Anda di halaman 1dari 138

MANAJEMEN BANTUAN ZAKAT INFAK SEDEKAH (ZIS)

DALAM PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARI’AH


DI BAZNAS KOTA MAKASSAR

Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Oleh :

NINDHI MEYNA SUSILAWATI


NIM : 0015.03.46.2020

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
MANAJEMEN BANTUAN ZAKAT INFAK SEDEKAH (ZIS)
DALAM PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARI’AH
DI BAZNAS KOTA MAKASSAR

Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Oleh :

NINDHI MEYNA SUSILAWATI


NIM : 0015.03.46.2020

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
Tesis

MANAJEMEN BANTUAN ZAKAT INFAK SEDEKAH (ZIS)


DALAM PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARI’AH
DI BAZNAS KOTA MAKASSAR

Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Oleh

NINDHI MEYNA SUSILAWATI


NIM : 0015.03.46.2020

Telah disetujui untuk diseminarkan :

Komisi Pembimbing

Ketua,

Dr. Hj. Nurlaelah, M.Hum. Tanggal

Anggota,

Dr. Hj. Nur Setiawati, M.Ag., Ph.D. Tanggal


Tesis

MANAJEMEN BANTUAN ZAKAT INFAK SEDEKAH (ZIS)


DALAM PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARI’AH
DI BAZNAS KOTA MAKASSAR

NINDHI MEYNA SUSILAWATI


0015.03.46.2020

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Pada tanggal………………2022
dan telah diperbaiki.

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr. Hj. Nurlaelah, M.Hum. Dr. Hj. Nur Setiawati, M.Ag., Ph.D.

Makassar, ………………………..
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Ketua,

Dr. H. Ahmad Hakim, MA.

ii
MANAJEMEN BANTUAN ZAKAT INFAK SEDEKAH (ZIS)
DALAM PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARI’AH
DI BAZNAS KOTA MAKASSAR

NINDHI MEYNA SUSILAWATI


0015.03.46.2020

Telah diujikan Pada tanggal………………2022


dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Tim Penguji

Ketua

……………………………………

……………………………….... ……………………………………….

……………………………….... ……………………………………….

Makassar, ………………………..
Program Pascasarjana UMI

Direktur,

Prof.Dr. H. Baharuddin Semmalia,S.E.,MS

iii
SURAT PERNYATAAN

‫بســم هللا الرحمـن الرحـيم‬

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini,


menyatakan bahwa Tesis ini benar-benar adalah hasil karya penyusun sendiri.
Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat,
atau dibuat orang lain, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi
hukum.

‫وهللا ولي التـوفـيق والهـدايـة‬

Makassar, ………………2022

Yang membuat pernyataan,

Nindhi Meyna Susilawati

iv
KATA PENGANTAR

‫بســم هللا الرحمـن الرحـيم‬

Assalamu Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon

pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan kepada-Nya,bertaubat Kepada-Nya

dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan

perbuatan kami. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan

kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, para

sahabatnya, hingga kepada ummatnya sampai akhir zaman.

Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Hj. Nurlaelah, M.Hum dan Ibu Dr. Hj. Nur

Setiawati, M.Ag., Ph.D selaku pembimbing dalam penyusunan penelitian ini, dan

tentu penulis haturkan terima kasih setinggi – tingginya kepada:

1. Orang Tua kami yang terkasih Bapak Imam Hidayat, Ibu Aminah dan Ibu St.

Rugaya.

2. Saudara-saudari kami tercinta Adi, Ati, Ricko, Ade, Indra, Fika, Ari, Fina

beserta keluarga besar kami.

3. Sahabat sekaligus kakak kami tercinta Rahmaniar,S.Kom.,M.Kom.

4. Bapak Ketua Yayasan Universitas Muslim Indonesia.

5. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Basri Modding,S.E.,M.Si sebagai Rektor Universitas

Muslim Indonesia.

v
6. Bapak Prof. Dr. H. Baharuddin Semmalia, S.E., MS, sebagai Direktur

Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia.

7. Bapak Dr. H. Ahmad Hakim, MA. Dan Dr. H. M. Hasibuddin Mahmud, MA,

selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam dan ASDIR III

Pascasarjana UMI.

8. Ketua dan Seluruh Staff BAZNAS Kota Makassar.

9. Segenap Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

mengikuti Pendidikan di Program Magister Pendidikan Agama Islam

Universitas Muslim Indonesia.

10. Segenap staf dan rekan – rekan pada Program MPAI 46 UMI.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, atas semua bantuan dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan.

Olehnya itu, kritik dan saran yang sifatnya mendidik dan dukungan yang

membangun, senantiasa penulis harapkan.

Saya berharap kepada Allah agar menjadikan kita termasuk orang-orang

yang membimbing lagi dibimbing, menjaga batasan-batasanNya, dan meneladani

sunnah Rasul-Nya. Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan

memberikan sumbangan ilmiah kepada Almamater dan masyarakat.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan rahmat dan karunia-Nya

bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, 29 Maret 2022

Nindhi Meyna Susilawati

vi
ABSTRAK

Nama : Nindhi Meyna Susilawati


Judul Tesis : Manajemen Bantuan Zakat Infak Sedekah (ZIS) Dalam Perspektif
Maqasid Al-Syari’ah di BAZNAS Kota Makassar
Pembimbing : 1. Dr. Hj. Nurlaelah,M.Hum.
2. Dr. Hj. Nur Setiawati, M.Ag., Ph.D
Kata-kata kunci : Manajemen, ZIS, Maqasid Al-Syari’ah

Pada dasarnya manajemen yang baik sangat mendorong dalam mengelola dana
zakat infak dan sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat di Kota Makassar. Maka dari itu Badan
Amil Zakat dituntut untuk berperan aktif dalam mencapai . pengelolaan manajemen ZIS
Kota Makassar, Maqasid Al-Syariah dipilih sebagai tolak ukur yang digunakan sebagai
salah satu indikator manajemen bantuan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Penelitian ini adalah : (1) Bagaimana Manajemen Bantuan Zakat Infak dan
Sedekah (ZIS) dalam Perspektif Maqāsid al-Syarῑ'ah di BAZNAS Kota Makassar. (2)
Bagaimana Efektivitas Manajemen Bantuan Zakat Infak dan Sedekah (ZIS) dalam
Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ’ah di BAZNAS Kota Makassar.
Untuk mencapai tujuan di atas, digunakan pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu
metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Manajemen bantuan ZIS
BAZNAS Kota Makassar meliputi fungsi-fungsi pengelolaan klasik diantaranya
perencanaan, pengorganisasian, perekrutan, kepemimpinan, dan pengawasan, yang
melibatkan banyak organisasi yang saling bekerjasama untuk melakukan tindakan
pencegahan, pengurangan, persiapan dan bereaksi dengan cepat dan sesuai dengan
Pengelolaan zakat menurut UU No. 23 tahun 2011. Manajemen bantuan dalam
pengelolaan dana Zakat Infak Sedekah program BAZNAS Kota Makassar telah sesuai
dengan Maqāsid al-Syarῑ'ah, hal yang sangat berdampak besar dari program MAKASSAR
SEJAHTERA yaitu program bantuan dana bergulir untuk usaha mikro sedangkan aspek
Ad-Din, hal tersebut telah sesuai dengan tujuan dari program MAKASSAR TAKWA,
Program MAKASSAR SEHAT, MAKASSAR CERDAS, meskipun tiap program belum
maksimal. Efektivitas Manajemen Bantuan ZIS BAZNAS Kota Makassar masih memiliki
berbagai permasalahan utama diantaranya pola koordinasi OPZ pada umumnya belum
optimal, Pemahaman fikih zakat & regulasi pada pimpinan BAZNAS daerah pada
umumnya masih lemah, Kompetensi pimpinan BAZNAS daerah, Manajemen dan struktur-
fungsi BAZNAS daerah, Kualitas SDM amil BAZNAS pada umumnya masih lemah.

vii
ABSTRACT

Nama : Nindhi Meyna Susilawati


Judul Tesis : Management of Zakat Infak Sedekah (ZIS) in Perspective Maqasid
Al-Syari'ah at BAZNAS Makassar City
Pembimbing : 1. Dr. Hj. Nurlaelah,M.Hum.
2. Dr. Hj. Nur Setiawati, M.Ag., Ph.D
Kata-kata kunci : Management, ZIS, Maqasid Al-Syari’ah

Basically good management is very encouraging in managing zakat infaq and alms
(ZIS) funds at the Amil Zakat Agency in Makassar City. Therefore, the Amil Zakat Agency
is required to play an active role in achieving this. In the management of the Makassar City
ZIS management, Maqasid Al-Syariah was chosen as a benchmark used as an indicator of
aid management with the aim of improving community welfare.

This research is: (1) How is the Management of Zakat, Infaq and Alms Assistance
(ZIS) in the Maqāsid al-Syarῑ'ah Perspective at BAZNAS Makassar City. (2) How is the
Effectiveness of Management of Zakat, Infaq and Alms Assistance (ZIS) in the Maqāsid
Al-Syarῑ'ah Perspective at BAZNAS Makassar City.
To achieve the above objectives, the approach used is descriptive qualitative research. In
the process of collecting data, the author uses several methods of observation, interviews
and documentation.

The results of this study indicate that the management of ZIS BAZNAS Makassar
City includes classic management functions including planning, organizing, leadership, and
supervision, which involves many organizations communicating with each other to take
preventive, reduction, preparation and reaction actions quickly and in accordance with
Management of zakat according to Law No. 23 of 2011. Management of assistance in
managing Zakai Infaq Shadaqah funds for the Makassar City BAZNAS program has been
in accordance with Maqasid Syariah, which has had a major impact on the MAKASSAR
SEJAHTERA program, namely the revolving assistance program for micro-enterprises,
while the Ad-Din aspect is This is in accordance with the objectives of the TAKWA
MAKASSAR program, HEALTHY MAKASSAR, INTELLIGENT MAKASSAR
programs, although each program has not been maximized. The effectiveness of ZIS
BAZNAS Assistance Management Makassar City has various main problems such as OPZ
coordination in general is not optimal, understanding of zakat fiqh & regulations at regional
BAZNAS leaders is generally still weak, regional BAZNAS leadership competence,
management and functions of regional BAZNAS, quality of human resources for BAZNAS
amil generally still weak.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

ABSTRAK .............................................................................................. vii

ABSTRACT............................................................................................. viiivi

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional .......................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 15

A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya .......................... 15

B. Landasan Teori .................................................................... 18

1. Pengertian Manajemen...................................................... 18
2. Fungsi Manajemen............................................................ 21
3. Pengertian Zakat............................................................... 43
4. Pengertian Infak............................................................... 31

5. Pengertian Sedekah.......................................................... 32

6. Perspektif Maqasid Al-Syariah........................................ 32

C. Kerangka Pikir .................................................................... 43

ix
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................... 45

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................ 45

B. Subjek Penelitian ................................................................ 52

C. Lokasi Penelitian ................................................................ 46

D. Waktu Penelitian.................................................................. 46

E. Teknik Pengumpulan Data................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 50

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 50

B. Analisis Data Penelitian ...................................................... 59

C. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................... 72

D. Pembahasan ......................................................................... 89

BAB V PENUTUP ............................................................................... 109

A. Kesimpulan .......................................................................... 109

B. Saran ..................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian 47

Tabel 4.1 Realisasi dengan Target Penghimpunan Dana 71


Tahun 2021 (Dalan Rupiah)

Tabel 4.2 Kategori Capaian Kerja BAZNAS 81

Tabel 4.3 Capaian Kinerja Kunci BAZNAS Tahun 2021 82

Tabel 4.4 Capaian Pengumpulan BAZNAS Kota Makassar 84


Tahun 2021

Tabel 4.5 Capaian Penyaluran ZIS 8 Asnaf BAZNAS Kota 85


Makassar 2021

Tabel 4.6 Penyaluran ZIS Berdasarkan Program BAZNAS 87


Kota Makassar Tahun 2021

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam Indonesia sangat mementingkan ibadah salat, puasa dan haji

tetapi kurang perhatian terhadap zakat. Pelaksanaan salat melambangkan baiknya

hubungan seseorang dengan Allah, sedangkan zakat adalah lambang keharmonisan

hubungan dengan sesama manusia. Jadi zakat bukan hanya sebatas urusan hamba

dengan Allah SWT namun merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta yang

perlu diberdayakan secara optimal untuk memperbaiki ekonomi masyarakat,

sepanjang perhatian umat Islam dengan zakat tidak seimbang dengan salat, puasa,

dan haji maka kesadaran sosial umat Islam tidak akan berkembang baik.1

Zakat merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan bagi umat Islam yang

mampu sesuai dengan syariat Islam. Zakat sebagai ibadah Amaliyah yang menjurus

ke aspek sosial. Selain itu zakat juga memiliki fungsi vertikal dan horizontal yang

mana sebagai wujud ketaatan umat Islam kepada Allah dan sebagai wujud

kepedulian sosial kepada manusia. Allah telah menciptakan langit dan bumi beserta

isinya untuk manusia dan Allah juga menundukkan semua itu agar dapat

dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan manusia. Harta yang Allah

berikan kepada manusia dapat dipergunakan untuk kesejahteraan dirinya, keluarga,

masyarakat sekitar, Negara bahkan penduduk dunia.2

1
Prabowo, H. Pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqah Dan Wakaf Untuk Pembangunan
Sarana Air & Sanitasi Masyarakat. (MUI, Jakarta: 2016).
2
Al-Syatiby, al-Muāfaqat fi Ushūl al-Syarῑ’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad, t.th.), h. 258.

1
2

Unsur pokok kehidupan sosial adalah salah satu cara menanggulangi kemiskinan

dengan kepedulian golongan mampu untuk memberdayakan golongan yang tidak

mampu dengan mengeluarkan sebagian harta kekayaan mereka baik berupa

pembelanjaan (spending) maupun berupa dana sosial dalam wujud sedekah.

Penjelasan zakat tidak hanya dalam teologi (ibadah) tetapi juga dalam aspek sosial

ekonomi (yaitu mekanisme distribusi kekayaan). Dengan kata lain selain

menyucikan hidup dan harta benda zakat juga merupakan salah satu sumber

penghasilan yang sangat kuat dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

Salah satu faktor terpenting adalah kesadaran dalam pelaksanaan zakat di

kalangan umat Islam masih belum diikuti dengan tingkat pemahaman yang

memadai tentang ibadah yang satu ini, khususnya jika diperbandingkan dengan

ibadah wajib lainnya seperti salat dan puasa. Kurangnya pemahaman tentang

jenis harta yang wajib zakat dan mekanisme pembayaran yang dituntunkan oleh

syariat Islam menyebabkan pelaksanaan ibadah zakat menjadi sangat tergantung

pada masing-masing individu. Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan

institusi zakat, yang seharusnya memegang peranan penting dalam pembudayaan

ibadah zakat secara kolektif agar pelaksanaan ibadah harta ini menjadi lebih

efektif dan efisien.

Di Indonesia terdapat dua lembaga yang mengelola dana ZIS mulai dari

penghimpunan hingga pendistribusian yaitu Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ), sebagaimana dalam UU No. 23

Tahun 2011 mengenai pengelolaan zakat Badan Amil Zakat adalah lembaga

pengelola zakat yang didirikan oleh pemerintah yang didirikan berdasarkan atas
3

usulan kementerian agama dan disetujui oleh presiden, kantor pusat dari BAZNAS

berada di ibukota negara, BAZNAS memiliki pengurus yang terdiri dari beberapa

unsur/kalangan masyarakat dan terdiri dari 11 orang anggota yakni delapan orang

dari unsur masyarakat (ulama, tenaga profesioal dan tokoh masyarakat Islam) dan

tiga orang dari unsur pemerintah yang di tunjuk dari kementerian/intansi yang

berkaitan dengan pengelolaan zakat, dimana BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua

dan satu orang wakil ketua, masa kerja BAZNAS selama 5 tahun dan dapat dipilih

kembali untuk satu kali masa jabatan.

Lahirnya UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat semakin

mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan

pengelolaan zakat secara Nasional. Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga

pengelola zakat yang dibentuk oleh pihak swasta maupun pihak lain diluar

pemerintah LAZ dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang

bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam, LAZ

ini disahkan dan dipantau oleh pihak pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya

LAZ memberikan laporan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

LAZ juga memiliki forum antar lembaga zakat untuk membahas

perkembangan zakat di Indonesia, adapun syarat-syarat mendirikan lembaga amil

zakat: 1. Berbadan Hukum 2. Memiliki data muzakki dan mustahiq 3. Memiliki

program kerja 4. Melampirkan surat bersedia di audit. Dilihat dari data tersebut

Indonesia sangat berpotensi dalam pengelolaan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS)

untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi agar dana ZIS dapat dimanfaatkan secara

optimal maka perlu pengelolaan serta pendayagunaan yang maksimal, dalam


4

pendistribusian dana ZIS memiliki dua cara yaitu pendistribusian secara konsumtif

dana yang didapat dari penghimpunan didistribusikan secara langsung kepada

mustahik berupa uang maupun bantuan lainnya secara konsumtif jangka pendek

sedangkan pendistribusian secara produktif lembaga memberikan bantuan berupa

modal maupun barang yang mampu mendatangkan pendapatan secara jangka

panjang bahkan membuka lapangan kerja.

Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi BAZNAS Kota Makassar sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan BAZNAS No. 3 Tahun 2013 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota, disebutkan bahwa

BAZNAS Kabupaten/Kota mempunyai kedudukan sebagai lembaga pemerintah

non struktural yang bersifat mandiri, dengan tugas melaksanakan pengelolaan

zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya pada tingkat

Kabupaten/Kota dengan cara mengumpulkan, mendistribusikan dan

mendayagunakan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.3

Manfaat zakat sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran

Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah

dibuktikan dalam sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak masa

kepemimpinan Rasulullah Saw. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan

negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana

pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu

pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk

3
Rencana Strategi (RENSTRA) BAZNAS Kota Makassar 2021-2022, h. 4.
5

kepentingan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir

miskin, serta bantuan lainnya.4

Pada tahun ke II Hijriah (623 M) zakat sudah diwajibkan, sejalan dengan

perintah salat, diwajibkan zakat dan menentukan harta-harta yang wajib dizakatkan.

Disusul kemudian pada tahun IX Hijriah, turunlah ayat 60 surah at-Taubah dan al-

Baqarah, berisi bagian tertentu yang diperoleh oleh masing-masing kelompok, dan

siapa yang berhak mengambil dan menerima zakat. Namun pada masa itu, Nabi

tidak serta merta membagi penuh untuk golongan delapan, namun hanya

memberikannya kepada golongan tertentu yang dipandang perlu menurut

kebutuhan dari kedelapan kelompok tadi. Nabi menunjuk petugas resmi untuk

menghimpun zakat ke berbagai daerah luar biasa, seorang pemimpin umat terjun

langsung dalam penanggulangan zakat.5

Allah SWT berfirman, dalam Q.S. al-Baqarah/2: 110.

ِ ‫ٱّلل ِب َما ت َع َملُونَ َب‬


‫صير‬ ِ ِۗ َّ َ‫ٱلزك َٰو َۚة َ َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِِلَنفُ ِسكُم ِمن خَي ٖر ت َِجدُوهُ عِند‬
َ َّ ‫ٱّلل ِإ َّن‬ َّ ‫َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوة َ َو َءاتُوا‬

Terjemahannya :

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.6

Ayat tersebut menunjukkan bahwa zakat dari para muzaki yang dihimpun

oleh amil hukumnya wajib. Pengelolaan zakat di Indonesia diatur oleh UU Pasal 3

No. 23 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Zakat dimaksudkan agar zakat dapat

4
Didin Hafidhuddin. Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
h. 7.
5
Kementerian Agama RI Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam Pemberdayaan Zakat,
Panduan Zakat Praktis, (Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2013), h. 8.
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: Jawa Barat, 2018), h. 17.
6

berdaya guna melalui pengorganisasian yang tepat.7 Seperti halnya dengan zakat,

walaupun infak dan sedekah tidak wajib, ini merupakan media pemerataan

pendapatan bagi umat Islam yang sangat dianjurkan. Dengan kata lain, infak dan

sedekah merupakan media untuk memperbaiki taraf kehidupan, disamping adanya

zakat yang diwajibkan kepada orang Islam yang mampu. Dengan demikian dana

zakat, infak dan sedekah bisa diupayakan secara maksimal untuk memberdayakan

ekonomi masyarakat.8

Pada tahun 2019 pengumpulan zakat, infak dan sedekah, serta dana sosial

keagamaan lainya BAZNAS Kota Makassar mencapai 21.596.673.488 juta rupiah

(unaudited) dengan rincian per jenis dana pengumpulan atau penerimaan Zakat

sebesar 8.484.900.234 juta rupiah, Infak atau Sedekah sebesar 1.628.839.923 juta

rupiah dan Dana Sosial Keagamaan lainnya sebesar 11.482.933.331 juta rupiah.

Dengan persentase pengeluaran atau pendistribusian Zakat sebesar 97,58%, Infak

atau Sedekah sebesar 95,50% dan Dana Sosial Keagamaan lainnya sebesar

97,50%.9

Potensi zakat yang begitu besar dibutuhkan manajemen pengelolaan yang

baik karena pada dasarnya konsep pengelolaan zakat telah disyariatkan, oleh sebab

itu hukum dari melaksanakan zakat adalah Fardhu ’Ain (Wajib), yang artinya wajib

hanya bagi orang yang mampu atau memenuhi syarat. Zakat merupakan salah satu

rukun Islam yang bersifat sosial (ijtima’iȳah) yang menghubungkan dan

7
Qurratul Aini Wara Hastuti, “Urgensi Manajemen Zakat dan Wakaf Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat” 1, no. 2 (2014) h. 25.
8
Djamal doa, Pengelolaan Zakat oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan, (Jakarta:NM
PRESS,2004), h. 92.
9
Laporan Keuangan ZIS dan DSKL BAZNAS Kota Makassar 2021, h.1.
7

menumbuhkan rasa kepedulian orang yang mampu terhadap orang yang tidak

mampu yang berhak menerimanya dan menjadi salah satu unsur pokok bagi

penegakan syari’at Islam.

Manajemen yang baik sangat mendorong dalam mengelola dana zakat di

Badan Amil Zakat di Kota Makassar. Maka dari itu Badan Amil Zakat dituntut

untuk berperan aktif dalam mencapai visinya sehingga zakat dapat berdaya guna

dan berhasil guna. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi

setiap muslim dan muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu, yang

menjadi amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang berkembang sesuai

perkembangan umat manusia.10

Dalam pengelolaan manajemen bantuan zakat, infak dan sedekah (ZIS)

Makassar, Maqasid Al-Syariah dipilih sebagai tolak ukur yang digunakan sebagai

salah satu indikator manajemen bantuan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat karena maqasid al-syariah mengukur dari berbagai aspek dasar dalam

Islam yaitu ; Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, Harta. Maka Maqasid al-Syariah

dapat menjadi sandaran pengukuran dalam manajemen bantuan zakat, infak dan

sedekah (ZIS), ketika kebutuhan dasar tersebut terpenuhi maka dapat mencapai

tujuan pokok dalam kehidupan yaitu kemaslahatan.

Hal ini dapat mencapai tujuan utama dalam hidup yaitu kemanfaatan yang

merupakan cara yang baik untuk mengevaluasi manajemen bantuan pengalokasian

dana karena dari kelima aspek pengukuran tersebut dapat mewakili kesejahteraan

10
Jaja Jaelani, "Profil BAZNAS", dalam https://pusat.baznas.go.id/, diakses hari Selasa,
tanggal 01 Juni 2021.
8

seseorang11 yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui

pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan prinsip-

prinsip partisipasi.

Berdasarkan uraian di atas, dengan rumusan masalah yang diangkat maka

peneliti dalam pembahasan penulisan ini tertarik untuk mengetahui dan memahami

lebih lanjut serta melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan judul

“Manajemen Bantuan Zakat Infak Sedekah (ZIS) dalam Perspektif Maqāsid Al-

Syarῑ'ah”, yang bertempat di BAZNAS Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti akan mengangkat

permasalahan pokok, mengenai “Manajemen Bantuan Zakat Infak Sedekah (ZIS)

dalam Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ’ah di Baznas Kota Makassar”. Dari

permasalahan pokok tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa substansi masalah

yang akan dijadikan acuan dan dikembangkan dalam pembahasan ini, antara lain

sebagai berikut :

1. Bagaimana Manajemen Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dalam

Perspektif Maqāsid al-Syarῑ'ah di BAZNAS Kota Makassar ?

2. Bagaimana Efektivitas Manajemen Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

dalam Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ’ah di BAZNAS Kota Makassar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

11
Didin Hafidhuddin. Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), h. 7.
9

a. Untuk Mengetahui Manajemen Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

dalam Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ'ah di BAZNAS Kota Makassar.12

b. Untuk Mendeskripsikan dan Menganalisis Efektivitas Manajemen

Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dalam Perspektif Maqāsid Al-

Syarῑ’ah di BAZNAS Kota Makassar.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan agar penelitian ini menjadi rujukan dalam upaya memahami

secara dalam esensi Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) sebagai salah satu

solusi untuk membantu masyarakat yang ada di Makassar secara umum

serta diharapkan menjadi literatur ilmiah untuk dikembangkan lebih lanjut

dalam meneliti manajemen bantuan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dalam

Perspektif Maqāsid al-Syarῑ'ah.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Mahasiswa diharapkan dapat menjadi pengetahuan dalam

menganalisis penyaluran dana zakat, infak dan sedekah di Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Makassar.

2) Bagi Lembaga diharapkan dapat memberikan respon yang positif

terhadap penyaluran dana zakat, infak dan sedekah yang tidak hanya

terfokus pada bidang pendidikan namun penting juga pemanfaatannya

12
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004),
h. 29.
10

dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berlatar

belakang kurang mampu.

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

1. Pengertian Judul

Penelitian ini berjudul “Manajemen Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

dalam Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ’ah di BAZNAS Kota Makassar”. Oleh karena

itu penelitian ini akan difokuskan di Badan Amil Zakat Nasioanal (BAZNAS) di

Kota Makassar. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak

terjadi pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya dibuat

uraian dari judul penelitian yang diangkat sebagai berikut:

a. Manajemen Bantuan

Manajemen secara etimologi (bahasa) kata “Manajemen” berasal dari

bahasa Inggris “manage, to manage” yang artinya pengatur, mengurus dan

mengelola.13 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti, proses

penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran dan pimpinan

yang bertanggungjawab atas jalannya perusahaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata bantuan adalah

barang yang dipakai untuk membantu. Arti lainnya dari bantuan adalah

pertolongan. Kata “bantuan” yang berarti pertolongan dengan tanpa

mengharapkan imbalan.

13
Jhon M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris dan Bahasa Indonesia, (Gramedia:
Jakarta, 1997), Cet. Ke-24, h. 72.
11

Manajemen bantuan yang dinamis meliputi fungsi-fungsi pengelolaan

klasik diantaranya perencanaan, pengorganisasian, perekrutan, kepemimpinan,

dan pengawasan, yang melibatkan banyak organisasi yang saling bekerjasama

untuk melakukan tindakan pencegahan, pengurangan, persiapan dan bereaksi

dengan cepat.14

b. Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah,

tumbuh, dan berkembang dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung

harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan

berbagai kebaikan.15

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta

untuk kepentingan sesuatu. Menurut syara’, infak berarti mengeluarkan

sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang

diperintahkan ajaran Islam. Zakat ada nisbah atau batasan seseorang wajib

mengeluarkan zakat sedangkan infak tidak ada nishab. Infak dikeluarkan oleh

setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,

baik lapang maupun sempit. Zakat diperuntukkan bagi 8 golongan, sedangkan

infak tidak ada ketentuan pasti penerimanya.16

Sedekah berasal dari shadaqah yang berarti benar. Menurut syara’

pengertian shadaqah sama dengan pengertian infak, termasuk hukum dan

ketentuan-ketentuannya. Bedanya infak berkaitan dengan materi sedangkan

14
Sri Krisna Kurnia, Pengelolaan Bencana, FASILKOM UI: 2009.
15
Sayid, S. Fiqih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009. h. 67.
16
Najmuddin, Z. E. Studi Islam, Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar, Surakarta, 2006.
h. 87.
12

sedekah memiliki arti lebih luas menyangkut juga hal yang bersifat non

material.

c. Maqāsid Al-Syarῑ’ah

Maqāsid Al-Syarῑ’ah ialah beban-beban syari'at kembali pada penjagaan

tujuan-tujuannya pada makhluk. Maqasid ini tidak lebih dari tiga macam

dharuriyyat (kepentingan pokok), hajiyat (kepentingan sekunder) dan

tahsiniyyat (kepentingan tersier). Syatibi menyatakan lebih lanjut bahwa Allah

sebagai syari' memiliki tujuan dalam setiap penentuan hukumnya, yaitu untuk

kemaslahatan hidup setiap orang di dunia dan akhirat.17

Maqasid al-Syariah Secara umum Maqashid Syariah membahas sebuah

hukum dalam suatu permasalahan dengan tujuan kemaslahatan secara individu

maupun kelompok, dimana kemaslahatan dalam Islam yaitu memelihara tujuan

syara’ dan meraih manfaat atau menghindari kemudharatan. Maqashid al-

Syari’ah adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang dimaksudkan oleh

Allah dalam setiap hukum dari keseluruan hukumnya. Inti dari tujuan syariah

adalah merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dan menghilangkan

kemudaratan, sedangkan mabadi (pokok dasar) yakni memperhatikan nilai-nilai

dasar Islam.

2. Definisi Operasional

Berdasarkan pada fokus penelitian judul di atas, dapat dideskripsikan

berdasarkan substansi permasalahan dan substansi pendekatan penelitian ini,

dibatasi melalui substansi permasalahan dan substansi pendekatan terhadap

17
Al-Syatiby, al-Muāfaqat fi Ushūl al-Syarῑ’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad, t.th.), h. 142.
13

“Manajemen Bantuan Zakat Infak Sedekah (ZIS) dalam Perspektif Maqāsid Al-

Syarῑ’ah di BAZNAS Kota Makassar”. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam

penelitian ini, maka penulis menguraikan beberapa variabel yang dianggap penting

untuk mempermudah penulisan tesis ini.

a. Indikator Manajemen

Adalah rangkaian proses aktivitas yang mencakup tahapan formulasi,

implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan yang memungkinkan

pencapaian tujuannya dimasa datang.18

b. Indikator Bantuan ZIS

Yaitu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta

pendayagunaan zakat, infak dan sedekah.

c. Maqāsid al-Syarῑ'ah

Adalah berkaitan pada semua pemanfaatan nilai kemashlahatan

(kebaikan) dan antisipasi nilai kemafsadatan (kerusakan) yang meliputi

segala sesuatu, yaitu tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan oleh syariat

Islam demi kemaslahatan hamba-hamba Allah SWT.19

d. Badan Amil Zakat Nasional

Adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non struktural yang bersifat

18
Yudhi Asfar Fahruddin, "Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis
menurut Bambang Hariadi", (Malang: Byumedia Publishing, 2005), h. 8.
19
Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, al-Mustashfa min ‘Ilm al-
Ushul, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 15.
14

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

BAZNAS Kota Makassar mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah).20 Standar

Operasional dan Prosedur pengelolaan zakat, infak dan sedekah adalah

standar pencapaian kinerja pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat, infak dan sedakah yang wajib dilaksanakan oleh

BAZNAS Kota Makassar.

20
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2025, h. 26.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian oleh Afifuddin Kadir Dkk, bahwa penggunaan zakat untuk

penanganan musibah covid-19 yang dijalankan oleh BAZNAS selaras dengan

tujuan dari syariah tersebut. Hal ini sesuai dalam Islam karena tujuan dari

maqashid al-syariah adalah untuk menjaga dan melindungi kebutuhan umum

manusia. Tingkatan kebutuhan yaitu, kebutuhan dharuriyyah, hajiyyah, dan

tahsiniah. Kebutuhan dharuriyah yaitu kebutuhan dasar atau primer manusia

yang harus ditunaikan untuk mencapai kemaslahatan di dunia dan di akhirat.

Tujuan dari kebutuhan dharuriyah yakni untuk menjaga manusia dari lima

aspek yakni, menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan memilihara harta.

Oleh karena itu lembaga zakat seperti BAZNAS telah melakukan program

tanggap bencana untuk mambantu pemerintah dalam menangani pandemi ini.

Sehingga dengan program yang dijalankan oleh BAZNAS dapat memberikan

atau memenuhi kebutuahan dasar para korban covid-19. Oleh karena itu

pendayagunaan zakat untuk penanganan pandemi covid-19 perlu adanya

kontribusi dari semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah dalam

manangani musibah pandemi ini sehingga semua musibah ini cepat berlalu

dan kreatifitas berjalan normal kembali.1

Afifuddin Kadir Dkk, Penggunaan Dana Zakat Pada Korban Covid-19 Perspektif Maqāsid
1

Al-Syarῑ'ah, (Jurnal Hukum Pendidikan, Vol. 1 No. 2 Juli 2020), h. 107.

15
16

2. Penelitian oleh Erika Sisnalda, Program Pascasarjana Universitas Islam Negri

Raden Inten Lampung tahun 2018 yang berjudul “Analisis Efektifitas Kinerja

Pemberdayaan Zakat Profesi Dalam Perspektif Ekonomi Islam“ yang

mendeskripsikan serta menganalisa kinerja Yayasan Baitul Mall BRI untuk

meningkatkan efisiensinya dengan meminimalisasi biaya personalia, biaya

operasional dan meningkatkan dana penerimaan zakat profesi serta

penyalurannya dalam pemberdayaan zakat profesi dalam tinjauan Islam

karena didasarkan pada pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya,

baik keahlian yang dilakukannya secara sendiri maupun secara bersama-sama

dan perhitungannya berdasarkan dengan nishāb atau batasan yang ditentukan

bersadarkan al-Qur’an dan hadis.2

3. Penelitian oleh Muhammad Husein, Program Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2011 yang berjudul "Pengelolaan

Zakat Mal Secara Produktif Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ'ah" yang

mendeskripsikan serta menganalisa menurut konsep-konsep nushush

syar'iȳah dengan pendapat para fuqaha yang menyimpulkan bahwa tujuan

syarῑah (maqāsid al-syarῑ'ah) untuk menghilangkan kesulitan bagi manusia,

mengangkat kemudhāratan, mewujudkan nilai kemaslahatan di dunia dan di

akhirat (dharuriȳah, hājiȳat, dan tahsῑniȳah) dan merealisasikan ikatan

2
Erika Sisnalda, “Analisis Efektifitas Kinerja Pemberdayaan Zakat Profesi Dalam Perspektif
Ekonomi Islam“ (Program Pascasarjana Universita Islam Negeri Raden Inten Lampung pada tahun
2018).
17

janjinya dengan Allah SWT yang pernah dibuat, dengan peraturan-peraturan

yang ada sebagai norma hukum (tasyrῑ'iȳah).3

Dari beberapa referensi dari penelitian di atas, maka posisi penelitian ini

adalah mengembangkan dan memadukan penelitian-penelitian tersebut. Perbedaan

antara hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan penelitian ini disamping

mempunyai lokasi penelitian dan deskripsi fokus yang berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih menitikberatkan pada Manajemen

Bantuan Zakat Infak dan Sedekah (ZIS) dalam Perspektif Maqasid Al-Syariah di

BAZNAS Kota Makassar.

Adapun persamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sama-

sama melakukan penelitian seputar realita pengelolaan zakat, infak dan sedekah

(ZIS). Berdasarkan hal tersebut, penting untuk dilakukan penelitian mengenai

Manajemen Bantuan Zakat Infak dan Sedekah (ZIS) dalam Perspektif Maqasid Al-

Syariah di BAZNAS Kota Makassar, sehingga metode penelitian penulis sekarang

akan lebih terperinci dan terfokus.

3
Muhammad Husein, “Pengelolaan Zakat Mal Secara Produktif Perspektif Maqāsid Al-
Syarῑah” (Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun
2011).
18

B. Landasan Teori

1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari Bahasa latin yaitu dari asal kata manus yang berarti

melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja Manager yang artinya

menangani. Manager diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam Bentuk kata

kerja to manage, dengan kata benda management, diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia menjadi manajemem atau pengelolaan.4

Manajemen secara etimologi (bahasa) kata “Manajemen” berasal dari bahasa

Inggris “manage, to manage” yang artinya pengatur, mengurus dan mengelola.5

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti, proses penggunaan sumber

daya yang efektif untuk mencapai sasaran dan pimpinan yang bertanggungjawab

atas jalannya perusahaan.

Definisi Manajemen dikemukakan oleh para ahli yang berbeda namun di

dalamnya mengandung makna yang sama. Dikemukakan oleh Stoner, Manajemen

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organnisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen adalah proses

atau cara untuk mencapai sesuatu atau untuk mnyelesaikan dan mengatur sebuah

perencanaan yang harus dicapai sebagaimana yang telah ditetapkan.

4
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), h. 3.
5
Jhon M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris dan Bahasa Indonesia, (Gramedia: Jakarta,
1997), Cet. Ke-24, h. 72.
19

Menurut Robbins & Coulter (2018) dalam bukunya yang berjudul

Management, mendefinisikan manajemen adalah sebagai sebuah proses yang

melibatkan pengkoordinasian dan pengawasan aktivitas pekerjaan yang dilakukan

oleh orang lain sehingga pekerjaan tersebut dapat terselesaikan dengan efektif dan

efisien.6 Sedangkan menurut Sukanto Reksohadiprojo manajemen merupakan suatu

usaha merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta

mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi secara efektif dan efisien.7

Kinicki & Williams (2016) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah

proses dalam mencapai pada tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan

melakukan integrasi pekerjaan karyawan melalui perencanaan, pengorganisasian,

memimpin, dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki organisasi. Sementara

menurut Bateman & Snell (2015), mendefinisikan manajemen sebagai proses

bekerja dengan sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya untuk dapat

mencapai tujuan perusahaan. Dalam menjalankan fungsi serta peran manajemen

dan mencapat keunggulan kompetitif, berbagai keterampilan dibutuhkan oleh

seorang manajer untuk melakukan hal ini dengan baik.

Berikut beberapa keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh seorang

manajer, yaitu:

a. Technical skills adalah kemampuan dalam hal melakukan tugas khusus

yang melibatkan metode atau proses tertentu.

6
Robbins, Stephen P. and Coulter, Mary. Management Fourteenth Edition. San Diego:
Global Edition. 2018. h. 54.
7
Sukanto Reksohadiprojo, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: BPFE UGM, 1986.
20

b. Conceptual and decision skills adalah keterampilan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah bagi

kepentingan perusahaan serta anggotanya.

c. Interpersonal and communication skills adalah kemampuan dalam

memotivasi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.

Berdasarkan berbagai pengertian mengenai manajemen di atas, peneliti

menggunakan pengertian dari Robbins & Coulter, bahwa manajemen merupakan

proses dalam melibatkan adanya suatu pengkoordinasian dan pengawasan terhadap

kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain yang pada akhirnya pekerjaan

tersebut dapat selesai dengan efektif dan efisien.

2. Fungsi Manajemen

Menurut Robbins & Coulter, dalam bukunya yang berjudul Management,

manajer perlu melakukan fungsi manajemen untuk mengkoordinasikan pekerjaan

orang lain secara efisien dan efektif.

Sumber: Robbins & Coulter (2018)


Gambar 2.1. Fungsi Manajemen

Berdasarkan gambar 2.1 menurut Robbins & Coulter, terdapat empat fungsi

manajemen yang terdiri dari: 8

8
Ibid., h. 57.
21

1) Planning: merupakan fungsi manajemen yaitu manajer menetapkan

tujuan serta strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan juga

mengembangkan rencana guna mengintegrasikan dan

mengoordinasikan seluruh kegiatan.

2) Organizing: merupakan fungsi manajemen yaitu manajer bertanggung

jawab untuk mengatur dan menyusun pekerjaan karyawannya. Manajer

mengatur dan menyusun tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang

melakukannya, bagaimana tugas harus dikelompokkan, siapa melapor

kepada siapa, dan di mana keputusan harus dibuat.

3) Leading: merupakan fungsi manajemen yaitu manajer memotivasi

bawahannya, membantu dalam penyelesaian suatu konflik kelompok

kerja, mempengaruhi individu atau tim saat melakukan pekerjaan,

memilih kegiatan komunikasi yang paling efektif, dan membantu

menangani masalah perilaku pada karyawannya.

4) Controlling: merupakan fungsi manajemen yaitu untuk memastikan

bahwa tujuan telah tercapai dan pekerjaan dilakukan sebagaimana

mestinya, manajer dalam fungsi ini memiliki peran untuk memantau

dan mengevaluasi kinerja. Apabila tujuan yang telah direncanakan

tidak tercapai, hal ini perlu dilakukannya pengerjaan kembali.

3. Manajemen Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah

Dalam peraturan UU No. 23 Tahun 2014, diakui adanya dua jenis organisasi

pengelola zakat, infak dan sedekah (ZIS) yaitu:


22

a. Badan Amil Zakat (BAZ)

Yaitu organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

b. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Yaitu organisasi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh

masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah. Namun dalam UU No. 23 Tahun

2014, terdapat perbedaan struktur institusi. Dalam upaya mencapai tujuan

pengelola zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang

berkedudukan di Ibu Kota Negara, BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten

atau Kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstuktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS

yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional, untuk

membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.9 Dan salah satu lembaga pengelola zakat, infak dan

sedekah (ZIS) yang ada di Makassar, Sulawesi Selatan adalah BAZNAS, yang

bertugas mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS) dari

kaum muslimin yang telah resmi berdiri sejak tahun 1437 Hijriah atau 2016

Miladiyah.

Manajemen bantuan yang dinamis meliputi fungsi-fungsi pengelolaan

klasik diantaranya perencanaan, pengorganisasian, perekrutan, kepemimpinan,

dan pengawasan, yang melibatkan banyak organisasi yang saling bekerjasama

untuk melakukan tindakan pencegahan, pengurangan, persiapan dan bereaksi

9
Hamza Hasan Khaeriyah, Ekonomi Zakat di Indonesia Kinerja Pengelola Zakat
Kontemporer dalam peningkatan kehidupan social Ekonomi Religius mustahik, h. 28.
23

dengan cepat10 yaitu salah satu proses terpadu yang mempromosikan

perkembangan dan pengelolaan yang terkait langsung maupun tidak langsung

dalam rangka mengoptimalisasikan kepentingan ekonomi dan kesejahteraan

sosial untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang terorganisir dan sistematis

terkait dengan preventif, mitigasi, persiapan, respon, darurat dan pemulihan11

oleh pihak pengelola meliputi pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya

masyarakat (LSM), suka relawan/ti, swasta atau investor, kontraktor, konsultan

masyarakat dan yang marak saat ini adalah lembaga zakat.12

Penanganan pengelolaan zakat acap kali dilakukan secara tradisional, zakat

infak dan sedekah cukup diserahkan muzzaki langsung ke mustahik, atau

diserahkan kepada guru ngaji dan kiyai, tetapi pola ini sedikit demi sedikit telah

bergeser. Dalam pengelolaan zakat mulai diserahkan kepada yayasan atau

lembaga yang ditunjuk dan dibentuk oleh pemerintah, meskipun masih menjadi

pertanyaan mengingat sukses atau tidaknya manajemen kelembagaan zakat

dalam merealisasikan maksud dan tujuan zakat akan berdampak signifikan

dalam kehidupan masyarakat. Manajemen kelembagaan zakat tentunya tidak

terlepas dari fungsi-fungsi manajemen, yang akan turut menopang terealisasinya

maksud dan tujuan zakat antara lain :

1) Perencanaan Kelembagaan Zakat Setiap organisasi/lembaga baik

formal atau non formal, dalam setiap aktivitasnya guna mencapai tujuan

10
Sri Krisna Kurnia, Pengelolaan Bencana, FASILKOM UI: 2009.
11
A.B. Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri
Rawan Bencana, (Jakarta: PT. Askara Grafika Pramata, 2006), h. 10.
12
Yudhi Asfar Fahruddin, Management Center Dompet Dhuafa, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2017.
24

organisasi tidak terlepas dari perencanaan, meskipun bagi organisasi

non formal perencanaan acap kali tidak tertulis. Perencanaan secara

umum mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu

strategi dalam mencapai sasaran, menyusun rencana guna

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.

Perencanaan akan membantu kita dalam memberi arah kepada

pemimpin, manajer, amil dan juga karyawan, kemana sesungguhnya

arah organisasi (BAZNAS/LAZIS) dan apa yang harus mereka

sembangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan oragisasi,

mengkoordinasikan kegiatan dan bekerjasama satu dengan yang lain

dalam tim. Perencanaan juga diharapkan dapat mengurangi dampak

perubahan, pemimpin atau amil dituntut agar lebih visioner dalam

mengantisipasi perubahan, mempertimbangkan dampak perubahan dan

menyusun tanggapan-tanggapan yang tepat atas perubahan yang terjadi,

sehingga jelas tindakan-tindakan yang dilakukan. Perencanaan yang

baik dan tepat dapat memperkecil pemborosan dan kelebihan,

menghindari kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih, ketidak efisienan

dapat dikoreksi dan dihilangkan dan pada akhirnya perencanaan dapat

menentukan sasaran-sasaran atau standar yang digunakan dalam

pengendalian.

Melalui perencanaan yang baik akan mengantarkan pada usaha

pencapaian maksud dan tujuan zakat, Yusuf Qaradhawy mengatakan

akan berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat muslim, juga


25

dalam menyelesaikan problematika kemasyarakatan, mengentaskan

kemiskinan, kelemahan materi dan psikolis, member jaminan sosial,

membangun kebersamaan, dapat menjauhkan diri dari kedengkian dan

kebencian serta mampu membuat suatu perbaikan yang terarah.13

2) Pengorganisasian Zakat

Pengorganisasian sebagai sebuah proses menciptakan struktur

organisasi, proses pengorganisasian ini penting guna mempermudah

pelayanan terhadap tujuan organisasi. Pengorganisasian memiliki

beberapa tujuan, yaitu : 14

a) Membagi pekerjaan yang harus dilakukan ke dalam departemen-

departemen dan jabatan-jabatan yang terperinci.

b) Membagi-bagi tugas dan tanggungjawab yang berkaitan dengan

masing-masing jabatan.

c) Mengkoordinasikan berbagai tugas organisasi.

d) Mengelompokkan pekerjaan kedalam unit-unit.

e) Membangun hubungan di kalangan individu, kelompok dan

departemen.

f) Menetapkan garis-garis wewenang formal.

g) Mengalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi.

Mendesain struktur organisasi berarti melakukan tindakan yang terdiri

dari membuat keputusan dan tindakan manajer itu sendiri yang diharapkan

13
Al-Syatiby, al-Muāfaqat fi Ushūl al-Syarῑ’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad, t.th.), h. 198.
14
Tontowi Jauhari, Manajemen Zakat Infak dan Sedekah, Lampung, Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2011. h. 25.
26

nantinya akan menghasilkan struktur organisasi yang khas, proses

pendesainan ini disebut desain organisasi.

Struktur sebuah organisasi memiliki enam unsur penting, yaitu:15

a) Spesialis kerja, tingkat dimana tugas-tugas dalam suatu organisasi

dibagi menjadi pekerjaan-pekerjaan terpisah (pembagian kerja/job

spec)

b) Departementalisasi, landasan yang digunakan untuk mengelompokkan

tugas dan pekerjaan dalam rangka mencapai sasaran organisasi.

c) Rantai komando, sebuah garis wewenang yang tak terputus

membentang dari tingkat atas organisasi terus sampai tingkat bawah,

dan menjelaskan siapa melapor kepada siapa, serta tanpa melepaskan

wewenang, tanggungjawab dan kesatuan komando.

d) Rentang kendali, jumlah bawahan yang dapat disupervisi oleh seorang

manajer secara efisien dan efektif.

e) Sentralisasi, kadar sampai dimana pengambilan keputusan

terkonsentrasi di tingkat-tingkat atas organisasi tersebut.

f) Desentralisasi, pengoperan wewenang membuat keputusan ketingkat

yang lebih rendah dibawahnya.

g) Formalistik, sejauhmana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi itu

dibakukan dan sejauhmana tingkah laku karyawan dibimbing oleh

peraturan dan prosedur.

15
Ibid., h. 28.
27

3) Kepemimpinan Zakat

Kepemimpinaan merupakan suatu upaya penggunaan jenis pengaruh

bukan paksaan concoersive untuk memotivasi orang-orang mencapai

tujuan.16 Gary Yukl mengatakan kepemimpinan sebagai proses-proses

mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-

peristiwa bagi pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok

atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk

mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk

mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama dan team work,

serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada

di luar kelompok atau organisasi.17 Kepemimpinan dalam prinsipnya

terdapat unsur pengaruh dan pengakuan (legitimasi).

Kepemimpinan zakat adalah seluruh mereka yang terlibat dalam

pengelolaan zakat (amil). Amil dalam al-Qur’an dikatakan sebagai al-

‘amiin alaiha-amil yang berarti mengerjakan atau pelaksana.

Muhammad Rasyid Ridha dalam menafsirkan surat at-Taubah ayat 60,

mengatakan yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka yang

ditugaskan oleh imam/pemerintah atau yang mewakilinya, untuk

melaksanakan pengumpulan zakat dan dinamai aljubaat, serta

menyimpan/memeliharanya yang dinamai alhazanah/bendahara,

16
Gibson, Ivancevich dan Donnelly. Organisasi, terj. Djarkasih, Jakarta, Erlangga, 1996, h.
334.
17
Gary Yukl. Leadreship in Organization, New Jersey, Prentice-Hall Inc, 1994, h. 4.
28

termasuk petugas admi- nistrasi, mereka semua harus terdiri dari orang-

orang muslim.18

Amil sebagai petugas zakat secara umum memiliki syarat-syarat

sebagai berikut:

a) Muslim, Imam Ahmad tidak menetapkan syarat muslim dengan alasan

bahwa kata al’amiin alaiha bersifat umum, sehingga mencakup muslim

dan kafir. Akan tetapi apabila pendapat Imam Ahmad akan diterapkan

tentunya bukan dalam pelaksanaan yang mengambil kebijakan.

b) Aqil Baligh dan terpercaya.

c) Mengetahui hukum-hukum menyangkut zakat.

d) Mampu melaksanakan tugas-tugas yang diembankan kepadanya.19

4) Kepengawasan Zakat

Pengawasan atau evaluasi (control) adalah proses mengevaluasi kegiatan-

kegiatan untuk menjamin kegiatan tersebut terlaksana sebagaimana

telah direncanakan dan proses mengkoreksi setiap penyimpangan yang

penting. Pengawasan terhadap pengelolaan zakat, infak dan sedekah

dalam (BAZNAS) dilaksanakan secara preventif dan represif.

Pengawasan bersifat preventif dalam pengelolaan zakat, infak dan

sedekah ditujukan untuk pemeliharaan tertib administrasi (bentuk

laporan, formulir, bukti setoran, kartu kendali, pembukuan dan lain-

lain) dan keuangan baik dari segi prosedural maupun prosedur

18
Raden Intan, Pengelolaan Zakat Maal Bagian Fakir Miskin, Lampung, 1990, h. 96.
19
AIN Raden Intan, Pengelolaan Zakat, h. 99.
29

operasional dalam pengumpulan dan pendayagunaan zakat,

infak/sedekah. Sedangkan pengawasan bersifat represif, dilakukan

apabila terjadi kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh

pengurus atas dasar pengaduan atau pemeriksaan langsung, temuan ini

ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi.

a) Kriteria Pengawasan Zakat

Kriteria keberhasilan dalam program pengelolaan zakat, infak dan

sedekah dapat digunakan pedoman berupa:20

1) Kriteria pendapat, kriteria ini didasarkan pada bagaimana pendapat

peserta program tentang kegiatan peengelolaan zakat, infak/sedekah

yang dilakukan.

2) Kriteria perilaku, dapat diperoleh dengan menggunakan tes

keterampilan kerja, dalam arti kemampuan sebelum program zakat,

infak/sedekah berjalan dan setelah program berjalan.

3) Kriteria hasil, kriteria hasil dapat dihubungkan dengan hasil-hasil yang

diperoleh dari program pengembangan baik kualitas maupun kuantitas

(berdasarkan standar-standar yang ada).

b) Proses Pengawasan Zakat

Proses pengawasan sedikitnya mencakup tiga kriteria yang tidak

terpisah, yaitu mengukur kinerja sebenarnya, membandingkan kinerja,

dan tindakan manajerial.21

20
Ibid., h. 34.
21
Ibid., h. 35.
30

3. Pengertian Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti yaitu

seperti al-barakatu “Keberkahan”, al-nama “Pertumbuhan dan Perkembangan”,

ath-thaharatu “Kesucian” dan ash-shalahu “Keberesan”. Sedangkan dalam

menurut istilah zakat adalah bagian dari harta dengan ketentuan tertentu yang Allah

SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak

menerimanya.22

Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh,

dan berkembang dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk

beroleh berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan.23

Sedangkan menurut istilah “zaka” adalah sebagai bagian dari harta dengan

persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya (muzakki),

untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik) dengan persyaratan

tertentu pula. Zakat merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah, artinya ibadah di

bidang harta yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun

masyarakat. Karena itu, di dalam Al-Qur’an dan Hadis banyak perintah untuk

berzakat, sekaligus pujian bagi yang melakukannya.24

Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Zakat Nafs, Zakat yang sering disebut juga dengan Zakatul Fitrah, zakat

yang dikeluarkan selama setahun sekali dalam pada saat saat bulan

ramadhan dan dikumpulkan sebelum sholat idul fitri dilakukan.

22
Hafidhuddin, D. Zakat dalam Perekonomian Modern. (Jakarta, 2002 : Gema Insani Press),
h. 54.
23
Sayid, S. Fiqih Sunnah. (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 67.
24
Ibid., 130.
31

b. Zakat Mal (Harta), mal menurut bahasa berarti kecenderungan atau segala

sesuatu yang diinginkan sekali (dalam bentuk benda atau barang) oleh

manusia untuk dimiliki dan disimpan. Sedangkan menurut syara’, mall

adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki atau dapat dikuasai dan dapat

dimanfaatkan.25

4. Pengertian Infak

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk

kepentingan sesuatu. Menurut syara’, infak berarti mengeluarkan sebagian dari

harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan

ajaran Islam. zakat ada nisbah atau batasan seseorang wajib mengeluarkan zakat

sedangkan infak tidak ada nishab. Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang

beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik lapang maupun

sempit. Zakat diperuntukkan bagi 8 golongan, sedangkan infak tidak ada ketentuan

pasti penerimanya.26

5. Pengertian Sedekah

Sedekah berasal dari shadaqah yang berarti benar. Menurut syara’ pengertian

shadaqah sama dengan pengertian infak, termasuk hukum dan ketentuan-

ketentuannya. Bedanya infak berkaitan dengan materi sedangkan sedekah memiliki

arti lebih luas menyangkut juga hal yang bersifat non material.

25
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Pedoman Zakat. (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 1999), h. 98.
26
Najmuddin, Z. E. Studi Islam 2. (Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar,
2006), h. 87.
32

6. Perspektif Maqāsid Al-Syarῑ’ah

Kalimat Maqāsid al-Syarῑ'ah ‫ مقاصد الشريعة‬merupakan susunan jumlah

idhā'fiȳah yang terdiri dari dua kata yaitu kata Maqāsid dan Syarῑ'ah. Secara

etimologi, kata Maqāsid adalah bentuk plural (jama') dari kata maqshad, shighah

mashdar mimiy yang diambil dari kata al-qashd ‫القصد‬, diantaranya dapat bermakna

berniat, bermaksud, berkeinginan, menghendaki, sasaran atau tujuan dan dapat juga

bermakna seimbang atau pertengahan dan tidak melampaui batas atau dapat juga

bermakna konsisten.

Dalam Al-Qur'an kata syarῑ'ah dengan berbagai macam perubahan katanya

(tashrῑf) terdapat sebanyak lima kata dan secara etimologi mempunyai banyak arti,

diantaranya dapat berarti agama, sunnah, perintah, ajaran, metode, atau jalan.

Secara bahasa, kata syarῑah bermakna "jalan yang lurus" (al-tharῑqah al-

mustaqῑmah).

Secara substansial ulama ushuliȳῑn memahami bahwa Maqāsid al-Syarῑ'ah

itu adalah berkaitan pada semua pemanfaatan nilai kemashlahatan (kebaikan) dan

antisipasi nilai kemafsadatan (kerusakan) yang meliputi segala sesuatu, yaitu

tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan oleh syarī'at Islam sebagai alasan

diturunkannya, demi kemaslahatan hamba-hamba Allah SWT.

Secara etimologi, ‫ مقاصد الشريعة‬maqashid al-syariah merupakan istilah

gabungan dari dua kata: ‫ مقاصد‬maqashid dan ‫ الشريعة‬al-syariah. Maqashid adalah

bentuk dari ‫ مقصد‬maqshud, ‫ قصد‬qashd ‫ مقصد‬maqshid atau ‫ قصود‬qushud yang

merupakan asal kata dari kata kerja ‫يقصد‬-‫ قصد‬qashada yaqshudu. Sementara syariah,

secara etimologi bermakna jalan menuju mata air, jalan menuju mata air dalam kata
33

lain dikatakan sebagai jalan ke arah hal utama dalam kehidupan. Syariah secara

terminologi adalah al-nushush al-muqaddasah (teks-teks suci) dari al-Quran dan

al-Sunnah yang mutawatir yang sama sekali belum dicampuri oleh pemikiran

manusia.27

Muatan syariah dalam arti ini mencakup aqidah, amaliyyah, dan khuluqiyyah.

Secara terminologi, maqashid syari’ah dapat diartikan sebagai tujuan syariah bagi

sebagian ulama, maqashid juga bisa diartikan sebagai “Mashlahah” maqashid

menjelaskan hikmah di balik aturan syariat Islam.28 Maqashid al-syari’ah juga

merupakan sejumlah tujuan yang baik yang diusahakan oleh syariah Islam dengan

memperbolehkan atau melarang atau lain hal.29

Sedangkan menurut Al-Ghazali menyatakan bahwa kesejahteraan dalam

pandangan Islam adalah tercapainya maşlahah umat melalui tujuan syariah yang

sering disebut sebagai maqaşid syariah, yakni berupa tercapainya pelindungan

terhadap agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal.

Ibnu Asyur mendefinisikan maqasid al-syari’ah Makna-makna dan hikmah-

hikmah yang diperhatikan dan dipelihara oleh syari'at dalam setiap bentuk

penentuan hukumnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada jenis-jenis hukum tertentu

sehingga syari'ah yang terkandung dalam hukum serta masuk pula di dalamnya

27
Mawardi, A. I. Fiqih Minorotas Fiqih Aqaliat dan Evolusi Maqasid As-Syariah Dari
Konsep Ke Pendekatan. (Yogyakarta: LKiS, 2010), h. 99.
28
Al-Syatiby, al-Muāfaqat fi Ushūl al-Syarῑ’ah, (Kairo: Mustafa Muhammad, t.th.), h. 140.
29
Pusparini, D. M. Konsep Kesejahteraan Dalam Ekonomi Islam Perspektif Maqasid Al-
Syari’ah. (Islamic Economic Jurnal, 2015), h. 51.
34

makna-makna hukum yang tidak diperhatikan secara keseluruhan tetapi dijaga

dalam banyak bentuk hukum.30

Maqasid syariah ialah beban-beban syari'at kembali pada penjagaan tujuan-

tujuannya pada makhluk. Maqasid ini tidak lebih dari tiga macam dharuriyyat

(kepentingan pokok), hajiyat (kepentingan sekunder) dan tahsiniyyat (kepentingan

tersier). Syatibi menyatakan lebih lanjut bahwa Allah sebagai syari' memiliki tujuan

dalam setiap penentuan hukumnya, yaitu untuk kemaslahatan hidup setiap orang di

dunia dan akhirat.31

Teori Maqasid al-Syariah Secara umum maqashid Syariah membahas sebuah

hukum dalam suatu permasalahan dengan tujuan kemaslahatan secara individu

maupun kelompok, dimana kemaslahatan dalam Islam yaitu memelihara tujuan

syara dan meraih manfaat atau menghindari kemudharatan. Maqashid al-Syari’ah

adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang dimaksudkan oleh Allah

dalam setiap hukum dari keseluruhan hukumnya. Inti dari tujuan syariah adalah

merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dan menghilangkan kemudaratan,

sedangkan mabadi (pokok dasar) yakni memperhatikan nilai-nilai dasar islam.

Menurut Imam Al-Ghazali kemaslahatan inti atau pokok mencakup lima

hal :

a. Menjaga agama hifdz ad-Din, diwajibkannya berperang dan berjihat jika

ditunjukan untuk para musuh atau tujuan senada.

30
Asyur, T. b. Maqashid al-syari’ah al-Islamiah. (Yordania: Dar al Nafais, 2001).
31
Ibid., h. 142.
35

b. Menjaga jiwa yaitu hifdz an-Nafs, diwajibkan hukum qishash diantaranya

dengan menjaga kemuliaan dan kebebasannya.

c. Menjaga akal yaitu hifdz al-aql, diharamkan semua benda yang

memabukan atau narkotika dan sejenisnya.

d. Menjaga harta yaitu hifdz al-Mal, pemotongan tangan untuk para pencuri,

illat diharamkannya riba dan suap menyuap, atau memakan harta orng lain

dengan cara bathil yang lain.

e. Menjaga keturunan yaitu hifdz an-Nasl, diharamkannya zina dan menuduh

orang berbuat zina.32

Maqashid al-Syariah atau mashlahat dharuriyyah merupakan sesuatu yang

penting demi terwujudnya kemaslahatan agama dan dunia. Apabila hal tersebut

tidak terwujud maka akan menimbulkan kerusakan, maqashid al-syariah atau

mashlahat yaitu menjaga agama (hifdz ad-din) menjaga jiwa (hifdz an-nafs),

Menjaga akal (hifdz al-aql), menjaga keturunan (hifdz an-nasl) dan harta benda

(maal). Tujuan utama syariah adalah mendorong kesejahteraan manusia, yang

terletak dalam perlindungan terhadap agama mereka, diri, akal, keturunan, harta

benda, apa saja yang menjamin terlindungnya lima perkara ini berarti melindungi

kepentingan umum yang dikehendaki.33

As-Syaitibi juga menjelaskan bahwa tujuan akhir hukum tersebut adalah satu,

yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. As-syaitibi

menerangkan dua tinjauan maqashid al-syariah. Pertama, berdasar pada tujuan

32
Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, al-Mustashfa min ‘Ilm al-
Ushul, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 17.
33
Ibid., h. 145.
36

Tuhan selaku pembuat syariat. Kedua, berdasar pada tujuan manusia yang dibebani

syariat, menurut beliau pula Allah menurunkan syariat (aturan hukum) tiada lain

selain untuk mengambil kemaslahatan dan menghindari kemudharatan, beliau

membagi maslahat kepada tiga bagian penting yaitu dharuriyyat (primer), hajiyyat

(skunder) dan tahsinat (tersier).

a. Tingkat pertama, Maqasid atau Maslahat Dharuriyyat adalah kebutuhan

primer dimana kebutuhan ini wajib ada untuk mencapai kemaslahatan jika

kebutuhan ini tidak terpenuhi makan akan terjadi kerusakan pada setiap

manusia, As-Syatibi membagi maslahat daruriyyat ini menjadi lima

batasan, dimana lima hal batasan tersebut yaitu :

1) Perlindungan terhadap agama atau hifdzu ad-diin perlindungan agama

atau memelihara agama dalam peringkat dharuriyat.

2) Perlindungan terhadap jiwa atau hifdzu an-nafs perlindungan jiwa pada

dalam dharuriyat.

3) Perlindungan terhadap akal atau hifdzu al-‘aql. Memelihara akan pada

peringkat dharuriyat.

4) Perlindungan terhadap keturunan atau hifdzu an-nasl. Memelihara

keturunan pada peringkat dharuriyat.

5) Perlindungan terhadap harta atau hifdzu al-maal Memelihara harta pada

peringkat dharuriyat.

b. Tingkat kedua, maqasid hajiyyat yaitu kebutuhan sekunder dimana

kebutuhan ini tidak terlalu penting karena jika tidak terpenuhi tidak akan
37

terjadi kerusakan, contoh dalam ekonomi seperti akad muamalah yang

bertujuan untuk memudahkan kehidupan dan minghilangkan kesulitan.

c. Tingkat ketiga, maqasid tahsinat ialah tingkat kebutuhan yang apabila

tidak terpenuhi tidak mengancam salah satu dari lima pokok di atas dan

tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa

kebutuhan pelengkap, hal hal yang merupakan tuntutan moral dan

akhlak.34

Konsep sistem pendistribusian kekayaan telah ada sejak diturunkannya

hukum syariat atas perintah berbagi, saling tolong menolong, berinfak, instrumen

utama distribusi kekayaan dalam Islam sudah seharusnya mempunyai peran sebagai

perlindungan terhadap tujuan syariah, yakni perlindungan terhadap agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta. Maka dalam penelitian ini penulis menetapkan beberapa

indikator sebagai bahan acuan pengukuran sejauh mana pencapaian nilai maqaşid

syariah yang telah dicapai oleh para penerima program ialah :

a. Perlindungan terhadap Agama, Hifdzu Ad-Diin salah satu kebutuhan

dharuriyat yang harus mendapatkan perlindungan ialah perlindungan

terhadap agama. Dalam penelitian ini indikator perlindungan terhadap

agama yang dilakukan pada para mustahik akan ditinjau dari segi agama

secara umum, seperti perubahan dalam beragama setelah penerimaan

program serta penunaian kewajiban menuntut ilmu Agama, sehingga

dengan demikian dapat diketahui nilai pencapaian maqaşid syariah yang

diperoleh oleh para penerima program.

34
Ibid., h. 155.
38

b. Perlindungan terhadap Jiwa, Hifdzu An-Nafs Islam memberikan konsep

adanya an-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa yang tenang

tentu saja tidak berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari

kehidupan, melainkan jiwa yang memiliki keyakinan erat atas aktivitas

duniawi dengan keimanan. Sehingga pada dimensi ketenangan jiwa

tersebut akan diukur melalui indikator dalam menjaga dan melindungi

martabat kemanusiaan serta menjaga dan melindungi hak-hak manusia.

c. Perlindungan terhadap Akal, Hifdzu Al-Aql dimensi akal dalam penelitian

ini diturunkan melalui pengetahuan atau wawasan mustahik baik

mengenai keagamaan maupun pengetahuan umum lainnya seperti ditinjau

dari segi mengutamakan upaya dalam mencari ilmu pengetahuan,

menekan pola pikir yang mendahulukan kriminalitas kerumunan

gerombolan, menghindari upaya-upaya untuk meremehkan kerja otak.

d. Perlindungan terhadap Keturunan, Hifdzu An-Nasl dalam perlindungan

terhadap keturunan peneliti menekankan pada aspek keluarga yaitu

pemenuhan kebutuhan dalam segi keturunan yang berorientasi kepada

perlindungan keluarga serta kepedulian yang lebih terhadap institusi

Keluarga.

e. Perlindungan terhadap Harta, Hifdzu Al-Maal menurut Monzer Kahf, harta

dalam konsep Islam merupakan amanah dari Allah ta’ala dan sebagai alat

bagi individu untuk mencapai keberhasilan di hari akhirat nanti. Oleh

karena itu dalam penelitian ini, dimensi perlindungan terhadap harta yang

penulis angkat adalah mengenai konsepsi pengutamaan kepedulian sosial,


39

menaruh perhatian pada pembangunan dan pengembangan ekonomi,

mendorong kesejahteraan manusia, menghilangkan jurang antara miskin

dan kaya.

Ada perbedaan paradigma pemikiran klasik dengan pemikir-pemikir

kontemporer, perubahan paradigma dan teori Maqasid lama ke teori Maqasid baru

terletak pada titik tekan keduanya. Titik tekan Maqasid lama lebih pada protection

(perlindungan) dan preservation (penjagaan, pelestarian) sedang teori Maqasid baru

lebih menekankan pada development (pembangunan, pengembangan) dan right

(hak-hak).

a. Landasan Maqāsid Al-Syarῑ’ah

Setiap proses pembentukan hukum (al-Tashrῑ' fῑl Islam) memiliki tujuan yang

mesti direalisasikan oleh hamba Allah dalam kehidupan ini. Allah SWT

menciptakan alam semesta ini bukan tidak mempunyai tujuan, akan tetapi

mempunyai maksud dan tujuan yang mengandung hikmah, baik yang dapat secara

mudah diketahui karena disebutkan secara jelas dalam nash, maupun yang hanya

dapat diketahui melalui analisa dan pemikiran para mujtahid.

b. Tujuan Maqāsid Al-Syarῑ’ah

Bahwa dalam aplikasinya al-Qawā'id al-Khamsah sebagai sebuah solusi

hukum yang menunjukkan adanya relevansi yang sangat menonjol serta senantiasa

dijadikan dasar dan sandaran setiap Fuqaha' dalam memberikan interpretasi hukum

dan solusi terhadap berbagai masalah hukum Islam sejak zaman dahulu sampai saat

ini.35 Oleh sebab itu, setiap perkara tergantung kepada maksudnya yakni; keyakinan

35
Ibid., h. 150.
40

tidak dapat dihilangkan oleh keraguan, kesulitan mendatangkan kemudahan,

kemudharatan harus dihilangkan, dan adat kebiasaan dapat digunakan sebagai

hukum.36

Dalam rangka mewujudkan kemashlahatan dunia dan akhirat itulah, maka

para Ulama ushul fiqh merumuskan tujuan hukum Islam tersebut kedalam lima misi

yang wajib dipelihara untuk melestarikan dan menjamin terwujudnya

kemashlahatan. Kelima misi (Maqāsid al-Syarī’ah atau Maqāsid al-Khamsah)

dimaksud adalah memelihara Agama ‫حفظ الدين‬, jiwa ‫حفظ النفس‬, akal ‫حفظ العقل‬,

keturunan ‫حفظ النسل‬, dan harta ‫حفظ المال‬.37

Pada hakikatnya zakat, infak dan sedekah (ZIS) memang diperuntukkan bagi

orang-orang yang kurang mampu (fakir miskin), kewajiban si kaya untuk

memperhatikan si miskin, dan sebaliknya, hak si miskin atas harta yang dimiliki

oleh si kaya. Sehingga penunaian zakat, infak dan sedekah (ZIS) selain untuk

mensucikan harta kekayaan dan jiwanya, dan agar tidak hanya dimiliki oleh si kaya

saja, muzakki; penunaian zakat harus membawa kemaslahatan bagi kaum "miskin

papa" mustahiq dan menjadikannya sejahtera, tidak berada dalam kekurangan.

Kewajiban zakat merupakan suatu kewajiban yang tidak hanya

berhubungan dengan amal ibadah mahdhah saja, melainkan merupakan amal sosial

yang berkaitan dengan masyarakat luas, sehingga dalam hal ini ada dua kewajiban

yaitu kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia. Zakat bukan tujuan,

tetapi zakat merupakan alat untuk mencapai tujuan mewujudkan keadilan sosial

36
Ibid., h. 20.
37
Fathurrahman Djamil, "Filsafat Hukum Islam menurut ", jilid II, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997), h. 128-131.
41

dalam upaya mengentaskan kemiskinan38 dalam memberi jaminan sosial yang telah

ditampilkan Islam.

Islam tidak menghendaki adanya masyarakat yang terlantar, tidak memiliki

makanan, pakaian dan rumah bagi keluarganya. Seorang muslim memang dituntut

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan berusaha dan bekerja

keras, akan tetapi jika tidak mampu, maka masyarakatlah yang membantu dan

mencukupinya. Tidak boleh dibiarkan begitu saja, dalam keadaan kelaparan,

telanjang dan menggelandang tanpa tempat tinggal. Sebagaimana uraian singkat di

atas, semestinya menjadi rujukan bagi umat Islam, secara khusus para pengelola zakat

(formal dan informal), bahwa ending dari penunaian zakat itu adalah kesejahteraan,

kemakmuran, dan kemaslahatan, baik zakat mal (harta benda) maupun zakat fitrah

(jiwa).39 Akan tetapi pada kenyataannya, bila kita mencermati kondisi bangsa ini,

ternyata masih jauh dari tujuan-tujuan penunaian zakat.

Dalam kaitannya dengan pengelolaan zakat perlu dilakukan upaya-upaya

secara produktif, aktif, kreatif dalam perspektif maqāsid al-syarῑ'ah yang

merupakan kebijakan yang tidak bisa dielakkan demi kemaslahatan umat,

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat fakir miskin, dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan disyari'atkannya zakat serta mewujudkan keadilan sosial dalam upaya

mengetaskan kemiskinan.40 Bahwa pendayagunaan dana zakat, infak dan sedekah

(ZIS) dalam berbagai bentuk inovasi distribusi dikategorikan sebagai berikut :

38
Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 173.
39
Kutbuddin Aibak, "Akuntansi dan Manajemen Zakat, Mengkomunikasikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan, menurut Mufraini, M. Arief", (Jakarta: Kencana, 2006), h. 153-154.
40
Ibid., h.173.
42

1) Pola distribusi bersifat konsumtif tradisional, yaitu zakat, infak dan

sedekah (ZIS) dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara

langsung yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari atau zakat mall yang dibagikan kepada para

korban bencana alam.

2) Pola distribusi bersifat konsumtif kreatif, yaitu zakat, infak dan sedekah

(ZIS) diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, yaitu

dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.

3) Pola distribusi bersifat produktif tradisional yaitu zakat, infak dan

sedekah (ZIS) diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif

seperti kambing, sapi, alat cukur dan sebagainya.

4) Pola distribusi dalam bentuk produktif kreatif yaitu zakat, infak dan

sedekah (ZIS) diwujudkan dalam bentuk permodalan.41

Bahwa sebenarnya hukum-hukum itu tidaklah dibuat untuk hukum itu sendiri,

melainkan dibuat untuk tujuan lain yaitu kemashlahatan dan secara hakiki tujuan

hukum Islam itu adalah kemashlahatan; tak satupun hukum yang disyari’atkan

oleh Allah baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun as-Sunnah, melainkan

didalamnya terdapat kemashlahatan. Lebih dari itu, melalui analisis maqāsid al-

syarī’ah, kemashlahatan itu tidak hanya dilihat dalam arti teknis saja, akan tetapi

dalam upaya dinamika dan pengembangan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah

terhadap manusia sebagai sesuatu yang mengandung nilai filosofis.42

41
Ibid., h. 153-154.
42
Muhammad Abu Zahrah, "Ushul al-Fiqh", (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabiy, 1958), h. 289-
290.
43

C. Kerangka Pikir

Kerangka Pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Komponen-komponen input analisis mencakup latar belakang masalah

analisis Manajemen Bantuan Zakat Infak Sedekah (ZIS) Dalam Perspektif

Maqāsid Al-Syarῑ’ah (BAZNAS Kota Makassar) yang diperoleh berdasarkan

Teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Dari input analisis yang demikian itu dilakukan Process Analysis berupa

teknik pemecahan masalah dengan menggunakan metode analisis kuantitatif

untuk mengukur atau menganalisis teori yang berkaitan dengan Manajemen

bantuan ZIS dan Maqāsid al-Syarῑ'ah. Output analisis adalah pokok-pokok

kesimpulan dan saran yang akan dijadikan rujukan untuk memperoleh solusi.

3. Outcomes Analysis atau solusi atau hasil penelitian yang disusun berdasarkan

kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pembahasan hasil penelitian yang

akan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Kerangka pemikiran

dari penelitian ini, ditunjukkan seperti pada gambar berikut ini.


44

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan, baik tempat maupun sumber data, maka

penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk memahami,

menyelidiki dan mengungkapkan serta memaparkan data secara alami sesuai

dengan apa yang terjadi di lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif karena dalam penelitian ini hanya ingin mendeskripsikan segala sesuatu

gejala, peristiwa dan kejadian yang menjadi fokus penelitian dengan memotret

peristiwa dan kejadian untuk dipaparkan sebagaimana mestinya.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive

dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi.1

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 14-15.

45
46

dan perilaku yang diamati, dengan wawancara, observasi ke lapangan dan analisis

dari bahan-bahan tertulis.2

Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan (paradigma) kualitatif

dengan tetap memakai data kuantitatif (paradigma kuantitatif) sebagai data

pelengkap. Metode tersebut digabungkan untuk mendeskripsikan semua fakta

yang terkait dengan Manajemen Bantuan Zakat, Infak dan Sedekah pada

BAZNAS Kota Makassar Berdasarkan Perspektif Maqasid Al-Syari’ah.

B. Subjek Penelitian

1. Ketua BAZNAS Kota Makassar.

2. Sekretaris dan Bendahara BAZNAS Kota Makassar.

3. Tiga Orang Pengelola Distribusi ZIS BAZNAS Kota Makassar.

4. Lima Orang Penerima Bantuan ZIS BAZNAS Kota Makassar.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini pada BAZNAS Kota Makassar yaitu di Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan (Studi di Jalan Teduh Bersinar No. 5, Rappocini, Gn.

Sari, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan - 90221).

D. Waktu Penelitian

Rencana kegiatan penelitian ini dijadwalkan selama 3-6 bulan lebih dengan

tahapan penelitian telah ditentukan pada setiap bulannya. Penelitian ini dilakukan

Awal September 2021 sampai dengan akhir April 2022, secara rinci dapat dilihat

pada tabel 3.1.

2
Ibid., h. 37.
47

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian.


Bulan
Kegiatan

Nov Des Januari Februari Maret April


2021 2021 2022 2022 2022 2022

Studi Literatur
& Pengambilan
Data

Analisa

Manajemen Bantuan ZIS


BAZNAS Kota Makassar
Validasi Hasil

Penulisan Laporan

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Teknik wawancara dilakukan dengan cara mendatangi secara

langsung informan untuk dimintai keterangan mengenai sesuatu yang

diketahuinya, juga untuk membuktikan bahwa penelitian ini memang

dibutuhkan oleh BAZNAS Kota Makassar.

2. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala

yang diteliti untuk mendapatkan data dan informasi, melalui hasil kerja

pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya dengan

mengadakan pengamatan langsung ke lembaga terkait, yaitu Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS). Guna memperoleh gambaran dan informasi

yang memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam pengelolaan zakat.


48

3. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen.3

4. Teknik Analisis Data yaitu dilakukan dalam rangka mendeskripsikan atau

membahas hasil penelitian, serta mengolah data dan menyajikan dalam

bentuk yang sistematis, teratur serta terstruktur serta mempunyai makna

yang diklarifikasikan dalam beberapa langkah yaitu:

a. Reduksi Data

Proses pemilahan, pemusatan perhatian dan transformasi data yang

berkaitan dengan pokok permasalahan tersebut.

b. Penyajian Data

Menampilkan data dengan cara menganalisis data-data atau informasi

yang telah dikumpulkan yang mengacu pada fokus penelitian.

c. Pengambilan Kesimpulan

Mencari simpulan atas data yang akan diungkap mengenai makna dari

data yang dikumpulkan.

d. Pengecekan Ulang

Mencocokkan kembali benar tidaknya perhitungan, daftar angka, berita,

maupun data ataupun hasil wawancara dari proses penelitian.4

Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen penelitian yang digunakan

yaitu:

1. Pedoman wawancara, berfungsi sebagai alat pengarah dalam

mengumpulkan data dari informan pada saat dilakukan wawancara.


3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rusdakarya,
2006), h. 157.
4
Ibid., h. 157.
49

2. Handphone, penggunaan alat komunikasi berupa handphone yang memiliki

spesifikasi dan fitur yang dapat membantu dalam penelitian ini, utamanya

aplikasi kamera video, kamera foto dan juga recorder suara.5

3. Alat Tulis dalam sebuah penelitian sangat diperlukan dalam proses

penelitian, hal ini guna mempermudah dalam proses pengumpulan data

sementara dalam bentuk tulisan untuk selanjutnya diolah.

5
Ibid., h. 103.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Latar Belakang BAZNAS Kota Makassar

Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi BAZNAS Kota Makassar sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan BAZNAS No. 23 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota, disebutkan bahwa

BAZNAS Kabupaten/Kota mempunyai kedudukan sebagai lembaga pemerintah

non struktural yang bersifat mandiri, dengan tugas melaksanakan pengelolaan

zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya pada tingkat

Kabupaten/Kota dengan cara mengumpulkan, mendistribusikan dan

mendayagunakan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya.1

Dalam perkembangannya lembaga pengelolaan zakat pada awalnya hanya

diatur oleh Keputusan Presiden Nomor 07/POIN/10/1968 Tanggal 31 Oktober 1968

tentang Pengelolaan Zakat Nasional. Lembaga pengelola zakat saat itu hanya

dilakukan terbatas di beberapa daerah saja seperti BAZ1S OKI (1968), BAZ1S

Kaltim (1972), BAZIS Jawa Barat (1974) dan beberapa BUMN mendirikan

lembaga zakat seperti BAMUISBNI (1968).

Lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat merupakan

langkah awal pengelolaan zakat yang berlaku secara Nasional. Sebagai

implementasi UU No. 38 Tahun 1999 dibentuklah Badan Amil Zakat Nasional

1
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 3.

50
51

(BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 8 Tahun

2001. Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas dan fungsi BAZNAS yaitu

untuk melakukan penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Dalam UU tersebut

diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ)

yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh

masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. Adapun BAZ terdiri dari BAZ pusat,

BAZ Provinsi, BAZ Kota, BAZ Kecamatan. Terbentuknya lembaga zakat yang

berbadan hukum dan didukung dengan sosialisasi zakat yang dilakukan oleh

lembaga zakat di berbagai media berdampak pada peningkatan kesadaran

masyarakat untuk berzakat melalui amil zakat.2

Sejak Tahun 2002 total dana zakat yang berhasil dihimpun BAZNAS dan

LAZ mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Selain itu, pendayagunaan zakat

juga semakin bertambah luas dan bahkan menjangkau sampai ke pelosok-pelosok

negeri. Pendayagunaan zakat mulai dilaksanakan pada lima program yaitu

kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah. Pada tanggal 27

Oktober 2011, DPR Rl menyetujui UU pengelolaan zakat pengganti UU No. 38

Tahun 1999 yang kemudian diundangkan sebagai UU No. 23 Tahun 2011 pada

tanggal 25 November 2011.

UU ini menetapkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan untuk

meningkatkan manfaat zakat mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, UU mengatur

2
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 4-5.
52

bahwa kelembagaan pengelola zakat harus terintegrasi dengan BAZNAS sebagai

koordinator seluruh pengelola zakat, baik BAZNAS daerah maupun LAZ.

Masyarakat Sulawesi Selatan yang mayoritas umat islam memiliki potensi

zakat (mall, fitrah, pertanian, dan lain-lain) yang sangat besar. Namun, potensi ini

belum dimanfaatkan karena dikelola secara individual. Kalaupun sudah ada badan

pengelolanya, namun belum maksimal dan transparan. Akibatnya, terjadi krisis

kepercayaan masyarakat terhadap badan pengelola zakat, sehingga masyarakat

masih mendistribusikan zakat mereka sendiri. Melihat kondisi demikian, maka

pemerintah mengeluarkan UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan

secara operasional dikeluarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.

373 Tahun 2003 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji

No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Pemerintah

daerah Sulawesi Selatan menindaklanjuti keputusan tersebut dengan mengeluarkan

surat keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 420/VI/2001 Tanggal 25 Juni 2001

tentang pengangkatan pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Sulawesi

Selatan yang dikukuhkan pada tanggal 04 September 2001. Dan pada Tanggal 29

Januari 2007 bertepatan dengan 10 Muharam, Bapak Gubernur Sulawesi Selatan

mencanangkan Hari Sadar Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf. Badan Amil Zakat

adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur

masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan

mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan Agama. Lembaga amil zakat

adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa

masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan,


53

sosial dan kemaslahatan umat Islam. Unit pengumpulan zakat adalah satuan

organisasi yang dibentuk oleh badan amil zakat untuk melayani muzakki, yang

berada pada Desa/Kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam

Negeri maupun luar Negeri.

Pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan pemerintah di daerah provinsi

oleh Gubernur atas usul Kepala Wilayah Departemen Agama Provinsi atas

permohonan Lembaga Amil Zakat setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Berbadan hukum.

b) Memiliki data muzakki dan mustahiq.

c) Memiliki program kerja

d) Memiliki pembukuan.

e) Melampirkan surat persyaratan bersedia diaudit.

Pengukuhan dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian

persyaratan. Proses pengukuhan dapat pula dibatalkan apabila tidak lagi memenuhi

persyaratan-persyaratan tersebut. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kota

Makassar mulai menjalankan fungsi dan tugasnya pada Tahun 2001. Sekretariat

Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) kota Makassar yang terletak di jalan Teduh

Bersinar No. 5 Rappocini GN. Sari Makassar, terdiri atas satu bagunan yang terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu kantor, sekolah, dan rumah bersalin.

2. Tugas dan Fungsi BAZNAS Kota Makassar

a. Tugas BAZNAS

BAZNAS Kota Makassar sebagai lembaga pengelola zakat mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan zakat dengan cara mengumpulkan, mendistribusikan


54

dan mendayagunakan zakat di Kota Makassar, termasuk infak, sedekah dan dana

sosial keagamaan lainnya. Sesuai dengan BAB III Pasal 28 Peraturan BAZNAS

Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota disebutkan bahwa

tugas BAZNAS adalah melaksanakan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana

sosial keagamaan lainnya.3

b. Fungsi BAZNAS

Untuk menjalankan tugas tersebut sebagaimana dimaksud Pasal 28, dalam

pasal 29 Peraturan BAZNAS Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS

Kabupaten/Kota mempunyai fungsi :

1) Perencanaan pengumpulan, pendistrubusian dan pendayagunaan zakat

2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat

3) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan pendayaagunaan zakat

4) Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelolaan zakat

5) Pemberian rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan

LAZ.

2. Struktur Organisasi

BAZNAS Kota Makassar dipimpin oleh seorang Ketua dan tiga orang Wakil

Ketua, dimana masing-masing wakil ketua membawahi bidang dan bagian adapun

struktur organisasi BAZNAS Kota Makassar Periode Tahun 2021-2026 :

3
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021, h. 8.
55

Ketua : H. M. Ashar Tamanggong. S.Ag., M.Pd

Wakil Ketua I : Ahmad Taslim, S.Ag., M.Si

Wakil Ketua II : H. Abd. Jurlan, M.Pd.I

Wakil Ketua III : Dr. Waspada Santing, M.Sos.I. M.Hi

Audit Internal : Hj. Darmawati, SE., MM

Kabid. Pengumpulan : H. Arifuddin, S.Hi., S.Sos.L

Kabid. Pendistribusian dan Pendayagunaan : Achmad Gunawan, SE

Kabag. Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan : Nabil Salim, Se.I

Kabag. Administrasi, Sdm dan Umum : Badal Awan, S.Pd

3. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar

a. Visi BAZNAS

"Menjadikan BAZNAS terpercaya, terdepan dan bermartabat"

b. Misi BAZNAS

1) Pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan zakat.

2) Membudayakan berzakat sebagai gaya hidup

3) Menyukseskan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk

pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

mengurai kesenjangan sossial.

4) Menggerakkan dakwah Islam melalui sinergi umat untuk kebangkitan

zakat di Kota Makassar.

b. Menigkatkan managemen pengelolaan zakat dengan menerapkan sistem

manajemen berbasis teknologi informasi yang transparan dan akuntabel.


56

4. Maksud dan Tujuan BAZNAS Kota Makassar

Jika merujuk kepada UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,

maka sistem pengelolaan zakat yang diharapkan adalah sistem yang terintegrasi,

kokoh dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan dinamika tantangan

zaman. Sebagaimana telah diungkap dalam buku Fikih Zakat Indonesia,

gambaran komprehensif sistem pengelolaan zakat nasional berdasarkan UU No.

23 Tahun 2011. UU No. 23 Tahun 2011 menetapkan bahwa pengelolaan zakat

bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

a. Pengelolaan zakat terkait dengan pengumpulan dan penyaluran zakat yang

berhasil dikumpulkan oleh para pengelola zakat harus terus meningkat

hingga mencapai potensi yang ada. Proses sosialisasi dan edukasi kepada

masyarakat tentang zakat dan pembayaran melalui pengelola zakat serta

pelayanan muzakki harus dilakukan terus-menerus, efektif, dan efisien.

Oleh karena itu harus dihindari sosialisasi dan edukasi yang mengarah

kepada promosi kompetisi bisnis antar para pengelola zakat yang

cenderung menimbulkan pertanyaan masyarakat terkait sumber

pendanaannya.

b. Pengelolaan zakat khusus terkait penyaluran zakat. Penyaluran zakat yang

terangkum dalam dua tujuan pengelolaan zakat sekaligus,

menggambarkan bahwa keberhasilan pengelolaan zakat yang paling utama

adalah bagaimana manfaat zakat dapat dirasakan oleh masyarakat banyak,


57

bahwa zakat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan

penanggulangan kemiskinan, bahwa zakat menjadi kontribusi umat Islam

dalam mewujudkan peran Negara dalam mensejahterakan fakir-miskin

dan anak-anak terlantar. Inilah tujuan utama pengelolaan zakat dan inilah

yang harus menjadi kriteria utama dalam mengukur keberhasilan

pengelolaan zakat.

Didahulukannya ayat tentang mustahik zakat/pendistribusian zakat (Q.S.

At-Taubah: 60) baru kemudian ayat tentang pengumpulan zakat (Q.S. At-

Taubah: 103) menggambarkan keberhasilan Amil Zakat bukan sekedar

ditentukan oleh besarnya pengumpulan, tetapi justru oleh

pendistribusiannya dirasakan manfaat sebesar-besarnya oleh mustahik.

UU No. 23 Tahun 2011 juga menjelaskan tujuh asas yang menjadi dasar

pengelolaan zakat nasional. Ketujuh asas tersebut adalah syariat Islam,

amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan

akuntabilitas. Asas adalah pondasi yang akan menentukan kuat-lemahnya,

besar-kecilnya, dan baik-buruknya bangunan di atasnya dan asas

merupakan ruh bagi niat, pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Pemahaman

asas ini akan menentukan visi, misi, budaya, dan strategi para pengelola

zakat.
58

5. Landasan Terbentuknya BAZNAS Kota Makassar

a. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2014 tentang

pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

c. Intruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 tentang

optimalisasi pengumpulan zakat di Kementerian/Lembaga Sekretariat

lembaga Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah

Daerah Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara

Daerah Melalui Badan Amil Zakat Nasional.

d. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 52 Tahun 2014

tentang syarat dan tata cara perhitungan zakat mall dan zakat fitrah serta

pendayagunaan zakat untuk usaha produktif.

e. Peraturan Badan Amil zakat Nasional No. 3 Tahun 2014 tentang

organisasi dan tata kerja Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Badan

Amil Zakat Nasional Propinsi dan Badan Amil Zakat Nasional

Kabupaten/Kota.

f. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional No. 4 Tahun 2014 tentang

pedoman penyusun rencana kerja anggaran tahunan Badan Amill Zakat

Nasional, Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat

Nasional Kabupaten/Kota.

g. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional No. 2 Tahun 2016 tentang

pembentukan Badan Amil Zakat Nasional dan Tata Kerja unit

pengumpulan Zakat.
59

h. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional No. 1 Tahun 2016 tentang

pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran tahunan Badan Amil

Zakat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota.4

Landasan merupakan dasar dalam pembentukan suatu lembaga atau

organisasi, dalam setiap pendirian lembaga harus memiliki alasan dan landasan

yang jelas dan kuat sehingga memiliki daya saing dan dapat dipercaya oleh

masyarakat sehingga lembaga tersebut dapat berkembang dan bermanfaat bagi

masyarakat umum. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong

Tahir S.H, mengatakan bahwa :

“Dasar pemikirannya dari mulai diproses dari lahirnya undang-undang


tersebut dan apa tujuannya dan target yang hendak dicapai tentunya dengan
undang-undang pengelolaan zakat tidak ada hal lain selain untuk
meningkatkan kesejahteraan umat, pengelolaan zakat diharapakan dapat
dikelola dengan baik dengan harapkan mampu mensejahterakan,
mengentaskan kemiskinan masyarakat dan meningkatkan ekonomi umat
islam bisa bangkit dengan mengelola ekonomi umat dari zakatnya. Melihat
daripada perkembangan zakat pada beberapa tahun silam zakat itu tidak
dikelola secara baik oleh pemerintah dan melihat dari pentingnya zakat untuk
membantu mengentaskan kemiskinan dan pengembangan umat islam maka
lahirlah undang-undang yang akan mengelola zakat dan memiliki fungsi
sebagai zakat sebagai salah satu rukun islam. Pembentukan lembaga zakat
juga tidak terlepas dari rukun islam, jadi umat islam bisa bangkit dan
meningkatkan kesejahteraan dan pembinaan masalah keagamaan dengan
mematuhi kewajiban dalam syariat islam dengan berzakat. Lembaga yang
mengelola zakat inipun merupakan badan amil dan amil itu sendiri tercantum
dalam al-Qur’an”

Pembentukan Badan Amil Zakat tidak terlepas dari pada UU No. 38 Tahun

1999 dan juga tidak terlepas dari syariat agama sebagaimana yang tercantum

dalam Al-Qur’an itu sendiri. Pembentukan Badan Amil Zakat ini memiliki cita-

4
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, (Catatan Atas Laporan
Keuangan, per 31 Desember 2020-2021), h. 6.
60

cita tersendiri yaitu untuk menertibkan kewajiban zakat dikalangan masyarakat

karna diharapkan zakat mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Analisa Data Penelitian

1. Aspek Manajemen BAZNAS Kota Makassar

a. Struktur Organisasi dan Uraian Tata Kerja

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi BAZNAS sebagaimana tersebut di atas

sesuai Bab III Pasal 28 Peraturan BAZNAS Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014

tentang Organisasi dan Tata Kerja BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS

Kabupaten/Kota, dipimpin oleh seorang Ketua dan tiga orang wakil ketua yang

mengkoordinir Bidang dan Bagian dengan penjabaran uraian tugas dan fungsi

BAZNAS Kota Makassar sebagai berikut5 :

1) Bidang Pengumpulan

Bidang pengumpulan ZIS dan dana sosial keagamaan lainnya dipimpin oleh

seorang kepala bidang dan dikoordinir oleh wakil ketua I dari salah satu unsur

komisioner yang mempunyai tugas sebagai berikut :

a) Menyusun strategi pengumpulan ZIS dan dana sosial keagamaan

lainnya.

b) Melaksanakan pengelolaan dan pengembangan data muzaki.

c) Melaksanakan kampanye dan sosialisasi tentang urgensi ZIS dan dana

sosial keagamaan lainnya.

d) Melaksanakan dan mengendalikan pengumpulan ZIS dan dana sosial

keagamaan lainnya.

5
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 12.
61

e) Melaksanakan pelayanan dan memberi kemudahan kepada para

muzaki.

f) Melaksanakan evaluasi pengelolaan pengumpulan ZIS dan dana sosial

keagamaan lainnya

g) Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pengumpulan ZIS dan

dana sosial keagamaan lainnya.

h) Melaksanakan penerimaan dan tindak lanjut komplain atas layanan

muzaki.

i) Mengkoordinir pelaksanaan pengumpulan ZIS dan dana sosial

keagamaan lainnya tingkat Kota Makassar.

2) Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan ZIS dan dana sosial

keagamaan lainnya, dipimpin oleh seorang kepala bidang dan dikoordinir

oleh wakil ketua II dari salah satu unsur komisioner yang mempunyai

tugas sebagai berikut :

a) Melayani mustahik sesuai dengan program BAZNAS yang telah

ditetapkan.

b) Melakukan pendataan mustahik.

c) Membuat kajian kelayakan pendistribusian sesuai dengan program.

d) Mengadakan survey (apabila dibutuhkan) terhadap mustahik agar

pendistribusian zakat tepat sasaran.

e) Membuat kalender kegiatan pendistribusian zakat.

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.


62

g) Melaksanakan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS dan dana sosial

keagamaan lainnya sebagai berikut :

1. Makassar Taqwa (Keagamaan)

Bantuan Pembangunan Masjid/Sarana Keagamaan, Pelatihan

Dai/Mubaligh Fakir Miskin, Operasional Dai/Mubaligh, Bantuan

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Kegiatan Keagamaan,

Sertifikasi Wakaf, Sosialisasi Halal, Cetak Jadwal Sholat dan

Puasa, Safari Jumat Keliling, Safari Subuh Keliling Pawai

Ta’aruf, Cetak Buletin, Kalender Baznas, Kegiatan MTQ,

Penggandaan Khutbah Jumat, Manasik Haji, Profil BAZNAS,

Pengadaan Al-Qur’an dan Iqro, Peningkatan Kualitas UPZ.6

2. Makassar Sejahtera (Pengurangan Pengangguran & Pelatihan

Keterampilan, serta Bantuan Dana Bergulir)

Peningkatan skill para Mustahik, Dana Bergulir Pengadaan

Peralatan Produktif, Dana Bergulir Wirausaha Mikro, Dana

Bergulir Modal Usaha Perorangan/Kelompok.

3. Makassar Sehat (Pelayanan Kesehatan Gratis)

Pengobatan Poli Gratis, Ambulance Gratis, Operasi Bibir

Sumbing, Operasi Katarak, Kesehatan Gratis Fakir Miskin,

Sunatan Massal Fakir Miskin.

4. Makassar Cerdas (Pelayanan Pendidikan Gratis)

6
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 15.
63

Bantuan Beasiswa Anak Sekolah dan Mahasiswa (S1 dan S2),

Bantuan Sekolah Madrasah/Ponpes, Bantuan Penghapal Al-

Qur’an (Hafidz), Pelatihan Pengurusan Jenazah Muslim,

Pelatihan Dai/Khotib, Pelatihan Manajemen Pengelolaan Masjid,

Pelatihan Guru TPQ/TPA.

5. Makassar Peduli (Kemanusiaan/Jaminan Sosial Keluarga)

Bantuan Fakir Miskin, Bantuan Sosial Keagamaan, Bantuan

Bedah Rumah Fakir Miskin, Bantuan Musafir, Muallaf, Orang

Yang Dililit Utang (Gharimin) dan Bantuan Bencana Fakir

Miskin.

3) Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan dipimpin oleh seorang

kepala bagian dan dikoordinir oleh wakil ketua III dari salah satu unsur

komisioner yang mempunyai tugas sebagai berikut :

a) Merumuskan dan menyusun Rencana Strategis (RENSTRA).

b) Merumuskan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan

(RKAT).

c) Pelaksanaan Evaluasi Tahunan dan Lima Tahunan rencana Pengelolaan

Zakat, Infak, Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya.

d) Penyusunan Laporan Keuangan dan Laporan Akuntabilitas Kinerja

BAZNAS Kota.

e) Penyiapan Penyusunan Laporan Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan

Dana Sosial Keagamaan Lainnya.

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.


64

4) Bagian Administrasi, SDM dan Umum Bagian Administrasi, dipimpin

oleh seorang kepala bagian yang dikoordinir oleh wakil ketua IV dari salah

satu unsur komisioner yang mempunyai tugas sebagai berikut :

a) Penyusunan Strategi Pengelolaan Amil BAZNAS Kota.

b) Pelaksanaan Perencanaan Amil BAZNAS Kota.

c) Pelaksanaan Rekruitmen Amil BAZNAS Kota.

d) Pelaksanaan Pengembangan Amil BAZNAS Kota.

e) Penyusunan Rencana Strategi Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat BAZNAS Kota.

f) Pemberian Rekomendasi Pembukaan Perwakilan LAZ Berskala

Provinsi di Kota.

g) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

5) Satuan Audit Internal dipimpin oleh seorang auditor dan

bertanggungjawab langsung kepada ketua BAZNAS yang mempunyai

tugas sebagai berikut :

a) Penyiapan Program Audit.

b) Pelaksanaan Audit.

c) Pelaksanaan Audit untuk Tujuan Tertentu atas Pengugasan Ketua

BAZNAS Kota.

d) Penyusunan Laporan Hasil Audit.

e) Penyiapan Pelaksaan Audit yang dilakukan oleh Pihak Eksternal.

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.


65

6) Tata Usaha Pimpinan dipimpin oleh seorang kepala tata usaha yang

bertanggungjawab langsung dengan ketua yang tugas sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum BAZNAS Kota.

b) Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan BAZNAS Kota.

c) Pelaksanaan Sistem Akuntansi BAZNAS Kota.

d) Pengadaan, Pencatatan, Pemeliharaan, Pengendalian dan Pelaporan

Aset BAZNAS Kota.

e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

b. Program Kerja BAZNAS Kota Makassar

Program Kerja BAZNAS Kota Makassar terdiri dari 5 program kerja

utama antara lain :

1) Dakwah dan Advokasi

Bantuan Pembangunan Masjid atau sarana keagamaan dan bantuan

kegiatan keagamaan lainnya

2) Sosial Ekonomi

Peningkatan life skill para mustahik dan bantuan dana bergulir wirausaha

mikro.

3) Sosial Kesehatan

Pengobatan gratis dan sunatan massal.

4) Sosial Pendidikan

Bantuan pendidikan bagi siswa yang kurang mampu dan bantuan Hafidz

Al-Qur’an.

5) Sosial Kemanusiaan
66

Bantuan fakir miskin, sosial keagamaan, musafir, gharimin, bantuan

korban bencana alam dan ambulance gratis.

c. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pengelolaan Zakat Kota

Makassar

Jika merujuk kepada UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,

maka sistem pengelolaan zakat yang diharapkan adalah sistem yang terintegrasi,

kokoh dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan dinamika tantangan

zaman. Sebagaimana telah diungkap dalam buku Fikih Zakat Indonesia, gambaran

komprehensif sistem pengelolaan zakat nasional berdasarkan UU No. 23 Tahun

2011.

UU No. 23 Tahun 2011 menetapkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan (1)

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2)

meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan. Tujuan pertama; pengelolaan zakat terkait dengan

pengumpulan dan penyaluran zakat yang berhasil dikumpulkan oleh para pengelola

zakat harus terus meningkat hingga mencapai potensi yang ada. Proses sosialisasi

dan edukasi kepada masyarakat tentang zakat dan pembayaran melalui pengelola

zakat serta pelayanan muzakki harus dilakukan terus-menerus, efektif, dan efisien.

Oleh karena itu harus dihindari sosialisasi dan edukasi yang mengarah kepada

promosi kompetisi bisnis antar para pengelola zakat yang cenderung menimbulkan

pertanyaan masyarakat terkait sumber pendanaannya.7

7
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 10.
67

Tujuan kedua; pengelolaan zakat khusus terkait penyaluran zakat. Penyaluran

zakat yang terangkum dalam dua tujuan pengelolaan zakat sekaligus,

menggambarkan bahwa keberhasilan pengelolaan zakat yang paling utama adalah

bagaimana manfaat zakat dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, bahwa zakat

berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan, dan

bahwa zakat menjadi kontribusi umat Islam dalam mewujudkan peran Negara

dalam mensejahterakan fakir-miskin dan anak-anak terlantar. Inilah tujuan utama

pengelolaan zakat dan inilah yang harus menjadi kriteria utama dalam mengukur

keberhasilan pengelolaan zakat. 8

Didahulukannya ayat tentang mustahik zakat/pendistribusian zakat (Q.S. At-

Taubah: 60) baru kemudian ayat tentang pengumpulan zakat (Q.S. At-Taubah: 103]

menggambarkan keberhasilan Amil Zakat bukan sekedar ditentukan oleh besarnya

pengumpulan, tetapi justru oleh pendistribusiannya dirasakan manfaat sebesar-

besarnya oleh mustahik.

UU No. 23 Tahun 2011 juga menjelaskan tujuh asas yang menjadi dasar

pengelolaan zakat nasional. Ketujuh asas tersebut adalah syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas. Asas

adalah pondasi yang akan menentukan kuat-lemahnya, besar-kecilnya, dan baik-

buruknya bangunan di atasnya. Dan asas merupakan ruh bagi niat, pemikiran,

ucapan, dan perbuatan. Pemahaman asas ini akan menentukan visi, misi,

positioning, budaya, dan strategi para pengelola zakat.

8
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 11.
68

Tujuh asas tersebut bermakna:

(1) Pengelolaan zakat harus dipahami dan diniatkan sebagai penegakan rukun Islam

dan pelaksanaan ibadah, yang sekurang-kurangnya mencakup pengertian sebagai

berikut :

a. Menunaikan zakat berarti menegakkan Islam dan mengingkari zakat

berarti menghancurkan Islam. Zakat merupakan kewajiban beragama bagi

setiap muslim yang telah memenuhi syarat dan bukan sesuatu yang

semata-mata sifatnya sukarela.9

b. Pembayaran zakat oleh muzaki dan penyaluran zakat kepada mustahik

harus memenuhi syarat dan rukun karena zakat adalah ibadah dan bukan

sumbangan yang dapat dilakukan sekehendak muzaki atau amil.

(2) Zakat sebagai kewajiban harta yang harus diambil (dipungut) memerlukan

peran Negara. Sebagaimana Fatwa MUI Nomor 8 Tahun 2011 tentang AMIL

ZAKAT bahwa Amil Zakat adalah :

a. Seseorang atau sekelompok orang yang diangkat oleh Pemerintah atau

b. Seseorang atau sekelompok orang yang dibentuk oleh masyarakat dan

disahkan oleh Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat.

Contoh tindakan tegas Abu Bakar sebagai khalifah terhadap para

pembangkang kewajiban zakat.

(3) Pengelola zakat (amil) adalah perantara muzaki dengan mustahik dan bukan

pemilik harta zakat. Pemenuhan kebutuhan amil tidak boleh melebihi hak amil

apalagi mengorbankan hak mustahik.

9
(Lihat Q.S. At-Taubah: 5 dan 11).
69

(4) Amil harus dapat dipercaya sebagai bukti ia amanah. Dan agar dipercaya, maka

amil harus memiliki kompetensi dalam pengelolaan zakat, jujur, transparan, dan

merupakan badan/lembaga resmi yang mendapat izin. Kompetensi yang harus

dimiliki amil meliputi pengetahuan dan kemampuan teknis tentang hukum-hukum

zakat dan hal lain yang terkait dengan tugas amil zakat.10

(5) Penyaluran zakat harus memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi mustahik

dan dilakukan secara adil. Penyaluran zakat harus mencakup mustahik yang

meminta maupun yang menahan diri dari meminta.

Oleh karena itu, beberapa hal berikut sangat penting untuk para pengelola

zakat dalam penyaluran zakat : 11

a. Menjadi kebutuhan mendesak para pengelola zakat memiliki data base

mustahik yang lengkap dan terintegrasi.

b. Berbagai bentuk program yang digulirkan sebagai pelaksanaan

penyaluran harus berbasiskan kebutuhan para mustahik dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Mempertimbangkan kondisi mustahik, maka penyaluran dalam bentuk

santunan (konsumtif) dan pemberdayaan (produktif) harus dilakukan

secara proporsional dan berkesinambungan.

c. Standar kriteria dan pelayanan mustahik yang berlaku di setiap pengelola

zakat harus sama sehingga tidak terjadi mustahik merasa nyaman dengan

10
Perhatikan QS. Al-Maa'rij: 24-25.
11
Rencana Strategi (Renstra) BAZNAS Kota Makassar 2021-2026, h. 13.
70

satu pengelola zakat dan merasa tidak enak dengan pengelola zakat yang

lain.

(6) Dalam pengelolaan zakat harus terdapat jaminan kepastian hukum bagi

mustahik dan muzaki. Setiap pembayaran zakat dari muzaki dicatat dan

disalurkan oleh pengelola zakat sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(7) Pengelolaan zakat dilaksanakan secara hirarkis dalam upaya meningkatkan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Hirarkis bermakna

bahwa BAZNAS yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat

secara nasional dan masyarakat melalui LAZ. Hirarki tidak berarti sentralisasi

dan dilaksanakan dalam bentuk rekomendasi proses pemberian izin dan

pelaporan pengelolaan zakat secara berjenjang. oleh karena itu perlu standar

yang sama dan sinergi antara pengelola zakat dalam pengelolaan zakat nasional.

(8) Pengelolaan zakat harus dapat dipertanggungjawabkan dan diakses oleh

masyarakat. Berikut ini beberapa syarat agar para pengelola zakat dapat

memenuhi asas akuntabilitas:

a. Setiap pengelola zakat harus memiliki Standard Operating Procedure

(SOP) yang jelas dan tertulis.

b. Setiap pengelola zakat wajib membuat laporan tahunan, baik laporan

keuangan maupun laporan kinerja.

c. Laporan keuangan diaudit dan mendapat opini dari pengawas syariah.

d. Laporan tahunan disampaikan sesuai ketentuan dan dipublikasi seluas-

luasnya melalui berbagai media informasi. Setiap pengelola zakat


71

memiliki pejabat pengelola informasi dan data (PPID) guna

mewujudkan keterbukaan informasi publik.

d. Strategi dan Kebijakan BAZNAS Kota Makassar

1. Strategi

Strategi jangka menengah BAZNAS Kota Makassar yang merupakan

rumusan perencanaan komprehensip tentang bagaimana BAZNAS Kota

Makassar untuk mencapai Tujuan dan Sasaran dengan efektif dan efisien.

2. Kebijakan

Kebijakan adalah pedoman yang wajib dipenuhi dalam melakukan tindakan

untuk melaksanakan strategi yang dipilih agar lebih terarah dan mencapai

tujuan dan sasaran.12

2. Indikator Kinerja BAZNAS Kota Makassar

Indikator kinerja BAZNAS Kota Makassar yang mengacu pada tujuan dan

sasaran RPJMD Kota Makassar adalah indikator kinerja yang secara langsung

menunjukan kinerja yang akan dicapai BAZNAS Kota Makassar untuk lima tahun

mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran

RPJMD Kota Makassar Tahun 2014-2019. Perumusan indikator kinerja BAZNAS

Makassar dalam Rencana Strategis ini mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD

Kota Makassar.

Standar Operasional dan Prosedur pengelolaan zakat, infak dan Sedekah pada

BAZNAS Kota Makassar meliputi jenis indikator dan standar pencapaian kinerja

12
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 27.
72

Pengumpulan, Pendistribusian dan Pendayagunaan zakat, infak dan sadakah yang

wajib dilaksanakan oleh BAZNAS Kota Makassar, meliputi:

a) Pengumpulan Zakat, Infak dan Sadakah.

b) Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sadakah.

c) Pererencanaan, Keuangan dan Pelaporan.

d) Pengelolaan Administrasi, SDM dan Umum.

Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang

keadaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya di

Kota Makassar melalui pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat,

infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya dapat dilihat pada pelaksanaan

penghimpunan zakat, infak, sedekah dan dana sosial lainnya Tahun 2021 dapat

terealisasi sebesar Rp.7.178.740.011,- dengan rincian sebagaimana tabel 1 berikut

ini.13

Tabel 4.1 Realisasi dengan Target Penghimpunan Dana Tahun 2021


(dalam rupiah)

Rasio
Jenis Dana Rencana Realisasi Prognosis
(3)/(2) (4)/(2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Zakat Maal 1.247.955.200
Zakat Maal-Perorangan
Zakat Maal-Badan
Zakat Fitrah 3.908.308.000
Infak/Sedekah 1.905.867.011
Infak/Sedekah
CSR
Dana Sosial 116.609.000
Keagamaan Lainnya

Jumlah 7.178.740.011

13
Rencana Strategi (Renstra) Baznas Kota Makassar 2021-2026, h. 8.
73

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil interview, observasi, dokumentasi dan pembagian angket

yang telah peneliti lakukan di BAZNAS Kota Makassar sesuai dengan kedudukan,

tugas pokok dan fungsi BAZNAS Kota Makassar sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan BAZNAS Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil Zakat Provinsi, dan Badan Amil Zakat

Kabupaten/Kota, disebutkan bahwa BAZNAS Kabupaten/Kota mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan zakat pada tingkat Kabupaten/Kota dengan cara

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Dalam melaksanakan

pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya yang

profesional, BAZNAS Kota Makassar menghadapi berbagai isu strategis yang

dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial

keagamaan lainnya di Kota Makassar antara lain :

1. Isu Internal

a. Kedudukan Kepengurusan Baznas


Baznas Kota Makassar adalah organisasi yang didirikan oleh pemerintah

dengan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor

DJ.II/568 Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional

Kabupaten/Kota se Indonesia. Baznas Kota Makassar berdasarkan Undang

Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undan-Undang Nomor

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dan pimpinan Baznas Kota Makassar

ditetapkan dengan Keputusan Walikota Makassar Nomor


74

1762/451.12/KP/XII/2021Tanggal 14 Desember 2021 tentang Pengangkatan

Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar Periode 2021-

2025 setelah mendapatkan rekomendasi Ketua BAZNAS Nomor

349/BP/BAZNAS/XI/2021 Perihal Jawaban Permohonan Pertimbangan

Walikota Makassar. Dengan demikian Baznas Kota Makassar memiliki landasan

hukum yang kuat untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan zakat di Kota

Makassar. Sebagai lembaga pemerintah non struktural yang dibentuk oleh

pemerintah, maka pemerintah berperan dalam menguatkan badan tersebut

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Pemerintah Kota Makassar.

Sebelumnya masih dirasakan seakan organisasi zakat berjalan sendiri-sendiri,

oleh sebab itu perlunya meningkatkan sinergisitas dengan BAZNAS Pusat,

BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kota Makassar dan takala pentingnya dengan

Pemerintah Kota Makassar untuk menguatkan kedudukan oganisasi zakat dan

peran Baznas Kota Makassar.

b. Lemahnya Profesionalisme SDM sebagai Amilin

Lemahnya profesionalisme SDM amilin saat ini hampir merata diseluruh

Baznas daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi. Rendahnya insentif yang

diterima dan belum adanya standarisasi amil sebagai sebuah profesi, sehingga

BAZNAS tidak memiliki daya tawar yang kuat untuk menarik SDM kualitas

terbaik untuk dapat bergabung membangun organisasi amil zakat. Hal ini

berdampak pada input SDM yang dapat meningkatkan kapasitas Baznas.

Lemahnya SDM dan belum maksimal pengelolaan organisasi ini menjadikan

kurang profesionalnya amilin di BAZNAS. Oleh karena itu, organisasi pengelola


75

zakat, khususnya BAZNAS harus lebih mampu menarik minat SDM terbaik

untuk bergabung dan membesarkan organisasi amil zakat (BAZNAS) Kota

Makassar.

Selain itu, latar belakang dari kepengurusan BAZNAS sangat

mempengaruhi cara-cara dalam pengelolaan lembaga. Lembaga BAZNAS Kota

Makassar pengelolaannya masih seperti pengelolaan organisasi masyarakat

(ormas) dibandingkan dengan lembaga-lembaga profesional setara korporasi

yang dikelola efektif dan efisien. Meskipun upaya-upaya kearah pengelolaan

yang profesional terus dilakukan seperti penataan Standar Operasional dan

Prosedur (SOP) dan standar pengelolaan akuntansi keuangan. Masih gemuknya

kepengurusan juga mengakibatkan lambatnya pergerakan BAZNAS.

Padahal sebagai organisasi sosial yang berbasis kepercayaan, kelincahan

dalam pengelolaan lembaga sangat dibutuhkan. Keragaman inovasi dan

kecepatan dalam merespon peristiwa dan fenomena sosial mutlak dimiliki. Hal

ini menuntut lembaga yang ramping secara struktur dan cepat dalam proses

pengambilan keputusan. Kendala inilah yang masih berpengaruh dirasakan

dalam kepengurusan BAZNAS Kota Makassar sekarang ini kendati sudah lebih

ramping dibanding kepengurusan periode sebelumnya.

Akomodasi kepengurusan yang merepresentasikan berbagai kalangan

pada satu sisi baik bagi dukungan dan eksistensi lembaga. Namun demikian, hal

ini menyebabkan jumlah kepengurusan menjadi gemuk sehingga seringkali

berdampak pada proses yang lamban dalam koordinasi, pengambilan keputusan,

kecepatan gerak eksekusi di lapangan dan inovasi program. Oleh karenanya untuk
76

kepengurusan yang akan datang perlu adanya perampingan kepengurusan sesuai

dengan Undang Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

c. Aktivitas pengumpulan

Kegiatan pengumpulan disadari sebagai darahnya organisasi. Namun

keterbatasan sumberdaya manusia dan dana untuk melakukan rekruitmen tenaga

pemasaran, kegiatan-kegiatan publikasi dan sosialisasi masih menjadi kendala.

Hal ini berpulang pada sumber dana aktivitas pengumpulan yang hanya

bersumber dari sebagian dana amilin dan bantuan pemerintah daerah yang masih

sangat terbatas.

d. Biaya operasional lembaga dan dukungan Pemerintah Daerah

Aktivitas lembaga yang beroperasi setiap hari (office hour) untuk

memberikan pelayanan yang prima kepada muzaki maupun mustahik

menyebabkan beban operasional yang besar. Beban tersebut hanya ditopang

oleh hak amilin dan dukungan pemerintah daerah melalui dana hibah.

Dukungan pemerintah daerah melalui dana hibah dirasakan masih belum

memadai dibandingkan dengan kebutuhan dana yang ada. Pemerintah daerah

idealnya memandang bahwa menumbuhkan institusi Baznas adalah proses

investasi, karena dimasa datang ketika lembaga ini kokoh maka akan sangat

meringankan tanggung jawab pemerintah terutama dalam penanggulangan

masalah sosial dan kemiskinan.

e. Belum Maksimalnya Pemanfaatan Teknologi dan Bank Data

Pemanfaatan teknologi dalam kegiatan lembaga belum optimal dilakukan

media sosial (facebook, tweeter, blog, web, dll) sebagai pusat aktivitas kelas
77

menengah belum secara berkala di-maintenance secara baik.Penggunaan sistem

yang terintegrasi satu bagian dengan bagian lainnya belum secara optimal

dilakukan. Keberadaan database merupakan tolak ukur dari kemajuan

pengelolaan sebuah lembaga.Lembaga yang baik ditandai dengan lengkapnya

database yang dimiliki. Sampai saat ini Baznas Kota Makassar belum memiliki

database yang lengkap baik muzaki maupun mustahik.

f. Kepatuhan Syariah

Pengelolaan zakat memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan aturan-

aturan syariah, oleh karena itu pengelolaan zakat maupun inovasi dan

pengembangannya, hal itu haruslah bersesuaian dengan syariah. Pelanggaran

terhadap syariah dalam pengelolaan zakat tidak dapat dibenarkan apapun

alasannya. Maka kepatuhan syariah ini menjadi konsep yang harus melekat kuat

dalam pengelolaan zakat dan pengembangannya.

2. Isu Eksternal

a. Pertumbuhan Kelas Menengah dan Potensi Zakat Kota Makassar.

Mayoritas penduduk Kota Makassar atau hampir sekitar 90% dari total

penduduk beragama Islam dengan rata-rata tingkat pendidikan cukup baik.

Selain itu pertumbuhan ekonomi Kota Makassar yang terus meningkat dan

jumlah kelas menengah Kota Makassar yang terus bertambah menjadikan

potensi zakat Kota Makassar cukup tinggi. Potensi zakat Kota Makassar dari

tahun ketahun terus meningkat, potensi zakat Kota Makassar pertahun

diperkitakan kurang lebih dari Rp.15 Milyar, bahkan bisa lebih. Hal ini

merupakan peluang yang harus dimaksimalkan oleh Baznas dengan dibantu


78

oleh Pemerintah Kota Makassar. Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya

gap antara potensi dan kondisi aktual ZIS yang terkumpul, diantaranya:

(1). Tingkat pengetahuan dan kesadaran dalam mengeluarkan zakat,

terutama zakat maal masih relatif rendah. Kesadaran ini baru mulai tumbuh di

sebagian kecil kelas menengah perkotaan. Tingkat kesadarannya belum sebesar

kesadaran dalam mengeluarkan zakat fitrah.

(2). Pada kelompok masyarakat tertentu yang telah menyadari kewajiban

ber-zakat, namun memilih cara menyalurkannya sendiri langsung kepada

'mustahik' dengan berbagai faktor dan alasan,

(3). Tingkat kepercayaan kepada para pengelola Zakat, Infak dan Sedekah

dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya masih terus harus ditumbuhkan.

b. Kemiskinan di Kota Makassar

Masih tingginya angka kemiskinan di Kota Makassar yaitu + 84.000 jiwa

atau 4,2% persen penduduk Kota Makassar, hal ini merupakan tantangan

bersama BAZNAS Kota Makassar dan Pemerintah Kota Makassar dalam

membantu dan memberdayakan masyarakat dhuafa agar dapat mandiri dan

sejahtera dengan inovasi program Baznas Kota Makassar. Zakat adalah salah

satu instrument dalam Islam yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial umat

dan media untuk mensejahterakan umat. Zakat memiliki andil yang besar dalam

menguatkan akidah, ekonorni, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umat.

c. Kepercayaan terhadap BAZNAS sebagai lembaga pemerintah

Sebagai lembaga pemerintah non struktural yang dibentuk oleh pemerintah,

tingkat kepercayaan kepada BAZNAS daerah di Indonesia disadari masih


79

rendah. Pengelolaan yang kurang amanah, lambat, kurang kreatif, kurang

profesional masih menjadi kesan pada sebagian besar BAZNAS di berbagai

Kota/ Kabupanten. Beban ini pula yang juga dirasakan oleh BAZNAS Kota

Makassar, sekalipun penataan terus dilakukan untuk menghilangkan 'beban'

tersebut. Dibandingkan dengan Baznas di daerah lain, kepercayaan masyarakat

di Kota Makassar terhadap BAZNAS sudah cukup baik, bahkan BAZNAS

menjadi lembaga zakat paling populer di Kota Makassar, dan kepercayaan itu

harus terus ditingkatkan.

d. Dukungan Politik dan Pendanaan dari Pemerintah

Dukungan kepala daerah untuk pengelolaan zakat di tingkat lokal memiliki

posisi yang sangat penting. Tanpa dukungan kepala daerah, akan sangat sulit

bagi BAZNAS Kota Makassar untuk dapat maju dalam pengelolaan zakat di

daerahnya. Hampir seluruh BAZNAS Daerah yang maju di Indonesia karena

mendapatkan dukungan dari kepala daerahnya. Keberhasilan Baznas Kota

Makassar tidak akan tercapai tanpa dukungan dari Pemerintah Kota dan

lembaga legislatif. Dukungan itu dapat berupa kebijakan maupun bantuan dana

operasional BAZNAS.

Seperti yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun 2011 pasal 30 dan 31 bahwa

untuk melaksanakan tugas, fungsi dan pelayanannya, BAZNAS Kota dibiayai

dengan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Pelaksanaan

sumber pembiayaan BAZNAS tersebut juga tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No. 14 Tahun 2014 pasal 67 dan 69. Dukungan pendanaan dari

Pemerintah Kota Makassar dari tahun ketahun menjadi harapan besar.


80

e. Peran Penting Media Massa

Media massa sebagai media strategis dalam membangun kesadaran ber-

zakat dan mensosialisasikan hasil pemberdayaan zakat masih menempatkan

BAZNAS sebagai “sumber pendapatan” iklan. Dengan posisi tersebut,

BAZNAS kesulitan untuk mengatur penganggaran, karena sumber pendapatan

yang sangat terbatas. BAZNAS hanya bisa mengandalkan dari hak amilin

sebesar 12,5% yang tidak seluruhnya untuk kepentingan sosialisasi, sebagian

besarnya untuk kepentingan operasional lembaga.

f. Sinergi Program dengan Organisasi Pengelola Zakat lain dan

Pemerintah

Dalam keterbatasan dana ZIS yang berhasil dikumpulkan diantara

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), diperlukan focus-fokus aktivitas OPZ agar

karya-karya pemberdayaan ZIS mampu terlihat oleh khalayak. Dengan karya

itulah kemudian masyarakat memberikan kepercayaannya.Hal ini dapat

terwujud jika terjadi sinergi diantara OPZ-OPZ yang beraktivitas di Kota

Makassar. Selain itu masih rendahnya tingkat pengumpulan ZIS sehingga

peranan BAZNAS belum dapat memberikan konstribusi yang besar dalam

mengurangi kemiskinan dan memberdayakan masyarakat Kota Makassar. Hal

inilah yang menyebabkan peran strategis BAZNAS belum 'dipandang' oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat dari

dukungan kebijakan peraturan maupun kebijakan keuangan.

3. Perencanaan Kinerja dan Realisasi Tahun Berjalan

a. Realisasi Indikator Kinerja Kunci


81

Mengacu pada Roadmap Pengelolaan Zakat Nasional 2021-2026 yang

tertulis dalam Naskah Rencana Strategis Zakat Nasional 2021-2026, Tahun

2021 merupakan tahun pada fase tinggal landas perzakatan Nasional. Pada

tahun konsolidasi ini, berdasarkan Roadmap Pengelolaan Zakat Nasional

tersebut BAZNAS menetapkan 11 agenda prioritas antara lain :

1) Pertumbuhan ZIS dan DSKL nasional sebesar 40% dari tahun

sebelumnya.

2) RKAT BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota tahun 2021

telah disahkan.

3) Laporan keuangan BAZNAS dan BAZNAS Provinsi pada tahun

2021 sudah diaudit Akuntan Publik pada tanggal 25 April 2022;

4) Laporan keuangan LAZ Nasional tahun 2021 sudah diaudit

Akuntan Publik pada tanggal 25 April 2020.

5) Akses pelayanan mustahik menjangkau 100% wilayah seluruh

Indonesia.

6) Organisasi Pengelola Zakat menjadi lembaga keuangan syariah

yang diawasi dan disupervisi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

RI.

7) Indonesia menjadi model pengelolaan zakat dunia;

8) Terlaksananya program Zakat Community Development di 161 titik;

9. 90% amil zakat nasional sudah tersertifikasi.

9) Organisasi Pengelola Zakat menjadi lembaga keuangan syariah

yang disupervisi oleh OJK.


82

10) BAZNAS mengentaskan penduduk miskin versi BPS sebanyak

257.000 jiwa (1% dari penduduk miskin).

Penilaian kinerja BAZNAS selama tahun 2020 dilihat dari beberapa

perspektif yaitu meliputi pencapaian Indikator Kinerja Kunci (IKK),

pelaksanaan kinerja anggaran, dan kinerja lainnya yang menunjukkan

pencapaian dan penghargaan yang diperoleh BAZNAS, serta evaluasi-

evaluasi internal yang dilakukan untuk meningkatkan tata kelola kinerja.

Tabel 4.2 Kategori Capaian Kerja BAZNAS

Rentang Capaian Kategori


>100 Sangat Baik
80-100 Baik
50-79 Cukup
<50 Kurang

Pada tahun 2021 BAZNAS telah menetapkan 34 Indikator Kinerja Kunci

(IKK) yang dituangkan dalam naskah Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan

(RKAT) yang dalam penyusunannya mengacu pada naskah Rencana

Strategis Zakat Nasional 2021-2026. Pencapaian IKK tersebut merupakan

dasar dari penyusunan Laporan Kinerja BAZNAS Tahun 2021, dengan rata-

rata capaiannya adalah sebesar 104.3% atau masuk dalam kategori Sangat

Baik. Tabel berikut menampilkan pencapaian target yang telah terealisasi

hingga akhir tahun 2021.


83

Tabel 4.3 Capaian Kinerja Kunci BAZNAS Tahun 2021

Indikator Kinerja Capaian


No Ukuran Target Realisasi (%)
Kunci
1 Pengumpulan Dana Miliar rupiah 380 386.2 101.6
ZIS dan DSKL
Jumlah Ribu muzakki/donatur
Muzakki/Donatur individual 214,
2 785,148 366.7
Perorangan sampai 124
tahun 2020
Jumlah Muzakki/donatur
Muzakki/Donatur lembaga
3 355 862 242.8
Badan sampai tahun
2020
4 Mustahik yang Mustahik yang dilayani 800, 1,292,246 161.5
dilayani di tahun 000
2020
Fakir-Miskin yang Fakir-Miskin yang Dalam
dikeluarkan dari dikeluarkan dari garis kajian
5 kemiskinan versi BPS 25,700 Puskas
0.0
garis kemiskinan
versi BPS RI RI BAZNAS

Rasio penyaluran Penyaluran D ana ZIS


dana ZIS dan dan D SKL
6 DSKL di luar dana 85% 81% 95.4
amil BAZNAS
Pusat
Laporan Keuangan
2019 BAZNAS
Pusat diaudit oleh Mei Juni
7 Laporan Keuangan 100.0
KAP dengan o pini 2020 2020
Wajar paling
lambat Mei 2020
Laporan Keuangan
2019 BAZNAS
53%
Provinsi yang
diaudit oleh KAP
Laporan Keuangan
8 Laporan Keuangan 80% 110.29
BAZNAS Provinsi
2019 BAZNAS
Provinsi yang 35.29%
belum diaudit oleh
KAP
Laporan Keuangan
2019 BAZNAS
Kabupaten/Kota 6.58%
yang diaudit oleh
KAP
Laporan Keuangan Laporan Keuangan
9 2019 BAZNAS BAZNAS Kab/Kota 60% 37.28
84

Kabupaten/Kota 15.79%
yang belum diaudit
oleh KAP
Laporan Keuangan
LAZ berskala
73.08%
nasional yang
diaudit oleh KAP
dari LAZ N asional
10 Laporan Keuangan 100% 111.54
yang sudah berizin
LAZ berskala
nasional yang 38.46%
belum diaudit oleh
KAP
Laporan Keuangan
LAZ berskala
44.4%
provinsi yang
diaudit oleh KAP
dari LAZ P rovinsi y
11 Laporan Keuangan 100% 83.33
ang sudah berizin
LAZ berskala
provinsi yang 38.9%
belum diaudit oleh
KAP
Laporan Keuangan
LAZ berskala
kabupaten/kota 32.4%
yang diaudit oleh
KAP
Laporan Keuangan dari LAZ K ab/Kota
12 LAZ berskala yang sudah berizin 100% 72.97
kabupaten/kota 40.5%
yang belum diaudit
oleh KAP
Penggunaan dari BAZNAS Provinsi
13 SIMBA pada yang sudah memiliki 60% 64.7% 107.8
BAZNAS Provinsi pimpinan
Penggunaan dari BAZNAS Kab/Kota
SIMBA pada yang sudah memiliki
14 30% 35.5% 118.4
BAZNAS pimpinan
Kabupaten/Kota

(Sumber : Buku Laporan Kinerja BAZNAS 2021)

11) Rencana dan Realisasi Pengumpulan ZIS

Pada tahun 2021 pengumpulan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial

keagamaan lainya BAZNAS mencapai 23.022.359.701 (audited). Jika

dibandingkan dengan target pengumpulan yang ditetapkan pada awal tahun,


85

persentase capaian pengumpulan BAZNAS pada tahun 2021 mencapai 101.6%.

Berdasarkan jenis dana, capaian tertinggi terhadap target terjadi pada

pengumpulan dana corporate social responsibility (CSR) yaitu dengan

persentase capaian sebesar 165.6%, kemudian diikuti pengumpulan dana sosial

keagamaan lainnya (DSKL) dengan capaian sebesar 160.6%, pengumpulan

infak/sedekah sebesar 111.4%, pengumpulan zakat sebesar 99.3%, dan terakhir

pengumpulan infak operasional dengan capaian sebesar 29.2% dari target yang

ditetapkan.

Tabel 4.3 Capaian Pengumpulan BAZNAS Kota Makassar Tahun 2021

No Jenis Dana Realisasi 2020 Capaian (%)


1 Zakat 6.173.491.642 99.3
1.1 Zakat Maal 1.290.856.341 94.5

1.2 Zakat Profesi 1.583.138.301 51.2

1.3 Zakat Pertanian 13.130.000 109.8

1.4 Zakat Fitrah 3.286.367.000 119.4

2 Infak/Sedekah 23.303.545.294 111.4


2.1 Infak/sedekah Masyarakat 44.464.269 64.2

2.2 Infak/sedekah Badan/UPZ 948.676.751 74.5

2.3 Infak/sedekah Kupon dan Kotak Amal 34.922.810 81.1

2.4 Infak Haji dan Umrah 3.000.000 200

2.5 Infak Data/Dana Kelola 21.532.385.268 0.0

3 Dana Sosial Keagamaan Lainnya 2.002.243.950 160.6


3.1 Hibah APBN 2.000.000.000 -

3.2 Qurban - 100.00


3.3 Fidyah 1.500.000 78

3.4 Sumbangan 743.950 0.00

3.5 CSR dan Bagi Hasil (Jasa Giro) - 165,6

Jumlah Penerimaan 31.479.280.886 101.6


86

(Sumber : Buku Laporan Audit BAZNAS Kota Makassar 2021)


12) Rencana dan Realisasi Berdasarkan Asnaf

Dana zakat, infak/sedekah, dan dana sosial kemanusiaan lainnya yang

berhasil dikumpulkan BAZNAS Kota Makassar disalurkan kepada delapan

golongan/asnaf yang berhak menerima (mustahik) melalui program-program

yang didesain untuk mewujudkan pemuliaan para mustahik dan

mengantarkannya menjadi muzakki. Penyaluran dana zakat, infak, sedekah,

dan dana sosial keagamaan lainnya yang terkumpul dilakukan dalam bentuk

program pendistribusian (konsumtif) dan pemberdayaan (produktif). Pada

tahun 2021 BAZNAS telah menyalurkan dana zakat, infak, sedekah, dan dana

sosial keagamaan lainnya sejumlah 31.479.280.886 (audited) atau 91.8% dari

rencana yang ditetapkan.

Tabel 4.4 Capaian Penyaluran ZIS 8 Asnaf


BAZNAS Kota Makassar 2021
No Jenis Dana Realisasi 2021

1 Penyaluran Dana Zakat 5.545.810.920

1.1 Penyaluran Dana Zakat untuk Fakir 855.902.575

1.2 Penyaluran Dana Zakat untuk Miskin 2.912.831.316

1.3 Penyaluran Dana Zakat untuk Amil 768.601.720

1.4 Penyaluran Dana Zakat untuk Muallaf 25.500.000

1.5 Penyaluran Dana Zakat untuk Riqab -

1.6 Penyaluran Dana Zakat untuk Gharimin 244.002.200

1.7 Penyaluran Dana Zakat untuk Fisabilillah 739 245 109

1.8 Penyaluran Dana Zakat untuk Ibnu Sabil 728.000

2 Penyaluran Dana Infak/Sedekah 22.422.042.762

2.1 Penyaluran Dana untuk Fakir 750.000

2.2 Penyaluran Dana untuk Miskin 15.487 940 925


87

2.3 Penyaluran Dana untuk Amil 2.855.644.448

2.4 Penyaluran Dana untuk Muallaf -

2.5 Penyaluran Dana untuk Riqab -

2.6 Penyaluran Dana untuk Gharimin 245.679.110

2.7 Penyaluran Dana untuk Fisabilillah 3.744.731.196

2.8 Penyaluran Dana untuk Ibnu Sabil 107.297.083

3. Penyaluran DSKL 2.005.882.663

3.1 Penyaluran Dana untuk Fakir -

3.2 Penyaluran Dana untuk Miskin 24.909.000

3.3 Penyaluran Dana untuk Amil 752.718.397

3.4 Penyaluran Dana untuk Muallaf -

3.5 Penyaluran Dana untuk Riqab -

3.6 Penyaluran Dana untuk Gharimin 297.068 931

3.7 Penyaluran Dana untuk Fisabilillah 853.341.179

3.8 Penyaluran Dana untuk Ibnu Sabil 77.766.156

TOTAL 29.973.736.345

(Sumber : Buku Laporan Audit BAZNAS Kota Makassar 2021)

13) Rencana dan Realisasi Penyaluran Berdasarkan Program

Penyaluran dalam pengertian pendistribusian dan pendayagunaan

sebagaimana dimaksud dalam UU mencakup 7 aspek kehidupan mustahik,

yaitu Dakwah dan Advokasi, Sosial Kemanusiaan, Sosial Ekonomi,

pendidikan, kesehatan, keagamaan dan Amil. Melalui program-program

unggulan yang telah dimiliki BAZNAS, pada tahun 2020 telah disalurkan

dana per bidang yang ditetapkan. Realisasi penyaluran berdasarkan bidang

Tahun 2021 disajikan pada tabel berikut :


88

Tabel 4.5 Penyaluran ZIS Berdasarkan Program


BAZNAS Kota Makassar 2021
No Bidang Realisasi 2021

1 Penyaluran Dana Zakat 5.546.810.920


1.1 Dakwah dan Advokasi 636.965.109

1.2 Sosial Kemanusiaan 3.666.829.391

1.3 Sosial Ekonomi 199.750.000

1.4 Sosial Kesehatan 155.358.700

1.5 Sosial Pendidikan 119.306.000

1.6 Amil 768.601.720

2 Penyaluran Dana Infak/Sedekah 22.422.042.762

2.1 Dakwah dan Advokasi 3.909.165.356

2.2 Sosial Kemanusiaan 15.432.945.763

2.3 Sosial Ekonomi 51.740.700

2.4 Sosial Kesehatan 159.126.495

2.5 Sosial Pendidikan 13.420.000

2.6 Amil 2.855.644.448

3. Penyaluran DSKL 2.005.882.663

3.1 Dakwah dan Advokasi 1.177.064.056

3.2 Sosial Kemanusiaan 38.700.000

3.3 Sosial Ekonomi 4.673.000

3.4 Sosial Kesehatan 30.533.210

3.5 Sosial Pendidikan 2.194.000

3.6 Amil 752.718.397

TOTAL 29.974.736.345

(Sumber : Buku Laporan Audit BAZNAS Kota Makassar 2021)


89

4. Profil Informan dan Hasil Wawancara

BAZNAS Di Daerah Kota Makassar ini ada program yang bersifat bergulir

dan ada juga yang bersipat hibah, untuk program yang bergulir tidak semua

mendapatkan program dikarenakan warga tidak mau ikut program karena

banyak warga tidak mau ribet dengan mengikuti kegiatan yang di wajibkan dari

BAZNAS Kota Makassar serta banyak warga yang ingin melihat hasilnya dari

program tersebut, ada 17 Kartu Keluarga yang menerima program bantuan,

dalam satu Kartu Keluarga ada yang mendapat kan tiga bantuan sekaligus yaitu

kepala keluarga istri dan anaknya ada juga yang mendapatkan dua program serta

ada yang mendapatkan satu program.

Program Usaha Tani yang telah di laksanakan yaitu pemberian bibit

pertanian serta pertanian pangan yang masih dalam proses pelaksanaan.

Program bantuan ekonomi, Program Beasiswa yang di berikan kepada anak-

anak di daerah Puser yaitu beasiswa pendidikan SMP dan SMA, dalam bentuk

pemberian uang saku bulanan serta perlengkapan sekolah dan juga penerima

beasiswa diberikan pendampingan dari relawan pendamping BAZNAS Kota

Makassar, dalam pendampingan biasanya lebih ke berbagi pengalaman tiap

penerima beasiswa dan juga kajian keilmuan.

Kehadiran BAZNAS Kota Makassar dengan berbagai program

bantuannya dirasa sangat bermanfaat bagi masyarakat penerima bantuan.

Berikut penulis sajikan tabel manfaat yang dirasakan oleh beberapa perwakilan

dari pihak BAZNAS Kota Makassar dan masyarakat penerima manfaat


90

berdasarkan wawancara dari berbagai kalangan di 14 Kecamatan daerah seputar

kota Makassar dengan lingkup program masing-masing.

D. Pembahasan

Pada bab ini peneliti akan menyajikan uraian bahasan sesuai dengan temuan

penelitian, sehingga dalam pembahasan ini akan mengintegrasikan temuan yang

ada sekaligus akan memodifikasinya dengan teori yang ada. Sebagaimana yang

telah ditegaskan dalam teknik analisis kualitatif deskriptif (pemaparan) dari data

yang telah diperoleh baik melalui observasi, dokumentasi dan wawancara

diidentifikasikan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari hasil tersebut akan

dikaitkan dengan teori yang ada sebagaimana berikut ini :

1. Manajemen Bantuan ZIS

Manajemen bantuan yang dinamis meliputi fungsi-fungsi pengelolaan klasik

diantaranya perencanaan, pengorganisasian, perekrutan, kepemimpinan, dan

pengawasan, yang melibatkan banyak organisasi yang saling bekerjasama untuk

melakukan tindakan pencegahan, pengurangan, persiapan dan bereaksi dengan

cepat.14 Pengelolaan zakat menurut UU No. 23 tahun 2011 adalah kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Adapun Manajemen bantuan yang dilakukan BAZNAS Kota Makassar

dalam melakukan pengelolaan yaitu pengumpulan dan pendistribusian sekaligus

pendayagunaan terhadap dana ZIS :

14
Sri Krisna Kurnia, Pengelolaan Bencana, FASILKOM UI: 2009.
91

a. Perencanaan

Rencana strategis ini disusun setiap lima tahunan pada awal periode

kepemimpinan pengurus BAZNAS Kota Makassar. Penyusunan Renstra dilakukan

sebagai berikut :

Pertama, penetapan kerangka acuan penyusunan Renstra. Penetapan

dilakukan melalui rapat pleno pengurus BAZNAS Kota Makassar

Kedua, penerbitan SK. Ketua BAZNAS Kota Makassar tentang penetapan

tim penyusun renstra BAZNAS Kota Makassar.

Ketiga, pelaksanaan penyusunan draft naskah Renstra dalam pelaksanaannya

tim dalam melakukan diskusi grup dan study literature yang terkait untuk

mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan zakat.

Keempat, penyampaian hasil rumusan draft naskah Renstra dalam rapat

pleno pengurus.

Kelima, pengesahan naskah rencana strategis.

Keenam, penerbitan dan distribusi naskah Renstra kepada Walikota,

BAZNAS Pusat, BAZNAS Propinsi, Kementerian Agama Kota Makassar.

Perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen yang membuat rencana

kerja jangka panjang, menengah dan tahunan. Setiap lembaga pengelola zakat

memiliki RENSTRA (rencana strategi) lembaga.15

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian yang dilakukan BAZNAS Kota Makassar sesuai dengan

Peraturan BAZNAS No. 3 Tahun 2014 Pasal 31 disebutkan bahwa Susunan

15
N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat, h. 61.
92

Organisasi BAZNAS Kabupaten atau Kota terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Bidang

Pengumpulan, Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Bagian Perencanaan,

Keuangan dan Pelaporan, Bagian Administrasi, Sumber Daya Manusia dan Umum,

dan Satuan Audit Internal.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan terhadap rencana atau progam kerja tahunan yang telah dibuat

BAZNAS Kota Makassar dilakukan atau dilaksanakan oleh Badan Pelaksana

maupun Pengurus BAZNAS Kota yang dibantu oleh Seksi Pengumpul, Seksi

Pendistribusian, Seksi Pengembangan dan Seksi Pendayagunaan, yaitu

melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shodaqoh dari

masyarakat, termasuk para pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah Kota

Makassar dan juga menyalurkan dana ZIS tersebut kepada mustahik sesuai dengan

hasil musyawarah dan mendayagunakan hasil pengumpulan dana ZIS kepada

mustahik.16

d. Perekrutan atau Pengumpulan dana zakat

Strategi yang dilakukan Baznas Kota Makassar dalam mengumpulkan dana

ZIS adalah dengan cara membentuk UPZ. Unit pengumpul zakat adalah satuan

organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas

mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan,

instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.

BAZNAS Kota Makassar bekerja sama dengan UPZ Desa dan Kecamatan yang ada

di 14 Kecamatan di wilayah Kota Makassar terbentuk kurang lebih 100 UPZ sesuai

16
BAZNAS Kota Makassar, Rencana Strategis BAZNAS Kota Makassar.
93

target indikator kinerja kunci BAZNAS Kota Makassar periode 2021-2022. Setelah

UPZ di masing-masing wilayah kerjanya berhasil mengumpulkan dana ZIS, maka

setiap UPZ menyetorkan dana tersebut langsung ke BAZNAS Kota Makassar

dengan cara dikirim transfer melalui nomor rekening.17

e. Pendistribusian dan Pendayagunaan dana zakat

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kota Makassar dalam menyalurkan dan

mendayagunakan dana Zakat adalah dengan cara didistribusikan dan

didayagunakan sebagiannya di UPZ masing-masing, lalu sebagiannya lagi

didistribusikan dan didayagunakan melalui progam-progam yang ada di BAZNAS

Kota Makassar setelah dibuat rencana pendayagunaan dana Zakat oleh badan

pelaksana maupun pengurus BAZNAS Kota Makassar, lalu disetujui oleh dewan

pertimbangan dan komisi pengawas.

Khusus untuk penyaluran zakat fitrah di semua tingkat UPZ, maka

penyalurannya harus dibagikan kepada para mustahik terutama fakir dan miskin

sebelum pelaksanaan salat idul fitri. Penyaluran dana yang selain dari zakat fitrah

disalurankan setelah rencana atau progam kerja tahunan dibuat.18

f. Pengawasan

Pengawasan terhadap pengumpulan, distribusi dan pendayagunaan dana

Zakat yang ada di BAZNAS Kota Makassar dilakukan oleh Komisi Pengawas.

Dengan cara mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan,

mengawasi pelaksanaan kebijakan umum yang ditetapkan Dewan Pertimbangan,

17
Wawancara Pribadi dengan Bapak H.Ashar Tamanggong, Ketua BAZNAS Kota Makassar.
Makassar, 11 Mei 2022.
18
BAZDA Kabupaten Bima, Pedoman Zakat (Bima, 2007), h. 39.
94

mengawasi operasional pengelolaan dana Zakat dan melakukan pemeriksaan dan

evaluasi terhadap kinerja Badan Pelaksana maupun Pengurus BAZNAS.

Dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah (ZIS) terdapat beberapa prinsip

yang harus diikuti dan ditaati agar pengelolaan itu dapat berhasil guna sesuai

dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip keterbukaan,

sukarela, keterpaduan, profesionalisme dan kemandirian.19

Prinsip pertama adalah prinsip keterbukaan, artinya dalam pengelolaan dana

ZIS hendaknya dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh masyarakat.

Misalnya laporan total penerimaan dana ZIS tahunan dan penggunaan dana ZIS ini

diperuntukkan untuk apa saja, lalu diberitahukan kepada masyarakat lewat media

online dan juga media massa, jangan hanya diberitahukan informasinya jika ada

yang membutuhkan saja. Hal ini perlu dilakukan agar BAZNAS dapat dipercaya

oleh umat Islam dan juga agar kelihatan tindakan nyata nya.

Prinsip kedua adalah prinsip sukarela. Prinsip sukarela berarti bahwa dalam

pemungutan dan pengumpulan dana ZIS hendaknya senantiasa berdasar pada

prinsip sukarela dari umat islam yang menyerahkan hartanya tidak boleh ada unsur

pemaksaan, kecuali jika seseorang muslim benar-benar menentang perintah

berzakat dengan terang-terangan ataupun tidak mau berzakat maka orang seperti

ini bisa saja dilakukan pemotongan gajinya langsung 2,5%.

Prinsip ketiga adalah prinsip keterpaduan. Dalam menjalankan tugas pokok

dan fungsinya, maka sebagai organisasi berstruktur ke tingkat nasional BAZNAS

19
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 46.
95

mesti melaksanakan tugas dan perannya masing-masing secara terpadu diantara

komponen UPZ yang telah dibentuknya.

Prinsip keempat adalah Prinsip Profesionalisme. Profesionalisme adalah

berarti dalam pengelolaan dana ZIS haruslah dilakukan oleh mereka yang benar-

benar ahli dalam bidangnya. Misalnya dalam bagian bidang pengembangan

pekonomian umat semestinya posisi tersebut diisi oleh minimal orang-orang yang

berpendidikan sarjana jurusan ekonomi syariah agar jangan sampai uang ZIS yang

digulirkan melalui modal pinjaman terkena unsur bunga dan riba yang jelas haram,

lalu dalam pencatatan laporan keuangan dana ZIS pun posisi itu diisi oleh sarjana

jurusan akuntansi dan juga dalam komisi pengawas juga penting untuk diisi oleh

orang-orang yang mengerti benar tentang hukum ekonomi Islam.

Agar BAZ dan LAZ bisa profesional dituntut kepemilikan data muzaki dan

mustahik yang valid, penyampaian laporan keuangan kepada masyarakat secara

transparan, diawasi akuntan publik dan memiliki amilin atau sumber daya manusia

yang profesional dan memiliki progam kerja yang dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu dalam pengelolaan dana zakat juga perlu ditunjang oleh penggunaan

teknologi informasi untuk memudahkan pengelolaan dan pengorganisasian zakat.20

Prinsip Terakhir adalah prinsip kemandirian. Yaitu dengan terwujudnya

prinsip profesionalisme tadi, maka diharapkan BAZNAS mampu melaksanakan

tugas dan fungsinya sendiri bersama komponen UPZ yang ada secara mandiri tanpa

menunggu bantuan dari pihak lain.

Selain dari prinsip itu, Strategi yang telah dibuat BAZNAS Kota Makassar

20
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 425.
96

dengan matang haruslah diimplementasikan dengan benar dan serius serta

konsisten walaupun berbagai kendala di lapangan terjadi, Implementasi strategi

adalah proses bagaimana melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan

tindakan nyata.21

Untuk meningkatkan pengumpulan dana ZIS agar dapat terus memenuhi

target, maka BAZNAS Kota Makassar perlu mempertahankan strategi pengelolaan

zakat yang dirancang dalam kerangka rencana strategis yang bertujuan menyatukan

visi dan misi pemerintah daerah Kab. Bima yaitu ramah maupun visi misi BAZNAS

Kota Makassar, selain itu untuk pencapaian yang lebih maksimal sebagai salah satu

alternatif strategi, penulis mengusulkan BAZNAS Kota Makassar dapat

menginstruksikan agar BAZ di 14 Kecamatan untuk mendata dan mendatangi

masjid-masjid agar berupaya mau untuk diajak membentuk UPZ pada setiap DKM

Masjid, instansi pemerintah maupun sekolah yang ada di seluruh Kecamatan Sekota

Makassar.

2. Perspektif Maqāsid Al-Syarī'ah dalam Manajemen Bantuan ZIS

BAZNAS Kota Makassar

Berdasarkan observasi lapangan serta wawancara, mekanisme

pendistribusian melalui program BAZNAS Kota Makassar telah melakukan

perannya dengan baik dalam pengelolaan serta pendistribusian dana zakat, infak,

dan sedekah (ZIS). Akan tetapi, indikator keberhasilan pendayagunaan zakat

salah satunya ialah tercapainya kesejahteraan hidup para mustahik yang di dalam

Islam diindikasikan dengan tercapainya tujuan syariah atau Maqaşid Syariah. Hal

21
Mudrajad Kuncoro, Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, h. 13.
97

tersebut diperkuat sebagaimana argumen Chapra (Chapra M. U., 2001) yang

mengatakan bahawa apabila Maqaşid Syariah dijadikan sebagai tujuan dari

perekonomian bangsa, maka kesejahteraan yang di idam-idamkan sebagai

keberhasilan perekonomian senantiasa akan tercapai, begitu juga dalam penelitian

(Zakaria, 2014) yang menjelaskan bahwa meskipun banyak metode yang dapat di

gunakan dalam mengukur efektivitas pendistribusian tetapi metode Maqasid

syariah lebih baik dikarenakan banyak aspek yang di ukur dalam menentukan

kesejahteraan bagi setiap orang yang mendapatkan bantuan program. Oleh karena

itu pada peneilitian ini penulis menganalisis kesejahteraan penerima program dari

BAZNAS Kota Makassar melalui pencapaian Maqaşid Syariah. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut maka dapat diketahui pencapaian nilai-nilai Maqaşid

Syariah yang didapatkan ialah sebagai berikut :

a) Perlindungan Agama (Ad-Din)

Program BAZNAS Kota Makassar terhadap Maqasid Syariah bahwa

dalam perlindungan Agama Program bantuan BAZNAS Kota Makassar

sangat berpengaruh dalam aspek agama terlihat dengan kesadaran dalam

menjaga agama dengan adanya program kerja Dakwah dan Advokasi

melalui Program Makassar Taqwa (Keagamaan) berupa Bantuan

Pembangunan Masjid/Sarana Keagamaan, Pelatihan Dai/Mubaligh Fakir

Miskin, Operasional Dai/Mubaligh, Bantuan Taman Pendidikan Al-Qur’an

(TPQ), Kegiatan Keagamaan, Sertifikasi Wakaf, Sosialisasi Halal, Cetak

Jadwal Sholat dan Puasa, Safari Jumat Keliling, Safari Subuh Keliling

Pawai Ta’aruf, Cetak Buletin, Kalender Baznas, Kegiatan MTQ,


98

Penggandaan Khutbah Jumat, Manasik Haji, Profil BAZNAS, Pengadaan

Al-Qur’an dan Iqro, Peningkatan Kualitas UPZ.

Warga penerima program lebih meningkatkan dirinya dalam

beragama seperti mengikuti kajian ataupun pengajian yang di adakan oleh

BAZNAS Kota Makassar sendiri maupun pengajian oleh warga langsung,

selain menjaga dan melindung Agama dengan cara memperdalam ilmu

agama warga juga lebih toleransi pada warga lain yang beda keyakinan,

warga merasa lebih toleransi setelah adanya program Makassar Taqwa

(Keagamaan) karena semakin tingginya kesadaran dalam mencari ilmu

dengan cara mengikuti pengajian maka semakin paham akan Agama Islam

dan semakin toleransi dengan Agama lain dalam hal sosial terkecuali dalam

hal ibadah, warga yang beragama Islam menghargai selagi tidak mengusik

pemeluk Agama Islam.

Agama secara bahasa Arab berarti Ad-Din, sedangkan secara istilah

berarti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan yang ditujukan

kepada manusia demi mencapai kemaşlahatan umat. Sebagaimana dalam

QS. As-Syura’ ayat 13 yang Artinya : “Dia (Allah) yang telah

mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh

dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang

telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu tegakkanlah

Agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya” (QS. As-Syura,

ayat 13) Ayat tersebut menjelaskan bahwa berpegang teguh terhadap agama
99

serta menjaganya merupakan perintah dari Allah ta’ala dan merupakan salah

satu kebutuhan mendasar dalam kehidupan.

Oleh karena itu perlindungan terhadap Agama dikategorikan dalam

kebutuhan dharuriyat yang mutlak wajib harus dijaga. Karena apabila

agama rusak, maka rusak pula tatanan kehidupan lainnya, baik kehidupan

di dunia maupun diakhirat. Sebagaimana teori Auda dalam bukunya yang

berjudul “Membumikan Hukum Islam melalui Maqaşid Syariah”

mengemukakan bahwa perlindungan atau pelestarian terhadap agama dapat

dikembalikan pada teori hukum pidana Al-Amiri dimana berbicara tentang

hukuman, maka ia berlaku bagi siapa saja yang meninggalkan kepercayaan

yang benar. (Auda, 2015)

Selaras dengan penelitian Maheran Zakaria bahwa pengukuran

efektivitas menggunakan Maqaid Syariah sangat efektif karena dinilai dari

beberapa aspek pengukuran sehingga dapat terlihat sebuah program lebih

memiliki pengaruh pada aspek terentu.

Dari pememaparan hasil wawancara terhadap informan dapat dilihat

bahwa program Makassar Taqwa (Keagamaan) sangat berpengaruh

terhadap asfek Agama, bahkan persentase penilaian Maqasid aspek agama

paling tinggi dari setiap penerima program.

b) Perlindungan Jiwa (An-Nafs)

Pada aspek perlindungan jiwa program BAZNAS Kota Makassar belum

terlalu dirasakan oleh penerima program, karena dalam aspek menjaga dan

melindungi martabat kemanusiaan dalam hal ini menjamin terpenuhinya


100

kebutuhan sehari-hari, tetapi dalam aspek melindungi hak-hak manusia dalam

hal ini melindungi hak pribadi serta melindungi diri dengan cara bersosialisasi

dengan tetangga sangat berpengaruh, tetapi hal tersebut masih berhubungan

dengan kegiatan agama, dari ketiga sampel penerima program yang di teliti

memberikan tangapan yang serupa terkait melindungi hak pribadi dengan cara

bersosialisai yaitu karena seringnya mengikuti pengajian yang di

selenggarakan warga merasa lebih dekat dan merasa terjaga silaturahmi

karena dengan sering mengikuti pengajian rutin maupun pengajian lainnya.

Dalam perlindungan jiwa islam mengajarkan konsep jiwa yang tenang

an-nafs al-muthmainnah yang mana setelah terpenuhunya perindungan

Agama Ad-din maka memberikan pengaruh terhadap perlindungan lainnya

yaitu perrlindungan jiwa, jiwa yang tenang tentu saja tidak berarti

mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan, melainkan jiwa yang

memiliki keyakinan erat atas aktivitas duniawi dengan keimanan. Dalam teori

Auda (Auda, 2013) dalam bukunya yang berjudul Al-Maqaşid untuk pemula

mengemukakan bahwa pelestarian kehormatan atau perlindungan jiwa

ditempatkan sebagai hikmah di balik hukum pidana Islam yang dijatuhkan

kepada siapa yang melanggar kehormatan atau melakukan pelanggaran

terhadap hukum syariat. Dimensi ketenangan jiwa diukur dalam hal menjaga

dan melindungi martabat kemanusiaan, menjaga dan melindungi hak-hak

asasi manusia. Sebagaimana dalam Q.S Al-Maidah ayat 2 yang artinya :

“...dan tolong menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketaqwaan, janganlah

saling tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan


101

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS.

Al-Maidah, 2). Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sesama umat manusia

harus saling menjaga diri masing-masing maupun melindungi hak-hak orang

lain.

Program MAKASSAR SEJAHTERA (Pengurangan Pengangguran &

Pelatihan Keterampilan, serta Bantuan Dana Bergulir) Peningkatan skill para

Mustahik, Dana Bergulir Pengadaan Peralatan Produktif, Dana Bergulir

Wirausaha Mikro, Dana Bergulir Modal Usaha Perorangan/Kelompok. Selaras

dengan penelitian sebelumnya meskipun pertumbuhan usaha mikro belum

berdampak signifikan terhadap kesejahteraan mustahik, namun secara umum ZIS

produktif yang diberikan dalam bentuk bantuan modal telah berdampak positif

bagi pertumbuhan usaha mikro dan penyerapan tenaga kerja serta kesejahteraan

mustahik. Begitu pula dengan program dari BAZNAS Kota Makassar meskipun

menurut warga kurang berpengaruh terhadap asfek Jiwa tetapi program ini telah

membantu warga kota Makassar.

c) Perlindungan Akal (Al-Akl)

Dalam aspek perlindungan akal dapat di katakan program BAZNAS Kota

Makassar melalui Program Kerja Sosial Pendidikan MAKASSAR CERDAS

(Pelayanan Pendidikan Gratis) dengan memberikan bantuan Beasiswa Anak

Sekolah dan Mahasiswa (S1 dan S2), Bantuan Sekolah Madrasah/Ponpes,

Bantuan Penghapal Al-Qur’an (Hafidz), Pelatihan Pengurusan Jenazah Muslim,

Pelatihan Dai/Khotib, Pelatihan Manajemen Pengelolaan Masjid, Pelatihan Guru

TPQ/TPA berpengaruh terhadap perlindungan akal, dalam hal melipat gandakan


102

pola pikir dalam hal mempelajari ilmu agama, warga yang menerima program

sangat senang dengan adanya program tersebut terlebih ada peraturan mengenai

wajibnya mengikuti pengajian maupun kajian bagi anggota penerima program,

meskipun jarak rumah berjauhan dengan masjid yang sering digunakan untuk

mengadakan kajian keilmuan tetapi warga tetap antusias untuk mengikuti

pengajian, dari setiap penerima program cenderung memberikan jawaban yang

sama mereka merasa terbantu dari segi mempelajari agama karena ada alasan

khusus yaitu menghilangkan rasa malu dalam belajar agama terlebih belajar

membaca Al-Qur’an sehingga dapat mengikuti pengajian tanpa ada rasa minder

dengan warga lain yang telah lancar mebaca Al-Qur’an.

Dalam perlindungan akal tolak ukur yang di gunakan oleh peneliti yaitu dari

pandangan Jaser Audah dalam bukunya yang menyatakan bahwa istilah

pelestarian akal pada abad ke-20 M yaitu mengenai melipat gandakan pola pikir

dan research ilmiah, mengutamakan perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan,

menekan pola pikir yang mendahulukan kriminalitas kerumunan gerombolan,

menghindari upaya-upaya untuk meremehkan kerja otak. (Auda, 2013)

Dapat di lihat bahwa selain aspek Din program MAKASSAR CERDAS

berpengaruh terhadap aspek akal meskipun tidak terlalu signifikan pengaruh

program Sosial Pendidikan MAKASSAR CERDAS terhadap aspek Al-Akl seperti

aspek Ad-Din. Tetapi meskipun belum berpengaruh besar terhadap aspek akal,

program ini sudah sesuai dengan Maqasid Syariah.


103

d) Perlindungan Keturunan (Al-Nasl)

Dalam perlindungan keluarga cenderung pada program beasiswa dalam

program kerja sosial pendidikan MAKASSAR CERDAS, khusus untuk anak,

tetapi bagi yang tidak menerima beasiswa tidak berarti mengurangi perlindungan

keluarga serta kepedulian yang lebih terhadap institusi keluarga, karena bagi

keluarga yang tidak menerima program khusus untuk anaknya yaitu program

beasiswa juga memiliki kepedulian yang besar terhadap keluarga khususnya anak,

karena dengan seringnya mengikuti kajian atau pengajian rutin orang tua dapat

lebih tegas lagi dalam mendidik anak karena orangtua paham betul perbuatan

yang dilakukan anaknya yang tidak sesuai dengan kaidah Islam sehingga keluarga

dapat melindungi keluarga khususnya seorang anak.

Dalam bukunya Auda (Auda, 2013) menyatakan bahwa pada Abad ke-20

M secara signifikan ahli al-maqaşid mengembangkan istilah pelestarian

keturunan menjadi bagian dari sebuah teori al-maqaşid yang terarah pada

‘keluarga’. Hal tersebut selaras dengan karya Ibn Asyur yang berjudul ‘Sistem

Sosial dalam Islam’ yang menyendirikan ‘perhatian keluarga’ sebagai salah satu

tujuan pokok Islami. Segala hal yang dapat memberikan nilai perlindungan

terhadap keluarga. misalnya Ancaman terhadap kesehatan keluarga apabila

melakukan konsumsi zat yang berbahaya yang bernilai haram. Sebagaimana

dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat-

malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang
104

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (QS. At-Tahrim, 6)

e) Perlindungan harta (Al-Mal)

Dalam perlindungan harta dari setiap sampel yang di teliti memberikan

tanggapan bahwa program MAKASSAR SEJAHTERA belum dapat dirasakan

dalam segi harta, dari penilaian peneliti pengaruh program terhadap perlindungan

harta paling kecil terhadap perlindungan harta.

Menurut Monzer Kahf, harta dalam konsep Islam merupakan amanah dari

Allah ta’ala dan sebagai alat bagi individu untuk mencapai keberhasilan di hari

akhirat nanti. Oleh karena itu dalam penelitian ini, dimensi perlindungan terhadap

harta yang penulis angkat adalah mengenai konsepsi pengutamaan kepedulian

sosial, menaruh perhatian pada pembangunan dan pengembangan ekonomi,

mendorong kesejahteraan manusia, menghilangkan jurang antara miskin dan

kaya. Hal tersebut selaras dengan pemikiran Auda (Auda, 2013) dalam judul

bukunya Maqasid Untuk Pemula.

Dalam pengelolaan dana Zakat, Infak, Sedekah program bantuan BAZNAS

Kota Makassar telah sesuai dengan Maqasid Syariah, hal yang sangat berdampak

besar dari program MAKASSAR SEJAHTERA yaitu program bantuan dana

bergulir untuk usaha mikro sedangkan aspek Ad-Din hal tersebut telah sesuai

dengan tujuan dari program MAKASSAR TAKWA, meskipun tiap program

belum maksimal.
105

3. Efektivitas Manajemen Bantuan ZIS BAZNAS Kota Makassar

a. Permasalahan Utama Manajemen Bantuan ZIS BAZNAS Kota

Makassar

Pada proses pengelolaan zakat yang dilakukan BAZNAS dalam

menjalankan fungsinya sebagai operator maupun koordinator tidak terlepas

dari berbagai kendala dan kekurangan. Berikut adalah beberapa kendala atau

permasalahan utama yang dihadapi BAZNAS dalam upaya pencapaian

program dan kegiatan prioritas baik yang bersifat nasional maupun internal:

1) Pola koordinasi OPZ pada umumnya belum optimal. Hal ini

berdampak pada proses pelaporan atas praktik pengelolaan zakat

nasional yang tidak optimal. Meskipun, secara regulasi, UU No. 23

Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 sudah

memberikan pengaturan khusus mengenai kewajiban pelaporan pada

seluruh organisasi pengelola zakat, baik dari BAZNAS maupun LAZ.

2) Pemahaman fikih zakat & regulasi pada pimpinan BAZNAS daerah

pada umumnya masih lemah. Hal ini berdampak pada belum

optimalnya pengelolaan zakat di sejumlah BAZNAS daerah. Praktik

pengelolaan zakat masih terpaku pada tradisi kedermawanan yang

tidak terlalu progresif, sehingga pencapaian pengelolaan zakat

nasional bertumbuh dengan perlahan.

3) Kompetensi pimpinan BAZNAS daerah pada umumnya masih

lemah. Pimpinan pada BAZNAS daerah merupakan aktor kunci

dalam pembangunan pengelolaan zakat. Namun sayangnya, sebagian


106

besar profil pimpinan BAZNAS daerah diisi oleh mereka yang telah

memasuki purna jabatan. Meskipun secara jaringan dan ketokohan,

para pimpinan tersebut memiliki pengaruh yang kuat, namun secara

praktis dan kompetensi, para pimpinan BAZNAS daerah tersebut

tidak lagi mampu menjalankan fungsinya sebagai katalisator

pembangunan pengelolaan zakat di daerahnya masing-masing secara

maksimal.

4) Manajemen dan struktur-fungsi BAZNAS daerah pada umumnya

masih lemah. Konsekuensi dari lemahnya kompetensi pimpinan pada

sejumlah BAZNAS daerah, berdampak langsung pada kapasitas

manajemen dan distribusi fungsi kerja pada BAZNAS daerah. Secara

kelembagaan, BAZNAS daerah merupakan entitas OPZ terbesar

dalam ekosistem pengelolaan zakat Nasional. Namun, jumlah yang

besar tersebut tidak juga memberikan kontribusi yang signifikan

dalam pencapaian dan pertumbuhan pengelolaan zakat di Indonesia.

5) Kualitas SDM amil BAZNAS daerah pada umumnya rendah.

Konsekuensi lain dari lemahnya kompetensi dan kepemimpinan pada

BAZNAS daerah adalah kualitas SDM amil yang tidak maksimal.

Visi kepemimpinan yang terbatas serta kompetensi yang lemah

berdampak pada kualitas SDM amil pelaksana. Sebagai akumulasi

dari ini, peran kelembagaan BAZNAS daerah dalam pengelolaan

zakat nasional juga tidak signifikan.


107

b. Efektivitas Pendayagunaan ZIS BAZNAS Kota Makassar dalam

Perspektif Maqasid Al-Syari’ah

Pendayagunaan dana ZIS melalui program BAZNAS Kota Makassar sangat

efektif melihat dari efektivitas program yang di disusun dengan baik,

Efektivitas Pendayagunaan ZIS BAZNAS Kota Makassar melalui program

Bantuan berdasarkan Maqasid Al-Syari’ah antara lain :

1) Agama (Ad-din)

Program bantuan BAZNAS telah meningkatkan kesadaran keluarga

penerima bnantuan dalam mempelajari ilmu agama terutama dalam mengikuti

program MAKASSAR TAKWA begitupun dirasakan perubahan dalam segi

agama terutama dalam mengikuti pengajian rutin, serta lebih semangat dalam

ibadah.

Dapat dilihat dari pernyataan tersebut bahwa dengan adanya program telah

merubah keluarga dari segi agamanya, yaitu menjaga keluarganya dengan

mengharuskannya mengeluarkan shadaqah serta dengan pemeluk agama laim

lebih toleransi lagi. Begitu juga telah melindungi agamanya dengan cara

meningkakan ibadah dan mendalami ilmu agama serta lebih toleransi dengan

pemeluk agama lain.

2) Segi Jiwa (An-Nafs)

Melalui program MAKASSAR SEJAHTERA dan MAKASSAR SEHAT

informan merasa belum menjamin kebutuhan sehari hari karena batuan modal

usaha yang dipakai untuk modal tambahan warung namun belum begitu terasa

hasilnya. Memang belum terlalu berkembang karena program masih bentuk


108

jangka panjang, tetapi dengan adanya program ini sudah merasa terbantu apalagi

program tani dan ternak sudah mulai berjalan. Dengan adanya program ini juga

dapat menghindari hal buruk dengan karena tiap anggota diwajibkan mengikuti

pengajian jadi sering berkumpul dengan tetangga sehinga silaturahmi juga

terjamin, selain itu dalam memenuhi kebutuhan dapat lebih teliti mana yang harus

di utamakan.

3) Akal (Al-Akl)

Dengan adanya program MAKASSAR CERDAS dapat menambah

pengetahuan serta meningkatkan semangat dalam mengikuti pengajian karena

setiap anggota juga diwajibkan mengikuti pengajian, dengan sering mengikuti

pengajian yakin keluarga terhindar dari hal buruk karena benyak mengetahui ilmu

agama, selain mengetahui ilmu agama juga lebih teliti dalam membeli barang

apakah halal atau haram misalkan dalam membeli ayam potong apakah orang

Islam atau bukan yang menjualnya sehingga diri dalam hal ini akal dapat

terlindungi, selain itu dengan sering mengikuti pengajian maka dapat

mengembangkan pemikiran terutama dalam agama. (Ramlah, 2022)

4) Keturunan (Al-Nasl)

Dengan adanya program beasiswa keluarga penerima program yakin dapat

mendidik anak menjadi soleh karena yang dapat beasiswa juga sering ada

pengajian langsung dari program MAKASSAR TAKWA BAZNAS Kota

Makassar, serta keluarga yakin anak terhindar dari kegiatan kumpul atau ikut

kelompok yang tidak jelas karena selalu terkontrol dan selalu tegas terhadap anak,

serta dengan adanya beasiswa keluarga tidak mengkhawatirkan maslah biaya


109

terutama buat terutama untuk biaya sehari-hari karena penerima beasiswa

mendapatkan uang saku dan bantuan rutin sembako tiap bulan. Dengan adanya

program ini keluarga lebih memperhatikan masalah anak, ketika anak berada di

luaar rumah serta ketika anak berada di rumah komunikasi keluarga semakin baik

dikarenakan dengan pemahaman agama yang semakin bertambah serta

keterbukaan dalam keluarga.

5) Harta (Al-Mal)

Dengan adanya program MAKASSAR SEJAHTERA dalam menggunakan

uang lebih teliti, meskipun program belum terlalu dirasakan sehingga peghasilan

belum terlalu meningkat serta uang yang dimiliki hanya sedikit jadi harus lebih

baik dalam mengaturnya, dalam melindungi harta maka harus bisa membagi

keuangan suapaya bisa tercukupi, dalam menyisakan uang untuk menabung

keluarga penerima tiga program lebih ke melakukan shadaqah karena mereka

berasumsi tabungan buat nanti di kehidupan yang akan datang. Sedangkan untuk

menyimpan uang di rumah dengan cara menyisakan sedikit untuk keperluan yang

tidak terduga atau bersifat mendadak. Dengan adanya perogram tersebut telah

memberikan perubahan pada kepedulian sosial dengan cara sering menyisihkan

uang untuk shadaqah yang mana uang tersebut biasa digunakan dalam acara

pengajian yang bersipat umum, serta dengan menyisihkan uang untuk kebutuhan

mendadak maka informan telah menyadari bahwa perlunya kesejahtraan serta

pengembangan ekonomi. 22 (Ramlah, 2022)

22
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ramlah, Penerima Bantuan Rutin Sembako BAZNAS Kota
Makassar. Makassar, 30 April 2022.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data temuan penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sekaligus

menjawab tujuan penelitian ini, yakni meliputi bagaimana manajemen bantuan

Zakat, Infak dan Sedekah dan Efektivitasnya berdasarkan Maqasid Al-Syari’ah di

BAZNAS Kota Makassar yang lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

1. Manajemen bantuan ZIS BAZNAS Kota Makassar meliputi fungsi-fungsi

pengelolaan klasik diantaranya perencanaan, pengorganisasian, perekrutan,

kepemimpinan, dan pengawasan, yang melibatkan banyak organisasi yang

saling bekerjasama untuk melakukan tindakan pencegahan, pengurangan,

persiapan dan bereaksi dengan cepat dan sesuai dengan Pengelolaan zakat

menurut UU No.23 tahun 2011.

Berdasarkan observasi lapangan serta wawancara, mekanisme pendistribusian

melalui program BAZNAS Kota Makassar telah melakukan perannya dengan

baik dalam pengelolaan serta pendistribusian dana zakat, infak, dan sedekah

(ZIS). Akan tetapi, indikator keberhasilan pendayagunaan zakat salah satunya

ialah tercapainya kesejahteraan hidup para mustahik yang di dalam Islam

diindikasikan dengan tercapainya tujuan syariah atau Maqaşid Syariah yang

mencakup hifdz ad-Din, hifdz an-Nafs, hifdz al-Aql, hifdz al-Mal dan hifdz an-

Nasl. Pada peneilitian ini penulis menganalisis kesejahteraan penerima program

110
111

dari BAZNAS Kota Makassar melalui pencapaian Maqaşid Syariah.

2. Manajemen bantuan dalam pengelolaan dana Zakai Infaq Shadaqah program BAZNAS

Kota Makassar telah sesuai dengan Maqasid Syariah, hal yang sangat berdampak besar

dari program MAKASSAR SEJAHTERA yaitu program bantuan dana bergulir untuk

usaha mikro sedangkan aspek Ad-Din hal tersebut telah sesuai dengan tujuan dari

program MAKASSAR TAKWA, Program MAKASSAR SEHAT, MAKASSAR

CERDAS, meskipun tiap program belum maksimal.

Efektivitas Manajemen Bantuan ZIS BAZNAS Kota Makassar masih memiliki

berbagai permasalahan utama diantaranya pola koordinasi OPZ pada umumnya

belum optimal, Pemahaman fikih zakat & regulasi pada pimpinan BAZNAS

daerah pada umumnya masih lemah, Kompetensi pimpinan BAZNAS daerah,

Manajemen dan struktur-fungsi BAZNAS daerah, Kualitas SDM amil

BAZNAS pada umumnya masih lemah.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak BAZNAS Kota Makassar Program bantuan sejauh hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti, baik manajemen maupun efektivitas berdasarkan

perspektif Maqasid Al-Syari’ah dinilai baik, sehingga perlu upaya yang

konsisten untuk menjalankan semua ini dan senantiasa mengevaluasi

kelangsungan programnya serta membuat perencanaan strategi dalam

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi disetiap program berjalan.


112

2. Kehadiran BAZNAS Kota Makassar dalam mengusung pengumpulan ZIS dan

penyaluran bantuan bagi masyarakat kota Makassar dan sekitarnya, diharapkan

para pengelola dapat menjalankan fungsi sesuai harapan masyarakat dan semua

pihak untuk memaksimalkan pengumpulan dana ZIS dan penyalurannya secara

global serta lebih memperluas lagi cakupannya dalam perspektif Maqasid Al-

Syari’ah, dengan penyajian keberagaman unit pengumpulan zakat dan program

bantuan secara menyeluruh.

3. Untuk menunjang sisi ideal visi, misi dan tujuan BAZNAS Kota Makassar

diharapkan semua pihak baik masyarakat/mustahik maupun pemerintah

setempat untuk mendukung program manajemen bantuan BAZNAS Kota

Makassar sehingga eksistensinya dapat bertahan dan lebih memperluas

jangkauan sesuai perspektif Maqasid Al-Syari’ah.


DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Abdul Gofur. Hukum Dan Pemberdayaan Zakat, Upaya Sinergis Wajib
Zakat dan Pajak di Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta 2007.

Azis, Abdul. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif untuk


Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Al-Ashafani, Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad. “Matan Abu syuja". terj.
D.A. Pakihsati, Fikih Praktis Madzhab Syāfi’ῑ. Cet. IV; Solo: Kuttab
Publishing, 2018.

Al-Bassam, Muhammad bin Ali. Taysir Al-Allām Syarh Umdatu al-Ahkām Terj.
Kathur Suhardi, Syarmah Hadis Pilihan Bukhari Muslim. Cet. IV; Jakarta:
Dār al-Falah, 2005.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismāīl. Shahīhu Al-Bukhārī. Cet. I; Dimasyqī:


Dāṭauqi al-Najāh, 1422H/2002M.

Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta:


PT.Raja Grafindo Persada, 2005.

Hasan, Muhammad Hasan. Manajemen Zakat. Cet. I; Yogyakarta: Ide Pres, t.th.

Hibban, Ibnu berkata: 1 wasaq itu adalah 60 sha’ 1.600 rithl Irak sekarang kira-
kira setara dengan timbangan 715 kg.

Husin, Muhammad. Pengelolaan Zakat Mal Secara Produktif Perspektif Maqāsid


Al-Syarῑah, program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau pada tahun, 2011.

Al-Husaini, Taqiyudῑn Abu Bakar Ibnu Muhammad. Kifāyatu Al-Akhyār. juz I.


Cet; Beirut: Dr Ahyāi al-Kutubu al-Arabiȳah Indūnīsiā, t.th.

Jaelani, Jaja, "Profil BAZNAS", dalam https://pusat.baznas.go.id/ , diakses


tanggal 6 September 2021.

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an al-Karim, Cet: Juli 2018, Bandung: Jawa
Barat.

Moleong, Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT


Remaja Rusdakarya, 2006.
Muqtadar, Abdul dan Ibrahim Fathi. Rahasia Dibalik Sedekah.

Al-Musawwar, Abdullah Salim Umar Bahammam. Fiqhu Al-‘Ibādāt al-


Muṣawwar. Terj. Suptiadi Yosup Bone, Fiqih Ibadah Bergambar.

Al-Qardhāwi, Yūsuf. Al-Ibadah fῑ Al-Islam, Cet. II, Beirut: Muassasah Al-


Risalah, 1442H/2001M.

Al-Qarḍhāwῑ, Yūsuf. Ijtihād Dalam Syari'at Islam: Beberapa Pandangan Analitis


tentang Ijtihad Kontemporer. Cet. I; Semarang: PT. Bulan Bintang, t.th.

Redaksi,“GempaBumiLombok”dalamhttps://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_
Lombok_5_Agustus_2018, diakses 24 September 2021.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cet; Jakarta: Kencana,
2009.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012.

Al-Syᾱfi’ῑ, Al-Nawāwῑ Al-Dimasyqῑ. Syārhu al-Arba'īn al-Nawawiyyah, Shalih


Ibn Muhammad al-Utsaῑmin, (Dāru al-Syarȳ lilnasȳr, 1424H/2005M.

Toriquddin, Moh. Pengelolaan Zakat Produktif Perspektif Maqāsid Al-Syarῑah


Ibnu Āsyūr, Cet. I, UIN Maliki Press, 2014.

Yasin, Ahmad Hadi. Panduan Zakat Praktis., Cet; Jakarta: t.p. 2012.

Yusanto, Ismail dan M. Karebet Widjajakusuma. Manajemen Strategis Perspektif


Syariah. Jakarta: Khairul Bayan, 2003.

Zakariyah, Abu al-Husain Ahmad bin Faris. Mu'jam Maqayis Al-Lugah. juz
III.Cet; Mesir: Mushṭafa al-Babi al-Halabi wa Awlāduhu, 1979.

Zuhaῑly, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adῑllatuhu, Cet. X, Beirut: Dār al-Fikr,


2006.
LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara BAZNAS Kota Makassar

Nama : Nindhi Meyna Susilawati


Nim : 0015.03.46.2020

PEDOMAN WAWANCARA
No.:

Judul Penelitian (Tesis)

MANAJEMEN BANTUAN ZAKAT INFAK SEDEKAH (ZIS) DALAM


PERSPEKTIF MAQASID AL-SYARIAH DI BAZNAS KOTA
MAKASSAR

I. Pendahuluan
Essai wawancara ini dibagikan kepada informan yang dijadikan
sampel penelitian.
Kerahasiaan identitas mereka tetap dijaga, sehingga diharapkan
dalam pengisian angket disertai kejujuran, dan hendaknya tidak
terpengaruh oleh pihak luar.
II. Identitas Informan
Nama :..............................................................................................
Tempat/tanggal lahir :.....................................................................
Alamat/No. Hp :...........................................................................................
..........................................................................................
Pekerjaan Tetap : ..........................................................................................
Riwayat Pendidikan : ...............................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
III. Wawancara/Pertanyaan Essai Pengurus Badan (Lembaga)

a. Ketua dan Sekretaris BAZNAS Kota Makassar (Ust.


Muhammad Ashar Tamanggong,S.Ag.,M.Pd)

1. Bagaimana Sejarah berdirinya Badan Amil Zakat Nasional


(BAZNAS) Kota Makassar?* Jawaban :

2. Bagaimana Perkembangan BAZNAS Kota Makassar ?*


Jawaban :

3. Sesuai Renstra 2021-2025 Apa Visi Misi BAZNAS Kota


Makassar?* Jawaban :

4. Bagaimana Struktur Organisasinya dan periode yang berjalan?*


Jawaban :

5. Daerah dan program apa saja cakupan BAZNAS Kota Makassar?


Jawaban :

6. Bagaimana Perencanaan atau program kerja BAZNAS Kota


Makassar Jawaban :
7. Bagaimana model Manajemen Bantuan ZIS yang dilakukan
BAZNAS Kota Makassar yakni pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan ZIS ?
Jawaban :

8. Bagaimana bentuk pengawasan yang ada di BAZNAS Kota


Makassar apakah ada Tim khusus pemantau di Lapangan
untuk memperhatikan kondisi baik kebutuhan para
penerima ZIS ?
Jawaban :

9. Apakah BAZNAS Kota Makassar terjun membantu pada


setiap peristiwa baik bencana, bantuan Pendidikan,
pengeloaan masjid,dll yang sesuai dengan Perspektif
Maqasid Al-Syariah? Bagaimana program bantuan yang ada
dalam memenuhi 5 indikator Maqasid?
Jawaban :
10. Bagaimana Model Penyaluran dan pendayagunaan (pengelolaan)
Zakat BAZNAS Kota Makassar secara umum?
Model Penyaluran misalnya program dakwah umum, kesehatan,
Pendidikan, bantuan ekonomi,dll?

b. Bendahara BAZNAS Kota Makassar

1. Apakah dalam pengumpulan Dana Zakat BAZNAS Kota


Makassar membuka no rekening untuk donasi kemanusiaan ?
Jika iya mohon dituliskan!

2. Berapa target dan realisasi pengumpulan Zakat setiap


tahun BAZNAS Kota Makassar? Mohon dituliskan jumlahnya.
Target :
Tiap Tahun :

Pencapaian :
Tiap Tahun :
3. Berapa jumlah dana penyaluran ZIS di tahun 2021
dan awal 2022 Januari-April ? Berapa total KK, berapa
JIWA? Total nominal keseluruhan ?Total rata-rata Nominal
per Jiwa? Jika ada mohon data penerimanya?

c. Bagian Pengelolaan Distribusi ZIS

1. Bagaimana Manajemen Pengeloaan Distribusi ZIS di BAZNAS


Kota Makassar?

2. Adakah program atau strategi khusus untuk pengelolaan ZIS?


Jika ada seperti apa dan bagaimana serta kendala maupun hasil
yang dihadapi?

3. Adakah evaluasi penghimpunan dan penyaluran zakat untuk


meningkatkan pencapaian program bantuan?

NOTE :

File/Berkas Data pendukung yang diperlukan :

1. Renstra BAZNAS Kota Makassar Periode 2021-2025


2. Laporan Audit Penerimaan dan Penyaluran ZIS Tahun 2021
3. Laporan Penyaluran dan data Penerima bantuan ZIS 2020-2021/Awal 2022
4. Dokumentasi Penyaluran atau serah terima bantuan
2. Lembar Keterangan Pengurus BAZNAS Kota

Makassar
3. Lembar Hasil Wawancara
4. Dokumentasi Penelitian

Ruangan MUZAKI dan MUSTAHIK BAZNAS


KOTA MAKASSAR
5. Riwayat Hidup Peneliti

Nama : Nindhi Meyna Susilawati

TTL : Bima, 24 Mei 1997 NIM/NIMKO

: 151012437/8581415437

Agama : Islam

Asal Daerah : Sumbawa Besar /BIMA NTB

Alamat : Perdos UNHAS Tamalanrea, Makassar

Pekerjaan : Pendidik (Guru)

Pendidikan Formal

1. SD Negeri Inpres Rato (11 Sila) : 2003-2009


2. SMP Negeri 1 Bolo : 2009-2012
3. SMA Negeri 1 Bolo : 2012-2015
4. STIBA Makassar : 2015-2019
5. Magister Manajemen Pendidikan Islam UMI : 2020-2022
Nama Orang Tua
1. Ayah : Imam Hidayat
2. Ibu : Aminah

Pekerjaan Orang Tua

1. Ayah : Wiraswasta
2. Ibu : Ibu Rumah Tangga
Jumlah Bersaudara : 1 Orang (Kandung), 4 Orang (Seayah)

Pengalaman Organisasi

1. Pengurus Sakan 2016-2017 STIBA Makassar


2. Pengurus MWD WI Makassar
3. FemaleGeek Regional Makassar
4. Founder Al-Qur’an Learning Center Islamic Camp (ALCIC)
Indonesia
5. Ketua Yayasan Baitul Quraa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai