Anda di halaman 1dari 10

BAB 11

PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS

A. Konsep program pembinaan kesehatan komunitas


Program pembinaan kesehatan komunitas telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28 (H) ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Program pembinaan kesehatan komunitas dalam bab ini akan difokuskan pada program
pembinaan gizi masyarakat, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu tujuan
pembangunan khususnya bidang kesehatan.
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas. Keperawatan
komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap
berbagai gangguan kesehatan dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan
serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan
terhadap penyakit.
Tujuan pembangunan yang berikutnya yaitu peningkatan akses masyarakat terhadap
kesehatan masyarakat yang berkualitas melalui program lingkungan sehat. Salah bentuk
pelaksanaan program lingkungan sehat yaitu program penyelenggaraan kabupaten/kota sehat,
diperlukan kerja sama antara dinas kesehatan provinsi dengan pemerintah.
(dikutip dari : Eltanina Ulfameytalia D ewi, S. Kep, Ns., M. Kep. (2022). Keperawatan
Kesehatan Komunitas)
B. Jenis-jenis program pembinaan kesehatan komunitas
1. Pembinaan Gizi Masyarakat
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat, termasuk
untuk kebutuhan pangan. Hal ini, menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat
yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Penurunan status gizi dapat terjadi pada
kelompok rawan, yaitu bayi, balita, dan ibu hamil yang akibatnya akan menimbulkan
masalah kesehatan yang serius. Untuk mempertahankan status gizi yang baik perlu
intervensi gizi melalui pemerian makanan tambahan (PMT) khusus kepada keluarga
miskin rawan gizi. Kegiatannya dapat mencakup hal-hal berikut.
a. PMT bagi balita.
b. Pemberian penyuluhan gizi pada ibu hamil, ibu bayi, dan ibu balita. Dengan
sasaran kegiatan, yakni :
 Bayi umur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin;
 Anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin;
 Anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin; dan
 Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.

Perlu diketahui bahwa untuk kegiatan pada post gizi ini apabila setelah diberikan PMT
anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP), maka makanan tambahan terus
dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan kepuskesmas (dirujuk). Untuk ibu
hamil dan ibu nifas yang menderita anemia. Perlu pula ditegaskan bahwa post gizi juga
dapat diberdayakan untuk memantau dan melaporkan KLB gizi buruk untuk segera di
rujuk. Selain itu, khusus untuk program PMT tidak diperkenankan substitusi dalam
bentuk pemberian uang (Maryani, 2014).

2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rumah/Home care


Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprenship diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit.
a. Manfaat Home Care
Manfaat pelayanan Home Care dalam Home Care for seniors (2011) adalah
 Memberikan individu yang membutuhkan perawatan harkat dan
kemandirian;
 Dapat membantu mencegah atau menunda perawatan di rumah sakit
atau panti jompo;
 Mengizinkan kebebasan maksimal dan kenyamanan bagi individu;
 Menawarkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan
keluarga;
 Dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka;
 Dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka.
b. Manajemen home care
Manajemen homecare terdiri darai 3 (tiga) unsur yaitu pengelolaan
pelayanan, pelaksanaan pelayanan dan klien.
 Pengelolaan pelayanan adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab
terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah baik
penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme pelayanan
sesuai standar yang di tetapkan.
 Pelaksanaan tersebut terdiri dari kordinator kasus dan pelaksanan
pelayanan.
 Klien adalah penerima perawatan kesehatan dirumah dengan
melibatkan salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab
yang mewakili klien. Apabila di perlukan keluarga dapat juga
menunjukan seseorang yang dapat menjadi pengasuh (care-giver) yang
melayani kebutuhan sehari-hari dari klien (Suswati et al., 2018).
3. Pembinaan upaya kesehatan kerja
Keperawatan kesehatan kerja merupakan aplikasi dari keperawatan, kesehatan
masyarakat, dan keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan para pekerja untuk
pencegahan suatu penyakit dan kecelakaan, serta untuk meningkatkan kesehatan
pekerjaan secara optimal. Hasil akhir yang di harapkan adalah pekerjaan menjadi
produktif dan dapat diterima secara sosial. Tujuan keperawatan kesehatan kerja antara
lain:
a. Melindungi kesehatan pekerjaan dari ancaman potensial yang berasal dari tempat
kerja.
b. Membantu pekerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan
kapasitas fisik, mental, dan emosional, sehimgga tercapai tingkat efisiensi tanpa
adanya keadaan yang membahayakan kesehatan dan keselamatanya.
c. Menjamin pelayanan kesehatan yang adekuat serta rehabilitas dari kondisi
sakit/cedera.
d. Mendorong pekerja untuk mempertahankan derajat kesehatan yang optimal (W. I.
Mubarak & Chayatin, 2009).
4. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) adalah sebuah sarana
pemerintah untuk memberdayakan masyarakat sesuai kebutuhan dari masyarakat
setempat, yang akan dibimbing oleh pihak-pihak terkait. Salah satu upaya kesehatan yang
bersumber daya masyarakat (UKBM) adalah posyandu. Artinya posyandu dikelola,
digunakan dan berfungsi untuk masyarakat. Tujuan posyandu memiliki tujuan besar yaitu
diharapkan bisa menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB),
dan angka kematian balita (AKABA) melalui peran dari masyarakat dengan seringnya
datang ke posyandu selain itu tujuan lainnya adalah untuk menigkatkan peran masyarakat
dan lintas sektor lainnya serta meningkatkan pelayanan kesehatan dasar mengenai AKI,
AKB, dan AKABA.
Kegiatan posyandu dibedakan dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
 Ibu hamil
Pelayanan kesehatan di posyandu untuk ibu hamil dimulai dari
penimbangan berat badan ibu, lingkar lengan atas (Lila) serta pemberian
tablet.
 Ibu nifas dan menyusui
Pada ibu nifas dan menyusui pelayanan kesehatan yang bisa diberikan
adalah penyuluhan KB, ASI, dan Gizi.
 Bayi dan balita
Pada anak bayi dan balita sangat penting diberikan ke pelayanan kesehatan
untuk mencegah terjadinya stunting dan gizi buruk.
b. Keluarga berencana (KB)
Pada pelayanan KB kader bisa berperan dalam pemberian alat kontrasepsi,
seperti kondom atau pil KB, sedangkan untuk konseling KB dan suntik KB
biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan dari puskesmas (Afrianti & Nasution,
2019).
5. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok bersalin desa (polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta kesehatan
anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu
hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan imunisasi, penyluhan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan
kepada kader dan masyarakat (Sumampouw, 2017)
6. Pos pembinaan terpadu (Posbindu)
Posbindu penyakit tidak menular (PTM) adalah peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring terhadap faktor resiko PTM serta tindak
lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Pelaksanaan tindak
lanjutnya dalam bentuk konseling dan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Tujuan utama kegiatan posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor resiko PTM. Oleh karena itu
sasaran posbindu PTM cukup luas mencakup semua masyarakat usia 15 tahun ke atas
baik itu dengan kondisi sehat, masyarakat beresiko maupun masyarakat dengan kasus
PTM (Fitriani Pramita Gurning et al., 2022)
Kegiatan posbindu PTM yang diawali dengan wawancara terhadap riwayat penyakit
dan diderita dan keluarga, informasi yang diberikan masyarakat/peserta akan
meningkatkan peserta tersebut terhadap kondisi kesehatan masing-masing, memeriksa
kesehatan masyarakat terutama remaja. Contohnya : ada anggota yang menderita diabetes
atau tekanan darah tinggi, kader akan mengingatkan kepada anggota posbindu untuk
mengatur pola makan agar tidak mengandung kadar gula tinggi, mengandung kolestrol
dan memperbanyak makan sayur dan buah-buahan jadi petugas kesehatan akan
melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, pemeriksaan kadar gula darah,
kolestrol, asam urat serta memberikan edukasi kepada perilaku yang harus dilakukan dan
harus dihindari (Anita & Febriawati, 2019).
7. Program promosi kesehatan
Promosi kesehatan merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk memberikan pesan-
pesan tentang kesehatan kepada kelompok masyarkat agar masyarakat dapat menerapkan
perilaku hidup sehat. Program promosi kesehatan dapat meningkatkan hasil fisik,
fisikilogis, pendidikan , dan pekerjaan untuk individu dan membantu mengontrol atau
menguri biaya perawatan kesehatan secara kesuluruhan dengan menekankan pencegahan
masalah kesehatan, mempromosikan gaya hidup sehat, meningkaatkan kepatuhan pasien,
dan mengfailitasi akses kelayanan dan perawatan kesehatan.
Program promosi kesehatan berperan dalam menciptakan individu, keluarga,
komunitas, tempat kerja, dan organisasi yang lebih sehat. Mereka berkontribusi pada
lingkungan yang mempromosikan dan mendukung kesehatan individu dan masyarakat
secara keseluruhan. Program promosi kesehatan memanfaatkan posisi penting
lingkungan mereka (misalnya, sekolah, tempat kerja, organisasi perawatan kesehatan,
atau komunitas) untuk menjangkau anak-anak, remaja, orang dewasa, dan keluarga
dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan
yang tepat tentang mereka (Hulu et al., 2020).
8. Pelayanan kesehatan lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan meliputi serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor resiko lingkungan. Menurut permenkes tersebut, kepala puskesmas bertanggung
jawab meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas (bab IV pasal
13 permenkes RI No 13 tahun 2015).
Adapun kegiatan nya meliputi:
a. Konseling (pasien)
b. Inspeksi kesehatan lingkungan; dan/atau
c. Intervensi kesehatan lingkungan (Djuari, 2021).
9. Gerakan masyarakat
Gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistemmatis
dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus di mulai dari karena keluarga adalah bagian
terkcil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. Tujuan khusus GERMAS 2016
yaitu melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan,
dan menggunakan jaban. Pada tahun 2017 forkus GERMAS pada tiga kegiatan yaitu:
a. melakukan aktivitas fisik 30 menit perhari,
b. mengonsumsi buah dan sayur, dan
c. memeriksakan kesehatan secara rutin
Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini
juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar, menurut mentri kesehatan (kementrian
kesehatan,2016). GERMAS mengajak msyarakat untuk membudayakan hidup sehat,
agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Secara khusus,
GERMAS tidak di harapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat
untuk hidup sehat, meningkatkan produktifitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya
kesehatan (Sabilu et al., 2022)
10. Program pelayanan konseling
Konseling merupakan suatu proses komunikasi dua arah atau interpersonal antara
konselor dan klien untuk membantu klien dalam mengenali, menyadari dan akhirnya
mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah yang di hadapi
(Karota & Sitepu, 2020)
Pelayanan konseling yang diselenggarakan pada suatu institusi pelayanan
kesehatanharus mendukung proses pelayanan kesehatan secara umum dan merupakan
salah satu metode (bentuk pelayanan) untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
Pelayan konseling hendaknya disesuaikan dengan tujuan layanan kesehatan pada klien.
Pelayanan konseling yang diberikan berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian
klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau
keadaannya tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru pada akhirnya akan menimbulkan
permasalahan. Disamping keterpaduan pada diri klien, juga harus di perhatikan
keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Dalam hal ini diharapkan hendaknya
aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek layanan yang lain (Nuraisya &
Yuliawati, 2020).
C. PIS- PK
Program indonesia sehat pendekatan keluarga (PISPK) yaitu adanya kunjungan kerumah
oleh petugas puskesmas untuk mencatat 12 indikator kesehatn dalam keluarga (M. Mubarak et
al., 2022)
Dalam rangka penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga,
ditetapkan (12 indikator) utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga sebagai
berikut :
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan difasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) ekslusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak di telantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sasaran air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
(Indonesia, 2016)
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang dimulai dari keluarga juga tertuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaran program indonesia
sehat dengan dengan pendekatan keluarga (Kementrian Kesehatan RI 2016). Dengan adanya
program PIS-PK, maka perawat puskesmas dapat mengintegrasikan upaya kesehatan
perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) setelah berkesinambungan. Selain
itu, dengan adanya program PIS-PK, maka akses pelayanan kesehatan untuk semua anggota
keluarga dapat ditingkatkan secara komprehensif meliputi upaya promotif dan preventif serta
pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar. Keseluruhan kegiatan tersebut dapat diwujudkan
melalui pendekatan pemberian asuhan keperawatan keluarga (Harwijayanti et al., 2022)
D. Konsep kota sehat
Konsep sehat adalah suatu kondisi kota nyaman, aman bersih dan sehat untuk dihuni
penduduk. Penyelenggaraannya di capai melalui penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan
teintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Healthy cities (kota sehat)
merupakan proses jangka panjang dan berjalan secara terus menrus untuk meningkatkan
kesehatan dan lingkungan. Healthy cities membutuhkan upaya, waktu dan perubahan budaya
dalam nilai, baik oleh pemerintah lokal maupun organisasi-organisasi kota lainnya. Hal yang
cukup penting yaitu penyelenggaran kota sehat dengan berbagai kegiatan untuk mewujudkan
kota sehat, melalui perlibatan masyarakat, dan forum yang difasilitasi oleh pemerintah.
Terdapat 11 indikator kualitas kota sehat menurut WHO :
1. Lingkungan bersih yang berkualitas, aman, termasuk perumahan yang terjangkau
2. Ekosistem yang stabil dan berkelanjutan
3. Masyarakat yang kuat, saling mendukung, dan non- exploitatif
4. Tingkat pertisipasi publik tinggi dan kontrol masyarakat atas keputusan yang
mempengaruhi kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan
5. Pemenuhan kebutuhan dasar (makanan, air, tempat tinggal, pendapatan, keamanan dan
kerja) untuk semua masyarakat
6. Akses keberbagai pengalaman dan sumber daya dengan kemungkinan beberapa kontak,
interaksi dan komunikasi
7. Ekonomi beragam, penting, dan inovatif
8. Dorongan dengan koneksi masa lalu, dengan warisan budaya dan biologis yang
bervariasi dengan kelompok-kelompok dan individu lainnya
9. Bentuk kota (desain) yang kompatibel dengan meningkatkan karakteristik sebelumnya
10. Pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal dan perawatan yang tepat dapat diakses
oleh semua
11. Status kesehatan yang tinggi (baik status kesehatan yang positif yang tinggi dan status
penyakit yang rendah)
Dalam perkembangannya, upaya mewujudkan kota sehat menemui beberapa masalah yaitu
terdapat kecenderungan bagi pihak lain bahwa gerakan kota sehat adalah gerakan dapartemen
dan dinas kesehatan, gerakan kampus (universitas kesehatan), gerakan peneliti, konsultan, dan
gerakan mahasiswa kesehatan dan kelompok kepentingan dibidang kesehatan masyarakat.
(Batara, 2018)
Daftar Pustaka
Afrianti, I., & Nasution, D. N. R. (2019). Grak Limo: Grak Lima Meja, ASI Eksklusif, MPASI,
dan Rolling Massage. Syiah Kuala University Press.
Anita, B., & Febriawati, H. (2019). Puskesmas Dan Jaminan Kesehatan Nasional. Deepublish.
Batara, A. S. (2018). Healthy Setting Ruang Publik Perkotaan: Sebuah Konsep Terminal Sehat.
CV. Social Politic Genius (SIGn).
Djuari, L. (2021). Buku Ajar Manajemen Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press.
Fitriani Pramita Gurning, S. K. M., Aidha, Z., & Meutia Nanda, S. K. M. (2022). Masalah
Kesehatan Masyarakat Pesisir. Merdeka Kreasi Group.
Harwijayanti, B. P., Liana, Y., Tauho, K. D., Sinaga, M. R. E., Prasetiani, A. G., & Janah, E. N.
(2022). Keperawatan Keluarga. Get Press.
Hulu, V. T., Pane, H. W., Tasnim, T., Zuhriyatun, F., Munthe, S. A., Hadi, S., Salman, S.,
Sulfianti, S., Hidayati, W., & Hasnidar, H. (2020). Promosi kesehatan masyarakat. Yayasan
Kita Menulis.
Indonesia, R. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Karota, E., & Sitepu, N. F. (2020). Panduan Konseling Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan
Diabetes Melitus. Deepublish.
Maryani, D. S. (2014). Ilmu keperawatan komunitas.
Mubarak, M., Maisyarah, M., Handayani, R., Mardona, Y., Putri, N. T., Argaheni, N. B.,
Rahayu, D. Y. S., Saputra, B. A., Pratiwi, R. D., & Pangaribuan, S. M. (2022). Teori
Keperawatan Komunitas. Yayasan Kita Menulis.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu keperawatan komunitas pengantar dan teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Nuraisya, W., & Yuliawati, D. (2020). Komunikasi & konseling (feminisme) dalam pelayanan
kebidanan. Deepublish.
Sabilu, Y., Jafriati, M. S. D., Zainuddin, M. S. D. A., & Hikmawati, M. K. Z. (2022).
Implementasi Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Kota Kendari. CV
Literasi Nusantara Abadi.
Sumampouw, O. J. (2017). Pemberantasan Penyakit Menular. Deepublish.
Suswati, I., Setiawan, F. E. B., Prasetyo, Y. B., & Tilaqsa, A. (2018). Interprofessional
Education (Ipe) Panduan Tutorial Dan Homevisit Kesehatan Keluarga (Vol. 1). Ummpress.

Anda mungkin juga menyukai