Anda di halaman 1dari 97

Pedoman Penulisan SNI

Badan Standardisasi Nasional


2023
Pedoman Penulisan SNI
PSN 08/ Perka BSN Revisi Revisi
2007 No.4/2016 Pedoman Pedoman
ACUAN

ACUAN

ACUAN

ACUAN
ISO/IEC ISO/IEC ISO/IEC ISO/IEC ISO/IEC
Directive Directive Directive Directive Directive
Part 2: Part 2: Part 2: Part 2: Part 2:
2004 2011 2016 2018 2021

ISO/IEC Directives Part 2


Principles to structure and draft documents intended to
become International Standards, Technical Specifications
or Publicly Available Specifications.
2
Latar belakang Revisi Pedoman
• Penyesuaian terhadap ISO/IEC Directive Part 2:2016

1 dan dimutakhirkan dengan ISO/IEC Directive Part


2:2018, Principles and rules for the structure and
drafting of ISO and IEC

• Perubahan editorial dan substansial dari Perka BSN


No. 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penulisan SNI

2
untuk menjamin bahwa SNI yang dibuat oleh Komite
Teknis, disusun secara seragam, konsisten dan mudah
dimengerti oleh pengguna dengan memperhatikan
struktur dan format tampilan tanpa memengaruhi
substansi teknis SNI

3
Perubahan berdasarkan
ISO/IEC Directive Part 2

 ISO / IEC Directive, Part 2 edisi 2016, secara menyeluruh


menyusun ulang dan merestrukturisasi teks edisi 2011.

 Perubahan pada ISO / IEC Directive, Part 2 edisi 2018


merupakan klarifikasi sederhana dari teks baru tersebut.

4
Isi Pedoman
A. PENGANTAR
C. KOMPONEN STANDAR
• Ruang lingkup
• Acuan Normatif
• Sampul depan
• Istilah dan Definisi • Judul
B. PRINSIP UMUM • Daftar isi
• Prakata
• Tujuan
• Pendahuluan
• Prinsip • Ruang lingkup
• Struktur • Acuan normative
• Bentuk verbal untuk menyatakan ketentuan • Istilah dan Definisi
• Lambang dan singkatan
• Bahasa
• Pengambilan contoh dan metode uji
• Angka, besaran, satuan dan nilai • Persyaratan
• Acuan • Klasifikasi, penunjukan dan pengkodean
• Persyaratan penampilan • Pengemasan dan pelabelan
• Lampiran
• Bibliografi
• Informasi perumus SNI
5
Isi Pedoman
E. KEBIJAKAN
D. SUBKOMPONEN STANDAR
• Hak paten
• Pasal, subpasal, dan paragraf • Penggunaan nama dagang
• Daftar • Lain-lain
• Catatan
• Contoh
• Catatan kaki teks
F. KERANGKA PEDOMAN
• Formula matematika
• Gambar • Lampiran
• Tabel
• Indeks

6
Bagian Pedoman
A. Pengantar

B. Prinsip Umum

C. Komponen Standar

D. Subkomponen Standar

E. Kebijakan

F. Kerangka Pedoman
7
1. Ruang lingkup Pedoman
 Sebagai aturan dan ketentuan dalam penulisan
Standar Nasional Indonesia (SNI).

 Digunakan sebagai acuan dan panduan bagi


Komite Teknis Perumusan SNI (selanjutnya
disingkat Komtek), Tenaga Pengendali Mutu SNI
(TPMS), konseptor dan editor perumusan SNI, serta
BSN.c
8
2. Acuan normatif Pedoman

 Pedoman Pengembangan Standar Nasional


Indonesia

 Pedoman Adopsi Standar dan Publikasi


Internasional menjadi Standar Nasional

9
3. Istilah dan definisi
dalam Pedoman
Penambahan istilah dan definisi baru di revisi tahun 2020:
 Standar Nasional Indonesia (SNI)
Standar yang ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
 Penilaian kesesuaian
Kegiatan untuk menilai bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi
persyaratan acuan
 Program Nasional Perumusan Standar (PNPS)
Usulan rancangan SNI dari pemangku kepentingan yang akan dirumuskan secara
terencana, terpadu, dan sistematis

10
Bagian Pedoman
A. Pengantar

B. Prinsip Umum

C. Komponen Standar

D. Subkomponen Standar

E. Kebijakan

F. Kerangka Pedoman
11
4. Tujuan
Tujuan diterbitkannya SNI adalah untuk menjabarkan ketentuan secara jelas dan tidak bermakna
ganda untuk memfasilitasi perdagangan dan komunikasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, SNI harus:
a. cukup lengkap dalam batas lingkup yang telah ditentukan;
CATATAN Jika sebuah dokumen memberikan persyaratan atau rekomendasi, dokumen ini
ditulis secara eksplisit, atau dibuat dengan mengacu pada dokumen lain (lihat 10.5).
b. konsisten, jelas, dan akurat;
c. sudah mempertimbangkan kemampuan teknologi yang telah dicapai pada waktu perumusan
standar;
d. memperhitungkan kondisi pasar saat ini;
e. menyediakan kerangka untuk pengembangan teknologi mendatang;
f. memperhatikan prinsip perumusan SNI, dan
g. dapat dipahami oleh pemangku kepentingan/pihak-pihak yang tidak ikut dalam perumusan SNI
tersebut.
12
B Prinsip Umum
5.6 Konsistensi standar
Konsistensi sebaiknya dipertahankan dalam setiap dokumen, dan dalam seri dokumen terkait.
 struktur dokumen terkait dan penomoran pada pasal/subpasal, sejauh mungkin identik.
 pemilihan kata yang identik sebaiknya digunakan untuk mengekspresikan ketentuan yang identik
 terminologi yang sama sebaiknya digunakan dalam keseluruhan standar. penggunaan sinonim
sebaiknya dihindari.
 Konsistensi sangat penting untuk membantu pengguna memahami standar ataupun seri standar
terkait.
Sebagai tambahan, aspek teknis tertentu harus dituliskan dengan memperhatikan ketentuan standar
umum yang relevan dari SNI atau yang dikeluarkan ISO/IEC. Dalam hal acuan SNI belum tersedia, maka
harus mengacu kepada standar internasional yang relevan.
Lampiran A Acuan Standar dasar
A.2 Acuan kerja untuk bahasa
• Glosarium Istilah Asing-Indonesia
• Kamus Besar Bahasa Indonesia
• Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
13
A.3 Terminologi yang dibakukan

SNI ISO Guide 99, Kosakata internasional metrologi – Konsep dasar dan umum serta istilah terkait
ISO/IEC Guide 2:2004, Standardization and related activities – General vocabulary.
SNI ISO/IEC 17000:2009, Penilaian kesesuaian – Kosakata dan prinsip umum
ISO 639 (all parts), Codes for the representation of names of languages

A.5 Besaran, satuan dan lambangnya

SNI 19-1939, Faktor-faktor konversi


SNI 19-1947, Satuan metrik yang digunakan dalam penyediaan air, tata saluran riol dan drainase
(termasuk pemompaan)
SNI 19-3521, Besaran dan satuan periode dan fenomena yang berhubungan
SNI ISO 80000-1, Besaran dan satuan – (Bagian 1 s/d Bagian 13) – upadate

14
A.7 Acuan bibliografis
SNI ISO 690, Informasi dan dokumentasi – Panduan referensi dan sitasi bibliografis untuk
sumber daya informasi
A.8 Gambar teknik
A.9 Lambang grafis
A.10 Batasan dan kesesuaian
A.11 Angka pilihan
A.12 Panduan penyusunan standar
A.13 Panduan metodologi

15
6. Struktur
Unsur Wajib
Lama - Halaman sampul - Halaman sampul

Baru
- Prakata - Prakata
- Judul - Judul
- Ruang lingkup - Ruang lingkup
- Halaman dalam sampul - Acuan normativeb)
belakang - Istilah dan definisi b)
- Informasi perumus SNI
b) Pasal tetap
dicantumkan walaupun
tidak terdapat uraian

Struktur tetap yang terdiri dari pasal "Ruang lingkup", " Acuan normatif " dan "Istilah dan definisi"
diperlukan di semua dokumen untuk konsistensi, bahkan jika tidak terdapat "acuan normatif"
dan "istilah dan definisi" (lihat 18.2 dan 19.2).

16
7. Bentuk Verbal
No Bahasa Bahasa Ket
Indonesia Inggris
Ungkapan
1 Harus Shall persyaratan
2 Harus tidak Shall not
Ungkapan
3 Sebaiknya Should rekomendasi
4 Sebaiknya tidak Should not
Ungkapan
5 Boleh May membolehkan

6 Tidak perlu May not


Ungkapan
7 Dapat Can kemungkinan dan
8 Tidak dapat Can not kemampuan

17
7. Bentuk Verbal
Bentuk verbal untuk mengungkapkan persyaratan:

Untuk mengungkapkan instruksi langsung, misalnya mengacu pada langkah yang akan
diambil dalam suatu metode uji, gunakan bentuk imperatif.
CONTOH 1 Konektor harus sesuai dengan karakteristik kelistrikan sesuai dengan IEC
60603-7-1.

Kalimat perintah biasanya digunakan untuk mengungkapkan persyaratan dalam


prosedur atau metode uji.
CONTOH 2 Hidupkan perekam.

18
8. Bahasa
Jika diperlukan, SNI dapat diterbitkan dalam dua bahasa, bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.

Khusus untuk SNI yang disusun dengan metode adopsi


republication-reprint, penulisan SNI menggunakan bahasa Inggris
pada isi dokumen standarnya.

19
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
1. Tanda desimal
Tanda desimal harus berupa koma.
Jika suatu angka bernilai kurang dari satu dan ditulis dalam bentuk desimal, tanda desimal
didahului dengan nol.

CONTOH 1
0,0012345

2. Tanda titik
Jika suatu angka bernilai lebih dari satu dan terdiri atas lebih dari tiga digit (ribuan, ratusan ribu,
jutaan dan seterusnya) maka pembacaan ribuan, ratusan ribu, jutaan dan seterusnya harus
dipisahkan dengan tanda titik (“.”). Kecuali untuk angka empat digit yang menunjukkan tahun,
atau dinyatakan lain.

CONTOH 2
23.456 234.567 2.345.678
tetapi untuk tahun adalah 1998
20
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
3. Tanda kali
Tanda kali (×) lebih baik daripada tanda titik yang digunakan untuk menunjukkan
perkalian angka dan nilai numerik.

CONTOH 3
Benar: "1,8 × 103"
Salah: "1,8.103 atau 1,8 103"

4. Penulisan jumlah suatu benda dan nilai besaran fisik


Penulisan jumlah suatu benda (sebagai pembeda dari nilai numerik suatu besaran fisik),
satu sampai dengan sembilan seharusnya ditulis dengan mengikuti aturan penulisan
lengkap.

CONTOH 4
Lakukan pengujian tersebut pada lima pipa, masing-masing 5 m.
Pilihlah 15 pipa untuk uji tekan.
21
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
5. Satuan yang diizinkan
SNI harus menggunakan:
 Satuan SI (Sistem Internasional), seperti yang ditentukan dalam beberapa bagian pada SNI
ISO 80000 dan SNI IEC 80000;
 Beberapa satuan tambahan yang digunakan dengan SI, yakni menit (min), jam (h), hari (d),
derajat (°), menit (′), detik (″), liter (l), ton (t), electronvolt (eV), dan satuan massa atom unified
(u), yang ditentukan pada SNI ISO 80000-1;
 Satuan neper (Np) dan bel (B), yang ditentukan pada SNI ISO 80000-1 dan SNI ISO 80000-3,
dan oktaf yang ditentukan pada SNI ISO 80000-8;
 Satuan baud (Bd), bit (bit), octet (o), byte (B), erlang (E), hartley (Hart), satuan dasar informasi
(nat) dan shannon (Sh), yang ditentukan pada SNI IEC 80000-13, dan var (var) yang ditentukan
pada SNI IEC 80000-6, yang digunakan dalam teknologi elektronik dan teknologi informasi.
CATATAN Dalam beberapa kasus, untuk konsistensi, dalam SNI hanya lambang “l” yang digunakan
untuk liter, meskipun lambang “L” juga bisa digunakan, lihat SNI ISO 80000-3.
Dst

22
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
6. Pencampuran lambang dan nama satuan
Jangan mencampurkan lambang dan nama satuan.
CONTOH 5
Benar: “kilometer per jam” dan “km/h”
Salah: “km per jam”, “kilometer/jam”, dan “km/jam”
7. Penulisan nilai numerik dengan lambang satuan
Gunakan nilai numerik yang ditulis dalam angka dengan lambang satuan
CONTOH 6
Benar: "5 m”
Salah: "lima m" dan "5 meter“
8. Spasi antara nilai numerik dan lambang satuan
Harus terdapat spasi yang tidak terpisah antara nilai numerik dan lambing satuan kecuali dalam hal lambang satuan
jenis superskrip (bentuk kecil yang ditulis di bagian atas) yang digunakan untuk sudut bidang sesuai dengan SNI ISO
80000-2. Bagaimanapun, derajat sebaiknya dibagi lagi secara desimal.
Penulisan angka dengan lambang satuan sebaiknya menggunakan spasi penggabung (fixed space) dengan cara
menekan tombol (ctrl+shift+space).
CONTOH 7
5 mm, 15 Ω, 37 km/h, 14 A, 115°, 27 °C, 25 K
23
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
9. Penggunaan tanda +, - dan ± sebagai operator monadik satu unsur
Tanda plus atau minus di depan angka (atau besaran), yang digunakan untuk menunjukkan "tanda yang
sama" atau "tanda yang berlawanan", adalah operator monadik (tanda yang mengandung satu bagian)
dan tidak boleh dipisahkan dari nomor dengan spasi.
CONTOH 8
Temperatur Celcius dari -7C hingga +5C.
Toleransi ±5 cm pada panjang bujur sangkar.

10. Penggunaan tanda +, -, ±, × , · , =, > dan < sebagai operator diadik atau untuk mengekspresikan
hubungan
Harus ada spasi di kedua sisi tanda untuk operator diadik (tanda yang mengandung dua bagian) seperti
+, - , ±, × dan (titik setengah tinggi), dan hubungan seperti =, <, >.
CONTOH 9
5 + 2; 5 – 3; n ± 1,6; D < 2 mm

24
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
11. Istilah singkat untuk satuan
Jangan gunakan istilah singkatan yang tidak standar untuk satuan

12. Modifikasi lambang satuan yang distandarkan secara internasional


Lambang satuan yang distandarkan secara internasional tidak boleh dimodifikasi dengan menambahkan subskrip
(bentuk kecil yang ditulis di bawah) atau informasi lainnya
CONTOH 11
Benar: "Umax = 500 V" Salah: "U = 500 Vmax“
CONTOH 12
Benar: "kadar airnya 20 ml/kg"
Salah: "20 ml H2O/kg" atau "20 ml air/kg"

25
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
13. Penggunaan istilah singkat bahasa tertentu
Kapan pun dimungkinkan, istilah singkat bahasa tertentu seharusnya tidak digunakan. Saat istilah singkat
bahasa tertentu yang umum digunakan, seperti ppm, digunakan, artinya harus dijelaskan.
CONTOH 13
Benar: “fraksi massa adalah 4,2 x 10-6” atau “fraksi massa adalah 4,2 𝜇𝑔/𝑔”
Salah: "4,2 ppm”

14. Penggunaan istilah yang ambigu


Istilah yang ambigu seperti "billion" sebaiknya tidak digunakan.

15. Penulisan lambang satuan, besaran atau variabel


Lambang satuan harus selalu dalam huruf tegak.
Lambang besaran atau variabel harus selalu dalam huruf miring.
Lambang yang mendeskripsikan nilai numerik harus berbeda dengan lambang yang mendeskripsikan kuantitas
yang bersesuaian.
CONTOH 14
V adalah lambang untuk satuan Volt, U adalah lambang untuk besaran tegangan listrik atau voltase.
26
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
16. Menulis subskrip
Sebuah subskrip yang melambangkan besaran atau variabel ditulis dengan huruf miring.
CONTOH 15
qV untuk laju aliran volumetrik
Subskrip yang lain, seperti representasi kata-kata atau angka yang tetap, ditulis dalam huruf tegak.
CONTOH 16
Din untuk diameter dalam

17. Penulisan rumus


Rumus matematika yang melibatkan besaran lebih diutamakan dibanding rumus yang melibatkan nilai numerik karena
rumus matematika yang melibatkan besaran-besaran bersifat independen terhadap pilihan satuan sedangkan rumus
matematika dengan nilai numeris tidak.

18. Penggunaan "berat“ dan "massa“


Besaran "berat" adalah sebuah gaya (gaya gravitasi) dan diukur dalam newton (N).
Besaran "massa" diukur dalam kilogram (kg).

27
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
19. Penggunaan kata“satuan”
Besaran yang menunjukkan perbandingan tidak boleh mengandung kata "satuan“ sebagai penyebut.
CONTOH 17
Benar: "massa per panjang" atau "lineic mass"
Salah: "massa per satuan panjang“

20. Kuantitas yang mendeskripsikan objek


Bedakan antara objek dan besaran yang mendeskripsikan objek.
CONTOH 18
"permukaan" dan "luas“; "benda" dan "massa“; "resistor" dan "resistansi”; "lilitan" dan "induktansi“

21. Penggunaan satuan saat menyatakan rentang, toleransi atau hubungan matematis
Saat menyatakan rentang, toleransi atau hubungan matematika pastikan bahwa penggunaan satuan tidak ambigu.
CONTOH 19
Benar: "10 mm sampai 12 mm" ; Salah: "10 to 12 mm" dan "10 – 12 mm"
Benar: "0 °C sampai 10 °C" : Salah: "0 to 10 °C" dan "0 – 10 °C"

28
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
22. Penambahan dan pengurangan nilai besaran
Dua atau lebih nilai besaran tidak dapat ditambahkan atau dikurangi, kecuali mereka semua merupakan besaran
yang sejenis (Contoh: diameter, keliling dan Panjang gelombang adalah besaran yang sejenis, yaitu "panjang").
Perhatikan bahwa nilai besaran yang memiliki satuan yang sama mungkin milik besaran dari jenis yang berbeda
(misalnya "aksi" dan "momentum sudut" memiliki unit SI J s, tetapi tidak dari jenis yang sama dan dengan
demikian tidak dapat ditambahkan atau dikurangi).

23. Kuantitas yang mendeskripsikan objek


Lambang % (persen), dengan arti "bagian per seratus", adalah singkatan untuk angka 0,01 dan hanya dapat
digunakan ketika menyatakan nilai besaran yang merupakan angka murni.
CONTOH 20
Benar: "(230 ± 11,5) V" Salah: (230 ± 5 %) V
Toleransi tidak boleh dinyatakan dengan menggunakan lambang %, kecuali
untuk nilai besaran yang merupakan angka murni. Namun, ekspresi verbal seperti "230 V, dengan toleransi + 5
%" dapat digunakan.

29
9. Angka, besaran, satuan
dan nilai
24. Lambang untuk menyatakan logaritma
Tidak diperbolehkan menulis “log” di rumus matematika jika basisnya perlu ditentukan. Tulislah dengan "lg", "ln",
"lb" atau "loga”

25. Tanda baca dan lambang matematika

Gunakan tanda baca dan lambang matematika yang direkomendasikan di SNI ISO 80000-2, sebagai contoh
"tan" dan bukan "tg".

26. Jeda baris di rumus matematika


Jeda baris di rumus dan pernyataan matematika harus sesuai dengan SNI ISO 80000-2. Jeda baris harus
berada setelah, dan bukan sebelum, tanda baca =, +, −, ± dan ∓, atau, bila diperlukan, tanda baca ×, ⋅, atau /.
CONTOH 21
Benar: Salah:

30
10 Acuan
10.5 Acuan pada dokumen lain

Hanya acuan yang dikutip dalam dokumen, yang sebagian atau seluruh isinya merupakan
persyaratan dokumen, harus dicantumkan dalam pasal acuan normatif.

CONTOH 1
Konektor harus sesuai dengan karakteristik listrik yang ditentukan oleh SNI IEC 60603-7-1.
Bahan baku harus mempunyai karakteristik kesegaran sesuai dengan penilaian sensori di SNI
2729.

Dalam hal kutipan tidak menyatakan persyaratan, dokumen yang dikutip adalah bukan acuan
normatif, tetapi dokumen tersebut harus dicantumkan dalam Bibliografi.

Acuan bertanggal tidak boleh menggunakan dokumen standar yang sudah diabolisi. Apabila
diperlukan, maka substansi dari standar yang sudah diabolisi dapat ditulis di dalam batang
tubuh SNI atau lampiran normatif.

31
11 Persyaratan penampilan
-Tampilan satu -Tampilan satu halaman Perubahan margin kiri

Margin
Lama

Baru
halaman monolingual kanan

-Tampilan teks bilingual Posisi halaman ganjil:


-Tampilan dua
halaman bilingual -Tampilan dua halaman a.-margin atas 30 mm;
bilingual (ganjil-genap)
-margin bawah 20
b.

-Tampilan satu mm;


-Tampilan satu halaman
halaman dua kolom bilingual (dua kolom) -margin kiri 30 mm;
c.

-Tampilan SNI amandemen -margin kanan 20


d.
mm.
-Tampilan SNI ralat
e.Contoh tampilan
-Tampilan SNI adopsi satu halaman untuk
modifikasi
posisi halaman ganjil
dapat dilihat pada
Lampiran H.

32
Persyaratan Penampilan

Nomor Halaman sampul depan


Pada halaman sampul depan SNI tidak diberikan nomor halaman.

Nomor Halaman dalam


Nomor halaman SNI dicantumkan sesuai ketentuan berikut:
- Pada unsur “Daftar isi”, “Prakata”, dan “Pendahuluan”, nomor halaman ditulis dengan
angka romawi kecil bagian bawah (posisi tengah pada bagian footer 1,3 cm) dari setiap
halaman, jenis huruf Arial 10 – bold.
CONTOH i, ii, iii, dan seterusnya.

- Pada unsur badan standar, nomor halaman ditulis dengan angka Arab (posisi tengah
pada bagian footer 1,3 cm) mulai dari angka 1, diikuti jumlah halaman keseluruhan
standar, dengan jenis huruf Arial 10 – bold.
CONTOH 1 dari 15; 2 dari 15; dan seterusnya.

Nomor halaman berada di dalam footer 1,3 cm dengan format “# dari xx”
(jenis huruf: Arial, 10, Bold) sesuai dengan urutan nomor halaman.
Disarankan penomoran halaman diatur dengan format penulisan nomor (#) yang
akan berlaku otomatis sesuai urutan halamannya.
33
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
34
12 Sampul depan
12.1 Umum
Penulisan judul SNI pada halaman sampul depan menyesuaikan jenis SNI yang disusun

SNI amendemen
• Judul ditulis sesuai dengan ketentuan pada 11.2.5.
SNI ralat
• Judul ditulis sesuai dengan ketentuan pada 11.2.6.

12.2 Hak cipta


Pada halaman sampul depan bagian dalam ditambahkan informasi terkait hak cipta

12.3 Ketentuam penulisan


Untuk SNI dengan metode adopsi identik, ditambahkan tulisan “(Ditetapkan oleh BSN Tahun XXXX)”
di bawah Nomor SNI (huruf Arial 12 bold, rata kanan)
• SNI amendemen
• SNI ralat
• Logo BSN

35
Halaman isi – Page setup

Margins pada halaman sampul depan diatur


Arial 12 sebagai berikut:
 Atas : 3 cm
 Bawah : 2 cm
 Kiri : 3 cm
 Kanan : 2 cm
Arial 11  Mirror margins diaktifkan
Jika kurang dari satu halaman,
maka after paragraf 6 pt
Persyaratan Penampilan

Halaman sampul depan


 LOGO SNI
 NOMOR SNI
 JUDUL SNI
- cermat, ringkas dan tidak bermakna ganda terhadap subjek standar.
- Posisi berada di tengah halaman sampul, ditulis dengan huruf kapital pada huruf awal kata
pertama dan selanjutnya dengan huruf biasa
- Terdiri atas beberapa unsur, dimulai dari hal yang bersifat umum ke khusus
 ICS
- Dituliskan ICS yang sesuai dengan SNI tersebut (maksimum 3 nomor ICS)

 LOGO BSN

Dokumen SNI dicetak pada kertas A4


(21 cm x 29,7 cm)

37
Persyaratan Penampilan

Pengembangan sendiri Adopsi IDT Terjemahan 1 bahasa Adopsi IDT republication reprint

Arial Bold 18 Arial Bold 18 Arial Bold 18

Arial Bold 12
Arial Bold 12

38
Persyaratan Penampilan

Adopsi IDT Terjemahan 2 bahasa Amendemen Ralat

Arial Bold 18 Arial Bold 18


Arial Bold 18

Arial Bold 16 Arial Bold 14 Arial Bold 16 Arial Bold 12


Arial Bold 12
Arial Bold 14

39
Sampul depan
7 cm

1.5 cm

Arial bold 11

Dibuat dalam tabel dengan ketentuan:


 Tulisan “ICS” dan nomor ICS berada di
kolom paling kiri dan rata kiri;
 Logo BSN berada di kolom paling kanan
dan rata kanan.

Kedua unsur ini berada pada footer


dengan jarak 1,3 cm.
Sampul depan
2.29 cm

3.23 cm Arial bold ukuran 14

Arial bold ukuran 12

Logo SNI dan tulisan Standar


Nasional Indonesia berada di pojok
kiri atas
Nomor SNI berada di pojok kanan
atas

Kedua unsur diatas berada pada


header
dengan jarak 1.5 cm
13 Judul
13.1 Ketentuan umum

Judul harus singkat dan jelas, menggambarkan subjek yang tercakup dalam isi dokumen.
Penjelasan secara rinci dapat dicantumkan di dalam ruang lingkup. Struktur judul disusun
dengan urutan sebagai berikut:
Unsur pengantar – unsur wajib – unsur tambahan.

CONTOH
Benar : Mesin pengangkat – Jenis sangkutan garpu pengungkit – Kosa kata
Tidak benar : – Jenis sangkutan garpu pengungkit – Kosa kata

Untuk standar yang berkaitan dengan metode uji, dapat digunakan:


“Metode uji…..” atau “Penentuan dari ....”.

42
Contoh Judul
• Sistem manajemen keamanan pangan – Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan (ISO 22000:2018, IDT)
Adopsi Identik

• SNI 4085:2017 Sabun mandi cair


Pengembangan • SNI 3532:2016 Sabun mandi padat
sendiri
(tunggal)
• SNI 2588:2017 Sabun cair pembersih tangan

• SNI 8215-1:2015 Cara uji migrasi total dari kemasan pangan - Bagian 1 : Kemasan kertas dan karton
Pengembangan • SNI 8215-2:2017 Cara uji migrasi total dari kemasan pangan - Bagian 2 : Kemasan plastik
sendiri (seri)

• Mikrobiologi bahan pangan dan pakan - Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Listeria monocytogenes
Republikasi - Bagian 2: Metode enumerasi (ISO 11290-2:1998 dan Amd 1:2004, IDT Eng)
Reprint

43
14 Daftar isi
 Daftar isi berisi judul pasal, lampiran, bibliografi, indeks, dan judul-judul tabel maupun
gambar.
 Jika dianggap perlu, daftar isi dapat ditambahkan dengan subpasal dengan judulnya.

CATATAN:
1. Jika jumlah halaman dalam dokumen kurang dari 10 halaman, maka daftar isi bersifat
opsional.
2. Jika jumlah halaman SNI banyak dan memerlukan daftar isi melebihi dari pasal dan
subpasal maka hanya dibatasi sampai dengan tiga tingkat.

SNI yang dipublikasikan dalam dua bahasa (bilingual) hanya memuat daftar isi dalam bahasa
Indonesia.

44
Penulisan Daftar isi

Arial 12

Urutan daftar isi: daftar isi,


prakata, pendahuluan, pasal dan
sub pasal beserta judulnya,
lampiran, bibliografi, indeks,
Arial 11 daftar tabel, dan daftar gambar.

Jika kurang dari satu halaman,


maka after paragraf 6 pt
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (1)

1) Klik Format  Style & Formating


2) Klik New Style untuk membuat kategori dan ketik Name: Daftar dengan
menyorot bagian yang akan diinput pada daftar isi
3) Sorot daftar isi lalu klik daftar
a) Prakata klik daftar
b) Pendahuluan klik daftar
c) Lampiran klik daftar
4) Untuk pengelompokan selanjutnya Pasal, Gambar dan Tabel ulangi langkah
no. 2 dan 3 (kategori berbeda)
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (2)

Pilih:
Home  Style  New style

Isi kolom Name

Klik Ok
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (3)

Kemudian sorot seluruh Judul halaman, judul pasal dan judul subpasal dengan
membuat direktori baru sebagai new style.
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (4)

Pilih Reference  Table of Contents  Insert Table of Contents


Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi - Pembuatan ToC (5)

1) Setelah muncul Bar Table of Contents Pilih Table of Contents  Options


2) Pada Menu TOC Options, Klik direktori-direktori yang digunakan sebagai
Daftar Isi dengan angka 1
3) Pada kolom Heading 1, 2 dan 3 dikosongkan
Aturan Penulisan SNI
Daftar Isi – Perubahan ToC (6)

Jika ada perubahan pada daftar isi


(penambahan,pergantian)
klik update Table of Content (2003)
klik  update field
15 Prakata
Prakata harus ada dalam setiap SNI.

Dalam Prakata tidak diperbolehkan mencantumkan informasi mengenai persyaratan, gambar


atau tabel, serta regulasi yang berkaitan dengan penerapan SNI.

Pernyataan informasi SNI:


 nomor SNI, judul SNI dalam bahasa Indonesia, dan judul dalam bahasa Inggris
 status SNI (standar baru atau revisi/amandemen/ralat SNI disertai nomor dan judul SNI yang
direvisi/diamandemen/diralat.
 informasi jenis perumusan SNI
 apabila SNI tersebut merupakan SNI adopsi standar atau publikasi internasional dengan
metode terjemahan yang sebelumnya telah diadopsi dengan metode republication-reprint,
mencantumkan informasi bahwa SNI tersebut menggantikan SNI republication-reprint beserta
nomor dan judul SNI dan tahun penetapannya oleh BSN.
 Tahun penetapan SNI oleh BSN.
 Informasi hak paten (lihat 37.2).
52
15 Prakata (lanjutan)
Pernyataan penunjang untuk menghindari perbedaan pendapat dalam penggunaan SNI, khususnya
untuk SNI yang merupakan hasil adopsi atau SNI yang menggunakan gambar dalam bentuk foto atau
rekomendasi bagi pengguna. “Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan dokumen dimaksud,
disarankan bagi pengguna standar untuk menggunakan dokumen SNI yang dicetak dengan tinta
berwarna”.

Meskipun dokumen standar yang dipublikasikan yang dalam proses penyiapannya tidak ditemukan
adanya hak paten, tetap harus ada pemberitahuan dalam prakata.

53
Prakata (lanjutan)

Arial bold ukuran 12

Arial 11

54
Prakata (lanjutan)

Contoh Prakata SNI


yang mencantumkan tulisan/
gambar berwarna
16 Pendahuluan
Ketentuan umum

Pendahuluan menguraikan informasi khusus atau uraian tentang isi teknis standar dan alasan atau latar belakang
penyusunan standar tersebut. Pendahuluan tidak berisi persyaratan.

Jika dalam SNI terdapat hak paten, maka dalam pendahuluan harus menuliskan penjelasan tentang hal tersebut.

Pasal yang terdapat dalam Pendahuluan tidak diberi nomor, kecuali diperlukan untuk membuat penomoran
subpasal. Dalam hal ini diberi nomor 0 dengan subpasalnya mendapat 0.1, 0.2, dan seterusnya.

Jika di dalam pendahuluan terdapat informasi dalam bentuk tabel atau gambar maka cara penyajiannya harus
diberikan nomor urut sesuai urutannya.

Ketentuan penulisan

Nomor halaman “Pendahuluan” ditulis pada bagian footer 1,3 cm dengan posisi berada di tengah-tengah,
menggunakan jenis huruf: Arial, 10, Bold, angka romawi kecil : “i”, sesuai dengan urutan nomor halaman.
diletakkan pada halaman setelah halaman Prakata.
56
17 Ruang Lingkup
Ruang lingkup menguraikan informasi tentang subjek dari substansi
standar yang menjadi bagian utama dari kegunaan standar dan
lingkup/batasan cakupan standar, serta unsur pengecualian dan hal
penting lain yang harus diperhatikan, jika ada.

Ruang lingkup disusun secara singkat, jelas, dan tidak berisi


persyaratan.

57
17 Ruang Lingkup (lanjutan)
Susunan kata pada ruang lingkup ini harus dibuat dalam bentuk
urutan pernyataan fakta, sebagai berikut:
“Standar ini
dimensi tentang ...............”
-- menetapkan metode untuk ...................”
persyaratan dari ..............”

prinsip umum untuk ........”


--- menentukan
suatu sistem untuk..........”
--- memberikan pedoman untuk .............”
--- mendefinisikan istilah .............”

Pernyataan untuk pemakaian/penggunaan suatu


standar harus dimulai dengan kata-kata berikut:
“Standar ini digunakan untuk ..................”

83
18 Acuan normatif
• Uraian acuan normatif, harus dicantumkan sebagai Pasal 2 dari dokumen.

Ketentuan penulisan
Jika terdapat lebih dari satu acuan normatif yang berbeda status edisinya, maka pada awal
paragraf ditambahkan dengan kalimat berikut:

“Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen Standar ini. Untuk acuan
bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, berlaku
edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (termasuk seluruh perubahan/ amendemennya).”

CATATAN Jika acuan normatifnya adalah standar ISO yang sudah diadopsi, maka
penulisannya tetap dengan ISO XXXX:20xx, bukan SNI ISO XXXX:20XX.
Jika tidak terdapat acuan normatif di dalam dokumen, harus ditambahkan kalimat berikut di
dalam pasal acuan normatif:
• “Tidak ada.”

59
18 Acuan normatif
a) mempunyai keberterimaan luas, dan tersedia publikasinya secara umum;
b) Komite Teknis dan/atau BSN memiliki dokumen normatif yang resmi (copyright);
c) penyusun atau penerbit (jika diketahui) juga bersedia menginformasikan kepada Komite
Teknis atau BSN jika terjadi revisi dokumen teknis terkait.

CATATAN Jika acuan normatifnya adalah standar ISO yang sudah diadopsi, maka penulisannya
tetap dengan ISO XXXX:20xx, bukan SNI ISO XXXX:20XX.

60
18 Acuan normatif
 Urutan penulisan acuan normatif sebaiknya diawali dari SNI, baru kemudian diikuti standar acuan
lain dan disusun berdasarkan nomor unik standar dari yang terkecil, dan kemudian dimenurut
alfabetis ikuti dengan tahun publikasi standar acuan.
 Untuk acuan normatif yang bertanggal, harus digunakan edisi yang masih berlaku.
 Untuk acuan normatif yang tidak bertanggal Komite Teknis harus memastikan penggunaan
dokumen tersebut dalam SNI lain.

CONTOH

61
19 Istilah dan definisi
Istilah dan definisi harus dicantumkan sebagai Pasal 3 dari standar, dan hanya muncul satu kali di
dalam dokumen.
Jika tidak terdapat istilah dan definisi di dalam dokumen standar, harus ditambahkan kalimat
berikut di dalam pasal istilah dan definisi:
“Tidak ada.”

Unsur ini tidak boleh mengandung persyaratan.

Uraian definisi hanya terdiri dari satu kalimat. Apabila terdapat keterangan tambahan maka
dimasukkan ke dalam catatan.

CATATAN Istilah dan definisi dapat disusun dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Sesuai urutan alfabetis (lihat CONTOH 1), atau
2. dituliskan sesuai urutan proses (lihat CONTOH 2).
Jika terdapat istilah yang sama dengan lebih dari satu definisi berbeda dan istilah tersebut
digunakan dalam suatu standar, maka perlu dipisah penulisan untuk masing-masing istilah dan
definisi tersebut, serta diberikan penanda sebelum penulisan definisi (lihat CONTOH 3).

62
19 Istilah dan definisi
 Untuk penulisan istilah dan definisi harus diikuti sumbernya, yang dituliskan di dalam kurung pada akhir
kalimat, kecuali istilah dan definisi yang dihasilkan dari konsensus.

 Unsur ini menguraikan definisi seperlunya untuk memberikan pemahaman tentang istilah tertentu yang
digunakan dalam standar.

 Kalimat pendahuluan berikut harus digunakan apabila terdapat istilah dan definisi tertulis dalam dokumen
tersebut:
“Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini berlaku.”

CONTOH
3.1
ekolabel
pernyataan yang menunjukkan aspek lingkungan dalam suatu produk

3.1 mikroorganisme
makhluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop, misalnya bakteri, khamir, kapang, ameba
63
20 Lambang dan singkatan
Pengejaan nama suatu organisasi dan singkatannya harus seperti yang digunakan oleh
organisasi yang bersangkutan.

Jika standar tidak menyertakan daftar singkatan, maka pada saat pertama kali singkatan
tersebut muncul, istilah kepanjangannya harus jelas tertulis mendahului singkatan tersebut.

Jika ada istilah atau singkatan asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
disarankan untuk disertai dengan istilah aslinya yang harus ditulis dengan huruf miring (italic).

CONTOH 1 Indikator Kinerja Manajemen (Management Performance Indicator/MPI),


dimaksudkan jika singkatannya belum dikenal secara umum.

CONTOH 2 Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK), dimaksudkan jika telah ada singkatan bahasa
Indonesia dan tidak menduplikasi singkatan yang telah ada.

64
Simbol dan Singkatan

Huruf Latin kapital diikuti dengan huruf Latin kecil (A, a, B, b,


C, c dan seterusnya

Huruf tanpa indeks diikuti huruf dengan indeks dan huruf dengan indeks
huruf mendahului huruf dengan indeks angka (B, b, C, Cm, C2, c, d, dext,
dint, d1 dan seterusnya

Huruf Yunani mengikuti huruf Latin (Z, z, A, α, B, β, ..., λ, dan


seterusnya);

Lambang-lambang khusus yang lain

65
21 Pengambilan contoh dan
metode uji
Pengambilan contoh dalam SNI digunakan untuk menjamin mutu dalam proses produksi
dan/atau uji rutin keperluan Quality control.

66
21 Pengambilan contoh dan metode uji

Pasal ini sebaiknya disertakan jika dokumen yang


disusun merupakan standar produk

Digunakan untuk menjamin mutu dalam proses


produksi atau uji rutin keperluan Quality Control

Untuk mendapatkan hasil yang konsisten dan


dapat diulang, metode pengambilan contoh
sebaiknya berdasarkan metode statistik yang
disediakan dalam Standar Internasional misalnya
ISO 10725 dan ISO 11648-1

95
21 Pengambilan contoh dan metode uji (lanjutan)

Metode Pengujian Sebaiknya


1.Menguraikan dengan jelas cara pengujian yang dilakukan (Dari penyiapan
contoh hingga pelaporan)
2.Fokus pada persyaratan tertentu dari objek penilaian kesesuaian dan
menghindari persyaratan yang tidak terkait dengan kinerja objek.
3.Dipilih dengan mempertimbangkan efektivitas, ekonomi dan aplikasi praktis

Untuk metode pengujian tak rusak sebaiknya dipilih


setiap kali memberikan tingkat kepercayaan yang setara
dengan metode pengujian rusak

Dokumen normatif sebaiknya menentukan urutan uji


jika urutan tersebut dapat mempengaruhi hasil

95
21 Pengambilan contoh dan metode uji (lanjutan)

Jika ada metode pengujian atau alat uji


alternatif, maka harus dicantumkan dalam
dokumen normatif

Metode pengujian yang ditetapkan harus


mengikuti prinsip metrologi tentang validasi,
pengukuran yang dapat ditelusuri dan estimasi
ketidakpastian pengukuran

Jika menetapkan persyaratan objek penilaian


kesesuaian perlu memperhatikan keterkaitan
antara metode pengujian yang diacu dengan
persyaratan peralatan pengujian. Jika tidak,
persyaratan peralatan sebaiknya dicantumkan
dalam dokumen normatif.

95
22 Persyaratan
Persyaratan dapat berisi lebih dari satu kategori, tipe, kelas, atau tingkat jika diperlukan dan sebaiknya
diidentifikasi.

Jika ada, persyaratan harus berisi hal-hal berikut:


1. semua karakteristik terkait dengan aspek produk, proses
atau jasa, baik dinyatakan secara eksplisit maupun
mengacu ke standar lain;
2. nilai batas dari karakteristik yang dapat diukur;
3. referensi metode uji setiap persyaratan untuk menentukan
besaran karakteristik atau metode uji.

70
23 Klasifikasi, penunjukan
dan pengkodean
• Unsur ini merupakan unsur opsional yang menentukan suatu sistem klasifikasi,
• Penunjukan dan/atau pengkodean produk, proses atau jasa yang sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.

71
24 Pengemasan dan pelabelan
Pelabelan dan pengemasan merupakan unsur opsional. Unsur ini menetapkan penandaan suatu produk, misalnya
merek dagang dari/atau pemasok awal (vendor), nomor model atau jenis.

Penulisan uraian pengemasan dan pelabelan dicantumkan pada bagian batang tubuh pasal yang relevan dari
standar dengan huruf Arial 11.

Pengemasan
CONTOH 1 Pengemasan pada produk Furnitur – Meja kantor:
Meja kantor dikemas dengan menggunakan kertas atau bahan lain yang tidak merusak struktur dan permukaan meja
serta aman saat pengangkutan.

Pelabelan
CONTOH 2 Pelabelan pada produk meja dan handuk:
Label pada meja minimal mencantumkan:
- Buatan negara produsen
- Nama barang
- Kode produksi
- Nama perusahaan
- Merek dagang

Label pada handuk atau kemasan handuk minimal mencantumkan:


- Merek/nama perusahaan
- Jenis dan komposisi serat
- Negara pembuat (made in)
- Label pemeliharaan (care label)
72
25 Lampiran
Lampiran dapat berupa elemen normatif atau informatif

Unsur ini merupakan unsur opsional yang digunakan untuk menyediakan informasi tambahan
dari isi standar dan dikembangkan untuk beberapa alasan, contohnya:
- ketika informasi atau tabel yang ditampilkan pada isi standar sangat panjang dan
termasuk dalam bagian utama dokumen akan menyulitkan pengguna membaca isi
standar;
- untuk menghimpun bagian informasi yang khusus (misalnya perangkat lunak, contoh
formulir, hasil dari pengujian antar laboratorium, metode uji alternatif, tabel, daftar, data);
- untuk menyajikan informasi mengenai aplikasi dokumen tertentu.

73
Setiap lampiran harus dirujuk dalam teks secara jelas dan dicantumkan dalam daftar isi.

CONTOH 2
• “Lampiran B memberikan informasi lebih lanjut …”;
• “Gunakan metode yang dijelaskan dalam Lampiran C.”;
• “Lihat Gambar A.6.”;
• “Lihat Tabel A.2.”;
• “Pasal A.2 menjelaskan …”;
• “…seperti yang ditentukan dalam C.2.5.”.

Lampiran harus disajikan berurutan sesuai urutan dalam teksnya.

Setiap lampiran harus ditunjukkan dengan memakai kata “Lampiran” diikuti dengan
penomoran lampiran menggunakan huruf kapital mulai dari huruf “A” dan ditulis secara
berurutan setelahnya, kemudian ditambahkan penjelasan bersifat “(normatif)” atau
“(informatif)” dan diikuti dengan judul masing-masing pada baris terpisah.

Lampiran dapat terbagi menjadi beberapa pasal, subpasal, paragraf, dan daftar.

74
Lampiran (lanjutan)
Arial ukuran 12
(kapital – menggunakan huruf awal A

3 spasi
26 Bibliografi
Bibliografi tidak berisi persyaratan, perizinan, dan rekomendasi.

Bibliografi, jika ada, ditulis sesudah lampiran. Dokumen yang diacu dan sumber informasi dapat
dicantumkan bertanggal atau tidak bertanggal
(lihat 10.5).

Bibliografi berupa standar disusun berdasarkan nomor unik standar dari yang terkecil dan
kemudian diikuti dengan tahun publikasi Bibliografi.

Urutan penulisan bibliografi sebaiknya diawali dari SNI, kemudian diikuti standar dan publikasi
lain menurut alfabetis.

Penulisan bibliografi selain standar, menggunakan acuan SNI ISO 690 sesuai dengan asal sumber
bibliografi.

76
26 Bibliografi
Prinsip dasar penulisan referensi dalam bibliografi adalah sebagai berikut:
a. Informasi yang dicakup dalam referensi sebaiknya memadai untuk mengenali bahan yang
disitat dengan jelas.
b. Penulis referensi sebaiknya menentukan tataran spesifisitas yang sesuai untuk referensi
yang dibuat (misal ke dokumen secara keseluruhan atau ke bagian spesifik sebuah
dokumen) berdasarkan tujuan penyitatan dan penggunaan dari materi yang disitat.
c. Data yang disertakan dalam referensi sebaiknya, bilamana mungkin, diambil dari sumber
daya informasi yang disitat.
d. Data yang dicatat dalam referensi sebaiknya mencerminkan salinan atau contoh spesifik
dokumen yang digunakan. Untuk dokumen daring (online) yang dapat berubah; data
referensi mencakup lokasi jaringan dari versi yang digunakan serta tanggal dokumen
tersebut diakses.
e. Gaya, format, dan skema tanda baca yang seragam harus digunakan untuk semua referensi
dalam sebuah dokumen tanpa memandang panduan gaya tertentu yang digunakan.
Lihat CONTOH

77
Uraian
Bibliografi
Merupakan daftar
Informasi daring
dokumen yang digunakan
sebagai sumber informasi Untuk penggunaan dokumen yang
dan dikutip dalam dikutip secara daring, informasi yang
penyusunan rancangan lengkap untuk mengidentifikasi dan
standar. harus tidak berisi lokasi sumber yang dikutip harus
persyaratan, perizinan dan diberikan. Disarankan sumber utama
rekomendasi. yang dikutip sebaiknya dicantumkan,
agar menjamin ketertelusuran
informasi. Selain itu, sumber acuan
sejauh memungkinkan, sebaiknya
masih valid selama masih berlakunya
dokumen.
Penulisan
Ditulis sesudah Penulisan
lampiran. Dokumen Urutan penulisan bibliografi sebaiknya diawali dari SNI,
yang diacu dan kemudian diikuti standar dan publikasi lain menurut
sumber informasi alfabetis. Bibliografi berupa standar disusun
dapat dicantumkan berdasarkan nomor unik standar dari yang terkecil dan
bertanggal atau tidak kemudian diikuti dengan tahun publikasi Bibliografi.
bertanggal. Penulisan bibliografi selain standar, menggunakan acuan
SNI ISO 690 sesuai dengan asal sumber bibliografi.
27 Informasi perumus SNI
Informasi perumus SNI meliputi nama dan keanggotaan Komtek yang berlaku pada saat rapat
konsensus, konseptor RSNI, dan sekretariat Komtek.

Semua informasi perumus SNI disajikan di halaman sampul belakang bagian dalam, tanpa
diberikan penomoran halaman.

79
Informasi pendukung terkait perumus standar
Ketentuan Penulisan:

Semua informasi perumus SNI disajikan di halaman sampul belakang tanpa diberikan nomor
halaman.
Arial bold ukuran 11
Penulisan judul “Informasi perumus SNI” dengan huruf Arial 12 bold dan berada pada posisi
Arial ukuran 11
Arial bold ukuran 11 tengah dari baris yang bersangkutan.

Uraian semua informasi perumus SNI ditulis dengan huruf Arial 11, tiga spasi baris ke bawah
dari judul, lalu disajikan dengan urutan:

Arial ukuran 11 1. “Komite Teknis Perumusan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold sedangkan uraian nama
Komite Teknis ditulis dengan huruf Arial 11;

2. “Susunan keanggotaan Komite Teknis Perumusan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold
sedangkan uraian Ketua, Wakil Ketua (jika ada), Sekretaris, dan Anggota ditulis dengan
Arial bold ukuran 11
huruf Arial 11,
Arial ukuran 11
3. “Konseptor Rancangan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold sedangkan uraiannya ditulis
Arial bold ukuran 11 dengan huruf Arial 11. Konseptor RSNI dapat berupa gugus kerja atau perorangan. Dalam
Arial ukuran 11 hal konseptor RSNI merupakan gugus kerja, informasi dapat diberikan dalam bentuk nama
gugus kerja atau diuraikan susunan nama anggotanya tanpa nama instansi.

4. “Sekretariat pengelola Komite Teknis Perumusan SNI” ditulis dengan huruf Arial 11 bold
sedangkan uraiannya ditulis dengan huruf Arial 11.
110
Bagian Pedoman
A. Pengantar
B. Prinsip Umum
C. Komponen Standar
D. Subkomponen Standar
E. Kebijakan
F. Kerangka Pedoman
81
28 Pasal dan Subpasal
Pasal

 Pasal merupakan komponen dasar dalam pembagian isi standar. Setiap pasal harus mempunyai nomor
dan judul. Pasal dalam setiap standar atau bagian dari standar harus ditulis dengan angka Arab, dimulai
dengan 1 untuk pasal “Ruang lingkup”.

 Nomor dan judul pasal ditulis dengan huruf Arial 11, dicetak tebal (bold) tanpa diakhiri tanda baca titik
(.). Judul pasal ditulis dengan jarak empat ketukan ke kanan setelah nomor pasal.

 Uraian isi pasal ditulis pada baris berikutnya dengan jarak satu spasi dari judul pasal dan menggunakan
jenis huruf Arial 11.

Penulisan antara pasal dengan pasal lainnya diberi jarak dua spasi.

82
28 Pasal dan Subpasal
Dalam hal subpasal tidak memiliki judul, nomor subpasal ditulis dengan huruf Arial 11 bold.

CONTOH
5 Xxxxxxx
5.1 Xxxxxxxx……... (subpasal tanpa judul)
5.2 Xxxxxxxx

Uraian isi subpasal berjudul ditulis pada baris berikutnya dengan jarak satu spasi dari judul subpasal dan
menggunakan huruf Arial 11. Untuk uraian isi subpasal tidak berjudul ditulis dengan jarak empat ketukan ke
kanan setelah nomor subpasal.

CONTOH
4 Xxxxxxx
4.1 Xxxxxxxx……... (subpasal dengan judul)
Xxxxxxxxxxxx
4.2 Xxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxx

Subpasal diberi nomor mengikuti nomor pasalnya. Subpasal pertama (misalnya, 5.1.1, 5.1.2 dst). Proses
pembagian ini maksimum sampai lima tingkat ke bawah (misalnya, 5.1.1.1.1.1, 5.1.1.1.1.2, dan seterusnya).
83
29 Daftar
• Tiap uraian dalam daftar dapat didahului dengan tanda ‘strip’ (-), ‘poin’ ( ),
abjad (a, b, c, dst.), atau angka Arab (1, 2, 3, dst.) kemudian diikuti empat
ketukan ke kanan. Kata pertama pada uraian dapat diawali dengan huruf kecil
ataupun huruf kapital.
• Suatu daftar dapat didahului dengan kalimat pengantar
30 Catatan
Catatan yang terintegrasi dalam teks standar hanya digunakan untuk memberikan
informasi tambahan. Informasi tersebut dimaksudkan untuk membantu memahami atau
menggunakan standar dan tidak memuat persyaratan yang perlu dipenuhi untuk
mengklaim kesesuaian suatu standar.

Catatan sebaiknya dicantumkan pada bagian akhir sesuai dengan pasal atau subpasal
atau paragraf yang dirujuk.

Catatan dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata “CATATAN” ditulis dengan jenis huruf
Arial 10, tebal (bold). Uraian catatan ditulis pada jarak empat spasi ke kanan dari kata
CATATAN ditulis dengan jenis huruf Arial 10 (dimulai dengan huruf kapital diakhir tanda titik).

85
31 Contoh
Contoh yang terintegrasi dalam teks standar hanya digunakan untuk memberikan informasi tambahan.
Informasi tersebut dimaksudkan untuk membantu memahami atau menggunakan standar dan tidak
memuat persyaratan yang perlu dipenuhi untuk mengklaim kesesuaian suatu standar.
Contoh sebaiknya dicantumkan pada bagian akhir sesuai dengan pasal atau subpasal atau paragraf
yang dirujuk.

Contoh dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata “CONTOH” ditulis dengan jenis huruf Arial 10,
tebal (bold). Uraian contoh ditulis pada jarak empat spasi ke kanan dari kata CONTOH ditulis dengan
jenis huruf Arial 10

86
32 Catatan kaki
Catatan kaki teks dapat digunakan jika dianggap perlu, dimaksudkan untuk
menguraikan informasi tambahan dan penggunaannya harus seminimal mungkin
serta tidak berisi persyaratan.

Catatan kaki teks diberikan penomoran secara berurutan sepanjang dokumen


dan mengikuti aturan catatan kaki teks.

Catatan kaki teks dituliskan dengan jenis huruf Arial 10 dengan diawali angka Arab, dimulai
dengan angka 1 yang diikuti dengan tanda kurung tutup. Nomor catatan kaki teks berurutan
sepanjang dokumen. Misalnya: 1), 2), 3), dan seterusnya dengan bentuk kecil yang ditulis di atas
(superscript).

Catatan kaki harus dirujuk dalam teks dengan menyisipkan angka yang sama dengan bentuk
kecil yang ditulis di atas (superscript) sesudah kata atau kalimat yang dimaksud. Misalnya: 1), 2), 3)
dan seterusnya.

87
33 Formula matematika
Penulisan rumus matematis dimulai dari posisi tengah dan diberi nomor . Penjelasan yang berkaitan dengan arti
lambang persamaan dicantumkan pada baris berikutnya di bawah persamaan tersebut, didahului kata ”Keterangan”
diikuti tanda titik dua (:) dan uraiannya ditulis pada baris berikutnya dari tepi kiri

CONTOH

ditulis menggunakan fitur equation

Arial bold 10

Arial 10

Penomoran rumus diletakkan di ujung paling kanan pada baris rumus yang dirujuk dan menggunakan angka Arab dalam
tanda kurung dimulai dengan angka 1.

88
34 Gambar
Gambar harus berbentuk gambar teknik.
Foto hanya dapat digunakan apabila tidak Gambar teknik
mungkin mengubahnya menjadi gambar
teknik.

CATATAN Apabila gambar yang digunakan


dalam bentuk foto atau ilustrasi berwarna,
maka pada prakata sebaiknya diberikan
keterangan tambahan.

Arial bold ukuran 10


 Gambar berada diposisi tengah (rata tengah)
 Keterangan gambar tepat berada 1 enter dibawah gambar Arial ukuran 10

 Nomor dan judul gambar berada 1 enter dibawah


keterangan gambar dan rata tengah

Arial bold ukuran 11

89
35 Tabel
Tabel sebaiknya digunakan, jika hal tersebut merupakan cara yang paling efisien untuk menyajikan
informasi. Pada dasarnya tabel dicantumkan dalam batang tubuh standar mengikuti narasinya

Tata letak judul tabel


Judul harus ditulis mendatar di tengah, di atas tabel dengan jarak 1 spasi, jenis huruf Arial 11– bold
dan antara nomor tabel dan judul diberikan tanda hubung (-).

Tabel yang berlanjut


Untuk tabel yang tidak dapat disajikan dalam satu halaman (berlanjut ke halaman berikutnya), maka
format penulisannya adalah: Tabel x – lanjutan (y dari z).
Catatan x adalah nomor tabel
y adalah posisi halaman tabel
z adalah jumlah halaman tabel

Catatan dalam tabel


Catatan dalam tabel didahului dengan kata “CATATAN” (jenis huruf Arial 10 – bold), lalu uraiannya (4
ketuk)

Catatan kaki tabel


Catatan kaki tabel ditulis menggunakan huruf kecil di atas (superscript), dimulai dengan “1” atau “a”
(jenis huruf Arial 10).
90
Tabel (lanjutan)

Arial bold ukuran 11

Penulisan nomor, judul dan header diulang jika


terpotong halaman

Catatan kaki tabel


Bagian Pedoman
A. Pengantar

B. Prinsip Umum

C. Komponen Standar

D. Subkomponen Standar

E. Kebijakan

F. Kerangka Pedoman
92
37 Hak paten
Untuk sesuatu yang dipatenkan, aturan berikut ini harus diikuti:
Dokumen standar yang dalam proses penyiapannya ditemukan adanya hak paten, harus ada
pemberitahuan berikut ini dalam prakata:

“Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat berupa hak
paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau
seluruh hak paten yang ada.”

dan ada pemberitahuan berikut ini dalam pendahuluan:


“Perlu diperhatikan bahwa beberapa unsur dari dokumen standar ini berupa hak paten seperti yang
tercantum dalam pasal ....... mengenai ............
Pemegang hak paten berikut
Nama pemegang hak paten:
Alamat:
telah meyakinkan Badan Standardisasi Nasional bahwa bersedia memberikan izin penggunaan hak
paten tanpa dikenai biaya.
Perlu diperhatikan bahwa beberapa unsur dari dokumen standar ini mungkin menjadi subjek hak paten
selain yang telah teridentifikasi di atas. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.”

93
38 Nama dagang
Nama produk yang tepat harus disebutkan dengan jelas tanpa menyebutkan merek
dagang produk. Kepemilikan nama produk (misalnya, merek dagang) untuk produk
tertentu sejauh mungkin dihindari meskipun hal ini sudah menjadi kebiasaan. Kecuali,
jika nama dagangnya tidak dapat dihindari, maka nama aslinya harus disebutkan.
Misalnya, merek dagang dengan lambang TM untuk merek dagang yang sudah terdaftar.

CONTOH Untuk mengganti “Teflon TM”, tulis dengan “Politetraflouroetelina (PTFE)”.

94
Bagian Pedoman
A. Pengantar

B. Prinsip Umum

C. Komponen Standar

D. Subkomponen Standar

E. Kebijakan

F. Kerangka Pedoman
95
Lampiran N
(informatif)
Kerangka Pedoman Penulisan Standar
Nasional Indonesia

96
97

Anda mungkin juga menyukai