Anda di halaman 1dari 92

SKRIPSI

PENGELOLAAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI

(BPNT) DIKECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S. AP

OLEH:

DAMEFTA RIZKA DWI AMANDA


1763201059

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Gelar

Sarjana Administrasi Publik Jurusan Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning. Dalam penulisan skripsi ini, saya

mengangkat topik sesuai dengan latar belakang studi saya di Jurusan

Administrasi Publik, sehingga saya tertarik mengangkat judul : Pengelolaan

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi

saya untuk menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Alexsander Yandra, S.IP., selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Lancang Kuning.

2. Ibu Khuriyatul Husna, MPA, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Lancang Kuning.

3. Ibu Sri Roserdevi Nasution, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning dan Sekaligus Dosen

Pembimbing II

4. Bapak Sudaryanto, MSi, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Lancang Kuning.

iii
5. Ibu Harsini, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning.

6. Ibu Irawati, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning.

7. Ibu Widia Astuti, S.Sos., M.Si Sebagai Penasehat Akademik Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Lancang Kuning

8. Dr. Hernimawati, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I saya yang sangat

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Lancang Kuning yang telah banyak memberikan arahan dan

pelayanan yang baik selama saya mengerjakan skripsi ini.

10. Ibu Roro Wilis Irene,S.T Selaku Pemberdayaan Sosial dan Penanganan

Keluarga Miskin sebagai Narasumber dalam penelitian saya yang sangat

membantu saya dalam memberikan informasi penting untuk kelanjutan skripsi

saya. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Roro Wilis Irene,

S.T dalam memberikan kemudahan tersebut.

11. Staff dan Karyawan Dinas Sosial Kota Pekanbaru yang banyak juga

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya dan tetap ramah baik dalam

memberikan informasi kepada saya dan arahan – arahan untuk menyelesaikan

skripsi ini.

12. Teristimewa untuk Keluarga. Saya mengucapkan banyak Terima Kasih untuk

dukungan berupa moral dan materi serta dorongan semnagat untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan segera. Serta Teman-Teman seperjuangan

saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga allah senantisa

iv
memberi balasan atas kebaikan semua pihak yang telah berupaya dalam

memberikan bantuan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Pekanbaru, 19 Juni 2023

Penulis

DAMEFTA RIZKA DWI A


NIM. 1763201028

v
ABSTRAK

Nama : Damefta Rizka Dwi Amanda

Program Studi : Administrasi Negara

Judul : Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

Pengelolaan sangat diperlukan dalam menjalankan suatu praturan yang


ditetapkan dan dapat di jalankan pada tujuan target, baik secara langsung atau
tidak, pengelolaan tidak hanya berupa sesuatu yang dikelola pribadi namun
bantuan sosial yang akan disalurkan dan memerlukan pengelolaan agar
penyalurannya berjalan dengan baik. Salah satu bantuan yang memerlukan
pengelolaan adalah Bantuan Pangan Non Tunai. Bantuan Pangan Non Tunai
memerlukan tahapan untuk dapat mengelola BPNT tersebut mencapai target, dan
target yang telah ditetapkan dalam perencanaan pengelolaan BPNT adalah warga
miskin. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui pengelolaan Bantuan
Pangan Non Tunai ( BPNT ) yang disalurkan oleh pemerintah kepada masyarakat
di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.2. Untuk mengetahui hambatan yang
dihadapi oleh pemerintah dalam mengelola Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
yang disalurkan kepada masyarakat di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
Penelitian ini disusun menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan metode
pendekatan fenomenologi yang dilakukan terhadap warga miskin yang terdaftar
KPM dslsm pengelolaan BPNT. Hasil yang ditemukan: pendekatan terhadap
masyarakat melalui bebagai aspek yaitu, pengecekan data atau informasi prihal
kebenaran masyarakat tersebut adalah warga tergolong miskin, segala bentuk
aktivitas pengelolaan BPNT telah disusun dan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang ditetapkan dan dilaksanakan bedasarkan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola Bantuan Pangan
Non Tunai di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Kata Kunci : Pengelolaan, BPNT, DINSOS

vi
ABSTRACT

Name : Damefta Rizka Dwi Amanda

Study Program : Public Admnistration

Title :Management of Non – Cash basic food assistance

(BPNT) inRumbai Sub-district, Pekanbaru City

Management is very necessary in carrying out a set of rules and can be


carried out on target goals, either directly or indirectly, management is not only
in the form of something that is managed personally but social assistance that will
be distributed and requires management so that the distribution goes well. One of
the assistance that requires management is Non-Cash Food Aid. Non-Cash Food
Assistance requires stages to be able to manage the BPNT to reach the target, and
the targets set in the BPNT management plan are the poor. This study aims to: 1.
To find out the management of Non-Cash Food Assistance (BPNT) distributed by
the government to the people in Rumbai District, Pekanbaru City. To find out the
obstacles faced by the government in managing Non-Cash Food Assistance
(BPNT) distributed to the community in Rumbai District, Pekanbaru City. This
research was compiled using a descriptive qualitative method with a
phenomenological approach method that was carried out on poor people who
were registered as KPM in BPNT management. The results found: approach to
the community through various aspects, namely, checking data or information
regarding the truth that the community is classified as poor, all forms of BPNT
management activities have been prepared and carried out in accordance with the
established plan and carried out based on planning, organizing, implementing
and supervising in managing Non-Cash Food Assistance in Rumbai District,
Pekanbaru City.

Keywords: Management, BPNT, DINSOS

vii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

ABSRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRAC ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 RumusanMasalah....................................................................................... 14

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 14

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 16

2.1 Konsep Teoritis .......................................................................................... 16

2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................................. 33

2.3 Fokus Penelitian ......................................................................................... 40

2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 43

3.1Lokasi Penelitian ......................................................................................... 43

viii
3.2 Jenis Penilitian ........................................................................................... 43

3.3 Informan Penelitian ................................................................................... 44

3.4 Jenis Data ................................................................................................... 44

3.5 Teknik Pengumpulan data ......................................................................... 46

3.6 Analisis Data............................................................................................... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................ 50

4.1 Gambaran Umum Kota Pekanbaru .......................................................... 50

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Rumbai .................................................... 52

4.3 Gambaran Umum DINSOS Kota Pekanbaru .......................................... 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 60

5.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 60

5.2 Pembahasan ............................................................................................... 85

BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 87

6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 87

6.2 Saran ......................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89

LAMPIRAN .........................................................................................................

ix
DAFTAR TABEL

x
DAFTAR GAMBAR

xi
12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berkembang di dunia dan juga negara yang

berkepulauan. Indonesia termasuk dalam negara yang memiliki angka

kependudukan yang tinggi di dunia dengan total sebanyak ± 270 juta jiwa. Dalam

hal tersebut merupakan sebuah tantangan besar bagi negara Indonesia dalam

mengatasi permasalahan kemiskinan yang menjadi faktor sudah lama dihadapi

negara Indonesia. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia disebabkan beberapa faktor

yang antara lain adalah pendidikan masih kurang, lapangan kerja yang sedikit,

tingkat upah yang sangat kurang, distribusi pendapatan yang timpang, hingga

politik yang belum stabil dan terutama dalam sumber daya manusia dikarenakan

banyaknya yang tergolong menengah kebawah. Dengan masih besarnya angka

kemiskinan di Indonesia yang tidak dapat keluar dari garis kemiskinan dan tidak

dapat mengatasi masalah kemiskinan tersebut dan hal ini menjadi kompleks setiap

tahunnya.

Menurut Widodo, kemiskinan merupakan obsesi bangsa dan persoalan yang

amat mendasar dan harus ditangani penduduk miskin umumnya tidak

berpenghasilan cukup, bahkan tidak berpenghasilan sama sekali. Penduduk miskin

umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan

ekonomi sehingga tertinggal dari masyarakat lainnya. Badan Pusat Statistik (BPS),

jumlah kemiskinan di indonesia pada bulan September 2021 sebanyak 26,50 juta

12
13

orang dan turun 1,504 juta orang dari data Maret 2021 sebanyak 27,54 juta orang.

UUD RI No 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin menyatakan bahwa

fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata

pencarian dan atau mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak mempunyai

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya

dan keluarganya.

Tujuan didirikannya negara Republik Indonesia ialah untuk mewujudkannya

kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut

tertera dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Jika mencermati tujuan nasional tersebut

sesungguhnya dijiwai oleh sila ke lima dan ke dua yaitu keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ke Lima pancasila

itu dicerminkan bahwa Indonesia adalah negara kesejahteraan yang bercita-cita

untuk mewujudkan kesejahteraan umum.

Di dalam pancasila itu juga sudah terkandung Akan hak asasi manusia (HAM)

khususnya untuk diperlakukannyasecara adil dan manusiawi (beradab) yang di

kenal dengan sila kedua Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Pengukuhan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai konstitusi negara

telah menemukan peluang penyelenggaraan negara yang dapat mungkin

memprioritaskan kesejahteraan umum masyarakat. Dalam UUD 1945 sejauh ini

Kesajahtraan umum belum menjadi kenyataan, masih terlalu banyak warga negara

yang dikatakan miskin. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk

memutus rantai kemiskinan dan mengeluarkan program-program sosial. Bantuan

sosial berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang keluarga atau

13
14

kelompok masyarakat miskin, tidak mampu atau rentan terhadap resiko sosial.

Pemerintah juga menyiapkan program untuk menanggulangi kemiskinan di

seluruh Indonesia, beberapa program tersebut antara lain:

1. Program Raskin

2. Program keluarga harapan (PKH)

3. Program Kartu Sembako

4. Program Prakerja

5. Dukungan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)

6. Bantuan Pangan Non Tunai

Salah satu program bantuan dari pemerintah saat ini adalah Bantuan Pangan

Non Tunai yang menjadi pendorong masyarakat untuk menstabilkan

ekonominya. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dapat dipahami sebagai

pemberian sembako kepada masyarakat miskin. Instrumen ini dibuat dalam

kebijakan penting untuk penanggulangan kemiskinan kepada masyarakat yang

tidak mampu dan berpenghasilan rendah. Anggaran 2017 penyaluran Bantuan

Pangan Non Tunai (BPNT) dilakukan melalui mekanisme nontunai sehingga

dapat tepat sasaran dan lebih mudah terjangkau. Bantuan Pangan Non Tunai

(BPNT) ialah bantuan sosial pangan dalam bentuk nontunai dari pemerintah

yang diberikan kepada Keluarga Sasaran Penerima Manfaat (KPM) setiap

bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk

membeli bahan di pedagang pangan/e- warong yang bekerjasama dengan bank.

BantuanPangan Non Tunai (BPNT) ini bertujuan untuk membantu

masyarakat yang kurang mampu dan masyarakat yang berpengasilan

14
15

rendah. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) diatur oleh Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2017 Tentang Penyaluran Bantuan Sosial

Secara Nontunai. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63

Tahun 2017 menjelaskan bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat

dilakukan secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah, tepat

waktu, tepat kualitas dan tepat administrasi.

Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyaluran Bantuan

Kementerian Sosial Republik Indonesia telah menerbitkan Permensos Nomor 5

Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Program Sembako. Permensos tentang

pelaksanaan program sembako ini didasarkan untuk mengembangkan program

bantuan pangan non tunai guna memberikan pilihan dan kendali kepada

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam memenuhi kebutuhan pangan.

Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau

rentan terhadap risiko sosial. Elektronik Warung Gotong Royong yang

selanjutnya disebut e-warong adalah unit usaha di bidang perdagangan sembako

yang bekerja sama dengan bank penyalur dan telah ditetapkan oleh Menteri

Sosial sebagai tempat penarikan atau pembelian Bantuan Sosial. Keluarga

Penerima Manfaat yang selanjutnya disingkat KPM adalah keluarga yang

ditetapkan sebagai penerima manfaat program sembako. Bantuan Pangan

Nontunai yang selanjutnya disebut BPNT adalah Bantuan Sosial yang

disalurkan secara nontunai dari pemerintah yang diberikan kepada KPM melalui

uang elektronik selanjutnya digunakan untuk membeli bahan pangan yang

telah ditentukan di e-warong.

15
16

Program Sembako adalah program Bantuan Sosial pangan yang

merupakan pengembangan dari program BPNT dengan perubahan nilai bantuan

dan jenis bahan pangan. Bank Penyalur adalah bank mitra kerja tempat

dibukanya rekening atas nama pemberi Bantuan Sosial untuk menampung dana

Program Sembako yang akan disalurkan kepada KPM. Kartu Keluarga

Sejahtera yang selanjutnya disingkat KKS adalah instrumen pembayaran yang

memiliki fitur uang elektronik dan/atau tabungan yang dapat digunakan sebagai

media penyaluran berbagai Bantuan Sosial.

Kelompok Usaha Bersama yang selanjutnya disebut KUBE adalah

kelompok keluarga miskin yang dibentuk, tumbuh, dan berkembang atas

prakarsanya dalam melaksanakan usaha ekonomi produktif untuk

meningkatkan pendapatan keluarga. Aplikasi Pembelanjaan adalah sistem

informasi yang memuat transaksi berupa jenis, jumlah, dan harga pembelian

bahan pangan oleh KPM sesuai dengan tahapan penyaluran berupa point of sale

yang dikelola oleh Bank Penyalur dan dipergunakan oleh e-warong dalam

penyaluran Program Sembako. Aplikasi Online Monitoring Sistem

Perbendaharaan dan Anggaran Negara yang selanjutnya disebut aplikasi OM-

SPAN adalah aplikasi yang digunakan dalam rangka memonitoring transaksi

dalam sistem perbendaharaan dan anggaran negara dan menyajikan informasi

sesuai dengan kebutuhan yang diakses melalui jaringan berbasis web.

Program Sembako adalah program Bantuan Sosial pangan yang merupakan

pengembangan dari program BPNT dengan perubahan nilai bantuan dan jenis

bahan pangan. Tujuan penyelenggaraan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ini

untuk membantu mensejahterakan dan mengurangi beban pengeluaran bagi

16
17

masyarakat yang kurang mampu melalui kebutuhan pangan, memberikan

nutrisi yang lebih seimbang kepada masyarakat tidak mampu, meningkatkan

ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan kepada masyarakat

kurang mampu. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada

masyarakat kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pangan, dan

mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Kartu Sembako sudah mulai

disalurkan pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos). BPNT Kartu

Sembako diberikan secara tunai sebesar Rp2,4 juta per tahun untuk setiap

penerima dengan skema penyaluran bertahap sebulan sekali sebesar Rp200.000.

BPNT Kartu Sembako adalah bantuan sosial (bansos) pangan yangdiberikan

kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk memenuhi kebutuhan pokok

dasar pangan mereka. Terdapat sejumlah syarat penerima BPNT Kartu

Sembako yang harus dipenuhi masyarakat yang ingin mendapatkan bansos

tersebut. Syarat Penerima BPNT Kartu Sembako;

1. Memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk)

2. Terdaftar sebagai warga dikecamatan Setempat

3. Warga miskin atau rentan miskin.

4. Bukan Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, Polri,

5. Warga terdampak Covid-18 atau kehilangan pekerjaan

karena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Apabila ada warga yang merasa kurang mampu dan membutuhkan akses

bansos namun belum masuk dalam DTKS, atau sudah ada dalam DTKS namun

17
18

belum pernah diusulkan untuk mendapatkan bansos, dapat melaporkan diri

melalui unsur pemerintah terkecil di wilayahnya (RT/RW/Kepala Dusun/Lurah)

agar dapat diusulkan sebagai KPM bansos. Apabila pengusulan sudah dilakukan

dari kelurahan, selanjutnya akan ada kunjungan rumah dalam rangka verifikasi

kelayakan keluarga tersebut sesuai kriteria yang telah ditentukan oleh Menteri

Sosial RI.

Status keberadaan data seseorang dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

(DTKS) dan kepesertaan bansos dapat diketahui dengan cara menanyakan

langsung (datang langsung ke bagian pelayanan masyarakat atau melalui email)

ke Dinas Sosial Kabupaten/Kota setempat sesuai alamat KTP anda dengan

menunjukkan atau mengirimkan foto/scan :

1. KTP, 2) KK, 3) KKS (jika ada)

Pengecekan status keberadaan seseorang dalam DTKS serta status

kepesertaan bantuan sosial berbasis NIK saat ini juga telah dapat dilakukan secara

mandiri melalui aplikasi Cek Bansos. Aplikasi milik Kementerian Sosial RI

tersebut dapat diunduh secara gratis di Playstore. Pengguna diharuskan membuat

akun dan melengkapi data diri dan keluarga untuk dapat menggunakan aplikasi

tersebut.

DTKS diupdate secara rutin oleh Dinas Sosial Kabupaten Kota dengan

melibatkan Pemerintah Desa/Kelurahan melalui Musyawarah Desa/Musyawarah

kelurahan, serta dilakukan pengecekan rumah tangga dilapangan sesuai aturan.

18
19

Hasil update data dikirimkan ke Kementerian Sosial untuk ditetapkan. Sesuai

Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2021. DTKS diupdate secara berkala

denganpenetapan setiap bulan oleh Menteri Sosial RI.

Apabila memenuhi syarat penerima BPNT Kartu Sembako tersebut,maka

masyarakat dapat mendaftar melalui RT/RW atau kelurahan/desa. Untuk mendaftar

BPNT Kartu Sembako , masyarakat bisa membawa berkas pendaftaran berupa KTP

dan Kartu Keluarga (KK). Masyarakat juga dapat mendaftar secara online melalui

aplikasi resmi Cek Bansos Kemensos yang dapat diunduh melalui Play Store di

handphone (HP).

Dalam aplikasi Cek Bansos Kemensos terdapat fitur “Daftar Usulan” yang

dapat digunakan untuk mendaftar BPNT Kartu Sembako. Seperti yang telah

disebutkan, masyarakat yang terdaftar sebagai penerima BPNT Kartu Sembako

akan mendapatkan bansos secara tunai. bansos tersebut akan disalurkan secara

bertahap sebulan sekali sebesar Rp200.000 perbulan untuk setiap KPM, setiap dana

yang disalurkan hanya dapat digunakan untuk membeli sembako yang dapat di

pilih di aplikasi e-waroeng. Sembako yang dapat dipilih masyarakat KPM dalam

e-waroeng memiliki ragam sembako yang dapat memenuhi kebutuhan KPM baik

secara produknya. Namun, untuk penyaluran periode Januari-Maret 2022, dana

bansos BPNT Kartu Sembako disalurkan sekaligus sebesar Rp200.00/bulan.

Dana bansos BPNT Kartu Sembako disalurkan langsung ke KPM melalui

kantor Pos atau RT/RW setempat. Proses Penerimaan Bantuan pangan Non Tunai

(BPNT) selalu memiliki persyaratan untuk mendapatkannya namun masyarakat

kota hingga kecamatan dan kelurahan yang mendapatkan BPNT banyak yang

tidak tau proses bahkan pengelolaan dari BPNT tersebut. BPNT sangat dibutuhkan

19
20

masyarakat dimasa Covid hal itu dikarenakan menurunnya perekonomian dari

masing-masing masyarakat yang bekerja baik dari sektor perdagangan,

perkantoran, wiraswasta maupun lainya.

Peneliti melakukan penelitian dengan judul pengengelolaan BPNT

dikarenakan Bantuan yang dilakukan dari Kementrian Sosial selalu tidak tepat

sasaran pada Masyarakat yang membutuhkan Bantuan tersebut, peneliti juga

mengacu pada penelitian mahasiswa yang membahas kurang efektifnya

pelaksanaan BPNT disetiap daerah yang mereka teliti salah satu contohnya adalah

Skripsi Fajar Mahasiswa UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta tahun 2022 yang

berjudul “Pelaksanaa BPNT dalam mensejahtrakan Keluarga Kurang Mampu di

Tangerang. dari banyaknyamasyarakat dari kalangan bawah yang kurang informasi

prihal bantuan-bantuanyang disediakan Kementrian Sosial dan dilaksanakan oleh

Dinas Sosial terkhususnya BPNT di Kec.Rumbai.

Penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ini yang mendapatkannya

salah satunya adalah Kec. Rumbai kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Data Penerima BPNT Di Kota Pekanbaru Pada Tahun 2021

Kecamatan Kelurahan Jumlah Jumlah KPM

Penduduk Keluarga (Keluarga


Penerima
Miskin Manfaat)

Rumbai Lembah Damai 7859 555 328

Meranti Pandak 13631 1123 645

Palas 8800 352 352

Limbngan Baru 20695 440 193

20
21

Sri Meranti 24697 603 687

Umban Sari 1339 381 381

2586

Total 77.021 3454 2586

Sumber data : Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2021

Dari tabel 1.1 Rumbai 6 kelurahan yang menerima Bantuan Pangan Non

Tunai (BPNT). Totalnnya yang menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di

Kota Pekanbaru 6 kelurahan. Jumlah keseluruhan keluarga sasaran penerima

manfaat (KPM) totalnya 2389 orang/ KK. Salah satu Kabupaten/Kota yang

terpilih menjadi sasaran penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah

Kota Pekanbaru. Bantuan Pangan Non Tunai dengan jumlah sasaran Keluarga

Penerima Manfaat (KPM) sebesar 16.227.

Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) mulai dilaksanakan di Kota

Pekanbaru pada tahun 2021. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota

Pekanbaru ini disalurkan lewat Elektronik Warung Gotong Royong (E-Warong). E-

Warong adalah agen bank atau terdapat pihak lain yang telah bekerjasama melalui

Bank Penyalur. Di wilayah kota Pekanbaru, Salah satunya dikecamatan Rumbai

menjadi salah satu kecamatan yang mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai

(BPNT) terdapat 6 kelurahan yang menerima BPNT. Dengan jumlah penduduk,

jumlah keluarga miskin, dan jumlah keluarga penerima Manfaat (KPM) dari

masing- masing kecamatan adalah Lembah Yaitu kelurahan lembah damai 7859

penduduk, 555 KK, dan 328 KPM, Meranti Pandak 13631 penduduk, 1123 KK, dan

645 KPM, dan Palas 8800 penduduk, 352 KK, dan 352 KPM, limbungan

baru 20695 Penduduk, 440 KK, dan 193 KPM, Sri meranti 24697 Penduduk, 603

21
22

KK dan 687 KPM, dan Umban Sari 1339 Penduduk, 381 KK dan 381 KPM . Dari

segi jumlah, Bantuan Pangan Non Tunai yang diberikan melalui kartu kombo

(Kartu Keluarga Sejahtera) sudah sesuai dengan ketentuan.

Program bantuan ini pasti memiliki Tujuan yang ingn dicapai, berhasil atau

tidaknya program bantuan pemerintah dapat dilihat dari tercapainya tujuan dari

program bantuan tersebut. Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah

dana elektronik yang diberikan melalui e-waroeng dan masyarakat hanya dapat

menggunakan dana tersebut hanya untuk belanja sembako e-waroeng.

Seperti halnya yang di jelaskan pada Table berikut:

Tabel 1.2 Jenis Penerimaan BPNT

No Jumlah Dana Program Jenis Komoditas Sembako

Sumber Karbo Hidrat - Jagung


1 200 Rb/KPM/bulan
- Sagu
- Beras
Sumber Protein Hewani - Daging Sapi
- Daging Ayam
- Telur
- Ikan
Sumber Protein Nabati - Tempe
- Tahu
Sumber Vitamin dan - Buah
Mineral - Sayur

Sumber : Buku Pedoman BPNT Dinas Sosial

Tujuannya agar kebutuhan pokok oleh para penerima bantuan ini

mendapatkan gizi yang terpenuhi. Dan ada masyarakat yang mampu mendapatkan

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sedangkan bantuan ini berlaku hanya untuk

masyarakat yang kurang mampu. Pengambilan bantuan pangan ini bisa diambil di

e-warong terdekat. Bagi penerima Bantuan Pangan NonTunai (BPNT) orang yang

tidak mempunyai penghasilan tetap atau penghasilan yang kurang dan untuk

22
23

mencukupi kebutuhan tidak cukup.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2017

Pasal 1 Ayat 1 berbunyi bantuan sosial adalah bantuan berupa uang,

barang atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat

miskin, tidak mampu, ataurentan terhadap resiko sosial. Maksud dari

bantuan sosial ditujukan bagi masyrakat yang kurang mampu dan

bertujuan untuk membantu meringkankan kehidupan masyarakat

tersebut. Berdasarkan Peraturan Presiden tersebut.

Pemerintah Kota Pekanbaru memaksimalkan bantuan yang diberikan oleh

pemerintah pusat yang akan disalurkan kemasyarakat kesetiap daerahnya. Dari

uraian data diatas terlihat bahwa banyak sekali masyarakat di Kecamatan Rumbai

yang ada di Kota Pekanbaru yang menerima Bantuan Non Tunai dari pemerintah

Kota Pekanbaru, Rumbai menjadi lokasi dari penelitian peneliti dikarenakan

peneliti tertarik ingin melakukan percobaan dalam memastikan pelaksanaan

Bantuan Sosial khususnya BPNT ditempat peneliti bertempat tinggal, dan peneliti

mulai melakuan kunjungan kerumah warga dan menanyakan Bantuan Sosial

dengan jenis BPNT dan bagaimana pelaksanaanya ditempat tersebut, dan hasil dari

keluhan masyarakat rumbai memiliki kesamaan dengan keluhan masyarakat dikota

tangerang pada skripsi peneliti lain. Melihat Fenomena terjadi di Kec. Rumbai Kota

Pekanbaru peneliti mencoba mencari informasi prihal data warga miskin dan warga

yang terdaftar KPM di kecamatan Rumbai dalam bantuan BPTN di Dinas Sosial

Pekanbaru, dan peneliti menukan fenomena yang membuat peneliti semakin

tertarik membahas Pelaksanaan BPNT di kecamatan rumbai, Fenomenanya

diantaranya:

23
24

1. Masyarakat Rumbai yang tergolong dari kalangan bawah Banyak yang belum

Menerima BNPT. Hal itu dapat dibuktikan dari data warga miskin dikecamatan

rumbai dan yang menjadi KPM (Keluarga Penerima Manfaat) hanya setengah

dari jumlah warga yang terdaftar dari kalangaan bawah.

2. Yang terdaftar KPM (Keluarga Penerima Manfaat) tidak hanya dapat

dilakukan oleh kelurga yang terdaftar dari keluarga kalangan bawah.

Hal itu dibuktikan dengan data dari Kel. Sri Meranti yang diperoleh dimana

warga yang terdaftar miskin hanya 603 dan yang terdaftar KPM sebesar 687.

Banyak kemungkinan yang dapat terjadi yang membuat terhambat atau tidak

terbaginya Bantuan tersebut kepada pihak-pihak yang berhakmendapatkan BPNT

salah satu kemungkinan dari sekian kemungkinan adalah kurang pahamnya

masyarakat dari proses pengelolaan BPNT dari di Kec. Rumbai Kota Pekanbaru.

Atas dasar permasalahan yang dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “PENGELOLAAN BANTUAN PANGAN

NON TUNAI (BPNT) DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU “

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang

disalurkan pemerintah kepada masyarakat di Kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru ?

2. Apa saja yang menjadi hambatan pemeritah dalam mengelola Bantuan

Pangan Non Tunai ( BPNT ) di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitan

1. Untuk mengetahui pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai ( BPNT )

24
25

yang disalurkan oleh pemerintah kepada masyarakat di Kecamatan

Rumbai Kota Pekanbaru.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh pemerintah

dalam mengelola Bantuan Pangan Non Tunai ( BPNT ) yang disalurkan

kepada masyarakat di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitan

Penelitian ini dapat memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung.

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, informasi serta

menambah wawasan mengenai Analisis Pengelolaan Bantuan Pangan Non

Tunai ( BPNT ) di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

2. Bagi Pemerintah

Diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagipemerintah

dalam mengambil kebijakan dalam mengelola BantuanPangan Non tunai

yang disalurkan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

3. Bagi Penulis Lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh acuan bagi penulis

lainnya dalam melakukan penelitian mengenai Analisis Pengelolan Bantuan

Pangan Non Tunai yang disalurkan Pemerintah kepada masyarakat.

25
26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teoritis

A. Administrasi

Menurut Khairul Umam dalam siswandi (2017:2) mengatakan bahwa: ilmu

administrasi merupakan hasil pemikiran penalaran manusia yang disusun

berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan kejelasan

tentang objek formal, yaitu pemikiran yang menciptakan keteraturan dari berbagai

aksi dan reaksi yang dilakoni oleh manusia yang melakukan aktivitas administrasi

dalam bentuk kerjasama menuju terwujudnya tujuan tertentu.

Menurut (Herliana, 2016) Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan

penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan tujuan

untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara

keseluruhan dan dalam satu hubungan satu sama lain.

Menurut Siagian dalam bukunya Anggara (2012:21) menyebutkan:

Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih

yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

B. Organisasi

Menurut M. Manullang dalam Malayu S. P. Hasibuan (2014:25) Organisasi

dalam arti dinamis (pengorganisasian) adalah suatu proses penetapan dan

pembagian pekerjaan yang dilakukan, pembatasan tugas- tugas atau tanggung

jawab serta wewenang dan penetapan hubungan- hubungan antara unsur-unsur

organisasi, sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja bersama-sama se


27

efektif mungkin untuk pencapaian tujuan Menurut H. Makmur (2013:107)

Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan sosial dari kelompok manusia yang

saling berinteraksi dan bereaksi kedalam suatu ikatan pengakuan dari keteraturan

dengan memiliki fungsi dan tugas sebagai suatu kesatuan yang mengarah pada

pencapaian tugas serta mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga dapat

dipisahkan secara tegas masing-masing manusia yang terikat dalam persekutuan.

Menurut Sondang Siagian dalam Adam I Indrawijaya, Mpa (2013:3)

organisasi adalah seetiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang

bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan

yang telah ditentukan, dalam ikatan nama terdapat atau beberapa orang yang

disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

C. Manajemen

Menurut Sarwoto dalam Syamsir Torang (2013:165) Manajemen adalah seni

untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal. Deskripsi

tersebut mengindikasikan bahwa manajemen merupakan alat untuk mencapai

tujuan organisasi. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan

organisasi.

Menurut Robbins dalam Malayu S.P Hasibuan (2014:166) mengatakan

bahwa manajemen adalah aktivitas yang meliputi perencanaan, pengembangan,

pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan dan tindakan untuk mencapai

tujuan tertentu.

Menurut Handoko dalam Malayu S.P. Hasibuan (2014:166) mengatakan

bahwa manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya


28

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

D. Pengelolaan

Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Secara

umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik

berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat juga diartikan

sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan

sehingga lebih bermanfaat.

Nugroho (2003:119) mengemukakan bahwa Pengelolaan merupakan istilah

yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan berasal

dari kata kelola (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau

menangani sesuatu untukmencapai tujuan tertentu. Jadi pengelolaan merupakan

ilmu manajemen yang berhubungan dengan proses mengurus dan menangani

sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Sedangkan menurut Syamsu menitikberatkan pengelolaan sebagai fungsi

manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan

pengontrolan untuk mencapai efisiensi pekerjaan. Sementara Terry (2009:9)

mengemukakan bahwa : Pengelolaan sama dengan manajemen sehingga

pengelolaan dipahami sebagai suatu proses membeda-bedakan atas perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu

maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering dikaitkan

dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa perencanaan, pengorganisasian,

pengendalian, pengarahan, dan pengawasan.


29

Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manage yang berarti menangani,

atau mengatur. Dari pengertian pengelolaan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pengertian Pengelolan yaitu bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, yang

meliputi fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

a. Tujuan Pengelolaan

Tujuan pengelolaan adalah agar segenap sumber daya yang ada seperti,

sumber daya manusia, peralatan atau sarana yang ada dalam suatu organisasi

dapat digerakan sedemikian rupa, sehingga dapat menghindarkan dari segenap

pemborosan waktu, tenaga dan materi guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi, karena tanpa adanya

pengelolan atau manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan

akan lebih sulit. Disini ada beberapa tujuan pengelolaan :

1. Untuk pencapaian tujuan organisasi berdasarkan visi dan misi.

2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan- tujuan yang saling

bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara

tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling

bertentangan dari pihak yang perkepentingan dalam suatu organisasi.

3. Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur

dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum yaitu efisien

dan efektivitas.

Tujuan pengelolaan akan tercapai jika langkah-langkah dalam pelaksanaan

manajemen di tetapkan secara tepat, Afifiddin (2010) menyatakan bahwa

langkah- langkah pelaksanaan pengelolaan berdasarkan tujuan sebagai berikut:


30

a. Menentukan strategi

b. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab

c. Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas dan batasan

waktu.

d. Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana.

e. Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas dan efisiensi

f. Menentukan ukuran untuk menilai

g. Mengadakan pertemuan

h. Pelaksanaan.

i. Mengadaan penilaian

j. Mengadakan review secara berkala.

k. Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-ulang.

Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pengelolaan tidak akan terlepas dari

memanfaatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efektif dan

efesien agar tujuan organisasi tercapai.

b. Fungsi Pengelolaan

Menurut Terry dalam Sobri, dkk (2009:1) mengartikan fungsi pengelolaan

sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

melalui usaha orang lain. Berikut beberapa fungsi pengelolaan yang

dikemukakan oleh para ahli :

Henry Fayol mengemukakan ada 5 fungsi pengelolaan antara lain:

Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian) Commanding


31

(Pemberian perintah) Coordinating (Pengkoordinasian) Controlling

(Pengawasan).

George R. Terry (2006 : 342) menuliskan ada 4 fungsi pengelolaan yang

dikenal dengan POAC antara lain : Planning Organizing Actuating

Controlling,sedangkan John F. Mee mengemukakan 4 fungsi pengelolaan antara

lain: Planning Organizing Motivating Controlling Fungsi pengelolaan yang

dikemukakan John F. Mee sebenarnya hampir sama dengan konsep fungsi

pengelolaan George R. Terry, hanya saja actuating diperhalus menjadi motivating

yang kurang lebih artinya sama. Menurut Luther Gullick Fungsi Pengelolaan

terbagi atas Planning. Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,

Reporting,dan Budegeting.

Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi Manajemen menurut para ahli :

1. Planning (Perencanaan) adalah proses penentuan tujuan dan pedoman

pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada

(Hasibuan 2009:40). Koonts and Donnel dalam Hasibuan, planning is the

function of a manager which involves the selection from alternatives of

objectives, policies, procedures, and programs. Artinya: perencana adalah

fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan

kebijaksanaan prosedur-prosedur, dan program- program dari alternatif-

alternatif yang ada.Jadi, masalah perencanaan adalah masalah “memilih” yang

terbaik dari beberapa alternatif yang ada.

2. Organizing (Pengorganisasian) adalah suatu proses penentuan,

pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan

untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,


32

menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara

relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-

aktivitas tersebut (Hasibuan). Organizing is the establishing of effective

behavioral relationship among persons so that they may work together

afficiently and again personal satisfactions for the purpose of achieving some

goal or objectives. (Terry). Artinya: pengorganisasian adalah tindakan

mengusahakan hubungan- kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga

dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh

kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam

kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran.

3. Actuating, Directing and Leading (Pengarahan) adalah mengarahkan semua

bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

(Hasibuan). Actuating is setting all members of the group to want to

achive and to strike to achive the objective willingly and keeping with the

managerial palnning and organizing efforts. (Terry). Artinya: pengarahan

adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan

bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan

perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.

4. Controlling: Controlling is the process of regulating the various factors in

enterprise according to the requirement of its plans (P. Strong). Artinya:

pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalamsuatu perusahaan,

agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Control is the

measurement and correction of the performance of subordinates in order to

make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are
33

accomplished (Koontz). Artinya: pengendalian adalah pengukuran dan

perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang

telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.

Dari beberapa definisi dan konsep pengelolaan dapat di atas dapat

dipahami bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu proses

yang berhubungan dengan implementasi indikator fungsi-fungsi pengelolaan atau

manajemen yang berperan penting dan efektif dalam menunjang tercapainya

tujuan individu, lembaga, maupun organisasi atau perusahaan. Bagi suatu

organisasi, pengelolaan sumber daya manusia menyangkut keseluruhan urusan

organisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau

unsur yang ada didalamnya, yaitu para pengelola dengan berbagai aktivitasnya

harus memfokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan staff,

penetapan program latihan jabatan dan lain sebagainya. Hal ini perlu dilakukan

untuk mengantisipasi perkembangan jangka pendek dan jangka

panjang dari suatu organisasi tersebut, khususnya yang menyangkut

kesiapan sumber daya manusianya. Alasan lainnya adalah bahwa suatu

pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi tidak dapat terlepas dari

lingkungan internal maupun eksternal, yang pada suatu saat akan dapat

mempengaruhi keberadaan organisasi tersebut.

c. Ciri-ciri Pengelolaan yang Baik

Pengelolaan yang baik merupakan pondasi bagi pengembangan setiap

organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja dan organisasi

lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, hal ini mengindikasikan bahwa organisasi

telah memenuhi persyaratan dan memiliki perangkat minimal untuk memastikan


34

kredibilitas, integritas dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan,

membuat keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang

merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota. Utamanya, melalui pengelolaan

yang baik, organisasi memelihara kepercayaan anggota meningkatkan reputasi,

serta memengaruhi anggota-anggotanya melalui interaksi yang dibangunnya.

Kegagalan diterapkannya pengelolaan yang baik dalam oganisasi pengusaha,

tidak hanya menghancurkan reputasi, serta mengurangi efektivitas organisasi, akan

tetapi juga berdampak negatif terhadap reputasi mereka yang diwakilinya.

Pengelolaan yang baik merupakan elemen penting untuk memastikan organisasi

bekerja sesuai dengan kepentingan anggotanya.

Menurut Geroge R. Terry (2006 : 342) menjelaskan bahwa pengelolaan

yang baik meliputi :

1. Perencanaan (Planning) adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha

menghubungkan fakta satu dengan lainnya, kemudian membuat perkiraan dan

peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan

datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki.

2. Pengorganisasian (Organizing) diartikan sebagai kegiatan mengaplikasikan

seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan

menetapkan wewenang tertentu serta tanggung jawab sehingga terwujud

kesatuan usaha dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Penggerakan (Actuating) adalah menempatkan semua anggota daripada

kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.

4. Pengawasan (Controlling) diartikan sebagai proses penentuan yang dicapai,


35

pengukuran dan koreksi terhadap aktivitas pelaksanaan dan bilamana perlu

mengambil tindakan korektif terhadap aktivitas pelaksanaan dapat berjalan

menurut rencana.

Tujuan perancanaan diatas menurut Laksmi dkk. (2008 : 30) adalah:

a. Mengurangi/mengimbangi ketidakpastian perubahan-perubahan diwaktu

yang akan datang.

b. Memusatkan perhatian kepada sasaran

c. Mendapatkan/menjamin proses pencapaian tujuan terlaksana secara

ekonomis

d. Memudahkan pengawasan

Tujuan pengorganisasian diatas menurut Laksmi dkk. (2008 : 43) adalah :

a. Mendelegasikan tugas-tugas untuk menjaga keseimbangan beban kerja

dalam suatu organisasi yang sehat.

b. Memberikan batasan wewenang untuk melaksanakan tugas sehingga setiap

orang dapat mengambil keputusan sesuai dengan diharapkan.

c. Memastikan tanggung jawab dalam jabatan-jabatan perorangan untuk

mencegah seseorang melemparkan kesalahan kepada pihak lain, atau

mengkambinghitamkan orang lain.

d. Memudahkan koordinasi, tidak hanya mengkoordinasi sumber daya

manusia tetapi juga sumber daya lainnya, seperti anggaran, fasilitas dan

peralatan.

e. Memudahkan motivasi dan moral pekerja.

Tujuan penggerakan menurut George R. Terry (2006 : 364) adalah :

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien


36

b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf

c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan

prestasi kerja staf

e. Membuat organisasi berkembang secara dinamis

E. BPNT

Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yaitu bantuan pangan yang

disalurkan dalam bentuk non tunai dari pemerintah kepada Keluarga Penerima

Manfaat (KPM) setiap bulannya melalui mekanisme uang elektronik yang

digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan atau

disebut E-Warong yang bekerjasama dengan Bank Penyalur. Penyaluran program

bantuan pangan secara non tunai mulai dilaksanakan pada tahun 2017 di 44 Kota

yang memiliki akses dan fasilitas memadai. Secara bertahap, bantuan pangan akan

diperluas ke seluruh Kota dan Kabupaten sesuai dengan kesiapan sarana dan

prasarana penyaluran non tunai. Dengan demikian, mulai tahun 2018 Bantuan

Pangan akan disalurkan ke masing-masing Kabupaten/Kota dalam bentuk

nontunai atau natura, yaitu dalam bentuk beras. Sebagian kabupaten yang sarana

dan prasarana penyaluran non tunainya belum memadai.

Keberhasilan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) diukur

berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu tepat sasaran, tepat jumlah,

tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Untuk mencapai

keberhasilan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), maka mekanisme

pelaksanaannya harus diatur dengan baik. Mengurangi beban pengeluaran.


37

Keluarga Sasaran Penerima Manfaat (KPM) melalui pemenuhan sebagian

kebutuhan pangan. Adapun kriteria bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

adalah penduduk dengan kondisi sosial ekonomi 25% terendah di daerah

pelaksana. Sasaran dari Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah keluarga

dengan kondisi sosial ekonomi 25% terendah di kabupaten/kota pelaksana Bantuan

Pangan Non Tunai (BPNT) dan namanya termasuk di dalam daftar Keluarga

Penerima Manfaat (KPM) BPNT yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Daftar

KPM BPNT bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang telah

diverifikasi dan divalidasi oleh Pemerintah Daerah.

Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) salah satunya adalah

untuk mengurangi beban pengeluaran kebutuhan pangan masyarakat serta

memberikan nutrisi seimbang kepada keluarga penerima manfaat (KPM) secara

tepat sasaran dan tepat waktu. Hal ini telah diatur pada PERPRESRI No.63 Tahun

2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai.

Peraturan presiden republik indonesia nomor 63 tahun 2017 tentang

penyaluran Program Bantuan Pangan Non Tunai : bahwa penyaluran bantuan

sosial kepada masyarakat dilakukan secara efisien agar dapat diterima tepat

sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.

Berdasarkan dengan peraturan tersebut diatas maka Presiden Republik Indonesia

berharap penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat mendukung peningkatan

manfaat bagi penerima serta berkontrabusi terhadap peningkatan keuangan

inklusif. Program BPNT diselenggarakan oleh pemerintah, dalam rangka untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi, ketepatan sasaran penyaluran bantuan

sosial serta mendorong keuangan inklusif.


38

Untuk mendukung pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),

maka Presiden Republik Indonesia telah menetapkan PERPRES RI Nomor 63

Tahun 2017, tentang Penyaluran bantuan sosial Secara Non Tunai. Presiden

sangat mengapresiasi program BPNT, karena mampu mengurangi beban

pengeluaran keluarga penerima manfaat (KPM) melalui pemenuhan sebagian

kebutuhan pangan, memberikan gizi yang seimbang kepada peserta keluarga

penerima manfaat (KPM), meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan

bantuan pangan serta mendorong kearah pembangunan yang berkelanjutan.

Pada awalnya, Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) merupakan

program pengganti dari Program Beras Sejahtera (Rastra) yang memiliki beberapa

permasalahan. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada

(2017), menjelaskan bahwa pergantian program Rastra menjadi BPNT,

dikarenakan dalam pelaksanaan program Rastra terdapat beberapa permasalahan

yang cukup kompleks yaitu,

Pertama, dapat dilihat dari indikator tepat sasaran, yang dimana masih

ditemukan Exclusion Errordan Inclusion Error yang tinggi. Exclusion error

misalnya, masih terdapat rumah tangga yang seharusnya menerima Rastra, akan

tetapi tidak terdaftar menjadi penerima Rastra, sehingga masyarakat tidak

mendapat bantuan sosial Rastra tersebut. Sementara, Inclusion Errorsebaliknya,

yaitu terdapat rumah tangga yang tidak berhak untuk menerima Rastra, justru

menerima bantuan tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah seperti skripsi, tesis,
39

disertasi atau jurnal penelitian. Berikut adalah penelitian terdahulu yang menjadi

acuan peneliti dalam melakukan penelitian:

a. Winnie Thalia (Skripsi, 2020) Program Studi Administrasi Publik, Departemen

Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin Makassar berjudul “EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN

PANGAN NON TUNAI (BPNT) DI KECAMATAN BIRINGKANAYA

KOTA MAKASAR” Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan

program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Di Kecamatan Biringkanaya

Kota Makassar sudah cukup efektif. Persamaan dari penelitian Winnie Thalia

dengan peneliti adalah sama sama meneliti Program Bantuan Panagan Non

Tunai (BPNT), sedangkan perbedaannya adalah Winnie membahas Efektivitas

dari BPNT dan peneliti membahas Pengelolaan BPNT dan Lokasi penelitian

yang dilakukan berbeda dengan penelitian Winnie.

b. Iwan Hermawan, dkk (Jurnal, 2021) berjudul “EFEKTIVITAS PROGRAM

BANTUAN PANGAN NONTUNAI DI KOTA YOGYAKARTA” Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan BPNT Kota Yogyakarta telah

berjalan efektif namun dengan berbagai catatan yang menyertainya. Efektivitas

tersebut didasarkan pada terpenuhinya sebagian besar indikator 6 tepat (6T),

yaitu tepat harga, jumlah, waktu, kualitas,dan manfaat. Persamaan dari

penelitian Iwan Hermawan dengan peneliti adalah sama sama meneliti

Program Bantuan Panagan Non Tunai (BPNT), sedangkan perbedaannya

adalah Iwan Hermawan membahasEfektivitas dari BPNT danpeneliti membahas

Pengelolaan BPNT dan Lokasi penelitian yang dilakukan berbeda dengan

penelitian Iwan Hermawan.


40

c. Ishak Fadlurrohim, dkk (Jurnal, 2019) yang berjudul “IMPLEMENTASI

PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI (STUDI KASUS DI KOTA

CIMAHI)” Artikel ini menunjukkan Penyaluran bantuan sosial non tunai

dengan menggunakan sistem perbankan dapat mendukung perilaku produktif

penerima bantuan serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas program

bagi kemudahan mengontrol, memantau dan mengurangi penyimpangan.

Inilah yang menjadi sistem manajemen baru. Persamaan dari penelitian Ishak

Fadlurrohim dengan peneliti adalah sama sama meneliti Program Bantuan

Panagan Non Tunai (BPNT), sedangkan perbedaannya adalah Ishak

Fadlurrohim membahas Implementasi dari BPNT dan peneliti membahas

Pengelolaan BPNT dan Lokasi penelitian yang dilakukan berbeda dengan

penelitian Ishak Fadlurrohim.

d. Kristia Marcelia, (Jurnal, 2022) dari Universitas HKBP Nommensen yang

berjudul “IMPLEMENTASI PENGELOLAAN PROGRAM BANTUAN

PANGAN NON TUNAI (BPNT) DI KANTOR DESA MEDAN ESTATE”

hasil penelitian menemukan bahwa proses Implementasi Pengelolaan Program

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang telah terwujud hal ini dikarenakan indikator keberhasilan BPNT

yakni 6T yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat

Kualitas dan Tepat Administrasi, meskipun belum dapat dikatakan berhasil

100% dan belum maksimal dikarenakan beberapa faktor yang menghambat

pada proses pengimplementasian BPNT yaitu ketidaktepatan waktu penerimaan

saldo yang masuk ke dalam rekening kartu ATM Bank Penyalur dankerusakan

jaringan sehingga terjadierror pada mesin EDC serta masih adanya administrasi
41

yang tidak tepat sasaran. Persamaan dari penelitian Kristia Marcelia dengan

peneliti adalah sama sama meneliti Program Bantuan Panagan Non Tunai

(BPNT), sedangkan perbedaannya adalah Kristia Marcelia

membahasImplementasi dari BPNT dan peneliti membahas Pengelolaan BPNT

dan Lokasi penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian Kristia

Marcelia.

Dalam penelitian terdahulu telah dijelaskan diatas penelitian terdahulu

memiliki persamaan dan perbedaan dengan peneliti dalam penelitianya, Berikut

table yang disusun Peneliti bedasarkan Penjelasan Penelitian terdahulu diatas;

Table 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Persamaan Perbedaan

1 Winnie Thalia (Skripsi, 2020) Persamaan dari sedangkan


Program Studi Administrasi penelitian perbedaannya
Publik, Departemen Ilmu Winnie Thalia adalah Winnie
Administrasi, Fakultas Ilmu dengan peneliti membahas
Sosial Dan Ilmu Politik adalah sama Efektivitas dari
Universitas Hasanuddin sama meneliti BPNTdan peneliti
Makassar berjudul Program membahas
“EFEKTIVITAS PROGRAM Bantuan Pengelolaan BPNT
BANTUAN PANGAN NON Panagan Non dan Lokasi
TUNAI (BPNT) DI Tunai (BPNT), penelitian yang
KECAMATAN dilakukan berbeda
BIRINGKANAYA KOTA dengan penelitian
MAKASSAR” Hasil Winnie.
penelitian menunjukkan
bahwa keberhasilan
programBantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) Di Kecamatan
42

Biringkanaya Kota
Makassarsudah cukupefektif.

2 Iwan Hermawan, dkk (Jurnal, Persamaan sedangkan


2021) berjudul dari perbedaannya
“EFEKTIVITAS PROGRAM penelitian adalah Iwan
BANTUAN PANGAN Iwan Hermawan
NONTUNAI DI KOTA Hermawan membahas
YOGYAKARTA” Hasil dengan Efektivitasdari
penelitian menunjukkan bahwa peneliti BPNT dan peneliti
pelaksanaan BPNT Kota adalah sama membahas
Yogyakarta telah berjalan sama meneliti Pengelolaan BPNT
efektif namun dengan berbagai Program dan Lokasi
catatan yangmenyertainya. Bantuan penelitianyang
Efektivitas tersebut didasarkan Panagan Non dilakukan berbeda
pada terpenuhinya sebagian Tunai dengan penelitian
besar indikator 6 tepat (6T), (BPNT), Iwan Hermawan.
yaitu tepat harga, jumlah,
waktu,kualitas, dan manfaat.
3 Ishak Fadlurrohim, dkk (Jurnal, Persamaan dari sedangkan
2019) yang berjudul penelitian Ishak perbedaannya
“IMPLEMENTASI Fadlurrohim adalahIshak
PROGRAM BANTUAN dengan peneliti Fadlurrohim
PANGAN NON TUNAI adalah sama membahas
(STUDI KASUS DI KOTA sama meneliti Implementasi dari
CIMAHI)” Artikel ini Program BPNT dan peneliti
menunjukkan Penyaluran Bantuan membahas
bantuan sosial non tunai dengan Panagan Non Pengelolaan BPNT
menggunakan sistem perbankan Tunai (BPNT), dan Lokasi
dapat mendukung perilaku penelitianyang
produktif penerima bantuan dilakukan berbeda
serta meningkatkan transparansi dengan penelitian
43

dan akuntabilitas program bagi Ishak Fadlurrohim.


kemudahan mengontrol,
memantau dan mengurangi
penyimpangan.
Inilah yang menjadi sistem
manajemen baru.
4 Kristia Marcelia, (Jurnal, Persamaan Pedangkan
2022) dari Universitas HKBP dari penelitian perbedaannya adalah
Nommensen yang berjudul Kristia Kristia Marcelia
“IMPLEMENTASI Marcelia membahas
PENGELOLAAN PROGRAM dengan Implementasi dari
BANTUAN PANGAN NON peneliti adalah BPNT dan peneliti
TUNAI (BPNT) DI KANTOR sama sama membahas
DESA MEDAN ESTATE” meneliti Pengelolaan BPNT
Hasil penelitian menemukan Program dan Lokasi penelitian
bahwa proses Implementasi Bantuan yang dilakukan
Pengelolaan Program Bantuan Panagan Non berbeda dengan
Pangan Non Tunai (BPNT) Tunai(BPNT), penelitian Kristia
Kecamatan Percut Sei Tuan Marcelia.
Kabupaten Deli Serdang telah
terwujud hal ini dikarenakan
indikator keberhasilan BPNT
yakni 6T yaitu Tepat Sasaran,
Tepat Jumlah, Tepat Harga,
Tepat Waktu, Tepat Kualitas
dan Tepat Administrasi,
meskipun belum dapat
dikatakan berhasil 100% dan
belum maksimal dikarenakan
beberapa faktor yang
menghambat pada proses
pengimplementasian BPNT
44

yaitu ketidaktepatan waktu


penerimaan saldo yang masuk
ke dalam rekening kartu ATM
Bank Penyalur dan kerusakan
jaringan sehingga terjadi error
pada mesin EDC serta masih
adanya administrasi yang tidak
tepat sasaran.

2.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian

yang diangkat manfaat lainnya adalah agar bisa fokus dari salah satu topik yang

bersumber dari banyaknnya data yang di peroleh di lapangan. Penentuan fokus

penelitian lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari

situasi perekonomian dan sosial ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif

sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana

data yang tidak relevan.

Dalam penelitian ini memfokuskan pada beberapa permasalahan meliputi :

1. Pengelolan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang disalurkan pemerintah

kepada masyarakat di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

2. Hambatan pemerintah d a lam menangani Bantuan Pangan Non Tunai

(BPNT) di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah sebuah diagram yang secara garis besar

menjelaskan alur penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dengan mudah

Dalam mencapai penelitian yang sedang dilakukan. Berikut adalah gambaran

kerangka pemikiran dalam penelitian ini :


45

GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN

PENGELOLAAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) DI


KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

1. Masyarakat Rumbai banyak yang belum menerima BPNT namun


tergolong dari kalangan keluarga menengah kebawah.
2. Masyarakat dari kalanga bawah dapat mendaftar sebagai anggota
penerima BPNT.

PENGELOLAAN:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian Goerge R. Terry
3. Penggerakan 2006
4. Pengawasan

Tersalurnya BPNT di Kecamatan Rumbai, Kota


Pekanbaru dengan baik

Sumber. Modifikasi Penulis 2023


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan guna mencari data mengenai pengelolaan BPNT di

Kec. Rumbai, Kota Pekanbaru. Adapun yang menjadi lokasi penelitian ialah Dinas

Sosial Kota Pekanbaru, Jl. Parit Indah Jl. Datuk Setia Maharaja No.6, Simpang

Tiga, Kec. Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau 28289. Alasan penulis melakukan

penelitian ini mengetahui bagaimana pengelolaan penyaluran BPNT di Kec.

Rumbai, Kota Pekanbaru dikarenakan dikecamatan tersebut banyak sekali jumlah

KPM ( Keluarga Penerima Manfaat ) yang terdapat dalam data yang dimiliki oleh

Dinas Sosial Kota Pekanbaru.

3.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah metode yang digunakan dengan cara

pendekatan untuk memahami individu atau kelompok terkait permasalahan yang

ada.

Menurut Sugiyono (2018;213) metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat, yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi ilmiah (eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen, teknik

pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada

makna. Metodelogi penelitian kualitatif bertujuan untuk menganalisis dan

mendeskripsikan fenomena atau obyek penelitian melalui aktivitas sosial, sikap

46
47

dan persepsi orang secara individu atau kelompoK.

Sedangkan Menurut Moleong (2017:6) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

3.3 Informan Penelitian

Metode dalam mengambil informan pada penelitian ini mengunakan teknik

purposive sampling, artinya teknik Penentuan sumber data dengan beberapa

pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

representatif sesuai kriteria yang relevan dengan fenomena penelitian ini. Dalam

penelitian ini peneliti menetapkan

1. Staff Devisi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin di Seksi

Pemberdayaan Sosial Keluarga Miskin,

2. Warga miskin

3. Seluruh informan dapat bermanfaat yang betul betul dapat memberikan


informasi sesuai dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

3.4 Jenis Data

A. Data Primer

Data primer ialah data yang diperoleh dari penelitian empiris, yaitu dengan

melakukan penelitian secara langsung guna mengumpulkan data yang bersumber

dari lapangan. Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber


48

datayang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian

dilakukan. Peneliti menggunakan hasil wawancara yang didapatkan dari informan

mengenai topik penelitiansebagai data primer. Data Premier merupakan daya yang

dapat diperoleh secara langsung dari reponden, antara lain;

1. pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai ( BPNT )

- Perencanaan

- Pengorganisasian

- Pelaksanaan

- pengawasan

2. Kendala pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai ( BPNT ) yang

disalurkan oleh pemerintah kepada masyarakat di Kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru.

B. Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber data suatu penelitian yang di perolehpeneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (di peroleh atau dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder itu berupabukti,catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip atau data dokumenter. Penulis mendapatkan data sekunder ini

dengan cara melakukan permohonan ijin yang bertujuan untuk Mewawancarai

informen-informen yang peneliti teliti dan data yang didapatkan melalui sumber

yang memerlukan surat perijinan untuk hal penelitian.

- Data Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Pekanbaru

- Data Jumlah Kelurahan dan Luas Kecamatan Rumbai

- Data letak Lokasi dan Geografis Kecamatan Rumnai


49

- Moto dan Visi Kecamatan Rumbai

- Struktur Organisasi Kecamatan Rumbai

- Letak Geografis Dinas Sosial

- Moto dan Visi Dinas Sosial

- Struktur Organisasi Dinas Sosial

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis digunakan oleh

peneliti yang bertujuan untuk mendapatkan data dalam penelitian. Pada penelitian

ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif yang harus membutuhkan data yang

jelas dan spesifik. Menurut sugiyono,( 2018:224) bahwa pengumpulan data

diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara , observasi dan dokumentasi. Berikut adalah

penjelasannya :

1. Wawancara

Menurut Sugiyono, (2018;140) wawancara adalah percakapandengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak ya it uwawancara (interview)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) untuk

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara bertujuan

guna memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan

sehingga dapat memberikan gambaran penuh dalam permasalahan yang

diangkat.

2. Obesrvasi

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki
50

tingkah laku non verbal yakni dengan menggunakan teknik observasi.

Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan

data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik

yang lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek

alam yang lain. Melalui kegiatan observasi peneliti dapat belajar tentang

perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan

yang dapat mendukung penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya

atau mempunyai kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh foto- foto atau

karya tulis.

3.6 Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut

Moleong (2017:280-281) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
51

data. Analisis data ini terbagi menjadi 3 yaituReduksi Data, Penyajian Data dan

Penarikan Kesimpulan. Berikut adalah penjelasannya:

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2018:247-249) Reduksi data adalah merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting yang sesuai

dengan topik penelitian, mencari temadan polanya, pada akhirnya memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya. Dalam mereduksi data akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai dan telah ditentukan sebelumnya. Reduksi data juga merupakan suatu

proses berfikir kritis yang memerlukan kecerdasan dan kedalaman wawasan yang

tinggi.

2. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

table, grafik, flowchart, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,

sehingga akan mudah dipahami. Selain itu dalam penelitian kualitatif penyajian

data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart, dan sejenisnya namun yang sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatifadalah dengan teks yang bersifat

naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data tserorganisasikan, dan tersusun

sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2018:249).

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis penelitian kualitatif adalah


52

penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2018:252-253) kesimpulan dalam

penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah

dan perumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara d a n

a kan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih belum jelas sehingga setelah teliti menjadi jelas.


BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kota Pekanbaru

A. Demografi

Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101 14-101 43 Bujur timur dan 025-

045 Lintang Utara. Di Riau daratan, posisi Kota Pekanbaru bisa dikatakan di

tengah-tengah wilayah. Batas wilayah Kota Pekanbaru adalah sebelah Utara

berbatas Kabupaten Bengkalis, Sebelah Selatan Bebatasan dengan Kabupaten

Kampar, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar. Posisi strategis

Kota Pekanbaru yang terletak dijalur lintas Timur Pulau Sumatra ke ujung Selatan

Sumatera. Posisi strategis ini memberikan berbagai dampak serta peluang bagi

perkembangan perekonomian dan pembangunan Kota Pekanbaru . Letak Kota

Pekanbaru secara Geografis berada di tengah-tengah Pulau Sumatera dan

merupakan dataran yang mudah untuk dikembangkan dengan letak yang

demikian, membuatnya menjadi cukup strategis sebagai Ibu Kota Provinsi.

Penduduk Kota Pekanbaru Bersifat heterogen dengan latar belakang etnis,

adat istiadat, agama, pendidikan, pekerjaan serta sosial budaya yang berbeda. Kota

ini dihuni oleh etnis Melayu, Minang, Batak, Jawa, Banjar, Bugis dan Cina serta

kelompok etnis lainnya yang jumlahnya tidak terlalu besar. Namun etnis melayu

merupakan jumlah terbesar dan secara kebudayaan dominan. Hal ini karena

kelompok etnis Melayu merupakan etnis asli Daerah Riau, sedangkan kelompok

etnis lainnya merupakan imigran yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

53
54

Heterogenitas penduduk cukup mewarnai kehidupan sosial penduduk Kota

Pekanbaru. Interaksi antar kelompok etnis yang berbeda pada hakekatnya relative

punya jarak sosial tertentu, struktur sosialnya didukung oleh norma-norma agama

dan adat. Meski kedua norma tersebut mempunyai kekuatan yang berbeda dalam

mengikat anggota masyarakatnya, norma agama, terutama norma agama islam

yang banyak dianut oleh anggota masyarakat cukup dapat mempertautkan jarak

sosial karena perbedaan etnis tersebut.

Alam masyarakat Kota Pekanbaru sekurang-kurannya ada tiga bentuk

pelapisan yang muncul kepermukaan yaitu berdasarkan tingkat ekonomi,

pendidikan dan jabatan yang diduduki seseorang. Dari ketiga lapisan itu, terlihat

aspek ekonomi mendapat tempat yang ketika melihat Kota Pekanbaru sebagai

Kota minyak dan perdagangan yang sedang mengeliat untuk memacu segala

ketinggian dalam bidang dunia industrilisasi. Untuk lebih terciptanya tertib

pemerintahan dan pembinaan wilayah yang cukup luas, maka dibentuklah

Kecamatan baru dengan Perda Kota Pekanbaru Nomor 3 tahun 2003 menjadi 12

Kecamatan dan Kelurahan baru dengan Perda Kota Pekanbaru Nomor 4 tahun

2003 menjadi 58 Kelurahan. Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi

Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Desember

52/I/44-25.

B. Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Pekanbaru yang tinggi Pada tahun 2016-2020 terdapat

dKecamatan Tampan, Kecamatan Tenayan Raya, dan Kecamatan Marpoyan

Damai. Jumlah penduduk yang tinggi terjadi karena Kecamatan Tampan.

Kecamatam Tenayan Raya, dan Kecamatan Marpoya Damai mempunyai wilayah


55

yang luas disbanding dengan kecamatan lainnya. Sedangkan kepadatan penduduk

terendah terdapat adalah Pekanbaru kota yaitu 20.384 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Pekanbaru

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1. Tampan 203.238

2. Payung Sekaki 96 296

3. Bukit Raya 93 478

4. Marpoyan Damai 127 600

5. Tenayan Raya 154 261

6. Lima Puluh 38 613

7. Sail 20 384

8. Pekanbaru Kota 22 604

9. Sukajadi 42 852

10. Senapelan 35 357

11. Rumbai 78 185

12. Rumbai Pesisir 70 488

Total 983 356

Sumber : Website Dinas Kependudukan Kota Pekanbaru

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Rumbai

A. Letak dan Geografis

Kecamatan Rumbai merupakan salah satu kecamatan di wilayah kota

Pekanbaru, terdiri atas 6 Kelurahan diantaranya Meranti Pandak, Limbungan

Baru, Lembah Damai, Sri Meranti, Umban Sari, Palas. Luas wilayah kecamatan

Rumbai adalah 54.671 km2 dengan luas masing-masing kelurahan sebagai


56

berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Kelurahan dan Luas Kecamatan Rumbai

No Kecamatan Kelurahan Luas

1 Rumbai Meranti Pandak 7.29 km2

Limbungan Baru 2.35 km2

Lembah Damai 13.05 km2

Sri Meranti 9.019 km2

Umban Sari 9.154 km2

Palas 13.898 km2

Total 54.6712 km2

Sumber : Humas Kecamatan Rumbai

B. Motto, Visi dan Misi Kecamatan Rumbai

Dalam menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, maka Kecamata

Rumbai Pesisir Pekanbaru mempunyai Motto, visi dan misi sebagai berikut:

1. MOTO

“PELAYANAN PRIMA ADALAH KEPUASAN MASYARAKAT”

2. VISI

Visi Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru yaitu : “Terwujudnya Pelayanan

Prima, Tertib dan Bersih Lingkungan”

3. MISI

Misi Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru yaitu :

a. Menciptakan pelayanan publik yang cepat, ramah, murah dan memiliki

kepastian hukum.
57

b. Meningkatkan SDM Kecamatan yang handal dan profesional.

c. Menciptakan lingkungan yang bersih, aman, tertib dan tentram.

C. Struktur Organisasi Kecamatan Rumbai dan DINSOS Pekanbaru

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kecamatan Rumbai Pekanbaru

terdiri dari beberapa bagian yang merupakan alat kelengkapan kecamatan yang

membantu dan menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Organisasi

Kecamatan terdiri dari 1 Camat, 1 sekretaris, paling banyak 5 seksi, dan sekretariat

membawahkan paling banyak 3 sub bagian. Hal ini terlihat secara jelas dari bagan

berikut ini:
58

GAMBAR 4.1 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR CAMAT

KECAMATAN RUMBAI PEKANBARU

CAMAT

SEKRETARIS
CAMAT
JABATAN
FUNGSIONAL

KASUBA KASUBAG
G UMUM KEUANGAN

KASI KASI KASI


KASI KASI
PEMERINT KESEJAH PELAYANA
TRANTIB PPM
AHAN TRAAN NTERPADU

LURAH LURAH LURAH LURAH


LURAH
MERAN LIMBUN LIMBUN SRI LURAH
UMBAN
TIPAND GAN GAN MERANT PALAS
SARI
AK BARU BARU I
Sumber :Profil Kecamatan Rumbai
59

4.3 Gambaran Umum DINSOS Kota Pekanbaru

Terbentuknya Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru Setelah Indonesia

merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan berarti Indonesia telah merdeka

seutuhnya dan merasa aman dari penjajah. Belanda ternyata tidak ingin melepas

begitu saja jajahannya meski Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan.

Dengan maksud ingin menjajah kembali Indonesia maka Belanda dengan kekuatan

penuh pasukan tempurnya kembali ingin menguasai Indonesia. Terjadilah

pertempuran yang sangat sengit antara dua bangsa yang berbeda tujuan dan

keinginan. Di dalam pertempuran ini banyak terjadi kekacauan, sehingga banyak

rakyat yang mengungsi. Oleh pejuang yang berada di garis belakang maka

dikoordinirlah para relawan yang membantu para pejuang dan pengungsi ini. Tugas

para relawan adalah membuat dapur umum, menyuplai logistik dan makanan serta

pekerjaan lainnya yang dibutuhkan pada saat itu. Dampak peristiwa ini

menumbuhkan perasaan hubungan yang emosional dan persaudaraan yang kental

antara pejuang, pengungsi, relawan dan orang-orang yang terlibat dalam peristiwa

pertempuran tersebut. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Kesetiakawanan

Sosial yang jatuh pada tanggal 22 Desember 1947 yang cikal bakal lahirnya

Departemen Sosial.

Hingga kini pemerintah Negara Republik Indonesia setiap tanggal 22

Desember diperingati sebagai Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) atau

hari jadi Departemen Sosial. Pada tahun 1948 pemerintah Negara Republik

Indonesia yang baru berdiri dan sedang dilanda perang merasakan perlunya suatu

instansi yang sah yang dikelola oleh pemerintah dalam rangka membantu

peperangan, maka pada tahun itu dibentuklah yang namanya Inspeksi Sosial mulai
60

dari pusat sampai ke daerah- daerah yang tugas pokoknya adalah membantu tentara

Republik Indonesia dalam peperangan. Kemudian pada tahun 1950 Inspeksi Sosial

ditukar namanya menjadi Jawatan Sosial yang tugas pokoknya adalah membantu

korban perang dan para veteran pejuang. Kemudian pada tahun 1965 Jawatan Sosial

yang tugas utamanya adalah membantu para korban perang dan veteran pejuang

ditambah tugas pokoknya dengan membantu para penyandang cacat (paca), Tenaga

Kerja Indonesia, dan Organisasi Sosial (orsos). Pada tahun 1974 Jawatan Sosial

diganti nama menjadi Departemen Sosial Republik Indonesia untuk tingkat pusat

yang dikepalai oleh seorang Menteri Republik Indonesia, untuk tingkat provinsi

disebut Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Sosial Provinsi yang dikepalai oleh

seorang kepala departemen, sementara untuk tingkat kabupaten/kota disebut Kantor

Departemen Sosial Kabupaten/Kota, untuk tingkat kecamatan disebut Petugas

Sosial Kecamatan yang berkantor di kantor camat setempat.

Tugas utama dari Departemen Sosial adalah perintis pejuang kemerdekaan,

mengangkat pahlawan nasional, penyandang cacat, karang taruna, panti asuhan,

fakir miskin, korban bencana, lembaga sosial, organisasi sosial, korban tindak

kekerasan dalam rumah tangga, korban perdagangan anak, gelandangan dan

pengemis (gepeng), pekerja seks komersil (psk), korban HIV/AIDS, korban napza,

komunitas adat terpencil. Pada tahun 1998, Departemen Sosial pernah dibubarkan

oleh Presiden Republik Indonesia yang pada saat itu dijabat oleh KH. Abdurrahman

Wahid atau Gusdur, dengan alasan yang tidak jelas. Dan pada tahun 1999,

dihidupkan kembali Departemen Sosial dengan berganti nama menjadi Badan

Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN) untuk tingkat pusat. Kemudian pada tahun

2000 diganti kembali dengan nama Departemen Sosial dan Kesehatan Republik
61

Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2001 Departemen Sosial Republik Indonesia

dihidupkan kembalioleh Presiden yang pada waktu itu dijabat oleh Megawati

Soekarno Putri. Pada tahun itu juga untuk Kota Pekanbaru sesuai dengan Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Dinas, maka terbentuklah Dinas Sosial dan Pemakaman

Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Daerah Kota Nomor 7 Tahun 2001 .

Pada tahun 2008 Pemerintah Kota Pekanbaru mengeluarkan Perda Nomor 8

Tahun 2008 tentang Struktur dan Tata Kerja yang baru untuk Dinas Sosial dan

Pemakaman Kota Pekanbaru. Kedudukan Dinas Sosial dan Pemakaman Kota

Pekanbaru adalah unsur pelaksanapemerintah daerah dibidang Kesejahteraan

Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru yang pada saat ini dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas dan terdiridari 1 sekretaris dan 4 Kepala Bidang (Kabid), 15 Kepala

Seksi (Kasi) dan tenaga jabatan fungsional dengan jumlah personil 59 orang yang

dilatar belakangi dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, dalam pelaksanaan

sehari-hari berada di bawah tanggung jawab Walikota melalui Sekretaris Kota

Pekanbaru2 . Kedudukan Dinas Sosial dan Pemakaman sesuai dengan tuntutan

Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dimana

kabupaten/kota diberikan wewenang yang luas baik dalam urusan pemerintahan

maupun dalam pengelolaan pembangunan. Kewenangan yang luas ini disatu sisi

dapat dipandang sebagai kesempatan bagi daerah untuk berkembang dan berbuat

sendiri demi kemajuan suatu daerah tersebut, dan disisi lain merupakan tantangan

baru yang cukup berat dan menantang. Kemudian untuk menunjang pelaksanaan

pelayanan penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Pekanbaru, maka oleh

pemerintah Kota Pekanbaru pada tahun 2004 dibuatkanlah 6 (enam) tempat


62

pemakaman umum yang tersebar di sekitar Kota Pekanbaru yang tata kelolanya

diatur dan ditangani oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru. Adapun

Struktur penepatan tugas dan peran dari masing masing anggota dinsos dapat

diihar dari bagan sebagi berikut:


63

D. Struktur Dinas Sosial Kota Pekanbaru

Gambara 4.2 Struktur Tata Kerja Dinas Sosial Kota Pekanbaru

Kepala Dinas
DR. H. IDRUS, S.Ag., M.,Ag

KELOMPOK SEKRETARIS
JABATAN Dra. Hj. Yettiniza, M.Pd
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN SUB BAGIAN
UMUM KEUANGAN
SUCI TRI AGUSTINA,
YUSMALIA, S.Kom
S.STP

BIDANG BIDANG BIDANG PEMERDAYAAN


PERLINDUNGAN DAN REHABILISTASI SOSIAL SOSIAL DAN PENANGANAN
JAMINAN SOSIAL FAKIR MISKIN

SEKSI PERLINDUNGAN SEKSI REHABILITAS SEKSI PEMBERDAYAAN


SOSIAL KORBAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL KELUARGA
BENCANA ANAK MISKIN

SEKSI PENGAWASAN SEKSI REHABILITASI SEKSI KEPAHLAWANAN,


DAN PENGENDALIAN SOSIAL PENYANDANG KEPERINTISAN,
SUMBER DANA DISABILITAS KESETIAKAWANAN, DAN
BANTUAN SOSIAL SEKSI REHABILITAS RESTORASI SOSIAL
SEKSI PERLINDUNGAN TUNA SOSIAL, KORBAN
PENYANTUNAN LANJUT SEKSI PEMBERDAYAAN
TINDAK KEKERASAN SOSIAL KELEMBAGAAN
USIA TERLANTAR DAN PERDAGANGAN MASYARAKAT
ORANG

Sumber : Profil Dinas Sosial Kota Pekanbaru


64

BAB V

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam pengelolaan Program Sembako Peneliti menggunakan teori pengelolaan

yang memiliki beberapa fungsi yang dujelaskan didalamnya, yang dimana fungsi-

fungsi manajemen tersebut merupakan elemen dasar yang melekat di dalam

proses pengelolaan yang ada. Pengelolaan program Sembako dinilai dari

terlaksananya fungsi pengelolaan menurut Henry Fayol yang terdiri atas

Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan

(Commanding), Pengendalian (Controling), di setiap tahapan pelaksanaan

program Sembako yang terdiri dari 5 tahapan yaitu : Tahap Persiapan, Tahap

Sosialisasi dan Edukasi, Tahap Registrasi dan DistribusiKKS, Tahap Penyaluran

dan Tahap Pemanfaatan.

a. Perencanaan Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di


Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Tahap persiapan dalam pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Adalah tahap awal dari pelaksanaan

program setelah Kementerian Sosial menetapkan peraturan program Sembako,

wilayah kabupaten/kota dan mekanisme pelaksanaan, serta Bank Penyalur.

Kecamatan Rumbai melakukan mekanisme pelaksanaan yang bekerja sama

dengan Bank Penyalur yaitu BRI. Tahap persiapan dilakukan perencanaan

capaian, target dan strategi yang digunakan dalam pencapaian pengelolaan

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

dalam meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Penerima Manfaat (KPM)


65

menggunakan sumber daya yang ada.

Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan Kecamatan Rumbai

(Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06 oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial

Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

“Sepengetahua saya, tujuan dari program Sembako ini adalah untuk


mengurangi angka kemiskinan di pekanbaru dengan pemenuhan kebutuhan
pangan bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Kegiatan yang
dilaksanakan dalam persiapan ini diantaranya koordinasi pelaksanaan,
penyiapan data KPM, dan pembukaan rekening kolektif. Yang menjadi target
dari kegiatan perencanaan di tahap persiapan ini adalah KPM dan e-
Warong. Mengenai strategi agar kegiatan perencanaan di tahap persiapan
ini berjalan lancar adalah dengan di lakukannya koordinasi secara
berjenjang. Sarana yang digunakan adalah aplikasi SIKS-NG, data KPM dan
data e-Warong. Kegiatan perencanaan dilakukan setelah Kementerian Sosial
menetapkan pagu program Sembako. Soal dana dan anggaran menjadi
kewenangan pusat sehingga kita pendamping kurang paham angka
pastinya.”

Bedasarkan hasil wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa Tujuan

dari program Sembako BPNT ialah untuk mengurangi angka kemiskinan di

Pekanbaru dengan memenuhi kebutuhan pangan bagi Keluarga Penerima Manfaat

(KPM). Program yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini diantaranya:

koordinasi pelaksanaan, penyiapan data KPM, dan pembukaan rekening kolektif.

Yang menjadi target dari pengelolaan perencanaan di tahap persiapan ini adalah

KPM dan e-Warong. Strategi di kegiatan perencanaan pada tahap persiapan ini

diharapkan berjalan lancar adalah dengan di lakukannya koordinasi secara

terstruktur. Sarana yang digunakan ialah aplikasi SIKS-NG, data KPM dan data e-

Warong. Setelah Kementerian Sosial menetapkan pagu program Sembako

Kegiatan perencanaan dilakukan. Prihal anggaran menjadi kewenangan pusat

maka pendamping kurang paham angka pastinya.


66

Strategi agar kegiatan perencanaan di tahap persiapan ini berjalan lancar

adalah dengan di lakukannya koordinasi dari kota ke tingkat kecamatan dan

kelurahan bersama dengan Bank penyalur dan pendamping. Sarana yang

digunakan adalah aplikasi SIKS-NG untuk menginput data KPM dan data e-

Warong yang di seleksi oleh Bank penyalur. Kegiatan Perencanaan dilakukan

setelah Kementerian Sosial menetapkan praturan program Sembako BPNT. Pihak

yang terlibat di tahapan ini antara lain : tim koordinator pangan kecamatan, bank

penyalur dan pendamping sosial. Mengenai anggaran kecamatan tidak ikut dalam

proses perencanaannya, jadi kurang memahami anggarannya. Strategi

perencanaan yang dilakukan di Kecamatan rumbai Kota pekambaru adalah

koordinasi dari Kota ke Kecamatan dan Bank penyalur yang ditunjuk yaitu BRI

dengan menggunakan aplikasi SIKS-NG untuk menginput data KPM dan data e-

Warong yang di seleksi oleh Bank penyalur. Kegiatan perencanaan di tahap

persiapan dilakukan di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru setelah Kementerian

Sosial menetapkan peraturan program Sembako BPNT. Anggaran ditetapkan dan

disepakati dari Kementerian Sosial dan Kecamatan hanya pelaksana sehingga

tidak tahu proses tentang perencanaan anggarannya.

Tahap selanjutnya setelah persiapan adalah pelaksana sosialisasi dan edukasi

program Sembako BPTN. Pelaksana tahap ini di Kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru.

a. Tim Koordinasi Bansos Pangan Kecamatan Rumbai

b. Pekerja Sosial Masyarakat Kecamatan Rumbai

c. Kasie Kesos Kecamatan Rumbai

d. Bank Penyalur ( BNI)


67

Pelaksanaan Sosialisasi dan edukasi program Sembako di Kecamatan

Rumbai Kota Pekanbaru dalam menginformasikan untuk menggunakan cara

dalam melaksanakan rapat, memberikan surat edaran, yang berasal dari

kementerian/lembaga negara terkait, dan poster/brosur. Sasaran edukasi dan

sosialisasi program Sembako BPNT di Kecamatan Rumbai adalah Tim

Koordinasi BPNT Kecamatan Rumbai, Pekerja Sosial Masyarakat Kecamatan

Rumbai, Bank Penyalur (BRI), KPM, dan e-Warong. Sosialisasi dan edukasi

dilaksanakan agar memberikan penjelasan kepada masyarakat terkhususnya KPM

tentang tujuan, mekanisme pemanfaatan, dan saluran pengaduan program

Sembako serta memberikan pemahaman kepada KPM Prihal pentingnya

pemenuhan gizi pada 1000 HPK untuk mencegah stunting melalui pemanfaatan

bantuan program Sembako. Sosialisasi dan edukasi dilaksanakan juga kepada e-

warong yang telah dipilih oleh Kelurahan agar dapat melayani pemanfaatan

Program Sembako. E-Warong, sebagai sarana pembelian bahan-bahan pangan

oleh KPM.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06

oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

“Menurut saya tujuan perencanaan di tahap sosialisasi dan edukasi adalah


agar informasi dan pemahaman tentang mekanisme pelaksanaan program
sembako BPNT dapat tersalurkan secara Baik kepada masyarakat. Kegiatan
ini meliputi koordinasi pelaksanaan, sosialisasi dan pelatihan kepada KPM
dan e-Warong. Target dari kegiatan perencanaan di tahap persiapan ini
adalah KPM dan e-Warong sosialisasi dan pelatihan. Strateginya agar
kegiatan perencanaan di tahap persiapan ini berjalan lancar adalah kita
lakukan koordinasi secara berjenjang. Sarana yang digunakan di antaranya:
poster, pedoman umum, lembar panduan KPM, audio/video panduan.
Perencanaan di tahapan ini dilakukan pada saat kegiatan registrasi KPM.
Pihak yang terlibat di tahapan ini antara lain: tim koordinator pangan
68

kecamatan, kelurahan, bank penyalur dan pendamping sosial. Mengenai


anggaran kewenangan ada di pusat.”

Bedasarkan dari hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan

perencanaan di tahap sosialisasi dan edukasi ialah untuk informasi dan

pemahaman prihal mekanisme pengelolaan program sembako BPNT dapat

tersalurkan secara baik kepada masyarakat. Kegiatan ini meliputi koordinasi

pelaksanaan, sosialisasi dan pelatihan kepada KPM dan e-Warong. Target dari

perencanaan di tahap persiapan ini adalah KPM dan e-Warong sosialisasi dan

pelatihan kepada KPM dan e-Warong. Strategi agar kegiatan perencanaan di tahap

persiapan ini berjalan lancar adalah dengan di lakukannya koordinasi secara

berjenjang.

Tahap selanjutnya adalah registrasi dan distribusi KKS program sembako,

kegiatan perencanaan yang dilakukan di Kecamatan Rumbai kota Pekanbaru

adalah:

1) Penyiapan data penerima manfaat

2) Pengiriman pemberitahuan kepada KPM

3) Regristasi dan aktivasi Penerima Manfaat kepada Penyalur

4) Penyaluran Bantuan ke Rekening Bank

5) Pemanfaatan KKS E- Warong untuk memperoleh Beras dan Telur

6) KPM yang menerima BPNT harus terdaftar dalam data BDT.

7)Data BDT merupakan basis data yang mendata nama dan alamat (BNBA) di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06

oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:


69

“Tujuannya perencanaan di tahap ini adalah untuk mengecek ATM KPM.


Kegiatan yang dilakukan adalah koordinasi antara pendamping bansos
pangan kecamatan, tim koordinasi kecamatan dan Bank penyalur. Target
kegiatan adalah semua warga tidak mampu yang masuk dalam BDT.
Strateginya adalah mempersiapkan data KPM dan kelengkapannya.
Sarananya adalah semua KPM mempunyai ATM. Dilakukan perencanaan
pada saat ada pemberitahuan dari Kementrian Sosial. Anggaran merupakan
kewenangan dari pusat.”

Bedasarkan wawancara kegiatan perencanaan di tahap Registrasi dan

distribusi KKS yang bertujuan pada perencanaan di tahap ini adalah untuk

mengecek ATM KPM. Kegiatan yang dilaksanakan adalah koordinasi antara

pendamping bansos pangan kecamatan, tim koordinasi kecamatan dan Bank

penyalur. Target kegiatan adalah seluruh warga tidak mampu yang masuk dalam

BDT. Strateginya adalah mempersiapkan data KPM dan kelengkapannya.

Sarananya adalah sluruh KPM harus meempunyai ATM. Dilakukan perencanaan

pada saat pemberitahuan dari Kementrian Sosial. Anggaran merupakan

kewenangan dari pusat.

Dalam hal pelaksanaan perencanaan di tahap penyaluran di Kecamatan

Rumbai Kota Pekanbaru yaitu Bank Penyalur menransfer dana bantuan program

Sembako BPNT ke rekening Keluarga Penerima Manfaat dijadwalkan paling

lambat tanggal 10 sampai dengan tanggal 12 setiap bulannya.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06

oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

“Tujuan dari tahap penyaluran adalah untuk memudahkan proses


penyaluran dana ke rekening KPM. Target dalam kegiatan adalah mencapai
tujuan dengan sukses. Strateginya supaya didalam pendistribusian lancar
adalah mempersiapkan data besertankelengkapannya. Sarananya adalah
70

sistem bank dan data rekening KPM. Dilakukan perencanaan pada saat kartu
ATM dibagikan. Anggaran sebagai Bank penyalur dari Kementerian Sosial”

Bedasarkan dari hasil wawancara peneliti menyimpulkan tujuan dari tahap

penyaluran adalah untuk memudahkan proses penyaluran dana ke rekening KPM.

Target dalam kegiatan ialah mencapai tujuan dengan sukses. Strateginya supaya

tersalurkan didalam pengelolaannya dan mempersiapkan data beserta

kelengkapannya. Sarananya adalah sistem bank dan data rekening KPM.

Perencanaan dilaksanakan pada saat kartu ATM dibagikan. Anggaran sebagai

Bank Penyalur tidak memiliki kewenangan langsung, sudah di tetapkan dari

Kementerian Sosial.

Bedasarkan wawancara kegiatan perencanaan di tahap Registrasi dan

distribusi KKS yang bertujuan pada perencanaan di tahap ini adalah untuk

mengecek ATM KPM. Kegiatan yang dilaksanakan adalah koordinasi antara

pendamping bansos pangan kecamatan, tim koordinasi kecamatan dan Bank

penyalur kepada warga miskin. Target kegiatan adalah warga tidak mampu yang

masuk dalam BDT. Strateginya adalah mempersiapkan data KPM dan

kelengkapannya. Sarananya adalah seluruh KPM harus meempunyai ATM.

Dilakukan perencanaan pada saat pemberitahuan dari Kementrian Sosial.

Anggaran merupakan kewenangan dari pusat.

b. Pengorganisasian Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di


Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Pengorganisasian dalam tahap pengelolaan BPTN di Kecamatan Rumbai

Kota Pekanbaru adalah upaya pekerjaan yang dilakukan oleh Kepala Seksi

Kesejahteraan Sosial Kota Pekanbaru mencapai tujuan organisasi, pembagian

kerja secara tepat diantara personil organisasi dan penetapan aktivitas organisasi.
71

Pengorganisasian di Kecamatan Rumbai selaku Tim untuk mendistribusikan

Bantuan sembako ialah membagi tugas kepada masing- masing individu dalam

satu bidang menurut kemampuannya dan diberikan tugas dan fungsinya serta

untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06

oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

Di tahap persiapan ini pihak yang terlibat dan memiliki kewenangan antara
lain: Tim koordinasi bansos pangan kecamatan, bank penyalur, pendamping
sosial yang ditetapkan melalui SK dari Walikota Semarang. Kewenangan tim
menetapkan jadwal pendaftaran, kewenangan bank penyalur melaksanakan
burekol, kewenangan pendamping melaksanakan verifikasi dan validasi.
Kalau tugas pokok tim melaksanakan siklus pengelolaan data KPM, tugas
bank penyalur memilih dan menetapka e-Warong, dan tugas pendamping
sendiri melaksanakan koordinasi untuk verifikasi dan validasi penerima
bantuan program Sembako.

“Bedasarkan dari hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa: pihak -

pihak yang terlibat pada tahap persiapan ini adalah Kepala Seksi Kesejahteraan

Sosial kecamatan, kelurahan, bank penyalur, pendamping program sembako, e-

Warong, KPM, ada SK walikota yang dikeluarkan untuk memperkuat tugas dan

kewenangan masing – masing. Kewenangan sudah sesuai yang diatur dalam

pedoman umum Program Sembako 2020. Tugaspokok masing-masing personil

sudah sesuai yang diatur dalam pedoman umum Program Sembako 2020.”

Pengorganisasian di tahap Sosialisasi dan Edukasi Program Sembako di

Kecamatan Rumbai adalah mengaplikasikan semua kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh Tim dari Dinas Sosial, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial,

Bank Penyalur. Edukasi pada Bantuan Sembako di Kecamatan Rumbai adalah

bahwa Bank Penyalur Bersama Pemerintah Kota Pekanbaru dan Tenaga


72

Pelaksana Bansos Pangan di Kecamatan mengidentifikasi agen bank atau

pedagang untuk dapat menjadi e-Warong dengan memperhatikan jumlah dan

sebaran KPM di desa/kelurahan. Penetapan e-Warong sepenuhnya merupakan

wewenang Bank Penyalur dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria berikut:

1. Memiliki kemampuan, reputasi, kredibilitas, dan integritas di wilayah

operasionalnya yang dibuktikan dengan lulus proses uji tuntas (due diligence)

sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang dimiliki oleh Bank Penyalur.

2. Memiliki sumber penghasilan utama yang berasal dari kegiatan usaha yang

sedang berjalan dengan lokasi usaha tetap dan/atau kegiatan tetap lainnya.

3. Menjual bahan pangan sesuai harga pasar

4. Dapat melayani KPM dan non-KPM dengan menggunakan infrastruktur

perbankan.

5. Memiliki komitmen yang tinggi dalam menyediakan layanan khusus bagi

KPM lanjut usia dan KPM penyandang disabilitas.

6. Setiap perorangan atau badan hukum diperbolehkan menjadi e-Warong yang

melayani program Sembako, kecuali Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) beserta unit usahanya, Toko Tani

Indonesia, ASN, pegawai HIMBARA dan Tenaga Pelaksana Bansos Pangan.

7. Untuk ASN, Tenaga Pelaksana Bansos Pangan, baik perorangan maupun

berkelompok membentuk badan usaha, tidak diperbolehkan menjadi e-

Warong.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06

oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:


73

‘’Pihak yang terkait antara lain Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial


kecamatan, kelurahan, Bank penyalur, petugas pendamping Bansos Pangan,
untuk menegaskan tugas dan kewenangannya, ada SK dari Walikota
Pekanbaru. Kewenangan Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial adalah
melaksanakan koordinasi secara berjenjang ke tingkat kelurahan, bank
penyalur menyediakan materi sosialisasi, pendamping bansos pangan
kecamatan memiliki kewenangan berkoordinasi dengan tim pendamping di
kelurahan. Tugas pokok Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial di tahap ini
berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung, bank
penyalur tugas pokoknya menyediakan materi edukasi, sedangkan
pendamping tugas pokoknya berkoordinasi dengan perangkat desa dan
petugas pendamping lainnya’’

Berdasarkan hasil wawancara kegiatan pengorganisasian pada tahap

Sosialisasi dan Edukasi program Sembako di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

adalah pihak yang memiliki kewenangan di tahap ini antara lain Kepala Seksi

Kesejahteraan Sosial kecamatan, kelurahan, Bank penyalur, petugas pendamping

Bansos Pangan. Ada SK dari Walikota Pekanbaru. Kewenangan Kepala Seksi

Kesejahteraan Sosial adalah melaksanakan koordinasi secara berjenjang ke tingkat

kelurahan, bank penyalur menyediakan materi sosialisasi, pendamping bansos

pangan kecamatan memiliki kewenangan berkoordinasi dengan tim pendamping

di kelurahan.

Tugas pokok Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial di tahap ini berkoordinasi

dengan pihak yang berhubungan secara langsung, bank penyalur tugas pokoknya

mempersiapkan materi edukasi, sedangkan pendamping tugas pokoknya

berkoordinasi dengan orang desa. Kegiatan selanjutnya adalah pengorganisasian

di tahap regristrasi dan distribusi KKS program Sembako BPNT di Kecamatan

Rumbai Kota Pekanbaru ialah bahwa setelah pihak bank dan pedagang lolos untuk

menjadi e-Warong yang melayani program Sembako BPNT, Bank Penyalur

menerbitkan dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan ditandatangani oleh


74

Bank Penyalur dan e-Warong yang sudah di seleksi. Dokumen PKS tersebut berisi

hak dari masing-masing pihak, ketetapan pelaksanaan prinsip program, aturan dan

sanksi dalam pelaksanaan program Sembako dengan mengacu kepada aturan yang

berlaku. E-Warong tidak boleh melakukan pengiriman bahan pangan, yaitu

memperjual beliksn bahan pangan dengan jenis dalam jumlah yang telah

ditentukan oleh e-Warong sehingga KPM tidak memiliki pilihan. E-Warong tidak

wajjib menyediakan semua jenis bahan-bahan pangan yang dipilih untuk program

Sembako, hanya saja minimal harus menyediakan jenis bahan pangan yang

termasuk sumber karbohidrat, protein hewani, dan satu jenis bahan pangan

lainnya (yang termasuk protein nabati atau sumber vitamin dan mineral). E-

Warong yang tidak mematuhi ketentuan maka akan dicabut izin penyaluran untuk

melayani program Sembako BPNT oleh Bank Penyalur. Di tahap edukasi dan

sosialisasi ini ada pihak yang terlibat langsung dan memiliki kewenangan serta

tangung jawab atas keberhasilan program.

Dalam tahap penyaluran Program Sembako di Kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru langka pengorganisasian yang dilakukan adalah memastikan

ketersediaan jumlah mesin pembaca KKS pada setiap e-Warong (kecuali untuk e-

Warong di wilayah khusus). Mesin pembaca KKS dapat berupa mesin EDC yang

digunakan oleh e-Warong untuk memproses transaksi pembelian bahan pangan

oleh KPM, mengecek kembaki adanya mekanisme khusus untuk wilayah yang

memiliki keterbatasan aksesibilitas dan infrastruktur non tunai, Melakukan

edukasi penggunaan mesin pembaca KKS kepada e-Warong dan memastikan e-

Warong siap melayani KPM. Menyediakan dukungan teknis terhadap kelancaran

operasional alat transaksi, menyediakan petugas bank (Assistant Branchless


75

Banking/ABB, Contact Person) yang mampu dihubungi oleh e-Warong agar

kemudahan pelaksanaan pembelian bahan pangan. Bank Penyalur menyampaikan

daftar e-Warong kepada Tim Koordinasi Bansos Kabupaten/Kota setempat dan

Tenaga Pengola Bansos Pangan di daerah.

Henry Fayol menyatakan teori tentang pengorganisasian tentang organisasi

lini, yaitu adanya pemusatan wewenang pada level pimpinan organisasi, oleh

karenanya berbagai fungsi akan tersentralisasi pada tangan pimpinan tertentu

sebab dengan tegas memisahkan bidang kegiatan pimpinan (manajerial sebagai

pusat wewenang) dan bidang kegiatan teknis (non manajerial). Prinsip-prinsip

pengorganisasian menurut Henry Fayol adalah adanya pembagian tugas

pekerjaan, kesatuan pengarahan, sentralisasi, mata rantai tingkat jenjang

organisasi.”

c. Pelaksanaan Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di


Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Suatu langka pengarahan dalam pengelolaan adalah memberikan petunjuk.

petunjuk yang diberikan kepada E- Warong, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial

dari Kelurahan agar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) mengerti dengan

program Sembako BPNT dalam rangka meningkatkan kesejahteraan khususnya

dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Fungsi pengarahan juga dinilai sebagai

jantung dari proses manajemen. Perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan

menjadi tidak penting jika fungsi pengarahan tidak dilakukan. Manajer harus

mampu menjalankan fungsi pengarahan dengan baik.

Pengarahan pada tahap persiapan program Sembako di Kecamatan Rumbai

Kota Pekanbaru adalah kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh Kepala Seksi

Kesejahteraan Sosial Kecamatan Rumbai dalam mencapai tujuan organisasi,


76

pembagian Bantuan pangan Sembako BPNT bagi warga tidak mampu, pembagian

kerja secara tepat diantara personil organisasi dan penetapan aktivitas organisasi.

Pengorganisasian di Kecamatan Rumbai yang bertugas sebagai Tim Koordinasi

Bansos Pangan Kecamatan untuk mendistribusikan Bantuan sembako ialah

membagi tugas terhadao masing- masing bidang menurut kemampuannya dan

diberikan tugas untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan Kecamatan

Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06 oktober Pukul

12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

“Selama ini tugas pengarahan diberikan oleh Dinas Sosial Kota. Pihak yang
perlu diarahkan antara lain tim koordinasi kecamatan dan kelurahan, bank
penyalur dan pendamping bantuan sosial pangan kecamatan. Pengarahan
yang diberikan dalam tahap ini mengenai penyiapan data KPM dan
penyiapan e-Warong. Pengarahan dilakukan di kantor Dinas Sosial Kota.
Pengarahan dilakukan dengan tatap muka sebelum masa pandemi, kalau
sekarang ini dilakukan dengan metode daring. Pengarahan di tahap ini
dilaksanakan 2 kali.”

Bedasarkam dari hasil wawancara peneliti, aktivitas pengarahan di tahap

persiapan ialah: Pengarahan yang diberikan Dinas Sosial Kota. Pihak yang wajib

diarahkan diantarnya tim koordinasi kecamatan dan kelurahan, bank penyalur dan

pendamping bantuan sosial pangan kecamatan. Pengaraha diberikan pada tahap

ini mengenai penyiapan data KPM dan penyiapan e-Warong. Pengarahan

dilakukan di kantor Dinas Sosial Kota. Pengarahan dilakukan dengan tatap muka

setelah masa Pandemi dalam pengelolaan BPNT warga miskin yang terdaftar

KPM hanya dapat mengikuti tahap pelaksanan dari penyaluran BPNT. Dimana

masyarakat megikuti segala pengarahan yang dilakukan pendamping Penyalur.

Tahap pelaksanaan ini warga miskin melakukan segala bentuk kegiatan yang
77

diarahkan oleh penyalur adalah pihak DINSOS guna tercapainya tujuan peraturan

BPNT tersebut pada tahap pelaksanaan.

Bedasarkan Wawancara dengan warga miskin penerima Bansos Pangan

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu nita), pada Hari selasa Tanggal 07

oktober Pukul 13.30 di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

Saya hanya perlu mengikuti seluruh arahan yang di pandu pendamping


dengan menunjukan identitas yang menyatakan warga miskin tersebut telah
terdaftar menjadi KPM.

Bedasarkam dari hasil wawancara peneliti, aktivitas pengarahan di tahap

persiapan ialah: Pengarahan warga miskin yang diberikan Dinas Sosial Kota.

Pihak yang wajib diarahkan adalah warga miskin yang terdaftar KPM. Pengaraha

diberikan pada tahap ini mengenai penyiapan data KPM. Pengarahan dilakukan di

kantor Dinas Sosial Kota. Pengarahan dilakukan dengan tatap muka setelah masa

pandemi. Pengarahan di Tahap sosialisasi dan edukasi di Kecamatan Rumbai

berkaitan erat dengan alur pelaksanaan sosialisasi dan edukasi, yang meliputi :

“Kegiatan edukasi dan sosialisasi dilakukan oleh Kementerian Sosial Bersama

Bank Penyalur kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota)

dan Tenaga Pelaksana Bansos Pangan. Kegiatan ini di koordinasikan oleh

Kementerian Sosial dengan Tim Koordinasi Bansos Pangan Pusat/Tim

Pengendali.’’

Kegiatan edukasi dan sosialisasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Provinsi

dan/atau Kabupaten/Kota) Bersama Bank penyalur setempat kepada Pendamping

Sosial Bansos Pangan, aparatur pemerintah tingkat kecamatan, desa/kelurahan,

dan jajaran di bawahnya (RT/RW/dusun/lingkungan/tokoh masyarakat dan

lainlain).
78

Kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada KPM yang baru dibukakan rekening

bantuan pangan pada tahun 2020 dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pendamping

Sosial Bansos Pangan didampingi Bank Penyalur setempat pada saat registrasi.

Sosialisasi kepada KPM program Sembako yang pada tahun sebelumnya telah

menjadi penerima program BPNT dilaksanakan oleh Pendamping Sosial Bansos

Pangan dan Pemerintah Daerah.

Tahap Penyaluran Bantuan Sembako di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

adalah Bank penyalur menerima transfer dana dari Kementrian Sosial. Proses

penyaluran dilakukan dengan memindhkan buku dana bantuan program Sembako

dari rekening Kementerian Sosial (KPA) di Bank Penyalur ke rekening bantuan

pangan/sub-akun uang elektronik KPM. Pemindahbukuan dana bantuan program

Sembako ke rekening/sub-akun elektronik KPM dilakukan paling lama 30 hari

kalender sejak dana tersebut ditransfer dari Kas Negara ke rekening Kementerian

Sosial di Bank Penyalur. Penyaluran dana bantuan program Sembako ke dalam

rekening bantuan pangan/sub-akun uang elektronik KPM dilakukan setiap bulan,

paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berjalan.

Fungsi Manajemen Menurut Henry Fayol pada proses pengarahan adalah

ditujukan untuk memberikan arahan kepada Sumber Daya Manusia (SDM) dalam

hal ini adalah pihak – pihak yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan

program Sembako supaya pihak yang bersangkutan dapat menyelesaikan tugasnya

secara baik.”

d. Pengawasan / Pengendalian Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai


(BPNT) di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Sistem pengendalian manajemen adalah suatu upaya sistematis yang dilakukan

untuk mencapai tujuannya dengan cara melakukan perbandingan atas prestasi


79

kerja agar sesuai rencana awal dan menciptakan suatu tindakan yang tepat untuk

bisa mengoreksi setiap perbedaan yang menyimpang. Tahap pengendalian

Bantuan Sembako pada Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru adalah untuk

mengendalikan cara kerja bagian yang berkompeten didalam mendistribusikan

dana bantuan Program Sembako bagi warga tidak mampu untuk mengoreksi

adanya penyimpangan. Pengendalian di tahap persiapan pelaksanaan Program

Sembako di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru adalah proses untuk mengukur

kinerja dan memastikan bahwa program yang dijalankan sesuai dengan ketentuan,

sehingga mengendalikan terjadinya penyimpangan. Pengendalian di tahap

persiapan ini dilaksanakan dalam pengelolaan program Sembako di Kecamatan

Rumbai terkait dengan penyiapan data KPM dan pemilihan e-Warong.

Sebagai tindak pengendalian Pemerintah Kota diwajibkan memeriksa data

calon KPM pada SIKS-NG menu BPS, melakukan perubahan data sesuai kondisi

terkini serta melengkapi 7 (tujuh) variable pembukaan rekening (KYC) pada

SIKS-NG menu BPS yaitu sebagai berikut :

1) Nama Pengurus KPM (pemilik rekening);

2) NIK Pengurus KPM;

3) KTP-el Pengurus KPM atau Surat Keterangan (Suket) pengganti KTP-el

sementara;

4) Tempat lahir Pengurus KPM;

5) Tanggal lahir Pengurus KPM;

6) Nama gadis ibu kandung dari Pengurus KPM;

7) Alamat lengkap Pengurus KPM beserta kode wilayah sampai tingkat desa.

Bedasarkan Wawancara dengan Pendamping Sosial Bansos Pangan


80

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru (Ibu Willis), pada Hari selasa Tanggal 06

oktober Pukul 12.30 di Dinas Sosial Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa:

“Sering terjadi pencatatan ganda pada data SIKS-NG, pada tahap penyiapan
e-Warung ditemukan e-Warung yang tidak sesuai dengan kriteria yang di
tentukan. Standar yang digunakan adalah peraturan undang-undang yang
berlaku dan pedoman umum Program Sembako tahun 2020. Pastilah ada
kegiatan pengawasan di tahap persiapan ini. Tim koordinasi bansos pangan
BPNT di wilayah masing-masing bertugas melakukan pengawasan dan
pengendalian. Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis aplikasi dapat
digunakan untuk pemantauan penyaluran dan pemanfaatan dana bantuan
program Sembako dari waktu ke waktu. Pemantauan pelaksanaan program
Sembako dapat menggunakan instrumen/formulir pemantauan.’’

Berdasarkan hasil wawancara langka pengendalian di tahap persiapan dengan

Pendamping Sosial Bansos Pangan Kecamatan Rumbai menyatakan sering terjadi

pencatatan ganda pada data SIKS-NG, sedangkan pada tahap penyiapan e-Warung

ditemukan e-Warung yang tidak sesuai dengan sesuatu yang di tentukan

contohnya masyarakat tidak berdagang sayuran dan daging sehari-hari. Standar

yang digunakan adalah peraturan undang-undang yang berlaku dan Pedoman

Umum Program Sembako tahun 2020. Ada kegiatan pengawasan di tahap

perencanaan ini. Tim koordinasi bansos pangan di wilayah masing-masing yang

bertugas melakukan pengendalian. Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis

aplikasi dapat digunakan untuk pemantauan penyaluran dan pemanfaatan dana

bantuan program Sembako dari waktu ke waktu. Pemantauan pelaksanaan

program Sembako dapat menggunakan instrumen/formulir pemantauan.

Warga miskin dalam tahap pengawasan hanya perlu memastikan apakah

bantuan pangan yang telah diketahi bedasarkan praturan yang tertera dalam

menyalurkan BPNT terhadap KPM. Dan bedasarkan pernyataan informan

penyaluran bantuan pangan tersebut sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan
81

dalam peraturan penyaluran BPNT di Kecamatan Rumbai. Tahap pengawasan,

warga miskin melakukan pengecekan Kembali guna memastikan apakah dari

setiap pengelolaan BPNT di setiap tahap apakah sudah sesuai dengan praturan

yang ditetapka, maka dari itu warga miskin tersebut mengecek Kembali bantuan

tersebut.

Kalau pengawasan kami selaku warga miskin yang telah terdaftar KPM
kami hanya perlu memastikan bantuan yang kami terima sudah sesuai atau
tidak, namun sejauh ini penyaluran nya sudah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Pelaksana sosialisasi dan edukasi program Sembako antara lain mencakup:

Tim Koordinasi Bansos Pangan Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota, Pendamping

Sosial, aparatur daerah, serta bank penyalur) menggunakan media seperti: rapat

koordinasi, pedoman umum dan petunjuk teknis, surat edaran dari

kementerian/lembaga negara terkait, dan poster/brosur. Sasaran edukasi dan

sosialisasi program Sembako terdiri atas Tim Koordinasi Bansos Pangan

Provinsi/Kabupaten/Kota, Pendamping Sosial, aparat desa, KPM, dan e-warong.

Sosialisasi dan edukasi dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya KPM mengenai tujuan, mekanisme pemanfaatan, dan

saluran pengaduan program Sembako serta memberikan pemahaman kepada KPM

tentang pentingnya pemenuhan gizi pada 1000 HPK untuk mencegah stunting

melalui pemanfaatan bantuan program Sembako. Sosialisasi dan edukasi juga

dilaksanakan kepada e-warong agar mampu melayani pemanfaatan Program

Sembako. E-warong, sebagai tempat pembelian bahan pangan oleh KPM,

dipasang stiker logo khusus sebagai penanda bagi KPM.

Pengendalian di tahap penyaluran Bank penyalur melakukan registrasi atau


82

pembukaan rekening secara kolektif berdasarkan data KPM yang diberikan dan

ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Bank dibantu oleh Pemerintah Kota dan

Pendamping Sosial melaksanakan distribusi KKS dan kelengkapannya kepada

KPM yang telah dibukakan rekeningnya. Pada proses registrasi/distribusi KKS,

calon KPM membawa kartu/dokumen identitas diri untuk dilakukan pencocokan

dokumen sebelum KKS dibagikan. Saat registrasi, bank juga memberikan

informasi kepada KPM mengenai lokasi e-warong yang dapat diakses dan

meminta KPM untuk melakukan pengecekan kuota KKS di e-warong. Dalam hal

ditemukan data KPM yang tidak sesuai (berupa kesalahan penulisan nama, NIK

atau alamat) pada saat pelaksanaan registrasi, maka KPM dimaksud harus

menyertakan dokumen tambahan berupa surat keterangan dari desa/kelurahan

setempat. Tujuan pengelolaan akan tercapai jika langkah-langkah dalam

pelaksanaan manajemen di tetapkan secara tepat, salah satunya yaitu menetapkan

alur pelaksaan agar kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien. Alur pelaksanaan

distribusi KKS adalah sebagai berikut :

1. Tim Koordinasi Bansos Pangan Kabupaten/Kota, perangkat desa/aparat

kelurahan, dan Pendamping Sosial Bansos Pangan mendampingi Bank

Penyalur pada saat distribusi KKS kepada KPM. Edukasi dan sosialisasi

kepada KPM dapat dilakukan bersamaan pada saat proses distribusi KKS.

2. Pihak yang harus hadir dari KPM pada saat distribusi KKS adalah yang

ditentukan sebagai Pengurus KPM, yaitu nama yang tercantum sebagai

pemilik rekening bantuan pangan. Apabila Pengurus KPM tidak hadir pada

saat distribusi KKS, perangkat desa/aparatur kelurahan dan Pendamping

Sosial Bansos Pangan secara aktif mengecek keberadaan KPM.


83

3. Perlakuan bagi Pengurus KPM yang tidak hadir pada saat distribusi KKS

(baik karena sakit, lanjut usia dan/atau penyandang disabilitas, meninggal

dunia, Pekerja Migran Indonesia (PMI), mendapat vonis berkekuatan hukum

tetap atau sedang dalam proses hukum, tidak ditemukan domisilinya, sudah

bercerai, maupun menolak menerima bantuan) merujuk pada Lampiran

mengenai Mekanisme Penggantian Pengurus KPM.

4. Dokumen pendukung yang perlu dibawa oleh KPM pada saat proses

distribusi KKS adalah dokumen identitas seperti KTP, Suket, KK, dan/atau

dokumen lain yang dapat menunjukkan identitas sebenarnya dari yang

bersangkutan.

5. Pada saat proses distribusi KKS, petugas Bank Penyalur memeriksa

kesesuaian data pada KKS dengan dokumen identitas yang dibawa KPM. Jika

data pada KKS sesuai dengan dokumen identitas yang dibawa KPM, maka

KPM harus melengkapi dan menandatangani formular pembukaan rekening

yang disediakan oleh Bank Penyalur.

6. Bank Penyalur menyerahkan KKS, lembar PIN, dan lembar informasi

program disertai penjelasan kepada KPM mengenai program Sembako serta

cara penggunaan KKS dan PIN.

7. Jika data pada KKS dan dokumen identitas yang dibawa KPM tidak sesuai,

misalnya terdapat perbedaan nama, alamat maupun nomor identitas KPM

maka petugas Bank Penyalur berkoordinasi dengan perangkat desa/aparatur

kelurahan untuk mencocokkan data administrasi kependudukan di

wilayahnya.

8. Apabila KPM terbukti adalah benar yang bersangkutan, maka pihak


84

desa/kelurahan dapat memberikan surat keterangan terkait hal tersebut.

Dengan adanya surat keterangan dari desa/kelurahan, petugas Bank Penyalur

menyerahkan formulir pembukaan rekening bantuan pangan untuk dilengkapi

dan ditandatangani oleh KPM untuk memperoleh KKS dan PIN.

9. KKS dan dokumen kelengkapannya tidak diserahkan kepada KPM apabila:

a. KPM tidak dapat menunjukkan dokumen identitas atau dokumen

pendukung.

b. KPM tidak melengkapi dan menandatangani formulir pembukaan rekening

bantuan pangan.

c. Terjadi perbedaan data KPM dengan data pada KKS yang tidak dapat

dikonfirmasi kebenarannya oleh pihak desa/kelurahan.

d. KPM didapati telah memiliki KKS dari kepesertaannya pada program

PKH.

10. Apabila saat registrasi/distribusi KKS didapati KPM telah memiliki KKS dari

program PKH maka KKS yang baru tidak diserahkan kepada KPM dan

dilaporkan kepada Bank Penyalur agar dapat dilakukan proses tunggalisasi

KKS, dimana dana bantuan program Sembako akan disalurkan melalui KKS

yang telah dimiliki dan digunakan KPM untuk PKH.

11. Tenggat berakhirnya proses distribusi KKS kepada KPM ditentukan oleh

Kementerian Sosial. Apabila distribusi KKS melewati tenggat yang

ditentukan, maka Tim Koordinasi Bansos Pangan mengirim surat

permohonan persetujuan yang dilengkapi dengan laporan hasil rekonsiliasi

distribusi KKS kepada Kementerian Sosial. Proses distribusi KKS dapat

dilanjutkan setelah Kementerian Sosial mengeluarkan persetujuan.


85

12. Setelah proses distribusi KKS berakhir, untuk rekonsiliasi data, Bank

Penyalur di daerah menyampaikan laporan hasil distribusi KKS kepada Tim

Koordinasi Bansos Pangan Kabupaten/Kota dan Bank Penyalur di pusat

mengenai :

a. Daftar dan jumlah KPM yang telah mendapatkan KKS dan

kelengkapannya;

b. Daftar dan jumlah KPM yang gagal didistribusikan KKS dan

kelengkapannya beserta alasannya.

13. Laporan rekonsiliasi data hasil distribusi KKS menggunakan format baku ang

ditentukan oleh Kementerian Sosial dilengkapi dengan kode wilayah yang

digunakan oleh satuan kerja pengelola data di bawah Kementerian Sosial, dan

ditandatangi oleh Bank Penyalur di daerah dan Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

1. Laporan rekonsiliasi data hasil distribusi KKS tersebut dikirim oleh Dinas

Sosial Kabupaten/Kota kepada Kementerian Sosial, dan mencakup :

a. Laporan yang sama dikirim Bank Penyalur di daerah kepada Bank

Penyalur di pusat.

b. KKS yang tidak terdistribusikan dinonaktifkan dan disimpan oleh

Bank Penyalur di daerah, KKS dan kelengkapan yang tidak

terdistribusikan disimpan sampai satu tahun anggaran atau selesainya

pemeriksaan oleh tim audit. Wawancara dengan Pendamping Sosial

Bansos Pangan.

Proses penyaluran dana bantuan program Sembako dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Belanja Bansos

yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


86

di bidang keuangan.

Fungsi pengendalian menurut Henry Fayol ini adalah merupakan aktivitas

untuk memantau, membuktikan dan memastikan bahwa semua kegiatan yang

telah melewati tahapan pada fungsi manajemen sebelumnya berjalan sesuai

dengan target dan juga sesuai dengan standar dalam rangka untuk mencapai tujuan

organisasi. Pada fungsi controlling ini bermanfaat untuk memastikan bahwa

kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana awal dan untuk

mengevaluasinya serta untuk memberi pemecahan masalah yang betul (solusi)

terhadap penyimpangan yang sifatnya signifikan (berarti).”

e. Faktor Hambatan Pemerintah Dalam Mengelola BPNT di Kecamatan


Rumbai Kota Pekanbaru

Sebuah program kebijakan tidak luput dari hambatan maupun kekurangan

dalam Pengelolaannya, begitupun program BPNT yang masih memiliki beberapa

hambatan, diantaranya sarana dan prasaran seperti e-warong yang tidak sesuai

dengan pedoman umum program BPNT, kartu KKS hilang maupun saldo kosong,

terbatasnya pembantu pelaksana kebijakan, data penduduk miskin yang tidak

terbaru, rendahnya kesadaran masyarakat, dan jaringan internet di tempat

pelaksanaan. Selanjutnya karakteristik dari program ini yakni program yang

diselenggarakan oleh pemerintah pusat yaitu Kementerian Sosial, jadi yang

membuat menarik lagi adalah alokasi anggaran dari APBN dan dukungan oleh

pusat serta adanya dorongan motivasi imbalan yang diberikan pemerintah pusat

kepada pendamiping BPNT dan Korda BPNT.

Hal ini yang membuat pendamping BPNT dan Korda BPNT selalu

mengupayakan pelaksanaan program BPNT berjalan dengan baik. Adanya


87

program ini juga diharapkan secara jangka panjang memberantas angka gizi buruk

yang dialami oleh masyarakat menengah kebawah, mencerdaskan anak bangsa

sehingga dapat menaikkan tingkat SDM, membantu meningkatkan perekonomian

bagi keluarga penerima manfaa

B . Pembahasan

a. Pengelolaan BPNT di kecamatan Rumabai Kota Pekanbaru dan


Hambatan Pemerintah dalam Mengelola BPNT

Tahap perencanaan di setiap tahap pelaksanaan program Sembako di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru sudah dilaksanakan sesuai dengan arahan,

sehingga bisa dikatakan sudah cukup baik dalam peningkatan kesejahteraan KPM,

karena adanya kesesuaian antara rencana dengan hasil yang ingin dicapai di setiap

tahapan pelaksanaan Program Sembako.

Tahap pengorganisasian dalam Pengelolaan program Sembako BPNT di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru sudah dilaksanakan sesuai dengan arahan,

dan menghasilkan suatu pencapaian yang sesuai harapan, sehingga bisa dikatakan

sudah cukup baik dalam peningkatan kesejahteraan KPM, karena adanya

kesesuaian antara rencana dengan hasil yang ingin dicapai di setiap tahapan

pelaksanaan Pengelolaan Program Sembako BPNT.

Tahap pengarahan di setiap tahap pengelolaan program Sembako BPNT di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur

dan pedoman yang berlaku, dan menghasilkan suatu pencapaian yang sesuai

harapan, sehingga bisa dikatakan sudah cukup baik dalam peningkatan

kesejahteraan KPM, karena adanya kesesuaian antara rencana dengan hasil yang

ingin dicapai di setiap tahapan pelaksanaan Program Sembako.

Tahap pengendalian dalam Pengelolaan program Sembako BPNT di


88

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur

dan pedoman yang berlaku, dan menghasilkan suatu pencapaian yang sesuai

harapan, sehingga bisa dikatakan sudah cukup efektif dalam peningkatan

kesejahteraan KPM, karena adanya kesesuaian antara rencana dengan hasil yang

ingin dicapai di setiap tahapan pelaksanaan Program Sembako.

Sebuah program kebijakan tidak luput dari hambatan maupun kekurangan

dalam Pengelolaannya, begitupun program BPNT yang masih memiliki beberapa

hambatan pada tahap perencanaan, Pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan dalam pengelolaan BPNT, diantaranya sarana dan prasaran seperti e-

warong yang tidak sesuai dengan pedoman umum program BPNT, kartu KKS

hilang maupun saldo kosong, terbatasnya pembantu pelaksana kebijakan, data

penduduk miskin yang tidak terbaru, rendahnya kesadaran masyarakat, dan

jaringan internet di tempat pelaksanaan. Selanjutnya karakteristik dari program ini

yakni program yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat yaitu Kementerian

Sosial, jadi yang membuat menarik lagi adalah alokasi anggaran dari APBN dan

dukungan oleh pusat serta adanya dorongan motivasi imbalan yang diberikan

pemerintah pusat kepada pendamiping BPNT dan Korda BPNT.


BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan yang ditemukan di

dalam penelitian peneliti sesuai dengan yang dibahas di sdalam bab sebelumnya,

maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Rumbai Kota

Pekanbaru yang dikelola menerapkan aspek perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengarahan (commanding), pengendalian

(controlling), hal tersebut menghasilkan setiap tahap pengelolaan Bantuan Pangan

Non Tunai di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru sudah dilaksanakan sesuai

dengan arahan, maka dapat dikatakan sudah cukup baik dalam peningkatan

kesejahteraan KPM, karena adanya kesesuaian antara rencana dengan hasil dari

praturan dan ketetapan yang ingin dicapai di setiap tahapan pengelolaan BPNT di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Dikatakan masih cukup Baik karena masih

ada yang perlu diperbaiki seperti penyiapan data KPM yang masih banyak ditemui

data yang tidak sesuai dilapangan, dikarenakan koordinasi yang kurang pada saat

pengecekan kembali data KPM yaitu di tahap persiapan. Peneliti menemukan

temuan di lapangan. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan Pengelolaan Bantuan

Pangan Non Tunai. Dilihat dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengendalian (controlling) dari Pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai di

Kecamatan Rumbai ini masih sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari kelemahan

panjangnya hirarki pengelolaan, diawali dari tingkat pusat yang melibatkan

beberapa

89
90

Kementerian/Lembaga lintas sektor yang terkait, termasuk Bank Penyalur dalam

hal ini BRI, Selanjutnya turun ke tingkat Provinsi, Kab/Kota, dan

Kecamatan/Kelurahan dengan kewenangan lebih ke bidang administrasi,

sedangkan pengawasan di lapangan masih ada celah untuk terjadinya

penyimpangan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan peneliti di atas, berikut ini adalah

saran-saran peneliti yang sekiranya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk

melakukan perbaikan pengelolaan Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan

Rumbai Kota Pekanbaru sebagai berikut :

1. Perlu adanya pembaharuan Basis Data Terpadu yang digunakan sebagai dasar

untuk menetapkan KPM program Sembako dengan cara melakukan

pendataan ulang warga miskin di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru yang

belum mendapatkan program Sembako secara berkala sehingga data yang

seharusnya bisa di ganti dengan yang lebih membutuhkan.

2. Dalam hal Untuk mengurangi penyimpangan dalam pemanfaatan dana

bantuan oleh KPM, Tim Koordinasi Bansos Pangan Kecamatan perlu

melakukan pengawasan secara rutin di lokasi e-Warong yang ada di

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

3. Perlu diadakanya pembinaan ke e-Warong sesuai dengan Amanah yang telah

ditunjuk agar dapat memberikan harga produk pangan yang lebih murah, dan

komoditi dan berkualitas kepada KPM, maka dari itu manfaat BPNT ini

dapat membantu secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan KPM

dengan pemenuhan gizi terhadap keluarga.


91

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Widya Herliana, (2016), “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2012-2014”, Skripsi, Universitas Bakrie, Jakarta.

Anselm Straus dan Juliet Corbin, (2013), Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Jurnal,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alase, A. (2017). The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to

a Good Qualitative Research Approach. Buku.

Afifuddin. (2010). Pengantar Administrasi Pembangunan. Buku. Bandung: CV

Alfabeta.

Bach, S., Haynes, P., & Smith, J. L. (2014). Buku. Online Learning and Teaching

in Higher Education. Open University Press.

Fadlurrohim, Ishak. (2019). Jurnal. Implementasi Program Bantuan Pangan

Nontunai (Studi Kasus di Kota Cimahi).

George, (2006), Buku. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara.

Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. R. (2014). Buku. Understanding nursing

research: Building an evidence-based practice. Elsevier Health Sciences.

Gumbira, S.E., Syamsu, K., Mardliyati, E., Herryandie, A., Evalia, NA., Rahayu,

DL., Puspitarini, R., Ahyarudin, A. dan Hadiwijoyo, A. (2009). Buku.

Agroindustri dan Bisnis Gambir Indonesia. Bogor: IPB Press.

Hasibuan, Malayu S.P, (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku. Edisi
92

Revisi, PT.Bumi Aksara Jakarta.

Hasibuan, Malayu SP. (2014). Buku. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan

ke empat belas, Jakarta ,Penerbit : Bumi Aksara.

Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Buku. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Handoko, T. Hani. (2016). Buku. Manajemen. Yogyakarta : BPF

Hashemnezhad, Hossein. (2015). Qualitative Content Analysis Research: A Review

Article. Journal of ELT and Applied Linguistics, Vol. 3 Issue 1, Maret

2015Hlm. 54—62.

Hemawan, Iwan, dkk. (2021). Jurnal. Efektivitas Program Bantuan Pangan Non

Tunai Kota Yogyakarta.

Kristia. (2022). Jurnal. Implementasi Pengelolaan Program Bantuan Pangan Non

Tunai di Kantor Desa Medan Estate. Univ HKBP Nommensen: Medan.

Laksmi. (2008). Buku. Standar Operasional Prosedur. Diakses pada 29 Oktober

2018,

Makmur. (2013). Buku. Teori Manajemen Stratejik dalam Pemerintahan dan

Pembangunan. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, buku cetakan ke-36,

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Nugroho, Riant Dwijodijoto. (2003). Buku. Kebijakan Publik: Formulasi,

Implementasi, Evaluasi, Jakarta : PT. Elex Media kelompok Gramedia.

Robbins, Stephen P., Coulter, Mary. (2016). Manajemen, Jilid 1 Edisi 13, Alih

Bahasa : Bob Sabran dan Devri Barnadi P, Erlangga, Jakarta

Rivai, Veithzal. el. at. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
93

Perusahaan dari Teori ke Praktek. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sondang, P. Siagian , MPA, DR, Prof. (2001). Kerangka Dasar Ilmu Administrasi,

Cetakan 2, Jakarta: Rineka Cipta.

Sondang P. Siagian. 2016. Buku. Sistem Informasi Manajemen, Bumi Aksara.

Jakarta.

Sugiyono. (2018). Buku. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Terry, George R. (2009). Buku. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta:

Penerbit Bumi Aksara.

Thalia, Winnie. (2020). Skripsi. EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN PANGAN

NON TUNAI DI KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASAR.

Makasar:

Umam, Khairul. (2017). Jurnal. Perilaku Organisasi, Bandung: CS Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai