan penggunaan produk 4. Meningkatkan penguasaan alih teknologi
dengan instansi terkait dan kemitraan serta 2. Meningkatkan kualifikasi, kapasitas dan dalam negeri, termasuk meningkatkan terkini untuk setiap jenis sediaan farmasi dan
integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir didukung kemampuan laboratorium uji mutu produk keterkaitan antara industri besar dan industri bahan baku obat.
oleh infrastruktur yang memadai; pangan; kecil dan industri menengah;
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten 3. Meningkatkan kemampuan inovasi dan 4. Memperkuat infrastruktur dalam rangka
di bidang industri pangan melalui pendidikan penguasaan teknologi proses/rekayasa penerapan Standar Farmakope Indonesia bagi
dan pelatihan industri dan pendampingan; produk industri pangan melalui sinergi industri farmasi dan kosmetik;
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan kegiatan penelitian dan pengembangan serta 5. Mengembangkan sektor petrokimia hulu
pengembangan inovasi teknologi industri pendidikan dan pelatihan industri pangan; untuk mengurangi ketergantungan bahan
pangan melalui penelitian dan pengembangan baku;
4. Memantapkan kebijakan terkait infrastruktur
yang terintegrasi; 6. Mengembangkan riset dan manufaktur produk
dan pembiayaan industri meliputi akses lahan,
bioteknologi dan herbal yang terstandar dan
4. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan sarana logistik, ketersediaan utilitas dan energi
terintegrasi;
dan penjaminan mutu produk melalui untuk meningkatkan daya saing industri
7. Membangun kompetensi dan kapabilitas riset
penerapan Good Hygiene Practices (GHP), Good pangan nasional;
farmasi untuk produk bioteknologi dan herbal;
Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard 5. Meningkatkan nilai tambah limbah industri 8. Melakukan penguasaan teknologi dan
Analysis and Critical Control Points (HACCP), pangan dan penerapan sistem produksi bersih membangun kemampuan manufaktur
sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan (reduce, reuse, recycle) berbasis inovasi dan berstandar internasional;
halal, sertifikasi mutu lainnya, serta bantuan teknologi ramah lingkungan. 9. Meningkatkan kemampuan uji klinik.
mesin/peralatan pengolahan produk pangan
dan peningkatan kapasitas laboratorium uji
mutu; Industri Alat Kesehatan Industri Alat Kesehatan
1. Mengembangkan kebijakan yang mengaitkan 1. Mengembangkan lanjut untuk penguatan
5. Mengkoordinasikan pengembangan sistem
industri alat kesehatan masal dengan kemampuan, kualitas, dan efisiensi industri
logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi
pembiayaan layanan kesehatan sebagai alat kesehatan;
dan distribusi produk pangan;
bentuk subsidi silang; 2. Mengembangkan teknologi dan SDM
6. Memfasilitasi pembebasan Pajak Pertambahan 2. Mengembangkan kebijakan penggunaan untuk perancangan aplikasi produk alat
Nilai (PPN) atas proses pengolahan pangan produk alat kesehatan produk dalam negeri kesehatan dan bionik (organ buatan) yang
dengan nilai tambah kecil; pada fasilitas dan layanan kesehatan yang menggabungkan aspek kesehatan, biologi,
7. Memfasilitasi akses terhadap pembiayaan yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja material, kognitif, dan mikro/nano elektronika;
kompetitif bagi industri pangan skala kecil dan Negara (APBN); 3. Mengembangkan center of excellent yang
menengah; 3. Memfasilitasi promosi penggunaan alat mencakup penelitian dan pengembangan
8. Meningkatkan kerjasama industri internasional kesehatan buatan dalam negeri termasuk dan produksi alat kesehatan dasar masal untuk
untuk alih teknologi, peningkatan investasi dan pelatihan dan jaminan suku cadang/ keperluan dalam negeri;
penguasaan pasar ekspor; pemeliharaan; 4. Mengembangkan lanjut untuk standardisasi
4. Mengembangkan road map industri alat dan dukungan hak kekayaan intelektual atas
9. Promosi dan perluasan pasar produk industri
kesehatan dan teknologi terkait secara produk alat kesehatan di dalam negeri;
pangan di dalam dan luar negeri.
terintegrasi termasuk komponen, bahan baku, 5. Mengembangkan lanjut untuk penguatan
dan bahan penolong; industri kecil dan industri menengah modern
penghasil komponen alat kesehatan.

36 37
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 Periode 2015-2019 Periode 2020-2035


Industri Alat Kesehatan 7. Memfasilitasi pendirian pusat desain dan 8. Memfasilitasi pengembangan lanjut
5. Mendirikan center of excellent yang mencakup pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan standardisasi dan perlindungan terhadap hak
penelitian dan pengembangan dan produksi daya saing industri tekstil; kekayaan intelektual design produk tekstil;
alat kesehatan dasar masal untuk keperluan 8. Melanjutkan program restrukturisasi mesin/ 9. Meningkatkan kemampuan, kualitas dan
dalam negeri; peralatan ITPT untuk meningkatkan kualitas efisiensi industri TPT termasuk industri kecil
6. Mengembangkan SDM dengan kompetensi dan efisiensi; dan industri menengah melalui pelatihan
tinggi pada design engineering produk desain dan teknologi proses termasuk untuk
9. Memberikan insentif bagi investor industri
alat kesehatan, termasuk pengukuran dan mewujudkan industri hijau;
tekstil khusus berteknologi tinggi;
pengujian;
7. Memfasilitasi pembiyaan untuk peningkatan 10. Melaksanakan harmonisasi sistem perpajakan
kapasitas industri alat kesehatan dasar masal antara pajak keluaran dan pajak masukan
melalui revitalisasi permesinan dan alat dikaitkan dengan jangka waktu restitusi;
pengukuran; 11. Mengembangkan kebijakan sistem agunan
8. Mengembangkan standardisasi dan dukungan mesin tekstil untuk pembiayaan industri;
hak kekayaan intelektual atas produk alat 12. Mengembangkan kebijakan pengamanan
kesehatan di dalam negeri; industri dalam negeri melalui safeguards dan
9. Mengembangkan dan penguatan Industri tindakan pengamanan lainnya;
kecil dan industri menengah modern
13. Mengembangkan standardisasi dan
penghasil komponen alat kesehatan melalui
perlindungan terhadap hak kekayaan
bantuan teknis dan peralatan uji.
intelektual design produk tekstil;
14. Meningkatkan peran asosiasi untuk
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka memperkuat kolaborasi antar pelaku industri
sepanjang rantai pasok industri tekstil dan
Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 produk tekstil.
Industri Tekstil Industri Tekstil Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Kulit dan Alas Kaki
1. Memfasilitasi pendirian pabrik serat sintetik 1. Melanjutkan pemberian insentif bagi investor
yang berorientasi pasar domestik dan ekspor industri tekstil khusus berteknologi tinggi; 1. Memfasilitasi pengembangan industri bahan 1. Memfasilitasi pengembangan kemampuan
(dengan pengutamaan kebutuhan domestik); baku kulit sintetis dalam negeri; industri alas kaki dalam negeri agar menjadi
2. Meningkatkan kualitas produk serat sintetik
2. Mengembangkan industri pewarna tekstil dan 2. Standardisasi bahan baku untuk industri kulit merek kelas dunia;
dari sumber bahan baku terbarukan untuk
aksesoris; mendukung industri tekstil khusus; dan alas kaki untuk mencegah barang impor 2. Memfasilitasi pengembangan bahan baku dari
3. Merumuskan kebijakan Pemerintah untuk berkualitas rendah; alam dan sintetis yang berkualitas tinggi;
3. Meningkatkan kualitas produk industri
industri garmen agar dipersyaratkan pewarna tekstil dan aksesoris berbasis bahan 3. Melakukan pemetaan potensi industri kulit 3. Meningkatkan kemampuan produksi industri
menggunakan kain dalam negeri secara baku dalam negeri; dan alas kaki nasional; kulit khusus untuk penggunaan di industri;
bertahap; 4. Menguatkan sentra IKM melalui penguatan 4. Melaksanakan standardisasi bahan baku untuk
4. Mempersiapkan sektor industri pulp kayu agar
4. Mengembangkan kompetensi kerja SDM dapat memproduksi dissolving pulp untuk kelembagaan dan teknologi; industri kulit dan alas kaki untuk mencegah
industri tekstil sesuai Standar Kompetensi memenuhi kebutuhan bahan baku industri 5. Meningkatkan kemampuan (terutama barang impor berkualitas rendah;
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI); rayon (substitusi impor); ergonomical design) industri alas kaki yang 5. Memfasilitasi penguatan sentra IKM melalui
5. Memfasilitasi penguatan tempat uji 5. Mengembangkan produk serat khusus (antara telah memiliki pangsa pasar tinggi untuk penguatan kelembagaan dan teknologi;
kompetensi (TUK) dan lembaga sertifikasi lain high tenacity danmicro fiber); bersaing secara global; 6. Meningkatkan kemampuan (terutama
SDM industri tekstil; 6. Memfasilitasi perlindungan hak kekayaan ergonomical design) industri alas kaki untuk
6. Melakukan diversifikasi produk benang untuk
6. Meningkatkan kemampuan, kualitas dan benang-benang khusus; intelektualdesign produk alas kaki yang perluasan pasar global;
efisiensi industri TPT termasuk industri kecil dihasilkan di dalam negeri; 7. Memfasilitasi perlindungan hak kekayaan
7. Memfasilitasi pengembangan lanjut pusat
dan industri menengah melalui pelatihan 7. Meningkatkan promosi industri alas kaki intelektual design produk alas kaki yang
desain dan pusat inovasi teknologi untuk
desain dan teknologi proses termasuk untuk customized secara ekslusif pada forum dihasilkan di dalam negeri;
meningkatkan daya saing industri tekstil;
mewujudkan industri hijau; resmi nasional dan internasional untuk
memunculkan industri kelas dunia;

38 39
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 Periode 2015-2019 Periode 2020-2035


8. Peninjauan kebijakan ekspor bahan baku kulit 8. Memfasilitasi pengembangan lanjut teknologi Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang
mentah (wet blue); pengolahan limbah penyamakan kulit; dari karet dari karet
9. Koordinasi dengan sektor peternakan untuk 9. Memfasilitasi pengembangan lanjut pusat 1. Memfasilitasi pengembangan industri plastik, 1. Mendorong pengembangan teknologi
mengatasi hambatan kualitas bahan baku desain dan pusat inovasi teknologi untuk pengolahan karet dan barang dari karet untuk nasional untuk memproduksi bahan dasar
terkait persyaratan kesehatan hewan; meningkatkan daya saing industri kulit dan produk keperluan umum; plastik dan karet;
alas kaki. 2. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan 2. Memperkuat industri pembuat kompon
10. Memfasilitasi pengembangan teknologi
terintegrasi sebagai upaya penguasaan plastik dan karet;
pengolahan limbah penyamakan kulit;
teknologi proses dan rekayasa produk industri 3. Memperkuat kemampuan nasional untuk
11. Melaksanakan penyebaran industri kulit dan plastik, pengolahan karet dan barang dari memproduksi mesin dan peralatan produksi
alas kaki dengan memperhatikan potensi karet; dari industri plastik dan karet hilir;
sumber daya wilayah termasuk kewajiban 3. Memperkuat kemampuan nasional untuk 4. Memfasilitasi pengembangan dan
pemenuhan UMR; memproduksi mesin dan peralatan produksi pembangunan industri plastik, pengolahan
12. Memfasilitasi pendirian pusat desain dan dari industri plastik dan karet hilir; karet dan barang dari karet skala besar dengan
pusat inovasi teknologi untuk meningkatkan 4. Mendorong peningkatan penggunaan produk orientasi ekspor.
daya saing industri kulit dan alas kaki; dalam negeri, termasuk meningkatkan
13. Melanjutkan program restrukturisasi mesin/ keterkaitan antara industri besar dan industri
peralatan IAK dan IPK untuk meningkatkan kecil dan industri menengah;
kualitas dan efisiensi; 5. Memperkuat infrastruktur dalam rangka
pemberlakuan SNI wajib;
14. Melaksanakan harmonisasi sistem perpajakan
6. Memfasilitasi pengembangan sektor plastik
antara pajak keluaran dan pajak masukan
hulu untuk mengurangi ketergantungan
dikaitkan dengan jangka waktu restitusi;
bahan baku;
15. Meningkatkan kemampuan penelitian dan 7. Meningkatkan kompetensi SDM.
pengembangan industri kulit khusus untuk
penggunaan di sektor industri lainnya.
4. Industri Alat Transportasi
Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu
1. Melakukan pendampingan dan mentoring 1. Menjamin ketersediaan pasokan bahan baku Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
terhadap industri kecil dan industri menengah (kayu dan rotan) melalui pengembangan 1. Melaksanakan pengembangan road map 1. Menguatkan sub sektor industri pemesinan
dalam rangka mendapatkan sertifikat legalitas sistem rantai pasok yang ramah lingkungan, industri alat transportasi secara komprehensif melalui modernisasi mesin dan peralatan
kayu (SVLK); didukung dengan infrastruktur (transportasi yang bersifat antar moda dengan presisi pada industri perkapalan, kereta api,
2. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, dan pelabuhan) yang memadai; memperhatikan kapasitas, kualitas, teknologi, pesawat terbang, dan roket peluncur;
kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi 2. Meningkatkan kegiatan penelitian dan dan karakteristik kebutuhan transportasi/ 2. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
dengan instansi terkait dan kemitraan serta pengembangan disain produk furnitur, konektivitas di dalam negeri, serta kaitannya material maju (komposit, keramik, plastik,
integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir; didukung dengan advokasi dan regulasi dengan jaringan transportasi global yang karet dan propelan) dengan spesifikasi yang
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam terkait perlindungan hak kekayaan intelektual; memperhatikan posisi geostrategis Indonesia; sesuai bagi industri alat transportasi;
penguasaan teknik produksi dan desain untuk 3. Meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas 2. Menguatkan subsektor industri pemesinan 3. Memfasilitasi pengembangan pasar domestik
meningkatkan daya saing dan kualitas produk; SDM dalam memproduksi kerajinan kayu/ melalui revitalisasi mesin dan peralatan presisi melalui pengembangan infrastruktur
4. Memfasilitasi pembangunan pendidikan rotan; pada industri perkapalan, kereta api dan prasarana transportasi yang terintegrasi
pesawat terbang; dengan pengembangan perwilayahan
kejuruan dan vokasi bidang pengolahan kayu, 4. Mengembangkan standardisasi kualitas
rotan, dan furnitur; produk dan fasilitasi untuk peningkatan daya 3. Menyediakan bahan baja dan non baja industri;
5. Menerapkan teknologi pemanfaatan bahan saing industri furnitur. serta paduannya, dan bahan pendukung 4. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
(komposit, keramik plastik dan karet) yang teknologi bagi industri alat transportasi masal
baku alternatif antara lain dari kayu sawit dan
memenuhi kebutuhan spesifik bagi industri modern.
kayu karet; alat transportasi;
6. Memfasilitasi akses terhadap sumber
4. Mengembangkan regulasi melalui koordinasi
pembiayaan yang kompetitif untuk
dengan instansi terkait tentang izin
meningkatkan kinerja ekspor furnitur; transportasi darat, laut, dan udara;
7. Meningkatkan promosi dan perluasan pasar
5. Mengembangkan kebijakan penggunaan
guna mendorong tumbuhnya industri furnitur
produk dalam negeri yang memiliki daya saing
rotan dalam negeri. melalui perjanjian secara bertahap dengan
pihak principal;

40 41
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

5. Industri Elektronika dan Telematika/ICT


Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
6. Mengembangkan sistem untuk status legal Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
kepemilikan mesin yang diperlukan bagi 1. Membangun sistem monitoring secara kritis 1. Mengembangkan desain dan industri produk
penjaminan pinjaman; perkembangan kebutuhan dan teknologi dan komponen nano-bio elektronika untuk
7. Mengembangkan kebijakan tahapan terkait dengan kegiatan competitive berbagai aplikasi kehidupan, kesehatan, dan
penguasaan teknologi pada bahan bakar (fosil intelligence di negara maju; pertahanan dan keamanan;
dannon fosil) untuk penggerak mula; 2. Mengembangkan program penyediaan 2. Memfasilitasi pendirian pabrik foundry
8. Mengembangkan standardisasi produk, bahan baku logam, paduan logam, plastik dan penghasil material semiconductor dengan
proses, manajemen (ISO9000, ISO14000, dan komposit untuk industri komponen ICT; volume kecil untuk keperluan khusus;
ISO26000), dan industri hijau, serta spesifikasi 3. Mengembangkan standardisasi produk ICT 3. Memfasilitasi pengembangan center of
teknis, dan pedoman tata cara di industri untuk mengurangi variasi sehingga diperoleh excellent industri ICT (nano-bio-cogno-info)
transportasi; volume total yang semakin besar dan efisien; milik Pemerintah dan swasta (perusahaan dan
9. Mengembangkan pasar domestik melalui 4. Mengembangkan riset untuk perancangan kawasan);
pengembangan infrastruktur transportasi produk ICT yang efisien, tepat guna 4. Memfasilitasi penguasaan teknologi dan
yang terintegrasi dengan pengembangan (sesuai user), cerdas (smart) dan yang produksi melalui akuisisi industri alat uji dan
perwilayahan industri (penyebaran dan mengintegrasikan berbagai fungsi kehidupan; pengukuran maju;
konektivitas);
5. Memfasilitasi pengembangan center of 5. Memfasilitasi pengembangan rare earth
10. Mengembangkan kawasan industri dan sentra excellent industri ICT milik Pemerintah material yang berpotensi untuk dikembangkan
IKM khusus industri alat transportasi; termasuk untuk kebutuhan pertahanan dan menjadi material unggul pada nano-bio ICT.
11. Menguatkan sentra IKM modern (logam, karet, keamanan;
plastik, kulit) pendukung industri transportasi 6. Mengembangkan riset material untuk baterai
secara umum yang dilengkapi dengan UPT ukuran kecil dan berdaya tinggi;
proses dan pengukuran presisi;
7. Memfasilitasi alih teknologi industri baterai
12. Mengembangkan kapasitas industri untuk keperluan elektronika melalui akuisisi
pemesinan melalui upaya efisiensi produksi industri baterai yang memiliki teknologi maju;
termasuk penghematan penggunaan energi;
8. Mengoordinasikan penelitian dan
13. Mengembangkan komponen logam pengembangan sistem (konten) elektronika
terstandar untuk efisiensi industri alat dan telematika untuk keperluan komersial dan
transportasi; pertahanan;
14. Menyediakan dan meningkatkan kemampuan 9. Mengembangkan industri radar dan satelit,
SDM dengan kompetensi pada design termasuk stasiun relay;
engineering, proses presisi, pengukuran presisi,
dan mekatronika/robotika melalui pelatihan, 10. Memfasilitasi pendirian pabrik komponen
dan bimbingan teknis; mikro-nano elektronika (tidak termasuk
foundry);
15. Mengembangkan regulasi alih daya yang
memadai untuk pembentukan iklim usaha 11. Memfasilitasi pengembangan kawasan
agar dapat memberikan jaminan pasokan industri dan/atau sentra khusus (techno-park)
melalui kegiatan alih daya (outsourcing) mikro-elektronika dan telematika yang diisi
proses, produk, dan SDM; oleh industri ICT;
16. Mengembangkan jumlah dan kompetensi 12. Meningkatkan kemampuan dan peran industri
konsultan IKM pada sentra khusus IKM industri kecil dan industri menengah penghasil
alat transportasi; komponen untuk industri elektronika melalui
pengembangan sentra khusus dengan UPT
17. Memfasilitasi penguasaan teknologi sistem yang dilengkapi alat ukur dan alat uji mekanis
manufaktur bagi industri alat transportasi dan kelistrikan yang presisi;
yang efisien;
13. Memfasilitasi untuk penguasaan teknologi
18. Memfasilitasi penguatan balai melalui dan produksi melalui akuisisi industri alat uji
kerjasama penelitian tentang paduan logam dan pengukuran maju;
bernilai tambah tinggi, serta kolaborasi
penelitian dan pengembangan teknologi dan 14. Melaksanakan pemetaan dan pengembangan
aplikasinya, termasuk untuk alat transportasi potensi rare earth material yang berpotensi
hemat energi, serta pengembangan untuk dikembangkan menjadi material nano-
infrastruktur lab uji kendaraan bermotor; bio ICT;
19. Mengembangkan design center industri alat 15. Mengembangkan industri permesinan mikro
transportasi. (micro machining).

42 43
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

6. Industri Pembangkit Energi


Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 16. Memfasilitasi penguasaan teknologi dan
1. Mengembangkan kebijakan pemetaan 1. Mendorong penerapan manajemen energi produksi melalui akuisisi industri alat uji dan
kebutuhan dan penggunaan sumber energi yangefisien, serta penggunaan energi melalui pengukuran yang sudah maju;
dari migas dan batubara (energy balance); penerapan teknologi penghemat listrik; 17. Memfasilitasi pengembangan teknologi
2. Memetakan proses dan teknologi industri 2. Mengembangkan produksi hidrodgen secara produksi hidrogen dan fuel cell untuk
yang lahap energi untuk implementasi masal untuk pembangkit fuel cell; penggerak mula di produk alat transportasi.
manajemen energi dan penyusunan kebijakan
3. Memfasilitasi pendirian pabrik/pusat
industri yang hemat energi;
pengolahan lanjut REE produk bahan baku 7. Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri
3. Mengembangkanroadmap secara
nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik
komprehensif melalui analisis keekonomian
atau bahan penolong beradiasi di industri; Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
sumber energi terbarukan serta penyusunan
jadwal konversi energi secara terencana dalam 4. Memfasilitasi pendirian pabrik material untuk Industri Mesin dan Perlengkapan Industri Mesin danPerlengkapan
jangka panjang; solar cell ; 1. Melakukan kajian menyeluruh (integrated 1. Mengembangkan kawasan khusus (sub
4. Mengembangkan kebijakan energi terbarukan 5. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan supply chain mulai dari bahan baku sampai kawasan) industri pemesinan di wilayah pusat
termasuk insentif, penyediaan infrastruktur lanjut energi terbarukan untuk implementasi penguasaan teknologi) terhadap industri pertumbuhan industri yang difokuskan pada
dan pelestarian/keseimbangan sumber; di industri dan masyarakat; pemesinan sebagai industri yang berperan industri manufaktur presisi (alat transportasi,
5. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan 6. Mengembangkan fasilitas pembangkit vital dan menjadi tulang punggung elektronika, kelistrikan, energi, dan alat
potensi rare earth elements (REE) sebagai listrik tenaga nuklir efisien dengan teknologi pembangunan industri pada banyak sektor; kesehatan);
bahan paduan dan bahan baku nuklir; keselamatan yang tinggi. 2. Menguatkan sub sektor industri pembuat 2. Mengembangkan sentra IKM modern
6. Memfasilitasi pendirian pabrik/pusat mesin, komponen pendukung dan bahan khusus memproduksi komponen presisi
pengolahan bahan baku pembuat magnet; baku (baja dan paduan) bagi industri terstandardisasi untuk menunjang kawasan
7. Memfasilitasi pendirian pabrik yang mengolah pemesinan melalui revitalisasi mesin dan industri khusus pemesinan;
material menjadi komponen pembangkit peralatan presisi, termasuk pada sentra IKM 3. Mengembangkan teknologi dan kapasitas
listrik tenaga surya; logam secara terintegrasi; industri pemesinan melalui upaya efisiensi
8. Memfasilitasi alih teknologi industri sel surya 3. Mengembangkan kapasitas industri produksi termasuk penghematan penggunaan
melalui pendirian atau akuisisi; pemesinan melalui upaya efisiensi produksi energi;
9. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan termasuk penghematan penggunaan energi; 4. Mengembangkan teknologi dan penyediaan
produk solar cell untuk implementasi di 4. Memfasilitasi penyediaan bahan baja dan bahan baja dan non baja serta paduannya
industri dan masyarakat; non baja serta paduannya yang memenuhi yang memenuhi kebutuhan spesifik bagi
10. Mengembangkan kebijakan pemanfaatan kebutuhan spesifik bagi industri pemesinan; industri pemesinan;
listrik perumahan dari solar cell untuk 5. Memfasilitasi pengembangan dan penyediaan 5. Mengembangkan teknologi dan penyediaan
menambah kapasitas daya listrik nasional; bahan pendukung (komposit dan keramik) bahan pendukung (komposit, keramik)
11. Memfasilitasi pendirian pabrik/pusat dengan spesifikasi yang sesuai bagi industri dengan spesifikasi yang sesuai bagi industri
pengolahan lanjut REE produk bahan baku tools; pemesinan;
nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik 6. Memfasilitasi penyediaan dan peningkatan 6. Meningkatkan penguasaan teknologi proses
atau bahan penolong beradiasi di industri; kemampuan SDM dengan kompetensi pada dan rekayasa produk industri penunjang
12. Mengembangkan rancang bangun fasilitas design engineering, proses presisi, pengukuran industri unggulan melalui penelitian dan
pembangkit listrik tenaga nuklir efisien presisi, dan mekatronika/robotika; pengembangan yang terintegrasi;
dengan tingkat keselamatan yang tinggi; 7. Meningkatkan peran industri kecil dan industri 7. Mendorong penggunaan teknologi dan
13. Mengembangkan riset manajemen energi menengahdalam rantai pasok komponen produk dalam negeri serta pengurangan
dan pengembangan metoda atau komponen industri pemesinan melalui pengembangan impor.
untuk penghematan energi; sentra industri pembuatan tools dan
14. Mengembangkan riset kabel konduktor komponen presisi yang dilengkapi dengan
khusus dan logam magnet berdaya tinggi UPT proses dan pengukuran presisi;
untuk menghasilkan motor/generator listrik 8. Mengembangkan komponen logam dan
yang efisien; bukan logam terstandar untuk efisiensi
15. Memfasilitasi pengembangan dan industri pemesinan dan industri lainnya;
penguasaan teknologi design dan engineering 9. Mengembangkan sistem untuk status legal
untuk pembangkit listrik yang efisien termasuk kepemilikan mesin yang diperlukan bagi
penguasaan hak kekayaan intelektualdan penjaminan pinjaman dan/atau pemberian
penjaminan resiko teknologi; leasing.

44 45
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 Periode 2015-2019 Periode 2020-2035


Industri Komponen dan Bahan Penolong Industri Komponen dan Bahan Penolong 6. Mengoordinasikan pengembangan sistem 6. Memfasilitasi peningkatan investasi industri
1. Memfasilitasi R&D untuk pembuatan produk 1. Meningkatkan penguasaan teknologi proses logistik untuk meningkatkan efisiensi produksi biodiesel dan bioetanol yang lebih ramah
plastik dan karet engineering, katalis, zat aditif, dan rekayasa produk industri plastik dan karet dan distribusi produk; lingkungan;
pewarna tekstil (dyes) dan pewarna plastik dan engineering, katalis, zat aditif, pigment dan dyes, 7. Memfasilitasi penerapan harga keekonomian 7. Menerapan standar produk biodiesel;
karet (pigment), serta bahan kimia anorganik; serta bahan kimia anorganik melalui penelitian produk bioenergi; 8. Memfasilitasi advokasi untuk memasukkan
2. Meningkatkan kerjasama penelitian dan dan pengembangan yang terintegrasi; 8. Memberikan insentif khusus untuk industri industri kelapa sawit ke dalam green industry
pengembangan antara balai, perguruan 2. Mendorong pemakaian teknologi dan produk bioenergi; melalui penerapan Indonesian Sustainable
tinggi, dan industri untuk pengembangan dalam negeri serta pengurangan impor; Palm Oil (ISPO);
9. Memfasilitasi promosi dan perluasan pasar
produk plastik dan karet engineering, katalis, 3. Mendorong tumbuhnya industri komponen
produk industri hulu agro berwawasan 9. Meningkatkan efektifitas kegiatan penelitian
zat aditif dan pewarna (dyes & pigment), serta plastik dan karet untuk meningkatkan
lingkungan di dalam dan luar negeri; dan pengembangan untuk menghasilkan
bahan kimia anorganik; keterkaitan dengan industri kecil dan industri
10. Meningkatkan kapasitas produksi pengolahan inovasi teknologi dan formulasi produk pakan
3. Memfasilitasi pengembangan dan pendirian menengah;
POME (Palm Oil Mill Effluent) terintegrasi berbasis sumberdaya lokal, dan suplemen
industri packaging (berbasis karton dan 4. Memfasilitasi pengembangan dan penerapan
dengan pabrik kelapa sawit untuk mengurangi pakan;
plastik), plastik dan karet engineering, zat aditif, standardisasi serta penguatan infrastruktur
dye stuff,pigment, katalis dan solvent, serta standardisasi; emisi GRK (Gas Rumah Kaca), dan mendorong 10. Memberikan fasilitas pembangunan industri
bahan kimia anorganik; 5. Mendorong industri plastik dan karet penerapan industri hijau pada industri pulp bioenergi berbasis pirolisis-gasifikasi biomassa
4. Memfasilitasi pengembangan dan pendirian engineering, katalis, zat aditif, pigment dan dan kertas. (termasuk limbah industri), dan biokonversi
industri bahan kimia anorganik (asam sulfat, dyes, serta bahan kimia anorganik untuk dapat bahan lignoselulosa, serta biomaterial
asam fospat, copper sulfat, Kalium hidroksida, mengekspor produknya; (building block) dari lignin.
sodium bisulfit, grade chemical alumina, 6. Memfasilitasi pengembangan dan pendirian
zinc oksida, zinc khlorida, kalsium karbonat, industri bahan kimia anorganik (aluminium
9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam
natrium karbonat, dan natrium khlorida); hidroksida, titanium oksida, dan turunan
5. Menyiapkan SDM lokal yang berkompeten alumina). Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
di bidang industri komponen dan bahan
penolong 1. Memfasilitasi pembangunan pabrik iron ore 1. Memfasilitasi pembangunan pabrik baja untuk
pellet; keperluan khusus;
2. Meningkatkan kapasitas produksi (termasuk 2. Memfasilitasi pembangunan pabrik stainless
8. Industri Hulu Agro pembuatan pabrik baru) kapur bakar dan steel;
cooking coal serta briket semi kokas; 3. Memfasilitasi pembangunan smelter
Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 3. Meningkatkan jumlah atau kapasitas blast aluminium tambahan dari yang sudah ada;
1. Menjamin ketersediaan bahan baku (kualitas, 1. Menjamin ketersediaan bahan baku dengan furnace; 4. Memfasilitasi pembangunan pabrik stainless
kuantitas dan kontinuitas) melalui koordinasi menerapkan sistem rantai pasok yang efisien; 4. Meningkatkan kapasitas produksi bijih/pasir steel;
dengan instansi terkait didukung oleh besi dalam negeri sebagai bahan baku direct 5. Memfasilitasi pembangunan smelter tembaga
2. Meningkatkan efektivitas kegiatan penelitian
infrastruktur yang memadai; reduction furnace dan blast furnace; tambahan dari yang sudah ada;
dan pengembangan untuk optimasi sistem
5. Revitalisasi industri baja untuk efisiensi 6. Memfasilitasi pembangunan pabrik logam
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten produksi biorefinery yang efisien (low cost
konsumsi energi dan ramah lingkungan; untuk mendukung industri pangan fungsional;
di bidang industri hulu agro melalui technology) melalui inovasi teknologi dan
6. Memfasilitasi pembangunan smelter 7. Memfasilitasi pembangunan pabrik logam
pendidikan dan pelatihan industri; manajemen, serta implementasinya dalam
pengolahan bauksit menjadi alumina; untuk mendukung industri bioenergi dan
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan dan skala besar;
7. Memfasilitasi pembangunan pabrik kemurgi;
pengembangan inovasi teknologi industri hulu 3. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengolahan bijih nikel menjadi nikel pig iron, 8. Memfasilitasi pembangunan pabrik logam
agro melalui penelitian dan pengembangan pengembangan disain produk furnitur, ferronikel atau nikel matte; untuk mendukung industri magnet;
yang terintegrasi; didukung dengan advokasi dan regulasi 8. Memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi 9. Memfasilitasi pembangunan pabrik logam
4. Pembangunan pendidikan kejuruan dan terkait perlindungan hak kekayaan intelektual; smelter tembaga dan smelter aluminium; untuk mendukung industri komponen
vokasi bidang pengolahan kayu, rotan, dan 4. Mengembangkan kerangka kebijakan untuk 9. Memfasilitasi pembangunan smelter tembaga otomotif dan telekomunikasi;
furnitur, serta perlindungan hak kekayaan meningkatkan pemasaran produk oleofood, tambahan dari yang sudah ada; 10. Memfasilitasi peningkatkan kapasitas pabrik
intelektual; oleokima dan kemurgi; 10. Meningkatkan kapasitas produksi semen konsentrasi logam tanah jarang;
5. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan 5. Mengembangkan kawasan terintegrasi atau mendirikan pabrik baru dengan
penjaminan mutu produk melalui penerapan didukung dengan infrastruktur yang memadai; memanfaatkan terak tembaga yang dihasilkan
GHP, GMP, sertifikasi SNI dan industri hijau dan smelter tembaga;
peningkatan kapasitas laboratorium uji mutu;

46 47
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

10. Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara


Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
11. Meningkatkan kapasitas produksi industri 11. Memfasilitasi peningkatan kapasitas pabrik Periode 2015-2019 Periode 2020-2035
steel making (slab, billet, HRC, CRC, besi beton, penghasil logam mulia dari lumpur anoda 1. Memfasilitasi pendirian pabrik petrokimia 1. Mendorong pengembangan teknologi
wire rod) maupun bahan baku lainnya; hulu dengan bahan baku gas di Teluk Bintuni, nasional untuk memproduksi bahan
12. Meningkatkankapasitas produksi pengecoran 12. Memfasilitasi pembangunan pabrik bahan bahan baku CBM di Sumatra Selatan dan petrokimia hulu;
(casting), ekstrusi (extrusion), penempaan bakar nuklir dari uranium atau unsur lainnya; Kalimantan Selatan, bahan baku shale gas di 2. Membangun industri petrokimia hulu skala
(forging), penarikan (wire drawing), 13. Memfasilitasi pembangunan pabrik dan Sumatera Utara, dan bahan baku batubara di besar dengan orientasi ekspor;
penggilingan (rolling) besi dan paduannya meningkatkan kapasitas pabrik keramik, kaca Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan;
3. Meningkatkan keterkaitan antara industri
serta bukan besi dan paduannya; dan semen; 2. Memfasilitasi pengembangan produk hulu, industri antara dan industri hilir;
13. Memfasilitasi pembangunan industri baja 14. Memfasilitasi pembangunan pabrik keramik aromatik di Tuban dan Cilacap;
4. Mendorong pengembangan teknologi
untuk keperluan khusus (special steel) termasuk maju (advanced ceramics). 3. Mendorong produsen petrokimia hulu untuk nasional untuk memproduksi bahan kimia
baja paduan untuk industri permesinan, melakukan efisiensi dan diversifikasi energi; organik;
otomotif dan alat berat
4. Melakukan revitalisasi industri petrokimia 5. Memfasilitasi pembangunan industri
14. Memfasilitasi pembangunan pabrik besi/ eksisting yang mengalami permasalahan petrokimia antara skala besar dengan orientasi
baja dan bukan besi/baja untuk mendukung pasokan bahan baku dan/atau administrasi; ekspor;
agroindustri;
5. Memfasilitasi calon investor dalam 6. Mendorong pengembangan teknologi
15. Memfasilitasi pembangunan pabrik besi/ mendapatkan dukungan dari Pemerintah nasional untuk memproduksi pupuk;
baja dan bukan besi/baja untuk mendukung Daerah dan masyarakat dalam pendirian pabrik
industri petrokimia; 7. Memfasilitasi pembangunan industri pupuk
petrokimia hulu (antara lain penyediaan lahan,
skala besar dengan orientasi ekspor;
16. Meningkatkan penerapan dan pengawasan jaminan bahan baku, perizinan, infrastruktur,
SNI wajib, serta penguatan infrastruktur dan analisis mengenai dampak lingkungan 8. Mendorong pengembangan teknologi
standardisasi; hidup); nasional untuk memproduksi resin plastik;
17. Memfasilitasi penerapan industri hijau; 6. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten; 9. Memfasilitasi pembangunan industri resin
sintetik dan bahan plastik skala besar dengan
18. Melaksanakan peningkatan penggunaan 7. Meningkatkan kemampuan penguasaan
orientasi ekspor;
produksi dalam negeri; teknologi proses dan rekayasa produk
industri petrokimia melalui penelitian dan 10. Mendorong pengembangan teknologi
19. Memfasilitasi penguatan balai melalui
pengembangan yang terintegrasi; nasional untuk memproduksi karet sintetik;
kerjasama penelitian tentang paduan logam
bernilai tambah tinggi; 8. Memfasilitasi kerjasama teknologi untuk 11. Memfasilitasi pembangunan industri karet
pengembangan bahan baku alternatif industri sintetik skala besar dengan orientasi ekspor;
20. Memfasilitasi pembangunan pabrik
konsentrasi logam tanah jarang; petrokimia (teknologi gasifikasi batubara, 12. Memfasilitasi pengembangan lanjut teknologi
methanol to olefin); propelan dan bahan peledak yang ramah
21. Memfasilitasi pembangunan pabrik penghasil
9. Mengoptimalisasikan penggunaan kondensat lingkungan.
logam mulia dari lumpur anoda maupun
bahan baku lainnya; untuk bahan baku industri petrokimia
nasional;
22. Memfasilitasi penyediaan lahan dan konsesi
penambangan untuk investasi baru, 10. Mendorong hilirisasi industri petrokimia hulu
khususnya di luar Pulau Jawa; melalui kerjasama dengan industri petrokimia
antara dan hilir dalam rangka penguatan dan
23. Menjamin pasokan batubara dan mendorong
pendalaman struktur industri petrokimia;
produsen semen untuk melakukan efisiensi
dan diversifikasi energi; 11. Memfasilitasi pendirian pabrik industri kimia
organik;
24. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten;
12. Memfasilitasi ketersediaan bahan baku dan
25. Menyusun SKKNI bidang industri logam dan
pasar bagi pendirian pabrik industri kimia
industri semen;
organik melalui kerjasama hulu-hilir;
13. Mendorong adanya revitalisasi pabrik pupuk
urea untuk menurunkan konsumsi gas bumi
sebagai bahan baku;

48 49
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Periode 2015-2019 Periode 2020-2035


IV. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI
Sumber daya industri adalah sumber daya yang digunakan untuk melakukan pembangunan
14. Mendorong pengembangan industri industri yang meliputi: (a) pembangunan sumber daya manusia; (b) pemanfaatan sumber
intermediate untuk bahan baku industri pupuk daya alam; (c) pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri; (d) pengembangan
(asam phosphate); dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi; dan (e) penyediaan sumber pembiayaan.
15. Memfasilitasi kerjasama teknologi untuk
pengembangan bahan baku alternatif industri A. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri
pupuk (teknologi gasifikasi batubara);
1. Tujuan, Ruang Lingkup, dan Sasaran
16. Memfasilitasi pendirian industri resin sintetik
Sumber Daya Manusia Industri meliputi: (a) wirausaha industri (pelaku usaha
dan bahan plastik;
industri), (b) tenaga kerja industri (tenaga kerja profesional di bidang industri), (c)
17. Memfasilitasi terbukanya pasar industri resin pembina industri (aparatur yang memiliki kompetensi bidang industri di pusat
sintetik dan bahan plastik melalui kerjasama dan di daerah), dan (d) konsultan Industri (perorangan atau perusahaan yang
hulu-hilir (petrokimia hulu dan industri barang memberikan layanan konsultasi, advokasi dan pemecahan masalah bagi industri).
plastik);
Kegiatan pembangunan SDM industri difokuskan pada rencana pembangunan
18. Memfasilitasi pendirian pabrik industri BR, tenaga kerja industri. Pembangunan tenaga kerja industri bertujuan untuk
SBR, IR, ABS, dan EPDM di Cilegon, Banten; menyiapkan tenaga kerja Industri kompeten yang siap kerja sesuai dengan
19. Memfasilitasi terbukanya pasar industri karet kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri,
sintetik melalui kerjasama hulu-hilir; meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan
20. Memfasilitasi pembangunan industri propelan tenaga kerja di sektor Industri serta memberikan perlindungan dan kesejahteraan
kapasitas 800 ton/tahun di Energetic Material bagi tenaga kerja Industri.
Centre, Subang, Jawa Barat; Sasaran pembangunan tenaga kerja industri adalah meningkatnya penyerapan
21. Memastikan terjadinya transfer teknologi dan tenaga kerja industri rata-rata sebesar 3,2 persen per tahun selama periode 2015-
adanya jaminan kesinambungan suplai bahan 2035 dengan komposisi tenaga kerja manajerial sebesar 12% (dua belas persen)
baku industri propelan; dan tenaga kerja teknis sebesar 88% (delapan puluh delapan persen).
22. Mendorong pemakaian teknologi dan produk Untuk mewujudkan tenaga kerja industri yang berbasis kompetensi, makasasaran
dalam negeri dalam pembangunan dan yang akan dicapai adalahterbangunnya infrastruktur kompetensi yang meliputi
pengembangan industri propelan. tersedianyaStandar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia(SKKNI) bidang industri,
tersedianya asesor kompetensi dan asesor lisensi, terbangunnyaLembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK), serta terbangunnyalembaga
pendidikan atau akademi komunitas bidang industri berbasis kompetensi.

2. Program Pengembangan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang memiliki
kompetensi di bidang teknis dan manajerial perlu dilakukan berbagai program
pengembangan baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang yang
meliputi:
a. Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis kompetensi meliputi:
1. penyusunan dan penetapan SKKNI;
2. pembentukan asesor kompetensi dan asesor lisensi;
3. pembentukan LSP dan TUK;
4. pembangunan sistem sertifikasi kompetensi; dan
5. pembangunan lembaga pendidikan/akademi komunitas berbasis
kompetensi.
b. Pembangunan tenaga kerja berbasis kompetensi diselenggarakan dengan
bekerjasama antara Pemerintah, asosiasi industri, asosiasi profesi, Kamar
Dagang dan Industri(KADIN), dan perusahaan industri,melalui:
1. pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi;
2. pendidikan dan pelatihan industri berbasis kompetensi; dan
3. pemagangan Industri.

50 51
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

c. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan untuk melengkapi


KEBUTUHAN SUMBER DAYA ALAM
unit pendidikan dan balai pendidikan dan pelatihan melalui penyediaan
laboratorium, teaching factory, dan workshop. KELOMPOK / JENIS KAPASITAS PRODUKSI KEBUTUHAN BAHAN BAKU
NO
INDUSTRI (juta ton per tahun) (juta ton per tahun)
d. Fasilitasi penyelenggaraan sertifikasi kompetensi bagi calon tenaga kerja dan
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035
tenaga kerja sektor industri serta penempatan kerja bagi lulusan pendidikan
vokasi industri dan pendidikan dan pelatihan industri berbasis kompetensi. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3 Industri Furniture, 13,30 13,90 14,53 48,10 50,50 56,20
b. Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam Industri Barang dari
Kayu, dan Industri
1. Tujuan dan Proyeksi Kebutuhan Sumber Daya Alam Pulp dan Kertas
Pemanfaatan, penyediaan dan penyaluran sumber daya alam untuk perusahaan (Kayu)
industri dan perusahaan kawasan industri diselenggarakan melalui prinsip tata
kelola yang baik dengan tujuan untukmenjamin penyediaan dan penyaluran Sumber : diolah Kementerian Perindustrian dari berbagai sumber

sumber daya alam yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan
penolong, energi dan air baku bagi Industri agar dapat diolah dan dimanfaatkan 2. Program Pengembangan
secara efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan guna menghasilkan produk
Dalam rangka menjamin ketersediaan sumber daya alam bagi pengembangan
yang berdaya saing serta mewujudkan pendalaman dan penguatan struktur
industri terutama industri yang berbasis mineral tambang dan batubara, migas,
industri.
serta agro, maka pemerintah melakukan program sebagai berikut:
Kebutuhan sumber daya alam diproyeksikan berdasarkan kapasitas produksi yang
a. Pemanfaatansumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan
ditargetkan untuk industri berbasis mineral tambang, migas dan batubara, serta
berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik antara lain meliputi:
agro. Proyeksi kebutuhan sumber daya alam untuk industritersebut sebagaimana
tabel berikut: 1. penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam;
2. manajemen pengolahan sumber daya alam;
Tabel 4.1 Proyeksi Kebutuhan Sumber Daya Alam Industri
3. implementasi pemanfaatan sumber daya yang efisien paling sedikit melalui
KEBUTUHAN SUMBER DAYA ALAM penghematan, penggunaan teknologi yang efisien dan optimasi kinerja
KELOMPOK / JENIS KAPASITAS PRODUKSI KEBUTUHAN BAHAN BAKU proses produksi;
NO
INDUSTRI (juta ton per tahun) (juta ton per tahun) 4. implementasi pemanfaatan sumber daya yang ramah lingkungan dan
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035 berkelanjutan dengan prinsip pengurangan limbah (reduce), penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) kembali (reuse), pengolahan kembali (recycle); danpemulihan (recovery); dan
I INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG 5. audit tata kelola pemanfaatan sumber daya alam.
1 Besi Baja Dasar 12 17 25 20 28 40 b. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam
2 Nikel 0,20 0,25 0,30 11 14 17 Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam ditujukan untuk
3 Tembaga 0,50 0,75 1 2 3 4 memenuhi rencana pemanfaatan dan kebutuhan perusahaan industri dan
perusahaan kawasan industri, antara lain meliputi:
4 Aluminium 0,30 0,60 1 0,60 1,20 2
1. penetapan bea keluar;
II INDUSTRI BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA
2. penetapan kuota ekspor;
1 Industri Petrokimia 15,70 20,50 30 Gas :7,30 Gas :13,50 Gas :19,70
Hulu (olefin) Batubara : Batubara : 23 Batubara : 3. penetapan kewajiban pasokan dalam negeri;dan
12,40 33,50 4. penetapan batasan minimal kandungan sumber daya alam.
2 Industri Petrokimia 3,50 4,20 5,60 Minyak bumi: Minyak bumi : Minyak bumi: c. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam
Hulu (aromatik) 71 82,30 105
Jaminan penyediaan dan penyaluran sumber daya alam diutamakan untuk
III INDUSTRI BERBASIS AGRO mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku, bahan penolong dan energi
1 Industri Bahan 0,80 1,05 1,37 0,90 1,42 1,85 serta air baku industri dalam negeri yang mencakup:
Penyegar (kakao) 1. penyusunan rencana penyediaan dan penyaluran sumber daya alam
2 Industri Oleofood, 42,90 59,50 75 25,30 37,40 47,50 berupa paling sedikit neraca ketersediaan sumber daya alam;
Oleokimia dan 2. penyusunan rekomendasi dalam rangka penetapan jaminan penyediaan
Kemurgi (kelapa dan penyaluran sumber daya alam;
sawit)
3. pemetaan jumlah, jenis, dan spesifikasi sumber daya alam, serta lokasi
cadangan sumber daya alam;

52 53
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

4. pengembangan industri berbasis sumber daya alam secara terpadu; c. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
5. diversifikasi pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan ramah 1. Tujuan dan Kebutuhan Pengembangan Teknologi
lingkungan di perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri; Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan untuk
6. pengembangan potensi sumber daya alam secara optimal dan mempunyai meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri
efek berganda terhadap perekonomian suatu wilayah; nasional.
7. pengembangan pemanfaatan sumber daya alam melalui penelitian dan Penguasaan teknologi dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengembangan; pengetahuan dan kebutuhan industri dalam negeri agar dapat bersaing di pasar dalam negeri
8. pengembangan jaringan infrastruktur penyaluran sumber daya alam dan pasar global.
untuk meningkatkan daya saing perusahaan industri dan perusahaan Pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk masing-masing kelompok industri prioritas
kawasan industri; diuraikan sebagaimana tabel berikut:
9. fasilitasi akses kerjasama dengan negara lain dalam hal pengadaan sumber Tabel 4.2 Kebutuhan Teknologi Industri Prioritas
daya alam;
10. penetapan kebijakan impor untuk sumber daya alam tertentu dalam INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
rangka penyediaan dan penyaluran sumber daya alam untuk perusahaan NO
PRIORITAS
industri dan perusahaan kawasan industri; 2015-2019 2020-2024 2025-2035
11. pengembangan investasi pengusahaan sumber daya alam tertentu di luar (1) (2) (3) (4) (5)
negeri; 1 INDUSTRI 1. Teknologi ekstraksi, isolasi 1. Teknologi ekstraksi, isolasi 1. Teknologi bioteknologi
PANGAN purifikasi, dan kristalisasi dan purifikasi senyawa/ dan nano teknologiuntuk
12. pemetaan dan penetapan wilayah penyediaan sumber daya alam
2. Teknologi konversi (kimia/ komponen bioaktif untuk ekstraksi, isolasi, purifikasi
terbarukan; fisik) dan biokonversi nutrisi, suplemen, dan dan konversi senyawa/
13. konservasi sumber daya alam terbarukan; (fermentasi) pangan kesehatan komponen bioaktif untuk
14. penanganan budi daya dan pasca panen sumber daya alam terbarukan; 3. Teknologi preservasi 2. Teknologi formulasi dan nutrisi dan suplemen
(pembekuan, produksi pangan khusus/ 2. Teknologi formulasi dan
15. renegosiasi kontrak eksploitasi pertambangan sumber daya alam tertentu; pengeringan, pengawetan pangan fungsional produksi pangan khusus/
16. menerapkan kebijakan secara kontinu atas efisiensi pemanfaatan sumber dengan gula/garam) 3. Teknologi konversi pangan fungsional
daya alam; dan 4. Teknologi formulasi, dan biokonversi untuk
mixing/blending, ekstrusi pengolahan/pemanfaatan
17. penerapan kebijakan diversifikasi energi untuk industri. 5. Teknologi kemasan limbah industri agro
6. Fabrikasi peralatan 4. Efisiensi produksi dengan
industri berbasis teknologi berbasis teknologi bersih
dan sumberdaya lokal dan hemat energi
2. INDUSTRI Industri Farmasi dan Kosmetik
FARMASI, 1. Teknologi produksi bahan 1. Teknologi produksi bahan 1. Teknologi produksi
KOSMETIK DAN baku farmasi (sintesa baku farmasi (sintesa kimia) bahan baku farmasi dan
ALAT KESEHATAN kimia) 2. Teknologi produksi produk kosmetik(sintesa kimia)
2. Teknologi produksi biologik (sediaan tertentu) 2. Teknologi produksi
produk biologik (sediaan produk biologik (sediaan
tertentu) tertentu)
3. Teknologi ekstraksi
minyak atsiri dan bahan
alam lainnya
Industri Alat Kesehatan
1. Perancangan produk 1. Perancangan Produk 1. Perancangan Produk
2. Pengukuran skala mikro 2. Pengukuran skala mikro 2. Pengukuran skala mikro
3. Electromagnetics dan nano dan nano
4. Mikroelektronika 3. Electromagnetics 3. Electromagnetics
5. Teknologi biomedis 4. Mikro-nano-bio elektronika 4. Mikro-nano-bio
6. Otomasi dan robotika 5. Teknologi biomedis elektronika
6. Otomasi dan robotika 5. Teknologi biomedis
7. Mikro-nano-bio material 6. Otomasi dan robotika
8. Pneumatic 7. Mikro-nano-bio material
9. Nuklir 8. Pneumatic
9. Nuklir

54 55
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO NO
PRIORITAS PRIORITAS
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5)
3. INDUSTRI Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 4. INDUSTRI ALAT 1. Mesin (engine) KBM dan 1. Mesin (engine) hibrid untuk 1. Mesin (engine) hibrid
TEKSTIL, KULIT, 1. Material bahan baku dan 1. Bahan serat sintetis mikro 1. Bahan serat sintetis nano TRANSPORTASI kereta berbasis BBM, gas KBM dan kereta (BBM, gas untuk KBM dan kereta
ALAS KAKI DAN bahan pewarna ringan, kuat dan bio- ringan, kuat dan bio- dan listrik dan listrik) (BBM, gas, listrik danfuel
ANEKA 2. Efficient cutting and sewing degradable degradable 2. Power train (transmisi) 2. Power train (transmisi) cell)
3. Pengolahan kulit 2. Bahan pewarna ramah 2. Bahan pewarna ramah presisi dan efisien presisi dan efisien 2. Magnetic levitation
secara sehat dan ramah lingkungan lingkungan 3. Mesin (engine) kapal 3. Magnetic levitation (maglev) (maglev) untuk kereta api
lingkungan 3. Perlakuan (treatment) kain 3. Perancangan produk propilsi yang efisien untuk kereta api 3. Mesin kapal water jet
4. Bahan pewarna ramah hemat energi danCAD/CAM 4. Pengendalian 4. Mesin KBM berbahan bakar efisien dan penggerak
lingkungan 4. Perancangan produk customization keselamatan pada alat hidrogen (fuel cell) kapal dan kapal selam
5. Perlakuan (treatment) kain customizedan CAD/CAM 4. High speed efficient cutting,
transportasi 5. Mesin kapal water jet dan bertenaga nuklir
hemat energi 5. High speed efficient cutting, trimming and sewing
5. Drive/fly by wire penggerak kapal bertenaga 4. Long distance jet engine
6. Perancangan produk trimming and sewing 5. Pengolahan kulit
customizedan CAD/CAM 6. Pengolahan kulit secara sehat dan ramah 6. Pemurnian air laut untuk nuklir 5. Pengendalian
7. High speed efficient cutting, secara sehat dan ramah lingkungan kapal 6. Pengendalian keselamatan keselamatan pada alat
trimming and sewing lingkungan 6. Advanced spinning and 7. Komunikasi GPS via satelit pada alat transportasi transportasi secara cerdas
8. Pengolahan kulit 7. Advanced spinning and knitting (serat nano) 8. Perancangan produk dan secara cerdas (smart) dengan kendali pikiran
secara sehat dan knitting (serat mikro) CAD/CAM 7. Mesin pesawat untuk jarak (mind control)
ramahlingkungan 8. Recycle technology for fiber 9. Otomasi dan robotika jauh 6. Mesin pesawat untuk jarak
pada proses produksi 8. Drive/fly by wire jauh
Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu 10. Pengukuran presisi 9. Sistem sonar untuk kapal 7. Sistem sonar untuk kapal
1. Teknologi finishing produk 1. Desain produk kayu ramah 1. Desain produk kayu 11. Material coating tahan air selam selam
kayu lingkungan ramah lingkungan laut untuk kapal 10. Komunikasi GPS via satelit 8. Komunikasi GPS via satelit
2. Desain produk kayu CAD/
12. Material komposit keramik 11. Pemurnian air laut kapasitas 9. Intelligent production
CAM (computer-aided
yang ringan dan kuat besar untuk kapal 10. Pengukuran presisi
design/computer-aided
manufacturing) 12. Perancangan produk dan 11. Material bahan bakar
CAD/CAM maju
Industri Plastik, Pengolahan Karet, dan Barang dari Karet 13. Production automation and 12. Material ringan, kuat,
1. Teknologi fabrikasi barang 1. Teknologi produksi barang 1. Teknologi Produksi barang robotics tahan air laut, dan tahan
plastik dan karetuntuk plastik dan karet untuk plastik dan karet untuk 14. Pengukuran presisi temperatur tinggi
keperluan umum keperluan umum keperluan umum 15. Material ringan, kuat,
2. Teknologi daur ulang 2. Teknologi daur ulang 2. Teknologi daur ulang tahan air laut dan tahan
temperatur tinggi

56 57
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO NO
PRIORITAS PRIORITAS
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5)
5. INDUSTRI 1. Aplikasi cerdas pada 1. Integrasi peralaan 1. Integrasi peralaan 7. INDUSTRI Industri Mesin dan Perlengkapannya
ELEKTRONIKA perangkat telepon komputasi dan komputasi dan BARANG MODAL, 1. Retrofitting mesin 1. Numerical controlled (NC) 1. Flexible manufacturing
DAN genggam telekomunikasi telekomunikasi KOMPONEN, perkakas konvensional process system
TELEMATIKA/ ICT 2. Aplikasi cerdas pada 2. Komponen elektronika 2. Komponen elektronika DAN BAHAN untuk peningkatan 2. Flexible manufacturing 2. Machining center yang
perangkat rumah tangga micro-nano-bio-cogno nano-bio-cogno PENOLONG kemampuan operasi system terintegrasi dengan AGV
dan perkantoran 3. Aplikasi cerdas pada 3. Aplikasi cerdas pada 2. Numerical controlled (NC) 3. Machining center yang dan ASRS
3. Komponen mikro perangkat rumah tangga perangkat rumah tangga process terintegrasi dengan AGV 3. Pengukuran dan
elektronika fast processing dan perkantoran dengan dan perkantoran dengan 3. Flexible manufacturing dan ASRS pemesinan presisi
4. Komunikasi nirkabel dan kendali pikiran (mind kendali pikiran (mind system 4. Pengukuran dan pemesinan 4. Bahan baku
optikal control) control) 4. Machining center yang presisi berkemampuan tinggi
5. Creative design 4. Komunikasi nir kabel 4. Komunikasi nir kabel terintegrasi dengan 5. Bahan baku (durable) dan ramah
6. Rapid prototyping danoptical berkapasitas danoptical berkapasitas automated guided vehicle berkemampuan tinggi lingkungan
7. Pengukuran presisi besar besar (AGV) danautomated (durable) dan ramah 5. Efficient heating, cooling
8. Cloud storage 5. Creative design 5. Creative design strorage and retrieval lingkungan and pressuring
9. Real time control 6. Rapid prototyping 6. Rapid prototyping system (ASRS) 6. Efficient heating, cooling and 6. Sensordanactuator yang
7. Pengukuran presisi 7. Pengukuran presisi 5. Pengukuran dan pressuring sensitif untuk inspeksi
8. Cloud storage 8. Cloud storage pemesinan presisi 7. Sensordanactuator yang terotomasi
9. Real time control 9. Real time control 6. Heating, cooling, dan sensitif untuk inspeksi 7. ASRS dan AGV
6. INDUSTRI 1. Pengukuran presisi 1. Pengukuran presisi 1. Pengukuran presisi pressuring yang efisien terotomasi 8. Hidrolika danpneumatic
PEMBANGKIT 2. Bahan baku konduktor 2. Bahan baku konduktor 2. Bahan baku konduktor 7. Sensor danactuator yang 8. Hidrolika danpneumatic yang efisien
ENERGI dengan ketahanan tinggi dengan ketahanan tinggi dengan ketahanan tinggi sensitive yang efisien 9. Multiple injection and
3. Pengolahan (treatment) dan daya hantar listrik dan daya hantar listrik 8. Bahan baku 9. Multiple injectionand coloring
bahan baku konduktor tinggi (super conductivity) tinggi (superconductivity) berkemampuan tinggi coloring 10. Modular design
4. Bahan baku (kimia) baterai 3. Bahan baku (kimia-bio- 3. Material (bio-nano) baterai (durable) 10. Modular design 11. Perancangan untuk tujuan
kimia dansolar cell nano) baterai kimia kimia dansolar cell 9. Hidrolika danpneumatic 11. Perancangan untuk tujuan spesifik (design for X, DFX)
5. Sistem untuk PLTS dansolar cell 4. Pengendali konsumsi daya yang efisien spesifik (design for X, DFX) 12. Special treatment
6. Paduan tembaga 4. Pengendali konsumsi daya listrik cerdas dan efisien 10. Sistem penyimpanan dan 12. Special treatment 13. Material konduktor listrik
7. Rekayasa nuklir (fission) listrik cerdas dan efisien 5. Daya hantar listrik nir pengambilan terotomasi/ 13. Material konduktor listrik dan panas yang efisien
5. Daya hantar listrik nir kabel kabel ASRS yang efisien
6. Rekayasa nuklir (fission) 6. Rekayasa nuklir (fission 11. AGV
fusion) 12. Perlakuan (treatment)
logam khusus
13. Modular design
Industri Komponen dan Bahan Penolong
1. Teknologi komponding 1. Teknologi komponding 1. Teknologi komponding
engineering plastic and engineering plastic and engineering plastic and
rubber rubber rubber
2. Desain mold untuk 2. Desain mold untuk 2. Desain mold untuk
engineering plastic and engineering plastic and engineering plastic and
rubber rubber rubber
3. Teknologi pembuatan 3. Teknologi pembuatan 3. Teknologi
additive, dye stuff, dan additive, dye stuff, dan pembuatanadditive, dye
pigment pigment stuff, dan pigment
4. Teknologi pembuatan 4. Teknologi pembuatan 4. Teknologi pembuatan
katalis untuk industri katalis petrokimia dan katalis petrokimia dan
petrokimia dan lainnya lainnya lainnya

58 59
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO NO
PRIORITAS PRIORITAS
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5)
8. INDUSTRI HULU Industri Oleofood, Oleokimia, dan Kemurgi Industri Pakan
AGRO 1. Teknologi produksi 1. Teknologi produksi 1. Teknologi produksi 1. Logistik dan teknologi 1. Teknologi konversi (fisik/ 1. Teknologi ekstraksi, isolasi,
(ekstraksi, purifikasi, speciality fats biomaterial (bioplastik, penyimpanan bahan baku kimia/biologis) limbah dan purifikasi komponen
mixing/blending, 2. Teknologi ekstraksi bahan/ nano-cellulose pakan biomassa untuk pakan biokatif dari biomassa
hidrogenasi, esterifikasi, komponen aktif dari kelapa derivatives,biobased fibers, 2. Teknologi formulasi dan 2. Efisiensi produksi berbasis untuk suplemen pakan
formulasi) oleofood skala sawit untuk produksi polymers and composit, granulasi pakan teknologi bersih dan hemat
mini danmedium vitamin (antara lain aromatic building block) 3. Teknologi kemasan energi
2. Teknologi pemisahan betacarotendan tocoferol) 2. Teknologi termokimia
(hidrolisis, splitting), isolasi, 3. Teknologi konversi dan dan biokonversi untuk Industri Barang dari Kayu, Pulp, dan Kertas
hidrogenasi, esterifikasi biokonversi untuk produksi produksi secondary biofuel 1. Teknik disain furnitur 1. Teknologi produksi serat 1. Teknologi ramah
dan pemurnian specialty asam organik dan bioplastik berbasis biomasa dan 2. Teknologi moulding dan alami lingkungan untuk
fats dari limbah pabrik kelapa bahan lignoselulosa finishing komponen 2. Efisensi produksi berbasis produksi komponen, serat,
3. Teknologi konversi dan sawit. berbasis kayu teknologi bersih, hemat pulp dan kertas
pemurnian (refinery) oleo 4. Teknologi konversi dan 3. Teknologi biopulping bahan baku dan energi
kimia yang efisien untuk pemurnian (refinery) oleo dan biobleaching dalam
produksi biodiesel, jet fuel, kimia yang efisien untuk produksi pulp dan kertas
biolube danbiosurfaktan produksi biodiesel, jet fuel, untuk diterapkan dalam
biolube dan biosurfaktan skala pilot plant
5. Teknologi termokimia
9. INDUSTRI LOGAM Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi dan Baja Dasar
(pirolisis dan gasifikasi)
DASAR DAN 1. Ironmaking Coal Based: 1. Ironmaking Coal Based: 1. Coal based : Coal
biomasa menghasilkan
BAHAN GALIAN Blast Furnaceuntuk pig iron Coal Gasification Process Gasification
bahan baku untuk diesel
BUKAN LOGAM dan nickel pig iron 2. Direct Smelting : Gas based 2. Direct Smelting : Gas based
dan kerosen (biomass to
liquid/BTL) atau synthetic 2. Rotary Hearth Furnace direct reduction untuk direct reduction untuk
natural gas (SNG) (RHF) sponge iron dan RHF untuk sponge iron dan RHF
6. Teknologi hidrolisis dan 3. Gas based direct reduction, iron nugget untuk iron nugget
biokonversi (enzimatik dan coal based direct reduction 3. SL-RN Extra (Rotary Kiln with 3. Memulai pengembangan
fermentasi) untuk produksi 4. Grate Kiln untuk pellet Waste Heat Recovery) untuk teknologi lokal (demo-
bioetanol dengan bahan 5. Shaft Furnace untuk pellet sponge iron commercial scale)
baku lignoselulosa 6. Traveling Grate untuk 4. Memulai pengembangan
7. Teknologi ekstraksi lignin pellet teknologi lokal (pilot-demo
untuk produksi aromatic 7. Rotary Kiln untuk sponge scale)
building block iron
8. Teknologi ekstraksi nano- 8. Memulai pengembangan
cellulosa teknologi lokal (lab-pilot
9. Efisiensi produksi oleofood, scale)
oleokimia, dan kemurgi
berbasis teknologi bersih
dan hemat energi

60 61
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO NO
PRIORITAS PRIORITAS
2015-2019 2020-2024 2025-2035 2015-2019 2020-2024 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5)
1. Steelmaking 1. Steelmaking 1. Steelmaking Industri Logam Mulia, Tanah Jarang (Rare Earth), dan Bahan Bakar Nuklir
2. Electric Arc Furnace (EAF) 2. Efisiensi EAF dan BOF 2. Efisiensi energi dan Technology physical Hydrometalurgy: technology Technology Solid Phase
dan Basic Oxygen Furnace mengurangi polusi EAF separation: cominution, solvent exchange method Extraction
(BOF) dan BOF magnetic separation, floatasi,
1. Rolling, Forging, Drawing, 1. Rolling, Forging, Drawing, 1. Rolling, Forging, Drawing, specific gravity, jigging.
Extrusion Extrusion Extrusion
2. Heat Treatment 2. Heat Treatment
Industri bahan galian non logam
1. Industri Pengecoran 1. InductionFurnace 1. Induction Furnace 1. Tunnel kiln: keramik 1. Efisiensi pembakaran di 1. Advanced ceramics
Logam Besi Baja Tunnel kiln
2. Induction Furnace 2. Alternatif bahan bakar
3. Advanced ceramics
1. Vacuum Oxygen 1. VOD dan AOD 1. VOD dan AOD
Decarburizer (VOD) dan 1. Produksi silika murni 1. Produksi silika murni untuk 1. Produksi silika murni
Argon Oxygen Decarburizer semikonduktor untuk semikonduktor
(AOD): Stainless Steel 1. Efisiensi energi dan 1. Efisiensi energi dan 1. Efisiensi energi dan
1. Special steel 1. RH dan Vacuum 1. RH dan Vacuum konservasi lingkungan konservasi lingkungan konservasi lingkungan
2. Vacum Induction furnace, Decarburizer Decarburizer Rotary Kiln di industri Rotary Kiln Rotary Kiln
Electro Slag Remelting 2. Difusi gas, sentrifuge, 2. Difusi gas, sentrifuge, semen
3. RH dan Vacuum eksitasi laser, eksitasi laser,
10. INDUSTRI KIMIA Industri Petrokimia Hulu
Decarburizer electromagnetic isotope electromagnetic isotope
DASAR BERBASIS 1. Teknologi konversi gas 1. Teknologi konversi gas 1. Teknologi konversi gas
separation separation
MIGAS DAN ke olefin – Methanol to ke olefin –Methanol to ke olefin – Methanol to
Industri Pengolahan dan Pemurnian Logam Dasar Bukan Besi
BATUBARA Olefin (MTO) / Methanol to Olefin (MTO) / Methanol to Olefin (MTO)/ Methanol to
1. RK-EF untuk Ferronickel, 1. Atmosfiric Leaching (AL) 1. MCLE (Matte Chlorine
Propilene (MTP) Propilene (MTP) Propilene (MTP)
Nickel Matte 2. Mixed Hydroxide Precipitate Leach Electrowinning)
2. Teknologi konversi 2. Teknologi konversi 2. Teknologi konversi
2. Stainless Steel (MHP) untuk Nickel Electrolytic
Methanol to Gasoline Methanol to Gasoline (MTG) Methanol to Gasoline
3. Hydro Metalurgi 3. Mixed Sulfide Precipitate 2. Nickel Sulfate
(MTG) 3. Teknologi produksi metanol (MTG)
(MSP) 3. Nickel Chloride
3. Teknologi konversi dari dan amoniak dari batubara 3. Teknologi gasifikasi
1. Continous -Furnace 1. Electric Furnace untuk 1. Rolling Mill untuk kawat
batubara ke olefin dan 4. Teknologi gasifikasi batubara untuk produksi
2. Submerged Furnace copper alloy tembaga
amoniak batubara/biomass ke clean/ metanol dan amoniak
3. Top Blown Rotary 2. TBRC Process (Precious 2. Electric Furnace untuk
4. Teknologi konversi dari green energy 4. Teknologi gasifikasi
Converting (TBRC) Process Metal) paduan tembaga
batubara/biomassa ke 5. Teknologi produksi batubara/biomass untuk
(Precious Metal) 3. TBRC Process (Precious
clean/green energy petrokimia dari CPO dan clean energy
4. Hydro Metalurgi Metal)
5. Teknologi konversi dari biomass 5. Teknologi produksi
1. Alumina: Bayer (CGA) 1. Alumina: Bayer (CGA) 1. Alumunium : Preback Point CPO dan biomass ke petrokimia dari CPO dan
2. Alumina: Bayer (SGA) 2. Alumina: Bayer (SGA) Feed (PBF) Hall-Heroult produk petrokimia biomass.
3. Alumunium: Hall-Heroult Inert Anode
4. Preback Point Feed (PBF) 2. Electric Furnace untuk Industri Kimia Organik
Hall-Heroult paduan alumunium 1. Teknologi produksi kimia 1. Teknologi produksi kimia 1. Teknologi nasionalskala
1. Industri Pengecoran Induction Furnace Induction Furnace organik organik besar untukindustri kimia
Logam Non Besi Baja 2. Teknologi produksi 2. Teknologi produksi organik
2. Induction Furnace Biobased PET, biobased biobased polymer
Ethylene glycol (EG), 3. Teknologi peningkatan
Biobased PTA, Purified efisiensi
Terphtalate Acid, dan
isobuthanol

62 63
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

2. Program Pengembangan
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO Program pengembangan teknologi dilakukan melalui:
PRIORITAS
2015-2019 2020-2024 2025-2035 a. peningkatan sinergi program kerjasama penelitian dan pengembangan antara
(1) (2) (3) (4) (5) balai-balai industri dengan lembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta,
Industri Pupuk perguruan tinggi, dunia usaha dan lembaga riset untuk menghasilkan produk
1. Teknologi produksi pupuk 1. Pilot plant teknologi 1. Teknologi nasional skala
penelitian dan pengembanganyang aplikatif dan terintegrasi;
majemuk (lisensi dan nasionaluntuk pupuk besar untuk Industri b. implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant atau yang
reverse engineering) majemuk pupuk majemuk. sejenis;
2. Teknologi peningkatan 2. Teknologi peningkatan c. pemberian jaminan risiko terhadap pemanfaatan teknologi yang dikembangkan
efisiensi pabrik pupuk efisiensi pabrik pupuk berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri;
eksisting eksisting
d. pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan R&D dalam
3. Teknologi slow release
pengembangan industri dalam negeri;
fertilizer
e. pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan peneliti yang
Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik hasil temuannya dimanfaatkan secara komersial di industri;
1. Teknologi resin sintetik 1. Pilot plantteknologi 1. Teknologi nasional skala f. peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn key project)
dan bahan plastik (lisensi nasional produksi resin besar untuk industri resin apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di dalam negeri;
dan reverse engineering) plastik sintetik dan bahan plastik
g. mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri penanaman modal
2. Teknologi peningkatan
asing melalui skema insentif pajak (double tax deductable) terutama bagi
efisiensi pabrik eksisting
industri yang berorientasi ekspor dan sifat siklus umur teknologinya singkat
Industri Karet Alam dan Sintetik atau berubah cepat;
1. Teknologi compounding 1. Teknologi compounding 1. Teknologi compounding h. meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa desain, paten dan
dan rubber engineering dan rubber engineering dan rubber engineering merek dalam produk industri untuk meningkatkan nilai tambah;
2. Natural rubber product 2. Natural rubber product 2. Natural rubber product i. melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak layak untuk
development and development and derivation development and industri antara lain boros energi, berisiko pada keselamatan dan keamanan,
derivation 3. Synthesis rubber dari derivation serta berdampak negatif pada lingkungan;
3. Teknologi produksi karet turunan minyak dan 3. Synthesis rubber dari j. mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence) pada wilayah
sintetik dan karet alam batubara turunan minyak dan pusat pertumbuhan industri;
4. Teknologi Produksi 4. Teknologi produksi karet batubara
k. mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau tenaga kerja
tepung karet alam dari sintetik dan karet alam 4. Teknologi produksi karet
asing yang beroperasi di dalam negeri; dan
lateks sintetik dan karet alam
l. pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan penerapan
teknologi industri.
Industri Barang Kimia Lainnya
1. Teknologi produksi 1. Teknologi produksi 1. Teknologi produksi
propelan propelan propelan d. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi
2. Teknologi produksi bahan 2. Teknologi produksi bahan
1. Tujuan dan Ruang lingkup
peledak peledak.
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dimaksudkan untuk
memberdayakan budaya Industri dan/atau kearifan lokal yang tumbuh di
masyarakat terutama dalam rangka pengembangan industri kreatif.
Untuk mengembangkan dan memanfaatkan kreativitas dan inovasi, maka perlu
dilakukan:
a. penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan
berinovasi;
b. pengembangan sentra industri kreatif;
c. pelatihan teknologi dan desain;
d. konsultasi, bimbingan, advokasi, dan fasilitasi perlindungan hak kekayaan
intelektual khususnya bagi industri kecil; dan
e. fasilitasi promosi dan pemasaran produk industri kreatif di dalam dan luar
negeri.

64 65
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

2. Program Pengembangan v. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI


Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukan melalui: Pembangunan industri nasional yang berdaya saing perlu didukung dengan penyediaan
a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan sarana dan prasarana industri meliputi :
berinovasi, antara lain berupa:
1) pembangunan techno park; a. Standardisasi Industri
2) pembangunan pusat animasi; dan 1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran
3) pembangunan pusat inovasi. Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri
b. Pengembangan sentra Industri kreatif, antara lain; dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Standardisasi
industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi keamanan, kesehatan, dan
1) bantuan mesin peralatan dan bahan baku/penolong;
keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
2) pembangunan UPT; pengembangan produk industri hijau serta mewujudkan persaingan usaha yang
3) bantuan desain dan tenaga ahli ; dan sehat.
4) fasilitasi pembiayaan Pengembangan standardisasi industri meliputi perencanaan, pembinaan,
c. Pelatihan teknologi dan desain, antara lain: pengembangan dan pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia (SNI),
Spesifikasi Teknis (ST) dan Pedoman Tata Cara (PTC).
1) pelatihan desain dan teknologi; dan
Sasaran pengembangan standardisasi industri adalah :
2) bantuan tenaga ahli.
a. terlaksananya penyusunan dan pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC sesuai
d. Fasilitasi perlindungan hak kekayaan intelektual, antara lain:
kebutuhan industri prioritas; dan
1) konsultasi, bimbingan, advokasi hak kekayaan intelektual; dan
b. tersedianya infrastruktur standardisasi meliputi pembentukan lembaga
2) fasilitasi pendaftaran merek, paten, hak cipta dan desain industri. sertifikasi produk, penyediaan laboratorium penguji, lembaga inspeksi,
e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif, yaitu: laboratorium kalibrasi, auditor/asesor, petugas penguji, petugas inspeksi, dan
1) promosi dan pameran di dalam negeri; petugas kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian, serta penyediaan
petugas pengawas standar industri (PPSI) dan penyidik pegawai negeri sipil
2) promosi dan pameran di luar negeri; dan
industri (PPNS-I) untuk pelaksanaan pengawasan penerapan SNI, ST dan/atau
3) penyediaan fasilitas trading house di luar negeri. PTC.
2. Program Pengembangan
e. Penyediaan Sumber Pembiayaan Program pengembangan standardisasi industri dilakukan melalui:
Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri nasional dibutuhkan a. Pengembangan standardisasi industri dalam rangka peningkatan kemampuan
pembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber dari penanaman modal dalam daya saing industri melalui:
negeri dan penanaman modal asing, serta penanaman modal Pemerintah khususnya 1) perumusan standar;
untuk pengembangan industri strategis.
2) penerapan standar;
Pembiayaan industri dapat diperoleh melalui investasi langsung maupun melalui kredit
3) pengembangan standar;
perbankan. Semakin terbatasnya pemanfaatan kredit perbankan di sektor industri
antara lain disebabkan oleh relatif tingginya suku bunga perbankan karena dibiayai 4) pemberlakuan standar; dan
oleh dana masyarakat berjangka pendek. Kondisi ini memerlukan dibentuknya suatu 5) pemberian fasilitas bagi perusahaan industri kecil dan industri menengah
lembaga keuangan yang dapat menjamin tersedianya pembiayaan investasi dengan baik fiskal maupun non fiskal.
suku bunga kompetitif. b. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu produk industri
Undang-UndangNomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menyatakan secara dengan kebutuhan dan permintaan pasar meliputi :
tegas bahwa Pemerintah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan yang kompetitif 1) pengembangan lembaga penilai kesesuaian;
untuk pembangunan industri. Berdasarkan Undang-Undang tersebutdapat dibentuk
2) pengembangan pengawasan standar;
lembaga pembiayaan pembangunan industri yang berfungsi sebagai lembaga
pembiayaan investasi di bidang industri yangdiatur denganUndang-Undang. 3) penyediaan dan pengembangan laboratorium pengujian standar industri
di wilayah pusat pertumbuhan industri;
Untuk mencapai sasaran pembangunan industri 20 (dua puluh) tahun kedepan
diproyeksikan kebutuhan pembiayaan untuk investasi di sektor industri rata-rata 4) peningkatan kompetensi komite teknis, auditor/asesor, petugas penguji,
tumbuh sebesar 15%(lima belas persen) per tahun dengan komposisi antara Penanaman petugas inspeksi, petugas kalibrasi, PPSI dan PPNS-I; dan
Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berimbang. 5) peningkatan kerjasama antarnegara dalam rangka saling pengakuan
terhadap hasil pengujian laboratorium dan sertifikasi produk.

66 67
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

b. Infrastruktur Industri Program penyediaan lahan kawasan industri dan/atau kawasan peruntukan industri
Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam dan/atau di luar meliputi:
kawasan peruntukan industri, meliputi energidan lahan kawasan industri. a. koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyelesaian aspek-aspek
1. Energi yang terkait pertanahan;
Untuk mendukung pertumbuhan industri nasional yangditargetkan, diperlukan b. penyusunan rencana pembangunan kawasan industri, termasuk analisis kelayakan
penyediaan energi baik yang bersumber dari listrik, gas maupun batubara. dan penyusunan rencana induk (masterplan);
Proyeksi kebutuhan energi berdasarkan jenis energi yang dibutuhkan oleh industri c. pembentukan kelembagaan dan regulasi bank tanah (land bank) untuk
ditunjukkan pada Tabel 5.1. pembangunan kawasan industri;
d. koordinasi antar pemerintah provinsi/kabupaten/kota dengan kementerian/
Tabel 5.1 Proyeksi Kebutuhan Energi untuk Industri Tahun 2014-2035 lembaga terkait untuk penetapan kawasan peruntukan industri dalam RTRW
kabupaten /kota;
Tahun
No Jenis Energi e. melakukan review terhadap pengembangan kawasan peruntukan industri;
2014 2015 2020 2025 2035
f. penyediaan lahan melalui pembangunan kawasan industri didukung dengan
1 Listrik (GWh) 70.777 76.187 123.554 178.845 446.993
infrastruktur baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan industri; dan
2 Gas (Milyar MBTu) 482.937 505.141 621.712 782.691 1.559.831
g. penyediaan lahan melalui pengembangan kawasan peruntukan industri yang
3 Batubara (ribu ton) 33.571 35.238 45.238 58.571 83.095 didukung dengan infrastruktur baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan
Sumber : diolah Kementerian Perindustrian dari berbagai sumber
peruntukan industri.

Program penyediaan kebutuhan energi untuk industri sebagai komitmen Pemerintah


c. Sistem Informasi Industri Nasional
meliputi:
1. Tujuan dan Sasaran
a. koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana
penyediaan energi untuk mendukung pembangunan industri; Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) bertujuan untuk:
b. pembangunan pembangkit listrik untuk mendukung pembangunan industri; a. menjamin ketersediaan, kualitas, kerahasiaan, dan akses terhadap data dan/
c. pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi dan distribusi; atau informasi;
d. pengembangan sumber energi yang terbarukan; b. mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan, pengolahan/
e. diversifikasi dan konservasi energi; dan pemrosesan, analisis, penyimpanan, dan penyajian, termasuk penyebarluasan
f. pengembangan industri pendukung pembangkit energi. data dan/atau informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu; dan
c. mewujudkan penyelenggaraan SIINAS yang meningkatkan efisiensi dan
2. Lahan Industri efektivitas, inovasi, dan pelayanan publik dalam mendukung pembangunan
Penyediaan lahan industri dilakukan melalui pengembangan kawasan industri nasional.
peruntukan industri dan pembangunan kawasan industri. Tujuan pembangunan
dan pengusahaan kawasan industri adalah (i) memberikan kemudahan dalam
Sasaran penyelenggaraan SIINAS meliputi:
memperoleh lahan industri yang siap pakai dan/atau siap bangun, (ii) jaminan
hak atas tanah yang dapat diperoleh dengan mudah, (iii) tersedianya sarana a. terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan industri secara
dan prasarana yang dibutuhkan oleh investor, dan/atau (iv) kemudahandalam online;
mendapatkan perizinan. b. tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data perkembangan
Dalam kurun waktu 2015-2035 diproyeksikan total kebutuhan lahan industri teknologi industri;
berupa lahan kawasan industri dan lahan non-kawasan industri di dalam kawasan c. tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders;
peruntukan industri seperti diperlihatkan pada Tabel 5.2. d. tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola yang handal;
Tabel 5.2 Proyeksi Kebutuhan Lahan Industri dan Jumlah Kawasan Industri Baru Tahun 2015-2035 e. terkoneksinya SIINAS dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh
Tahun kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian, pemerintah daerah
Uraian provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan asosiasi serta KADIN dan
2015-2019 2020-2024 2025-2035 kamar dan industri daerah (KADINDA) dalam rangka pertukaran data;
Kebutuhan lahan kawasan industri (Ha) 6.000 9.000 35.000
f. tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan
Kebutuhan lahan non-kawasan industri di dalam 4.000 6.000 25.000 nasional;
kawasan peruntukan industri (Ha)
g. tersosialisasikannya SIINAS kepada seluruh stakeholders;
Total Kebutuhan Lahan Industri (Ha) 10.000 15.000 60.000
h. terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secara berkala.
Jumlah kawasan industri yang akan dibangun (unit) 4 6 26

68 69
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

2) Pengembangan decision support system, expert system, business intelligence,


Pembangunan SIINAS dilakukan secara bertahap, dimulai dari penyusunan rencana dan knowledge management industri nasional;
induk, penyiapan infrastruktur teknologi informasi, standardisasi format data, 3) Penyusunan laporan hasil analisis industri secara periodik;
pengembangan sistem informasi, sosialisasi kepada seluruh stakeholders, serta 4) Publikasi laporan hasil analisis industri.
kerjasama interkoneksi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh instansi
d. Tahap Pengembangan Interkoneksi (2016-2020), yang terdiri dari:
eksternal.
1) Kerjasama interkoneksi dengan kementerian/lembaga;
Data yang terdapat pada SIINAS paling sedikit terdiri dari data industri, data
kawasan industri, data perkembangan dan peluang pasar, serta data perkembangan 2) Kerjasama interkoneksi dengan pemerintah provinsi/kabupaten/kota;
teknologi industri. 3) Kerjasama interkoneksi dengan lembaga internasional.
Sumber data berasal dari perusahaan industri, perusahaan kawasan industri, e. Tahap Pemantapan Pengembangan SIINAS (2020-2035), yang terdiri dari:
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, Kantor 1) Pemantapan pengembangan sistem informasi;
Perwakilan RI di luar negeri, atau perusahaan penyedia data.SIINAS dapat terkoneksi
2) Pemantapan pengolahan data dan informasi;
dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh berbagai institusi lain.
3) Pemantapan pengelolaan sistem informasi.
Institusi-institusi pemilik sistem informasi yang terhubung dengan SIINAS secara
garis besar terdiri atas:
a. Kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian.
b. Pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, termasuk Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di daerah, dan insitusi yang membidangi
perindustrian.
c. Asosiasi, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan kamar dan industri daerah
(KADINDA).
d. Institusi di negara lain atau organisasi internasional.

2. Program Pengembangan
Program pengembangan SIINAS dilakukan dalam beberapa tahapan yang
dilaksanakan secara paralel dengan rincian sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (2015-2016), yang terdiri dari:
1) Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pengembangan SIINAS;
2) Penetapan standard mengenai jenis data dan struktur database industri
nasional;
3) Menyiapkan data dasar pada database industri nasional;
4) Penyusunan peraturan menteri yang terkait dengan petunjuk pelaksanaan
teknis SIINAS.
b. Tahap Pengembangan Sistem (2015-2018), yang terdiri dari:
1) Penyiapan pusat data;
2) Penyiapan perangkat keras;
3) Pengembangan perangkat lunak;
4) Penyelenggaraan sosialisasi kepada seluruh stakeholder SIINAS
(perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri, kementerian/
lembaga,pemerintahprovinsi/kabupaten/kota, dan masyarakat);
5) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM
pengelola SIINAS.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyebarluasan Informasi (2015-2019), yang terdiri
dari:
1) Pengembangan model sistem industry;

70 71
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

vi. PEMBERDAYAAN INDUSTRI 6) melakukan pengawasan terhadap perusahaan industri yang standar
Pemberdayaan Industri meliputi Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM), Industri Hijau, industri hijaunya diberlakukan secara wajib;
Industri Strategis, Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), dan kerjasama 7) menetapkan peraturan menteri mengenai pengawasan terhadap
internasional di bidang industri. Mengingat pengembangan IKM membutuhkan kebijakan perusahaan industri yang standar industri hijaunya diberlakukan secara
afirmatif, maka IKM diuraikan pada Bab IX. wajib; dan
8) melakukan mutual recognition agreement (MRA) dengan negara yang telah
a. Industri Hijau menerapkan standar industri hijau atau standar lainnya yang sejenis.
1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Strategi b. Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri hijau yang
terakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor industri hijau, antara lain:
Pembangunan Industri Hijau bertujuan untukmewujudkan Industri yang
berkelanjutan dalam rangkaefisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya 6) menyusun pedoman umum pembentukan lembaga sertifikasi;
alam secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan 7) menyusun standar kompetensi auditor industri hijau;
industri dengan kelangsungan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan 8) menyusun standard operating procedure (sop) sertifikasi industri hijau;
memberikan manfaat bagi masyarakat. Lingkup pembangunan industri hijau
9) menyusun modul pelatihan industri hijau;
meliputi standardisasiindustri hijaudan pemberian fasilitas untuk industri hijau.
10) menunjuk lembaga sertifikasi industri hijau yang terakreditasi;
Penerapan industri hijau dilaksanakan dengan pemenuhan terhadap standar
industri hijau (SIH) yang secara bertahap dapat diberlakukan secara wajib. 11) menetapkan pedoman akreditasi terhadap lembaga sertifikasi industri
hijau;
Pemenuhan terhadap Standar Industri Hijau oleh perusahaan industridibuktikan
dengan diterbitkannya sertifikat industri hijau yang sertifikasinya dilakukan melalui 12) melakukan pengawasan terhadap lembaga sertifikasi industri hijau; dan
suatu rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian oleh lembaga sertifikasi 13) melakukan pelatihan auditor industri hijau.
industri hijau (LSIH) yang terakreditasi. Proses pemeriksaan dan pengujian dalam c. Pemberian fasilitas untuk Industri Hijau, meliputi:
rangka pemberian sertifikat industri hijau dilaksanakan oleh auditor industri hijau
1) Fasilitas fiskal yang diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
yang wajib memiliki sertifikasi kompetensi auditor industri hijau.
perundang-undangan.
Untuk mendorong percepatan terwujudnya Industri Hijau, pemerintah dan/atau
2) Fasilitas non-fiskal berupa:
Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas kepada perusahaan industri baik
fiskal maupun non fiskal. i. pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia industri;
Strategi pengembangan Industri Hijau akan dilakukan yaitu:
ii. sertifikasi kompetensi profesi bagi sumber daya manusia perusahaan
a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau; dan
industri;
b. membangun industri baru dengan menerapkan prinsip-prinsip industri hijau.
iii. bantuan pembangunan prasarana fisik bagi perusahaan IKM; dan
Untuk mewujudkan pengembangan Industri Hijau, maka perlu dilakukan
iv. penyediaan bantuan promosi hasil produksi bagi perusahaan industri;
penyusunan standar industri hijau, pengembangan lembaga sertifikasi industri
hijau dan auditor industri hijau, pembinaan kepada industri khususnya IKM dalam
pemenuhan standar industri hijau, serta fasilitasi untuk industri hijau. b. Industri Strategis
1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Strategi
2. Program Pengembangan Industri strategis adalah Industri prioritas yang memenuhi kebutuhan yang penting
Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau sebagaimana bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat hidup orang banyak, meningkatkan
target tersebut adalah sebagai berikut: atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis, atau mempunyai
a. Penetapan standar industri hijau, meliputi antara lain: kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara.
1) melakukan benchmarking standar industri hijau di beberapa negara; Pengusulan jenis Industri Strategis sebagaimana dimaksud di atas dilakukan
berdasarkan kriteria:
2) menetapkan panduan umum penyusunan standar industri hijau dengan
memperhatikan sistem standardisasi nasional dan/atau sistem standar lain a. memperkuat ketahanan pangan;
yang berlaku; b. memiliki potensi sebagai sumber daya alam yang terbarukan dan yang tidak
3) melakukan penyusunan standar industri hijau berdasarkan kelompok terbarukan, yang digunakan sebagai energi dan bahan baku;
industri sesuai klasifikasi baku lapangan usaha indonesia; c. meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat;
4) menetapkan standar industri hijau; d. berbasis teknologi tinggi (high technological based industries) dengan investasi
5) memberlakukan standar industri hijausecara wajib yang dilakukan secara penelitian dan pengembangan yang besar; dan/atau
bertahap; e. terkait dengan pertahanan keamanan dan keutuhan NKRI.

72 73
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Meskipun disadari pentingnya keberadaan industri strategis dalam pembangunan c. memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan barang
industri nasional, namun dalam kenyataannya industri strategis belum berperan modal, bahan baku, komponen, teknologi dan SDM dari dalam negeri.
secara berarti. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain nilai investasi yang
relatif besar, resiko usaha yang tinggi, margin keuntungan yang relatif kecil, dan Sasaran P3DN meliputi:
memerlukan teknologi yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan industri a. peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh kementerian/lembaga
strategis tidak dapat sepenuhnya mengharapkan peran swasta mengingat negara, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha
faktor-faktor tersebut diatas sehingga memerlukanketerlibatan dan penguasaan swasta maupun masyarakat;
Pemerintah untuk mempercepat pembangunan industri strategis.
b. peningkatan capaian nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN);
Penguasaan Pemerintah dalampembangunan industri strategis dilakukan melalui
c. peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN; dan
pengaturan kepemilikan, penetapan kebijakan, pengaturan perizinan, pengaturan
produksi, distribusi, dan harga, serta pengawasan. d. peningkatan kecintaandankebanggaan masyarakat akan produk dalam negeri.
Strategi yang ditempuh untuk mendukung pembangunan industri strategis adalah Penggunaan belanja modal pemerintah untuk pengadaan barang/jasa produksi
sebagai berikut: dalam negeri ditargetkan meningkat secara bertahap mencapai 40% (empat puluh
persen) pada tahun 2035.
a. mengembangkan industri hulu dan antara dalam rangka meningkatkan nilai
tambah sumber daya alam strategis, mengurangi ketergantungan pada impor
bahan baku, dan sekaligus memperkuat struktur industri nasional; 2. Program Pengembangan
b. mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketersediaan energi dan Program P3DN yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil; a. Sosialisasi kebijakan dan promosi P3DN melalui media elektronik, media cetak,
c. mengembangkan teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pameran dan talk show.
daya saing produk hasil industri yang memiliki keunggulan kompetitif; b. Pemberian insentif sertifikasi TKDN.
d. mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketahanan pangan dan c. Program membangun kecintaan, kebanggaan,dankegemaran penggunaan
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan produk dalam negeri melalui pendidikan.
d. Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten menggunakan
e. mengembangkan industri yang dapat meningkatkan pertahanan dan
produk dalam negeri.
keamanan.
e. Audit kepatuhan pelaksanaan kewajiban peningkatan penggunaan produk
dalam negeri.
2. Program Pengembangan f. Mendorong produk/barang yang ada dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa
Program pembangunan industri strategis yang dilakukan meliputi: Produksi Dalam Negeri masuk ke dalam e-Catalog pengadaan pemerintah.
a. Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan. g. Pemberian penghargaan Cinta Karya Bangsa.
h. Monitoring dan evaluasi dampak kebijakan P3DN bagi peningkatan daya saing
b. Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri strategis tertentu
dan penguatan struktur industri.
dengan alokasi pembiayaan melalui APBN.
c. Pembentukan usaha patungan antara pemerintah melalui APBN dan swasta
dalam pembangunan industri strategis. d. Kerjasama Internasional di Bidang Industri
d. Pemberian fasilitas kepada industri strategis yang melakukan: 1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran
i. pendalaman struktur; Kerjasama internasional bidang industri bertujuan untuk:
ii. penelitian dan pengembangan teknologi; a. melindungi dan meningkatkan akses pasar produk industri dalam negeri;
b. membuka akses sumber daya industri yang mendukung peningkatan
iii. pengujian dan sertifikasi;atau
produktivitas dan daya saing industri dalam negeri;
iv. restrukturisasi mesin dan peralatan. c. meningkatkan integrasi industri dalam negeri kedalam jaringan rantai suplai
global; dan
c. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) d. meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan industri di dalam
negeri.
1. Tujuan dan Sasaran
P3DN merupakan suatu kebijakan pemberdayaan industri yang bertujuan untuk: Lingkup kerja sama internasional di bidang industri meliputi:
a. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan a. pemanfaatan akses pasar produk industri;
usaha, dan masyarakat; b. peningkatan kapasitas sumber daya industri;
b. memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik, c. pemanfaatan rantai suplai global;
mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan meningkatkan nilai d. peningkatan investasi industri; dan
tambah di dalam negeri; dan e. pengolahan data dari kegiatan industrialintelligence di negara akreditasi.

74 75
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Sasaran pengembangan kerjasama internasional di bidang industri adalah: vii. PERWILAYAHAN INDUSTRI
a. bertambahnya jumlah negara sebagai pasar utama produk industri;
b. meningkatnya akses industri nasional untuk memanfaatkan sumber daya a. Tujuan dan Sasaran Perwilayahan Industri
teknologi industri melalui kerjasama teknik; Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka percepatan
c. meningkatnya pemanfaatan jaringan rantai suplai global; dan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
d. meningkatnya penyelenggaraan forum investasi industri di luar negeri. Indonesia. Sasaran pengembangan perwilayahan industri pada tahun 2035 sebagai
berikut:
2. Program Pengembangan 1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas luar Jawa dibanding
Jawa dari 27,22% : 72,78 % pada tahun 2013 menjadi 40% : 60% pada tahun 2035;
Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaranpengembangan
kerjasama internasional di bidang industri antara lain: 2. Peningkatankontribusi investasi sektor industri pengolahan non-migas di luar Jawa
terhadap total investasi sektor industri pengolahan non migas nasional;
a. perlindungan dan peningkatan akses pasar internasional produk industri
melalui : 3. Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan yang memerlukanketersediaan
lahan sekitar 50.000 Ha yang diprioritaskan berada di luar Jawa sampai dengan
1) penetapan posisi runding berdasarkan rencana induk pembangunan industri
tahun 2035;dan
nasional dan mengupayakan kerja sama yang saling menguntungkan;
4. Pembangunan Sentra IKM baru,sehingga setiap kabupaten/kota mempunyai
2) upaya penghapusan hambatan atas kebijakan negara mitra/organisasi
minimal satu Sentra IKM.
internasional yang menghambat akses pasar produk industri;
3) pengembangan jejaring kerja dengan mitra di luar negeri; dan/atau
4) promosi produk industri nasional di luar negeri. b. Lingkup Perwilayahan Industri
b. Peningkatan akses sumber daya industri yang dibutuhkan dalam mendukung Dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke
peningkatan produktivitas Industri Dalam Negeri melalui: seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dalam rangka memudahkan
sinergi dan koordinasi dalam pembangunan industri di daerah, maka secara
1) Analisa dan penyediaan informasi kebutuhan sumber daya industri di dalam
administratif wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi ke dalam 10 (sepuluh)
negeri dan penyediaan informasi sumber daya industri di negara mitra;
Wilayah Pengembangan Industri (WPI). WPI ditentukan berdasarkan keterkaitan ke
2) Forum koordinasi dalam meningkatkan akses sumber daya industri antara belakang (backward) dan keterkaitan ke depan (forward) sumberdaya dan fasilitas
stakeholder Indonesia dan negara mitra; pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan pembangunan
3) Kerja sama internasional dalam bidang: industri. Rincian WPI selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.1.
i. peningkatan kemampuan SDM industri; Tabel 7.1. Pembagian Wilayah Indonesia dalam 10 (Sepuluh) Wilayah Pengembangan Industri (WPI)
ii. pembangunan infrastruktur teknologi;
iii. peningkatan riset dan pengembangan; No. Wilayah Pengembangan Industri No Provinsi
iv. peningkatan sumber pembiayaan proyek Industri; 1 Papua 1 Papua
v. pengembangan standar kualitas sumber daya Industri; dan 2 Papua Barat 2 Papua Barat
vi. pengembangan dan pemanfaatan teknologi. 3 Sulawesi Bagian Utara dan Maluku 3 Sulawesi Utara
c. Pengembangan jaringan rantai suplai global melalui: 4 Gorontalo
1) membangun jejaring kerja dengan negara dan mitra industri; 5 Sulawesi Tengah
2) forum koordinasi dalam meningkatan pemanfaatan rantai suplai global 6 Sulawesi Tenggara
bagi industri dalam negeri; dan 7 Maluku
3) menyesuaikan standar kualitas produk dan kompetensi jasa (industri 8 Maluku Utara
nasional/dalam negeri) dengan standar negara mitra. 4 Sulawesi Bagian Selatan 9 Sulawesi Barat
d. Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri melalui: 10 Sulawesi Selatan
5 Kalimantan Bagian Timur 11 Kalimantan Utara
1) Penyusunan perencanaan kebutuhan investasi Industri melibatkan instansi
pemerintah, asosiasi, dan dunia usaha terkait; 12 Kalimantan Timur
6 Kalimantan Bagian Barat 13 Kalimantan Barat
2) Koordinasi implementasi rencana investasi di sektor industri dengan
instansi terkait; dan/atau 14 Kalimantan Tengah
15 Kalimantan Selatan
3) Promosi investasi Industri.

76 77
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Tabel 7.2 Daerah-daerah yang Ditetapkan sebagai WPPI


No. Wilayah Pengembangan Industri No Provinsi
7 Bali dan Nusa Tenggara 16 Bali No Lokasi Kabupaten/Kota Provinsi
17 Nusa Tenggara Barat 1 Mimika Papua
18 Nusa Tenggara Timur 2 Teluk Bintuni Papua Barat
8 Sumatera Bagian Utara 19 Nanggroe Aceh Darussalam 3 Halmahera Timur-Halmahera Tengah - Pulau Maluku Utara
20 Sumatera Utara Morotai
21 Sumatera Barat 4 Bitung-Manado-Tomohon-Minahasa-Minahasa Sulawesi Utara
22 Riau Utara (termasuk KAPET MANADO BITUNG)
23 Kep. Riau 5 Palu-Donggala-Parigi Mountong-Sigi Sulawesi Tengah
9 Sumatera Bagian Selatan 24 Jambi
(termasuk KAPET PALAPAS)
25 Bengkulu
6 Kendari-Konawe-Konawe Utara-Konawe Sulawesi Tenggara
26 Bangka Belitung
Selatan-Kolaka-Morowali (termasuk KAPET
27 Sumatera Selatan
BANK SEJAHTERA SULTRA)
28 Lampung
7 Makassar-Maros-Gowa - Takalar-Jeneponto- Sulawesi Selatan
10 Jawa 29 Banten
Bantaeng
30 Jawa Barat
8 Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang Kalimantan Barat
31 DKI Jakarta
–Sambas-Bengkayang (sebagian KAPET
32 DI Jogjakarta
Khatulistiwa)
33 Jawa Tengah
9 Tanah Bumbu-Kotabaru (termasuk KAPET Kalimantan Selatan
34 Jawa Timur
BATULICIN)
10 Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kertanegara Kalimantan Timur
Sesuai dengan amanat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, maka selanjutnya perwilayahan industri dilakukan melalui -Bontang-Kutai Timur (termasuk KAPET
pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, pengembangan Kawasan SASAMBA)
Peruntukan Industri, pembangunan Kawasan Industri dan pengembangan Sentra 11 Tarakan -Nunukan Kalimantan Utara
Industri Kecil danIndustriMenengah. 12 Banda Aceh, Aceh Besar dan Pidie -Bireun- Nanggroe Aceh Darussalam
Lhokseumawe (termasuk KAPET BANDAR
1. Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri ACEH DARUSSALAM)
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) berperan sebagai penggerak utama 13 Medan-Binjai-Deli Serdang-Serdang Bedagai - Sumatera Utara
(prime mover) ekonomi dalam WPI. WPPI disusun berdasarkan kriteria sebagai Karo-Simalungun-Batubara
berikut: 14 Dumai-Bengkalis-Siak Riau
a. potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas); 15 Batam-Bintan Kep. Riau
b. ketersediaan infrastruktur transportasi; 16 Banyuasin -Muara Enim Sumatera Selatan
c. kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar Pulau Jawa; 17 Lampung Barat-Lampung Timur-Lampung Lampung
d. penguatan dan pendalaman rantai nilai; Tengah-Tanggamus-Lampung Selatan
e. kualitas dan kuantitas SDM;
18 Kendal-Semarang-Demak Jawa Tengah
f. memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air);
g. memiliki potensi sumber daya air industri; 19 Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya-Sidoarjo- Jawa Timur
h. memiliki potensi dalam perwujudan industri hijau;dan Mojokerto-Bangkalan
i. kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi. 20 Cilegon-Serang-Tangerang Banten
Disamping kriteria umum di atas, daerah yang sudah memiliki pusat-pusat 21 Cirebon-Indramayu-Majalengka Jawa Barat
pertumbuhan industri berupa kawasan industri dan yang mempunyai rencana 22 Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang Jawa Barat
pengembangan kawasan industri yang telah didukung oleh industri pendorong
utama (anchor industry) dapat langsung ditetapkan sebagai WPPI. Berdasarkan
Dalam perkembangan berikutnya, daerah lain yang punya potensi, dapat ditetapkan sebagai
kriteria dan pertimbangan tersebut, daerah yang ditetapkan sebagai WPPI dapat
WPPI yang mekanismenya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dilihat pada Tabel 7.2.
mengenai perwilayahan industri.

78 79
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

2. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan Peruntukan Indutri (KPI) adalah bentangan lahan yang diperuntukkan
bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Lokasi KPI ditetapkan
dalam RTRW masing-masing kabupaten/kota. KPI merupakan lokasi kawasan
industri,dan lokasi industri di daerah yang belum/tidak memiliki kawasan industri,
atau telah memiliki kawasan industri tetapi kavlingnya sudah habis.
3. Pembangunan Kawasan Industri
Pembangunan kawasan industri diprioritaskan pada daerah-daerah yang berada
dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang mempunyai potensi, juga dapat
dibangun kawasan industri yang diharapkan menjalin sinergi dengan WPPI
yang sesuai. Dalam rangka percepatan penyebaran industri keluar Pulau Jawa,
pemerintah membangun kawasan-kawasan industri sebagai infrastruktur industri
di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Pembangunan kawasan industri sebagai
perusahaan kawasan industri yang lebih bersifat komersial didorong untuk
dilakukan oleh pihak swasta.
4. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah
Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) dilakukan
pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal sebanyak satu sentra IKM, terutama
di luar Pulau Jawa) yang dapat berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi
kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena
tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka pembangunan industri dilakukan
melalui pengembangan Sentra IKM yang perlu diarahkan baik untuk mendukung
industri besar sehingga perlu dikaitkan dengan pengembangan WPPI, maupun
sentra IKM yang mandiri yang menghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga
kerja.

Perwilayahan industri yang meliputi WPPI, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan


Industri dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah sebagaimana telah diuraikan
di atas, selanjutnya ditampilkan pada setiap WPI sebagaimana disajikan pada Gambar
7.1 sampai dengan Gambar 7.10.

Gambar 7.1 Perwilayahan Industri pada WPI Papua

80 81
82
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Gambar 7.2 Perwilayahan Industri pada WPI Papua Barat

83
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Gambar 7.3. Perwilayahan Industri pada WPI Sulawesi Bagian Utara dan Maluku
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Gambar 7.4 Perwilayahan Industri pada WPI Sulawesi Bagian Selatan Gambar 7.5 Perwilayahan Industri pada WPI Kalimantan Bagian Timur

84 85
86
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Gambar 7.6. Perwilayahan Industri pada WPI Kalimantan Bagian Barat

87
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Gambar 7.7. Perwilayahan Industri pada WPI Bali dan Nusa Tenggara
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Gambar 7.8. Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Utara Gambar 7.9 Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Selatan

88 89
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

c. Program Pengembangan Perwilayahan Industri


Program pengembangan perwilayahan industri untuk pengembangan WPPI,
pembangunan kawasan industri dan pengembangan sentra IKM tercantum pada Tabel
7.3 sampai dengan Tabel 7.6.
Tabel 7.3 Program Pengembangan WPPI Tahun 2015-2035

Periode 2015-2019 Periode 2020-2035


1. Penetapan WPPI sebagai Kawasan Strategis 1. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung
Nasional (KSN) WPPI (jalan, kereta api, pelabuhan, bandara)
2. Survey dan pemetaan potensi pengembangan 2. Pembangunan infrastruktur energi untuk
sumber daya industri dalam WPPI mendukung WPPI
3. Koordinasi antar pemerintah provinsi, 3. Pembangunan sarana dan prasarana
pemerintah kabupaten/kota yang daerahnya pengembangan SDM
masuk dalam WPPI dengan kementerian/ 4. Pembangunan sarana dan prasarana
lembaga terkait dalam penyusunan rencana pengembangan riset dan teknologi
pembangunan industri provinsi/kabupaten/
5. Penguatan kerjasama antar WPPI
kota
6. Promosi investasi industri untuk masuk dalam

Gambar 7.10 Perwilayahan Industri pada WPI Jawa


4. Penyusunan master planpengembangan WPPI
WPPI
5. Penyusunan rencana aksi pengembangan
7. Pemberian insentif bagi investasi bidang
WPPI
industri yang masuk dalam WPPI, terutama di
6. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait luar Pulau Jawa
dalam penyusunan rencana pembangunan
8. Penguatan konektivitas antar WPPI
infrastruktur untuk mendukung WPPI
7. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait
dalam penyelesaian aspek-aspek yang terkait
pertanahan
8. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait
dalam penyusunan rencana penyediaan
energi untuk mendukung WPPI
9. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait
dalam penyusunan rencana penyediaan SDM
dan teknologi untuk mendukung WPPI
10. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait
dalam penyediaan bahan baku industri
11. Koordinasi antar pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota dalam
penyusunan kelembagaan
12. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait
dalam perumusan pemberian insentif fiskal
dalam mendukung WPPI
13. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung
WPPI (jalan, kereta api, pelabuhan, bandara)
14. Pembangunan infrastruktur energi untuk
mendukung WPPI
15. Pembangunan sarana dan prasarana
pengembangan SDM

90 91
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 Periode 2015-2019 Periode 2020-2035


16. Pembangunan sarana dan prasarana 6. Pembangunan kawasan industri
pengembangan riset dan teknologi 7. Pengoperasian bank tanah (land bank) untuk
17. Penguatan kerjasama antar WPPI pembangunan kawasan industri
18. Promosi investasi industri untuk masuk dalam 8. Pembangunan infrastruktur untuk
WPPI mendukung kawasan industri (jalan, kereta
19. Pemberian insentif bagi investasi bidang api, pelabuhan, bandara)
industri yang masuk dalam WPPI, terutama di 9. Pembangunan infrastruktur energi untuk
luar Pulau Jawa mendukung kawasan industri
20. Penguatan konektivitas antar WPPI 10. Pembangunan sarana dan prasarana
pengembangan SDM
11. Pembangunan sarana dan prasarana
Tabel 7.4 Program Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Tahun 2015-2035
pengembangan Riset, Teknologi dan Inovasi
(RISTEKIN)
Jangka Menengah (2015-2019) Jangka Panjang (2020-2035)
12. Revitalisasi kawasan industri yang sudah
1. Koordinasi antar pemerintah provinsi/ 1. Melakukan review terhadap pengembangan beroperasi, khususnya yang berada di luar
kabupaten/kota dengan kementerian/ KPI Pulau Jawa
lembaga terkait untuk penetapan kawasan 2. Pembangunan infrastruktur, penyediaan 13. Pembentukan kelembagaan pengelolaan
peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten energi, sarana dan prasarana dalam kawasan industri (Pemerintah melakukan
/Kota mendukung pengembangan kawasan investasi langsung)
2. Melakukan review terhadap pengembangan peruntukan industri
kawasan peruntukan industri
Tabel 7.6 Program Pengembangan Sentra IKM Tahun 2015-2035
3. Pembangunan infrastruktur, penyediaan
energi, sarana dan prasarana dalam Jangka Menengah (2015-2019) Jangka Panjang (2020-2035)
mendukung pengembangan kawasan
peruntukan industri 1. Survey dan pemetaan potensi pembangunan 1. Pengadaan tanah oleh pemerintah
sentra IKM kabupaten/kota untuk pembangunan sentra
Tabel 7.5 Program Pembangunan Kawasan Industri Tahun 2015-2035 2. Penyusunan rencana pembangunan sentra IKM
IKM 2. Pembangunan infrastrastruktur untuk
Periode 2015-2019 Periode 2020-2035 3. Pembentukan kelembagaan sentra IKM oleh mendukung sentra IKM
1. Penyusunan rencana pembangunan kawasan 1. Pembangunan kawasan industri pemerintah kabupaten/kota 3. Pembangunan sentra IKM
industri 2. Pengoperasian bank tanah (land bank) untuk 4. Pengadaan tanah oleh pemerintah 4. Pembinaan dan pengembangan sentra IKM
2. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait pembangunan kawasan industri kabupaten/kota untuk pembangunan sentra
dalam penyusunan rencana pembangunan 3. Pembangunan infrastruktur untuk IKM
infrastruktur untuk mendukung kawasan mendukung kawasan industri (jalan, kereta 5. Pembangunan infrastrastruktur untuk
industri api, pelabuhan, bandara) mendukung sentra IKM
3. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait 4. Pembangunan infrastruktur energi untuk 6. Pembangunan sentra IKM
dalam penyelesaian aspek-aspek yang terkait mendukung kawasan industri 7. Pembinaan dan pengembangan sentra IKM
pertanahan
5. Pembangunan sarana dan prasarana
4. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait pengembangan SDM
dalam penyusunan rencana penyediaan
6. Pembangunan sarana dan prasarana
energi untuk mendukung kawasan industri
pengembangan Riset, Teknologi dan Inovasi
5. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait (RISTEKIN)
dalam penyusunan rencana penyediaan SDM
7. Revitalisasi kawasan industri yang sudah
dan teknologi untuk mendukung kawasan
beroperasi, khususnya yang berada di luar
industri
Pulau Jawa

92 93
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

VIII. KEBIJAKAN AFIRMATIF INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH Tabel 8.1 Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM
(IKM)
Periode
No Sasaran
IKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Hal tersebut dapat 2015-2019 2020-2024 2025-2035
dilihat dari jumlah unit usaha yang berjumlah 3,4 juta unit pada tahun 2013 dan
I PENGUATAN KELEMBAGAAN
merupakan lebih dari 90 persen dari unit usaha industri nasional. Peran tersebut
juga tercermin dari penyerapan tenaga kerja IKM yang menyerap lebih dari 9,7 juta 1 Penguatan Sentra IKM (sentra) 1.090 1.305 2.285
orang pada tahun 2013 dan merupakan 65,4 persen dari total penyerapan tenaga 2 Revitalisasi dan pembangunan Unit Pelayanan 110 260 685
kerja sektor industri non migas. Disamping itu, IKM juga memiliki ragam produk Teknis (UPT)
yang sangat banyak, mampu mengisi wilayah pasar yang luas, dan menjadi sumber 3 Penyediaan tenaga penyuluh lapangan (orang) 1.000 1.200 2.100
pendapatan bagi masyarakat luas serta memiliki ketahanan terhadap berbagai krisis 4 Penyediaan konsultan industri kecil dan industri 590 649 1.282
yang terjadi. Dengan karakteristik tersebut, maka tumbuh dan berkembangnya IKM menengah (orang)
akan memberikan andil yang sangat besar dalam mewujudkan ekonomi nasional yang
tangguh, dan maju yang berciri kerakyatan. II PEMBERIAN FASILITAS
1 Peningkatan kompetensi SDM (orang) 545 760 1.415
Industri kecil ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri menengah ditetapkan 2 Pemberian bantuan dan bimbingan teknis (unit IKM) 8.805 14.290 39.350
berdasarkan jumlah tenaga kerja dan/atau nilai investasi. Besaran jumlah tenaga kerja 3 Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan 600 975 2.300
dan nilai investasi untuk industri kecil dan industri menengah ditetapkan oleh menteri bahan penolong (unit IKM)
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri. Dalam rangka 4 Pemberian bantuan mesin atau peralatan (unit IKM) 815 1.165 2.665
meningkatkan pengamanan terhadap pengusaha industri kecil dan industri menengah 5 Pengembangan produk (unit IKM) 2.065 2.650 6.390
dalam negeri ditetapkan bahwa industri kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara 6 Pemberian bantuan pencegahan pencemaran 85 135 365
Indonesia, dan industri menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh warga lingkungan hidup (unit IKM)
negara Indonesia. 7 Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, dan 1.150 1.500 2.200
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah diharapkan melakukan pembangunan dan pemasaran (unit IKM)
pemberdayaan industri kecil dan industri menengah untuk mewujudkan industri kecil 8 Fasilitasi akses pembiayaan (unit IKM) 5.200 6.300 12.600
dan industri menengah yang berdaya saing, berperan signifikan dalam penguatan 9 Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang 10 10 15
struktur industri nasional, ikut berperan dalam pengentasan kemiskinan dan perluasan berpotensi mencemari lingkungan (Kawasan)
kesempatan kerja, serta menghasilkan barang dan/atau jasa Industri untuk diekspor. 10 Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah 145 280 790
dan besar (unit IKM)
Dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan
industri menengah, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah perlu melakukan 11 Fasilitasi hak kekayaan intelektual terhadap IKM 1.250 1.500 3.250
perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan, dan pemberian fasilitas. (unit IKM)
Dalam rangka merumuskan kebijakan, ditetapkan prioritas pengem­­bangan industri kecil 12 Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi IKM 2.500 3.000 6.000
dan industri menengah dengan mengacu paling sedikit kepadasumber daya Industri (unit IKM)
daerah, penguatan dan pendalaman struktur industri nasional,sertaperkembangan
ekonomi nasional dan global.
b. Kebijakan Pengembangan IKM
Kebijakan yang berpihak kepada IKM tidak hanya ditujukan kepada industri prioritas,
a. Sasaran Pengembangan IKM tetapi juga ditujukan pada industri-industri seperti IKM kerajinan dan barang seni,
Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit usaha IKM rata-rata gerabah/keramik hias, batu mulia dan perhiasan, serta tenun/kain tradisional.
sebesar 1%(satu persen) per tahun atau sekitar 30 ribu unit usaha IKM per tahun dan Untuk meningkatkan peran IKM, selain langkah-langkah strategis untuk mendorong
peningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 3% (tiga persen) per tahun. pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan, juga akan diberlakukan berbagai
Untuk mendukung pengembangan IKM ditetapkan sasaran penguatan kelembagaan langkah kebijakan yang berpihak kepada IKM, yang antara lain meliputi:
yang disertai dengan pemberian fasilitas sebagai berikut: 1. dalam rangka keberpihakan terhadap IKM dalam negeri ditetapkan bahwa industri
kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara indonesia, industri yang memiliki
keunikan dan merupakan warisan budaya bangsa hanya dapat dimiliki oleh warga
negara indonesia, dan industri menengah tertentu dicadangkan untuk dimiliki oleh
warga negara indonesia;
2. dalam rangka penguatan struktur industri nasional, peran IKM perlu ditingkatkan
secara signifikan dalam rantai suplai industri prioritas; dan
3. dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan IKM, Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah melakukan perumusan kebijakan, penguatan
kapasitas kelembagaan, dan pemberian fasilitas bagi IKM.

94 95
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

c. Strategi Pengembangan IKM d. Program Pengembangan IKM


Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan industri nasional, upaya pengembangan Program yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut diatas meliputi:
IKM perlu terus dilakukan melalui strategi pembangunan berikut: 1. pemberian insentif kepada industri besar yang melibatkan IKM dalam rantai nilai
1. Pemanfaatan potensi bahan baku industrinya;
Indonesia memiliki sumber bahan baku nasional yang sangat potensial, namun secara 2. meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan, termasuk fasilitasi pembentukan
alamiah berada pada lokasi yang tersebar. Pemanfaatan sumber daya tersebut akan pembiayaan bersama (modal ventura) IKM;
efisien jika dilakukan pada skala ekonomi tertentu (umumnya skala menengah dan 3. mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektif
besar) yang seringkali memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Seiring untuk menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement dan
dengan pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan, sesuai dengan pemasaran bersama;
skala operasinya, IKM dapat berperan signifikan sebagai pionir dengan melakukan
4. perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah
pengolahan yang memberikan nilai tambah pada bahan baku tersebut.
pengurusan hak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM;
2. Penyerapan tenaga kerja
5. diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik dan
Dibalik keterbatasan IKM dalam permodalan, IKM memiliki potensi penyerapan ekspor;
tenaga kerja pada industri padat karya. Melalui dukungan sederhana pada sentra IKM,
6. menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing
penyiapan operasi IKM baru dan pengembangan IKM yang ada dapat dilakukan relatif
industri kecil;
lebih mudahdibanding industri besar sehingga berpotensi membuka lapangan kerja
yang lebih luas dalam waktu yang relatif singkat. Namun, upaya ini perlu diikutidengan 7. peningkatan kemampuan kelembagaan sentra IKM dan sentra industri kreatif, serta
peningkatan kompetensi tenaga kerja IKM secara langsung melalui berlatih sambil UPT, TPL, dan konsultan IKM;
bekerja (on the job training), baik dalam aspek manajerial maupun aspek teknis, yang 8. kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan dan lembaga penelitian dan
akan berpengaruh terhadap peningkatan daya saing IKM. pengembangan;
3. Pemanfaatan teknologi, inovasi, dan kreativitas 9. kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN)dan/atau
Teknologi dikembangkan dalam berbagai tingkatan, dari yang sederhana sampai yang asosiasi industri, serta asosiasi profesi; dan
canggih. Berbagai teknologi sederhana, terbukti mampu memberikan manfaat yang 10. pemberian fasilitas bagi IKM yang mencakup:
besar pada aplikasi di industri yang memiliki sumber daya (bahan baku, pemodalan, a. peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan sertifikasi kompetensi;
dan tenaga kerja) yang terbatas namun memiliki tingkat inovasi dan kreativitas yang
b. bantuan dan bimbingan teknis;
tinggi. Pemanfaatan teknologi yang disertai inovasi dan kreativitas sesuai dengan
karakteristik IKM yang memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dengan cara tersebut, c. bantuan bahan baku dan bahan penolong, serta mesin atau peralatan;
IKM mampu menghasillkan produk dengan biaya yang relatif rendah namun dengan d. pengembangan produk;
kualitas yang memadai sehingga dapat memperluas pasarnya. e. bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk mewujudkan
Strategi pengembangan IKM tersebut perlu dilengkapi dengan upaya untuk mengatasi industri hijau;
kelemahan IKM yaitu pada ketersediaan permodalan dan pengembangan jaringan f. bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran;
kerjasama. Secara lengkap, strategi pengembangan IKM dilaksanakan melalui skema
g. penyediaan kawasan industri untuk IKM yang berpotensi mencemari
pengembangan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.1.
lingkungan; dan/atau
h. pengembangan dan penguatan keterkaitan dan hubungan kemitraan.
Penguatan IKM:
• Peralatan produksi & pengukuran
• Diklat & Konsultasi
• Pemodalan & pemasaran PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IKM IKM IKM IKM ttd.


Tradisional Sederhana Berkembang Modern
JOKO WIDODO

Penguatan Penguatan Penguatan Salinan sesuai dengan aslinya


teknologi,
akses bahan kompetensi inovasi dan KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
baku tenaga kerja kreativitas
Asisten Deputi Perundang-undanganBidang Perekonomian,

Penguatan Penguatan
permodalan jaringan Lydia Silvanna Djaman

Gambar 8.1 Tahapan pengembangan IKM

96 97
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

98
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto Kav.52−53, Jakarta 12950
T : (021) 5255609
F : (021) 5255609
W : www.kemenperin.go.id

100

Anda mungkin juga menyukai