ACUAN
ACUAN
ACUAN
ISO/IEC ISO/IEC ISO/IEC ISO/IEC ISO/IEC
Directive Directive Directive Directive Directive
Part 2: Part 2: Part 2: Part 2: Part 2:
2004 2011 2016 2018 2021
2
untuk menjamin bahwa SNI yang dibuat oleh Komite
Teknis, disusun secara seragam, konsisten dan mudah
dimengerti oleh pengguna dengan memperhatikan
struktur dan format tampilan tanpa memengaruhi
substansi teknis SNI
3
Perubahan berdasarkan
ISO/IEC Directive Part 2
4
Isi Pedoman
A. PENGANTAR
C. KOMPONEN STANDAR
• Ruang lingkup
• Acuan Normatif
• Sampul depan
• Istilah dan Definisi • Judul
B. PRINSIP UMUM • Daftar isi
• Prakata
• Tujuan
• Pendahuluan
• Prinsip • Ruang lingkup
• Struktur • Acuan normative
• Bentuk verbal untuk menyatakan ketentuan • Istilah dan Definisi
• Lambang dan singkatan
• Bahasa
• Pengambilan contoh dan metode uji
• Angka, besaran, satuan dan nilai • Persyaratan
• Acuan • Klasifikasi, penunjukan dan pengkodean
• Persyaratan penampilan • Pengemasan dan pelabelan
• Lampiran
• Bibliografi
• Informasi perumus SNI
5
Isi Pedoman
E. KEBIJAKAN
D. SUBKOMPONEN STANDAR
• Hak paten
• Pasal, subpasal, dan paragraf • Penggunaan nama dagang
• Daftar • Lain-lain
• Catatan
• Contoh
• Catatan kaki teks
F. KERANGKA PEDOMAN
• Formula matematika
• Gambar • Lampiran
• Tabel
• Indeks
6
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
7
1. Ruang lingkup Pedoman
Sebagai aturan dan ketentuan dalam penulisan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
9
3. Istilah dan definisi
dalam Pedoman
Penambahan istilah dan definisi baru di revisi tahun 2020:
Standar Nasional Indonesia (SNI)
Standar yang ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Penilaian kesesuaian
Kegiatan untuk menilai bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi
persyaratan acuan
Program Nasional Perumusan Standar (PNPS)
Usulan rancangan SNI dari pemangku kepentingan yang akan dirumuskan secara
terencana, terpadu, dan sistematis
10
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
11
4. Tujuan
Tujuan diterbitkannya SNI adalah untuk menjabarkan ketentuan secara jelas dan tidak bermakna
ganda untuk memfasilitasi perdagangan dan komunikasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, SNI harus:
a. cukup lengkap dalam batas lingkup yang telah ditentukan;
CATATAN Jika sebuah dokumen memberikan persyaratan atau rekomendasi, dokumen ini
ditulis secara eksplisit, atau dibuat dengan mengacu pada dokumen lain (lihat 10.5).
b. konsisten, jelas, dan akurat;
c. sudah mempertimbangkan kemampuan teknologi yang telah dicapai pada waktu perumusan
standar;
d. memperhitungkan kondisi pasar saat ini;
e. menyediakan kerangka untuk pengembangan teknologi mendatang;
f. memperhatikan prinsip perumusan SNI, dan
g. dapat dipahami oleh pemangku kepentingan/pihak-pihak yang tidak ikut dalam perumusan SNI
tersebut.
12
B Prinsip Umum
5.6 Konsistensi standar
Konsistensi sebaiknya dipertahankan dalam setiap dokumen, dan dalam seri dokumen terkait.
struktur dokumen terkait dan penomoran pada pasal/subpasal, sejauh mungkin identik.
pemilihan kata yang identik sebaiknya digunakan untuk mengekspresikan ketentuan yang identik
terminologi yang sama sebaiknya digunakan dalam keseluruhan standar. penggunaan sinonim
sebaiknya dihindari.
Konsistensi sangat penting untuk membantu pengguna memahami standar ataupun seri standar
terkait.
Sebagai tambahan, aspek teknis tertentu harus dituliskan dengan memperhatikan ketentuan standar
umum yang relevan dari SNI atau yang dikeluarkan ISO/IEC. Dalam hal acuan SNI belum tersedia, maka
harus mengacu kepada standar internasional yang relevan.
Lampiran A Acuan Standar dasar
A.2 Acuan kerja untuk bahasa
• Glosarium Istilah Asing-Indonesia
• Kamus Besar Bahasa Indonesia
• Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
13
A.3 Terminologi yang dibakukan
SNI ISO Guide 99, Kosakata internasional metrologi – Konsep dasar dan umum serta istilah terkait
ISO/IEC Guide 2:2004, Standardization and related activities – General vocabulary.
SNI ISO/IEC 17000:2009, Penilaian kesesuaian – Kosakata dan prinsip umum
ISO 639 (all parts), Codes for the representation of names of languages
14
A.7 Acuan bibliografis
SNI ISO 690, Informasi dan dokumentasi – Panduan referensi dan sitasi bibliografis untuk
sumber daya informasi
A.8 Gambar teknik
A.9 Lambang grafis
A.10 Batasan dan kesesuaian
A.11 Angka pilihan
A.12 Panduan penyusunan standar
A.13 Panduan metodologi
15
6. Struktur
Unsur Wajib
Lama - Halaman sampul - Halaman sampul
Baru
- Prakata - Prakata
- Judul - Judul
- Ruang lingkup - Ruang lingkup
- Halaman dalam sampul - Acuan normativeb)
belakang - Istilah dan definisi b)
- Informasi perumus SNI
b) Pasal tetap
dicantumkan walaupun
tidak terdapat uraian
Struktur tetap yang terdiri dari pasal "Ruang lingkup", " Acuan normatif " dan "Istilah dan definisi"
diperlukan di semua dokumen untuk konsistensi, bahkan jika tidak terdapat "acuan normatif"
dan "istilah dan definisi" (lihat 18.2 dan 19.2).
16
7. Bentuk Verbal
No Bahasa Bahasa Ket
Indonesia Inggris
Ungkapan
1 Harus Shall persyaratan
2 Harus tidak Shall not
Ungkapan
3 Sebaiknya Should rekomendasi
4 Sebaiknya tidak Should not
Ungkapan
5 Boleh May membolehkan
17
7. Bentuk Verbal
Bentuk verbal untuk mengungkapkan persyaratan:
Untuk mengungkapkan instruksi langsung, misalnya mengacu pada langkah yang akan
diambil dalam suatu metode uji, gunakan bentuk imperatif.
CONTOH 1 Konektor harus sesuai dengan karakteristik kelistrikan sesuai dengan IEC
60603-7-1.
18
8. Bahasa
Jika diperlukan, SNI dapat diterbitkan dalam dua bahasa, bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
19
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
1. Tanda desimal
Tanda desimal harus berupa koma.
Jika suatu angka bernilai kurang dari satu dan ditulis dalam bentuk desimal, tanda desimal
didahului dengan nol.
CONTOH 1
0,0012345
2. Tanda titik
Jika suatu angka bernilai lebih dari satu dan terdiri atas lebih dari tiga digit (ribuan, ratusan ribu,
jutaan dan seterusnya) maka pembacaan ribuan, ratusan ribu, jutaan dan seterusnya harus
dipisahkan dengan tanda titik (“.”). Kecuali untuk angka empat digit yang menunjukkan tahun,
atau dinyatakan lain.
CONTOH 2
23.456 234.567 2.345.678
tetapi untuk tahun adalah 1998
20
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
3. Tanda kali
Tanda kali (×) lebih baik daripada tanda titik yang digunakan untuk menunjukkan
perkalian angka dan nilai numerik.
CONTOH 3
Benar: "1,8 × 103"
Salah: "1,8.103 atau 1,8 103"
CONTOH 4
Lakukan pengujian tersebut pada lima pipa, masing-masing 5 m.
Pilihlah 15 pipa untuk uji tekan.
21
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
5. Satuan yang diizinkan
SNI harus menggunakan:
Satuan SI (Sistem Internasional), seperti yang ditentukan dalam beberapa bagian pada SNI
ISO 80000 dan SNI IEC 80000;
Beberapa satuan tambahan yang digunakan dengan SI, yakni menit (min), jam (h), hari (d),
derajat (°), menit (′), detik (″), liter (l), ton (t), electronvolt (eV), dan satuan massa atom unified
(u), yang ditentukan pada SNI ISO 80000-1;
Satuan neper (Np) dan bel (B), yang ditentukan pada SNI ISO 80000-1 dan SNI ISO 80000-3,
dan oktaf yang ditentukan pada SNI ISO 80000-8;
Satuan baud (Bd), bit (bit), octet (o), byte (B), erlang (E), hartley (Hart), satuan dasar informasi
(nat) dan shannon (Sh), yang ditentukan pada SNI IEC 80000-13, dan var (var) yang ditentukan
pada SNI IEC 80000-6, yang digunakan dalam teknologi elektronik dan teknologi informasi.
CATATAN Dalam beberapa kasus, untuk konsistensi, dalam SNI hanya lambang “l” yang digunakan
untuk liter, meskipun lambang “L” juga bisa digunakan, lihat SNI ISO 80000-3.
Dst
22
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
6. Pencampuran lambang dan nama satuan
Jangan mencampurkan lambang dan nama satuan.
CONTOH 5
Benar: “kilometer per jam” dan “km/h”
Salah: “km per jam”, “kilometer/jam”, dan “km/jam”
7. Penulisan nilai numerik dengan lambang satuan
Gunakan nilai numerik yang ditulis dalam angka dengan lambang satuan
CONTOH 6
Benar: "5 m”
Salah: "lima m" dan "5 meter“
8. Spasi antara nilai numerik dan lambang satuan
Harus terdapat spasi yang tidak terpisah antara nilai numerik dan lambing satuan kecuali dalam hal lambang satuan
jenis superskrip (bentuk kecil yang ditulis di bagian atas) yang digunakan untuk sudut bidang sesuai dengan SNI ISO
80000-2. Bagaimanapun, derajat sebaiknya dibagi lagi secara desimal.
Penulisan angka dengan lambang satuan sebaiknya menggunakan spasi penggabung (fixed space) dengan cara
menekan tombol (ctrl+shift+space).
CONTOH 7
5 mm, 15 Ω, 37 km/h, 14 A, 115°, 27 °C, 25 K
23
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
9. Penggunaan tanda +, - dan ± sebagai operator monadik satu unsur
Tanda plus atau minus di depan angka (atau besaran), yang digunakan untuk menunjukkan "tanda yang
sama" atau "tanda yang berlawanan", adalah operator monadik (tanda yang mengandung satu bagian)
dan tidak boleh dipisahkan dari nomor dengan spasi.
CONTOH 8
Temperatur Celcius dari -7C hingga +5C.
Toleransi ±5 cm pada panjang bujur sangkar.
10. Penggunaan tanda +, -, ±, × , · , =, > dan < sebagai operator diadik atau untuk mengekspresikan
hubungan
Harus ada spasi di kedua sisi tanda untuk operator diadik (tanda yang mengandung dua bagian) seperti
+, - , ±, × dan (titik setengah tinggi), dan hubungan seperti =, <, >.
CONTOH 9
5 + 2; 5 – 3; n ± 1,6; D < 2 mm
24
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
11. Istilah singkat untuk satuan
Jangan gunakan istilah singkatan yang tidak standar untuk satuan
25
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
13. Penggunaan istilah singkat bahasa tertentu
Kapan pun dimungkinkan, istilah singkat bahasa tertentu seharusnya tidak digunakan. Saat istilah singkat
bahasa tertentu yang umum digunakan, seperti ppm, digunakan, artinya harus dijelaskan.
CONTOH 13
Benar: “fraksi massa adalah 4,2 x 10-6” atau “fraksi massa adalah 4,2 𝜇𝑔/𝑔”
Salah: "4,2 ppm”
27
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
19. Penggunaan kata“satuan”
Besaran yang menunjukkan perbandingan tidak boleh mengandung kata "satuan“ sebagai penyebut.
CONTOH 17
Benar: "massa per panjang" atau "lineic mass"
Salah: "massa per satuan panjang“
21. Penggunaan satuan saat menyatakan rentang, toleransi atau hubungan matematis
Saat menyatakan rentang, toleransi atau hubungan matematika pastikan bahwa penggunaan satuan tidak ambigu.
CONTOH 19
Benar: "10 mm sampai 12 mm" ; Salah: "10 to 12 mm" dan "10 – 12 mm"
Benar: "0 °C sampai 10 °C" : Salah: "0 to 10 °C" dan "0 – 10 °C"
28
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
22. Penambahan dan pengurangan nilai besaran
Dua atau lebih nilai besaran tidak dapat ditambahkan atau dikurangi, kecuali mereka semua merupakan besaran
yang sejenis (Contoh: diameter, keliling dan Panjang gelombang adalah besaran yang sejenis, yaitu "panjang").
Perhatikan bahwa nilai besaran yang memiliki satuan yang sama mungkin milik besaran dari jenis yang berbeda
(misalnya "aksi" dan "momentum sudut" memiliki unit SI J s, tetapi tidak dari jenis yang sama dan dengan
demikian tidak dapat ditambahkan atau dikurangi).
29
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
24. Lambang untuk menyatakan logaritma
Tidak diperbolehkan menulis “log” di rumus matematika jika basisnya perlu ditentukan. Tulislah dengan "lg", "ln",
"lb" atau "loga”
Gunakan tanda baca dan lambang matematika yang direkomendasikan di SNI ISO 80000-2, sebagai contoh
"tan" dan bukan "tg".
30
10 Acuan
10.5 Acuan pada dokumen lain
Hanya acuan yang dikutip dalam dokumen, yang sebagian atau seluruh isinya merupakan
persyaratan dokumen, harus dicantumkan dalam pasal acuan normatif.
CONTOH 1
Konektor harus sesuai dengan karakteristik listrik yang ditentukan oleh SNI IEC 60603-7-1.
Bahan baku harus mempunyai karakteristik kesegaran sesuai dengan penilaian sensori di SNI
2729.
Dalam hal kutipan tidak menyatakan persyaratan, dokumen yang dikutip adalah bukan acuan
normatif, tetapi dokumen tersebut harus dicantumkan dalam Bibliografi.
Acuan bertanggal tidak boleh menggunakan dokumen standar yang sudah diabolisi. Apabila
diperlukan, maka substansi dari standar yang sudah diabolisi dapat ditulis di dalam batang
tubuh SNI atau lampiran normatif.
31
11 Persyaratan penampilan
-Tampilan satu -Tampilan satu halaman Perubahan margin kiri
Margin
Lama
Baru
halaman monolingual kanan
32
Persyaratan Penampilan
- Pada unsur badan standar, nomor halaman ditulis dengan angka Arab (posisi tengah
pada bagian footer 1,3 cm) mulai dari angka 1, diikuti jumlah halaman keseluruhan
standar, dengan jenis huruf Arial 10 – bold.
CONTOH 1 dari 15; 2 dari 15; dan seterusnya.
Nomor halaman berada di dalam footer 1,3 cm dengan format “# dari xx”
(jenis huruf: Arial, 10, Bold) sesuai dengan urutan nomor halaman.
Disarankan penomoran halaman diatur dengan format penulisan nomor (#) yang
akan berlaku otomatis sesuai urutan halamannya.
33
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
34
12 Sampul depan
12.1 Umum
Penulisan judul SNI pada halaman sampul depan menyesuaikan jenis SNI yang disusun
SNI amendemen
• Judul ditulis sesuai dengan ketentuan pada 11.2.5.
SNI ralat
• Judul ditulis sesuai dengan ketentuan pada 11.2.6.
35
Halaman isi – Page setup
LOGO BSN
37
Persyaratan Penampilan
Pengembangan sendiri Adopsi IDT Terjemahan 1 bahasa Adopsi IDT republication reprint
Arial Bold 12
Arial Bold 12
38
Persyaratan Penampilan
39
Sampul depan
7 cm
1.5 cm
Arial bold 11
Judul harus singkat dan jelas, menggambarkan subjek yang tercakup dalam isi dokumen.
Penjelasan secara rinci dapat dicantumkan di dalam ruang lingkup. Struktur judul disusun
dengan urutan sebagai berikut:
Unsur pengantar – unsur wajib – unsur tambahan.
CONTOH
Benar : Mesin pengangkat – Jenis sangkutan garpu pengungkit – Kosa kata
Tidak benar : – Jenis sangkutan garpu pengungkit – Kosa kata
42
Contoh Judul
• Sistem manajemen keamanan pangan – Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan (ISO 22000:2018, IDT)
Adopsi Identik
• SNI 8215-1:2015 Cara uji migrasi total dari kemasan pangan - Bagian 1 : Kemasan kertas dan karton
Pengembangan • SNI 8215-2:2017 Cara uji migrasi total dari kemasan pangan - Bagian 2 : Kemasan plastik
sendiri (seri)
• Mikrobiologi bahan pangan dan pakan - Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Listeria monocytogenes
Republikasi - Bagian 2: Metode enumerasi (ISO 11290-2:1998 dan Amd 1:2004, IDT Eng)
Reprint
43
14 Daftar isi
Daftar isi berisi judul pasal, lampiran, bibliografi, indeks, dan judul-judul tabel maupun
gambar.
Jika dianggap perlu, daftar isi dapat ditambahkan dengan subpasal dengan judulnya.
CATATAN:
1. Jika jumlah halaman dalam dokumen kurang dari 10 halaman, maka daftar isi bersifat
opsional.
2. Jika jumlah halaman SNI banyak dan memerlukan daftar isi melebihi dari pasal dan
subpasal maka hanya dibatasi sampai dengan tiga tingkat.
SNI yang dipublikasikan dalam dua bahasa (bilingual) hanya memuat daftar isi dalam bahasa
Indonesia.
44
Penulisan Daftar isi
Arial 12
Pilih:
Home Style New style
Klik Ok
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (3)
Kemudian sorot seluruh Judul halaman, judul pasal dan judul subpasal dengan
membuat direktori baru sebagai new style.
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (4)
Meskipun dokumen standar yang dipublikasikan yang dalam proses penyiapannya tidak ditemukan
adanya hak paten, tetap harus ada pemberitahuan dalam prakata.
53
Prakata (lanjutan)
Arial 11
54
Prakata (lanjutan)
Pendahuluan menguraikan informasi khusus atau uraian tentang isi teknis standar dan alasan atau latar belakang
penyusunan standar tersebut. Pendahuluan tidak berisi persyaratan.
Jika dalam SNI terdapat hak paten, maka dalam pendahuluan harus menuliskan penjelasan tentang hal tersebut.
Pasal yang terdapat dalam Pendahuluan tidak diberi nomor, kecuali diperlukan untuk membuat penomoran
subpasal. Dalam hal ini diberi nomor 0 dengan subpasalnya mendapat 0.1, 0.2, dan seterusnya.
Jika di dalam pendahuluan terdapat informasi dalam bentuk tabel atau gambar maka cara penyajiannya harus
diberikan nomor urut sesuai urutannya.
Ketentuan penulisan
Nomor halaman “Pendahuluan” ditulis pada bagian footer 1,3 cm dengan posisi berada di tengah-tengah,
menggunakan jenis huruf: Arial, 10, Bold, angka romawi kecil : “i”, sesuai dengan urutan nomor halaman.
diletakkan pada halaman setelah halaman Prakata.
56
17 Ruang Lingkup
Ruang lingkup menguraikan informasi tentang subjek dari substansi
standar yang menjadi bagian utama dari kegunaan standar dan
lingkup/batasan cakupan standar, serta unsur pengecualian dan hal
penting lain yang harus diperhatikan, jika ada.
57
17 Ruang Lingkup (lanjutan)
Susunan kata pada ruang lingkup ini harus dibuat dalam bentuk
urutan pernyataan fakta, sebagai berikut:
“Standar ini
dimensi tentang ...............”
-- menetapkan metode untuk ...................”
persyaratan dari ..............”
83
18 Acuan normatif
• Uraian acuan normatif, harus dicantumkan sebagai Pasal 2 dari dokumen.
Ketentuan penulisan
Jika terdapat lebih dari satu acuan normatif yang berbeda status edisinya, maka pada awal
paragraf ditambahkan dengan kalimat berikut:
“Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen Standar ini. Untuk acuan
bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, berlaku
edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (termasuk seluruh perubahan/ amendemennya).”
CATATAN Jika acuan normatifnya adalah standar ISO yang sudah diadopsi, maka
penulisannya tetap dengan ISO XXXX:20xx, bukan SNI ISO XXXX:20XX.
Jika tidak terdapat acuan normatif di dalam dokumen, harus ditambahkan kalimat berikut di
dalam pasal acuan normatif:
• “Tidak ada.”
59
18 Acuan normatif
a) mempunyai keberterimaan luas, dan tersedia publikasinya secara umum;
b) Komite Teknis dan/atau BSN memiliki dokumen normatif yang resmi (copyright);
c) penyusun atau penerbit (jika diketahui) juga bersedia menginformasikan kepada Komite
Teknis atau BSN jika terjadi revisi dokumen teknis terkait.
CATATAN Jika acuan normatifnya adalah standar ISO yang sudah diadopsi, maka penulisannya
tetap dengan ISO XXXX:20xx, bukan SNI ISO XXXX:20XX.
60
18 Acuan normatif
Urutan penulisan acuan normatif sebaiknya diawali dari SNI, baru kemudian diikuti standar acuan
lain dan disusun berdasarkan nomor unik standar dari yang terkecil, dan kemudian dimenurut
alfabetis ikuti dengan tahun publikasi standar acuan.
Untuk acuan normatif yang bertanggal, harus digunakan edisi yang masih berlaku.
Untuk acuan normatif yang tidak bertanggal Komite Teknis harus memastikan penggunaan
dokumen tersebut dalam SNI lain.
CONTOH
61
19 Istilah dan definisi
Istilah dan definisi harus dicantumkan sebagai Pasal 3 dari standar, dan hanya muncul satu kali di
dalam dokumen.
Jika tidak terdapat istilah dan definisi di dalam dokumen standar, harus ditambahkan kalimat
berikut di dalam pasal istilah dan definisi:
“Tidak ada.”
Uraian definisi hanya terdiri dari satu kalimat. Apabila terdapat keterangan tambahan maka
dimasukkan ke dalam catatan.
CATATAN Istilah dan definisi dapat disusun dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Sesuai urutan alfabetis (lihat CONTOH 1), atau
2. dituliskan sesuai urutan proses (lihat CONTOH 2).
Jika terdapat istilah yang sama dengan lebih dari satu definisi berbeda dan istilah tersebut
digunakan dalam suatu standar, maka perlu dipisah penulisan untuk masing-masing istilah dan
definisi tersebut, serta diberikan penanda sebelum penulisan definisi (lihat CONTOH 3).
62
19 Istilah dan definisi
Untuk penulisan istilah dan definisi harus diikuti sumbernya, yang dituliskan di dalam kurung pada akhir
kalimat, kecuali istilah dan definisi yang dihasilkan dari konsensus.
Unsur ini menguraikan definisi seperlunya untuk memberikan pemahaman tentang istilah tertentu yang
digunakan dalam standar.
Kalimat pendahuluan berikut harus digunakan apabila terdapat istilah dan definisi tertulis dalam dokumen
tersebut:
“Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini berlaku.”
CONTOH
3.1
ekolabel
pernyataan yang menunjukkan aspek lingkungan dalam suatu produk
3.1 mikroorganisme
makhluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop, misalnya bakteri, khamir, kapang, ameba
63
20 Lambang dan singkatan
Pengejaan nama suatu organisasi dan singkatannya harus seperti yang digunakan oleh
organisasi yang bersangkutan.
Jika standar tidak menyertakan daftar singkatan, maka pada saat pertama kali singkatan
tersebut muncul, istilah kepanjangannya harus jelas tertulis mendahului singkatan tersebut.
Jika ada istilah atau singkatan asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
disarankan untuk disertai dengan istilah aslinya yang harus ditulis dengan huruf miring (italic).
CONTOH 2 Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK), dimaksudkan jika telah ada singkatan bahasa
Indonesia dan tidak menduplikasi singkatan yang telah ada.
64
Simbol dan Singkatan
Huruf tanpa indeks diikuti huruf dengan indeks dan huruf dengan indeks
huruf mendahului huruf dengan indeks angka (B, b, C, Cm, C2, c, d, dext,
dint, d1 dan seterusnya
65
21 Pengambilan contoh dan
metode uji
Pengambilan contoh dalam SNI digunakan untuk menjamin mutu dalam proses produksi
dan/atau uji rutin keperluan Quality control.
66
21 Pengambilan contoh dan metode uji
95
21 Pengambilan contoh dan metode uji (lanjutan)
95
21 Pengambilan contoh dan metode uji (lanjutan)
95
22 Persyaratan
Persyaratan dapat berisi lebih dari satu kategori, tipe, kelas, atau tingkat jika diperlukan dan sebaiknya
diidentifikasi.
70
23 Klasifikasi, penunjukan
dan pengkodean
• Unsur ini merupakan unsur opsional yang menentukan suatu sistem klasifikasi,
• Penunjukan dan/atau pengkodean produk, proses atau jasa yang sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
71
24 Pengemasan dan pelabelan
Pelabelan dan pengemasan merupakan unsur opsional. Unsur ini menetapkan penandaan suatu produk, misalnya
merek dagang dari/atau pemasok awal (vendor), nomor model atau jenis.
Penulisan uraian pengemasan dan pelabelan dicantumkan pada bagian batang tubuh pasal yang relevan dari
standar dengan huruf Arial 11.
Pengemasan
CONTOH 1 Pengemasan pada produk Furnitur – Meja kantor:
Meja kantor dikemas dengan menggunakan kertas atau bahan lain yang tidak merusak struktur dan permukaan meja
serta aman saat pengangkutan.
Pelabelan
CONTOH 2 Pelabelan pada produk meja dan handuk:
Label pada meja minimal mencantumkan:
- Buatan negara produsen
- Nama barang
- Kode produksi
- Nama perusahaan
- Merek dagang
Unsur ini merupakan unsur opsional yang digunakan untuk menyediakan informasi tambahan
dari isi standar dan dikembangkan untuk beberapa alasan, contohnya:
- ketika informasi atau tabel yang ditampilkan pada isi standar sangat panjang dan
termasuk dalam bagian utama dokumen akan menyulitkan pengguna membaca isi
standar;
- untuk menghimpun bagian informasi yang khusus (misalnya perangkat lunak, contoh
formulir, hasil dari pengujian antar laboratorium, metode uji alternatif, tabel, daftar, data);
- untuk menyajikan informasi mengenai aplikasi dokumen tertentu.
73
Setiap lampiran harus dirujuk dalam teks secara jelas dan dicantumkan dalam daftar isi.
CONTOH 2
• “Lampiran B memberikan informasi lebih lanjut …”;
• “Gunakan metode yang dijelaskan dalam Lampiran C.”;
• “Lihat Gambar A.6.”;
• “Lihat Tabel A.2.”;
• “Pasal A.2 menjelaskan …”;
• “…seperti yang ditentukan dalam C.2.5.”.
Setiap lampiran harus ditunjukkan dengan memakai kata “Lampiran” diikuti dengan
penomoran lampiran menggunakan huruf kapital mulai dari huruf “A” dan ditulis secara
berurutan setelahnya, kemudian ditambahkan penjelasan bersifat “(normatif)” atau
“(informatif)” dan diikuti dengan judul masing-masing pada baris terpisah.
Lampiran dapat terbagi menjadi beberapa pasal, subpasal, paragraf, dan daftar.
74
Lampiran (lanjutan)
Arial ukuran 12
(kapital – menggunakan huruf awal A
3 spasi
26 Bibliografi
Bibliografi tidak berisi persyaratan, perizinan, dan rekomendasi.
Bibliografi, jika ada, ditulis sesudah lampiran. Dokumen yang diacu dan sumber informasi dapat
dicantumkan bertanggal atau tidak bertanggal
(lihat 10.5).
Bibliografi berupa standar disusun berdasarkan nomor unik standar dari yang terkecil dan
kemudian diikuti dengan tahun publikasi Bibliografi.
Urutan penulisan bibliografi sebaiknya diawali dari SNI, kemudian diikuti standar dan publikasi
lain menurut alfabetis.
Penulisan bibliografi selain standar, menggunakan acuan SNI ISO 690 sesuai dengan asal sumber
bibliografi.
76
26 Bibliografi
Prinsip dasar penulisan referensi dalam bibliografi adalah sebagai berikut:
a. Informasi yang dicakup dalam referensi sebaiknya memadai untuk mengenali bahan yang
disitat dengan jelas.
b. Penulis referensi sebaiknya menentukan tataran spesifisitas yang sesuai untuk referensi
yang dibuat (misal ke dokumen secara keseluruhan atau ke bagian spesifik sebuah
dokumen) berdasarkan tujuan penyitatan dan penggunaan dari materi yang disitat.
c. Data yang disertakan dalam referensi sebaiknya, bilamana mungkin, diambil dari sumber
daya informasi yang disitat.
d. Data yang dicatat dalam referensi sebaiknya mencerminkan salinan atau contoh spesifik
dokumen yang digunakan. Untuk dokumen daring (online) yang dapat berubah; data
referensi mencakup lokasi jaringan dari versi yang digunakan serta tanggal dokumen
tersebut diakses.
e. Gaya, format, dan skema tanda baca yang seragam harus digunakan untuk semua referensi
dalam sebuah dokumen tanpa memandang panduan gaya tertentu yang digunakan.
Lihat CONTOH
77
Uraian
Bibliografi
Merupakan daftar
Informasi daring
dokumen yang digunakan
sebagai sumber informasi Untuk penggunaan dokumen yang
dan dikutip dalam dikutip secara daring, informasi yang
penyusunan rancangan lengkap untuk mengidentifikasi dan
standar. harus tidak berisi lokasi sumber yang dikutip harus
persyaratan, perizinan dan diberikan. Disarankan sumber utama
rekomendasi. yang dikutip sebaiknya dicantumkan,
agar menjamin ketertelusuran
informasi. Selain itu, sumber acuan
sejauh memungkinkan, sebaiknya
masih valid selama masih berlakunya
dokumen.
Penulisan
Ditulis sesudah Penulisan
lampiran. Dokumen Urutan penulisan bibliografi sebaiknya diawali dari SNI,
yang diacu dan kemudian diikuti standar dan publikasi lain menurut
sumber informasi alfabetis. Bibliografi berupa standar disusun
dapat dicantumkan berdasarkan nomor unik standar dari yang terkecil dan
bertanggal atau tidak kemudian diikuti dengan tahun publikasi Bibliografi.
bertanggal. Penulisan bibliografi selain standar, menggunakan acuan
SNI ISO 690 sesuai dengan asal sumber bibliografi.
27 Informasi perumus SNI
Informasi perumus SNI meliputi nama dan keanggotaan Komtek yang berlaku pada saat rapat
konsensus, konseptor RSNI, dan sekretariat Komtek.
Semua informasi perumus SNI disajikan di halaman sampul belakang bagian dalam, tanpa
diberikan penomoran halaman.
79
Informasi pendukung terkait perumus standar
Ketentuan Penulisan:
Semua informasi perumus SNI disajikan di halaman sampul belakang tanpa diberikan nomor
halaman.
Arial bold ukuran 11
Penulisan judul “Informasi perumus SNI” dengan huruf Arial 12 bold dan berada pada posisi
Arial ukuran 11
Arial bold ukuran 11 tengah dari baris yang bersangkutan.
Uraian semua informasi perumus SNI ditulis dengan huruf Arial 11, tiga spasi baris ke bawah
dari judul, lalu disajikan dengan urutan:
Arial ukuran 11 1. “Komite Teknis Perumusan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold sedangkan uraian nama
Komite Teknis ditulis dengan huruf Arial 11;
2. “Susunan keanggotaan Komite Teknis Perumusan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold
sedangkan uraian Ketua, Wakil Ketua (jika ada), Sekretaris, dan Anggota ditulis dengan
Arial bold ukuran 11
huruf Arial 11,
Arial ukuran 11
3. “Konseptor Rancangan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold sedangkan uraiannya ditulis
Arial bold ukuran 11 dengan huruf Arial 11. Konseptor RSNI dapat berupa gugus kerja atau perorangan. Dalam
Arial ukuran 11 hal konseptor RSNI merupakan gugus kerja, informasi dapat diberikan dalam bentuk nama
gugus kerja atau diuraikan susunan nama anggotanya tanpa nama instansi.
4. “Sekretariat pengelola Komite Teknis Perumusan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold
sedangkan uraiannya ditulis dengan huruf Arial 11.
110
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
81
28 Pasal dan Subpasal
Pasal
Pasal merupakan komponen dasar dalam pembagian isi standar. Setiap pasal harus mempunyai nomor
dan judul. Pasal dalam setiap standar atau bagian dari standar harus ditulis dengan angka Arab, dimulai
dengan 1 untuk pasal “Ruang lingkup”.
Nomor dan judul pasal ditulis dengan huruf Arial 11, dicetak tebal (bold) tanpa diakhiri tanda baca titik
(.). Judul pasal ditulis dengan jarak empat ketukan ke kanan setelah nomor pasal.
Uraian isi pasal ditulis pada baris berikutnya dengan jarak satu spasi dari judul pasal dan menggunakan
jenis huruf Arial 11.
Penulisan antara pasal dengan pasal lainnya diberi jarak dua spasi.
82
28 Pasal dan Subpasal
Dalam hal subpasal tidak memiliki judul, nomor subpasal ditulis dengan huruf Arial 11 bold.
CONTOH
5 Xxxxxxx
5.1 Xxxxxxxx……... (subpasal tanpa judul)
5.2 Xxxxxxxx
Uraian isi subpasal berjudul ditulis pada baris berikutnya dengan jarak satu spasi dari judul subpasal dan
menggunakan huruf Arial 11. Untuk uraian isi subpasal tidak berjudul ditulis dengan jarak empat ketukan ke
kanan setelah nomor subpasal.
CONTOH
4 Xxxxxxx
4.1 Xxxxxxxx……... (subpasal dengan judul)
Xxxxxxxxxxxx
4.2 Xxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxx
Subpasal diberi nomor mengikuti nomor pasalnya. Subpasal pertama (misalnya, 5.1.1, 5.1.2 dst). Proses
pembagian ini maksimum sampai lima tingkat ke bawah (misalnya, 5.1.1.1.1.1, 5.1.1.1.1.2, dan seterusnya).
83
29 Daftar
• Tiap uraian dalam daftar dapat didahului dengan tanda ‘strip’ (-), ‘poin’ ( ),
abjad (a, b, c, dst.), atau angka Arab (1, 2, 3, dst.) kemudian diikuti empat
ketukan ke kanan. Kata pertama pada uraian dapat diawali dengan huruf kecil
ataupun huruf kapital.
• Suatu daftar dapat didahului dengan kalimat pengantar
30 Catatan
Catatan yang terintegrasi dalam teks standar hanya digunakan untuk memberikan
informasi tambahan. Informasi tersebut dimaksudkan untuk membantu memahami atau
menggunakan standar dan tidak memuat persyaratan yang perlu dipenuhi untuk
mengklaim kesesuaian suatu standar.
Catatan sebaiknya dicantumkan pada bagian akhir sesuai dengan pasal atau subpasal
atau paragraf yang dirujuk.
Catatan dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata “CATATAN” ditulis dengan jenis huruf
Arial 10, tebal (bold). Uraian catatan ditulis pada jarak empat spasi ke kanan dari kata
CATATAN ditulis dengan jenis huruf Arial 10 (dimulai dengan huruf kapital diakhir tanda titik).
85
31 Contoh
Contoh yang terintegrasi dalam teks standar hanya digunakan untuk memberikan informasi tambahan.
Informasi tersebut dimaksudkan untuk membantu memahami atau menggunakan standar dan tidak
memuat persyaratan yang perlu dipenuhi untuk mengklaim kesesuaian suatu standar.
Contoh sebaiknya dicantumkan pada bagian akhir sesuai dengan pasal atau subpasal atau paragraf
yang dirujuk.
Contoh dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata “CONTOH” ditulis dengan jenis huruf Arial 10,
tebal (bold). Uraian contoh ditulis pada jarak empat spasi ke kanan dari kata CONTOH ditulis dengan
jenis huruf Arial 10
86
32 Catatan kaki
Catatan kaki teks dapat digunakan jika dianggap perlu, dimaksudkan untuk
menguraikan informasi tambahan dan penggunaannya harus seminimal mungkin
serta tidak berisi persyaratan.
Catatan kaki teks dituliskan dengan jenis huruf Arial 10 dengan diawali angka Arab, dimulai
dengan angka 1 yang diikuti dengan tanda kurung tutup. Nomor catatan kaki teks berurutan
sepanjang dokumen. Misalnya: 1), 2), 3), dan seterusnya dengan bentuk kecil yang ditulis di atas
(superscript).
Catatan kaki harus dirujuk dalam teks dengan menyisipkan angka yang sama dengan bentuk
kecil yang ditulis di atas (superscript) sesudah kata atau kalimat yang dimaksud. Misalnya: 1), 2), 3)
dan seterusnya.
87
33 Formula matematika
Penulisan rumus matematis dimulai dari posisi tengah dan diberi nomor . Penjelasan yang berkaitan dengan arti
lambang persamaan dicantumkan pada baris berikutnya di bawah persamaan tersebut, didahului kata ”Keterangan”
diikuti tanda titik dua (:) dan uraiannya ditulis pada baris berikutnya dari tepi kiri
CONTOH
Arial bold 10
Arial 10
Penomoran rumus diletakkan di ujung paling kanan pada baris rumus yang dirujuk dan menggunakan angka Arab dalam
tanda kurung dimulai dengan angka 1.
88
34 Gambar
Gambar harus berbentuk gambar teknik.
Foto hanya dapat digunakan apabila tidak Gambar teknik
mungkin mengubahnya menjadi gambar
teknik.
89
35 Tabel
Tabel sebaiknya digunakan, jika hal tersebut merupakan cara yang paling efisien untuk menyajikan
informasi. Pada dasarnya tabel dicantumkan dalam batang tubuh standar mengikuti narasinya
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
92
37 Hak paten
Untuk sesuatu yang dipatenkan, aturan berikut ini harus diikuti:
Dokumen standar yang dalam proses penyiapannya ditemukan adanya hak paten, harus ada
pemberitahuan berikut ini dalam prakata:
“Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat berupa hak
paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau
seluruh hak paten yang ada.”
93
38 Nama dagang
Nama produk yang tepat harus disebutkan dengan jelas tanpa menyebutkan merek
dagang produk. Kepemilikan nama produk (misalnya, merek dagang) untuk produk
tertentu sejauh mungkin dihindari meskipun hal ini sudah menjadi kebiasaan. Kecuali,
jika nama dagangnya tidak dapat dihindari, maka nama aslinya harus disebutkan.
Misalnya, merek dagang dengan lambang TM untuk merek dagang yang sudah terdaftar.
94
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
95
Lampiran N
(informatif)
Kerangka Pedoman Penulisan Standar
Nasional Indonesia
96
97