Anda di halaman 1dari 207

MERAUKE COFFEE CENTER

(PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN-TROPIS)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana


pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Musamus
Merauke

ANGGERI NURESTU SOJHADELAS

2016 23 201 001

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : MERAUKE COFFEE CENTER

(PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN-TROPIS)

PENYUSUN : ANGGERI NURESTU SOJHADELAS

NPM : 2016 23 201 001

Merauke, 29 September 2021

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

ANTON TOPAN, ST.,MT YOSI VALENTINA SIMORANGKIR,ST., MT


NIDN. 1229097601 NIDN. 0002029003

Mengetahui

Ketua Jurusan
Teknik Arsitektur

ANTON TOPAN, ST.,MT


NIDN. 1229097601
ABSTRAK

Anggeri Nurestu Sojhadelas. Merauke Coffee Center (Pendekatan Desain


Arsitektur Modern Tropis). (dibimbing oleh : Anton Topan dan Yosi Valentina
Simorangkir).
Di Merauke terdapat potensi tumbuh kembangnya kopi yang terdapat pada
daerah sota dan jagebob yang merupakan dataran rendah, akan tetapi masyarakat
Merauke sebagian besar belum mengetahui adanya tumbuhan kopi yang dapat
dibudidayakan pada dataran rendah, untuk jenis kopi yang bisa tumbuh pada
dataran rendah. ada 2 jenis kopi yaitu excelsa dan liberikia. Tujuan penelitian ini
yaitu : Merencanakan dan merancang Merauke Coffee Center yang dapat
mengedukasi atau memperkenalkan kopi lokal kepada masyarakat Merauke
maupun masyarakat luas, Merancang Merauke Coffee Center dengan pendekatan
arsitektur modern tropis dengan tampilan yang menarik dan penghawaan alami.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dilakukan
dengan cara mengumpulkan data berupa wawancara pada pihak pemilik kedai.
dan dokumentasi langsung terhadap objek yang diteliti. Selain itu data dari
berbagai sumber yang berupa literatur mengenai, peraturan, buku, laporan, dan
jurnal. Hasil dari data yang diperoleh digunakan sebagai acuan menentukan jenis
kebutuhan ruang serta wujud bangunan dan fasade Merauke Coffee Center.
Tapak yang direncanakan untuk Merauke Coffee Center Dengan luasan
lahan sebesar ±22 Ha. . Fasilitas yang direncanakan dan dirancang (baik bangunan
maupun tapak/ruang terbuka) terbagi menjadi 3 bagian diantaranya; fasilitas
gedung pengelola, fasilitas edukasi/rekreasi, fasilitas penunjang. Pendekatan
arsitektur Modern Tropis yang diterapkan diantaranya; memanfaatkan
penghawaan dan pencahayaan alami ke dalam bangunan, dengan beberapa
material yang lebih modern yaitu penggunaan material baja bulat (rangka atap
space frame) pada bangunan pengelola dengan atap menggunakan GFRC (Glass
Fibre Reinforced Concrete), dan atap kaca peredam panas yaitu atap laminated
glass.
Kata Kunci : Kopi, Edukasi, Arsitektur Modern Tropis

iii
ABSTRACT

Anggeri Nurestu Sojhadelas. Merauke Coffee Center (Tropical Modern


Architectural Design Approach). (supervised by: Anton Topan and Yosi
Valentina Simorangkir). 
In Merauke there is a potential for coffee growth found in the Sota and
Jagebob areas which are lowlands, but most Merauke people do not know about
coffee plants that can be cultivated in the lowlands, for the type of coffee that can
grow in the lowlands there are 2 types of coffee. namely excelsa and liberikia.
The objectives of this research are: Planning and designing the Merauke Coffee
Center  that can educate or introduce local coffee to the Merauke community and
the wider community, Designing the Merauke Coffee Center with a tropical
modern architectural approach with an attractive appearance and natural
ventilation. 
The method used in this research is descriptive, done by collecting data in
the form of interviews with the shop owner. and direct documentation of the
object under study. In addition, data comes from various sources in the form of
literature on regulations, books, reports, and journals. The results of the data
obtained are used as a reference in determining the type of space requirement
and the shape of the building and the facade of the Merauke Coffee Center. 
The planned site for Merauke Coffee Center with a land area of ± 22 Ha.
The planned and designed facilities (both building and site/open space) are
divided into 3 parts including; management building facilities,
educational/recreational facilities, supporting facilities. Tropical Modern
architectural approaches that are applied include; utilizing natural ventilation
and lighting into the building, with several more modern materials, namely the
use of round steel material (roof truss space frame) in the management building
with a roof using GFRC (Glass Fiber Reinforced).  Concrete), and heat-roofs,
namelyroofs absorbing glasslaminated glass.
Keywords: Coffee, Education,Tropical Modern Architecture

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan juga Rasul-Nya yang telah

memberikan berkat dan rahmat-Nya, serta tuntunan untuk menuntut ilmu tiada

henti sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “MERAUKE

COFFEE CENTER” tepat pada waktunya.

Adapun isi dari penulisan proposal ini yaitu tentang bagaimana cara

merancang Merauke Coffee Center dengan penyesuaian pendekatan desain tropis-

modern. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga proposal ini dapat

selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Beatus Tambaib, M.A selaku Rektor Universitas Musamus

Merauke beserta jajaran yang telah memfasiltasi sarana dan prasarana selama

penulis menempuh Pendidikan di Universitas Musamus.

2. Ibu Dr. Maria Veronica Irene Herdjiono, S.E., M.Si., selaku Wakil Rektor I

Universitas Musamus beserta jajarannya yang telah memfasilitasi sarana dan

prasarana selama penulis menempuh Pendidikan di Universitas Musamus.

3. Ibu Emiliana Bernadina Rahail, S.H., M.H., selaku Wakil Rektor II

Universitas Musamus beserta jajarannya yang telah memfasilitasi sarana dan

prasarana selama penulis menempuh Pendidikan di Universitas Musamus.

v
vi

4. Ibu Yosehi Mekiuw, S.P., M.Sc., selaku Wakil Rektor III Universitas

Musamus beserta jajarannya yang telah memfasilitasi sarana dan prasarana

selama penulis menempuh Pendidikan di Universitas Musamus.

5. Bapak Daniel Parenden, ST., MT., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Musamus beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menjalani pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Musamus.

6. Bapak Paulus Mangera, ST., MT., selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik

Universitas Musamus beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menjalani pendidikan di Fakultas Teknik Universitas

Musamus.

7. Bapak Anton Topan, ST.,MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas

Teknik Universitas Musamus Merauke dan sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing 1 yang memberikan banyak kemudahan.

8. Ibu Yosi Valentina Simorangkir, ST., MT., sebagai pembimbing 2 yang

senantiasa memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan, sehingga

memberikan masukan yang berarti sampai akhir pembuatan Tugas Akhir ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Arsitektur yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas

Musamus.

10. Teristimewa kedua orang tuaku, atas semuanya yang mungkin penulis tidak

sanggup memberikan balasan yang setimpal.

vi
vii

11. Untuk saudara seperjuangan Arsitektur 2016 yang selalu mendorong dan

memotivasi selama di perkuliahan

12. senior maupun junior terimakasih untuk bantuannya.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa proposal ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Akhir kata,

penulis berharap semoga proposal ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak

lain yang berkepentingan

Merauke, 29 September 2021

Anggeri Nurestu Sojhadelas

vii
DAFTAR ISI

MERAUKE COFFEE CENTER...........................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

ABSTRAK.............................................................................................................iii

ABSTRACT...........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar belakang Penelitian..........................................................................1

1.2 Identifikasih Masalah................................................................................3

1.3 Rumusan masalahan..................................................................................4

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

1.5 Batasan masalah........................................................................................4

1.6 Manfaat Penelitian....................................................................................5

1.7 Sistematika Penulisan................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7

viii
2.1. Tinjauan Umum.........................................................................................7

2.1.1. Pengertian Pariwisata.........................................................................7

2.1.2. Pengunjung dan Karakteristiknya......................................................8

2.1.3. Sarana Dan Prasarana Wisata............................................................9

2.1.4. Pengertian Agrowisata.....................................................................10

2.1.5. Syarat Pengembangan Agrowisata...................................................11

2.1.6. Pelaku Kegiatan Agrowisata............................................................12

2.1.7. Sarana/Fasilitas Agrowisata.............................................................13

2.1.8. Jenis-jenis kopi.................................................................................14

2.1.9. Syarat tumbuh dan pedoman budidaya kopi....................................15

2.1.10. Proses Pengolahan Kopi...............................................................16

2.2. Studi Literatur..........................................................................................18

2.2.1 Pt. perkebunan nusantara ix pabrik kopi banaran............................18

2.2.2 Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran.............................................31

2.3. Pendekatan Desain..................................................................................35

2.3.1 Arsitektur Modern............................................................................35

2.3.2 Arsitektur Tropis..............................................................................36

2.4. Pola Masa Bangunan...............................................................................42

2.4.1 Bentuk Terpusat...............................................................................43

2.4.2 Bentuk Linear...................................................................................43

ix
2.4.3 Bentuk Radial...................................................................................44

2.4.4 Bentuk Kelompok (Cluster).............................................................44

2.4.5 Bentuk Grid......................................................................................45

2.5. Sirkulasi...................................................................................................46

2.5.1 Syarat-Syarat Sirkulasi.....................................................................46

2.5.2 Macam-Macam Sirkulasi.................................................................46

2.6. Standar Bangunan Tinggi........................................................................57

2.6.1 Struktur.............................................................................................57

2.6.2 Kontruksi..........................................................................................58

2.6.3 Bahan Bangunan..............................................................................59

2.6.4 Fungsi Bangunan..............................................................................59

2.6.5 Site / Lokasi Bangunan....................................................................59

2.6.6 Sistem Bangunan..............................................................................59

2.7. Standar Bangunan Tahan Gempa............................................................60

2.7.1 Pondasi.............................................................................................61

2.7.2 Hubungan Antara Pondasi Dan Balok Sloof....................................62

2.7.3 Hubungan Antara Pondasi Dan Dinding..........................................62

2.7.4 Perkuatan Kontruksi Dinding...........................................................63

2.7.5 Kontruksi Atap.................................................................................63

2.8. Utilitas.....................................................................................................64

x
2.8.1 Air Bersih.........................................................................................64

2.8.2 Air Kotor..........................................................................................67

2.8.3 Limbah Kopi....................................................................................68

2.8.4 Listrik...............................................................................................69

2.8.5 Generator..........................................................................................70

2.8.6 Cctv & sistem sekuriti......................................................................72

2.8.7 Pemadam Kebakaran........................................................................73

2.8.8 Penangkal petir.................................................................................77

2.9. Kerangka berpikir....................................................................................80

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................81

3.1 Tempat / Lokasi Penelitian......................................................................81

3.1.1 Lokasi Mencari Data........................................................................81

3.1.2 Lokasi Site Penelitian.......................................................................82

3.2 Jenis Dan Sumber Data...........................................................................83

3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................85

3.4 Teknik pengumpulan data.......................................................................86

3.5 Teknik pengolahan data...........................................................................87

3.6 Peralatan..................................................................................................89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................90

4.1 Dasar Konsep Desain..............................................................................90

xi
4.2 Analisa Dasar Perancangan.....................................................................91

4.2.1 Analisa Pemilihan Site.....................................................................91

4.2.2 Lokasi Site Terpilih..........................................................................94

4.3 Analisa Perancangan Tapak....................................................................96

4.3.1 Analisa Pencapaian..........................................................................96

4.3.2 Analisa Sirkulasi..............................................................................99

4.3.3 Analisa Klimatologi.......................................................................104

4.3.4 Analisa View..................................................................................108

4.3.5 Analisa Kebisingan........................................................................111

4.3.6 Analisa Penzoningan......................................................................113

4.3.7 Analisa Landscape.........................................................................116

4.3.8 Analisa Perancangan Bangunan Merauke Coffee Center..............122

4.4 Hubungan Pendekatan Arsitektur Modern Tropis dan Fasade Bangunan

129

4.5 Analisa Sistem Structure dan Material Penutup....................................129

4.5.1 Analisa dan konsep struktur...........................................................129

4.5.2 Konsep Utilitas...............................................................................137

4.6 Analisa Kebutuhan Ruang.....................................................................157

4.6.1 Analisa Pelaku Kegiatan, Kebutuhan Ruang dan Alur Aktifitas...159

4.6.2 Analisa Besaran Ruang..................................................................166

xii
4.6.3 Pola Hubungan Ruang...................................................................171

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................177

5.1 Kesimpulan............................................................................................177

5.2 Saran......................................................................................................178

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................179

LAMPIRAN........................................................................................................181

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Macam-macam sirkulasi grid................................................................48

Tabel 2. 2 Kebutuhan Air Menurut Tipe Bangunannya.........................................65

Tabel 3. 1 jenis sumber data premier dan data sekunder......................................84

Tabel 3. 2 Sampel penelitian.................................................................................86

Tabel 3. 3 Alat/instrument penelitian.....................................................................89

Tabel 4. 1 Analisa Landscape..............................................................................116

Tabel 4. 2 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Penerima,......159

Tabel 4. 3 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Coffee Tour...160

Tabel 4. 4 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Pengelola......161

Tabel 4. 5 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Servive dan

Maintenance.........................................................................................................162

Tabel 4. 6 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Rekreasi dan

Akomodasi...........................................................................................................163

Tabel 4. 7 Analisa Besaran Ruang Gedung Pengelola.........................................166

Tabel 4. 8 Analisa Besaran Ruang Gedung Pengolahan......................................167

Tabel 4. 9 Analisa Besaran Ruang Gedung Coffee Shop....................................167

Tabel 4. 10 Analisa Besaran Ruang Gedung Aula...............................................168

Tabel 4. 11 Analisa Besaran Ruang, Kebun Kopi, Pos Satpam, Garasi Penyewaan

Kendaraan Wisata, Green House.........................................................................168

xiv
Tabel 4. 12 Analisa Besaran Ruang, Mushola, Gedung Genset, Wc Umum,

Gudang Kopi dan Pupuk, Parkiran......................................................................169

Tabel 4. 13 Rekapitulasi Besaran Ruang.............................................................170

Tabel 4. 14 Rekapitulasi Besaran Ruang.............................................................171

xv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4. 1 Diagram Konsep Perancangan.........................................................90

Diagram 4. 2 Sistem Jaringan Listrik PLN dan Genset.......................................138

Diagram 4. 3 Distribusi air bersih........................................................................140

Diagram 4. 4 Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah.........................................142

Diagram 4. 5 Sistem pengolahan limbah cair kopi..............................................144

Diagram 4. 6 Sistem Pengolahan air hujan..........................................................146

Diagram 4. 7 Sistem Pembuangan sampah/limbah padat....................................148

Diagram 4. 8 Sistem Pencegahan Kebakaran......................................................151

Diagram 4. 9 Alur Aktifitas Pengunjung............................................................164

Diagram 4. 10 Alur Aktifitas Pengelola...............................................................165

Diagram 4. 11 Alur Aktifitas Service dan Maintenance......................................165

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Semarang – PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)........................18

Gambar 2. 2 Buah Kopi Merah dan Hijau pada Kebun Asinan............................19

Gambar 2. 3 Proses Penimbangan Kopi Gelondong.............................................20

Gambar 2. 4 Metode Analisis Buah Kopi..............................................................21

Gambar 2. 5 Penampungan Buah Kopi pada Bak..................................................23

Gambar 2. 6 Mesin Raung Pulper di Departemen Pengolahan..............................24

Gambar 2. 7 Tungku Pembakaran Untuk Viss Dryer............................................25

Gambar 2. 8 Lantai Pengeringan Viss...................................................................26

Gambar 2. 9 Mesin Masson pada untuk pengeringan jenis RWP..........................27

Gambar 2. 10 Mesin Huller....................................................................................28

Gambar 2. 11 Proses Sortasi Kering......................................................................29

Gambar 2. 12 Penyimpanan Pada Gudang.............................................................31

Gambar 2. 13 kereta wisata....................................................................................32

Gambar 2. 14 Flying Fox.......................................................................................32

Gambar 2. 15 coffee house....................................................................................33

Gambar 2. 16 Taman dan Gazebo..........................................................................33

Gambar 2. 17 Camping Ground.............................................................................34

Gambar 2. 18 Griya Robusta..................................................................................34

Gambar 2. 19 Bentuk Atap Modern tropis.............................................................40

Gambar 2. 20 Lanskap Arsitektur Tropis..............................................................40

Gambar 2. 21 Jendela Jalusi...................................................................................41

Gambar 2. 22 Penggunaan Sunshading dari kayu.................................................42


Gambar 2. 23 Contoh pola terpusat.......................................................................43

Gambar 2. 24 Contoh pola linear...........................................................................43

Gambar 2. 25 Contoh pola radial...........................................................................44

Gambar 2. 26 Contoh pola cluster.........................................................................45

Gambar 2. 27 Contoh pola grid..............................................................................45

Gambar 2. 28 Organisasi linear yang terdiri dari ruang beruang...........................47

Gambar 2. 29 Sirkulasi radial................................................................................48

Gambar 2. 30 Jangkauan krek pada anak difabel...................................................51

Gambar 2. 31 Ukuran kursi roda............................................................................51

Gambar 2. 32 Penerapan standar parkir.................................................................52

Gambar 2. 33 Pola sirkulasi satu arah....................................................................55

Gambar 2. 34 Pola sirkulasi dua arah....................................................................56

Gambar 2. 35 Aspek sistem struktur......................................................................57

Gambar 2. 36 Aspek konstruksi dan bahan bangunan...........................................58

Gambar 2. 37 Sistem-sistem bangunan..................................................................60

Gambar 2. 38 Pondasi menerus mengelilingi bangunan tanpa terputus................61

Gambar 2. 39 Pondasi setempat beton bertulan....................................................61

Gambar 2. 40 Tulangan kolom menerus sampai pondasi Dan pengangkuran pada

sloof........................................................................................................................62

Gambar 2. 41 Pengangkuran dinding pada kolom tengah dan tepi.......................63

Gambar 2. 42 Kontruksi atap baja ringan..............................................................64

Gambar 2. 43 Sistem Air Bersih (a) dengan Pompa langsung (b) dengan Tangki di

Atas........................................................................................................................67
Gambar 2. 44 Sistem pengolahan limbah kopi.....................................................69

Gambar 2. 45 Silent diesel generator set electric genset........................................71

Gambar 2. 46 ruang cctv........................................................................................73

Gambar 2. 47 Hidran dalam ruangan.....................................................................75

Gambar 2. 48 Hidran dalam ruangan.....................................................................75

Gambar 2. 49 Alat-alat untuk menanggulangi asap...............................................77

Gambar 2. 50 Penangkal petir system franklin......................................................78

Gambar 2. 51 Penangkal petir system faraday.......................................................78

Gambar 2. 52 Penangkal petir system thomas.......................................................79

Gambar 3. 1 peta lokasi kedai yang ada diMerauke.............................................81

Gambar 3. 2 Peta rencana pola ruang RTRW kab.Merauke.................................82

Gambar 3. 3 rencana site pada Merauke coffe center (sota)..................................83

Gambar 4. 1 kebun kopi milik warga (bapak wasim)............................................91

Gambar 4. 2 Menara jaringan telkom 4G..............................................................92

Gambar 4. 3 Sumber listrik PLN (LISDES SOTA)...............................................92

Gambar 4. 4 Sistem keamanan polsek sota............................................................93

Gambar 4. 5 Sistem kesehatan puskesmas sota.....................................................93

Gambar 4. 6 Lokasi Tapak Terpilih.......................................................................94

Gambar 4. 7 Lokasi Tapak dan Sekitarnya............................................................95

Gambar 4. 8 Analisa Pencapaian ke Site...............................................................97

Gambar 4. 9 Konsep Pencapaian ke Site..............................................................98

Gambar 4. 10 Analisa sirkulasi..............................................................................99

Gambar 4. 11 Konsep sirkulasi dalam tapak........................................................101


Gambar 4. 12 Konsep sirkulasi dalam tapak........................................................102

Gambar 4. 13 Konsep area parkir pada site.........................................................103

Gambar 4. 14 Konsep area parkir pada site.........................................................104

Gambar 4. 15 Analisa klimatologi.......................................................................106

Gambar 4. 16 Konsep klimatologi.......................................................................107

Gambar 4. 17 Analisa view tapak........................................................................109

Gambar 4. 18 Konsep View tapak.......................................................................110

Gambar 4. 19 Analisa kebisingan........................................................................112

Gambar 4. 20 Konsep kebisingan........................................................................113

Gambar 4. 21 Analisa penzoningan.....................................................................114

Gambar 4. 22 Konsep penzoningan.....................................................................115

Gambar 4. 23 Konsep Softscape..........................................................................118

Gambar 4. 24 Analisa Streetscape.......................................................................119

Gambar 4. 25 Konsep Streetscape.......................................................................120

Gambar 4. 26 Analisa Hardscape........................................................................121

Gambar 4. 27 Konsep Streetscape.......................................................................122

Gambar 4. 28 Gambar Analisa Bentuk Dasar......................................................123

Gambar 4. 29 Gambar Transformasi Dimensional..............................................124

Gambar 4. 30 Konsep penerapan bentuk dasar....................................................125

Gambar 4. 31 Analisa Filosofi Bentuk.................................................................126

Gambar 4. 32 Konsep Filosofi Bentuk.................................................................127

Gambar 4. 33 Konsep Filosofi Bentuk Bangunan...............................................128

Gambar 4. 34 Konsep pondasi menerus batu bata...............................................130


Gambar 4. 35 Konsep pondasi foot plat...............................................................131

Gambar 4. 36 Konsep Kolom dan Balok Beton Bertulang..................................132

Gambar 4. 37 Konsep Kolom dan Balok Baja Konvensional..............................132

Gambar 4. 38 Konsep penutup dinding a. Dinding batu bata,.............................133

Gambar 4. 39 Konsep penutup lantai granit........................................................134

Gambar 4. 40 Konsep penutup lantai keramik.....................................................135

Gambar 4. 41 Struktur Space Frame....................................................................136

Gambar 4. 42 a.atap zincalume b.atap GFRC c.atap dak cor beton.....................136

Gambar 4. 43 Konsep Struktur dan material atap................................................136

Gambar 4. 44 Ilustrasi Jaringan Listrik................................................................138

Gambar 4. 45 Konsep Sistem Jaringan Listrik....................................................139

Gambar 4. 46 Konsep Sistem Jaringan Air Bersih..............................................141

Gambar 4. 47 Konsep Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah...........................143

Gambar 4. 48 Konsep Sistem pengolahan Limbah Kopi.....................................145

Gambar 4. 49 Konsep Sistem Pengolahan air hujan............................................147

Gambar 4. 50 Konsep Sistem Pembuangan sampah/limbah padat......................149

Gambar 4. 51 Jenis tempat sampah umum pada tapak........................................150

Gambar 4. 52 jenis tong pengolahan kompos......................................................150

Gambar 4. 53 Konsep Sistem Pencegahan Kebakaran........................................152

Gambar 4. 54 APAR, hydrant indoor, dan hydrant outdoor................................153

Gambar 4. 55 Konsep Sistem Keamanan.............................................................154

Gambar 4. 56 Perlengkapan CCTV.....................................................................155

Gambar 4. 57 Konsep Penangkal Petir................................................................156


Gambar 4. 58 penangkal petir elektrostatis berbasis ESE (Early Stremer Emission)

..............................................................................................................................157

Gambar 4. 59 Analisa pola hubungan ruang Gedung pengelola..........................172

Gambar 4. 60 Analisa pola hubungan ruang gedung pengolahan........................173

Gambar 4. 61 Analisa pola hubungan ruang gedung aula/serbaguna..................174

Gambar 4. 62 Analisa pola hubungan ruang Gedung kedai/coffee shop.............174

Gambar 4. 63 Analisa pola hubungan ruang gedung green house.......................175

Gambar 4. 64 Analisa pola hubungan ruang gedung pos satpam........................175

Gambar 4. 65 Analisa pola hubungan ruang gedung mushola............................175

Gambar 4. 66 Analisa pola hubungan ruang Gedung garasi penyewaan kendaraan

wisata...................................................................................................................176
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam rempah-

rempah khususnya kopi, dan sudah dikenal sejak abad ke-9. Pertama kali, kopi

hanya ada di Ethiopia, di mana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran

tinggi. Akan tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji

kopi pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi di sana ditanam secara

massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran

Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar. Kopi merupakan

komoditi penyegar yang diperlukan oleh penduduk dunia, mulai dari desa-desa

kecil di pelosok negara hingga kota-kota metropolitan bahkan menyentuh pusat-

pusat pariwisata internasional dibanyak negara dimana minuman kopi itu sendiri

dijadikan sebagai penghangat pertemuan baik di kantor, kampung , hingga jamuan

internasional.

pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi dari Malabar, sebuah

kota di India, ke Indonesia melalui Pulau Jawa. Perkembangannya cukup pesat,

menyebar ke daerah-daerah diluar Jawa,[1] hingga akhirnya menyebar sampai ke

Papua, dan salah satunya daerah Merauke.

Di Merauke terdapat potensi tumbuh kembangnya kopi yang terdapat pada

daerah sota dan jagebob yang merupakan dataran rendah, akan tetapi masyarakat

Merauke sebagian besar belum mengetahui adanya tumbuhan kopi yang dapat

1
dibudidayakan pada dataran rendah, untuk jenis kopi yang bisa tumbuh pada

dataran rendah ada 2 jenis kopi yaitu excelsa dan liberikia. Dan mulai banyak

penggemar kopi mengkonsumsi kopi lokal yang dipasok dari daerah jagebob dan

sota perbatasan Merauke papua nugini, yang biji kopinya di distribusikan ke kota

sehingga masyarakat dapat menikmati kopi lokal Merauke, kopi lokal untuk saat

ini hanya bisa memproduksi sebanyak ±30 Kg biji kopi/tahun menurut data yang

telah diambil pada kedai-kedai yang ada di Merauke. sehingga masih bayak

masyarakat Merauke yang belum bisa menikmatinya bahkan kopi ini awam di

telinga masyarakat Merauke. Dengan menjamurnya kedai kopi di Merauke yang

mulai ramai pada tahun 2016 hingga saat ini, di harapkan kedai-kedai kopi yang

ada di Merauke dapat memperkenalkan kepada masyarakat yang lebih luas lagi,

sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati kopi lokal ini.

Kabupaten Merauke memiliki banyak potensi sumber daya alam yang

dapat digunakan sebagai daya tarik Wisata, diantaranya yaitu wisata alam Biras,

Lotus Garden, Kolam parako, Dan kawasan perbatasan RI-PNG di Sota.

Keberadaan tempat-tempat wisata ini merupakan cikal bakal dalam

pengembangan wisata alam Dikabupaten Merauke dan untuk memperkenalkan

kopi lokal secara luas akan dipadukan dengan sektor parawisata, yaitu

menciptakan kebun kopi yang edukatif, Pengembangan industri parawisata ini

akan berdampak sangat luas terhadap pengembangan ekonomi dan dapat menjadi

stimulus bagi petani kopi lainnya. Dan di perlukan tempat atau wadah pengolahan

kopi yang bisa memproduksi kebutuhan kopi lokal untuk kabupaten Merauke.

2
Berdasarkan latar belakang diatas perancang mengambil judul ”Merauke

Coffee Center” yaitu wadah yang mengedukasi masyarakat Merauke pada

pengolahan kopi, dan merupakan pusat kopi yang ada di Merauke nantinya. tapak

yang mudah diakses dari satu fasilitas ke fasilitas yang lain dan dipadukan dengan

pemanfaatan potensi site yang masih alami serta dikelilingi oleh hutan sebagai

penghawaan alami dan ruang terbuka sebagai pencahayaan alami sehingga

menjadi sebuah wadah wisata dan edukasi yang diharapkan dapat menarik

wisatawan lokal dan manca negara. Dengan pendekatan desain arsitektur modern

tropis diharapkan dapat menjawab permasalahan diatas.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai

berikut :

a. Di Kabupaten Merauke hanya terdapat satu kebun kopi milik warga yang

di kelola pada daerah sota.

b. Produksi kopi lokal (sota) yang sedikit tidak sebanding dengan permintaan

konsumen terhadap kopi lokal saat ini.

c. Belum adanya tempat pengolahan kopi yang mengolah secara optimal.

d. Wadah edukasi berbasis wisata kopi yang belum ada di Merauke.

3
1.3 Rumusan masalahan

Dari latar belakang diatas dapat memunculkan permasalahan sebagai

berikut :

a. Bagaimana merancang Merauke Coffee Center yang dapat mengedukasi

atau memperkenalkan kopi lokal kepada masyarakat Merauke maupun

masyarakat luas?

b. Bagaimana merancang Merauke Coffee Center dengan pendekatan

arsitektur modern tropis?

1.4 Tujuan Penelitian

a. Merancang Merauke Coffee Center yang dapat mengedukasi atau

memperkenalkan kopi lokal kepada masyarakat Merauke maupun

masyarakat luas

b. Merancang Merauke Coffee Center dengan pendekatan arsitektur modern

tropis dengan tampilan yang menarik dan penghawaan alami.

1.5 Batasan masalah

Pada perancangan Merauke Coffee Center akan sangat luas maknanya

maka diperlukan batasan masalah sebagai berikut:

Merancang Merauke Coffee Center yang dapat mengedukasi dengan

pendekatan modern tropis serta memperhatikan tapak yang baik dan aksesibel.

4
1.6 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis :

1. Sebagai referensi bagi mahasiswa arsitektur terutama mengenai

perancangan Merauke Coffee Center.

2. Menjadi referensi bagi masyarakat guna menambah wawasan mengenai

Pengolahan kopi (Merauke Coffee Center).

3. Sebagai masukan perancangan Merauke Coffee Center kepada

pemerintah terkait di bidang pariwisata.

b. Manfaat praktis :

Diharapkan Merauke Coffee Center ini mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat Merauke akan kopi dan tempat wisata yang edukatif

5
1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Identifikasi masalah, Tujuan, Batasan masalah,

Manfaat penulisan, Kerangka pikir, Sistematika penulisan

BAB II KAJIAN TEORI

Berisikan tinjauan umum ”Merauke Coffee Center”, Studi Literatur,

Pendekatan Desain, Sirkulasi, Standar Bangunan Tinggi, Standar Bangunan

Tahan Gempa, Utilitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan Tempat/Lokasi Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Peralatan.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisikan Dasar Konsep Desain, Analisis Dasar Perancangan, Analisis

Perancangan Tapak, Penzoningan, Analisis Kebutuhan Ruang, Analisis

Perancangan Bangunan, Dan Analisis Perancangan Area Parkir.

BAB V PENUTUP

Berisikan Kesimpulan Dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Undang – undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan

daya tarik wisata serta usaha – usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi :

a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata,

Tamanrekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni

budaya, tatakehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan

alam, gunungberapi, danau, pantai.

c. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata

(biroperjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan

insentif danpameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata). Usaha

sarana pariwisatayang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan

wisata.

Pariwisata menurut daya tariknya menurut Fandeli (1995 : 3)[2] dapat

dibedakan menjadi 3 bagian , yaitu : Daya tarik alam, Daya tarik budaya, Daya

tarik minat khusus.

7
2.1.2. Pengunjung dan Karakteristiknya

Pengunjung adalah orang – orang yang datang berkunjung disuatu tempat

atau Negara, dengan bermacam – macam motivasi kunjungan termasuk

didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua pengunjung termasuk

wisatawan.

Pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu Negara atau tempat

tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan

pekerjaan yang menerima upah ( International Union of Official travel

Organization (IUTO)).

Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu :

a. Wisatawan (tourist)

Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang

–orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan

maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia

tinggal, mereka ini meliputi:

1. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang –

senang, untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan

2. Orang – orang yang sedang menagdakan perjalanan untuk bisnis,

pertemuan, konferensi, musyawarah, atau sebagai utusan berbagai

badan/organisasi

3. Pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di

tempatkan di Negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila

8
mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain dapat digolongkan

wisatawan.

Wisatawan dibedakan menjadi :

a) Wisatawan Internasional (mancanegara)

b) Wisatawan Nasional (domestik)

b. Pelancong

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu Negara yang dikunjungi

dalam waktu kurang dari 24 jam.

Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu

karakteristik sosial – ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata.

2.1.3. Sarana Dan Prasarana Wisata

Menurut Edward Inskeep (1991 :42),[3] sarana tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Akomodasi

b. Tempat makan dan minum

c. Tempat belanja

d. Fasilitas umum di lokasi objek wisata

Sedangkan prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya

buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

daerah tujuan wisata, meliputi :

9
a. Prasarana umum, meliputi air bersih, listrik, sirkulasi, telekomunikasi,

sistem pembuangan limbah

b. Kebutuhan pokok pola hidup modern, meliputi bank, pompa bensi, dll

c. Prasarana wisata yang diperuntukkan bagi wisatawan, yaitu penginapan,

tempat promosi, tempat – tempat rekreasi dan olahraga

Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata perlu disesuaikan

dan mempertimbangkan kondisi dan lokasi yang akan meningkatkan aksesibilitas

suatu objek wisata yang pada waktunya dapat meningkatkan daya tarik objek

wisata itu sendiri, selain itu juga diperlukan koordinasi dan dukungan antar

instansi terkait.

2.1.4. Pengertian Agrowisata

Menurut Asosiasi Wisata Agro Indonesia dalam Aryanto (2006),[4]

agrowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana

pengunjung dapat menikmati keindahan dan keunikan alam sekaligus menikmati

produk agro atau dapat tinggal di lingkungan pertanian, terlibat dalam proses

produksi yang kesemuanya dilakukan untuk dapat mengalami, menikmati,

mempelajari, dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung

di suatu lingkungan pertanian.

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism),

yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam

dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau

10
tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan,

2005).

2.1.5. Syarat Pengembangan Agrowisata

Menurut Spillane,[4] untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi

kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur yang harus

dipenuhi, yaitu :

a. Attractions

Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah,

hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman,

budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan

aktivitas pertanian tersebut.

b. Facilities

Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum,

telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.

c. Infrastructure

Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan

komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan

energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan sistem

keamanan.

d. Transportation

Transportasi umum, Bis-Terminal, sistem keamanan penumpang, system

Informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata.

11
e. Hospitality

Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah

sistem pariwisata yang baik.

2.1.6. Pelaku Kegiatan Agrowisata

Pelaku kegiatan agrowisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat

dalam kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut

Damanik dan Weber[5]

a. Pengelola

Merupakan pelaku kegiatan yang bertugas mengelola segala hal

yang bersifat andministratif dan teknis, antara lain seperti:

1. Menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan

paket-paket wisata serta promosi

2. Pengelolaan sarana dan prasarana yang tersedia

3. Memberikan pelayanan informasi kepada pengunjung

4. Tenaga Ahli

Merupakan pelaku kegiatan yang mempunyai pengetahuan ilmu

dan keterampilan dalam bidang pariwisata, agrowisata, dan komoditi yang

ada. Tenaga ahli ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

12
a) Tenaga Ahli Pemandu, yang memiliki keterampilan dan pengetahuan

untuk menjual produk wisata dalam hal ini agrowisata dan

kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pengunjung.

b) Tenaga Ahli Konservasi, yang memiliki keterampilan dan

pengetahuan mengenai komoditi yang ada, seperti pengetahuan teknik

budidaya, pengolahan, dan sebagainya

b. Pengunjung

Merupakan pelaku kegiatan yang datang berkunjung ke objek Agrowisata

dengan bermacam – macam motivasi/tujuan kunjungan. Pengunjung berdasarkan

motivasi/tujuan kunjungan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Pengunjung yang bertujuan untuk rekreasi/wisata

2. Pengunjung yang bertujuan untuk mencari pengetahuan

3. Pengunjung yang bertujuan untuk usaha/ bisnis

2.1.7. Sarana/Fasilitas Agrowisata

Kegiatan dalam Agrowisata dapat dijadikan dasar dalam membangun

sarana/fasilitas agrowisata. kegiatan tersebut, meliputi:

a. Tempat Parkir

b. Resepsonis/Pusat Informasi

c. Tempat produksi/pengolahan hasil komoditi yang ada

d. Shelter

e. Restoran/Cafe

f. Ruang Pertemuan / Seminar

13
g. Toko Souvenir

h. Kantor pengelola

i. Fasilitas umum

2.1.8. Jenis-jenis kopi

a. Arabika

Kopi Arabika Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan

cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan

biji kopi jenis ini. Kopi Arabika tumbuh pada ketinggian >800 m di atas

permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi

lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Jenis-jenis

kopi yang termasuk dalam golongan arabika adalah abesinia, pasumah,

marago dan congensis.[6]

b. Robusta

Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya

yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang

jauh lebih banyak. Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas

daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi

robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 400 – 800 m di atas

permuakaan laut.[6]

c. Liberika

Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran

rendah dimana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling

14
tahan pada penyakit HV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang

menjadi keunggulan kopi liberika. Ukuran daun, percabangan dan tinggi

pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika dan robusta.[6]

d. Excelsa

Kopi excelsa (Coffea excelsa) merupakan salah satu jenis kopi yang

paling toleran terhadap ketinggian lahan. Kopi ini bisa tumbuh dengan baik

didataran rendah mulai 0-750 meter dpl. Selain itu, kopi excelsa juga tahan

terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Pohon kopi excelsa bisa menjulang

hingga 20 meter. Bentuk daunnya besar dan lebar dengan warna hijau keabu-

abuan. Kulit buahnya lembut, bisa dikupas dengan mudah oleh tangan. Kopi

excelsa memiliki produktivitas rata-rata 800-1.200 kg/ha/tahun. Kelebihan

lain jenis kopi excelsa adalah bisa tumbuh di lahan gambut.[6]

2.1.9. Syarat tumbuh dan pedoman budidaya kopi

Syarat Tumbuh Iklim yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi

adalah tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl, suhu : 15º C – 25 ºC, curah hujan : 1.750

– 3000 mm/thn, lamanya bulan kering 3 bulan. Syarat tanah yang optimal untuk

pertumbuhan tanaman kopi adalah : letaknya terisolir dari pertanaman kopi

varietas lain ± 100 meter, lahan bebas hama dan penyakit, mudah melakukan

pengawasan, pH tanah : 5,5 – 6,5, top soil : minimal 2 %, strukrur tanah : subur,

gembur ke dalaman relative > 100 cm.[7]

Pedoman budidaya kopi :

15
a. Penyiapan bibit budidaya kopi.

1. Teknik generative

2. Teknik vegetative

b. Penyiapan lahan dan pohon pendeduh

c. Penanaman bibit kopi

d. Perawatan budidaya kopi

1. Penyulaman

2. Pemupukan

3. Pemangkasan pohon

4. Penyiangan gulma

e. Panen dan Pasca panen

1. Pemetikan buah kopi

2. Sortasi buah kopi

2.1.10. Proses Pengolahan Kopi

Proses pengolahan kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari

kulitnya dan pengeringan dengan kadar air 10 – 13 %. Biji kopi kering dengan

kadar lebih dari 13 % akan mudah diserang kapang sehingga dapat menurunkan

mutu biji kopi dimana nantinya produk kopi bubuk akan berasa asam dan apek.[8]

Pengolahan buah kopi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pengolahan basah

dan pengolahan kering yang berbeda pada proses fermentasi. Secara keseluruhan

proses pengolahan kopi dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Sortasi

b. Pulping (Pengupasan kulit buah)

16
c. Fermentasi Bertujuan untuk membantu melepaskan lapisan lender yang

masih menyelimuti kopi. Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu:

1. Fermentasi basah

2. Fermentasi kering

d. Pencucian

e. Pengeringan

1. Penjemuran,

2. Mekanis

f. Roasting (Penyangraian)

g. Penggilingan

h. Pengemasan

Proses pengemasan secara manual dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu

memasukkan kopi bubuk ke dalam kemasan, menimbang kemasan dan menutup

kemasan .[9]

17
2.2. Studi Literatur

2.2.1 Pt. perkebunan nusantara ix pabrik kopi banaran

PT. Perkebunan Nusantara IX pabrik kopi Banaran bergerak dalam

industri pertanian. Tujuan pengolahan kopi adalah Menurunkan kadar air biji kopi

menjadi 9% - 12%, sehingga tidak mudah berubah kondisi, sifat dan

karakteristiknya dari pengaruh kondisi lingkungan. Produk yang dihasilkan adalah

produk biji kopi yang sudah terkelupas (kopi mentah) yang terdiri dari kopi RWP

(Robusta Wet Process) dan RDP (Robusta Dry Process).

Gambar 2. 1 Semarang – PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

a. Material

Pabrik kopi Banaran mengolah kopi yang berasal dari kebun PT.

Perkebunan Nusantara IX terdiri dari kebun Sukomangli, kebun Ngobo, kebun

Getas/Assinan. Di kebun Assinan-Kempul, ditanam kopi Robusta sebagai

komoditas utama. Ada beberapa klon kopi Robusta yang ditanam antara lain BP

18
234, BP 288, BP 42, BP 409, BP 354, BP 358, dan SA 237. Balai Penelitian

adalah kependekan dari BP Jember yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.,

sedangkan SA merupakan kependekan dari Sumber Asin, Jawa Timur. Buah kopi

merupakan material utama yang kemudian akan diolah menjadi biji kopi.

Gambar 2. 2 Buah Kopi Merah dan Hijau pada Kebun Asinan


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

Pabrik Kopi Banaran mengolah kopi jenis Robusta. Kopi Robusta

dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit

asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Sifat fisik

kopi dilihat dari kadar air yang merupakan salah satu sifat yang akan

mempengaruhi mutu kopi, terutama berkaitan dengan daya awet selama

penyimpanan.

b. Metode

Metode adalah cara-cara yang digunakan untuk memproses bahan baku

menjadi bahan jadi sehingga menambah nilai pada produk tersebut. Contoh dari

19
metode adalah dilas, dipanaskan, ditempa, di-press, digerinda, dikemas, dan lain-

lain. Pada PT. Perkebunan Nusantara IX pabrik kopi Banaran, proses produksi

dibagi menjadi 2 tipe yaitu RDP dan RWP namun secara garis besar metode yang

digunakan tidak terlalu berbeda buah kopi akan tetap melalui proses

penimbangan, pengeringan, penggrebusan dan sortasi yang ditunjukkan pada

Gambar 3.5. Buah kopi yang tiba di pabrik kemudian dilakukan penimbangan

ulang dengan tujuan untuk mengetahui jumlah buah kopi yang masuk ke pabrik,

dengan 1 kali penimbangan yaitu 6 karung.Timbangan yang digunakan berupa

timbangan digital seperti pada Gambar 3.5. dan Gambar 3.6. Tujuan dari proses

penerimaan bahan ini untuk menampung sementara bahan mentah kopi sebelum

dilakukan proses lebih lanjut. Kapasitas dari bak penampungan kopi glondong

yaitu 70 ton. Agar kualitas dari kopi tetap terjaga dari pembusukan dan jamur

maka penyimpanan kopi di bak penampungan dibatasi selama 24 jam. Desain bak

penerimaan dibuat dengan lantai miring ke arah Bak Siphon tujuannya untuk

memudahkan aliran kopi masuk ke bak siphon

Gambar 2. 3 Proses Penimbangan Kopi Gelondong

20
Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

1. Analisis Kopi

Proses ini merupakan proses awal sebelum buah kopi

memasuki proses produksi. Analisis buah kopi dengan tujuan

untuk mengetahui kualitas bahan baku dari presentase buah hijau,

kuning, hitam, kontaminan dan bubuk buah, serta presentase kopi

kambangan. Analisa bahan baku dilakukan dengan cara 25 mengambil

sampel buah kopi dari masing-masing kebun sebanyak 1 kg.

Terdapat 3 analisis yaitu analisis warna, analisis hama dan analisis

kambangan.

Gambar 2. 4 Metode Analisis Buah Kopi


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

2. Analisis Warna

Prosedur analisis warna dilakukan dengan cara mengambil

sampel buah kopi sebanyak 1 kg secara acak dari setiap kebun yang

berbeda kemudian dilakukan perhitungan presentase buah kopi merah,

hijau, kuning, hitam. Jika lebih dari 2% bahan mentah, spesifikasi

bahan yang diterima tidak terpenuhi.

21
3. Analisis Hama

Analisis hama dilakukan dengan prosedur sebagai berikut

yaitu diambil sebanyak 100 biji buah kopi secara acak dari sisa

sampel (buah matang /merah), kemudian dihitung presentase buah

kopi yang terkena hama bubuk (kopi berlubang). Jika diperlukan,

lakukan cutting/pengupasan kulit agar lubang yang tertutup

kulit/daging buah dapat terlihat.

4. Analisis Kambangan

Analisis kambangan dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut yaitu diambil sampel secara acak dari bak penampung

sebanyak 10 kg. Kemudian disiapkan ember yang sudah diisi dengan

air (tidak sampai penuh). Selanjutnya sampel kopi dimasukkan ke

dalam ember. Kopi inferior (muda, terserang hama/hitam, dan

berlubang) akan melayang atau mengambang. Sedangkan kopi

superior akan tenggelam di dasar ember. Dihitung dan dicatat

persentase antara kopi superior dan inferior/kambangan.

c. Sortasi basah

Buah kopi yang terdapat di dalam bak penampung akan dialirkan menuju

bak siphon dengan bantuan air mengalir. Tujuan proses pada Bak Siphon, yaitu

memisahkan buah kopi superior dan buah kopi inferior serta kontaminan yang

berasal dari kebun yang masuk dari Bak Penerimaan berdasarkan prinsip

22
perbedaan berat jenis. Pada prinsipnya, buah kopi dengan berat jenis lebih besar

dari berat jenis air akan tenggelam (buah kopi superior) dan kopi dengan berat

jenis lebih kecil akan mengapung (buah kopi inferior). sehingga diperoleh bahan

baku dengan kualitas seragam untuk menentukan proses pengolahan dan

kualitas produk. Prinsip kerja bak siphon adalah menampung air sampai

mencapai ketinggian permukaan air antara 10-40 cm untuk memudahkan

terpisahnya buah inferior/kambangan dan buah superior. Setelah itu buah kopi

dialirkan dari bak penampung menuju bak siphon setelah sekat pemisah dibuka

dan kopi akan mengalir. Saat buah kopi mengalir ke bak shipon, ada beberapa

pekerja yang bertugas untuk membersihkan benda kontaminan seperti ranting,

daun, tali, plastik, karung plastik, puntung rokok, bunga kopi dan lain-lain selain

buah kopi . Kemudian kopi kambangan akan terpisah dari kopi superior,

buah kopi kambangan akan mengapung dan mengalir ke pipa yang menuju

bak kambangan, agar semua kopi kambangan masuk ke pipa para petugas

menggunakan serok untuk mendorong kopi yang mengambang menuju bak

kambangan.

Gambar 2. 5 Penampungan Buah Kopi pada Bak

23
Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

d. Pelecetan (pulping)

Pulping merupakan tahap lanjutan dari proses sortasi basah, di mana tahap

ini menggunakan alat yang disebut dengan Raung Pulper seperti pada Gambar

3.10. Raung Pulper bertujuan untuk mengupas kulit dan daging buah kopi dan

menghilangkan lendir pada biji kopi sehingga dihasilkan biji kopi HS (Horn

Skin). Buah kopi kasah yang masih diselimuti kulit tanduk dan kulit ari seperti

pada Gambar 3.11. Terdapat 4 mesin proses pelecetan mesin 1, 2 dan 3

merupakan mesin untuk memproses kopi superior. Sedangkan mesin 4 untuk

memproses buah kopi kambangan. Perbedaan prinsip pulping pada kopi arabika

dan kopi robusta. Kopi robusta diharapkan sudah tidak berlendir lagi ketika masuk

ke pengeringan, sedangkan lendir tersebut justru dibutuhkan untuk fermentasi

pada kopi arabika.

Gambar 2. 6 Mesin Raung Pulper di Departemen Pengolahan


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

24
e. Pengeringan

Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari

suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alami dan buatan. Biasanya

kandungan air tersebut dikurangi sampai batas di mana mikroba tidak dapat

tumbuh lagi di dalamnya. Selain itu tujuan dari pengeringan adalah menurunkan

kadar air biji kopi HS basah menjadi 9%-12%. Kadar air yang rendah dapat

meningkatkan umur simpan dan meningkatkan cita rasa kopi. Pabrik kopi

Banaran menerapkan dua teknik pengeringan yaitu pengeringan manual (Viss

Dryer) dan pengeringan mekanik (Masson Dryer).

1. Viss Dryer Viss Drayer merupakan alat pengeringan sederhana yang

digunakan untuk menurunkan KA dari 45-55 % menjadi 9-12 %

sehingga dapat memperlambat laju kerusakan akibat aktivitas biologis

dan kimia sebelum bahan diolah atau dimanfaatkan. Prinsip kerja Viss

Dryer adalah dengan mendapatkan energi panas dari tungku yang

terdapat dibagian luar rumah seperti pada Gambar 3.13. Panas

disalurkan melalui pipa-pipa yang langsung memanaskan lantai viss.

25
Gambar 2. 7 Tungku Pembakaran Untuk Viss Dryer
Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

Gambar 2. 8 Lantai Pengeringan Viss


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

2. Masson Dryer

Pada proses pengeringan ini yang membedakan jenis kopi RWP atau

RDP. Untuk proses RWP menggunakan mesin Masson Dryer. Mesin

ini berbentuk tabung yang berputar secara mekanis dengan

menggunakan motor listrik .Tujuan dari pengeringan menggunakan

Mason dryer adalah untuk mengeringkan kopi HS basah hingga kadar

26
air 9-12%. Kapasitas mesin Masson Dryer yaitu 15 ton. Masson

Dryer lebih efisien daripada Vis dryer dari sisi tenaga kerja dan waktu

pengeringan. Tujuan dari pengeringan menggunakan Mason dryer

adalah untuk mengeringkan kopi HS basah hingga kadar air 9-12%.

Kapasitas mesin Masson Dryer yaitu 15 ton. Masson Dryer lebih

efisien daripada Vis dryer dari sisi tenaga kerja dan waktu

pengeringan.

Gambar 2. 9 Mesin Masson pada untuk pengeringan jenis RWP


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

f. Pengerebusan

Kopi HS kering dari ruang pengering dibawa menuju ruang Huller dengan

bantuan gerobak atau konveyor. Huller merupakan sebuah mesin yang digunakan

untuk mengupas kulit tanduk dan kulit ari biji kopi (setelah dikeringkan) sehingga

biji kopi yang dihasilkan siap untuk proses selanjutnya. Karung kopi diusahakan

dalam posisi yang pas pada saat pengangkutan manual menggunakan gerobak

agar tidak terjadi human error seperti jatuhnya karung saat menuju pengangkutan

27
keatas lantai yang dapat membahayakan pegawai. Di pabrik kopi Banaran terdapat

3 unit mesin huller dengan kecepatan 900 rpm.

Gambar 2. 10 Mesin Huller


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

g. Sortasi kering

Hasil kopi Whose dari ruang Huller kemudian dilakukan proses

selanjutnya yaitu sortasi. Sortasi bertujuan untuk memisahkan biji kopi kering

secara visual berdasarkan mutu, yaitu mutu 1, mutu 4, mutu lokal, mutu DP (Dry

Proses) dan kopi gelondong serta menghilangkan kotoran yang terbawa saat

proses penggrebusan. Biji kopi cacat yang dimaksudkan adalah biji kopi yang

pecah, biji hitam, biji kopi bolong, dan biji kopi yang masih menyisakan kulit ari.

Biji kopi yang pecah dan hitam akan dikelompokan ke dalam kopi lokal,

sedangkan biji kopi yang bolong akan dikelompokan ke dalam kopi mutu 4.

Untuk kopi yang tidak cacat akan dikelompokkan ke dalam kopi mutu 1. Prinsip

sortasi yang diterapkan di pabrik kopi Banaran adalah Sortasi Kering. Dimana

28
sortasi ini dilakukan secara manual oleh pekerja borongan yang rata-rata dapat

melakukan sortasi terhadap 20 kg biji kopi kering per orang per harinya.

Gambar 2. 11 Proses Sortasi Kering


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

h. Quality Control

Setelah proses sortasi selesai dilakukan, pekerja borongan menyerahkan

hasil kerja kepada petugas quality control di meja quality control .Terdapat 5 meja

quality control untuk mengontrol mutu 1 dan 4. Selanjutnya petugas melakukan

pengambilan sampel secara acak untuk menilai hasil sortasi pekerja sudah sesuai

dengan mutunya atau belum. Analisa ini dilakukan dengan cara mengambil 300 gr

dari masing-masing kelompok biji kopi yaitu mutu 1 (L, M, S) , mutu 4 (L, M,

S) , dan biji kopi DP (biji kopi yang masih menyisakan kulit ari) (L,S). Penentuan

nilai mutu dapat ditentukan dari tabel penentu besarnya nilai.

i. Pengayakan

Kopi Whose yang telah disortasi kemudian dilanjutkan dengan proses

pengayakan. Proses pengayakan adalah proses dimana biji kopi kering dipisahkan

29
berdasarkan ukuran diameternya yaitu, Large dengan diameter kurang lebih 7,5

mm, Medium dengan diameter kurang lebih 6,5 mm, Small dengan diameter

kurang lebih 5,5 mm, criell dengan diameter kurang dari 5,5 mm. Berikut

klasifikasi mutu kopi biji kering :

1. Mutu 1 Kopi biji yang mulus tidak ada lubang dengan nilai cacat 0-11.

Kopi biji mutu 1 dikelompokkan kembali berdasarkan ukuran menjadi

1L, 1M, 1S.

2. Mutu 4 Kopi biji berlubang satu dengan atau tanpa tutul dengan nilai

cacat 12-80. Kopi biji mutu 4 dikelompokkan kembali berdasarkan

ukuran menjadi 4L, 4M, 4S.

3. Mutu DP Kopi biji yang kulit arinya masih menempel.

dikelompokkan kembali berdasarkan ukuran menjadi DP L dan DP S.

j. Pergudangan

Biji kopi yang telah disortir dan diayak sesuai dengan mutu dan ukuran,

selanjutnya dilakukan pengepakan ke dalam karung baru. Tujuan dari pengepakan

ini antara lain untuk menjaga mutu, mengamankan dari serangan hama dan

penyakit, mempermudah penghitungan jumlah, identifikasi dan pengangkutan.

Pengepakan biji kopi ini menggunakan jenis karung goni yang memiliki 2

kapasitas dengan ukuran yang berbeda. Ada dua macam karung goni yang

digunakan yaitu karung goni berkapasitas 60 kg untuk biji kopi yang akan di

ekspor ke luar negeri, dan karung berkapasitas 80 kg untuk biji kopi lokal.

Adapun syarat karung yang digunakan adalah Karung baru HC Green Oil

30
Vegetable,ukuran karung adalah 110 x 74 cm (80 kg), 91 x 74 (60 kg), kondisi

karung harus baik dan memberi label sesuai kualitas dengan cara disablon.[10]

Gambar 2. 12 Penyimpanan Pada Gudang


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

2.2.2 Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran

Merupakan salah satu Wisata Agro yang dimiliki oleh PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero), Terletak di Areal Perkebunan Kopi Kebun Getas

Afdeling Assinan tepatnya Jl. Raya Semarang – Solo Km. 35 dengan ketinggian

480 – 600m dpl dengan suhu udara cukup sejuk antara 23ºC - 27º C.

Fasilitas utama berupa bangunan untuk menikmati sedapnya kopi

“Banaran Coffee” juga dibangun arena bermain anak – anak, lapangan tenis,

Mushola, Meeting Room, Griya Robusta, Family Gathering, Corporate,

Gathering, Coffee Walk, Out Bound Games, Kolam Renang, Gasebo, Taman

Buah, Gedung Pertemuan, Flying Fox, Jelajah Kebun dengan ATV.

Lokasi wisata agro ini di tengah areal perkebunan kopi robusta, persis di

tepi jalan Semarang-Salatiga atau satu kilometer dari Terminal Bawen. Kopi

31
robusta olahan Banaran sudah memasuki pasar ekspor sejak dulu, tidak hanya

disukai di kawasan Asia, tetapi juga di Eropa.[11]

Wisata unggulan di Kampoeng Kopi Banaran adalah:

a. Kereta Wisata

Mengelilingi hamparan kebun kopi diselingi pemandangan Rawa Pening

yang dilatarbelakangi gugusan Gunung

Gambar 2. 13 kereta wisata


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

b. Flying Fox

Meluncur dengan ketinggian 50 meter dan panjang 145 meter.

32
Gambar 2. 14 Flying Fox
Sumber: (Puthut Nugraha 2017)
c. Coffee House

Resto yang menyajikan aneka makanan dan minuman segar. Disajikan

panas maupun dingin dengan citarasa yang menggugah selera.

Gambar 2. 15 coffee house


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

d. Taman dan Gazebo

Tempat beristirahat dan bercengkrama dengan teman, kerabat, serta

keluarga. Dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak.

33
Gambar 2. 16 Taman dan Gazebo
Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

34
e. Camping Ground

Hamparan rumput hijau nan sejuk selus 1 Hectare dilengkapi sarana

penerangan untuk lokasi camping.

Gambar 2. 17 Camping Ground


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

f. Griya Robusta

Gedung pertemuan berkapasitas 750 orang. Dilengkapi dengan AC dan

ruang yang lapang untuk berbagai macam acara.

Gambar 2. 18 Griya Robusta


Sumber: (Puthut Nugraha 2017)

35
2.3. Pendekatan Desain

2.3.1 Arsitektur Modern

a. Pengertian Arsitektur Modern

Arsitektur modern merupakan bagian dalam pengembangan arsitektur di

mana ruang adalah objek utama untuk diproses. Jika di masa lalu arsitektur lebih

mementingkan pemrosesan fasad, ornamen, dan aspek kualitas fisik lainnya, maka

dalam arsitektur modern kualitas non-fisik lebih penting. Fokus dalam arsitektur

modern adalah bagaimana menghasilkan ide-ide ruang, dan kemudian memproses

dan menguraikannya sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat diartikulasikan

dalam pengaturan elemen ruang yang sebenarnya.[12]

b. Ciri-Ciri Arsitektur Modern

1. Gaya atau gaya internasional (seragam), adalah arsitektur yang dapat

menembus budaya dan geografi.

2. Berbentuk imajinatif, idealis

3. Bentuknya spesifik, fungsional, bentuk mengikuti fungsi, sehingga

menjadi monoton karena tidak diproses

4. Less is more, semakin sederhana nilai arsitekturnya

5. Ornamen yang harus dihindari. Penambahan hiasan dianggap tidak

efisien. Karena dianggap tidak aktif, hal ini disebabkan oleh kebutuhan

akan kecepatan dalam membangun hingga akhir Perang Dunia II.

36
6. Singular (tunggal), arsitektur modern tidak memiliki karakteristik

individu seorang arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek

(masing-masing).

7. Nihilism, penekanan pada desain dalam ruang, desain menjadi polos,

sederhana, bidang-bidang kaca lebar. Hanya geometri dan material.

8. Kejujuran material, jenis bahan/material yang digunakan ditampilkan

dengan jelas, dan seadanya. Tidak ditutupi atau disamarkan sedemikian

rupa sehingga kehilangan karakter aslinya. Terutama bahan yang

digunakan adalah beton, baja dan kaca. Menambahkan sentuhan plastis

seperti membungkus bahan dengan bahan lain adalah upaya yang tidak

bijaksana karena dianggap tidak jelas, menghancurkan kekuatan alami

bahan tersebut. Contohnya :

a) Beton untuk menampilkan efek berat, besar, dingin.

b) Baja untuk efek industri yang kuat, kokoh dan kuat.

c) Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.

2.3.2 Arsitektur Tropis

a. Pengertian Arsitektur Tropis

arsitektur tropis adalah representasi dari konsep bentuk yang

dikembangkan berdasarkan respons iklim yang dialami indonesia, yaitu tropis

lembab. konsep arsitektur tropis pada dasarnya merupakan adaptasi bangunan

terhaap iklim tropis, di mana kondisi tropis memerlukan perahatian khusus dalam

desainnya. efek utama berasal dari suhu tinggi dan kondisi kelembabab, yang

37
mempengaruhi tingkat kenyamanan saat pengguna berada di dalam ruangan.

tingkat kenyamanan seperti tingkat udara dingin pada bangunan, oleh aliran udara

adalah salah satu contoh penerapan konsep bangunan tropis. meskipun konsep

bangunan tropis selalu dikaitkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk

( tipologis ) bangunan terhadap iklim, ada juga banyak penjelasan konsep ini

dalam mengembangkan peran dalam masyarakat, sebagai penggunaan bahan-

bahan tertentu sebagai penggambaran sumber daya alam tropis, seperti kayu,

batuan ekspos, dan bahan asli lainnya.[13]

b. Kriteria Perancangan Arsitektur Tropis

menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmi, kondisi yang mempengaruhi dalam mendesain

bangunan di ilim tropis lembab yaitu :

1. Kenyamanan Thermal

upaya untuk mencapai kenyamanan thermal adalah untuk mengurangi

panas, memberikan aliran udara yang memadai dan membawa panas

kelaur dari gedung dan mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung

matahari dan dari permukaan panas. Pemulihan panas dapat dikurangi

dengan menggunakan bahan atau material dengan ketahanan panas

yang besar, sehingga laju aliran panas melalui material terhambat.

Permukaan yang paling banyak menerima panas adalah atap. Sementara

bahan atap umumnya memiliki ketahanan panas dan kapasitas panas

lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari atas

cukup sulit karena akan membuat atap lebih berat. Tahan panas

38
bangunan dapat ditingkatkan dalam beberapa cara, seperti rongga

langit-langit, penggunaan reflektor panas juga akan meningkatkan

ketahanan panas. Cara lain untuk mengurangi kenaikan panas

diantaranya :

Minimalkan area permukaan yang menghadap ke timur dan barat.

2. Lindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas juga dapat

dikurangi dengan mengurangi penyerapan panas dari permukaan,

terutama untuk permukaan atap. Warna-warna cerah memiliki sedikit

penyerapan sinar matahari sedangkan warna gelap adalah sebaliknya.

Aliran Udara Melalui Bangunan.

Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :

a) untuk memenuhi persyaratan kesehatan yaitu pasokan oksigen untuk

bernafas, membawa asap dan uap air keluar dari ruangan, kurangi

konsentrasi gas dan bakteri juga untuk hilangkan bau.

b) untuk memenuhi persyaratan kenyamanan thermal, mengeluarkan

panas, bantu mendinginkan interior. aliran udara disebabkan oleh

gaya thermal, yaitu adanya perbedaan suhu antara udara didalam dan

diluar ruangan dan perbedaan ketinggian antara ventilasi. kedua gaya

ini dapat digunakan sebanyak mungkin untuk mendapatkan jumlah

aliran udara yang diinginkan. jumlah aliran udara yang dapat

memenuhi persyaratan kesehatan umumnya lebih kecil dari yang

dibutuhkan untuk memenuhi kenyamanan thermal.

39
3. Radiasi Panas

Radiasi panas dapat terjadi dari sinar matahari yang langsung memasuki

gedung dan dari permukaan yang lebih panas di sekitarnya, untuk

mencegah hal ini bisa menggunakan perangkat peneduh ( Sun Shading

Device ). Panas radiasi dari permukaan akan menyebabkan

ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika perbedaan suhu melebihi

40C. ini sering terjadi di bawah langit-langit atau atap bagian bawah.

c. Ciri-Ciri Arsitektur Tropis

Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan

estetika, namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi atau penanganan iklim

tropis. Meskipun demikian bentukan bangunan oleh arsitek/desainer yang baik

akan memberikan kualitas arsitektur yang estetis, hal ini karena selain

memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga

memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan

tersebut. Seperti:

1. Mempunyai atap yang tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang

di bawah atap berguna untuk meredam panas dan mempunyai

teritisan/overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias

dari hujan yang disertai angina minimal 80-100 cm. Selain itu, juga untuk

menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan.

40
Gambar 2. 19 Bentuk Atap Modern tropis
( sumber : Novia, 2018 )

2. Memiliki taman sebagai ruang luar yang sebaiknya didesain sesuai dengan

kondisi alam yang ada. Karakteristik taman tropis dihiasi banyak jenis

tanaman, rimbun, dan berbunga. Elemen taman lainnya yang dapat

memaksimalkan tampilan taman tropis adalah elemen keras, misalnya

jalan setapak, gazebo, bangku taman, lampu, taman, dan hiasan patung,

dan menggunakan batuan-batuan alam seperti batu kali, betu temple,

maupun kerikil.

Gambar 2. 20 Lanskap Arsitektur Tropis


( sumber : Novia, 2018 )

41
a) Menentukan orientasi bangunan. Ada baiknya bangunan menghadap ke

utara atau ke selatan. Hindari muka bangunan menghadap ke arah barat.

b) Pengaturan penghawaan alami dengan baik. Ada baiknya rumah didesain

memilki ventilasi silang atau cross ventilation.

c) Pengaturan pencahayaan alami dengan baik. Usahakan ruang-ruang,

seperti ruang tidur dan kamar mandi bisa mendapatkan cahaya alami.

Dengan begitu rumah akan lebih hemat energi dan terbebas dari kuman.

Gambar 2. 21 Jendela Jalusi


( sumber : Novia, 2018 )

d) Sediakan ruang luar berupa teras, dapat di depan rumah atau di belakang

rumah dan tinggikan lantai bangunan hingga 80 cm sehingga ruang dalam

terasa lebih dingin dan terhindar dari kelembapan, dan juga

perletakan bukaan jendela di bagian yang terkena matahari pagi dan

hindarkan dari matahari sore.

42
e) Plafon lebih ditinggikan karena plafon yang tinggi memberi kelebihan
i i i

bagi penghuni rumah . Selain nyaman karena ruang terasa lega , juga
i i i i i i i i i i

sirkulasi udara di dalam rumah menjadi lancar dan menggunakan bahan-


i i i i i i

bahan bangunan yang tahan terhadap kondisi lingkungan setempat.


i i i i

f) Menggunakan Sunshading yang berperan sebagai tampiasan hujan dan

sinar matahari, karena di lingkungan tropis sinar matahari dan curah

hujannya cukup tinggi.

Gambar 2. 22 Penggunaan Sunshading dari kayu


( sumber : Novia, 2018 )

2.4. Pola Masa Bangunan

Pola masa bangunan digunakan untuk menentukan tata letak suatu

bangunan yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan

hubungan dari bangunan yang satu dengan yang lainnya.

43
2.4.1 Bentuk Terpusat

Bentuk terpusat menuntut adanya dominasi secara visual dalam

keteraturan geometris. Ciri-ciri utama memusatkan diri seperti titik dan lingkaran.

Umumnya bentuk ini menjadi simbol tempat-tempat suci atau kehormatan.

Gambar 2. 23 Contoh pola terpusat


(Sumber : Ching,2000)

2.4.2 Bentuk Linear

Bentuk garis lurus atau linear dapat diperoleh dari perubahan secara

proporsional dalam dimensi bentuk melalui pengaturan sederet bentuk

sepanjang garis. Bentuk garis dapat diletakan di muka atau menunjukan suatu

ruang luar atau membentuk bidang masuk kedalamnya.

Gambar 2. 24 Contoh pola linear


Sumber : Ching,2000

44
2.4.3 Bentuk Radial

Bentuk radial merupakan bentuk linear yang berkembang dari suatu unsur

inti terpusat kearah luar menuju jari-jarinya. Inti dapat digunakan sebagai simbol

atau sebagai pusat fungsional seluruh organisasi. Lengan- lengan radial dapat

menjangkau keluar dan dapat berhubungan atau meningkatkan diri dengan

sesuatu yang khusus di suatu tapak.

Gambar 2. 25 Contoh pola radial


Sumber : Ching,2000

2.4.4 Bentuk Kelompok (Cluster)

Bentuk Cluster merupakan penyusunan komposisi secara acak

berdasarkan persyaratan fungsional objek. Berdasarkan fleksibilitasnya

konfigurasi cluster dapat diorganisir dengan beberapa cara yaitu:

Dapat dikaitkan sebagai anggota tambahan terhadap suatu bentuk atau ruang

induk.

Dapat dihubungkan dengan mendekatkan diri untuk menegaskan dan

mengekspresikan volumenya.

45
Dapat menghubungkan volume-volume dan bergabung menjadi suatu bentuk

tunggal yang memiliki suatu variasi tampak. Bentuk cluster dibentuk

berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud ataupun jarak posisi.

Bentuk cluster juga dapat terbentuk dari bentuk yang umumnya setara.

Gambar 2. 26 Contoh pola cluster


Sumber : Ching,2000

2.4.5 Bentuk Grid

Grid merupakan suatu sistem perpotongan 2 garis-aris sejajar atau lebih

yang berjarak teratur. Grid yang paling umum yaitu berdasarkan grid bujur

sangkar. Grid dapat digunakan sebagai skala yang membagi suatu permukaan

menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikan tekstur tertentu.[14]

Gambar 2. 27 Contoh pola grid


Sumber : Ching,2000

46
2.5. Sirkulasi

2.5.1 Syarat-Syarat Sirkulasi

Menurut Hakim (1987, dalam Tambing 2013), ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam merancang sirkulasi bangunan, adalah sebagai

berikut:

a. Urut-urutan yang jelas baik dalam ukuran ruang, bentuk, dan arah.

b. Aman dalam arti persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau

dihindarkan sama sekali dan bottle neck (jalan masuk yang sempit) harus

dihilangkan.

c. Menghindari adanya crossing antar pengunjung, pegawai, barang, dan

servis.

d. Informasi yang jelas agar tidak tersesat dalam memberikan arah yang

harus dituju (informatif-komunikatif).

2.5.2 Macam-Macam Sirkulasi

a. Sirkulasi Dalam Bangunan

Sirkulasi dalam bangunan dibedakan berdasarkan dari sifat

perpindahannya, yaitu sirkulasi horisontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulasi

horisontal adalah sebuah sirkulasi penghubung yang menghubungkan antara

setiap fungsi kegiatan dalam suatu ruang dengan ruang lainnya yang masih

terdapat dalam satu lantai. Ruang sirkulasi horisontal yang terdapat dalam

perancangan bangunan dan ruang luarnya antara lain: koridor, lobby, selasar

47
untuk pejalan kaki, plaza, area sirkulasi dan tempat terbuka luas. Pola sirkulasi

dapat dibagi menjadi tiga, sebagai berikut :

1. Sirkulasi Linier

Sirkulasi linier akan sangat mempengaruhi dalam kejelasan dan

kelancaran, karena penggunaan pola sirkulasi ini sesuai untuk sistem

aktivitas yang harus diselesaikan melalui beberapa proses tahapan.

Gambar 2. 28 Organisasi linear yang terdiri dari ruang beruang


(Sumber: Dharma, Agus. Seri Diktat Kuliah Teori Arsitektur 2)

Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang

berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-ruang yang

secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap

organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier. Derajat

kepentingannya ditegaskan melalui ukuran, bentuk maupun lokasinya.

2. Sirkulasi Radial

Sirkulasi radial akan mempengaruhi kejelasan dalam ruangan,

tetapi tidak menutup kemungkinan kejelasan masih bisa tercapai, pola

sirkulasi ini sesuai untuk ruang-ruang publik yang berfungsi sebagai

48
ruang orientasi seperti hall. Kelebihan pada sirkulasi ini adalah daya

tampung yang cukup besar, sehingga biasa juga dipakai pada ruang-

ruang bersama.

Gambar 2. 29 Sirkulasi radial


(Sumber: http://sadonoarchitect.blogspot.com/2010/03/jenis-sirkulasi-penghubung-ruang.html)

3. Sirkulasi Grid

Sirkulasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang di mana

posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau

bidang grid tiga dimensi. Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis

sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur

pada pertemuannya. Suatu grid di dalam arsitektur paling sering

dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok.

Tabel 2. 1 Macam-macam sirkulasi grid

Gambar Keterangan

Karena sebuah grid tiga dimensi terdiri dari

unitunit ruang modular yang berulang, maka

organisasi ini dapat dikurangi, ditambahkan, atau

49
dilapisi, dengan tetap mempertahankan

identitasnya sebagai sebuah grid.

Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus

mengenai dimensi ruang atau untuk menegaskan

daerah ruang sirulasi, suatu grid dapat dibuat tidak

teratur dalam satu atau dua arah.

Bagian-bagian grid dapat bergeser untuk

mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas

ruang yang melampaui daerahnya.

Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar

terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya.

50
Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang

utama atau menampung bentuk-bentuk alami

tapak

(Sumber: Dharma, Agus. Seri Diktat Kuliah Teori Arsitektur 2)

4. Sirkulasi vertikal

Sirkulasi vertikal adalah sebuah sirkulasi penghubung yang

menghubungkan setiap fungsi kegiatan suatu lantai dengan lantai di atas

atau lantai dibawahnya. Tidak terdapat satupun ruang publik yang dapat

berfungsi tanpa ditunjang sirkulasi vertikal yang memadai. Prasarana

sirkulasi ini sangat peka sekali, contohnya pada tangga penghubung

antar lantai harus mempertimbangkan aspek ukuran tubuh manusia,

karena dapat berdampak pada keamanan perorangan dan pemakai yang

dapat terancam.

b. Sirkulasi Difabel

Aksesibilitas merupakan isu penting untuk penerapan desain bagi anak

berkebutuhan khusus. Dalam perkembangannya saat ini banyak bangunan yang

sudah mulai memperhatikan aksesibilitas pada sirkulasinya.Ukuran dasar ruang

diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan, bangunan dengan fungsi

yang memungkinkan digunakan oleh orang banyak secara sekaligus, seperti balai

51
pertemuan, bioskop, harus menggunakan ukuran dasar maksimum (Widi &

Nirwansyah, 2013).

Gambar 2. 30 Jangkauan krek pada anak difabel


(Sumber: Kepmen No.468/KPTS/1998)

Gambar 2. 31 Ukuran kursi roda


(Sumber: Kepmen No.468/KPTS/1998)

c. Area parkir

Area parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh

penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun

kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa.Sedangkan daerah untuk menaik-

52
turunkan penumpang (Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua

penumpang, termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan

(Kepmen No.468/KPTS/1998).

Gambar 2. 32 Penerapan standar parkir


(Sumber: Kepmen No.468/KPTS/1998)

d. Pencapaian ke bangunan

Pencapaian ke bangunan dapat secara langsung (frontal), tersamar atau

berputar. Pencapaian secara langsung adalah pencapaian yang langsung mengarah

pada objek yang dituju. Pencapaian tersamar adalah pencapaian yang tidak

langsung mengarah pada obyek, karena pada pencapaian ini akan dibantu oleh

perspektif bangunan yang dituju serta jalur sirkulasinya dapat dibelokkan berkali-

kali sebelum mencapai obyek. Pencapaian memutar adalah pencapaian yang juga

tidak langsung mengarah pada obyek yang dituju, karena untuk menuju obyek

harus berputar terlebuh dahulu. Hal ini dapat memperlihatkan bentukan tiga

dimensi dari obyek.

53
e. Pintu masuk ke bangunan

Pintu masuk ke bangunan diperjelas dengan pengolahan entrance yang

berbeda dengan elemen bangunan lainnya, tetapi tetap selaras dengan bangunan

secara keseluruhan.

f. Konfigurasi jalan

Konfigurasi jalan akan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peta

organisasi ruang-ruang yang dihubungkannya. Konfigurasi jalan dapat

memperkuat organisasi dengan mensejajarkan polanya atau dapat dibuat sangat

berbeda dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai fisik perlawanan

visual terhadap keadaan yang ada.

g. Sirkulasi di luar bangunan

Sirkulasi ini disediakan dan direncanakan untuk mendukung eksistensi dari

bangunan, karna dapat berfungsi sebagai pengaruh menuju ke bangunan atau

tujuan yang di inginkan tanpa suatu halangan yang dapat menghambat kualitas

konsep informatif, efektif dan efisien. Sirkulasi di luar bangunan mencakup :

1. Sirkulasi Parkir.

Ketentuan Sirkulasi pada parkiran ditinjau dari teknis

penyelenggaraannya fasilitas parkiran dibagi menjadi dua jenis fasilitas

parkiran, yaitu:

54
a) Parkir di badan jalan (on street parking) terbagi menjadi dua yaitu

parkir pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir dan parkir pada

kawasan parkir dengan pengendalian parkir.

b) Parkir di luar badan jalan (off street parking) yaitu fasilitas parkir

untuk umum, tempat yang berupa gedung parkir atau taman

parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri.

Dan fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang

berupa gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk

menunjang kegiatan pada bangunan utama.

Untuk merancang suatu fasilitas parkir diperlukan informasi mengenai

dimensi kendaraan dan perilaku dari pengemudi (manuver parkir maju atau

mundur) berkaitan dengan layout SRP yang meliputi sudut parkir, lebar ruang

(stall), lebar gang (aisle), dan arah sirkulasi kendaraan. Dan mengetahui dimensi

kendaraan serta menenukan pola parkir kendaraan yang efesien.

2. Ketentuan Pola Parkir

Tempat parkir pada umumnya dibatasi oleh garis berwarna (putih atau

kuning) yang terletak di samping dan di depan dengan lebar antara 12 - 20 cm.

Posisinya ditinggikan terhadap dinding sampai 1,0 m agar tampak (dapat dilihat)

dengan baik. Posisi mobil satu sama lain dibatasi oleh palang yang tingginya

sekitar 10 cm. Secara garis besar ada tiga macam pola parkir, yaitu paralel (sudut

0˚), menyudut (30˚, 45˚, 60˚, 75˚), dan tegak lurus (right-angle atau 90˚). Pola

parkir sudut 45˚ yang akan digunakan pada perencanaan bangunan karena unggul

55
dalam hal kemudahan melakukan manuver parkir. Berikut ini adalah contoh

gambar dimensi kendaraan dan pola parkir kendaraan.

Gambar 2. 33 Pola sirkulasi satu arah


(sumber: Data Arsitek/Ernst Neuferd jilid 2, 2002)

56
Gambar 2. 34 Pola sirkulasi dua arah
(sumber: Data Arsitek/Ernst Neuferd jilid 2, 2002)

Jenis pola parkir yang akan digunakan dalam perencanaan adalah pola

parkir dengan sudut 30º.

57
2.6. Standar Bangunan Tinggi

Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu

lantai secara vertikal.Untuk mendapatkan hasil perancangan yang ideal, perencana

struktur dan konstruksi harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait

dalam perancangan.[15] Aspek-aspek tersebut meliputi:

2.6.1 Struktur

Aspek struktur adalah aspek yang membahas kekuatan dan stabilitas

bangunan. Struktur meliputi pemilihan jenis sistem struktur dan konfigurasinya,

serta bagaimana sistem ini dapat membentuk ruang, karena di dalam bangunan

gedung struktur bertugas mewadahi fungsi ruang.

Gambar 2. 35 Aspek sistem struktur


(Sumber: Pengantar Bangunan Bertingkat.pdf)

58
2.6.2 Kontruksi

Konstruksi adalah bentuk rangkaian atau kedudukan baik dari antar atau

inter elemen struktur. Konstruksi ini memperjelas perancangan bangunan. Wujud

perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah gambar-gambar detail

yang menunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta

keterangan-keterangannya. Karena bersifat menjelaskan dari solusi disain, maka

rancangan konstruksi sebuah bangunan akan terikat dengan bangunan secara

khusus dan tidak dapat disamakan dengan bangunan lain. Satu konstruksi dalam

perancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbangan-pertimbangan

terhadap aspek lain juga diperhatikan, misalnya penggunaan bahan, ukuran,

kedudukan, cara pengerjaan, finishing dan sebagainya. Tanpa gambar konstruksi

yang jelas bangunan tidak dapat didirikan dengan benar dari berbagai aspek.

Gambar 2. 36 Aspek konstruksi dan bahan bangunan


(Sumber: Pengantar Bangunan Bertingkat.pdf)

59
2.6.3 Bahan Bangunan

Bahan bangunan adalah aspek pokok berkaitan dengan pemakaiannya

dalam struktur ataupun konstruksi serta sifat-sifat fisik yang akan diberikan pada

bangunan. Pemakaian bahan tertentu akan mempengaruhi setiap aspek lain dalam

perancangan. Karena pemakaian bahan tertentu akan mengakibatkan keriteria-

kriteria lain pada bangunan (konstruksi, harga, tekstur, warna, kekuatan, keawatan

dan sebagainya).

2.6.4 Fungsi Bangunan

Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwadahi dalam struktur,

sehingga pembahasannya wajib dilakukan untuk mengetahui

persyaratanpersyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh ruang. Karena

menentukan ruang maka struktur dan konstruksi yang dibentuk oleh bangunan

harus memperhatikan persyaratan ruang.

2.6.5 Site / Lokasi Bangunan

Site atau lokasi juga akan berpengaruh terhadap aspek lain karena

memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait

semacam iklim mikro lingkungan, keadaan tanah termasuk kekuatan dan

topografinya, ketersediaan bahan bangunan, ketetanggaan dengan bangunan lain

dan sebagainya. Informasi pada site ini juga sangat menentukan tindakan-tindakan

yang akan diambil dalam perancangan struktur.

60
2.6.6 Sistem Bangunan

Persyaratan ruang yang harus dipenuhi dalam bangunan harus diwujudkan

ke dalam sistem-sistem bangunan atau utilitas. Sistem-sistem meliputi antara lain

pengudaraan, pencahayaan, distribusi air bersih dan sanitasinya dan sebagainya,

akan menuntut bentukan-bentukan dan fasilitas struktur dan konstruksi tertentu

untuk dapat terjaminnya proses kerja sistem tersebut.

Gambar 2. 37 Sistem-sistem bangunan


(Sumber: Pengantar Bangunan Bertingkat.pdf)

2.7. Standar Bangunan Tahan Gempa

Secara umum ketahanan suatu bangunan terhadap bangunan ditentukan

oleh empat faktor, yaitu berat atau massa bangunan, denah bangunan yang

simetris dan sederhana, kekuatan bahan dan mutu pelaksanaan, serta kekakuan

konstruksi. Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah setiap komponen

bangunan harus saling terikat kuat antara satu dengan yang lain, sehingga terjadi

kesatuan struktur bangunan sehingga semua unsur bekerja bersama-sama sebagai

satu kesatuan, jadi tidak bekerja secara terpisah-pisah. Ikatan tersebut mulai dari

61
pondasi dengan sloof, sloof dengan kolom praktis, kolom praktis dengan ring

balok, dan ring balok dengan rangka kuda-kuda.[16]

2.7.1 Pondasi

Pondasi merupakan struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan

langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan

tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di

atasnya.

Secara umum terdapat dua macam pondasi, yaitu pondasi dangkal dan

pondasi dalam. Pondasi dangkal misalnya digunakan untuk bangunan yang tidak

terlalu besar, seperti rumah sederhana.

Gambar 2. 38 Pondasi menerus mengelilingi bangunan tanpa terputus


(Sumber: Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa,2008)

Sedangkan pondasi dalam biasa digunakan pada bangunan dengan struktur

tanah yang lembek, bangunan bentang lebar dan bangunan tinggi.

62
Gambar 2. 39 Pondasi setempat beton bertulan
(Sumber: Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa,2008)
2.7.2 Hubungan Antara Pondasi Dan Balok Sloof

Hubungan antara Pondasi batu kali dan balok sloof sangat penting, karena

energi getaran gempa yang telah diterima pondasi akan diterima pertama kali oleh

sloof. Sangat penting untuk memastikan sloof tidak bergeser dan terlepas dari

pondasi, karena hal ini dapat menyebabkan runtuhnya seluruh bangunan di

atasnya.

Hubungan Antara Pondasi Dan Kolom

Gambar 2. 40 Tulangan kolom menerus sampai pondasi Dan pengangkuran pada


sloof
(Sumber: Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa,2008)

63
2.7.3 Hubungan Antara Pondasi Dan Dinding

Hubungan antara kolom dan dinding adalah merupakan bagian yang

sangat rawan saat terjadi gempa. Apabila hubungan antara kolom dan

dindingtidak baik, maka dapat terjadi pemisahan yang menyebabkan runtuhnya

dindingkarena terlepas dari kolom. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan

denganmembuat angkur dari besi beton.

Gambar 2. 41 Pengangkuran dinding pada kolom tengah dan tepi


(Sumber: Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa,2008)

2.7.4 Perkuatan Kontruksi Dinding

Dinding adalah bagian non-struktur dari sebuah bangunan. Dinding adalah

bagian yang lemah dan tidak dapat menahan beban. Pada saat terjadi getaran

gempa, dinding adalah salah satu bagian yang paling rentan.

2.7.5 Kontruksi Atap

Atap yang ringan lebih tahan pada guncangan gempa. Oleh karena itu

penggunaan atap seng atau sirap lebih baik daripada genting. Genting memang

mampu menahan sengatan panas matahari, tetapi genting keramik ini lebih berat

daripada jenis atap yang lain. Kayu memang cukup ringan untuk kerangka atap,

64
tetapi kuda-kuda dan kerangka atap yang terbuat dari aluminium selain ringan

juga bebas dari serangan rayap.

Gambar 2. 42 Kontruksi atap baja ringan


(Sumber: http://hargabahanbangunan.co/wp-content/uploads/2017/12/Cara-Menghitung-Rangka
Atap-Baja-Ringan.jpg)

2.8. Utilitas

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang

digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,

keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan (Dwi

Tanggoro, 2004).[17]

Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan rnenyertakan fasilitas

utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan

arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

Prancangan utilitas tersebut terdiri dari:

2.8.1 Air Bersih

Air bersih yang dimaksud di sini adalah air minum, yaitu air yang dapat

diminum dan digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Adapun sumber air

bersih yang digunakan berasal dari PDAM, sumur dan air hujan.

65
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh

penghuninya ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan

fasilitas bangunan. Kebutuhan air terhadap bangunan tergantung fungsi kegunaan

bangunan dan jumlah penghuninya. Untuk mendapatkan jumlah yang besar

digunakan sumur pompa dalam (deep well) dengan jumlah debit yang tinggi.

Besar kebutuhan air, khususnya untuk kebutulran manusia, dihitung rata-rata per

orang per hari tergantung dari jenis bangunan yang digunakan untuk kegiatan

manusia tersebut.

Tabel 2. 2 Kebutuhan Air Menurut Tipe Bangunannya

Sumber: Dwi Tanggoro, 2004

Sistem pemipaan, menurut cara pengaliran airnya, adalah cara untuk

mengalirkan air ke tempat yang memerlukan. Ada dua cara pengaturan air yaitu

sistem horizontal dan sisterm vertikal.

a. Sistem horizontal

66
Sistem horizontal adalah suatu sistem pemipaan yang banyak digunakan

untuk mengalirkan kebutuhan air pada suatu kompleks perumahan atau rumah-

rumah tinggal yang tidak bertingkat. Ada dua cara yang dipakai untuk sistem

pemipaan horizontal, yaitu sebagai berikut.

1. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir. Keuntungan pemipaan ini

adalah pemakaian bahan yang lebih efisien, dan kerugiannya adalah

daya pancar pada titik kran air tidak sama, semakin jauh semakin kecil

daya pancarannya.

2. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring. Pemipaan ini menuntut

penggunaan bahan pipa yang banyak, padahal kekuatan daya pancar air

ke semua titik-titik akan menghasilkan air yang sama.

b. Sistem vertikal

Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan sistem vertikal banyak

digunakan pada bangunan bertingkat tinggi. Cara pendistribusiannya adalah

dengan menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang terbuat

dari beton dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air pada bangunan tersebut.

Kemudian air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung ke titik-itik

kran yang diperlukan. sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan pipa,

tetapi sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga untuk pompa mengalami

pemadaman.

Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki di

atas bangunan. Kemudian dari tangki dialirkan ke tempat tempat yang

67
memerlukan, dengan menggunakan sistem gravitasi/diturunkan secara langsung.

Pada tempat-tempat tertentu yang jaraknya kurang dari 9 m dari tangki digunakan

alat tambahan untuk memperkuat pancaran air misalnya menggunakan pompa

tekan.

Gambar 2. 43 Sistem Air Bersih (a) dengan Pompa langsung (b) dengan Tangki di
Atas
(Sumber:Dwi Tanggoro,2004)

2.8.2 Air Kotor

Air buangan/air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air kotor dapat

dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya.

a. Air bekas buangan: Air yang digunakan untuk memcuci mandi, dan

bermacam-macam lain penggunaannya.

b. Air limbah: Air untuk membersihkan limbah/kotoran.

c. Air limbah khusus: Air bekas cucian dari kotoran-kotoran dan alat-alat

tertentu seperti air bekas dari rumah sakit, laboratorium, restoran, dan

pabrik.

Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang dapat di gabung

pembuagannya dan ada yang harus di pisah-pisahkan serta diproses tersendiri.

68
Sistem air kotor plambing harus diperhatikan pembuangan dan penyambungannya

supaya tidak terjadi perembesan yang berakibat mencemarkan lingkungan. Selain

itu, pipa-pipa dibuat/dipasang dalam ukuran yang besar mulai dari diameter 3"

sampai dengan 6" dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengaliran air

kotor tersebut.

Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam

merencanakan pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan (Dwi

Tanggoro,2004) :

a. Membuat saluran air kotor.

b. Membuat bak peresapan.

c. Membuat tempat pembuangan sampah sementara.

Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai

berikut (Dwi Tanggoro,2004) ;

1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air

dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.

2. Tidak mengotori permukaan tanah.

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah

didapat dan murah.

7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

69
2.8.3 Limbah Kopi

limbah kopi merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan

kopi berupa limbah cair dan limbah padat (kulit buah kopi dan kulit kering kopi).

ini dilakukan dengan pertimbangan pemanfaaatan kembali limbah kopi untuk

mengurangi pencemaran lingkungan sekitar.[9]

Limbah cair yang mengandung tingkat keasaman tinggi berupa air bekas

pencucian dan fermentasi kopi akan disalurkan dari bak pencucian dan fermentasi

ke bak pengolahan biogas. Selanjutnya gas hasil pengolahan ini akan

didistribusikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar.

Gambar 2. 44 Sistem pengolahan limbah kopi


(sumber : https://www.cctcid.com/wp-content/uploads/2018/12/foto-4-2-300x155.jpg)

70
2.8.4 Listrik

Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan pemerintah melalui

suatu pembangkit tenaga. Perusahaan tersebut adalah Perusahaan Listrik Negara

(PLN) yang menyelenggarakan dan menyiapkan sesuatu tenaga pembangkit listlik

dengan sistem, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA), dan Pembangkit Listrik tenaga Diesel (PLTD). Dari tempat

pembangkit ini, listrik dialirkan melalui kawat- kawat kabel-kabel bertegangan

tinggi ke kota-kota yang memerlukan dan diubah dari tegangan tinggi ke tegangan

menengah pada tempat-tempat/gardu-gardu induk. Tegang menengah yang

berada di jalan jalan besar untuk menuju ke gardu-gardu tertentu perlu diubah

menjadi kabel tegangan rendah sehingga dapat disalurkan pada bangunan

bangunan rumah.

2.8.5 Generator

Generator adalah suatu alat pembangkit tenaga listrik dalam bangunan-

bangunan yang besar dan bersifat sebagai pembangkit tenaga listrik dengan

menggunakan bahan minyak diesel dalam skala kecil. Fungsi dari generator ini

adalah sebagai pengganti sementara (emergency) untuk mendapatkan tenaga

aliran listrik ketika PLN mengalami pemadaman.[17]

a. Sistem Bekerjanya Generator

Besar kecilnya mesin generator disesuaikan dengan kebutuhan dari

pengganti alat penerangan. Mesin generator memerlukan alat pembakar

yaitu minyak diesel yang harus dapat disimpan di dalam ruangan generator

71
dan di luar ruang generator. Perputaran mesin yang dihasilkan daya listrik

tidak dapat stabil, karena itu perlu adanya alat pengatur tegangan/

stabilisator. Selain itu, perlu adanya alat tambahan untuk menghidupkan

secara otomatis kalau aliran PLN mati

b. Cara Menempatkan Generator

Mengingat ruangan ini nenghasilkan suara gaduh dan asap dari bekas

pembakaran minyak diesel maka sebaiknya diletakkan berjauhan dengan

ruang kerja. Ruang panel dan ruang stabilisator adalah tempat untuk

menyambung kabel-kabel dari generator sebagai daya emergency sehingga

ruang generator harus sedekat mungkin dengan ruangan tersebut. Karena

memerlukan minyak diesel serta menghasilkan asap dan suara, generator

harus diletakkan bersebelahan dengan ruang terbuka.

c. Syarat untltk Membuat Ruang Generator

Atap dari ruangan sebaiknya tertutup rapat, paling baik dengan atap beton.

Dinding dibuat dari tembok rangkap, dan

72
Gambar 2. 45 Silent diesel generator set electric genset
(sumber : https://youkai-power.en.made-in-china.com)

kalau perlu diberi alat peredam suara, semuanya berfungsi mengurangi

suara bising. Pondasi generator dibuat terpisah dengan pondasi bangunan dengan

cara diberi lapisan ijuk dan pasir. Mengingat udara di dalam ruang generator akan

menjadi panas akibat dari mesin genefator maka perlu adanya ventilasi atau diberi

bantuan alat exhausr untuk mengalirkan udara ke dalam ruang tersebu.

2.8.6 Cctv & sistem sekuriti

CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk

memonitor suatu ruangan melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan

gambar dari rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya

tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Sistem kamera dan TV ini

terbatas pada gedung tersebut (closed). Semua kegiatan di dalamnya dapat

dimonito di suatu ruangan sekuriti.

73
CCTV ini dapat bekerja selama 24 jam sesuai dengan kebutuhan. Setiap

gambar dapat ditayang-ulang pada posisi waktu yang diinginkan oleh operator.

Karena-bersiflt rahasia. maka peletakan kamera dan tempat monitor diatur oleh

bagian sekuriti.

Gambar 2. 46 ruang cctv


(sumber : https://steemit.com/)

2.8.7 Pemadam Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik asalkan

sebelumnya dilakukan suatu persyaratan pada bangunannya sendiri dengan uraian

sebagai berikut :

a. Pengaturan lingkungan dengan ketentuan yang meliputi pengaturan blok

dengan kemudahan pencapaiannya, ketinggian bangunan, jarak bangunan,

dan kelengkapan lingkungan. Selain itu juga mencakup pengaturan ruang-

ruang efektif, ruang sirkulasi, penempatan tangga yang tepat dengan pintu

kebakarannya. Untuk kompleks bangunan, perlu dipikirkan gang

kebakaran, untuk memudahkan petugas yang menanggulangi bencana

74
kebakaran. Juga harus disiapkan hidran yang dapat menjangkau semua

bangunan.

b. Tangga kebakaran harus dilengkapi pintu tahan api, minimum 2 jam

dengan arah bukaan ke arah ruangan tangga dan dapat menutup kembali

secara otomatis. dilengkapi lampu dan tanda petunjuk seta ruangan tangga

yang bebas asap. Tangga kebakaran dalam ruang efektif mempunyai jarak

maksimurn 25 m dengan lebar tangga minimum 1,2 m dan tidak boleh

menyempit ke arah bawah.

1. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api

2. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya atau

terhadap lingkungannya.

3. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan

Persyaratannya

4. Mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal

5. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir

6. Mempunyai alat kontrol untuk ductirtg pada sistem pengkondisian

Udara

7. Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem

automatic stnoke, dan heat ventilating

8. Mempunyai alat kontrol terhadap lift,

9. Melalui komunikasi dengan stasiun komando untuk sistem pemadam

kebakaran.

75
Selain mengusahakan peralatan, penggunaan bahan, dan persyaratan

persyaratannya, perlu direncanakan alat-alat lainnya, seperti hidran kebakaran.

Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah

terjadi dengan mengunakan alat baku air, hidran di bagi menjadi:

a) Hidran kebakaran dalam gedung.

Gambar 2. 47 Hidran dalam ruangan


(Sumber: https://www.alatpemadamkebakaran.co/fire-alarm-telephone-system/hydrant-box-
dengan-jack-phone/)

b) Hidran kebakaran di halaman.

76
Gambar 2. 48 Hidran dalam ruangan
(Sumber: Materi Penunjang Kuliah Mk Utilitas: System Pencegahan Bahaya Kebakaran)

Untuk memasang peralatan hidran diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan pemakaian

selama 30-60 menit dengan daya pancar 200 galon/menit.

2. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat.

3. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5" - 2" harus terbuat dari

bahan yang tahan panas, dengan panjang selang 20-30 m.

4. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari

unit pemadam kebakaran.

5. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka,mudah dijangkau,

dan tidak terhalang oleh benda-benda/ barang-barang lain.

6. Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter

4" untuk 2 kopling, diameter 6" untuk 3 kopling, dan mampu mengalirkan

air 250 galon/menit atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.

Dalam usaha memadamkan kebakaran harus tetap diingat selain api

sebagai faktor utama yang harus dipadamkan, juga asap harus diperhatikan karena

77
asap adalah faktor berikutnya yang harus segera dapat ditanggulangi. Untuk

mencegah mengalirnya asap ke mana-mana diperlukan alat-alat untuk

menanggulanginya, seperti fire damper, smoke and heat ventilating, vent and

exhaust.

Gambar 2. 49 Alat-alat untuk menanggulangi asap


(Sumber: http://www.google.co.id,2015)

2.8.8 Penangkal petir

Pengamanan bangunan gedung bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu

dilakukan dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan

tersebut. Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinngi

minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya).

Berdasarkan hal tersebut berikut ini adalah pembagian sistem instalasi penangkal

petir.

78
a. Sistem Konvensional/Franklin

Gambar 2. 50 Penangkal petir system franklin


(Sumber: https://teknikpetirsamarinda.blogspot.com/2019/01/penangkal-petir-samarinda.html)

b. Sistem Sangkar Faraday

Hampir sama dengan sistem Franklin, tetapi dapat dibuat memanjang

sehingga jangkauannya luas. Biayanya sedikit mahal dan agak mengganggu

keindahan bangunan.

79
Gambar 2. 51 Penangkal petir system faraday
(Sumber: Utilitas Bangunan,Dwi Tanggoro, 2004)

c. Sistem Radioaktif atau Semi-Radioaktif/ Sistem Thomas

Sistem ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangan tidak

perlu dibuat tinggi karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya.

Bentangan perlindungan cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup

menggunakan satu tempat penangkal petir.

80
Gambar 2. 52 Penangkal petir system thomas
(Sumber: Utilitas Bangunan,Dwi Tanggoro, 2004)

Dari ketiga sistem ini, cara pemasangannya adalah titik puncak kepala dari

alat penangkal petir dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke dasar tempat

sebagai pentanahan yaitu pipa tembaga tersebut harus mencapai tanah yang berair.

Oleh karena itu, tempat-tempat tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga

tidak mengganggu keindahan bangunan dan tetap berfungsi baik terhadap

penanggulangan bahaya petir.

2.9. Kerangka berpikir


Judul
Merauke Coffee Center
(Pendekatan Desain Arsitektur Tropis Modern

Latar Belakang
 Potensi Kopi
 Potensi Wisata Alam
 Permintaan owner

Permasalahan

Tujuan Manfaat
81
Kajian Teori
A. Definisi Judul
B. Kajian umum
agrowisata & Proses Pengumpulan Data:
Pengolahan KOPI A. Observasi
C. Arsitektur modern B. Wawancara
Tropis C. Dokumentasi
D. Standard bangunan D. Studi literautur
E. Utilitas
F. Sirkulasi

Analisa:
1. Analisa tapak
2. Analisa bangunan

Konsep Perencanaan
Tidak

Praperancanaan

Ya

Perancangan
 Desain 2D/3D
 Animasi
 Poster

82
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat / Lokasi Penelitian

3.1.1 Lokasi Mencari Data

Lokasi mencari data, data berupa kebutuhan kopi yang ada diMerauke dan

proses budi daya kopi, data di dapat dengan menyebar kuisioner dan

mewawancarai pada sampel yang dinilai antara lain :

a. Petani kopi : Koplink coffee & roastery

b. Pemilik kedai : New rahmat, Koplink coffee & roaster, Mr. bean coffee,

dan Garasi 90’s

c. Pengunjung kedai pada : New rahmat, Koplink coffee & roaster, Mr. bean

coffee, dan Garasi 90’s

Untuk pemilihan lokasi mencari data seperti yang di tunjukan pada peta

dibawah ini

Gambar 3. 1 peta lokasi kedai yang ada diMerauke


(Sumber: google earth, 2020)

83
3.1.2 Lokasi Site Penelitian

Dalam perancangan Merauke Coffee Center yang berada dekat dengan

perbatasan Papua New Guinea tepatnya berada di sota, karena pengembangan

pariwisata berada pada daerah perbatasan sota kabupaten Merauke, dengan

pencapaian dari kota Merauke menuju sota dengan jarak ±56,8 km. Dengan posisi

koordinat: 8°25'43.75"S - 140°59'10.97"T. Batas-batas wilayahnya antara lain:

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan hutan/lahan kosong

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan hutan/lahan kosong

c. Sebelah Timur: berbatasan dengan hutan/lahan kosong dan batas negara

d. Sebelah Berat : berbatasan dengan perumahan penduduk

Gambar 3. 2 Peta rencana pola ruang RTRW kab.Merauke


(Sumber: dinas pekerjaan umum, penataan ruang dan pertanahan periode 2016-2021)

84
SOTASis
tem
Konven
sional/F
ranklinS
DV

SOTASis
tem
Konven
sional/F
ranklinS
DV
Gambar 3. 3 rencana site pada Merauke coffe center (sota)
(Sumber: google earth, 2019)

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis pengumpulan data yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam hal ini data tersebut dapat di bagi

menjadi dua jenis yaitu:

a. Data yang diperoleh secara langsung, yaitu data yang didapatkan berupa

observasi, wawancara, dan dokumentasi langsung terhadap objek yang

diteliti.

b. Data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti

terdahulu) berupa literatur, buku, laporan, jurnal dan lainnya.

85
c. Data Primer

Dari hasil observasi berupa wawancara serta membagikan kuisioner

kepada pemilik kedai dan pengunjung kedai yang mengetahui data atau

informasi yang berhubungan dengan penulisan proposal ini akan

menghasilkan data primer.

d. Data Sekunder

Laporan-laporan tertulis dan informasi tentang budi daya kopi, proses

pengolahan kopi, dan sarana-prasarana agrowisata

Tabel 3. 1 jenis sumber data premier dan data sekunder

Jenis Data Sumber Data

Primer Informasi langsung

kebutuhan kopi yang ada di Survei lapangan

Merauke (sampel kuisioner)

Observasi kebun kopi sota Survei lapangan

Sekunder Kepustakaan/instansi terkait

Pedoman budi daya dan Studi literatur

pemeliharaan tanam kopi

Proses pengolahan kopi Studi literatur

Sarana dan prasarana agrowisata Studi literatur

Sumber: Analisis Penulis

86
3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi menurut Arikunto[18] adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi merupakan hasil pengukuran dari jumlah keseluruhan populasi atau

karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang

dihitung secara kualitatif maupun kuantitatif.

Populasi dari penelitian ini merupakan jumlah penikmat kopi yang ada pada

empat kedai diMerauke, diambil secara Accidental Sampling dan Snowball

Sampling pada pengunjung kedai, pemilik kedai, dan petani kopi.

b. Sampel

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Accidental sampling yaitu pengambilan

sampel secara aksidental (accidental) dengan mengambil kasus atau responden

yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian.[19]

Sampel dalam penelitian ini yaitu empat kedai kopi dan pengunjung kedai kopi

diMerauke.

87
Tabel 3. 2 Sampel penelitian

KEDAI JUMLAH

CANGKIR/MINGGU

Mr.Bean 105

Koplink coffee & roastery 84

Garasi 90's 207

New Rahmat 161

Sumber: Analisis Penulis

3.4 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian ini sangatlah penting karena

berkaitan dengan tersedianya data yang dibutuhkan untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian, sehingga kesimpulan yang diambil adalah benar.

Dalam hal ini, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu:

a. Observasi, adalah kegiatan pengamatan secara langsung terhadap suatu

objek dengan menggunakan seluruh panca indera, baik menggunakan

penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap[19]

Observasi yang dilakukan yaitu terkait dengan lahan yang di tanami pohon

kopi berada pada sota jalur 5B. Hal yang diamati yaitu kondisi eksisting

lahan yang mendukung tumbuhnya tanaman kopi

88
b. Wawancara/Interview, adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk mendapatkan keterangan-keterangan secara lisan melalui

percakapan dan berhadapan muka dengan narasumber yang dapat

memberikan keterangan tentang objek penelitian.[18] Wawancara dapat

dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Dalam

hal ini, wawancara dilakukan dengan narasumber pada pemilik kedai serta

barista dari New rahmat, Koplink coffee & roaster, Mr. bean coffee, dan

Garasi 90’s dikota Merauke.

c. Metode Dokumentasi, dilakukan untuk memperkuat dua metode

sebelumnya, yaitu metode wawancara dan observasi agar lebih

memperjelas data-data yang akan digunakan dalam analisis. Data-data

yang perlu diperkuat dengan dokumentasi/foto-foto mengenai pengunjung

dan pemilik/barista kopi yang ada diMerauke, dokumentasi/foto-foto

mengenai lokasi lahan tanaman kopi serta objek eksisting tanaman kopi

pada daerah sota jalur 5B.

d. Studi Pustaka, metode ini digunakan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan objek penelitian yang dapat mendukung penelitian

dengan cara mencari literatur dari buku (pustaka) maupun internet.

3.5 Teknik pengolahan data

Dalam perancangan ini, langkah pertama yang diambil adalah menemukan

permasalahan-permasalahan yang melatar belakangi munculnya gagasan awal.

Tahapan selanjutnya adalah menganalisis permasalahan dengan metode analisis

deskriptif. Metode ini bertujuan membuat untuk mengidentifikasi secara

89
sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi daerah tertentu. Metode ini

nantinya akan mendukung perancangan awal yang berupa analisis. Adapun

beberapa analisis tersebut adalah:

a. Analisis Data : data yang didapat di analisis menggunakan Microsoft excel

untuk menghitung jumlah kebutuhan kopi diMerauke meliputi rata-rata

jumlah cangkir kopi yang dihabiskan /hari/minggu/bulan/tahun,

mengetahui rata-rata peminat kopi pada kuisioner, dan luasan tapak.

Microsoft word membuat laporan penelitian. Dan Microsoft power point

untuk membuat presentasi tentang hasil yang dibuat. Setelah didapatkan

semua data, data diolah menjadi sebuah desain bangunan.

b. Analisis tapak terdiri dari : Analisis topografi, analisis zoning, analisis

sirkulasi, analisis view, analisis kebisingan, analisis klimatologi (matahari,

angin, hujan).

c. Analisis bangunan terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Analisis fungsi : Pelaku, alur aktivitas, organisasi ruang, pola hubungan

ruang

2. Analisis bentuk : Hubungan masa dengan tapak, hubungan antar masa,

hubungan dengan pemakai, ekspresi bangunan, bentuk dasar.

3. Analisis keteknikan : Analisis struktur dan utilitas.

Pada tahap akhir dari pengolahan data/analisa ini adalah menghasilkan

suatu konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan konsep pendekatan

terhadap perencanaan dan perancangan, yang selanjutnya ditransformasikan ke

dalam desain Merauke Coffee Center. Adapun tahapan proses analisis yaitu:

90
a. Penggolongan data baik kuantitatif maupun kualitatif untuk diseleksi

terhadap kesesuaiannya dengan pemecahan permasalahan.

b. Pemrograman terhadap analisis untuk mendapatkan kesimpulan

sementara, berupa konsep.

c. Hasil pemrograman analisis tersebut dijadikan sebagai parameter dalam

perancangan.

d. Metode diagram dan sketsa.

3.6 Peralatan

Peralatan merupakan instrument yang diperlukan untuk mengumpulkan

dan mengolah data yang diperlukan pada penelitian ini. Alat/Instrument yang

digunakan baik fisik maupun software komputer antara lain:

Tabel 3. 3 Alat/instrument penelitian


no Alat/Instrumen fungsi

1 ATK Sebagai alat tulis dan pembuatan

laporan

2 HP/Hand Phon Mengambil gambar

3 Microsoft Word Mengetik/mengolah data berupa file

laporan

4 Microsoft Excel Mengolah data berupa file angka

5 Microsoft Power Point Mengolah data berupa file presentasi

6 Autocad Membuat gambar kerja

7 Sketchup Membuat gambar 3d

Sumber: Analisis Penulis

91
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Dasar Konsep Desain

Dalam perancangan Merauke Coffee Center memanfaatkan bentuk dari

nampan, cangkir dan biji kopi, sebagai landasan konseptual perancangan dalam

memunculkan ide, untuk menghasilkan bentuk yang selaras dengan tema yang di

usung. Pemunculan ide untuk mentrasformasikan pada bentuk desain Merauke

Coffee Center ini dilakukan dengan beberapa cara pendekatan, seperti filosofi dan

analogi.

Merauke Coffee Center

Filosofi & Analogi Latar Belakang Modern Tropis

Konsep

Desain

Diagram 4. 1 Diagram Konsep Perancangan


(Sumber : Analisa Penulis)

92
4.2 Analisa Dasar Perancangan

4.2.1 Analisa Pemilihan Site

Pemilihan site merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam

setiap perencanaan dan perancangan suatu bangunan. Pemilihan site untuk

Merauke Coffee Center harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti

sarana dan prasarana, sehingga aktivitas dan kegiatan dapat terwadahi dengan

baik.

Menurut Spillane, (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan

menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur yang

harus dipenuhi, yaitu :

1. Attractions dalam konteks pengembangan agrowisata atraksi yang

dimaksud adalah hamparan kebun/lahan pertanian.

Gambar 4. 1 kebun kopi milik warga (bapak wasim)


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

93
2. Facilities Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana umum, dan

telekomunikasi pada sentra-sentra pasar.

Gambar 4. 2 Menara jaringan telkom 4G


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

3. Infrastructure, Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan,

jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber

listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya

dan sistem keamanan.

Gambar 4. 3 Sumber listrik PLN (LISDES SOTA)


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

94
Gambar 4. 4 Sistem keamanan polsek sota
(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Gambar 4. 5 Sistem kesehatan puskesmas sota


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

4. Transportation Transportasi umum, Bis-Terminal, sistem keamanan

penumpang, system Informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta

kota/objek wisata.

5. Hospitality Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan

keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik.

95
4.2.2 Lokasi Site Terpilih

Lokasi Perancangan Merauke Coffee Center ini terletak di distrik Sota,

kabupaten Merauke. dengan pencapaian dari kota Merauke menuju sota dengan

jarak ±56,8 km.

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan hutan/lahan kosong

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan hutan/lahan kosong

c. Sebelah Timur: berbatasan dengan hutan/lahan kosong dan batas Negara

d. Sebelah Berat : berbatasan dengan perumahan penduduk

Deskripsi lokasi Merauke Coffee Center yaitu :

Gambar 4. 6 Lokasi Tapak Terpilih


(Sumber: Google Earth diakses 2020)

96
Gambar 4. 7 Lokasi Tapak dan Sekitarnya
(Sumber: Dokumentasi Penulis dan Google Earth diakses 2020)

a. Kriteria Tapak

Site eksisting “Merauke Coffee Center” ini berada pada lahan kosong

yang berdekatan dengan PLBN SOTA berjarak ±600m dari site terpilih.

Kriteria site ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pencapaian site mudah dijangkau

2. Memiliki jaringan utilitas kota yang baik

3. Memiliki akses jalur transportasi darat yang baik

4. Lokasi site strategis dengan roda perekonomian dan pemerintahan kota

97
b. Garis Sempadan Bangunan (GSB)

jalan sota pada rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten Merauke

tahun 2010-2030 menetapkan sebagai ruas jalan kolektor primer. Dengan garis

sempadan bangunan (GSB), menurut rencana detail tata ruang (RDTR)

kabupaten Merauke tahun 2017-2037 menetapkan jalan kolektor primer 14 m

dari as jalan, garis sempadan pagar (GSP) 8 m dari as jalan.

4.3 Analisa Perancangan Tapak

4.3.1 Analisa Pencapaian

Analisa pencapaian bertujuan untuk mendapatkan akses ke dalam tapak

yang dibagi menjadi 2 akses, yaitu main entrance (ME) yang merupakan akses

utama ke dalam tapak bagi pengunjung, dan side entrance (SE) yang

merupakan akses tambahan ke dalam tapak untuk kegiatan pengelola, service

dan maintenance, dan loading-unloading. Analisa pencapaian ditentukan

berdasarkan pertimbangan kemudahan akses dari jalur utama, dan sangat di

pengaruhi oleh jaringan jalan transportasi yang ada di sekitar tapak.

a. Dasar Pertimbangan

1. Kondisi jalan dan potensi yang ada disekitar tapak.

2. Jalur main entrance (ME) yang mudah di jangkau dan terhubung

dengan jalan utama.

3. Jalur side entrance (SE) di pisah dengan jalur masuk, agar tidak

terjadi kemacetan/hambatan di area masuk pengunjung serta

98
memudahkan kegiatan pengelola, service dan maintenance, dan

loading-unloading tidak terganggu.

b. Analisa :

Akses pencapaian pada site yang dapat di lalui transportasi yaitu dari

arah kota jalan trans papua dan memasuki area Sota.

Gambar 4. 8 Analisa Pencapaian ke Site


(Sumber: Analisa Penulis)

c. Konsep :

1. Site berada di jalur utama dan jalur akses kendaraan logistik. Jalur

main entrance (ME) ke site di buat di sisi barat site untuk

menghindari croos

99
2. Jalur side entrance (SE) site di buat di sisi utara, agar kegiatan

pengelola, service dan maintenance, dan loading-unloading tidak

terganggu dari akses masuk pengunjung, serta memudahkan

pengontrolan keluar masuk tapak.

Gambar 4. 9 Konsep Pencapaian ke Site


(Sumber: Analisa Penulis)

100
4.3.2 Analisa Sirkulasi

Tapak berada tepat dipinggir jalan masuk sota yang kondisi

eksistingnya masih berupa lahan kosong, jalan masuk sota ini hanya memiliki 1

jalur untuk 2 arah kendaraan dengan lebar jalan 8 m.

a. Dasar Pertimbangan :

1. Sirkulasi di semua area tapak harus dapat di akses dengan mudah.

2. Kenyamanan, kemudahan dan keamanan aksebilitas

3. Sirkulasi pengunjung, pengelola, pejalan kaki, dan sirkulasi kendaraan

servis.

4. Sirkulasi parkir

b. Analisa

Gambar 4. 10 Analisa sirkulasi


(Sumber: Analisa Penulis)

101
c. Konsep

1. Perletakan jalur masuk dan keluar dipisahkan sehingga dapat

memperlancar aksebilitas di dalam tapak.

2. Menerapkan pola sirkulasi linier dengan menghubungkan setiap

bangunan dan sarana prasarana di dalam site.

3. Pembatasan pada akses pengunjung antara area publik dan area

private.

4. Parkiran pengunjung dan pengelola di pisah,

5. Jalur pedestrian dan jalur kendaraan di pisah.

6. Jalur pedestrian di buat di sisi jalur kendaraan di dalam site.

102
Gambar 4. 11 Konsep sirkulasi dalam tapak
(Sumber: Analisa Penulis)

103
Gambar 4. 12 Konsep sirkulasi dalam tapak
(Sumber: Analisa Penulis)

104
Gambar 4. 13 Konsep area parkir pada site
(Sumber: Analisa Penulis)

105
Gambar 4. 14 Konsep area parkir pada site
(Sumber: Analisa Penulis)

4.3.3 Analisa Klimatologi

Kabupaten Merauke memiliki iklim tropis sama halnya seperti

Kabupaten lainnya di Indonesia. Rata-rata temperatur di Kabupaten Merauke

terendah suhu 25,02℃ dan temperatur tertinggi 28.07℃. kelembaban relatif di

Kabupaten Merauke adalah sebesar 79.5% dan kondisi paling lembab terjadi

pada bulan Maret sebesar 84%. Curah hujan tertinggi 356.6 mm dengan 23 hari

hujan pada bulan maret. (Sumber : Merauke dalam angka 2019)

106
Area tapak merupakan lahan kosong yang mendapat sinar matahari

langsung sejak terbitnya matahari hingga terbenam matahari. Cahaya matahari

akan dimaksimalkan masuk ke dalam bangunan sebagai pencahayaan alami

terutama cahaya matahari pagi. Untuk mengurangi panas pada siang dan sore

hari, akan digunakan overstek dan vegetasi untuk pembentukan bayangan pada

beberapa area tapak.

Pergerakan angin di dalam site akan dimanfaatkan sebagai penghawaan

alami pada bangunan. Penggunaan jendela dengan lubang angin dapat

memaksimalkan masuknya udara sejuk ke dalam bangunan, dan bentuk atap

yang dinamis dapat menyalurkan angin dan air hujan dengan optimal pada

tapak. Vegetasi dapat menjadi alternatif lain untuk mengendalikan pergerakan

angin dan pereduksi panas.

a. Dasar pertimbangan :

1. Orientasi matahari, angin dan curah hujan.

2. Bentuk massa bangunan.

3. Penangulangan klimatologi.

107
b. Analisa

Gambar 4. 15 Analisa klimatologi


(Sumber: Analisa Penulis)

c. Konsep :

1. Pengoptimalan sinar matahari, angin, dan curah hujan pada bangunan.

2. Penempatan vegetasi.

3. Bukaan pada bangunan.

4. Bentuk atap bangunan

108
Gambar 4. 16 Konsep klimatologi
(Sumber: Analisa Penulis)

109
4.3.4 Analisa View

Untuk mendapatkan view yang baik maka perlu diperhatikan semua

yang berhubungan dengan view serta kondisi bangunan/tapak di sekitarnya, hal

ini ditentukan dengan pertimbangan potensi view yang menarik, jalan yang

dilalui pengguna, dan letak main entrance.

a. Dasar pertimbangan :

1. View kedalam tapak

2. View keluar tapak

3. View yang menarik

4. Letak poin of interest

110
b. Analisa :

Gambar 4. 17 Analisa view tapak


(Sumber: Analisa Penulis)

111
c. Konsep :

1. Orientasi bangunan mengarah ke jalan utama.

2. Bangunan yang letaknya dekat jalan utama di desain semenarik

mungkin untuk menjadi poin of interest.

3. Bagian sebelah barat akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi dan

rekreasi yang memanfatkan suasana alam pada sekitar site.

Gambar 4. 18 Konsep View tapak


(Sumber: Analisa Penulis)

112
4.3.5 Analisa Kebisingan

Analisa kebisingan bertujuan untuk mendapatkan sumber kebisingan di

lingkungan sekitar tapak maupun dalam tapak, yang nantinya dapat digunakan

untuk pertimbangan perletakkan zona dalam tapak.

Sumber kebisingan berasal dari jalan utama yang dilalui kendaraan dan

pada hari-hari tertentu wisatawan akan meningkat jumlahnya. Sedangkan

dibagian timur bersebelahan dengan PLBN SOTA ±600m dari site yang tidak

menimbulkan kebisingan, untuk dibagian selatan dan barat hanya bersebelahan

dengan hutan/lahan kosong yang minim dari kebisingan.

a. Dasar pertimbangan :

1. Sumber datangnya bising

2. Sumber bising dari dalam tapak.

3. Vegetasi sebagai peredam bising.

113
b. Analisa :

Gambar 4. 19 Analisa kebisingan


(Sumber: Analisa Penulis)

c. Konsep :

1. Area dalam tapak yang memiliki tingkat kebisingan tinggi

diperuntukkan bagi zona parkiran

2. Area dalam tapak yang memiliki tingkat kebisingan sedang

diperuntukkan bagi zona pengelola, gedung serba guna, kedai, taman,

are sewa kendaraan & are kemah.

114
3. Area dalam tapak yang memiliki tingkat kebisingan rendah

diperuntukkan bagi zona edukasi (pabrik kopi), zona rekreasi(kebun

kopi), service, dan maintenance,

Gambar 4. 20 Konsep kebisingan


(Sumber: Analisa Penulis)

4.3.6 Analisa Penzoningan

Analisa penzoningan bertujuan untuk mendapatkan penataan zona

dalam tapak berdasarkan pertimbangan hasil dari analisa pencapaian, sirkulasi,

klimatologi, view, kebisingan, dan penzoningan. dalam site akan dibagi

menjadi 3 zona sesuai dengan kebutuhan masing – masing zona.

115
a. Dasar pertimbangan :

1. Kondisi dan aktivitas yang ada di sekitar tapak.

2. Fungsi bangunan, sarana dan prasarana.

3. Keterkaitan antara aktivitas di dalam site.

b. Analisa

Gambar 4. 21 Analisa penzoningan


(Sumber: Analisa Penulis)

116
c. Konsep

1. Area tapak yang berdekatan dengan jalan utama di jadikan zona

publik, berupa ruang terbuka hijau, dan parkiran.

2. Area tapak yang jauh dari jalan utama digunakan untuk zona private,

zona ini meliputi bangunan servis.

3. Diantara zona publik dan zona private dibatasi zona semi publik,

meliputi, gedung pengelola, aula, mini caffee, mini babrik kopi, dan

area fasilitas penunjang.

Gambar 4. 22 Konsep penzoningan


(Sumber: Analisa Penulis)

117
4.3.7 Analisa Landscape

Tujuan dari Analisa konsep ini adalah memperbaiki dan menjaga iklim

makro dan nilai estetika, menciptakan keseimbangan dan keserasian

lingkungan fisik kawasan. Beberapa contoh elemen lanskap secara alami dan

buatan, yaitu :

a. Softscape

Tabel 4. 1 Analisa Landscape

Jenis tanaman Nama tanaman konsep

1. Tanaman kebun  Pohon kopi • Kopi adalah tanaman tahunan


yang dapat mencapai usia
poduktif hingga 20-25 tahun.
Kopi merupakan komoditas
tanaman perkebunan yang
paling banyak di
perdagangkan.
• Pohon tanjung meskipun
2. Tanaman peneduh batangnya tidak terlalu besar
 pohon tanjung dan terlalu tinggi, namun
• Ditempatkan pada pohon ini sangat rindang
jalur tanaman dengan tajuk luas dan tumbuh
minimal 1,5m dari secara simetris. Daunnya
tepi median tidak mudah rontok,
• Percabangan 2m Rantingnya juga tidak terlalu
diatas tanah besar dan tidak mudah patah.
• Bentuk percabangan
tidak merunduk
• Tabebuya adalah tanaman
• Bermassa daun padat yang termasuk jenis pohon
 Pohon tabebuya warna
• Ditanam secara besar. Pohon tabebuya
berbaris memiliki kelebihan di
• Tidak mudah antaranya daunnya tidak
tumbang mudah rontok, disaat musim
berbunga maka bunganya
terlihat sangat indah dan
lebat, akarnya tidak merusak
rumah atau tembok walau

118
berbatang keras

3. Tanaman penunjuk  Pohon palem raja • Pohon palem raja

arah berfungsi sebagai pohon

penunjuk arah.

4. Tanaman perdu  Bunga Azalea • Bunga Azalea dikembangkan


sebagai tanaman hias yang
• Memiliki kegunaan populer. Pada habitat liar, ia
untuk menyerap biasa tumbuh di hutan dan
debu dan wilayah berawa. Warna
bunganya bervariasi dari
membersihkan
merah, kuning, putih, pink,
udara
dan ungu.
• Bermassa padat  Bunga krisan
Jarak daun
berdekatan

• Bunga ini dapat menyerap


polusi, serta memiliki
warna yang beragam,
cocok di tanam di bagian
sisi – sisi bangunan.
(Sumber: Analisa Penulis dan Google)

119
Gambar 4. 23 Konsep Softscape
(Sumber: Analisa Penulis)

120
b. Streetscape

Merupakan upaya untuk menciptakan ruang luar yang rekreatif dan

menarik dapat dilakukan dengan mendesain elemen-elemen pembentuk

ruang luar dengan mempertimbangkan unsur estetika, citra, kreatif,

kenyamanan, dan nilai fungsional.

Gambar 4. 24 Analisa Streetscape


(Sumber: google)

121
Gambar 4. 25 Konsep Streetscape
(Sumber: Analisa Penulis)

122
c. Hardscape

Elemen keras dalam praktek landscape mengacu pada daerah

perkerasan seperti jalan dan trotoar, kompleksbisnis besar, perumahan dan

kawasan industri lain dimana di atas permukaan tanah tidak terkena tanah

aslinya lagi.

Gambar 4. 26 Analisa Hardscape


(Sumber: google)

123
Gambar 4. 27 Konsep Streetscape
(Sumber: Analisa Penulis)

4.3.8 Analisa Perancangan Bangunan Merauke Coffee Center

a. Gubahan Massa

Analisa gubahan massa bertujuan untuk mendapatkan pola gubahan

massa yang akan digunakan pada bangunan – bangunan dan tapak dalam

kawasan Merauke coffee center. Analisa ini dilakukan berdasarkan

pertimbangan fungsi bangunan, bentuk – bentuk yang terdapat di sekitar site,

dan hasil dari analisa klimatologi.

Merauke coffee center yang akan dirancang merupakan objek wisata

yang berada di sekitar perkebunan kopi, Karena kondisi tersebut maka objek

124
wisata kopi ini identik dengan bentuk tanaman kopi/biji kopi. Bentuk – bentuk

tersebut nantinya akan digunakan dalam beberapa massa bangunan agar selaras

dengan alam sekitar dan dapat menggambarkan karakter Merauke coffee

center.

1. Bentuk dasar

Berdasarkan karakteristik masing – masing bentuk dasar dan

beberapa pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya maka bentuk

dasar yang akan digunakan pada perancangan massa bangunan, yaitu :

a. Bentuk dasar bujur sangkar

Bujursangkar melambangkan murni dan rasional. Secara bilateral,

ia merupakan sebuah figur yang simetris dan memiliki dua sumbu

yang tegaklurus dan sama panjangnya.

b. Bentuk dasar lingkaran

merupakan sebuah figur yang memusat, introvert, yang normalnya

adalah stabil dan memiliki titik tengan sendiri di dalam

lingkungannya.

Bentuk dasar bujur sangkar Bentuk dasar bulat

Gambar 4. 28 Gambar Analisa Bentuk Dasar

125
(Sumber: Analisa Penulis)

c. Transformasi Dimensional

Sebuah bola dapat ditransformasikan menjadi sembarang jumlah

bentuk seperti talur atau elips dengan cara memenjangkannya di

sepanjang sumbu

Gambar 4. 29 Gambar Transformasi Dimensional


(Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996)

Keseluruhan bentuk dasar tersebut akan mengalami transformasi

baik berupa transformasi dimensional, subtraktif, maupun aditif sesuai

dengan kebutuhan, sehingga menghasilkan bangunan yang fungsional,

selaras dengan bentuk di lingkungan sekitar dan memiliki respon terhadap

iklim yang sesuai dengan analisis kebisingan, arah angin dan orientasi

matahari sehingga didapatkan bentuk yang sesuai dengan penerapan

analisis.

126
Penerapan bentuk dasar fasade:

Gambar 4. 30 Konsep penerapan bentuk dasar


(Sumber: Analisa Penulis)

Bentuk bangun yang ditransformasikan dengan perpaduan bentuk

dasar kotak, lingkaran, dan Transformasi Dimensional.

b. Makna Filosofi Bentuk Site Dan Bangunan

Penerapan bentuk site Merauke coffee center berdasarkan sebuah

objek filosofi yaitu penyajian hidangan minuman kopi berupa “nampan,

cangkir dan biji kopi”. kopi juga sebagai salah satu hidangan yang di

suguhkan kepada keluarga, kerabat, dan tamu yang dapat mempererat

silaturahmi dalam secangkir kopi. ungkapan makna ini di harapkan pada

Merauke coffee center agar bisa menjadi wadah rekreasi bagi keluarga,

kerabat, maupun tamu (dari luar Merauke) sebagai ajang silaturahmi dan

memperkenalkan kopi yang ada di Merauke lebih luas lagi.

127
Gambar 4. 31 Analisa Filosofi Bentuk
(Sumber: Analisa Penulis)

1. Bentuk nampan dan cangkir, sebagai wadah penyajian. Dapat di

umpamakan sebagai are fasilitas wisata kopi untuk wadah rekreasi

maupun edukasi.

128
Gambar 4. 32 Konsep Filosofi Bentuk
(Sumber: Analisa Penulis)

2. Bentuk biji kopi, sebagai objek utama pada Merauke coffee center

yaitu bangunan pengelola Sebagai Point Of Interest.

129
a) Bean/biji kopi

Bean/biji kopi sebagai icon/Point Of Interest pada perancangan

Merauke Coffee Center.

b) Transformasi

Bean/biji kopi tersebut ditransformasikan kedalam bentuk gubahan

massa, yang nantinya menjadi komponen struktur atap dalam

bangunan Merauke Coffee Center.

c) Penerapan

Penerapan pada struktur atap yang berbentuk Bean/biji kopi

sebagai icon/Point Of Interest pada perancangan Merauke Coffee

Center.

Gambar 4. 33 Konsep Filosofi Bentuk Bangunan


(Sumber: Analisa Penulis)

130
4.4 Hubungan Pendekatan Arsitektur Modern Tropis dan Fasade Bangunan

Pada konsep perancangan bangunan menerapkan pendekatan modern

tropis yang tercermin dari adanya penggunaan unsur pabrikasi berupa atap

berbahan GFRC (Glass Fibre Reinforced Concrete), atap kaca peredam panas,

dan kusen alumunium. dan pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan alami

berupa bukaan yang lebar dan cukup pada bangunan.

Berdasarkan hasil analisis gubahan masa untuk mendapatkan bentuk dasar

bangunan yang tepat pada tapak yang dilihat dari segi bentuk dasar, tema

perancangan, filosofi bentuk dan pendekatan arsitektur.

4.5 Analisa Sistem Structure dan Material Penutup

4.5.1 Analisa dan konsep struktur

Sistem struktur pada perancangan Merauke coffee center terdiri atas tiga

bagian, yakni; Sub Structure (Struktur Bawah), Mid Structure (Struktur Tengah)

dan Upper Structure (Struktur Atas) meliputi:

a. Sub Structure

Sub Structure adalah struktur bawah bangunan atau pondasi

yang sesuai dengan jenis struktur tanah, dimana bangunan tersebut

berdiri. Kriteria yang mempengaruhi pemilihan pondasi adalah sebagai

berikut:

1. Pertimbangan beban keseluruhan dan daya dukung tanah.

2. Pertimbangan kedalaman dan jenis tanah.

131
3. Pemilihan jenis pondasi yang sesuai dengan fungsi bangunan.

Berdasarkan kriteria di atas maka terdapat beberapa jenis pondasi yang

akan diterapkan pada bangunan. Kondisi tanah pada tapak merupakan tanah

lunak/berawa. Oleh karena itu pada bangunan pengelola, mini pabrik, coffee

shop, aula, penyewaan kendaraan wisata dan gudang menggunakan pondasi foot

plat beton. Sedangkan bangunan pendukung lainnya seperti pos jaga, green

house, gedung genset, mushola, dan pendopo menggunakan pondasi menerus

pasangan batu bata.

Gambar 4. 34 Konsep pondasi menerus batu bata


(Sumber: Analisa Penulis dan google)

132
Gambar 4. 35 Konsep pondasi foot plat
(Sumber: Analisa Penulis dan google)

b. Mid Structure

Mid struktur merupakan sebuah kontruksi bangunan yang mencakup

semua bagian-bagian yang terletak di atas pondasi dan berfungsi

sebagai penyalur beban dari atas menuju pondasi.

Mid structure terdiri dari:

133
1. Kolom dan balok

Kolom meneruskan beban - beban dari elevasi atas ke elevasi yang

lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi.

Sedangkan balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen

struktur yang dominan memikul gaya berupa momen lentur dan

juga geser dan diteruskan ke kolom. Adapun kolom dan balok yang

akan digunakan adalah kolom dan balok dengan material, beton

bertulang dan rangka baja konvensional.

Gambar 4. 36 Konsep Kolom dan Balok Beton Bertulang


(Sumber: google)

Gambar 4. 37 Konsep Kolom dan Balok Baja Konvensional


(Sumber: google)

134
4. Dinding

Terdiri dari dinding masif dan partisi. Untuk dinding digunakan

dua jenis material yakni dinding expanded metal bermotif sebagai

dinding partisi dan dinding batu bata sebagai dinding massif.

a. b.

Gambar 4. 38 Konsep penutup dinding a. Dinding batu bata,


b. dinding expanded, c. rangka dinding expanded
(Sumber: Analisa Penulis dan google)

135
5. lantai

a) Lantai granit

Granit adalah jenis batuan yang berasal dari magma yang

membeku. Dibandingkan dengan jenis lantai lainnya, lantai granit

lebih kokoh dan tidak mudah pecah. Permukaannya yang berkilau

membuatnya tampak elegan, lantai granit digunakan pada area

lantai Gedung pengelola, kedai, aula, dan Gedung pengolahan.

Gambar 4. 39 Konsep penutup lantai granit


(Sumber: Analisa Penulis dan google)

b) Lantai kramik

Sedangkan lantai kramik digunakan pada tempat yang basah seperti

lavatory, wc/toilet umum. Dan daerah yang mudah basah.

136
Gambar 4. 40 Konsep penutup lantai keramik
(Sumber: Analisa Penulis dan google)

c. Upper Structure

Upper structure adalah struktur bagian atas bangunan/atap. Atap

berfungsi sebagai penutup dan pelindung bangunan dari panas dan hujan.

Sruktur yang digunakan untuk rangka/material atap bangunan pengelola

adalah struktur Space frame, merupakan sistem struktural rangka tiga

dimensi yang terdiri dari batang-batang yang saling menyambung dan

tidak menerima gaya momen dan torsi sehingga gaya yang terjadi hanya

gaya aksial. Penutup atap yang digunakan adalah berbahan GFRC (Glass

Fibre Reinforced Concrete), dan atap kaca peredam panas akan di

aplikasikan pada gedung pengelola yaitu atap laminated glass. Sedangkan

atap pada bangunan pendukung menggunakan atap zincalume dan atap dak

cor beton.

137
Gambar 4. 41 Struktur Space Frame
(sumber: google)

a b c
Gambar 4. 42 a.atap zincalume b.atap GFRC c.atap dak cor beton
(sumber: google)

Gambar 4. 43 Konsep Struktur dan material atap


(Sumber: Analisa Penulis dan google)

138
4.5.2 Konsep Utilitas

a. Sistem Jaringan Listrik

Sumber jaringan listrik utama dalam kawasan Merauke coffee center

adalah jaringan listrik yang berasal dari PLN yang didukung oleh genset.

Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka akan

diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power (SEB) dari

genset. Selain itu diterapkan pula solar lamp sebagai penerangan pada akses

jalan dalam tapak.

Instalasi dalam gedung dibagi atas 2 bagian yaitu instalasi untuk

penerangan dan instalasi untuk power (alat - alat elektronik, pompa, dan

sebagainya), sedangkan untuk jenis lampu yang digunakan adalah lampu

hemat energi.

139
PLN RUANG ME METERAN DISTRIBUSI

GENSET

Diagram 4. 2 Sistem Jaringan Listrik PLN dan Genset


(Sumber : Analisa Penulis)

Gambar 4. 44 Ilustrasi Jaringan Listrik


(Sumber: google)

140
Gambar 4. 45 Konsep Sistem Jaringan Listrik
(Sumber: Analisa Penulis)

141
b. Distribusi Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sumur-sumur resapan di

dalam kawasan. Sedangkan air kotor berasal dari air buangan dapur, kamar

mandi/WC, kegiatan rumah tangga, serta kegiatan yang berhubungan dengan

air lainnya. Adapun pendistribusian air pada Merauke coffee center sebagai

berikut:

Diagram 4. 3 Distribusi air bersih


(Sumber : Analisa Penulis)

Berikut adalah penerapan sistem distribusi air bersih pada Merauke coffee

center berdasarkan analisis diagram diatas:

142
Gambar 4. 46 Konsep Sistem Jaringan Air Bersih
(Sumber: Analisa Penulis)

143
c. Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah

Air kotor berupa kotoran metabolise akan dialirkan keluar bangunan

melalui pipa- pipa menuju ke sistem pengolahan air limbah melalui pipa

saluran pembuangan. Kemudian dari pengolahan air limbah tersebut air kotor

akan dialirkan menuju septictank dan bak lemak(oil/grase trap) yang

kemudian dialirkan menuju drainase dan sumur resapan yang teradapat di

setiap massa bangunan.

CLOSET/
SEPTICTANK SUMUR RESAPAN
URINOIR

AIR BUANGAN OIL/GRASE


DRAINASE
(DAPUR/KM) TRAP

Diagram 4. 4 Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah


(Sumber: Analisa Penulis)

144
Gambar 4. 47 Konsep Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah
(Sumber: Analisa Penulis)

145
d. Sistem pengolahan Limbah Kopi

Limbah cair yang mengandung tingkat keasaman tinggi berupa air

bekas pencucian dan fermentasi kopi akan disalurkan dari bak pencucian dan

fermentasi ke bak pengolahan biogas. Selanjutnya gas hasil pengolahan ini

akan didistribusikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar dalam kawasan

Merauke coffee center.

PENGOLAHAN
BAK PENCUCIAN DISTRIBUSI
BIOGAS

Diagram 4. 5 Sistem pengolahan limbah cair kopi


(Sumber: Analisa Penulis)

146
Gambar 4. 48 Konsep Sistem pengolahan Limbah Kopi
(Sumber: Analisa Penulis)

147
Dan Sebagian Limbah kulit buah kopi akan ditampung pada

penampungan sementara yang diletakkan di dekat massa bangunan

pengolahan kopi. Kemudian limbah ini akan dimanfaatkan sebagai bahan

baku amelioran tanah alami yang berfungsi untuk meningkatkan daya dukung

tanah yang nantinya bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman kopi.

e. Sistem Pengolahan Air Hujan

Air hujan tidak langsung dibuang, melainkan diolah kembali untuk

kebutuhan air pada tapak. Pengelolaan air hujan dari atap setiap bangunan

akan disalurkan melalui talang menuju bak penampungan. sistem pengolahan

air hujan dijelaskan pada diagram berikut:

AIR HUJAN

INLET KOLAM PENAMPUNGAN PENYARINGAN POMPA


TALANG AIR HUJAN

DISTRIBUSI
DRAINASE/
SALURAN KOTA

Diagram 4. 6 Sistem Pengolahan air hujan


(Sumber: Analisa Penulis)

148
Gambar 4. 49 Konsep Sistem Pengolahan air hujan
(Sumber: Analisa Penulis)

149
f. Sistem Pembuangan Sampah/Limbah Padat

sistem pembuangan sampah dilakukan untuk memperoleh

pembuangan sampah yang efektif pada bangunan dan Kawasan Merauke

coffee center sehingga tidak mencemari lingkungan. Tempat pembuangan

sampah dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik yang akan

diletakkan dalam setiap massa bangunan dan jalur sirkulasi. Setiap hari

sampah – sampah tersebut akan diangkut dengan mobil sampah menuju TPS

(tempat pemrosesan sementara) untuk sampah anorganik, sedangkan sampah

organik akan diolah menjadi kompos yang berguna untuk pemupukan

perkebunan kopi.

SAMPAH TEMPAT SAMPAH PENGOLAHAN


ORGANIK ORGANIK KOMPOS

SAMPAH TAMPAT SAMPAH TRUK


ANORGANIK ANORGANIK SAMPAH TPS

Diagram 4. 7 Sistem Pembuangan sampah/limbah padat


(Sumber: Analisa Penulis)

150
Gambar 4. 50 Konsep Sistem Pembuangan sampah/limbah padat
(Sumber: Analisa Penulis)

151
Berikut adalah penerapan sistem pembuangan sampah organik, anorganik,

dan B3 :

Gambar 4. 51 Jenis tempat sampah umum pada tapak


(Sumber: Google)

Gambar 4. 52 jenis tong pengolahan kompos


(Sumber: Google)

152
g. Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem penanggulangan yang akan diterapkan dalam Merauke coffee

center, yaitu Penanggulangan kebakaran dengan cara pemadaman dengan

menempatkan APAR ditempat yang strategis (mudah dilihat dan dijangkau)

pada setiap massa bangunan terutama pada bangunan pengolahan kopi yang

memiliki resiko kebakaran tinggi, serta penempatan fire sprinkler pada setiap

ruangan pada bangunan pengelola, kedai, aula, pengolahan kopi, bangunan

penyewaan kendaraan wisata, dan Gudang kopi. Selain itu juga akan

ditempatkan hydrant indoor dan hydrant outdoor.

WADUK
PENAMPUNGAN PIPA DISTRIBUSI HYDRAN

FIRE
SPRINKLER

Diagram 4. 8 Sistem Pencegahan Kebakaran


(Sumber: Analisa Penulis)

153
Gambar 4. 53 Konsep Sistem Pencegahan Kebakaran
(Sumber: Analisa Penulis)

154
Gambar 4. 54 APAR, hydrant indoor, dan hydrant outdoor
(Sumber : Google)

h. Sistem Keamanan

Menerapkan sistem keamanan dengan CCTV dan petugas keamanan.

akan ditempatkan di dalam bangunan dan luar bangunan di setiap zona pada

titik-titik strategis pemantauan. Petugas keamanan akan berkeliling pada

kawasan Merauke coffee center pada waktu tertentu, dan berjaga di pos – pos

keamanan yang terletak di titik-titik strategis, seperti main entrance, dan

bangunan penerima.

155
Gambar 4. 55 Konsep Sistem Keamanan
(Sumber: Analisa Penulis)

156
Gambar 4. 56 Perlengkapan CCTV
(Sumber : Google)

i. Penangkal Petir

Sistem penangkal petir digunakan pada site ini dengan tujuan

memberi pengamanan atau mencegah bahaya petir mengenai bangunan dan

pengguna yang ada disekitarnya. Jenis penangkal petir yang digunakan adalah

jenis penangkal petir elektrostatis berbasis ESE ( Early Stremer Emission )

dengan jenis produk Thomas, area perlindungan system ini berupa bola

dengan radius proteksi mencapai 125 meter. dan memakai tiang tunggal

sebagai menara penangkal petir Thomas.

157
Gambar 4. 57 Konsep Penangkal Petir
(Sumber: Analisa Penulis)

158
Gambar 4. 58 penangkal petir elektrostatis berbasis ESE (Early Stremer Emission)
(Sumber : Google)

4.6 Analisa Kebutuhan Ruang

Untuk mengetahui fasilitas apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan

Merauke coffee center, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui pelaku,

aktivitas dan kebutuhan ruang yang mana hal tersebut akan menghasilkan besaran

ruang yang dibutuhkan pada bangunan dan tapak.

Untuk menentukan luasan lahan yang dibutuhkan dalam perencanaan dan

perancangan, perlu diketahui terlebih dahulu fungsi dari bangunan/kawasan yang

159
akan direncanakan. Hal ini berkaitan dengan pelaku serta aktifitas yang

berlangsung dalam Merauke coffee center.

Fungsi dari Merauke coffee center, dikelompokkan dalam 4 fasilitas

sebagai berikut.

a. Fasilitas Pengelola dan Kegiatan Administrasi

Pengelola dan kegiatan administrasi adalah pelaku kegiatan yang bertugas

pada bagian perkantoran/administrasi, serta mengontrol kegiatan yang ada

pada Merauke coffee center.

b. Fasilitas Edukasi

Merupakan kegiatan utama berupa coffee tour dalam objek wisata, dimana

pengunjung/wisatawan belajar tentang tanaman kopi, dan melihat juga

kegiatan pengolahan kopi dari perkebunan hingga menjadi biji kopi yang

siap dihidangkan.

c. Fasilitas rekreasi

Adalah kegiatan pelengkap dari kegiatan utama yang dapat dinikmati

pengunjung, antara lain kegiatan berkemah dengan suasana perkebunan

kopi, kegiatan kuliner, kegiatan belanja aneka olahan kopi dan souvenir,

dan kegiatan bersantai.

d. Fasilitas pendukung

Merupakan sarana pelengkap dalam berwisata, yang berfungsi mendukung

seluruh aktifitas yang ada, seperti toilet umum, gazebo, dan fasilitas

pendukung lainnya.

160
4.6.1 Analisa Pelaku Kegiatan, Kebutuhan Ruang dan Alur Aktifitas

Adapun pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, serta alur aktifitas yang

diperlukan dalam Merauke coffee center di jabarkan sebagai berikut:

e. Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ZONA SERVICE

DAN MAINTENANCE

Tabel 4. 2 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Penerima,

KEBUTUHAN RUANG
KELOMPOK PELAKU MACAM KEBUTUHAN
KEGIATAN KEGIATAN RUANG
ZONA PENERIMA
Kegiatan Penerima Pengunjung Parkir Area Parkir
Masuk dan Hall/Lobby
menunggu
Mencari Informasi Resepsonis
Membeli tiket Loket
Metabolisme Lavatory
Pengelola Memberikan Resepsonis
(pegawai) informasi kepada
pengunjung
Melayani Loket
administrasi
pengunjung
    Metabolisme Lavatory
(Sumber: Analisa Penulis)

161
Tabel 4. 3 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Coffee Tour.
KEBUTUHAN RUANG
KELOMPO PELAKU MACAM KEBUTUHAN
K KEGIATAN RUANG
KEGIATAN
ZONA EDUKASI : COFFEE TOUR
Kegiatan Pengunjung Mengunjungi kebun Kebun Kopi
Wisata kopi (Shelter)
Edukasi : Memanen buah kopi
Coffee Tour Mengunjungi/ Area penyemaian
Belajar dan pembibitan
proses persemaian
dan pembibitan
tanaman kopi
Melihat proses Ruang
produksi kopi Pengelupasan
kulit buah
(pulping),
fermentasi biji
kopi, dan
pencucian biji
kopi
Ruang
Pengeringan
(drying) biji kopi
Ruang
pengelupasan kulit
tanduk (hulling)
dan Ruang
sortasi/pemisahan
biji kopi sesuai
ukuran (grading)
Ruang Roasting
biji kopi,
Pembubukkan biji
kopi, dan
Pengemasan kopi
Mengikuti Ruang
seminar/penyuluhan Pertemuan/Seminar/Gedun
tentang tanaman g
kopi Serbaguna
Menikmati Café
secangkir
Kopi

162
Metabolisme Lavatory
Pengelola Memandu Kebun Kopi
(pegawai, pengunjung
staff bidang Melakukan proses Ruang – ruang
budidaya produksi biji kopi proses produksi
tanaman, dan biji kopi
penyakit/ham Memberikan Area perkebunan
a tanaman, edukasi kopi
dan staff tentang tanaman Ruang
pengolahan kopi Pertemuan/Seminar
kopi) Menyajikan Café
secangkir kopi
kepada pengunjung
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 4 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Pengelola.


KEBUTUHAN RUANG
KELOMPO PELAKU MACAM KEBUTUHAN
K KEGIATAN RUANG
KEGIATAN
ZONA PENGELOLA
Kegiatan Direktur Bekerja mengepalai Ruang Direktur
Pengelola Pengelolaan
Rapat Ruang Rapat
Metabolisme Lavatory
Manager Bekerja sesuai bidang R. Manager dan
dan masing - masing Staff Bidang
Staff Budidaya
Tanaman, dan
Penyakit/Hama
Tanaman
R. Manager dan
Staff Bidang
Pengolahan Kopi
R. Manager dan
Staff Bidang
Rekreasi
R. Manager dan
Staff Bidang
Administrasi,
Keuangan, dan
Pemasaran
R. Manager dan
Staff Bidang HRD

163
dan Personalia
Rapat Ruang Rapat
Istirahat Pantry
Metabolisme Lavatory
Pegawai Persiapan/Menyimpan Loker
barang
Bekerja melayani Semua Area
Pengunjung dan
membantu
direktur/sekertaris/manager
dan staff
Rapat Ruang Rapat
Istirahat Pantry
Metabolisme Lavatory
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 5 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Servive dan
Maintenance
KEBUTUHAN RUANG
KELOMPO PELAKU MACAM KEBUTUHAN
K KEGIATAN RUANG
KEGIATAN
ZONA SERVICE DAN MAINTENANCE
Kegiatan Petugas Menyimpan barang Gudang/Ruang
Service dan Kesehatan/Ke Peralatan
Maintenance selamatan Bekerja (Memeriksa) Ruang P3K
Kerja Metabolisme Lavatory
Petugas Menyimpan barang Loker
Keamanan Mengawasi Semua Area dan
Keamanan Ruang CCTV
Menjaga Keamanan Pos Keamanan
Metabolisme Lavatory
Petugas Menyimpan barang Gudang
Kebersihan dan alat Loker
Bekerja dan Semua area dan
Membuang Sampah Tempat Sampah
Metabolisme Lavatory
Petugas Menyimpan barang Gudang
Pelayanan dan alat Loker
Teknis Mengatur mekanikal Resevoir
elektrikal, mengolah Ruang Genset
limbah dan

164
melakukan perawatan Ruang
saranan utilitas Maintenance
Pengolahan
Limbah
Lavatory
Pengunjung Beribadah Mushola
Metabolisme Lavatory
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 6 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Zona Rekreasi dan
Akomodasi
KEBUTUHAN RUANG
KELOMPOK PELAKU MACAM KEBUTUHAN
KEGIATAN KEGIATAN RUANG
ZONA REKREASI DAN AKOMODASI
Kegiatan Berkemah Pengunjung Mencari Ruang Informasi
Wisata Informasi
Rekreasi Check in Hall/Lobby
Kegiatan Camping Ground
rekreasi dan
relaksasi
Pengelola Memberikan Ruang Informasi
(pegawai) informasi
kepada
pengunjung
Hall/Lobby
Makan/Minum Pengunjung Memesan Bar Cafe
Makan/minum Cafe
Membayar Kasir
Metabolisme Lavatory
Pengelola Melayani Bar Cafe
(pegawai cafe) pengunjung
Mempersiapkan Dapur
makanan dan
minuman
Mengantar Cafe
makanan
Melayani Kasir
pembayaran
Belanja Pengunjung Melihat – lihat Shop area
aneka
olahan kopi dan
sovenir

165
Membayar Kasir
Pengelola Melayani Shop area
(pegawai) pengunjung
Melayani Kasir
pembayaran
Menikmati Pengunjung Melihat Taman dan
Pemandangan, Pemandangan Gazebo
Bermain dan dan
bersantai Bersantai
Bermain Flying Fox & jalur
ATV
Metabolisme Lavatory
Pengelola Melayani Ruang
(pegawai) pengunjung Pengawasan
(Sumber: Analisa Penulis)

a. Alur Aktifitas

Analisa alur aktifitas merupakan Analisa yang bertujuan untuk

mendapatkan pola kegiatan masing-masing pelaku berdasarkan

macam-macam kegiatan yang terdapat pada Analisa kebutuhan

ruang.

1. Alur Aktifitas Pengunjung

Diagram 4. 9 Alur Aktifitas Pengunjung


(Sumber : Analisa Penulis)

166
2. Alur Aktifitas Pengelola

Diagram 4. 10 Alur Aktifitas Pengelola


(Sumber : Analisa Penulis)

3. Alur Aktifitas Service dan Maintenance

Diagram 4. 11 Alur Aktifitas Service dan Maintenance


(Sumber : Analisa Penulis)

167
4.6.2 Analisa Besaran Ruang

Dalam menghitung besaran ruang, perlu diketahui pengguna ruang,

dan elemen pengisi ruang, selain itu sirkulasi di dalam ruang juga perlu

untuk diperhitungkan. Hal ini untuk memperlancar pergerakan pengguna

yang berada di dalam ruang tersebut.

Tabel 4. 7 Analisa Besaran Ruang Gedung Pengelola


GEDUNG PENGELOLA
NO RUANGAN/FASILITAS BESARAN JUMLAH TOTAL
RUANG M² UNIT M²
1 Hall/Lobby 144 1 144
2 Resepsionis 25 1 25
3 R.informasi 25 1 25
4 Cendramata store 99 4 103
5 R.CCTV 15 1 15
6 R.p3k 24 1 24
7 R.loker karyawan 25 1 25
8 Gudang 25 1 25
9 R.direktur 30 1 30
10 R.wakil direktur 30 1 30
11 R.manager HRD 25 1 25
12 R.manager administrasi, 25 1 25
keuangan, & pemasaran
13 R.manager pengolahan kopi 25 1 25
14 R.manager budidaya 25 1 25
penyakit/hama
15 R.manager 25 1 25
rekreasi/akomodasi
16 R.rapat 125 1 125
17 Area staff 130 1 130
18 dapur/pantry 60 1 60
19 Lavatory karyawan 45 1 45
20 Lavatory pengunjung 45 1 45

168
JUMLAH 978
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 8 Analisa Besaran Ruang Gedung Pengolahan


GEDUNG PENGOLAHAN
NO RUANGAN/FASILITAS BESARAN JUMLAH TOTAL
RUANG M² UNIT M²
1 R. Receiving/bongkar muat 30 1 30
2 R. Penyimpanan buah kopi 28 1 28
gelondong
3 R. Analisis buah kopi 50 1 50
4 R. Pulping/pengupasan kulit 18 1 18
buah
5 R. Pencucian biji kopi 19 1 19
6 R. Pengeringan mekanis 35 1 35
7 R. Hulling/pengupasan kulit 22 1 22
tanduk
8 R. Sortasi 45 1 45
9 R. Grading 26 1 26
10 R. Sangrai 27 1 27
11 Gudang biji kopi jadi 28 1 28
12 R. Penggilingan 33 1 33
13 R. Pengemasan 45 1 45
14 Pantry 18 1 18
15 Ruang loker 14 1 14
16 R. pengolahan limbah kopi 14 1 14
(bio gas)
17 Lavatory 45 1 45
JUMLAH 499
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 9 Analisa Besaran Ruang Gedung Coffee Shop


KEDAI/COFFEE SHOP
N KEDAI/COFFEE SHOP BESARAN JUMLAH TOTA
O RUANG M² UNIT L M²
1 R.makan/kedai 457 1 457
2 Vip area 36 1 36
3 Kitchen area 54 1 54
4 Gudang 25 1 25
5 Ruang loker 14 1 14
6 Lavatory karyawan 19 1 19
7 Lavatory pengunjung 45 1 45
JUMLAH 651

169
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 10 Analisa Besaran Ruang Gedung Aula


AULA PERTEMUAN/GEDUNG SERBA GUNA
N RUANGAN/FASILITAS BESARAN RUANG JUMLAH TOTAL
O M² UNIT M²
1 Ruang pertemuan 500 1 500
2 panggung 54 1 54
3 Ruang ganti 13 1 13
4 Ruang sound 13 1 13
5 Gudang 25 1 25
6 Lavatory 45 1 45
JUMLAH 650
(Sumber: Analisa Penulis)

Tabel 4. 11 Analisa Besaran Ruang, Kebun Kopi, Pos Satpam,


Garasi Penyewaan Kendaraan Wisata, Green House
KEBUN KOPI
NO RUANGAN/FASILITAS BESARAN JUMLAH TOTAL
RUANG M² UNIT M²
1 R. Receiving/bongkar muat 80000 1 80000
POS SATPAM
NO RUANGAN/FASILITAS BESARAN JUMLAH TOTAL
RUANG M² UNIT M²
1 Ruang jaga 14 1 14
2 Ruang loker 16 1 16
3 Toilet 8 1 8
JUMLAH 37
GARASI PENYEWAAN KENDARAAN WISATA
NO RUANGAN/FASILITAS BESARAN JUMLAH TOTAL
RUANG M² UNIT M²
1 Ruang loket 16 1 16
2 Garasi penyimpanan 663 1 663
kendaraan wisata
4 Lavatory 6 1 6
JUMLAH 684
GREEN HOUSE
NO RUANGAN/FASILITAS BESARAN JUMLAH TOTAL
RUANG M² UNIT M²
1 Pembibitan/nuseri 267 4 271
JUMLAH 271
(Sumber: Analisa Penulis)

170
Tabel 4. 12 Analisa Besaran Ruang, Mushola, Gedung Genset, Wc
Umum, Gudang Kopi dan Pupuk, Parkiran.
MUSHOLA
N RUANGAN/ BESARAN JUMLAH TOTAL
O FASILITAS RUANG M² UNIT M²
1 Ruang sholat 88 1 88
2 Tempat wudu pria & 20 2 22
wanita
3 Toilet pria & wanita 13 2 15
JUMLAH 125
GEDUNG GENSET
N RUANGAN/ BESARAN JUMLAH TOTAL
O FASILITAS RUANG M² UNIT M²
1 Ruang mesin genset 86 1 86
JUMLAH 86
WC UMUM
N RUANGAN/ BESARAN JUMLAH TOTAL
O FASILITAS RUANG M² UNIT M²
1 Toilet pria & wanita 40 5 45
2 Toilet difabel 3 8
3 Gudang 3 8
JUMLAH 61
GUDANG KOPI DAN PUPUK
N RUANGAN/ BESARAN JUMLAH TOTAL
O FASILITAS RUANG M² UNIT M²
1 Area gudang 781 1 781
JUMLAH 781
PARKIRAN
N RUANGAN/ BESARAN JUMLAH TOTAL
O FASILITAS RUANG M² UNIT M²
1 Parkiran pengunjung 1199 1 1199
roda 2
2 Parkiran pengunjung 1315 2 1317
roda 4
3 Parkiran karyawan 648 1 648
JUMLAH 3164
(Sumber: Analisa Penulis)

171
Tabel 4. 13 Rekapitulasi Besaran Ruang
N KEBUTUHAN RUANG BESARAN SATUA
O RUANG N
1 GEDUNG PENGELOLA 978 M²
2 GEDUNG PENGOLAHAN 499 M²
3 KEBUN KOPI 80000 M²
4 KEDAI/COFFEE SHOP 651 M²
5 AULA PERTEMUAN/GEDUNG SERBA 650 M²
GUNA
6 POS SATPAM 37 M²
7 GARASI PENYEWAAN KENDARAAN 684 M²
WISATA
8 GREEN HOUSE 271 M²
9 MUSHOLA 125 M²
10 GEDUNG GENSET 86 M²
11 WC UMUM 61 M²
12 GUDANG KOPI DAN PUPUK 781 M²
13 WADUK 6644 M²
14 PARKIRAN 3164 M²
TOTAL M²
94.631
(Sumber: Analisa Penulis)

Dalam RTRW kota Merauke ,Blok Regional berada di kelas KDB

menengah-bawah (20%-50%), mengingat kawasan ini merupakan kawasan

konservasi yang harus diminimalkan pembangunan didalamnya, maka digunakan

40% untuk Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan 60% untuk Open Space (OS).

172
Tabel 4. 14 Rekapitulasi Besaran Ruang
LUAS TAPAK P L 200.00
0
  500 400  
Perbandingan Luasan 40%:60%      
Open Space (OS) = 60/40 x LUAS TAPAK = m²
133.333
       
Maka luasan tapak yang dibutuhkan adalah:      
Tapak Terbangun = m²
94.631
Tapak tidak terbangun/Open Space (OS) 60% = m²
133.333
KDB + OS = m²
227.964
Garis Sempadan Bangunan (GSB) = m²
227.950
       
Total Luas Tapak = m²
227.950
       
LUAS TAPAK YANG DI BUTUHKAN = ± 22. Ha m²
(Sumber: Analisa Penulis)

Luas tapak yang dibutuhkan untuk Wisata Kuliner Kopa adalah seluas ± 22 Ha.

4.6.3 Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan ruang merupakan suatu analisis tentang keterkaitan

antar ruang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan-hubungan ruang

tersebut dalam suatu bangunan. Jenis hubungan ruang pada Merauke

coffee center dibagi dalam 3 sifat, yaitu hubungan langsung, hubungan

tidak langsung, tidak ada hubungan.

173
Pola hubungan ruang pada Merauke coffee center di bedakan dalam

8 kelompok fasilitas seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut:

b. Gedung Pengelola

Gambar 4. 59 Analisa pola hubungan ruang Gedung pengelola

174
(Sumber : Analisa Penulis)

c. Gedung Pengolahan

Gambar 4. 60 Analisa pola hubungan ruang gedung pengolahan

175
(Sumber : Analisa Penulis)

d. Gedung Aula/Serbaguna

Gambar 4. 61 Analisa pola hubungan ruang gedung aula/serbaguna


(Sumber : Analisa Penulis)

d. Gedung Kedai/Coffee Shop

Gambar 4. 62 Analisa pola hubungan ruang Gedung kedai/coffee shop


(Sumber : Analisa Penulis)

176
e. Gedung Green House

Gambar 4. 63 Analisa pola hubungan ruang gedung green house


(Sumber : Analisa Penulis)

f. Gedung Pos Satpam

Gambar 4. 64 Analisa pola hubungan ruang gedung pos satpam


(Sumber : Analisa Penulis)

g. Gedung Mushola

177
Gambar 4. 65 Analisa pola hubungan ruang gedung mushola
(Sumber : Analisa Penulis)

h. Gedung Garasi Penyewaan Kendaraan Wisata

Gambar 4. 66 Analisa pola hubungan ruang Gedung garasi


penyewaan kendaraan wisata
(Sumber : Analisa Penulis)

178
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka diambil

kesimpulan sebagai berikut:

a. Tapak yang direncanakan untuk Merauke Coffee Center Dengan luasan lahan

sebesar ±22 Ha. Lokasi tapak memenuhi kebutuhan lahan dan telah

dilengkapi dengan utilitas kota serta mudah dijangkau. Penataan bangunan

pada tapak didasarkan pada jenis aktifitasnya, hal ini untuk mempermudah

pengunjung dalam mencapai setiap fasilitas sesuai dengan jenis kegiatan yang

akan dilakukan.

b. Merauke Coffee Center dengan pendekatan Arsitektur Modern-Tropis

merupakan suatu fasilitas yang dirancang dengan tujuan untuk

memperkenalkan kopi lokal yang berada di Merauke, serta digabungkan

dengan unsur wisata/rekreasi. Fasilitas yang direncanakan dan dirancang

(baik bangunan maupun tapak/ruang terbuka) terbagi menjadi 3 bagian

diantaranya; fasilitas gedung pengelola, fasilitas edukasi/rekreasi (kebun kopi,

pembibitan/green house, gedung pengolahan), fasilitas penunjang (taman

santai, area perkemahan, gazebo, gedung penyewaan kendaraan wisata,

gedung aula, gedung kedai/caffee, gudang, wc/toilet umum, pos satpam, dan

gedung genset. Untuk mendapatkan tapak yang aksesibel, maka dalam

perancangan diterapkan beberapa hal antara lain; pencapaian ke dalam dan ke

179
luar tapak dipisahkan untuk pengunjung dan pengelola (servis). Melalui

pendekatan desain Arsitektur Modern-Tropis, bangunan ditampilkan selaras

dengan kondisi tapak yang merupakan area perkebunan kopi dan kondisi

sekitar tapak yang masih alami (hutan) sehingga menerapkan makna filosofi

yang berbentuk biji kopi pada bangunan pengelola sebagai poin of interest.

Hal ini dihadirkan dari tampilan bangunan yang menggunakan semaksimal

mungkin bukaan sehingga memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan

alami ke dalam bangunan, dengan beberapa material yang lebih modern

contohnya yaitu penggunaan material baja bulat (rangka atap space frame)

pada bangunan pengelola dengan atap menggunakan GFRC (Glass Fibre

Reinforced Concrete), dan atap kaca peredam panas yaitu atap laminated

glass.

5.2 Saran

a. Dengan potensi tumbuhnya dan adanya pohon kopi yang dimiliki Kabupaten

Merauke, diharapkan Pemerintah Daerah dapat memanfaatkannya sebagai

daya tarik wisata. Selain itu juga dapat menjadi salah satu sumber pemasukan

bagi daerah.

b. Bagi mahasiswa arsitektur dapat menjadi pertimbangan dalam merencanakan

suatu bangunan wisata, bahwa dalam merancang perlu memperhatikan atau

menyelaraskan antara bangunan dan lingkungan sekitarnya. Selain itu juga

diharapkan mahasiswa arsitektur mampu merencanakan lebih lanjut untuk

kelengkapan sarana yang belum tersedia.

180
181
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Eksportir and I. K. Indonesia, “Sejarah kopi di Indoesia,” Dikutip dari

http//www. aekiaice. org/page/sejarah/id. Diakses pada tanggal, vol. 15,

2014.

[2] J. A. G. Djou, “Pengembangan 24 Destinasi Wisata Bahari Kabupaten

Ende,” J. Kawistara, vol. 3, no. 1, 2013.

[3] E. Suarto, “Pengembangan Objek Wisata Berbasis Analisis Swot,” J.

Spasial, vol. 3, no. 1, 2017.

[4] A. W. A. Indonesia, “Pengertian Dasar Wisata Agro,” Makal. disampaikan

dalam Pelatih. Wisata Agro di yogyakarta tanggal, pp. 15–19, 2004.

[5] K. H. Rahayu, R. Nugroho, and A. Hardiana, “Agrowisata Kopi Di

Kledung Kabupaten Temanggung Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologi,”

ARSITEKTURA, vol. 14, no. 2, 2016.

[6] S. D. Najiyati and D. Danarti, “Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca

Panen,” Penebar Swadaya, Jakarta, 1997.

[7] I. M. Adnyana, “Aplikasi anjuran pemupukan tanaman kopi berbasis uji

tanah di Desa Bongancina Kabupaten Buleleng,” Bul. Udayana Mengabdi,

vol. 10, no. 2, 2011.

[8] F. S. HERI and L. H. A. Leni Herliani Afrianti, “PENGARUH

PENGOLAHAN DAN JENIS KOPI TERHADAP KARAKTERISTIK

KOPI BUBUK.” .

182
[9] P. Studi, A. Fakultas, and U. S. Maret, “TUGAS AKHIR Diajukan sebagai

Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Sebelas Maret Oleh : Karlina Hangesti Rahayu NIM . I 0211036

Pembimbing :”

[10] T. A. Pratiwi, “Pengolahan Dan Pengemasan Kopi Bubuk Di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran, Kabupaten

Semarang,” 2017.

[11] W. A. Cahyono, “Potensi dan Pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi

Banaran Di Kabupaten Semarang Jawa Tengah,” 2011.

[12] F. Water and F. L. Wright, “Pemahaman Bentuk dan Ruang dalam

Arsitektur Modern,” 1991.

[13] S. Novia, “ARSITEKTUR TROPIS,” 2018.

[14] F. D. Ching, “Bentuk, Ruang dan Tatanan edisi kedua,” Erlangga: Jakarta,

2000.

[15] I. R. Gunawan, Pengantar ilmu bangunan. Kanisius, 1994.

[16] B. S. Nasional, “Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur

bangunan gedung dan non gedung,” Sni, vol. 1726, p. 2012, 2012.

[17] D. Tangoro, “Utilitas Bangunan,” Jakarta Univ. Indones., 2006.

[18] S. Hadi, “MetodePenelitian.” Yogyakarta: Andi, 2000.

[19] S. Notoatmodjo, “Metodologi penelitian kesehatan.” Jakarta: rineka cipta,

183
2010.

184
LAMPIRAN

185

Anda mungkin juga menyukai