KERANGKA KONSEP
Polewali Mandar merupakan salah satu kabupaten kota yang berada di provinsi
Sulawesi Barat dan menjadi kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbanyak
di provinsi Sulawesi Barat. Mayoritas penduduk di Polewali Mandar di dominasi
oleh penganut agama Islam, maka bukan hal aneh apabila kota ini banyak
melahirkan sosok ulama. Kedudukan ulama atau yang lebih sering disebut
Annangguru menempati posisi tertinggi, menjadikan sosok Annangguru sangat
dihormati. Prof. Dr. K.H. Sahabuddin merupakan salah satu Annangguru yang
memiliki peran ganda, dalam hal ini beliau tidak hanya fokus dalam menyebarkan
ilmu agama namun juga peduli dengan pendidikan formal. Hal tersebut dilakukan
guna membina masyarakat agar mempunyai akhlak yang baik serta
mengembangkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang akademik.
Jumlah penduduk Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2022 tercatat sebanyak
490,493 jiwa yang dimana 49,77 % laki laki dan 50,23 % perempuan.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk interim 2021-2023, jika di rinci menurut
jenis kelamin penduduk Kabupaten Polewali Mandar di dominasi oleh perempuan
dengan sex ratio hingga 99 persen. Dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten
Polewali Mandar terlihat jika kecamatan Polewali memiliki populasi terbesar
yakni mencapai 67,324 jiwa. Sedangkan populasi terbesar kedua adalah
kecamatan Campalagian yang mencapai 65,647 jiwa.
Prof. Dr. K.H. Sahabuddin atau yang lebih dikenal sebagai Annangguru
Sahabuddin lahir 27 September 1937 di Sepang Banua Banua, Kecamatan
Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Ayahnya
bernama H.P. Muhammad atau yang lebih akrab disapa sebagai imam Sepang
Pua’ Muhamma’ dan Ibundanya bernama Hj. Ruqiyah. Annangguru K.H.
Sahabuddin menikah pada tahun 1966 dengan Hj. Hajaniah Sahabuddin, dan
dikaruniai 7 orang putra putri, yaitu Dra. Chuduriah, M. Pd., Drs. Muhammad
Sybli, M.A., Ir. Wasilah Zamrah, S. Sos., Khumaerah, S.H., dan Muhammad
Massad, S.Sos. Sosok Annangguru Prof. Dr. K.H. Sahabuddin dikenal sebagai
seorang akademisi, politisi dan juga seorang mursyid tarekat.
7
Menurut AGH. Drs. Muhammad Ahmad, mantan WR II UIN Alauddin, salah satu
jasa Prof. Dr. K.H. Sahabuddin yaitu beliau bisa mengubah kebiasaan masyarakat
Ternate. Dimana sebelumnya masyarakat atau jema’ah masjid raya Ternate
membacakan hadits dengan irama lagu dan bahasa Arab sebagai pengantarr khatib
naik ke atas mimbar tanpa memahami isi pengantar itu, K.H. Sahabuddin dengan
melakukan pendekatan persuasif, menerjemahkan hadits tersebut ke dalam bahasa
Indonesia, sehingga banyak jema’ah yang telah mengerti isi pengantar tersebut.
c. Rutinitas membaca ayat suci Al- Qur’an setiap selesai shalat maghrib dan
subuh.
Selain dikenal sebagai sosok yang taat beragama, beliau juga dikenal sebagai
sosok yang peduli akan pendidikan. Tercatat semasa hidupnya beliau membina
perguruan tinggi swasta dan pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) di
Kabupaten Polmas. Kepedulian beliau terhadap pendidikan juga terlihat pada
keaktifan beliau dalam menulis karya-karya ilmiah di berbagai media massa dan
melakukan kajian-kajian Tasawuf melalui ceramah di RRI dan TVRI stasiun
Makassar.
strata 3 (S.3) di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2000. Diantara
pengalaman kerja beliau, K.H. Sahabuddin pernah menjadi dosen tetap di IAIN
Alauddin Makassar, menjabat sebagai direktur SP. IAIN Alauddin tahun 1971-
1975, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin di Ternate tahun 1976-1988,
Dekan Fakultas Syariah IAIN Alauddin di Ambon tahun 1988-1995, Membina
perguruan tinggi swasta dan pesantren DDI di Kabupaten Polmas dan menjadi
wakil koordinator KOPERTAIS (Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam
Swasta) wilayah VIII/ Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya tahun 1996-2002.
C. Bagaimana Peran Prof. Dr. KH. Sahabudddin Sebagai Pendidik dan Guru
Tarekat
Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad atau yang sekarang menjadi MTS DDI
merupakan sekolah Tarbiyah pertama yang didirikan oleh KH. Sahabuddin pada
tahun 1967, terletak di JL. Kemakmuran, Wattang, Kec. Polewali, Kab. Polewali
Mandar. Latar belakang penggunaan nama DDI didasarkan oleh karena Prof. Dr.
K.H. Sahabuddin merupakan salah satu murid Anreggurutta KH. Abdurrahman
Ambo Dalle selaku pendiri ormas DDI dan juga alumni pesantren DDI Mangkoso.
Adapun latar belakang didirikannya Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad didasari
karena pada tahun 1960-an diduga terjadi proses kristenisasi di pelosok-pelosok
desa di Tanah Mandar. Adapun sasarannya ialah mereka yang secara ekonomi
miskin dan jauh dari keramaian. Untuk melawan upaya kristenisasi tersebut maka
pemerintah daerah dibawah naungan Departemen Agama menyebarkan guru
agama yang beberapa diantaranya merupakan alumni-alumni DDI ke berbagai
daerah yang menjadi sasaran kristenisasi.
Sebagai akademisi atau tokoh intelektual timbul keresahan pada diri KH.
Sahabuddin akan kondisi pendidikan di Mandar yang sangat tertinggal, oleh
karena itu terbesit niat beliau untuk mendirikan perguruan tinggi di Jazirah
Mandar untuk mengembangkan pendidikan di wilayah Mandar, mengingat beliau
merupakan penduduk asli Mandar dan seorang pendidik yang saat itu berprofesi
sebagai dosen IAIN Alauddin Ujung Pandang.
Pada tahun 1970-an beliau yang berprofesi sebagai dosen IAIN Alauddin Ujung
Pandang berhasil membuka jalan untuk mendirikan perguruan tinggi di Jazirah
Mandar dengan upaya yang dilakukan yakni melakukan lobby terhadap koleganya
di Departemen Agama untuk mewujudkan niat tersebut, usaha beliau dalam
mewujudkan niat tersebut akhirnya terwujud dengan adanya rekomendasi dan
perlindungan IAIN Ujung Pandang maka berdirilah Sekolah Tinggi Agama Islam
yang berkembang menjadi STAI Polewali dan mulailah melakukan penerimaan
mahasiswa. Inilah yang menjadi cikal bakal didirikannya perguruan tinggi lainnya
di wilayah Mandar khususnya Polewali Mandar.
11
Pada saat itu K.H. Sahabuddin dan Drs. H. Hamadi bersama-sama membangun
dan mengatur kampus menjadi lebih baik meski dalam keterbatasan, pasalnya
sejak diizinkan beroperasi di era 80-an, kampus IAIN Ambon belum juga
mempunyai lahan dan bangunan sendiri. Namun pada tahun 1992 beliau dan Drs.
H. Hamadi selaku Dekan Fakultas mendapat kepercayaan dari Keluarga Hatala di
Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon dengan pemberian tanah
seluas 27 ha (2.700 M2).
Hal tersebut tentu berkat kegigihan dan kesabaran keduanya dalam membangun
kampus IAIN Ambon. Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
KH. Sahabuddin dan Drs. H. Hamadi mereka bukan saja memikirkan aktifitas
belajar-mengajar namun mereka juga harus bergerak lebih cepat dari sebelumnya,
tak menunggu lama, lahan tersebut langsung dimanfaatkan secepatnya untuk
pembangunan.
Pada saat ini di Indonesia terdapat kurang lebih 49 perguruan tinggi negeri yang
tersebar di setiap ibu kota provinsi. Khusus perguruan tinggi swasta
penyelenggaraannya diperlukan satu badan hukum yaitu yayasan, atau badan
12
Berdirinya STKIP dan STIP dilatarbelakangi oleh desakan para jama’ah tarekat
K.H. Sahabuddin, pasalnya banyak dari jama’ah tarekat yang menginginkan
adanya perguruan tinggi berbasis pertanian dan pendidikan karena banyaknya
jama’ah tarekat yang menjadi pegawai pertanian dan guru sekolah yang hanya
lulusan SPMA atau SPP-SPMA Polman. Setelah berhasil mendirikan STKIP dan
STIP, KH. Sahabuddin kembali berinisiatif untuk mendirikan perguruan tinggi
yang lebih besar di tanah mandar. Rencana untuk mendirikan perguruan tinggi
tersebut direalisasikan dengan menggabungkan STKIP dan STIP, dibantu oleh
para sahabatnya K.H. Sahabuddin kemudian membentuk sebuah Yayasan pada
tahun 2002 Al- Asyariah Mandar sebagai penyelenggara perguruan tinggi
tersebut. Yayasan inilah yang mengajukan permohonan mendirikan Universitas
Al-Asyariah Mandar dengan penggabungan STKIP dan STIP serta menambahkan
empat program studi yakni FISIP (Program Studi Ilmu Pemerintahan dan Ilmu
13
Pemberian nama Al-Asyariah Mandar diambil dari kata Al- Asy’ari-ah (pengikut
paham Al- Asy’ ari – Abul Hasan Alasyari), hal tersebut tidak terlepas dari
kedudukan Prof. Dr. K.H. Sahabuddin sebagai mursyid Thoriqat Qadiriyah yang
ingin membangun lembaga pendidikan yang menganut paham teologi Asy’ ari
yang menjadi bagian ahlul sunnah wa al- jama’ah yaitu lembaga pendidikan yang
bersinergi dengan Thoriqat Qadiriyah. UNASMAN menjadi benteng ahlul sunnah
wal jama’ah yang merupakan wujud dari keinginan besar KH. Sahabuddin untuk
membangun konsep pendidikan yang menyatukan akal dan akhlak.
Tarekat berasal dari bahasa Arab yakni thariqah yang dimana artinya dapat
semakna dengan kata sirat dan mazhab. Tarekat dalam pengertian tasawuf berarti
suatu perjalanan tertentu yang ditempuh para salik menuju Allah melalui tahapan-
tahapan maqamat dalam tasawuf. Tarekat merupakan bentuk pengamalan
kehidupan sufisme dan tasawuf, yang dimana sufisme dan tasawuf adalah salah
satu aspek ajaran esoterisme Islam yang menekankan kepada kebersihan dan
kesucian hati dengan melakukan amalan ibadah agar mencapai ma’rifat
(Pababbari, 2009).
15
Tarekat sebagai organisasi para salik dan sufi, sebenarnya hanya memiliki satu
tujuan yakni taqarrub pada Allah. Namun dikarenakan seiring perkembangan
zaman dan tarekat kini banyak diikuti oleh para salik dari kalangan masyarakat
awam atau para talib al-mubtadin, maka kini tarekat memiliki beberapa tujuan
sebagai pendukung untuk tercapainya tujuan utamanya. Adapun tiga tujuan
tarekat tersebut yaitu Tazkiyat al-Nafs atau penyucian jiwa, Taqarrub Ila Allah
atau mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan amalan-amalan
(Kharisuddin Aqib, 2013).
Sosoknya yang dikenal sebagai sosok yang harmonis, baik pada keluarga,
maupun jama’ah tarekat Qadiriyah menjadikan K.H. Sahabuddin disenangi oleh
para jema’ah. Kerendahan hati dan sosoknya yang dinilai bersahaja disaksikan
langsung oleh salah satu murid tarekat Qadiriyah yakni Prof. Muhammad Azis.
M. Si. Dalam wawancara bersama beliau ia menuturkan bahwa:
“Selama saya belajar tarekat dengan beliau, saya pribadi melihat beliau sebagai
sosok yang menyenangkan dan berada di dekat beliau selalu merasa nyaman”
(Prof. Muhammad Azis. M. Si. Wawancara pada tanggal 28, Maret,2023)
Sebagai mursyd tarekat K.H. Sahabuddin dikenal sebagai sosok yang gigih dan
tak kenal lelah. Perjuangannya membimbing jema’ah seringkali ditempuh dengan
jarak ratusan kilometer dengan hanya menunggang kuda menapaki perbukitan
yang terjal dan curam hingga ke pelosok-pelosok Polewali Mandar bersama istri
tercintanya, Hj. Hajaniah, yang merupakan sosok perempuan tabah dan selalu
setia mendampingi kemanapun K.H. Sahabuddin melangkahkan kaki, dalam
rangka membimbing ribuan jema’ah untuk mengenal Allah dan Rasulnya melalui
ajaran tarekat Qadiriyah. Jejak perjuangan K.H. Sahabuddin hingga kini masih
bisa kita dapati di Desa Ambopadang Kec. Tubbi Taramanu, Matangnga dan Desa
Sattoko Kecamatan Mapilli.
K.H. dikenal sebagai ulama yang zuhud dan wara’ yang telah mencapai
kema’rifatan kepada Allah. Menurut sebagian masyarakat dan murid tarekat
Qadiriyah di Desa Sepang Banua Banua, Kecamatan Limboro, pengaruh K.H.
Sahabuddin sangat kental hal tersebut dikarekan, beliau memiliki keunggulan
18
“Mungkin karena beliau juga merupakan seorang profesor yang tentu menempuh
pendidikan yang tinggi, makanya dalam mengajarkan tarekat beliau sangat
edukatif dalam menyampaikan ilmu, jadi pengaruhnya di Desa Sepang benar-
benar besar, terbukti di Desa ini tidak ada tarekat lain selain tarekat Qadiriyah
yang masuk” (Ibrahim, Wawancara pada tanggal 30, April, 2023).
“Dalam pengajian tarekat, tahapan pengajian terbagi atas tiga yakni, ilmu khusus
perempuan, ilmu khusus pemula dan ilmu khusus untuk yang telah berumur”
(Yahya, wawancara pada tanggal 30, April, 2023).
Tarekat sebagai wadah manusia untuk lebih dekat kepada sang penciptanya.
Dalam hal ini tarekat mampu membantu manusia untuk terus merasa dilindungi
dan diawasi oleh Allah SWT, sehingga timbul dalam diri agar selalu menghindari
segala macam pengaruh duniawi yang membuat manusia lupa pada Tuhan-Nya.
Pengaruh tarekat dalam kehidupan manusia sangat banyak, meskipun dengan
bertarekat tidak menjadikan manusia kaya dengan harta, namun akan selalu
19
merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki. Tarekat tidak memiliki tujuan
negatif yang mampu membawa manusia terjerumus ke dalam kesesatan karena
pada dasarnya kunci dari tarekat itu sendiri ialah mencapai keridhaan Allah SWT.
Banyak sekali pengalaman yang ada dalam ajaran tarekat yang dapat dikaitkan
dengan Pendidikan secara umum, tujuan tarekat sejalan dengan pendidikan
diantaranya mengadakan latihan jiwa (riyadhah) yang bertujuan melawan hawa
nafsu (mujahadah), membersihkan diri dari sifat-sifat tercela yang diisi dengan
sifat-sifat terpuji melalui pembiasaan akhlak terpuji dalam berbagai segi
kehidupan. Tarekat juga bertujuan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT
melalui jalan pengamalan wiriddan dzikir diikuti tafakkur secara terus menerus.
Dalam perspektif K.H. Sahabuddin terdapat juga tiga kontribusi tarekat Qadiriyah
dalam melahirkan generasi terdidik, yaitu:
K.H. Sahabuddin diberi gelar guru besar tasawuf Asia Tenggara oleh IAIN
Alauddin Makassar. Kecerdasan dan kegigihannya menjadikan beliau sebagai
tokoh intelektual yang mampu memajukan kampus, salah satunya kampus IAIN
Ambon. Semasa hidup, beliau banyak menulis artikel-artikel ilmiah dan menulis
buku dengan tujuan keilmuan, karya-karya beliaulah yang hingga kini dijadikan
pedoman bagi para muridnya. Adapun pemikiran pemikiran beliau yang
dituangkan dalam buku yang telah diterbitkan, diantaranya: Mutiara Bertumpuk
Dalam Lautan Ilmu Tauhid, Metode Mempelajari Tasawuf Menurut Ulama Sufi,
Nur Muhammad Pintu Menuju Allah, Menyibak Tabir Nur Muhammad.
21
“Pada buku Nur Muhammad, yang ditemukan “amba”, teori Nur Muhammad
menurut para ahli filsafat sama halnya dengan teori Plotinus, yang menganggap
bahwa Nur Muhammad itu merupakan emanasi atau perwujudhan, sehingga teori
22
Nur Muhammad dalam kajian ilmu tasawuf dianggap sebagai tasawuf falsafi dan
bukan lagi Ahlussunnah wal jama’ah. Itulah yang dibantah oleh K.H. sahabuddin
dalam buku tersebut dan lebih sepakat dengan konsep Nur Muhammad menurut
Syekh Yusuf al-Nabhani yang mengatakan bahwa Nur Muhammad itu “tercipta”
dan tidak “melimpah” sehingga terciptalah teori baru mengenai konsep Nur
Muhammad. Karna kontroversi yang ditimbulkan oleh disertasi beliau, makanya
beliau pernah dipanggil ke Kanada untuk mempresentasikan konsep Nur
Muhammad yang dikaji oleh beliau” (K.H. Muh Sybli, wawancara pada tanggal
22, Maret, 2023).
4) Banyak dari kalangan peneliti yang salah paham dan keliru dalam
memahami konsep Nur Muhammad.
23
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan sub masalah yang telah dijelaskan pada pembahasan diatas,
maka pada penelitian ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prof. Dr. K.H. Sahabuddin merupakan seorang tokoh pendidik dan gurutarekat di Kabupaten
Polewali Mandar, lahir pada tanggal 27 September 1937 di Desa Sepang Banua Banua,
Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar. Ayahnya bernama H.P. Muhamma yang
lebih dikenal sebagai imam sepang Pua’ Muhamma, dan Ibundanya bernama Hj. Ruqiyah.
Beliau dikaruniai 7 orang putra putri dari Hj. Hajaniah Sahabuddin sang isteri tercinta. Secara
formal beliau pernah menempuh pendidikan di SD Banua Banua Kecamatan Limboro,
pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Pesantren DDI Mangkoso
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan pada tahun1953, PGAN Makassar tahun 1958, PGAN
Lengkap tahun 1962, Sarjana muda (BA) pada fakultas tarbiyah IAIN Alauddin Makassar tahun
1965, Sarjana lengkap (S1) IAIN Alauddin Makassar pada tahun 1972, dan menempuh
pendidikan Strata 3 (S3) di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2000. Dalam
memperoleh pendidikan informal Prof. Dr. K.H. Sahabuddin mempelajari tasawuf dengan
gurunya Annangguru K.H. Muhammad Shaleh dan Prof. Dr. Muhammad Alwi al- Maliki al-
Husaini. Diantara pengalaman kerja beliau, Prof. Dr. K.H. Sahabuddin pernah menjadi dosen
tetap di IAIN Alauddin Makassar, sebagai direktur SP. IAIN Alauddin tahun 1971-1975, Dekan
Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin di Ternate tahun 1976-1988, Dekan Fakultas Syariah IAIN
Alauddin di Ambon tahun 1988-1995, Membina perguruan tinggi swasta dan pesantren DDI di
Kabupaten Polmas dan menjadi wakil koordinator KOPERTAIS (Koordinator Perguruan Tinggi
Agama Islam Swasta) wilayah VIII/ Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya tahun 1996-2002. Adapun
pengalaman organisasi beliau yakni sebagai bendahara PMII Provinsi Sulawesi Selatan tahun
1964-1976, Katib Awwal Syuriah NU Sulsel tahun 1967-1972, Wakil Ketua Syuriah NU Sulsel
tahun 1995-2002, Ketua MDI Profinsi Maluku tahun 1988-1995 dan menjadi aggota DPRD
Profinsi Sulawesi Selatan tahun 1967-1971.
2. Sebagai tokoh pendidik dan juga figur ulama yakni sebagai mursyid tarekat, Prof. Dr. K.H.
Sahabuddin memiliki peran ganda, yang dimana peran penting di bidang pendidikan, dapat
terlihat pada upaya beliau dalam mengembangkan pendidikan di Kabupaten Polewali Mandar
25
yakni dengan membina dan mendirikan sekolah dan perguruan tinggi, Universitas Al-Asyariah
Mandar merupakan wujud kepedulian beliau terhadap pendidikan di Polewali Mandar. Konsep
pendidikan yang beliau terapkan yakni lebih mengedepankan kepada penanaman karakter dan
perbaikan akhlak, yang dimana mampu menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional atau spiritual, menjadikan UNASMAN tidak hanya sebagai salah satu
komponen pendidikan di Polewali Mandar, namun juga menjadi pusat keagamaan dan
kebudayaan Mandar. Sedangkan peranan beliau sebagai mursyd tarekat dapat dilihat pada
keberhasilan beliau dalam mengembangkan ajaran tarekat Qadiriyah di Sulawesi Barat hingga
sampai ke Ambon.
3. Sebagai seorang ulama yang memiliki gelar pendidikan profesor, K.H. Sahabuddin memiliki
kontribusi dalam upaya perkembangan keilmuan. Prof. Dr. K.H. Sahabuddin menuangkan
pemikiran-pemikirannya dengan menulis artikel-artikel ilmiah dan menulis buku. Adapun
pemikiran pemikiran beliau yang dituangkan dalam buku yang telah diterbitkan, diantaranya:
Mutiara Bertumpuk Dalam Lautan Ilmu Tauhid, Metode Mempelajari Tasawuf Menurut Ulama
Sufi, Nur Muhammad Pintu Menuju Allah, Menyibak Tabir Nur Muhammad.