Anda di halaman 1dari 3

PUSAT LITBANG KEBIJAKAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

BALAI LITBANG PENERAPAN TEKNOLOGI SUMBERDAYA AIR KEMENTERIAN PUPR

POLICY BRIEF

URGENSI UNIT PENGELOLA IRIGASI


MODERN (UPIM)

TAHUN ANGGARAN 2016


PUSAT LITBANG KEBIJAKAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
BALAI LITBANG PENERAPAN TEKNOLOGI SUMBERDAYA AIR KEMENTERIAN PUPR

Rancangan Unit Pengelola Irigasi Modern berdasarkan


Tipologi Daerah Irigasi
Tuntutan terhadap peningkatan kinerja irigasi semakin meningkat seiring dengan
ditetapkannya pencapaian ketahanan pangan sebagai salah satu agenda prioritas dalam
RPJMN 2015-2019. Namun demikian, dalam pengelolaan irigasi masih ditemukan
berbagai kendala, salah satunya kerusakan jaringan irigasi yang mencapai 52% dari
total jaringan irigasi di Indonesia mengalami kerusakan ringan dan berat (Direktorat OP
SDA, 2016). Hal ini menyebabkan tidak efisiennya pengelolaan air irigasi sehingga
tingkat layanan irigasi masih belum optimal untuk mendukung peningkatan produksi
pertanian. Suboptimal layanan irigasi ini membutuhkan penanganan segera agar
pengelolaan irigasi berkelanjutan.

Dalam mendukung keberlanjutan pengelolaan irigasi, diketahui terdapat lima pilar


utama yang vital, meliputi; (i) peningkatan keandalan penyediaan air irigasi, (ii)
perbaikan sarana dan prasarana irigasi, (iii) penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi,
(iv) penguatan institusi pengelola irigasi, dan (v) pemberdayaan sumberdaya manusia
pengelola irigasi. Dari kelima pilar tersebut, tiga pilar terakhir masih membutuhkan
penyempurnaan. Penyebab kinerja tiga pilar tersebut adalah: 1) aspek regulasi yang
berubah-ubah, perubahan yang mutakhir adalah dibatalkannya UU No. 7/2004 dan
kembali kepada UU no 11/1974; 2) pelaksanaan regulasi tidak sepadan di masing-
masing daerah; 3) kelengkapan prasarana dan sarana tiga pilar diatas tidak sepadan;
dan 4) hubungan kerja antar institusi pengelola irigasi dan pelaksanaannya tidak
sepadan (Kementerian PU, 2015).

Rancangan UPIM
Internalisasi ketiga pilar tersebut diwujudkan dalam rancangan kelembagaan UPIM.
Terdapat 6 model rancangan UPIM yang disusun sesuai dengan batas kewenangan
pengelolaan DI, tahapan irigasi modern, dan pengembangan organisasi serta sistem
pendukungnya (lihat gambar 1).

1;2;3 : Struktur UPIM Minimal


4 : Struktur UPIM Menengah
5 : Struktur UPIM Lanjutan
Khusus No. 6 walaupun bukan kewenangan pusat struktur UPIM DI Provinsi Lintas Kabupaten tetap di rancang untuk memberikan
arahan bagi pemerintah Provinsi untuk dikembangkan lebih lanjut

Gambar 1 Usulan Rancangan UPIM

Setiap rancangan UPIM dibentuk berdasarkan:


- Lima fungsi wajib UPIM: 1) sistem informasi dan program operasi dan pemeliharaan
(OP), 2) pengendalian Operasi dan Pemeliharaan, 3) pengamanan irigasi, 4)
knowledge center dan human capital, dan 5) Penyuluhan dan Tata Guna Air.
PUSAT LITBANG KEBIJAKAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
BALAI LITBANG PENERAPAN TEKNOLOGI SUMBERDAYA AIR KEMENTERIAN PUPR

- Penempatan lima fungsi wajib UPIM baik yang berupa pola titip kelola maupun
swakelola.
- Kebutuhan lokal akan SDM (jumlah dan kualitas), standar remunerasi, dan sistem
pengembangan kompetensi.
- Pemenuhan kebutuhan minimum infrastruktur pendukung.
- Sumber dan komponen pembiayaan yang berbasis AKNOP serta otomasi sistem
pelaporan untuk memastikan akuntabilitas dan tercapainya standar kinerja.

Model rancangan UPIM Minimal DI Lintas Provinsi dilekatkan lima fungsi wajib UPIM
pada posisi tertentu pada struktur BBWS yang ada saat ini. Model rancangan UPIM
Minimal DI Lintas Kabupaten kewenangan dan tanggungjawab penyelenggaraannya
tetap pada pemerintah pusat, pengelolaan dan anggaran OP diserahkan kepada
pemerintah daerah melalui TPOP, namun ada penambahan fungsi-fungsi wajib UPIM
yang harus diimplementasikan oleh penerima TPOP. Model rancangan UPIM Minimal DI
Satu Kabupaten sama dengan model rancangan UPIM Minimal DI Lintas Kabupaten.
Model rancangan UPIM Minimal DI Provinsi seluruh fungsi UPIM dikelola oleh unit-unit
terkait pada Balai PSDA Provinsi, rancangan UPIM Minimal ini berlaku juga untuk UPIM
Menengah dan Lanjutan. Model rancangan UPIM Menengah merupakan bentuk
organisasi UPIM yang mampu menjalankan beberapa fungsinya secara mandiri yang
akan diimplementasikan hanya pada daerah irigasi kewenangan pusat. Model
rancangan UPIM Lanjutan merupakan bentuk organisasi UPIM yang dianggap memiliki
kemampuan untuk menjalankan seluruh fungsi wajib UPIM secara mandiri dimana satu
DI dikelola oleh satu UPIM.

Prioritas Kebijakan
Berdasarkan temuan riset ini maka direkomendasikan beberapa masukan untuk
formulasi kebijakan yang terkait rancangan dan implementasi rancangan UPIM sebagai
berikut: 1) prioritas pertama yaitu mendesain dan implementasi pilot project yang
lokasinya ditetapkan oleh Menteri PUPR (standarisasi sistem remunerasi, sistem
pengembangan kompetensi, revitalisasi PTGA, pemenuhan alat bantu kerja operasional,
pembentukan knowledge center) serta pembentukan PMU; 2) prioritas kedua yaitu
semua DI pusat menerapkan UPIM dan pengamanan anggaran multi year melalui
program prioritas; 3) Prioritas ketiga yaitu diskresi Kementerian PUPR untuk menarik
TPOP menjadi swakelola.

Faktor Kunci Sukses Implementasi


Enam rancangan UPIM tersebut diyakini oleh para panel ahli riset ini mampu
menghasilkan target kinerja layanan sistem irigasi modern sesuai rekomendasi dalam
buku Pokok-Pokok Modernisasi Irigasi Indonesia. Namun untuk mendukung
pelaksanaannya, terutama dalam bentuk pilot project penerapan teknologi, maka perlu
memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Mendapat mandat yang jelas dan fokus dari Menteri PUPR bahwa pembentukan
UPIM adalah program prioritas kementerian berupa SK atau ketetapan lain.
2. Timing implementasi UPIM pada sebuah DI mempertimbangkan kondisi
antropologis masyarakat penerima manfaat dan pemangku kepentingan di lokasi
tersebut.
3. Transisi dari pilot project DI Kewenangan pusat ke scalling up level nasional (Pusat,
Provinsi, Kabupaten) perlu menyediakan insentif yang inovatif bagi pemda-pemda
yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai