Anda di halaman 1dari 100

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN KAWASAN CENTRAL NELAYAN


DI NEGERI AMAHAI

Dengan Pendekatan “ARSITEKTUR EKOLOGI”


Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Arsitektur S1

Oleh :
Richard Yohanes Ruhulesin
1611000272

Pembimbing :
Hendrik Suriandjo, ST.MT

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSANTARA MANADO

i
HALAMAN PERSETUJUAN

La andasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur dengan judul


“PERANCANGAN KAWASAN CENTRAL NELAYAN DI NEGERI
AMAHAI” ini disusun oleh Richard Yohanes Ruhulessin dengan Nomor Induk
Mahasiwa (NIM) : 1611000272 telah disetujui oleh pemimbing untuk diajukan
ke sidang ujian tugas akhir pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Desember 2023

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr, Ir, Ar, Hendrik. Suriandjo ST, M.Si, M.Ars Karry. E. H. Umboh,
ST, M.Ars
NIP : NIP :

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Fakultas Program Program Studi Jurusan Arsitektur
Universitas Nusantara Manado

Ayesha. A. L. Malonda, S.Ars, MT

2
NIP

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur dengan judul


“PERANCANGAN KAWASAN CENTRAL NELAYAN DI NEGERI AMAHAI”
ini disusun oleh Richard Yohanes Ruhulessin dengan Nomor Induk Mahasiwa
(NIM) : 1611000272 telah disetujui oleh pemimbing untuk diajukan ke
sidang ujian tugas akhir pada :
Hari : ...................................
Tanggal : ...................................

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr, Ir, Ar, Hendrik. ST, M.Si, M.Ars Karry. E. H. Umboh, ST,
M.Ars
NIP : NIP :

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Fakultas Program Program Studi Jurusan Arsitektur
Universitas Nusantara Manado

Ayesha. A. L. Malonda, S.Ars, MT

4
NIP:
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah benar karya
saya sendiri tanpa menduplikat karya orang lain. Adapun tapak adalah
kampung halaman saya di Negeri Amahai. Kabupaten Maluku Tengah. Kota
Masohi. Dengan melihat kebutuhan akan pentingnya Kawasan Central
Nelayan pada kampung saya dengan menggunakan pendekatan arkitektur
ekologi yang saya dapat dari berbagai sumber baik internet/buku. Sehingga
dapat dipastikan bahwa karya sama tidak mungkin sama dengan karya
lainnya.

Masohi, 13 September 2023

Richard Yohanes
Ruhulesin
NIK: 1611000272

v
6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini tepat pada waktunya. Landasan Program Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur ini berisikan hasil desain mengenai Tugas Akhir dari
penulis yang berjudul “PERANCANGAN KAWASAN CENTRAL
NELAYAN DI NEGERI AMAHAI” Pada tahapan ini terdapat latar
belakang, tujuan perancangan, data analisa, dan konsep perancangan bangunan
dengan mengasung konsep perencanaan Arsitektur Ekologi guna
menyelaraskan alam dengan bangunan. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Manueke selaku Rektor Universitas Nusantara Manado.

2. Dr, Ir, Ar, Hendrik. ST, M.Si, M.Ars selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Nusantara Manado yang telah banyak membantu
memberikan bantuan, pengarahan dan petunjuk dalam pembuatan
Tugas Akhir.

3. Ayesha. A. L. Malonda, S.Ars, MT selaku Ketua Program Studi


Teknik Arsitektur Universitas Nusantara Manado.
4. Bapak Karry E. H Umboh, ST,M.Ars sebagai Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan masukkan dan membantu penulis dalam
penyelesaian Tugas Akhir.
5. Bapak Drs. T. Manueke , Ibu Ayesha A.L Malonda, ST,M.Ars selaku
dewan penguji Tugas Akhir Dosen Teknik Arsitektur Universitas
Manado

6. Kedua Orang Tua dan Keluarga di rumah.

7. Keluarga Kampung Nelayan di Amahai yang telah memberikan


banyak dukungan dan bantuan demi selesainya tugas akhir ini

vii
Penulis menyadari bahwa Landasan Program Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur ini masih mempunyai banyak kekurangan. Sehingga
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan Landasan Program Perencanaan dan


Perancangan Arsitektur ini. Semoga Landasan Program Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Masohi, 13 September 2023

Richard Yohanes Ruhulesin


NIK: 1611000272

8
PERSEMBAHAN

Puji Tuhan atas penyertaan Tuhan , hasil karya ini dipersembahkan untuk :
1. Kedua orang tua yang telah berkorban dan selalu memberikan dorongan
semangat yang besar dan kasih sayangnya beserta doa tulusnya yang tak
pernah putus kepada anaknya. Terkhusus untuk almarhum Ayah yang
selalu memotivasi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik dari hari
kemarin.
2. Keluarga besar saya, kakak-adik, oma-opa, om-tante, kekasih hati, dan
teman-teman seperjuangan yang selalu mendukung saya dalam
menyelesaikan tugas akhir saya. Terimakasih untuk dukungan serta
semangat dari kalian selama ini, kalian luar biasa.
3. Keluarga besar Negeri Amahai

Penulis

Richard Yohanes Ruhulessin

ix
ABSTRAK

Richard Yohanes Ruhulesin


2023

“PERANCANGAN KAWASAN CENTRAL NELAYAN DI NEGERI AMAHAI”

Pembimbing :
Hendrik Suriandjo, ST.MT
Teknik Arsitektur S1

Kawasan Central Nelayan adalah lokasi pusat dari para nelayan untuk
melakukan kegiatan, dalam hal ini diperuntukkan untuk para penghuni kampung
nelayan yang berada di Negeri Amahai agar memiliki tempat yang memadai
serta memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan para nelayan
.
Ekologi Arsitektur merupakan sebuah konsep yang memadukan ilmu
lingkungan dan ilmu arsitektur. Ekologi Arsitektur memiliki orientasi utama
pada model pembangunan yang memperhatikan keseimbangan lingkungan alam
dan lingkungan buatan yang harmonis antara lingkungan, manusia dan
bangunan

Tujuan dari Ekologi Arsitektur (desain ekologis) adalah menciptakan


sebuah bangunan atau lingkungan binaan yang menggunakan energi, air dan
sumber daya lain seefisien mungkin, melindungi kesehatan penghuni dan
meningkatkan produktivitas pengguna serta mengurangi limbah, polusi dan
degradasi lingkungan.

“PERANCANGAN KAWASAN CENTRAL NELAYAN DI NEGERI AMAHAI”


ini di harapkan dapat menjadi wadah yang dapat memfasilitasi nelayan Pada

10
Negeri Amahai agar memiliki wadah penunjang kegiatan saat selesai
menangkap ikan dari laut. Desainnya yang menggunakan arsitektur ekologi
sebagai konsep dasar perancangan diharapkan dapat menyeimbangkan
keberadaan central nelayan tersebut dengan alam.

Dengan mengutamakan kondisi tapak yang ramah lingkungan dan


penggunaaan material yang alami dan tahan lama, serta menggunakan bahan
bangunan yang berada pada lokasi yaitu pohon kelapa dan menggunakan atap
bambu serta kayu papan sebagai dinding bangunan dan lantai bangunan
menjadi sebuah harmonisasi yang indah dengan lingkungan pantai yang asri
sehingga tidak banyak merubah kondisi tapak.

Kata Kunci : Kawasan Central, Nelayan, Ekologi

11
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................ii
PERNYATAAN.................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iv
PERSEMBAHAN..............................................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xiii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah..........................................................................................7
1.3. Tujuan Perancangan..........................................................................................7
1.4. Identifikasi Masalah..........................................................................................7
1.5. Rumusan Masalah..............................................................................................8
1.6. Tujuan dan Sasaran............................................................................................8
1.6.1. Tujuan................................................................................................................8
1.7. Fungsi dan Manfaat...........................................................................................8
1.7.1. Fungsi................................................................................................................8
1.7.2 Manfaat..............................................................................................................9
1.8 Lingkup Pembahasan.........................................................................................9
1.9 Batasan dan Asumsi Perancangan.....................................................................9
1.10 Sistematik Penulisan........................................................................................10
BAB II...............................................................................................................................12
DESKRIPSI OBJEK PERANCANGAN..........................................................................12
2.1. Tinjauan Umum Objek Perancangan..............................................................12
2.1.1. Pengertian Central Nelayan.............................................................................12
2.1.2. Kegiatan Central Nelayan................................................................................12
2.1.3. Pelaku Kegiatan Rumah Singgah....................................................................14
12
2.1.4. Fungsi Central Nelayan...................................................................................14
2.1.5. Penghawaan Dan Pencahayaan Setiap Bangunan Di Central Nelayan...........15
2.2. Kajian Bangunan Tepi Pantai..........................................................................17
2.3. Tinjauan Khusus..............................................................................................21
2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi.....................................................................21
2.3.2. Pemilihan Alternatif Lokasi............................................................................22
2.3.3. Peraturan Setempat..........................................................................................26
BAB III..............................................................................................................................27
ELABORASI TEMA........................................................................................................27
3.1. Pengertian Tema..............................................................................................27
3.2. Arsitektur Ekologi...........................................................................................27
3.2.1. Pengertian Arsitektur Ekologi.........................................................................28
3.2.2. Karakteristik Arsitektur Ekologi.....................................................................29
3.2.3. Prinsip – prinsip Desain Arsitektur Ekologi....................................................32
3.3. Study Banding.................................................................................................33
3.3.1. Perpustakaan Pusat Unversitas Indonesia........................................................33
3.3.2. Panyaden School, Thailand.............................................................................34
3.3.3. Glass/Wood House, United States...................................................................35
3.3.4. Japanese pavilion, Italy....................................................................................36
3.3.5. Chen House, Taiwan........................................................................................37
3.3.6. Diamond Building, Putrajaya, Malaysia..........................................................38
BAB IV..............................................................................................................................40
ANALISA..........................................................................................................................40
4.1. Analisa Tapak..................................................................................................40
4.1.1. Lokasi..............................................................................................................40
4.1.2. Kondisi Lahan & Kondisi Fisik Tapak............................................................42
4.1.3. Batasan Tapak.................................................................................................46
4.5. Analisa Vegetasi..............................................................................................51
4.6. Analisa Kebisingan..........................................................................................52
4.7. Analisa Aktivitas.............................................................................................54
4.8. Analisa Pengguna............................................................................................55
4.9. Analisa Hubungan Antar Masa.......................................................................56

13
BAB V...............................................................................................................................57
KONSEP PERANCANGAN............................................................................................57
5.1. Konsep Dasar...................................................................................................57
5.2. Konsep Tapak..................................................................................................57
5.2.1. Zonasi Dan Sifat Ruang...................................................................................57
5.2.2. Tata Letak........................................................................................................57
5.2.3. Gubahan Massa...............................................................................................61
5.3. Material Bangunan..........................................................................................61
5.4. Analisa Struktur...............................................................................................62
5.4.1. Struktur bawah.................................................................................................62
5.4.2. Struktur Atas....................................................................................................64
5.5. Utilitas.............................................................................................................64
5.5.1. Sistem Distribusi Air Bersih............................................................................64
5.5.2. Sistem Distribusi Air kotor..............................................................................65
5.5.3. Sistem Drainase...............................................................................................66
5.5.4. Sistem Pembuangan Sampah...........................................................................66
5.5.5. Sistem Instalasi Listrik....................................................................................67
5.5.6. Sistem Keamanan dan Penanggulangan Kebakaran.......................................68
BAB VI..............................................................................................................................70
HASIL PERANCANGAN................................................................................................70
6.1. 3D Render........................................................................................................70
6.2. Layout Plan......................................................................................................77
BAB VII............................................................................................................................79
PENUTUP.........................................................................................................................79
7.1. Kesimpulan......................................................................................................79
7.2. Saran................................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................80

14
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Maluku
Tengah............................................................................................................................................4
Tabel 1. 2 Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Maluku Tengah atas di
Kabupaten Maluku Tengah............................................................................................................5
Tabel 2. 1 Kesimpulan Pemilihan Tapak.....................................................................................24
Tabel 2. 2 Kesimpulan Pemilihan Tapak.....................................................................................25
Tabel 2. 3 Lokasi 1.......................................................................................................................26
Tabel 4. 1Tabel Analisis Pengguna..............................................................................................55
Tabel 5. 1 Zonasi Dan Sifat Ruang..............................................................................................57
Tabel 5. 2 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP).......................................................................59
Tabel 5. 3 Peletakan Elemen Pengamanan Kebakaran...............................................................69

15
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta potensi perikanan Maluku Tengah....................................................................1


Gambar 1. 2 Perkembangan PDRB dan kontribusi sektor perikanan atas dasar harga berlaku di
Kabupaten Maluku Tengah............................................................................................................4
Gambar 1. 3 Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten
Maluku Tengah...............................................................................................................................6
Gambar 1. 4 Kontribusi Sektor Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah...........6
Gambar 2. 1 Berbagai jenis ventilasi (a. ventilasi melalui atap dan dinding tidak masif, b:
ventilasi melalui jendela, c. ventilasi melalui atap, jendela, dan lantai)......................................15
Gambar 2. 2 Tiga Komponen Cahaya Langit Sampai Pada Suatu Titik Di Bidang Kerja.........17
Gambar 2. 3 Lokasi 1...................................................................................................................22
Gambar 2. 4 Lokasi 2...................................................................................................................23
Gambar 3. 1 contoh Kawasan hijau ekologi (Taman Ekologi Buenos Aires).............................32
Gambar 3. 2 Perpustakaan Pusat Unversitas Indonesia)..............................................................33
Gambar 3. 3 Panyaden School, Thailand.....................................................................................35
Gambar 3. 4 Glass/Wood House, United States...........................................................................35
Gambar 3. 5 Japanese pavilion, Italy...........................................................................................36
Gambar 3. 6 Chen House, Taiwan...............................................................................................37
Gambar 3. 7 Diamond Building, Putrajaya, Malaysia.................................................................38
Gambar 4. 1 Peta Indonesia..........................................................................................................41
Gambar 4. 2 Peta Administrasi Amahai.......................................................................................41
Gambar 4. 3 Foto Garis Pantai Lokasi.........................................................................................42
Gambar 4. 4 Peta Negeri Amahai.................................................................................................43
Gambar 4. 5 Lokasi Site...............................................................................................................44
Gambar 4. 6 Peta Topografi Maluku Tengah...............................................................................45
Gambar 4. 7 Analisa Matahari.....................................................................................................47
Gambar 4. 8 Analisa Angin..........................................................................................................48
Gambar 4. 9 Peta; Curah Hujan Provinsi Maluku........................................................................50
Gambar 4. 10 Gambar Eksisting Vegetasi...................................................................................52
Gambar 4. 11 Analisa Kebisingan................................................................................................53
Gambar 4. 12 Analisa Hubungan Antar Masa..............................................................................56
Gambar 5. 1 Zonasi......................................................................................................................58
Gambar 5. 2 Sirkulasi...................................................................................................................59
16
Gambar 5. 3 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang (dalam cm).........................60
Gambar 5. 4 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda Motor (dalam cm)................................60
Gambar 5. 5 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truck (dalam cm)......................................61
Gambar 5. 6 Pondasi....................................................................................................................63
Gambar 5. 7 Struktur atap bambu................................................................................................64
Gambar 5. 8 Sistem Distribusi Air Bersih....................................................................................65
Gambar 5. 9 Sistem limbah pembuangan.....................................................................................65
Gambar 5. 10 Sistem Drainase.....................................................................................................66
Gambar 5. 11 Sistem Pembuangan Sampah.................................................................................66
Gambar 5. 12 Sistem Instalasi Listrik..........................................................................................67
Gambar 5. 13 CCTV....................................................................................................................68
Gambar 5. 14 (a) smoke detector, (b) sprinkler, (c) water hydrant.............................................69
Gambar 6. 1 Perspektif.................................................................................................................70
Gambar 6. 2 Tampak depan.........................................................................................................71
Gambar 6. 3 Tampak depan.........................................................................................................71
Gambar 6. 4 Aula.........................................................................................................................72
Gambar 6. 5 Tampak atas.............................................................................................................72
Gambar 6. 6 Restoran...................................................................................................................73
Gambar 6. 7 Kamar tidur dan Restoran........................................................................................73
Gambar 6. 8 Mushola...................................................................................................................74
Gambar 6. 9 Kamar tidur..............................................................................................................74
Gambar 6. 10 Tempat Jual Ikan...................................................................................................75
Gambar 6. 11 Tampak belakang...................................................................................................75
Gambar 6. 12 Storage dan Loker Kanan......................................................................................76
Gambar 6. 13 Storage dan Loker Kiri..........................................................................................76
Gambar 6. 14 Tampak Atas..........................................................................................................77
Gambar 6. 15 Layout Plan...........................................................................................................78

17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Maluku merupakan kawasan yang memiliki potensi laut besar, tersebar


luas di tiga wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan melibatkan mayoritas
perairan Maluku, serta sebagian kecil pulau-pulau di luar Maluku dan itu menjadi
surga bagi para nelayan.

Gambar 1. 1 Peta potensi perikanan Maluku Tengah


(sumber. https://malukuinvestasi.info/index)

Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan


yang cukup besar. Namun sumbangan sektor perikanan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) hanya sebesar 6,20%. Secara umum
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kontribusi
sektor perikanan dalam perekonomian wilayah Kabupaten Maluku Tengah,
mengetahui tingkat basis, menganalisis tipologi ekonomi sektor
perikanan.Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder. Analisis data
1
yang digunakan adalah analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ),
dan Analisis Tipologi Klassen. Perhitungan nilai kontribusi, nilai LQ, tipologi
ekonomi sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah diperoleh hasil
bahwa kontribusi sektor perikanan atas dasar harga berlaku dan harga konstan
menempatkan sektor perikanan pada urutan/peringkat kelima dan keenam
dalam pembentukan PDRB, sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah
bukan merupakan sektor basis dengan pola dan struktur ekonomi yang sedang
bertumbuh namun berada pada kondisi relatif tertinggal. Terdapat lima
kecamatan yang menjadi prioritas dan perlu dikembangkan/ditingkatkan
antara lain: Banda, Amahai, Salahutu, Leihitu, dan Seram Utara. Kata kunci:
PDRB, Kontribusi Sektor perikanan, Location Quotient (LQ), Sektor
Basis,Shift Share, Tipologi Klassen Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi,
Volume 19, Nomor 1, Maret 2018, 57-71 58 Indikator tingkat keberhasilan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah adalah ukuran
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita yang
menggambarkan besarnya pendapatan rata-rata yang mungkin dicapai
masyarakat (Sutiardi, 2001). Untuk itu, upaya peningkatan peran dan
kontribusi yang nyata dari suatu sektor terhadap PDRB maupun PDRB
perkapita perlu terus diupayakan. Upaya ini antara lain melalui optimalisasi
pengembangan potensi sumberdaya alam yang dimiliki, serta diperlukan
pemilihan sektor-sektor yang diprioritaskan, sehingga dapat menggunakan
potensi ekonomi daerah secara optimal.terutama bagi daerah-daerah yang
memiliki potensi sumberdaya yang belum dimanfaatkan secara baik.
Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Maluku yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Kabupaten
Maluku Tengah memiliki luas laut 264.311,43 km2 dan luas daratan
11.595,57 km2 , itu artinya wilayah Kabupaten Maluku Tengah didominasi
oleh wilayah laut 95,8% (BPS Maluku Tengah, 2010). Potensi sektor
perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Maluku Tengah (Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Maluku, 2012) terbagi atas: potensi sumberdaya
perikanan laut, potensi budidaya laut, dan potensi pengolahan hasil perikanan.
2
Potensi pertama berupa sumberdaya perikanan laut,wilayah Kabupaten
Maluku Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup unggul
dan andal, terdiri atas panjang garis pantai 1.375,529 km dengan produksi
perikanan laut sebesar 83.304 ton. Alat dan sarana penangkapan yang
digunakan adalah pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar,
jaring insang tetap, bagan perahu, bagan tancap, serok/tenggo, jaring lainnya,
rawai tetap, huhate, pancing tonda, pancing ulur, pancing tegak, pancing
cumi, pancing lain, sero dan bubu dengan total alat penangkapan sebanyak
24.536 buah. Produksi perikanan sebagian besar dipasarkan dalam bentuk
ikan segar. Pengembangan industri penangkapan ikan berpeluang
meningkatkan investasi di Kabupaten Maluku Tengah yang diarahkan pada
pengembangan kegiatan sektor perikanan yang bersifat ekonomis penting,
baik untuk masyarakat maupun daerah. Potensi kedua berupa budidaya laut
seperti mutiara, rumput laut, teripang, keramba apung, kerang-kerangan seluas
3.028,4 ha dengan luas pemanfaatan sebesar 85,1 ha, potensi budidaya air
payau seperti tambak udang dan bandeng, tambak kepiting seluas 15.998,3 ha
dengan luas pemanfaatan sebesar 3.693,3 ha potensi budidaya air tawar seluas
70,8 ha dengan luas pemanfaatan sebesar 15,2 ha, potensi terumbu karang
seluas 6.745,4 ha, potensi hutan mangrove seluas 7.057,4 ha, potensi padang
lamun seluas 1.879,3 ha. Potensi ketiga adalah pengolahan hasil perikanan,
berupa usaha pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Maluku Tengah pada
umumnya dikerjakan secara tradisional maupun modern dan lokasi
pengolahannya dilakukan di kecamatan-kecamatan dalam bentuk sentra
produksi dan perusahaan perikanan. Jenis produk olahan hasil perikanannya
terdiri dari ikan kering (ikan asin) dan ikan asar/asap. Potensi sumberdaya
sektor perikanan dan sumberdaya manusia yang cukup besar, mencapai
361.698 jiwa (BPS Maluku Tengah, 2010), sangat potensialuntuk
dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita daerah. Berdasarkan pada potensi yang ada, maka perlu
diketahui mengenai peranan yang telah diberikan oleh sektor perikanan
terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Untuk itu, perlu

3
dilakukan penelitian tentang “Kontribusi Sektor Perikanan dalam
Perekonomian Kabupaten Maluku Tengah.

Nilai PDRB Nilai PDRB Seluruh Perubahan Nilai


Kontribusi Sektor Kontribusi
Sektor Perikanan Sektor (dalam juta
Tahun Perikanan Sektor Perikanan
(dalam juta rupiah)
rupiah)
2006 46.413,73 753.090,73 6,16 -
2007 52.628,53 840.250,12 6,26 0,10
2008 59.786,78 933.878,64 6,40 0,14
2009 65.078,97 1.046.800,60 6,22 -0,19
2010 70.950,08 1.186.964,97 5,98 -0,24
Rata-Rata 58.971,62 952.196,94 6,20 -0,05

Tabel 1. 1 Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten


Maluku Tengah
(sumber. https://malukuinvestasi.info/index)

Gambar 1. 2 Perkembangan PDRB dan kontribusi sektor perikanan atas dasar


harga berlaku di Kabupaten Maluku Tengah
(sumber. https://malukuinvestasi.info/index)

Tahun Nilai PDRB Nilai PDRB Kontribusi Perubahan

Sektor Seluruh Sektor Nilai


Sektor Perikanan Kontribusi
4
Perikanan (dalam juta Sektor

(dalam juta Perikanan

rupiah)
2006 28.015,77 508.158,19 5,51 -
2007 29.198,04 534.169,12 5,47 -0,05
2008 30.527,11 561.764,23 5,43 -0,03
2009 31.937,46 592.946,33 5,39 -0,05
2010 34.735,18 621.692,54 5,59 0,20
Rata-Rata 30.882,71 563.746,08 5,48 0,02

Tabel 1. 2 Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Maluku Tengah atas
di Kabupaten Maluku Tengah
(sumber. https://malukuinvestasi.info/index)

dasar harga konstan (Tabel 2) selama 5 tahun menunjukkan sektor


perikanan di Kabupaten Maluku Tengah telah memberikan sumbangan pada
pembentukan PDRB Kabupaten Maluku Tengah sebesar 5,48%.

Gambar 1. 3 Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di
Kabupaten Maluku Tengah
(sumber. https://malukuinvestasi.info/index)

5
Kecamatan Amahai adalah kecamatan yang terletak di Provinsi Maluku,
Kabupaten Maluku Tengah. Kecamatan yang terletak di pesisir Pantai ini adalah
Kecamatan yang mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagi nelayan.

Gambar 1. 4 Kontribusi Sektor Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah


( sumber. https://malukuinvestasi.info/index )

Berdasarkan data di atas, bisa di simpulkan bahwa Amahai juga termasuk


pemasok ikan terbanyak untuk pasar Kabupaten Maluku Tengah. Hal itu di
karenakan Amahai adalah kecamatan yang memiliki beberapa desa yang berada di
persisir Pantai. Laut Amahai juga masih sangat asri karena minimnya kegiatan
seperti reklamasi sehingga ekositem ikan di daerah tersebut masih sangat terawat
dengan baik. Di tambah Sebagian besar Masyarakat Amahai bermata percarian
sebagai nelayan. Keberadaan Kecamatan Amahai saat ini sudah mengambil peran
penting dalam kemajuan perekonomian daerah khususnya di daerah kabupaten
Maluku Tengah bahkan sampai ke tingkat provinsi. Untuk itu adanya fasilitas
penunjang kegiatan para nelayan di Amahai harus Terpenuhi guna untuk
mendongkrak perekonomian daerah, khususnya di bagian perikanan.

1.2. Identifikasi Masalah


Sebagai salah satu kecamatan pemasok ikan terbanyak di Kabupaten
6
Maluku Tengah dengan mayoritas Masyarakat berkerja sebagai nelayan, maka
sudah seharusnya prospek pembangunan mengarah ke fasilitas penunjang
perikanan untuk para nelayan. Maka dari itu berbagai fasilitas untuk menunjang
kegiatan nelayan akan segera direalisasikan. Dengan mengikuti perkembangan
kecamatan ini.
Salah satu fasilitas yang menjadi perhatian untuk menunjang kegiatan
nelayan yaitu Central Nelayan. Pembangunan Central nelayan ini dimaksud
untuk menunjang persiapan nelayan untuk mencari ikan ataupun menunjang
nelayan saat sudah selesai melakukan kegiatan mencari ikan. Central nelayan ini
berfokus juga untuk merawat kesehatan dan kenyamanan para nelayan dalam
melakukan kegiataan mancari ikan.

1.3. Tujuan Perancangan

Menghadapi fenomena ini, seluruh nelayan di kecamatan Amahai


memerlukan wadah yang representatif dimana mereka dapat menggunakannya
untuk persiapan peralatan mencari ikan, istirahat, mengelolah atau menjual hasil
tangkapan, dan akses mudah parkir perahu. Karena itu muncul suatu pemikiran
untuk menyediakan sebuah fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan
tersebut dalam suatu lokasi yaitu Central Nelayan. Pengembangan Central
Nelayan ini diharapkan mampu menunjang kegiatan para nelayan Amahai.

1.4. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka diambil identfikasi masalah sebagai berikut :

a. Kurangnya fasilitas penunjang untuk menunjang kegiatan para nelayan.


b. Belum adanya wadah yang reprsentatif dalam menfasilitasi para nelayan
di Tengah tingginya permintaan ikan di pasar.

1.5. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan transformasi dari identifikasi masalah yaitu sebagai


7
berikut:

a. Bagaimana menghadirkan objek rancangan yang secara fungsional dapat


menunjang setiap kegiatan bahkan kenyamanan para nelayan.
b. Bagaimana menyediakan Kawasan Central Nelayan dan penunjangnya
yang berkualitas dan baik.

1.6. Tujuan dan Sasaran


1.6.1. Tujuan

Menghasilkan rancangan rumah singgah nelayan yang mampu mewadahi


fungsi, mempertimbangkan nilai ekonomis, berorientasi pada bentuk yang praktis
dan mempunyai kemampuan fleksibilitas yang tinggi.

1.6.2. Sasaran

Sasaran Terbangunnya fasilitas untuk menunjang kegiatan nelayan seperti:

a. Tempat istirahat sementara untuk para nelayan


b. Tempa olah maupun menjual hasil tangkap nelayan
c. Parkiran Sampan untuk para nelayan
d. Tempat untuk para nelayan mempersiapkan peralatan maupun
menyimpan peralatan mereka.
e. Wadah untuk kegiatan maupun edukasi yang berkaitan dengan nelayan

1.7. Fungsi dan Manfaat

1.7.1. Fungsi

Adapun fungsi dari Perancangan Central Nelayan ini adalah :


 Wadah untuk menunjang para nelayan.
 Mengelolah atau menjual hasil tangkapan Nelayan
 Memanfaatkan potensi alam Negeri Amahai.

8
 Edukasi dan kegiatan lainnya.

1.7.2 Manfaat
a. Bagi Lingkungan Hidup
Kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup lebih terjaga
dengan adanya pengunaan material alam yang berumur Panjang
dan ramah lingkungan sehingga ada perawatan untuk ekosistem
yang baik.
b. Bagi Daerah
Menambah pendapatan daerah Negeri Amahai dengan cara
memasok ikan untuk pasar dari tingkat kabupaten Maluku
Tengah sampai tingkat provinsi Maluku.

1.8 Lingkup Pembahasan.

Pembahasan dilakukan berdasarkan disiplin ilmu arsitektur. Pembahasan


dalam penulisan secara umum dibatasi kepada aspek-aspek yang langsung
mempunyai kaitan dengan perancangan Central Nelayan.

Batasan-batasan yang dimaksud adalah suatu studi pendekatan konsep


dasar perencanaan makro dan mikro serta pemecahan masalah dengan
kelanjutannya untuk menciptakan suatu karya yaitu kawasan yang bisa bermanfaat
dengan sebaik-baiknya.

1.9 Batasan dan Asumsi Perancangan

Agar tercapainya tujuan yang dimaksud, maka diterapkan batasan-batasan


pada perancangan ini, yaitu:

a. Perancangan Kawasan mengacu pada perancangan Kawasan yang


berfungsi penuh bagi para nelayan maupun warga dan Kawasan yang
ramah lingkungan.

9
b. Perancangan objek disumsikan dikelola oleh pemerintah setempat
sehingga anggaran dan biaya pelaksanaan proyek tidak menjadi
permasalahan.

1.10 Sistematik Penulisan

Penulisan Proposal Tugas Akhir ini terbagi atas :

a. Bab I Pendahuluan

Pendahuluan memuat uraian tentang latar belakang, perumusan masalah,


maksud dan tujuan, fungsi dan manfaat serat batasan perancangan yang akan
digunakan.

b. Bab II Deskripsi Objek dan Tinjauan Teori

Bab ini berisi teori terkait objek perancangan dan termasuk deskripsi Objek
perancangan.

c. Bab III Elaborasi Tema

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Elaborasi Tema yang di gunakan Objek
Perancangan, tema yang di maksud adalah tema Arsitektur Ekologi

d. Bab IV Analisa Perancangan

Dalam bab ini akan dibahas tentang menganalisa kondisi objek perancangan
maupun wilayah sekitar objek perancangan.

e. Bab V Konsep Perancangan

Dalam bab ini akan berisi konsep dari kesimpulan data yang dikeluarkan dari
data pada bab-bab sebelumnya.

f. Bab VI Hasil Perancangan


10
Menampilkan gambar serta visualisasi dari hasil perancangan serta gambar
kerja.

g. Bab VII Penutup

Bab ini berisi kesimpulan maupun saran dari pembahasan penulis.

11
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PERANCANGAN

1.1. Tinjauan Umum Objek Perancangan


1.1.1. Pengertian Central Nelayan
a. Nelayan
Pengertian nelayan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah orang atau masyarakat yang mata pencarian utamanya adalah
menangkap ikan, sedangkan menurut Pasal 1 angka 10 Undang-
Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan didefinisikan
sebagai orang yang mata pencariannya melakukan penangkapan ikan.
b. Pengertian Central Nelayan
Dari penjabaran pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa
pengertian Central Nelayan adalah Sebuah Kawasan pusat untuk para
pelaku/orang yang mata pencahariannya menangkap ikan untuk dapat
melakukan setiap kegiatan yang berhubungan dengan mencari, menjual,
maupun mengelolah, ikan.

1.1.2. Kegiatan Central Nelayan


Adapun Kegiatan Rumah singgah meliputi :
a. Kegiatan Edukasi
Dikarenakan tujuan pengadaan Central Nelayan juga sebagai
wadah edukasi bagi pengunjung akan perikanan, Hewan laut dan
kehidupan keseharian nelayan sehingga pada ruang aula direncanakan
akan dipajang berbagai Dokumentasi keseharian nelayan, hasil
tangkapan nelayan, jenis-jenis ikan, dan berbagai peralatan yang
berhubungan dengan menjala ikan. Sehingga pengunjung bisa lebih
banyak lagi belajar tentang nelayan, Hewan laut dan kehidupan
keseharian nelayan.

12
b. Kegiatan Istirahat
Kegiatan Istirahat nelayan meliputi tidur sementara, menyimpan
barang sementara untuk ditinggal selama melaut, sehingga disediakan
ruang istirahat dilengkapi denga loker sebagai tempat penyimpanan
barang milik nelayan sementara. Sehingga setelah melaut nelayan dapat
beristirahat sebentar sebelum kembali ke rumah masing-masing.

c. Kegiatan Storage
Untuk kegiatan ini disiapkan beberapa jenis ruang penyimpanan :
a) Penyimpanan peralatan
Ruangan ini diperuntukan untuk menyimpan semua peralatan menjala
nelayan sehingga aman dan tidak mudh rusak
b) Ruang penyimpanan hasil tangkapan
Ruangan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Gudang basah : Ruangan ini diperuntukan untuk meyimpan ikan
sementara. Pada ruangan ini juga terdapat space pembersihan ikan
dan tempat-tempat penyimpanan ikan sementara sebelum ikan
dijual langsung (secara fresh) atau di simpan di Gudang simpan
ikan.
2) Gudang simpan ikan : Ruangan didalamnya akan terdapat beberapa
frezer pendingin yang diperuntukan untuk menyimpan ikan dalam
jangka waktu yang lebih lama

d. Kegiatan Drop ikan dan Menjual Ikan


Nelayan membutuhkan space untuk menaruh ikan sementara hasil
tangkapan ketika berlabuh di Central Nelayan tersedia Dermaga perahu
yang merupakan tempat berlabuh sementara nelayan sebelum perahu di
parkir ditempat parkir sampan. Dan juga tersedia tempat jual ikan untuk
para nelayan agar dapat menjual hasil tangkapan mereka kepada
pembeli atau pengunjung yang akan datang ke Central Nelayan. Juga

13
terdapat Restoran yang menjual hasil olahan masakan dari hasil
tangkapan para nelayan, sehingga para pengunjung dapat menikmati
berbagai olahan hasil tangkapan para nelayan berupa olahan ikan segar.

e. Kegiatan Parkir Sampan


Kegiatan ini meliputi nelayan menyimpan sampan/perahu
mereka pada tempat yang telah disediakan. Untuk mengakses lokasi ini
pun telah disediakan akses yang berhubungan dengan tempat parkir
sampan atau dermaga perahu.

1.1.3. Pelaku Kegiatan Rumah Singgah


Adapun Pelaku Kegiatan Rumah singgah meliputi :
a. Nelayan : Orang-orang yang diperuntukan untuk perancangan Central
Nelayan ini. Pelaku yang menangkap ikan dan melakukan berbagai jenis
kegiatan di Central Nelayan.

b. Pengunjung : Orang-orang yang berkunjung ke Rumah singgah ini


dalam rangka edukasi, membeli ikan, maupun menikmati hasil olahan
ikan dari hasil tangkapan nelayan

c. Pengelolah : Orang-orang yang mengelolah berbagai kegiatan yang


nanti akan menunjang setiap kegiatan para nelayan maupun hasil
tangkapan para nelayan.

1.1.4. Fungsi Central Nelayan


Adapun fungsi Central Nelayan meliputi :
a. Edukasi : Sebagai wadah pembelajaran pengunjung akan Hewan laut
dan kehidupan keseharian nelayan.

b. Wadah terorganisir kaum Nelayam : Sebagai sebuah tempat agar


nelayan-nelayan pada Negeri Amahai dapat terpusat pada satu lokasi
dengan fasilitas yang memadai sehingga kualitas dan kuantitas taraf
14
hidup nelayan lebih dapat ditingkatkan lagi. Dan juga dapat menunjang
pendapatan para nelayan maupun pendapatan daerah.

1.1.5. Penghawaan Dan Pencahayaan Setiap Bangunan Di Central


Nelayan

a. Penghawaan

Bangunan Central Nelayan yang baik sebaiknya tetap menerapkan


penghawaan dan pencahayaan alami. Pendekatan Arsitektur ekologi
sebagai dasar perancangan tugas akhir ini diharapkan dapat
menyelaraskan bagunan dengan alam sekitar. Sehingga pada bangunan-
bangunan tersebut direncakan akan dibuat banyak bukaan. Bukaan dapat
mempengaruhi pergerakan angin. Bukaan yang menyediakan ruang
untuk terjadinya pertukaran udara disebut dengan ventilasi. Pada
selubung bangunan, terdapat beberapa elemen yang dapat menjadi
ventilasi misalnya atap, jendela, dinding yang tidak masif, bahkan
lantai.

a b c
Gambar 2. 1 Berbagai jenis ventilasi (a. ventilasi melalui atap dan dinding tidak masif,
b: ventilasi melalui jendela, c. ventilasi melalui atap, jendela, dan lantai)
(Sumber: Frick, 2006)

Dalam merancang bukaan ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan, yaitu letak inlet - outlet dan bagaimana orientasinya
terhadap arah angin, baik secara vertical maupun horizontal. Dalam
15
bukunya, Boutet cukup banyak memberikan prinsip-prinsip bukaan
dalam berbagai alternatif. Bukaan berfungsi untuk ventilasi, atau
sebagai media keluar masuknya udara. Oleh karena itu,selain
peletakannya perlu pula diperhatikan bagaimana dimensi yang sesuai.
Terdapat rumusan yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan
ventilasi dan ruang gerak manusia. n x 10m3.

Luas lubang ventilasi: kebutuhan udara per jam/kecepatan


angin rata-rata per jam. Contoh: Untuk sebuah ruang yang dapat
mewadahi 10 orang, dibutuhkan volume udara 500 liter/orang x
10 orang = 5000 liter. Dengan asumsi kecepatan angin rata-rata =
0,1 m/det (360 m/jam), maka dapat diketahui bahwa :
• Ruang gerak manusia : 10m3 x 10 = 100m3.

• Luas lubang ventilasi: 5000/360 = 15m2.

b. Pencahayaan

Pencahayaan alami merupakan sumber pencahayaan yang berasal dari


sinar matahari. Sinar Matahari masuk ke dalam bangunan melalui
bukaan, seperti jendela, pintu, skylight, dll. Pencahyaan alami memiliki
banyak keuntungan, selain fungsi utamanya memasukkan cahaya dari
sinar matahari untuk menerangi ruangan, pencahayaan alami juga dapat
menghemat listrik dengan memanfaatkan pencahayaan alami siang hari
yang baik. Menurut SNI, pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan
baik apabila:

(1) Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu
setempat terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam
ruangan, dan

(2) Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan silau yang mengganggu.

16
Gambar 2. 2 Tiga Komponen Cahaya Langit Sampai Pada Suatu Titik Di Bidang Kerja.
(sumber, SNI 03-2001, Tata cara perancangan system pencahayaan alami pada Gedung bangunan)

Dalam usaha memanfaatkan cahaya alami untuk bangunan-bangunan pada


Central Nelayan ini, perlu direncanakan dengan baik sehingga cahaya yang
masuk dimaksimalkan dengan baik, serta memperhatikan faktor-faktor
pencahayan alami siang hari. Faktor pencahayaan alami siang hari adalah
perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di
dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan
terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.

1.2. Kajian Bangunan Tepi Pantai


Faktor keamanan bangunan terhadap gejala alam seperti badai,
gelombang pasang merupakan suatu hal yang sangat penting selain faktor
kenyamanan Untuk bangunan yang berlokasi ditepi pantai harus dapat
mempertimbangkan struktur bangunannya terhadap fenomena alam yang
ada.Di dalam perancangan bangunan pada kawasan pantai memerlukan
perancangan yang rumit dan menyeluruh terutama bila berkaitan dengan
kondisi lahan didaerah pantai. Menurut Triatmojo (1992), faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam perancangan bangunan di kawasan tepi pantai
terutama dalam pemilihan konstruksi bangunan adalah :
a. Klimatologi:
a) Angin
Angin menimbulkan gaya-gaya horizontal yang perlu dipikul konstruksi

17
bangunan tepi pantai. Angin dapat mengakibatkan gelombang laut,
gelombang ini menimbulkan gaya-gaya tambahan yang wajib dipikul
konstruksi bangunan.

b) Pasang surut
Pengaruh pasang surut sangat besar sehingga harus diusahakan perbedaan
pasang surut yang relatif kecil. Tetapi pengendapan (sendiment) harus
dapat dihilangkan/ diperkecil.

c) Gelombang laut
Tinggi gelombang laut ditemukan oleh kecepatan, tekanan, waktu dan
ruang. Untuk melindungi daerah pedalaman perairan dapat
digunakanpemecah gelombang untuk memperkecil tinggi gelombang
laut.

a. Topografi, geologi, dan struktur tanah


a) Letak dan kedalaman perairan yang direncanakan:
b) Gaya-gaya lateral yang disebabkan oleh gaya gempa
c) Karakteristik tanah, terutama yang bersangkutan dengan gaya
dukung tanah, stabilitas bangunan maupun kemungkinan penurunan
bangunan sebagai akibat kondisi tanah yang buruk.

Terdapat beberapa jenis kontruksi yang dapat digunakan


untuk bangunan pada kawasan pantai, yaitu:
a. Break water (pemecah gelombang)
Pemecah gelombang merupakan pelindung utama bagi bangunan
yang langsung berhubungan dengan gelombang laut (marina, dermaga,
pelabuhan). Pada dasarnya pemecah gelombang berfungsi untuk
memperkecil tinggi gelombang laut. Menurut Triatmojo (1992), pemecah
gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah

18
perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Tujuan dari pemecah
gelombang tersebut adalah melindungi daerah pedalaman perairan
pelabuhan yaitu memperkecil tinggi gelombang laut sehingga kapal dapat
berlabuh dengan tenang. Syarat-syarat teknis pemecah gelombang adalah
gelombang disalurkan melalui suatu dinding batu miring sehingga
energi gelombang dihilangkan secara gravitasi.

b. Dinding penahan Pantai


Perbedaan antara dinding penahan pantai, pembagi dan dinding
pengaman terutama hanya terletak pada tujuannya, ada umumnya dinding
penahan pantai (sea wall) adalah yang paling massif diantara ketiga
jenis struktur tersebut menahan seluruh gaya penuh dari ombak.
Perencanaan bangunan dikawasan pantai sangat perlu diperhatikan
dalam penggunaan struktur bangunan, selain itu juga perlu untuk
merancang struktur yang berfungsi sebagai antisipasi terhadap
gelombang pasang air laut terhadap bangunan.

c. Pemanfaatan tanaman mangrove (bakau)


Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau individu jenis
tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang
surut.hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang
naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem
mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi didalam suatu habitat mangrove-
mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang
surut.
Fungsi ekosistem mangrove mencakup: fungsi fisik; menjaga garis
pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan
intrusi air laut; dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis: tempat
pembenihan biota laut, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat

19
bersarangnya burung. Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan bakar
(arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, dan bahan
bangunan.

20
1.3. Tinjauan Khusus

1.7.2. Kriteria Pemilihan Lokasi


Menurut Laksito B (2014) sebelum menentukan tapak, diperlukan
acuan dan pedoman dalam pemilihan lokasi, agar fungsi dan tujuan dari
bangunan yang akan dirancang sejalan dengan perkembangan potensi kota.
Syarat dan kriteria pemilihan lokasi dan tapak untuk Kawasan Central
Nelayan Di Negeri Amahai adalah sebagai berikut:
1) Peraturan yang berlaku/RTRW
a. Lokasi berada pada kawasan yang memiliki rencana tata ruang
dan wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Tengah sebagai kawasan
pelayanan umum.
b. Ketersediaan lahan yang mampu memenuhi besaran ruang.
2) Potensi lokasi
a. Lokasi memiliki visibilitas yang baik dari dan ke dalam site.
b. Memiliki struktur tanah yang baik untuk konstruksi.
c. Tidak merusak ekosistem atau lingkungan hidup.
d. Lokasi jauh dari kawasan dengan tingkat kebisingan tinggi, daerah
rawan bencana dan area pabrik/industri.
3) Utilitas kota
a. Terdapat jaringan listrik
b. Terdapat jaringan air bersih
c. Terdapat drainase
d. Terdapat jaringan telekomunikasi
4) Aksesibilitas/pencapaian
a. Lokasi mudah dalam pencapaian dari pusat kota
b. Terdapat sarana pengisian bahan bakar terdekat.

21
1.3.1. Pemilihan Alternatif Lokasi
a. Alternatif Lokasi 1

Gambar 2. 3 Lokasi 1
(Sumber: googleearth.com)

 Alamat : Negeri Amahai, Kecamatan Amahai, Kabupaten


Maluku Tengah, Provinsi Maluku

 Luas Tapak : ±8000 m2

 KDB Maksimum : 30 %
 KLB : 0.9 minimum dan 1.5 maksimum
 GSB jalan : 4 m (Jalan Lokal)
 GSB Pantai : 100 m dari pasang surut terjauh
 Jumlah lantai : 1 Lantai
 Peruntukan Lahan : Kawassan Perikanan
 Kondisi Tapak : Datar dan Tidak Berkontur.
 Luas lantai dasar maksimum : KDB x luas tapak 30 % x 8.000 m² = 2.400 m²
 Luas bangunan maksimum : KLB x luas tapak 1.5 x 8.000 m² = 12.000 m²
22
b. Alternatif Lokasi 2

Gambar 2. 4 Lokasi 2
(Sumber: googleearth.com)

 Alamat : Desa Aira, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku


Tengah, Provinsi Maluku

 Luas Tapak : ±7.500 m2

 KLB : 0.9 minimum dan 1.5 maksimum


 GSB jalan : 4 m (Jalan Lokal)
 GSB Pantai : 100 m dari pasang surut terjauh
 Jumlah lantai : 1 Lantai
 Peruntukan Lahan : Kawassan Perikanan
 Kondisi Tapak : Datar dan Tidak Berkontur.
 Luas lantai dasar maksimum : KDB x luas tapak 30 % x 7.500 m² = 2.250 m2
 Luas bangunan maksimum : KLB x luas tapak 1.5 x 7.500 m² = 11.250 m²

23
c. Kesimpulan Pemilihan Tapak

Tabel 2. 1 Kesimpulan Pemilihan Tapak

Alternatif Peruntukan
NO Kelebihan Kekurangan
Tapak Tapak

• Lokasi • Rawan bencana


yang • Jauh dari
strategis prasarana Peruntukan Tapak

• Berada di Umum dapat menjadi

kawasan Kawasan
1 Alternatif 1 Penunjuang
perikanan
• Lokasi Perikanan

yang
mudah di
akses

• Mudah • Rawan
diasskses terjadi
• Memiliki bencana
kontur • Akses ke
yang rata lokasi cukup
Peruntukan
• Jaringan jauh dari
Tapak dapat
Listrik kota
terjangkau • cukup jauh menjadi
2 Alternatif 2 • Jaringan dari sarana Kawasan
air bersih prasarana Penunjuang
bisadidapa umum Perikanan
tkan
(PDAM)

24
(Sumber: Analisis Pribadi, 2023)

Tabel 2. 2 Kesimpulan Pemilihan Tapak

Kriteria Lahan Alternatif Alternatif


I 2
Peraturan RTRW
a) Peruntukan lahan 4 3
b) Ketersediaan lahan 4 3
Potensi Lokasi
a) Visibilitas 4 3
b) Struktur tanah 3 3
c) Ramah lingkungan 4 3
d) Kebisingan rendah 4 4

e) Aman dari bencana 2 2


Fasilitas Terdekat
a) Fasilitas umum 3 1
Utilitas Kota
a) Jaringan listrik 4 4
b) Jaringan air bersih 4 3
c) Jaringan drainase 4 4
d) Telekomunikasi 4 4

25
total 44 37

(Sumber: Analisis Pribadi, 2023)

Keterangan: 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (kurang), 1 (Buruk)

Berdasarkan krieria penilaian diatas, maka lokasi yang terpilih dengan


nilai terbanyak (44 poin) adalah site alternatif 1 yang terletak di Negeri
Amahai, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Tabel 2. 3 Lokasi 1
(Sumber: googleearth.com)

1.1.1. Peraturan Setempat


Berdasarkan peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota /
Kabupaten Aceh Barat Daya, peraturan-peraturan setempat yang ada di

26
kawasan ini adalah sebagai berikut:

 Luas Tapak : ±8.000 m2

 KDB Maksimum : 30 %
 KLB : 0.9 minimum dan 1.5 maksimum
 GSB jalan : 4 m (Jalan Lokal)
 GSB Pantai : 100 m dari pasang surut terjauh
 Jumlah lantai : 2 - 5 Lantai
 Peruntukan Lahan : Kawassan Perikanan
 Kondisi Tapak : Datar dan Tidak Berkontur.
 Luas lantai dasar maksimum : KDB x luas tapak = 30 % x 8.000 m² =
2.400m2
 Luas bangunan maksimum : KLB x luas tapak = 1.5 x 8.000 m² = 12.000 m²
BAB III
ELABORASI TEMA

1.1. Pengertian Tema

Tema yang dipilih untuk Perancangan Central Nelayan di Negeri


Amahai adalah Ekologi. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang
berarti rumah atau tempat hidup dan logos yang bermakna ilmu. Secara harfiah
ekologi dimaknai s ebagai ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat
hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara
organisme dengan lingkungannya.
Ekologi mempelajari tentang interaksi antar-organisme dan interaksi
organisme dengan komponen abiotik. Bentuk interaksi ini berupa cara-cara
organisme beradaptasi untuk memanfaatkan lingkungannya. Makhluk hidup
membutuhkan energi dan materi yang konstan untuk mempertahankan
kehidupannya sehingga interaksi selalu melibatkan materi dan energi.
Pada umumnya desain bangunan atau kawasan dengan tema Ekologi menuntut
implementasi desain yang mampu memberikan keselarasan dengann alam atau

27
dengan lingkungan sekitar dan keberlanjutan melalui pendekatan desain.
Standar keselamatan yang diimplementasikan dalam struktur yang kuat sesuai
perhitungan SNI. Kesehatan yang diimplementasikan dari penggunaan material
yang tidak mengandung VOC atau tidak menimbulkan sick building syndrome
pada penggunanya. Kenyamanan baik secara termis, visual maupun audial
harus mampu diterapkan dalam desain bangunan. Prinsip desain yang cukup
kompleks dilakukan berikutnya adalah keberlanjutan di dalamnya penggunaan
segala sumber daya; air, angin, tanah (tapak), dan matahari.

1.2. Arsitektur Ekologi

Arsitektur ekologi telah ada selama ribuan tahun. Contoh yang terkenal
adalah Angkor Wat, kompleks candi Kamboja yang dibangun pada abad ke-12 M
yang masih berdiri hingga saat ini. Angkor Wat menggunakan sistem irigasi yang
kompleks dan mesin hidrolik untuk memberi daya pada banyak aspek kompleks,
termasuk menyimpan air selama bulan-bulan kering, menyiram tanaman, serta
memanaskan dan mendinginkan area sesuai kebutuhan. Angkor Wat juga
menggunakan bahan yang bersumber secara alami yang bersumber secara lokal di
seluruh strukturnya, yang berarti memiliki jejak karbon yang lebih rendah
daripada struktur tempat bahan tersebut diangkut ke situs dari seluruh dunia.

Emisi transportasi ini merupakan sumber emisi karbon yang sangat besar
di industri bangunan; melihat kembali praktik yang digunakan di Angkor Wat
dapat membantu kami meningkatkan praktik kami sendiri 900 tahun kemudian.
Arsitektur ekologi yang kita kenal sekarang tumbuh dari gelombang advokasi
lingkungan yang populer di Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Gerakan ini
menggabungkan sejumlah faktor seperti penghormatan terhadap cara penduduk
asli Amerika hidup dengan alam, dan penentangan terhadap penyebaran perkotaan
dan pinggiran kota yang berkembang pesat di seluruh AS.

1.2.1. Pengertian Arsitektur Ekologi

28
Arsitektur Ekologis dapat dimaknai sebagai pembangunan lingkungan
binaan sebagai kebutuhan hidup manusia dalam hubungan timbal balik dengan
lingkungan alamnya yang mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian
alam, disamping konsep-konsep arsitektur bangunan itu sendiri.
Menurut Heinz Frick, 1998 Ekologi adalah pembangunan sebagai
kebutuhan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya
yang mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian alam, disamping konsep-
konsep arsitektur bangunan itu sendiri.
Konsep ekologi dapat didefinisikan sebagai studi yang mempelajari
suatu kenyamanan dengan tuntutannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia yang terintregasi dengan alam, mempunyai hubungan timbal balik
antara mahluk hidup dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan para atlet
dan pengunjung agar menciptakan kenyamanan.

1.2.2. Karakteristik Arsitektur Ekologi

Berikut ini adalah kriteria banguanan sehat dan ekologis berdasarkan buku
arsitektur ekologis versi Heinz Frick,antara lain :
a. Menciptakan kawasan hijau diantara kawasan bangunan
b. Memilih tapak bangunana yang sesuai
c. Menggunakan bahan bangunan buatan lokal
d. Menggunakan ventilasi alam dalam bangunan
e. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang
mampu mengalirkan uap air.
f. Menjamin bahwa bangunan tidak menimbulkan permasalahn
lingkungan
g. Menggunakan energi terbarukan
h. Menciptakan bangunan bebas hamtan (dapat digunakan semua
umur)Penyesuaian pada lingkungan alam setempat

Suatu bangunan baru harus menyesuaikan dengan lingkungan alam setempat.

29
Hal ini akan menimbulkan dampak positif bagi lingkungan sehingga akan
terlihat hasil yang dicapai oleh arsitektur ekologis.
a. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan
mengirit penggunaan energi.
Energi yang dapat diperbaharui dapat dimanfaatkan dalam perencanaan
arsitektur ekologis karena kurang membebani lingkungan alam seperti
penggunaan energi surya (air panas, listrik), angin (penyejukan udara), arus
air sungai (pengairan, listrik), ombak laut (listrik), dan sebagainya.
b. Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air)
Manusia selalu merusak lingkungan, hal ini berkaitan dengan aktivitas
manusia dalam kehidupannya. Kerusakan lingkungan ini berupa
pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah yang akibatnya
juga merugikan atau mengurangi kualitas hidup manusia itu sendiri.
c. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam

Semua ekosistem merupakan sistem peredaran alam dimana manusia


diharapkan tidak merusaknya. Oleh karena itu dalam perencanaan, semua
kegiatan membangun diarahkan sebagai sebuah rantai peredaran alam yang
sedapat-dapatnya mampu memelihara alam maupun memperbaikinya.
d. Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan
limbah (air limbah, sampah)
Jaringan listrik dan air minum membutuhkan banyak energi serta
pembuangan limbah yang belum teratur akan mengancam lingkungan
alam. Maka dari itu pengalihan ke energi lain (surya) dan pengolahan
limbah secara alami akan mencegah ketergantungan itu.
e. Menggunakan teknologi sederhana

Dampak buruk teknologi dapat diatasi dengan penggunaan teknologi


sederhana (intermediate technology), teknologi alternatif, atau teknologi
lunak dari pada teknologi keras (high tech).
Teknologi dalam Ekologi mengutamakan keseimbangan antara teknologi dan
lingkungan sebagai berikut :
30
a) Seimbang dengan alam

Perhatian pada alam dan sumbernya

b) Seimbang dengan manusia

Perhatian kepada keamanan, kehidupan, sumber alam, pencemaran


udara, kesehatan, pendidikan, dsb.
c) Seimbang dengan lingkungan

Perhatian terhadap iklim, tanah (gempa bumi, banir, rob), pengaruh


lainnya (tahan rayap, bahaya malaria) dsb
Pada perencanaan Ekologi penggunaan bahan bangunan harus
dipertimbangkan ciri khasnya :
a) Kemampuan tahan lama bagian bangunan tersebut

b) Perkembangan teknologisnya

c) Kemampuan tahan lama non fisik

f. Syarat-syarat bahan bangunan yang digunakan adalah yang ekologis,


sebagai berikut :
a) Penggunaan energi sesedikit mungkin pada eksploitasi dan
pembuatannya
b) Dapat dikembalikan kepada alam sebagian dari peredaran alam
c) Pencemaran lingkungan yang sesedikit mungkin pada eksploitasi,
pembuatan, penggunaan, dan pemeliharaannya.
d) Bahan bangunan alam yang dapat digunakan lagi, bahan bangunan
yang tidak dapat dihasilkan lagi tetapi dengan persiapan khusus bahan
itu dapat digunakan lagi sesuai dengan kebutuhan sepeti tanah liat,
lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam dsb.
Bahan bangunan yang dapat didaur ulang (recycling), bahan bangunan
yang didapat dari limbah, sampah, potongan dalam bentuk bahan
bungkusan, mobil bekas, serbuk kayu, potongan bahan sintetis, kaca,
seng, dsb.

31
Dengan digunakannya dalam pembangunan ekologis diharapkan
bahan-bahan itu akan hilang dalam masyarakat.
Selain itu menciptakan kawasan hijau di antara kawasan bangunan
Tujuan dari diciptakannya kawasan hijau adalah sebagai salah satu upaya untuk
mencegah global warming. Berikut adalah contoh sebagai bentuk menciptakan
kawasan hijau disekitar kawasan pembangunan yaitu menciptakan taman
ekologis disekitar bangunan Taman ekologis berfungsi sebagai salah satu
pencegahan global warming dan juga sebagai view yang menarik bagi siapa
saja yang melihat .
Prinsip- prinsip-prinsip pembangunan taman ekologis yang dapat diterpakan:
a. Pembentukan jalan setapak dengan bentuk yang beraneka ragam
b. Penciptaan sudut yang nyaman, sejuk serta teduh
c. Menggunakan penghijauan pada pagar atau dinding taman
d. Pemilihan tanaman tertentu
e. Pemilihan tanaman yang sesuai dengan tempat dan mudah dalam
perawatannya.

32
Gambar 3. 1 contoh Kawasan hijau ekologi (Taman Ekologi Buenos Aires)
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Ekologi_Buenos_Aires)

1.1.2. Prinsip – prinsip Desain Arsitektur Ekologi

Bangunan dapat dikatakan bangunan yang ekologi apabila bangunan


tersebut mempunyai beberapa konsep kajian bangunan yang mempunyai
beberapa ciri sebagai berikut :
a. Pengekspresian struktur dan kontruksi yang terintegrasi dengan
lingkungan. Mulai dari pondasi, struktur badan dan atap pada
bangunan mempunyai kesinambungan dengan alam, tidak merusak
lingkungan.

b. Pemakaian bahan bangunan yang sesuai dengan tuntutan zaman yang


memiliki kesinambungan dengan alam sekitar, yang tidak memberikan
dampak negatif dan sifat masa pakai bahan material yang tahan lama
diperhitungkan dalam suatu bangunan ekologi.
c. Sistem penghawaan, menerapkan sistem penghawaan alami pada
bangunan dengan memanfaatkan desain bangunan, dan juga pengolahan
udara luar untuk dijadikan sebagai penghawaan buatan didalam
bangunan.
d. Sistem pencahayaan dengan memanfaatkan pencahayaan alami dengan
sebaik-baiknya sebagai penerangan alami dalam bangunan. Dapat
menggunakan bahan material kaca, glass block, atau sesuatu yang
transparan lainnya yang dapat meneruskan cahaya kedalam ruangan.
Kemudian sebagai pencahayaan buatan dapat menggunakan lampu
sebagai penerangan buatan dengan memanfaatkan energy yang seminimal
mungkin.

1.2. Study Banding

1.2.1. Perpustakaan Pusat Unversitas Indonesia

33
Gambar 3. 2 Perpustakaan Pusat Unversitas Indonesia)
(Sumber:https://rarastrianaputri.wordpress.com/2014/11/11/bangunan-ekoarsitektur/)

Perpustakaan ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat


yang dibangun pada tahun 1986-1987, yang dibangun di area seluas 3 hektare
dengan 8 lantai yang didanai oleh Pemerintah dan Industri dengan anggaran Rp
100 Miliar yang dirancang bediri di atas bukit buatan yang terletak di pinggir
danau. Perpustakaan ini menganut konsep (Eco Building) mulai dibangun
semenjak Juni 2009. Bahwa kebutuhan eergi menggunakan sumber energy
terbarukan yaitu energy matahari (solar energy. Dengan konsep semua
kebutuhan didalam gedung tidak diperbolehkan mengunakan plastic dalam
bentuk apapun dan bangunan ini didesain bebas asap rokok, hemat istrik, air
dan kertas. Selain itu, Perpustakaan ini memiliki 3-5 juta judul buku,
dilengkapi ruang baca, 100 silent room bagi dosen dan mahasiswa, taman,
restoran, bank, serta toko buku. Perpustakaan ini diperkirakan mampu
menampung 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau 20.000
pengunjung per hari. Sebagian kebutuhan energi perpustakaan ini dipasok dari
pembangkit listrik tenaga surya.

34
1.2.2. Panyaden School, Thailand

Gambar 3. 3 Panyaden School, Thailand


(Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-46714413)

Terutama dipengaruhi oleh alam, biro arsitektur Belanda, 24


Architecture menciptakan tata letak yang terinspirasi tanaman staghorn
fern (paku tanduk rusa) tropis untuk sekolah dasar di Chiang Mai.
Bangunannya menyebarkan nilai-nilai ekologis melalui bentuk organiknya yang
luar biasa, penggunaan material lokal dan rendah jejak karbon.
Atap Gaudíesque (Antoni Gaudi, arsitek Spanyol) yang menggantung rendah,
bergelombang - disokong tiang-tiang bambu yang tumbuh sangat cepat dan
berkelanjutan - tampaknya melayang di atas lantai, yang terbuat dari tanah kasar.

1.2.3. Glass/Wood House, United States

35
Gambar 3. 4 Glass/Wood House, United States
(Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-46714413)

Kengo Kuma, seorang arsitek Jepang yang dikenal secara simpatik


menghubungkan bangunan-bangunan dengan alam, dipercaya merenovasi
rumah kaca yang dirancang John Black Lee pada 1956.
Glass Wood House terletak di New Canaan, Connecticut, dan Kuma mengubah
simetri kotak modernis itu dengan menambahkan bangunan tambahan
berbentuk L yang masuk sampai ke hutan tanpa memaksakan lanskap.
"Kami menciptakan perubahan besar dengan membuang simetri rumah
dan menutupi bagian luarnya dengan kisi-kisi kayu," ujarnya, seraya
menambahkan bahwa rumah yang direnovasi ini sekarang memiliki
transparansi 'ringan' yang menggantikan tembus pandang yang terbatas.

1.2.4. Japanese pavilion, Italy

36
Gambar 3. 5 Japanese pavilion, Italy
(Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-46714413)

Dalam Venice Architecture Biennale 2008, arsitek Junya Ishigami


merancang paviliun Jepang yang terdiri dari rumah-rumah kaca kecil di sekitar
bangunan di taman Giardini della Biennale.
Ishigami merujuk Crystal Palace karya Joseph Paxton di Great Exhibition di
London pada 1851.
Meja dan bangku yang digunakan untuk umum tersebar di seluruh
taman dalam suasana ruang indoor dan outdoor yang kabur.
Kualitas rumah-rumah kaca yang halus dipertegas lukisan-lukisan halus yang
tergantung di dinding putih.

1.1.1. Chen House, Taiwan

Gambar 3. 6 Chen House, Taiwan

37
(Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-46714413)

Di tempat pertemuan para petani dengan dek kayu yang luas, dalam dan
luar ruang saling terhubung.
Dirancang arsitek Finlandia, Marco Casagrande, bangunan di Pegunungan
Datun, Taipei ini memiliki bagian depan rata, yang memungkinkan angin sejuk
masuk pada bulan-bulan yang hangat.
Fasad berpori membawa cahaya matahari masuk ke interior, sementara
perapian sederhana membuatnya tetap hangat.
Bangunan didirikan menjulang ke atas untuk melindunginya dari banjir yang
datang sesekali.
"Rumah ini tidak kuat atau berat - rumah ini ringkih dan fleksibel," kata
Casagrande. "Tidak menutup lingkungan tetapi memberi petani tempat
berlindung yang diperlukan."

1.1.2. Diamond Building, Putrajaya, Malaysia

38
Gambar 3. 7 Diamond Building, Putrajaya, Malaysia
(Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-46714413)

Bangunan delapan lantai tersebut dinobatkan sebagai bangunan paling


hemat energi di ASEAN.
Diamond Building merupakan markas dari Komisi Energi Malaysia
(Suruhanjaya Tenaga) yang berlokasi di Putrajaya. Bangunan ini memiliki
desain yang pasif dan struktur hemat energi yang dirancang menggunakan
cahaya alami dan mengonsumsi sepertiga energi dari bangunan konvensional
seukurannya.

Bangunan yang selesai dibangun pada 2009 ini juga memperoleh


peringkat Platinum dalam Indeks Bangunan Hijau Malaysia (GBI) dan
program Green Mark di Singapura. Bangunan ini dinamakan berlian karena
bentuknya yang unik mirip batu permata. Di bagian atas gedung ada panel
surya photovoltaic (PV), yang menghasilkan sekitar 10 persen dari kebutuhan
energi

39
BAB IV
ANALISA

1.3. Analisa Tapak

1.3.1. Lokasi
Negeri Amahai terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku, lebih tepatnya Negeri Amahai terletak di pulau Seram bagian
selatan pesisir pulau. Pulau seram adalah sebuah pulau yang terbesar di
antara pulau-pulau yang terdapat di kepulauaan Maluku.
Secara geografis Amahai terletak dalam sebuah teluk yang sangat
indah, di peluk oleh dua buah tanjung yang mengajur ke laut, masing-
masing tanjung Kuako dan tanjung Elpaputy.
Amahai berbatasan dengan :
 Sebelah barat dan selatan dengan laut banda
 Sebelah timur dengan gunung kerai (karulaya)
 Sebelah utara dengan teluk elpaputi
Amahai secara astronomis terletak pada 182,560 bujur timur dan
3,2150 lintang selatan. Letak yang demikian menyebabkan suhu di Amahai
hampir sama seperti suhu pada negeri-negeri/desa-desa lain di pulau Ambon
dan pulau-pulau Lease. Jadi amahai mengenal dua musim yaitu: musim
timur pada bulan mei sampai bulan agustus dan musim barat dari bulan
Desember sampai Ferbuari

40
Gambar 4. 1 Peta Indonesia
(Sumber: https://1.bp.blogspot.com/)

Gambar 4. 2 Peta Administrasi Amahai


(Sumber: Analisa 2023 Muchils Kaplale)

41
1.1.1. Kondisi Lahan & Kondisi Fisik Tapak

a. Kondisi Lahan
Lokasi lahan objek Perancangan Kawasan Central Nelayan ini
berlokasi di Negeri Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
Posisi lahan yang dipilih ini tidak terlalu berdekatan dengan Pantai. Lokasi
lahan tidak berada pada area rawan bencana seperti banjir, tanah longsor,
gempa bumi, erosi maupun abrasi karena jaraknya dengan pantai sekitar 90
meter, selain itu posisi lahan juga lebih tinggi sekitar 1,5m dari bibir pantai
sehingga masih aman.

Gambar 4. 3 Foto Garis Pantai Lokasi


(Sumber: Analisa Penulis)

Area lahan yang dipilih ini memiliki lahan yang sangat luas. Lokasi
lahan juga kurang berdekatan dengan permukiman penduduk, sehingga
diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi warga sekitar
khususnya untuk kenyamanan warga sekitar. Perancangan Central Nelayan
ini juga menerapkan nilai-nilai ekologi, sehingga diharapkan Perancangan
42
Central Nelayan di Negeri Amahai ini dengan Pendekatan Arsitektur
Ekologi, baik nelayan, pengunjung, maupun warga sekitar semakin sadar
akan pentingnya menjaga dan melestarikan alam.
Berikut adalah kondisi lahan yang terpilih sebagai lokasi perancangan.
a. Lokasi lahan berjarak 5 km dari pusat Kota Masohi,
b. Lahan merupakan lahan kosong yang belum tertata dengan baik.
c. Lahan merupakan Kawasan Perikanan.
d. Lokasi tapak berada di tingkat tidak padat penduduk.

Gambar 4. 4 Peta Negeri Amahai


(Sumber: Google Earth)

43
Gambar 4. 5 Lokasi Site
(Sumber: Google Earth)

b. Kondisi Fisik Tapak


a) Kondisi Topografi
Secara umum keadaan wilayah Kabupaten Maluku Tengah terdiri
dari wilayah perbukitan, hal ini dikarenakan rata-rata wilayah memiliki
ketinggian dari permukaan laut mencapai 50 sampai dengan 300
meter.Wilayah yang memiliki ketinggian di atas 100 meter adalah Seram
Utara, wilayah-wilayah ini umumnya didominasi oleh wilayah perbukitan
sampai dengan pegunungan. Keadaan topografi Kabupaten Maluku Tengah
berbukit di sebabkan karena pertemuan dua buah lempeng yang disebut
dengan Sirkum Pasifik dan Mediterania. Pembagian tingkat kelerengan di 52
Kabupaten Maluku Tengah menunjukan empat kelas lereng meliputi : lereng
datar 0-2%, landau atau bergelombang 3-15%, agak curam 15- 40%, dan
sangat curam 40%.
44
Gambar 4. 6 Peta Topografi Maluku Tengah

(Sumber: https://www1.cifor.org/fileadmin/subsites/colupsia/maps/Maluku_Tengah/Topografi/indekstopografi.html )

Kondisi wilayah Negeri Amahai yang merupakan daerah dataran


rendah, umumnya memiliki ketinggian 0-25 mdpl tersebar di sepanjang
jalan utama. Kondisi topografi yang ada di Negeri amahai ini merupakan
dataran rendah di Kabupaten Maluku Tengah dengan kemiringan lereng 0-
3% saja.

b) Kondisi Geomorfologi
Tapak berada di Negeri Amahai dan Negeri Amahai yang merupakan
daerah pesisir pantai yang terletak disisi Selatan pulau Seram memiliki
stuktur tanah berupa pasir, banyak di tumbuhi pohon kelapa dan
tambak-tambak rakyat serta pemukiman penduduk pesisir pantai.

c) Klimatologi

Kondisi klimatologi yang terdapat di Kabupaten Maluku Tengah


adalah iklim tropis dan iklim musim.Terjadi iklim tersebut oleh karena
Kabupaten Maluku Tengah dikelilingi oleh laut yang luas, maka iklim di

45
daerah ini sangat dipengaruhi oleh laut yang berlangsung seirama dengan
musim yang ada.Musim barat umumnya berlangsung dari bulan desember
hingga maret yang ditandai dengan curah hujan yang rendah, dan musim
timur berlangsung dari bulan mei sampai dengan bulan oktober yang
ditandai dengan curah hujan tinggi, dan diselingi oleh musim pancaroba
pada bulan november yang merupakan transisi ke musim barat. Sedangkan
curah hujan di Kabupaten Maluku Tengah selau bergantian dan berubah
setiap tahunnya.

1.3.2. Batasan Tapak


Keadaan tapak pada lokasi yang dipilih merupakan lahan yang
ditumbuhi Pohon Kelapa dan area pantai. Kondisi permukaan tapak

cenderung datar dan tidak berkontur. Luas lahan tapak ±8000 m2 dengan
Batasan - batasan sebagai berikut:

a. Bagian : Berbatasan dengan Jalan


utara
b. Bagian : Area Perkebunan Warga
timur
c. Bagian : Area Perkebunan Warga
barat

Bagian : Berbatasan dengan Lautan


selatan

1.4. Analisa Matahari


a. Kondisi Eksisting
Pada saat matahari terbit dari sebelah timur pukul 07.00 wib, sinar
matahari langsung terkena kedalam tapak secara menyeluruh karena kondisi
tapak tidak ada penghalang, begitu juga Ketika matahari terbenam dari
sebelah barat pukul 17.30 wib, sinar matahari langsung terkena kedalam
tapak secara menyeluruh karena tidak ada penghalang terhadap tapak.
46
(Analisis Pribadi,2023)

Matahari Siang
Pukul 11.00-15.30

Matahari Sore Matahari Pagi


Pukul 16.00-18.00 Pukul 07.00-10.30

Gambar 4. 7 Analisa Matahari


(Sumber: Analisis Penulis)

b. Tanggapan untuk permasalahan Sinar Matahari


a) Solusi untuk meredam panas sinar matahari di area rekreasi
dapat dilakukan. dengan menanami vegetasi peneduh dan
meminimalisir penebangan vegetasi tapak secara berlebihan.
b) Respon desain bangunan yang akan di desain di area site terhadap
matahari menggunakan bukaan yang balance agar dapat
memasukan matahari kedalam bangunan.

47
1.5. Analisa Angin
a. Kondisi Eksisting
Berdasarkan dari analisis penulis pergerakan angin pada site
terbagi kepada 2, yaitu:

a) Angin Laut
Angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi
pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 di daerah
pesisir pantai.

b) Angin darat
Angin yang bertiup dari arah darat kea rah laut yang umumnya terjadi
pada malam hari dari pukul 20.00 sampai pukul 06.00 di daerah
pesisir pantai.

Angin
Darat

Angin
Laut

Gambar 4. 8 Analisa Angin


(Sumber: Analisis Penulis, 2023)

48
b. Tanggapan untuk permasalahan Angin
a) Merencanakan bangunan bermassa banyak, harapannya dapat
mengelompokkan zonasi ruang dan lebih dinamis terutama terhadap
angin.
b) menggunakan vegetasi yang dapat memecah arah angin, tujuannya
untuk membagi kapasitas angin pada malam hari (Angin darat).
c) Respon desain bangunan terhadap sirkulasi angin dengan
mengoptimalkan bukaan secara seimbang dengan penerapan desain
ventilasi silang.

1.6. Analisa Hujan dan Drainase

a. Kondisi Eksisting

Kabupaten Maluku Tengah beriklim tropis dengan curah hujan rata-


rata3207,3 mm per tahun. musim hujan biasanya terjadi pada bulan
September sampai Desember. Tidak pernah terjadi curah hujan kurang
dari 100 mm di bulan kering, Curahhujan terbesar terjadi pada bulan
Desember dengan perbedaan temperatur antara siang dan malam sebesar
50–70 0C. Banyaknya curah hujan sangat dipengaruhi oleh iklim, kondisi
geografis dan perputaran arus udara. Akibat

kondisi yang demikian, maka jumlah curah hujan yang tercatat


dimasing-masing stasiun pengamatan ataupun BPP / BIP bervariasi.

49
Gambar 4. 9 Peta; Curah Hujan Provinsi Maluku
(Sumber: Pusat data dan Sistem informasi Pertaniam 2023)

Keadaan curah hujan yang cukup tinggi membuat permukaan tanah


pada tapak perlu perhatian lebih. Pada tapak perancangan sudah terdapat
saluran drainase, darainase yang sudah ada cukup baik.

50
2. Tanggapan untuk permasalahan Hujan

a. Menambahkan drainase di sekitar lokasi obyek perancangan,


sebelum akhirnya disalurkan ke drainase utama.
b. Membuat saluran drainase yang aman bagi pejalan kaki dengan
memakai Grill Cover Drainase.
c. Menggunakan lubang biopori untuk mengurangi resiko air tergenang
dengan membuka pori-pori tanah guna menghidrasi tanah agar
meminimalisirkan uap panas dari bawah tanah.
d. Menanam vegetasi seperti pohon dan tanaman hias yang dapat
membantu proses penyerapan air.
e. Membuat tampungan air hujan seperti ground watertank sehingga
airhujan dapat dimanfaatkan kembali untuk persediaan air taman.

1.7. Analisa Vegetasi

a. Kondisi Eksisting
Kondisi vegetasi di Kabupaten Maluku Tengah pada umumnya
sangat beragamdi sebabkan letak wilayah berada pada daerah pesisir pantai
dan daerah pegunungan.Untuk vegetasi yang berada di sekitar wilayah
pantai pada umumnya berupa pohon kelapa, pohon sagu, pohon bakau, dan
vegetasi lainnya, sedangkan pada wilayah pegunungan pada umumnya
berupa cengkeh, kakao, pohon pinus dan jenis vegetasi lainnya.

Untuk Analisis di lokasi yang dilakukan penulis terhadap site


pada tahun 2023 bahwa pada site sudah adanya pohon maupun tanaman
yang cukup baik.

51
Gambar 4. 10 Gambar Eksisting Vegetasi
(Sumber: Analisis Penulis,2023)

b. Tanggapan Vegetasi

a) Mempertahankan vegetasi yang ada dan tidak banyak merusak alam.


b) Menambah vegetasi di dalam site sehingga penghijauan tetap terjaga
dan membuat Kawasan site menjadi lebih sejuk.

1.8. Analisa Kebisingan

a. Kondisi Eksisting

Kondisi kebisingan pada area tapak terdapat dari jalan lingkungan


yang merupakan jalan Lokal yang dilalui oleh kendaraan. Secara
keseluruhan kondisi kebisingan pada tapak cenderung rendah dan akan
sangat bising Ketika weekend atau hari libur lainnya.

52
Gambar 4. 11 Analisa Kebisingan
(Sumber: Analisis Penulis,2023)

b. Tanggapan kebisingan
a) Posisi bangunan yang bersifat privat dibangun jauh dari lokasi sumber
kebisingan.

b) Menempatkan vegetasi di sekitar zona kebisingan sebagai buffer guna


mengurangi tingkat kebisingan yang masuk kedalam tapak secara
alami.

c) Daerah yang dekat dengan kebisingan rendah dapat diletakkan ruang-


ruang yang bersifat semi privat atau privat.

53
1.9. Analisa Aktivitas

Analisa aktivitas di Kawasan Central Nelayan di Negeri Amahai, bisa


dibagi menjadi beberapa bagian. Contohnya seperti tabel berikut:

Jenis Perilaku Sifat


aktivitas

 Menangkap ikan, Nelayan  Privat atau atau


menyimpan hasil hanya bisa di
tangkapan, menjual ikan, akses oleh
menyimpan peralatan, nelayan dan
membersikan badan, pengelolah
beristirahat, dan ibadah

 Membeli ikan, menikmati  Pengunjung  Publik atau bisa


hasil olahan ikan, di akses oleh
mengikuti kegiatan tentang semua orang
nelayan, yang ada dalam
edukasi tentang nelayan Kawasan
Centra Nelayan

 Menjaga keamanan,  Pengelolah  Privat karena


mengontrol serta merawat hanya bisa di
fasilitas-fasilitas dalam akses oleh
kawasan central nelayan pengelolah saja

54
1.10. Analisa Pengguna

Jenis pengguna dalam Perancangan Central Nelayan di Negeri


Amahai ini dibedakan menurut rentang waktu dalam beraktivitas di
Kawasan Central Nelayan, Objek perancangan Central Nelayan di Negeri
Amahai ini dirancang dengan kesesuaian dari pertimbangan pengguna
sebagai calon pemakai yang nantinya akan menggunakan bangunan tersebut.

55
yang dibedakan menjadi:

Tabel 4. 1Tabel Analisis Pengguna

No Pengguna Keterangan Pengguna Keterangan Waktu


1. Nelayan  Pelaku yang menangkap ikan Pengguna tetap, di
pakai setiap saat
atau Pengguna utama fasilitas
Centra Nelayan ini.

2. Pengunjung  Orang yang berkunjung ke Pengunjung yang


hanya berkunjung
Centra Nlayan ini dalam rangka
sebentar
menikmati seafood, Maupun
membeli ikan.
3. Pengelolah  warga setempat yang di tunjuk Yang menjaga
Kawasan Central
Central untuk menjaga maupun dari
Nelayan selama
Nelayan pemerintah setempat 24 jam
4. Tamu  orang yang datang untuk Pengguna secara
temporer,
melakukan kegiatan yang
kondisional,
berhubungan dengan nelayan biasanya datang

atau untuk edukasi. saat akan di


adakan kegiatan ,
atau kondisi
tertentu

Sumber: analisis (2023)

1.11. Analisa Hubungan Antar Masa

Analisis hubungan ruang. berfungsi untuk mengetahui kedekatan antar ruang


dalam perancangan Central Nelayan..

56
Gambar 4. 12 Analisa Hubungan Antar Masa
(Sumber: Analisis Penulis,2023)

57
BAB V
KONSEP PERANCANGAN

1.1. Konsep Dasar

Konsep dasar perancangan Central Nelayan Di Negeri Amahai


menganbil konsep Arsitektur Ekologi. Konsep pendekatan ini mengharuskan
sebuah perancangan memadukan unsur Alam dan Makhluk hidup dengan
desain yang lebih ramah lingkungan dan lebih tradisional. Dengan
penerapan Arsitektur Ekologi, harapannya Central Nelayan ini mampu
menghadirkan penampilan pada visual bangunan sehingga dapat
menghadirkan bangunan yang lebih memanfaatkan Sumber daya alam.

1.2. Konsep Tapak

1.2.1. Zonasi Dan Sifat Ruang

Tabel 5. 1 Zonasi Dan Sifat Ruang

KELOMPOK RUANG SIFAT RUANG


Ruang pelayanan utama Publik
Ruang pengelola Privat
Ruang penunjang Publik
Ruang servis Servis
Parkir Publik
(Sumber: Analisa penulis)

1.2.2. Tata Letak

Konsep tata letak ruang didalam bangunan merupakan hasil dari


analisis makro dan mikro yang menghasilkan zonasi-zonasi dan
pengelompokan kegiatan serta sirkulasi yang mungkin terjadi, masa
bangunan terbagi menjadi beberapa zonasi, yaitu:

58
Zona Pelayannan Public

Zona Pemakai (Nelayan)

Zona Servis

Zona Penunjang

Zona Parkir

Gambar 5. 1 Zonasi
(Sumber: Analisa Penulis)

5.2.3 Sirkulasi dan Parkir

a. Sirkulasi

Sirkulasi dalam sebuah perancangan sangat perlu diperhatikan


untuk memudahkan pengguna dalam mengakses fasilitas di dalam
bangunan. Dalam perancangan Central Nelayan Di Negeri Amahai ini
terdapat 3 bentuk sirkulasi yaitu:
a) Sirkulasi Pengunjung

b) Sirkulasi Pemakai (Nelayan)

c) Sirkulasi parkir
59
Sirkulasi Pengunjung

Gambar 5. 2 Sirkulasi
(Sumber: Analisa Penulis, 2023)

a. Parkir
Parkir pada perancangan Central Nelayan Di Negeri Amahai yaitu
parkiran biasa. Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan
Darat tahun 1999 telah menetapkan aturan tentang ruang parkir, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 5. 2 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

N Jenis Kendaraan SRP dalam m²


o
1 a. Mobil Penumpang Gol I 2,30 x 5,00
.
b. Mobil Penumpang Gol II 2,50 x 5,00

c. Mobil Penumpang Gol III 3,00 x 5,00

2 Sepeda Motor 0,75 x 2,00


.
3 Bus/Truk 3,40 x 12,50
.

(Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.272 Tahun


60
61
Besaran satuan parkir untuk setiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut:

a) Satuan Ruang Parkir untuk Mobil

Gambar 5. 3 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang (dalam cm)
(Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.272 Tahun 1996)

b) Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor

Gambar 5. 4 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda Motor (dalam cm)
(Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.272 Tahun 1996)

62
c) Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truck

Gambar 5. 5 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truck (dalam cm)


(Sumber: Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.272 Tahun 1996)

1.2.3. Gubahan Massa

Konsep gubahan massa pada perancangan Central Nelayan Di Negeri


Amahai ini harus sesuai dengan kebutuhan pengguna, konsep desain
mengekspresikan fungsi utama dari perancangan bangunan ini. Adapun
bentuk yang diambil adalah bentuk yang sebisa mungkin dapat
memanfaatkan energi alam sebagai penghawaan alami maupun sebagai
penerangan alami.

1.3. Material Bangunan

Penggunaan material pada perancangan Central Nelayan Di Negeri


Amahai mempunyai beberapa pertimbangan, diantaranya:

a. Menggunakan material lokal.


b. Material memiliki kualitas tahan lama
c. Material memberikan kenyamanan dan keselamatan yang tinggi

63
terhadap pengguna.
d. Memberikan kesan estetika tanpa melupakan kebutuhan ruang dan jenis
aktivitas.
e. Material diupayakan ramah terhadap lingkungan.

Dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka pada bangunan Central


Nelayan di Negeri Amahai direncanakan menggunakan bahan lokal
sebagai material utama bangunan seperti Kayu, Bambu, Kaca, Batu,
dan Beton.
Adapun penerapan material yang digunakan:

a. Atap menggunakan atap bambu. Bambu yang digunakan adalah Bambu


Petung Bambu petung bisa memiliki besar berdiameter 20 cm dan panjang
hingga 25 m. Biasanya bambu petung banyak digunakan untuk bahan
bangunan.
b. Penutup lantai menggunakan vinyl motif Kayu dan Kayu.
c. Material dinding menggunakan kayu, dan kaca.
d. Plafon menggunakan Lumber Ceiling dan kayu.

1.4. Analisa Struktur

1.4.1. Struktur bawah

a. Dasar pertimbangan
a) Kekuatan sistem struktur bangunan.
b) Penerapan pondasi ditentukan berdasarkan karakter tanah dan
lingkungan sekitar.
c) Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap beban yang diterima bangunan baik itu beban lateral
atau beban horizontal.
d) Kemudahan penyelesaian masalah-masalah konstruksi bangunan.
64
b. Analisis
a) Perancangan Central Nelayan Di Negeri Amahai Setiap Masa Hanya
terdiri dari 1 lantai.
b) Bangunan Utama, memiliki ruangan indoor dengan bentang lebar.
c) Ruangan dipisah sesuai fungsi ruangan pada massa bangunan, yang
sesuai dengan sifat ruangan.

c. Hasil Analisis
Pondasi Perancangan Central Nelayan Di Negeri Amahai akan
menggunakan struktur pondasi jalur yang disesuaikan berdasarkan karakter
tanah tepi pantai dan beban bangunan. Pondasi jalur atau pondasi menerus
adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau
beban garis, baik untuk mendukung beban dinding maupun beban kolom,
dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom
tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu
dibutuhkan.

Gambar 5. 6 Pondasi
(Sumber: www. Pengertian-kegunaan-pondasi-jalur-atau-pondasi -)

65
1.4.2. Struktur Atas

Struktur atap yang dipakai adalah struktur atap bambu, struktur


bambu merupakan struktur yang cocok untuk penerapan struktur pada
bangunan Central Nelayan. karena material tersebut, memiliki daya tahan
yang cukup lama untuk iklim lingkungan tepi Pantai. Sehingga bisa
menghindari karat. bambu juga menjadi material yang ramah lingkungan
dan mudah di dapat karena bambu merupakan material alam, juga mudah
dalam pengerjaan.

(a) (b)

Gambar 5. 7 Struktur atap bambu

1.5. Utilitas

1.5.1. Sistem Distribusi Air Bersih

a. Sumber air bersih berasal dari PDAM

b. Sistem distribusi air bersih.

66
Gambar 5. 8 Sistem Distribusi Air Bersih

1.5.2. Sistem Distribusi Air kotor

Sistem pembuangan air kotor, diposisikan atau berada jauh dr


jaringan air bersih..

Gambar 5. 9 Sistem limbah pembuangan

67
1.5.3. Sistem Drainase

Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran pembagi dan


ditampung dibak penampung untuk digunakan kembali

Gambar 5. 10 Sistem Drainase

1.5.4. Sistem Pembuangan Sampah

Di dalam bangunan, taman dan kantin ditempatkan dengan jarak


tertentu.

Gambar 5. 11 Sistem Pembuangan Sampah

68
1.5.5. Sistem Instalasi Listrik

a. Perusahaan Listrik Negara (PLN)

b. Diesel generator set, sebagai sumber tenaga listrik pembantu


untuk beban emergency.

c. Pembangkit listrik sinar Matahari, mengunakan Solar panel


untuk mewadahi kebutuhan listrik pada luar bangunan.

Gambar 5. 12 Sistem Instalasi Listrik

69
1.5.6. Sistem Keamanan dan Penanggulangan Kebakaran

a. Sistem Keamanan

Sistem keamanan yang diterapkan untuk mencegah terjadi kejahatan


atau hal-hal yang tidak diinginkan pada Perancangan Central Nelayan Di
Negeri Amahai, terdiri dari kamera pengawas (CCTV) dan monitor untuk
memantau setiap keadaan di ruang-ruang tertentu.

Gambar 5. 13 CCTV
(Sumber: stealthCCTV.com)

b. Sistem Pemadam
Pengamanan kebakaran pada Perancangan Central Nelayan Di Negeri
Amahai akan menggunakan sistem umum dan khusus, yaitu:

a) Umum
Menurut peraturan Menteri pekerjaan umum No.26/PRT/M/2008
tentang persyaratan sistem pengaman kebakaran terdapat 3 tahap,
diantarnya:

1) Tahap awal, pada tahap ini adalah pencegahan pertama jika


terjadi kebakaran pada bangunan, menggunakan smoke
detector, sprinkler dan water hydrant.

70
(a) (c)
(b)

Gambar 5. 14 (a) smoke detector, (b) sprinkler, (c) water hydrant.


(Sumber: hydrantsprinkler.wordpress.com)

2) Tahap kedua, pada tahap ini adalah aturan mengenai peletakan


setiap elemen pengamanan kebakaran.

Alat Luas Pelayanan Keterangan

Ditempatkan di
Water Jarak maks. 30 m² taman atau di luar
Hydrant Luas pelayanan bangunan.
800 m²

Kimia Jarak maks. 25 m² Ditempatkan pada


Portable Luas pelayanan areapelayanan dan
200 m² servis.

Jarak maks. 6-9 m² Diletakkan di langit-


Sprinkler Luas pelayanan 25 langit.

Tabel 5. 3 Peletakan Elemen Pengamanan Kebakaran

(Sumber: peraturan Menteri pekerjaan umum dan Analisis penulis)

71
BAB VI
HASIL PERANCANGAN

1.1. 3D Render

Gambar 6. 1 Perspektif

72
Gambar 6. 2 Tampak depan

Gambar 6. 3 Tampak depan

73
Gambar 6. 4 Aula

Gambar 6. 5 Tampak atas

74
Gambar 6. 6 Restoran

Gambar 6. 7 Kamar tidur dan Restoran

75
Gambar 6. 8 Mushola

Gambar 6. 9 Kamar tidur

76
Gambar 6. 10 Tempat Jual Ikan

Gambar 6. 11 Tampak belakang

77
Gambar 6. 12 Storage dan Loker Kanan

Gambar 6. 13 Storage dan Loker Kiri

78
1.2. Layout Plan.

Gambar 6. 14 Tampak Atas

79
Gambar 6. 15 Layout Plan

80
BAB VII
PENUTUP

1.1. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisa dan peninjauan dari isi tulisan penulis tentang
Kawasan Central Nelayan di Negeri Amahai Maka dapat di simpulkan berikut :
1) Perancangan Kawasan Central Nelayan di Negeri Amahai ini sebagai pusat
kegiatan para nelayan.
2) Fasilitas yang tersedia mempermudah dan membuat para nelayan dan
masyarakat umum merasa nyaman dalam beraktivitas .
3) Pengelompokan ruang pada Kawasan Central Nelayan di Negeri Amahai
ini dibagi sesuai dengan kebutuan kegiatan nelayann yang telah di
tentukan.

1.2. Saran.

Walaupun perancang ini merupakan proyek studi tugas akhir, namun


Kawasan Central Nelayan di Negeri Amahai menjadi satu satunya kawasan
yang dapat menampung semua kegiatan para nelayan Negeri Amahai maupun
daerah sekitar seingga dapat meningkatkan kesejateraan hidup para nelayan di
sana. kemudian juga dapat menjadi tempat wisata baru bagi masyarakat
Amahai. Kiranya pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah atau pihak
swasta dapat melirik dan memfasilitasi pembangunan ”Kawasan Central
Nelayan di Negeri Amahai”

81
DAFTAR PUSTAKA
RUMAH SUSUN NELAYAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
EKOLOGIS DI MUARA ANGKE JAKARTA. Oleh Muhammad Bayu
Febrianto, Sumaryoto, Tri Joko Daryanto

PERANCANGAN HOTEL RESORT DI PANTAI LENGGOKSONO KABUPATEN


MALANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI. Oleh
FAULIA RIZQI ANGGRAENI

PERANCANGAN KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN


PENDEKATAN PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN. Oleh ATHI’U
IZZATILLAH TAZKIYATI

KONTRIBUSI SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN


MALUKU TENGAH
Oleh Meitha M. Kaihatu

PENATAAN KAMPUNG NELAYAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR


EKOLOGI DI KELURAHAN BAGAN DELI KOTA MEDAN. Oleh Hilma
Tamiami Fachrudin1, Fadila Rahmadani2

Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Ekologi Oleh FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MEDAN AREA

Ekologi: Pengertian, Konsep, Ruang Lingkup dan Manfaat Aditya Mardiastuti –


detikJabar

JENIS-JENIS BANGUNAN YANG MENGGUNANAKAN KONSEP


ARSITEKTUR EKOLOGI Oleh BBC NEWS INDONESIA

PERANCANGAN HOTEL RESORT DI PANTAI LENGGOKSONO


KABUPATEN MALANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
EKOLOGI Oleh FAULIA RIZQI ANGGRAENI

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGI PADA PERANCANGAN


KAWASAN WISATA AIR DANAU SUNTER DI JAKARTA. Oleh Syaid
Adi Putro1 , Ashadi, Luqmanul Hakim

PENATAAN KAMPUNG NELAYAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR


EKOLOGI DI KELURAHAN BAGAN DELI KOTA MEDAN. Oleh Hilma
Tamiami Fachrudin1, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara
PENGARUH PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP PENINGKATAN
EKONOMI DI DESA. Oleh NURBAYA
KONTRIBUSI SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN
82
MALUKU TENGAH
Oleh Meitha M. Kaihatu

JENIS-JENIS BANGUNAN YANG MENGGUNANAKAN KONSEP


ARSITEKTUR EKOLOGI Oleh BBC NEWS INDONESIA

PERANCANGAN HOTEL RESORT DI PANTAI LENGGOKSONO KABUPATEN


MALANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI. Oleh
FAULIA RIZQI ANGGRAENI

83

Anda mungkin juga menyukai