Anda di halaman 1dari 7

Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and

Technology
Homepage: https://journal.ilmudata.co.id/index.php/ijmst
Vol. 1 No. 1 (2023) pp: 74-80
P-ISSN: 2986-6790, e-ISSN: 2986-6782

Analisis Manajemen Layanan E - Learning Berbasis Teknologi Informasi


Menggunakan Framework ITIL Versi 3 Pada SMK Muhammadiyah 1
Palembang
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Magister Teknik Informatika, Program Pascasarjana, Universitas Bina Darma
Magister Teknik Informatika, Program Pascasarjana, Universitas Bina Darma
1
amrullah560@gmail.com, 2tata.sutabri@binadarma.ac.id*

Abstrak
Layanan Teknologi Informasi (TI) adalah salah satu fasilitas yang diberikan oleh suatu instansi atau perusahaan. Layanan
Teknologi Informasi juga diberikan untuk membantu pengguna (user) untuk membantu mempermudah pekerjaan. SMK
Muhammadiyah 1 Palembang saat ini menggunakan layanan teknologi Informasi terutama untuk membantu proses belajar
mengajar antara siswa dan guru. Layanan Teknologi Informasi tersebut dibangun dalam bentuk sistem e-learning bernama
Edumu yang bisa di akses oleh seluruh siswa, guru dan karyawan sekolah lainnya. Layanan e-learning Edumu pada SMK
Muhammadiyah 1 Palembang telah di atur di dalam SOP (Standar Operational Procedure). Namun Sistem e-learning Edumu
pada SMK Muhammadiyah 1 Palembang ini penggunaannya belum optimal. Oleh karena itu perlu adanya analisis manajemen
layanan e-learning berbasis teknologi informasi untuk mengetahui kinerja ataupun kualitas layanan teknologi informasi e-
learning yang digunakan dengan cara membandingkan tingkat kematangan teknologi informasi saat ini (Current Maturity) dan
kondisi yang akan datang (Expected Maturity). Hasil dari Analisis ini adalah gap analisis dan rekomendasi rekomendasi untuk
perbaikan kualitas layanan teknologi informasi. Analisis manajemen layanan teknologi informasi ini menggunakan Framework
ITIL Versi 3 karena metode ini lebih mudah digunakan dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kinerja teknologi
informasi agar dapat meningkatkan kepuasan stakeholder. Kami menjadikan objek analisis manajemen layanan teknologi
informasi di SMK Muhammadiyah 1 Palembang adalah sistem e-learningnya yang bernama EDUMU (Edukasi
Muhammadiyah). Data penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung ke SMK Muhammadiyah 1 Palembang dengan
wawancara ke bagian pengembang dan pengguna e-learning dan menyebar kuisionernya.
Kata kunci: Analisis Manejemen Teknologi Informasi, E Learning, ITIL V3, Gap Analysis, Maturity Level

1. Pendahuluan meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah dan


madrasah Muhammadiyah. Terobosan baru Majelis
Perkembangan teknologi informasi telah berkembang
Dikdasmen PP Muhammadiyah memanfaatkan
pesat termasuk di institusi pendidikan yang saat ini
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
sedang meningkatkan pemanfaatan dan investasi
mempermudah aktivitas manajemen sekolah dan proses
teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi sangat
belajar mengajar dengan tujuan peningkatan kualitas
mendukung tujuan penyelenggaraan pendidikan
pendidikan.
sehingga harus diperhatikan efisiensi penggunaan
sumber daya dan pengelolaan risiko. Faktanya, Information Technology Infrastructure Library Versi 3
ketergantungan kepada teknologi informasi untuk (ITIL V3) merupakan kerangka kerja, suatu konsep
mencapai tujuan strategi dan kebutuhan organisasi yang menggambarkan praktek terbaik (best practice)
menjadi pendorong utama dikarenakan mampu manajemen layanan teknologi informasi (TI), berfokus
meningkatkan produktivitas, menjadikan proses bisnis pada pengembangan serta pengukuran terus menerus
menjadi efektif dan efisien. SMK Muhammadiyah 1 terhadap kualitas layanan TI yang diberikan terhadap
Palembang mempunyai teknologi informasi yang sudah bisnis atau pelanggan. ITIL Versi 3 memberikan
terintegrasi dan cukup besar dalam mengatur kegiatan peningkatan kepuasan pengguna dengan layanan TI.
belajar mengajar, salah satunya sistem e-learning Fokus pembahasan tentang penelitian ITIL Versi 3
bernama Edumu (Edukasi Muhammadiyah) yang secara umum mulai dari lingkup keseluruhan domain (5
diharapkan mampu meningkatkan kualitas kinerja domain ITIL Versi 3) hingga membahas secara spesifik
teknologi informasi dan membuat kegiatan belajar 7 sub domain dari service operation yaitu service
mengajar menjadi lebih atraktif dan inovatif. E-learning management as a practice, service operation principles,
Edumu merupakan sistem yang dikembangkan oleh service operation processes, common service operation
majelis dikdasmen PP Muhammadiyah untuk activities, organizing service operation, service

Received: 20-01-2023 | Accepted: 20-04-2023 | Published: 05-05-2023


74
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology Vol. 1 No. 2, Juni 2023

operation technology consideration, dan implementing skala likert. Hasil dari perhitungan skala likert akan
service operation. digunakan selanjutnya pada proses perhitungan
maturity level dan akan dibandingkan hasilnya dengan
e-learning menjadi salah satu pemanfaatan TI yang ada
level harapan (expected level) yang diinginkan
dengan tujuan membantu siswa dan guru dalam proses
sehingga terbentuklah sebuah hasil analisis kesenjangan
pembelajaran. E-learning dapat membantu siswa
(analisis gap). Langkah terakhir, hasil dari analisis gap
memperoleh informasi tentang pembelajaran seperti
akan dijadikan sebagai panduan untuk menciptakan
materi dan tugas yang diberikan oleh guru. Bagi siswa,
rekomendasi rekomendasi untuk perbaikan manajemen
e-learning dapat membantu dalam hal memahami
layanan TI di masa yang akan datang. Desain penelitian
materi belajar secara mandiri serta dengan mudah
ini dapat dilihat pada gambar 1.
menemukan refrensi materi yang dibutuhkan tanpa
harus berdiskusi tatap muka secara langsung dengan
guru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran kemudahan kepada SMK Muhammadiyah 1
Palembang khusus nya pada penggunaan sistem e-
learning untuk mengukur kualitas layanan teknologi
informasi yang sedang atau akan digunakan dengan
cara membandingkan tingkat kematangan teknologi
informasi kondisi saat sekarang dan kondisi yang akan
dating sehingga diperoleh gap analisis dan rekomendasi
– rekomendasi untuk perbaikan kualitas layanan
teknologi informasi.

2. Metode Penelitian Gambar 1. Desain Penelitian

Metode Penelitian merupakan teknik atau cara yang 2.2 Framework Information Technology Infrastructure
disusun secara teratur yang digunakan oleh peneliti Library (ITIL) Versi 3
untuk mengumpulkan informasi dan data dalam m
Secara umum Information Technology Infrastructure
elakukan penelitian yang disesuaikan degan objek atau
Library (ITIL) didefinisikan sebagai sebuah kerangka
subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan
kerja yang berisi pengetahuan praktis yang dapat
pendekatan induktif yang menggambarkan
digunakan dalam membantu organisasi bisnis untuk
permasalahan yang terjadi berdasarkan fakta yang ada
mengembangkan dan menyediakan proses Information
kemudian dianalisis agar dapat ditemukan titik Technology Service Management (ITSM) (itSMF,
permasalahannya dan kemudian diberikan rekomendasi 2007). Kerangka kerja ITIL Versi 3 bertujuan untuk
serta ditarik kesimpulan.
meningkatkan efisiensi operasional TI dan kualitas
layanan penggunanya.
2.1 Desain Penelitian
Framework ITIL juga dikenal sebagai pendekatan
Desain penelitian yang dilakukan memiliki beberapa manajemen pelayanan TI yang paling banyak diterima
tahapan. Tahap awal dari penilitian analisis manajemen di seluruh dunia, juga merupakan sekumpulan best
layanan teknologi informasi E Learning Pada SMK practice dari manajemen pelayanan IT konsisten dan
Muhammadiyah 1 Palembang ini yakni identifikasi menyeluruh yang menyajikan pendekatan berkualitas
masalah, digunakan untuk mengidentifikasi dan pencapaian efektif dan efisien dalam penggunaan
mengenali permasalahan – permasalahan yang ada pada sistem informasi disebuah lingkungan bisnis, juga
sistem E Learning SMK Muhammadiyah 1 Palembang. merupakan framework yang dapat dikembangkan dam
Selanjutnya adalah studi literatur, yang digunakan diadaptasikan dalam pengembangan suatu sistem.
dalam penelitian ini berupa jurnal, dan buku tentang
analisis manajemen layanan teknologi informasi Framework ITIL v3 digunakan karena memiliki
menggunakan framework ITIL Versi 3. manfaat untuk meningkatkan kepuasan pengguna dan
pelanggan dengan layanan TI dan meningkatkan
Selanjutnya adalah pengumpulan data, teknik ketersediaan layanan yang langsung mengarah untuk
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan memberikan peningkatan pada keuntungan bisnis dan
Teknik obervasi dan wawancara sesuai dengan pendapatan.
instrumen pada framework ITIL Versi 3. Lalu Langkah
berikutnya adalah menentukan responden dengan Framework ITIL Versi ketiga (ITIL v3) intinya terdiri
menggunakan RACI model. Setelah ditentukan dari lima domain yang bisa dilihat pada gambar 2 dan
respondennya, dilakukan penyebaram kuisioner yang lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup
berisikan butir butir pertanyaan dengan menggunakan layanan yang disediakan oleh teknologi informasi.

DOI: https://doi.org/10.31004/ijmst.v1i2.122
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
75
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology Vol. 1 No. 2, Juni 2023

Kelima domain tersebut adalah Service Strategy, mereka yang diberitahu setelah keputusan dibuat, dan
Service Design, Service Transition, Service Operation dengan siapa ada komunikasi satu arah.
dan Continual Service Improvement.

Gambar 3. RACI Model

2.5 Maturity Level


Gambar 2. Domain ITIL Versi 3
Maturity level merupakan sebuah metode untuk
2.3 Service Operation mengukur tingkat kematangan terhadap pengelolaan
manajemen layanan dalam sebuah organisasi atau
Service operation merupakan tahapan lifecycle yang
instansi perusahaan. Pada tahap analisis maturity level
mencakup semua kegiatan operasional harian
ini cara memahami dan mengolah data dari hasil
pengelolaan layanan layanan TI. Service operation
kuisioner dan wawancara dengan melakukan validasi
memiliki tujuan utnuk mengkoordinasikan dan
berdasarkan wawancara dan observasi.
melaksanakan aktivitas dan proses yang dibutuhkan
untuk memberikan dan mengelola persetujuan Kuisiner diisi berdasarkan hasil pengamatan dan
pelayanan bagi pengguna. observasi yang dilakukan cross check dengan pihak
manajemen mengenai hasil yang didapatkan supaya
Domain service operation juga bertanggung jawab
penilaian sistem yang dilakukan merupakan kondisi riil
untuk mengelola aplikasi, teknologi dan infrastruktur
dari pengelolaan yang sedang dilakukan. Representasi
untuk mendukung pengiriman layanan. Di dalam
maturity level dapat dilihat pada tabel 1.
service operation terdapat berbagai panduan bagaimana
mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta Tabel 1.Representasi maturity level ITIL Versi 3
menjamin tingkat kinerja yang telah dijanjikan dengan Skala Indeks Maturity Level
pelanggaran sebelumnya. Panduan – panduan ini 0 – 0.50 0 : Non Exsistent
mencakup bagaimana menjaga kestabilan operasional 0.51 – 1.50 1 : Initial (Inisial)
1.51 – 2.50 2 : Repeatable (Pengulangan)
layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, 2.51 – 3.50 3 : Defined (Proses telah terdefinisi)
ruang lingkup serta target kinerja layanan TI. Proses 3.51 – 4.50 4 : Managed (Dikelola dan Terukur)
proses yang ada pada service operation adalah service 4.51 - 5 5 : Optimized (Optimalisasi)
management as a practice, service operation principles, Untuk menentukan nilai cakupan tersebut dilakukan
service operation processes, common service operation dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
activities, organizing service operation, service
∑(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛)
operation technology consideration, dan implementing 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
service operation. (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛)

2.4 RACI Model Maturity level mencakup Process Maturity Framework


(PMF) yang memiliki 6 tingkatan yaitu : tingkat 0 (non
Agar responden pada penelitian ini terarah, penelitian exsistent), tingkat 1 (initial), tingkat 2 (repeateable),
ini menggunakan RACI untuk menentukan siapa saja tingkat 3 (defined), tingkat 4 (managed), tingkat 5
yang akan dijadikan responden, kemudian dilakukan (optimized). Semakin tinggi maturity level akan
briefing untuk menentukan jadwal penelitian. semakin baik proses pengelolaan teknologi informasi,
RACI adalah proses yang digunakan untuk melakukan yang secara tidak langsung bermakna semakin reliable
Langkah proses, tugas, aktivitas, usaha, keputusan atau dukungan teknologi informasi dalam proses pencapaian
pemeriksaan untuk menentukan siapa yang akuntabel, tujuan organisasi. Maturity level dapat dilihat pada
bertanggung jawab, diinformasikan atau gambar 4.
dikonsultasikan. Alat yang digunakan untuk melakukan
analisis RACI adalah Responsible (R), bertanggung
jawab untuk melaksanakan jawaban atasan keputusan
tersebut. Accountable (A), berwenang untuk
menyetujui jawaban atas keputusan tersebut. Consulted
(C), mereka yang pendapatnya banyak dicari dan
dengan siapa ada komunikasi dua arah. Informed (I), Gambar 4. ITIL Maturity Level

DOI: https://doi.org/10.31004/ijmst.v1i2.122
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
76
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology Vol. 1 No. 2, Juni 2023

Maturity Level ITIL versi 3 mempunyai tingkat 2.6 Skala pengukuran


kematangan (maturity level) untuk mengontrol proses
Skala pengukuran yang akan digunakan pada penelitian
proses TI dengan menggunakan penilaian (scorring)
ini adalah skala likert. Responden hanya memberikan
sehingga suatu organisasi dapat menilai proses-proses
persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap butir butir
TI yang dimilikinya dari skala 0 sampai 5. Deskripsi
pertanyaan yang telah ditentukan. Skala ini
maturity level masing masing dapat dilihat pada tabel 2.
dimaksudkan untuk mengukur sikap individu dalam
Tabel 2. Maturity level dan deskripsi dimensi yang sama dan individu menemparkan dirinya
kearah satu kontinuitas dari butir soal.

Maturity Level Deskripsi Penetapan maturity level dihasilkan dengan melakukan


Level 0 (Non a. Sama sekali tidak ada proses IT perhitungan pada setiap jawaban yang diberikan oleh
Existent) yang diidentifikasi. responden. Pilihan jawaban yang diajukan
b. Perusahaan belum menyadari menggunakan skala likert yang memiliki nilai atau
adanya isu yang harus dibahas. bobot tersendiri. Terdapat 5 jawaban yang mewakili
Level 1 (Initial) a. Perusahaan sudah mulai level maturity dari framwerk ITIL V3 yaitu level 1
mengenali proses teknologi sampai dengan level 5.
informasi di perusahaannya.
b. Belum ada standarisasi, Skala likert mempunyai dua pernyataan positif dan
dilakukan scara individual dan pernyataan negative. Pernyataan yang digunakan pada
tidak terorganisasi. penelitian ini adalah pernyataan positif dengan pilihan
c. Pendekatan manajemen secara
keseluruhan
jawaban yang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Raci Model
Level 2 (Repeatable) a. Perusahaan sudah mulai
memiliki prosedur dalam proses Penyataan Interval Bobot
teknologi informasi. Sangat Tidak Setuju 0% - 20% 1
b. Tanggung jawab terhadap proses Tidak Setuju 21% - 40% 2
tersebut masih dibebankan pada Netral 41% - 60% 3
individu Setuju 61% - 80% 4
c. Perusahaan sudah mulai Sangat Setuju 81% - 100% 5
memiliki prosedur dalam proses
teknologi informasi
d. Tanggung jawab terhadap proses 3. Hasil dan Pembahasan
tersebut masih dibebankan pada
individu. 3.1 Analisa Raci Model
Level 3 (Defined) a. Prosedur di perusahaan sudah
distandarisasi, terdokumentasi Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dan dikomunikasikan melalui dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada
pelatihan tetapi implementasi responden. Responden ini merupakan pengguna atau
masih tergantung pada individu
yang terlibat dengan sistem e-learning Edumu.
apakah mau mengikuti prosedur
tersebut atau tidak. Responden ini telah ditentukan menggunakan RACI
b. Prosedur yang dibuat tersebut model yang dapat dilihat pada tabel 4.
tidak rumit, hanya merupakan
formalisasi kegiatan yang sudah Tabel 4. Tabel Raci Model
ada. Sub Domain Kepsek Guru Staf IT Siswa
Level 4 (Managed) a. Perusahaan dapat mengukur dan Service Management RACI RA RA I
memonitor prosedur yang ada as a Pratice
sehingga mudah ditanggulangi Service Operation I R R I
jika terjadi penyimpangan. Principles
b. Proses yang ada sudah berjalan Service Operation ACI C A I
dengan baik dan konstan. Processes
c. Otomasi dengan perangkat Common Service AI A R I
teknologi informasi yang Operation Activities
digunakan terbatas. Organising Service CI R A I
Level 5 (Optimized) a. Proses yang ada yang sudah Operation
mencapai best practice melalui Service Operation AI A AI I
proses perbaikan yang terus Technology
menerus. Consideration RI A AI I
b. Teknologi informasi yang sudah Implementing Service
digunakan terintegrasi untuk Operation
otomatisasi proses kerja dalam
perusahaan, meningkatkan
kualitas, efektivitas, serta Berdasarkan tabel 4, Kepala Sekolah memiliki peran
kemampuan beradaptasi terhadap Informed dari keseluruhan aktivitas. Alasannya adalah
perusahaan kepala sekolah memiliki tanggung jawab dan
persepektif yang harus dikonfirmasi oleh bawahannya

DOI: https://doi.org/10.31004/ijmst.v1i2.122
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
77
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology Vol. 1 No. 2, Juni 2023

sehingga penerapan TI tidak menyimpang dari ditentukan, didokumentasikan, distandarisasi dan


manajemen operasional yang telah ditentukan. Lalu diintegrasikan Bersama.
pada bagian Guru, ada beberapa aktivitas yang
3.3 Analisis Gap
mengandung huruf “A” yang bersifat opsional dan
insidential. Kemudian pada Staf IT juga mengandung Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
huruf “A” dan “R” karena staf IT memiliki peran untuk SMK Muhammadiyah 1 Palembang dan Staff IT yang
bertanggung jawab pada tugas yang diberikan oleh berkaitan dengan penggunaan sistem E Learning edumu
Kepala Sekolah dan memiliki otoritas untuk mengambil diperoleh bahwa SMK Muhammadiyah 1 Palembang
keputusan terkait penugasan yang diberikan. Kemudian berharap nilai maturity level dapat ditingkatkan ke level
yang terakhir pada bagian siswa yang terdapat huruf “I” 3 (defined). Nilai harapan ditentukan sebagai target
karena siswa mendapatkan informasi baik dari maturity level yang menyebabkan kesenjangan. Hasil
kemajuan sistem atau perbaharuan sistem yang analisis Gap dapat dilihat pada tabel 6.
digunakan. Tabel 6. Tabel Analisis Gap
3.2 Analisa Maturity Level Sub Domain Current Target GAP
Service Management 1.50 3 1.50
Dalam melakukan pengukuran terhadap maturity level as a Pratice
pada Manajemen Layanan E Learning Edumu SMK Service Operation 1.52 3 1.48
Muhammadiyah 1 Palembang, digunakan kuisioner Principles
sebagai metode pengumpulan dataa yang akan memiliki Service Operation 1.78 3 1.22
Processes
nilai indeks dari masing – masing kriteria pada Common Service 1.22 3 1.78
pengukuran yang dilakukan. Hasil dari pengukuran Operation Activities
maturity level dapat dilihat pada tabel 5. Organising Service
Operation 2.88 3 0.12
Tabel 5. Tabel Maturity Level Service Operation
Technology 1.78 3 1.22
Sub Domain Nilai Level Keterangan
Consideration
Service Management 1.50 1 Initial
Implementing Service
as a Pratice
Operation 1.88 3 1.12
Service Operation 1.52 1 Initial
AVG
Principles
1.20
Service Operation 1.78 2 Repeatable
Processes Merujuk pada tabel 5, masing masing sub domain yang
Common Service 1.22 1 Initial memiliki nilai kesenjangannya sendiri. Nilai tersebut
Operation Activities diperoleh dari perbandingan antara level proses yang
Organising Service 2.88 2 Repeatable
Operation
ingin dicapai (ekspektasi) atau to be maturity level dan
Service Operation 1.78 2 Repeatable level proses yang menggambarkan kondisi saat ini
Technology (realita) atau current maturity level. Hasil analisis gap
Consideration tiap proses kemudian dihitung total dan rata ratanya.
Implementing Service 1.88 2 Repeatable
Operation
Rata rata kesenjangan yang didapatkan yaitu bernilai
AVG 1.79 2 Repeatable 1.20. Kesenjangan masing masing sub domain tidak
Dari hasil rekapitulasi diatas dapat digambarkan bahwa terlalu besar namun tetap dibutuhkan penyesuaian
saat ini hasil maturity level pada manajemen layanan untuk proses yang memiliki maturity level rendah agar
sistem E Learning edumu SMK Muhammadiyah 1 bisa menjadi optimal. Kesenjangan paling besar
Palembang saat ini adalah level 2 yakni repeatable terdapat pada sub domain common service operation
dengan nilai 1.79. Hal ini memberikan informasi bahwa activities karena rata rata to be maturity level yang
manajemen layanan sistem E Learning edumu SMK mencapai 3 sehingga rekomendasi yang memuat
Muhammadiyah 1 Palembang saat ini sudah memiliki common service operation activities berfokus pada
tingkat kedisiplinan dan kepatuhan terhadap peraturan bagaimana mencapai level 3 (defined) dengan cara
dan standar operasional yang berlaku. mengoptimalkan proses standarisasi dan dokumentasi
pada masing masing proses agar lebih mudah diolah.
Setelah diketahui maturity levelnya pada kondisi saat
ini. Langkah selanjutnya adalah meningkatkan maturity 3.4 Rekomendasi
level yang diharapkan oleh manajemen layanan E Rekomendasi dirumuskan dan merujuk pada beberapa
Learning edumu SMK Muhammadiyah 1 Palembang. proses yang belum optimal. Rekomendasi ini nanti
Maturity level yang diinginkan pada SMK didiskusikan Bersama responden sehingga poin – poin
Muhammadiyah 1 Palembang terkait manajemen rekomendasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
layanan E Learning edumu adalah pada level 3 perusahaan. Demi memperkuat landasan argumentasi,
(defined). Parameter maturity level tersebut diperoleh rekomendasi ini juga mengacu pada pustaka ITIL versi
dari hasil wawancara dengan kepala sekolah yang 2 khususnya yang membahas mengenai sub domain
bertindak sebagai Responsible. Dimana level 3 ini yang ada pada domain service operation.
mengharuskan semua proses dan kegiatan yang sudah
DOI: https://doi.org/10.31004/ijmst.v1i2.122
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
78
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology Vol. 1 No. 2, Juni 2023

Sub domain service management as a practice berfokus Kemudian selanjutnya adalah sub domain service
pada bagaimana manajemen operasional secara operation technology consideration. Terdapat tiga
prakteknya. Dimulai dari rekomendasi pendefinisian rekomendasi yang bisa dirumuskan. Pertama adalah
keterhubungan antar service lifecycle, memperluas perlu adanya integrasi dan menjelaskan keterhubungan
cakupan service operation, menjalankan aspek incident antar teknologi layanan TI. Selanjutnya adalah
management, problem management, request membuat aplikasi sebagai media untuk mengisi fungsi
fulfillment, dan membuat dokumentasi untuk prosedur service desk. Lalu yang terakhir adalah regulasi untuk
pengoperasian TI. Jika rekomendasi dijalankan, sub mengatur tentang bagaimana volume, average speed of
domain ini bisa mencapai level 3 dengan mudah karena answer, dan call abandonment rates.
matuiry level nya termasuk salah satu yang paling
Yang terakhir adalah implementing service operation
mendekati level 3 diantara sub domain yang lain.
yang mengandung rekomendasi yang berfokus pada
Selanjutnya adalah service operation principle yang melakukan change assessment dengan dokumentasi
mengandung penekanan prinsip operasional sekolah. change management yang berhubungan dengan metode
Rekomendasinya adalah pembuatan dokumen yang dan prosedur standar untuk menangani perubahan. Lalu
berisi pandangan internal IT dan external business, menambah staf IT yang mempunyai spesialisasi di
mendefinisikan daftar proses mana saja yang memakai bidang penyusunan design dan transition. Langkah
pendekaran reactiveness dan pendekatan proactiveness, terakhir adalah mengupayakan untuk selalu melakukan
dan membuat definisi objektif apa saja mengenai IT checking lisensi, deployment, capacity checks, dan
service dan performanya. Kemudian ada rekomendasi timing.
tambahan mengenai performa operasional sekolah
4. Kesimpulan
mulai dari pendefinisian kebutuhan performa, membuat
vital signs, formalisasi pelaporan dan membuat Dari pembahasan yang telah dilakukan dilakukan,
dokumentasi yang berisi instruksi untuk kesimpulan dari penelitian ini didapat bahwa
mengoperasikan service management tool. manajemen layanan TI sistem e-learning SMK
Muhammadiyah 1 Palembang masih pada level 2
Kemudian pada sub domain service operation processes
(repeatable) dengan nilai 1,79 karena pada level 2
berkonsentrasi pada berbagai proses yang ada di service
dokumentasi belum tersedia dan belum adanya aturan
operation. Rekomendasi yang diberikan antara lain
baku dalam bentuk SOP di semua lini manajemen
menyusun aktifitas pembelajaran di kelas,
layanan TI. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan
mengkategorisasikan tugas online,
maturity level pada manajemen layanan TI sistem e-
mendokumentasikan response selection, merumuskan
learning SMK Muhammadiyah 1 Palembang sesuai
tantangan yang dihadapi penerapan E Learning SMK
dengan rekomendasi yang diberikan sehingga proses
Muhammadiyah 1 Palembang beserta resikonya,
pendokumentasian, standarisasi dan pengukuran serta
memodelkan insiden hingga menambah staff IT untuk
pencatatan pada seluruh lini yang ada berjalan dengan
pengerjaan proses yang lebih spesifik. Sub domain ini
optimal agar pemanfaatan TI di SMK Muhammadiyah
memerlukan usaha yang besar untuk mencapai level 3
1 Palembang bisa lebih baik lagi.
(defined) karena kesenjangan yang besar.
Ucapan Terimakasih
Rekomendasi selanjutnya pada common service
operation activities meliputi pemisahan technology Kami ucapkan terimakasih kepada kepala SMK
centric dengan business centric. Lalu membuat regulasi Muhammadiyah 1 Palembang ibu Dra. Tuti Sumarni
serta dokumen valid seperti daftar nilai, daftar peserta atas bantuan izin penelitian dan fasilitas yang diberikan
didik dan daftar guru yang mengajar demi mendukung sehingga penelitian ini dapat selesai sebagaimana
keabsahan output informasi. Kemudian yang tidak mestinya. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih
kalah penting adalah melakukan pengukuran atau kepada dewan guru, siswa dan staf IT yang telah
analisis manajemen layanan TI yang dilengkapi dengan membantu selama proses penelitian ini berlangsung.
standar tertentu.
Rumusan rekomendasi untuk sub domain organizing Reference
service operation berfokus pada penekanan definisi J. Sistem, R. D. Handayani, and R. Z. A. Aziz, “Framework
mulai dari objektif, aktivitas, pengukuran, hingga Information Technology Infrastructure Library ( Itil V3 ) :
Audit Teknologi Informasi Sistem Informasi Akademik (
dokumentasinya sehingga mempermudah Siakad ) Perguruan Tinggi,” vol. 11, no. 1, pp. 29–35, 2020.
mengorganisasikan operasional layanan. Dimulai dari I. Versi, S. Kasus, and U. I. N. Sgd, “It governance,” vol. V, no. 1,
membuat pendefinisian service desk, technical 2011.
management, IT operations, application management, S. Hanief and I. W. Jepriana, “ANALISIS MATURITY LEVEL
DALAM BLENDED LEARNING PADA DOMAIN
dan melengkapinya dengan dokumentasi yang SERVICE OPERATION FRAMEWORK ITIL V3,” pp.
terstruktur. 68–75.
A. B. Febriant, Y. T. Mursityo, and A. Rachmadi, “Evaluasi Maturity
Level Manajemen Layanan Teknologi Informasi

DOI: https://doi.org/10.31004/ijmst.v1i2.122
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
79
Amrullah Maulana Fiqri, Tata Sutabri
Indonesian Journal of Multidisciplinary on Social and Technology Vol. 1 No. 2, Juni 2023

menggunakan Framework ITIL v3 Domain Service PROCESS FRAMEWORK AT CV . GRADIENT,” vol. 4,


Operation pada 24Slides Corporation,” vol. 3, no. 6, pp. no. 2, pp. 2529–2534, 2017.
5608–5615, 2019. P. T. Xyz, “EVALUASI PENERAPAN MANAJEMEN LAYANAN
B. D. A. N. Metode, “ARTIKEL ILMIAH,” vol. 4, 2012. TI MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA IT
N. T. Hariyanti et al., “PEMANFAATAN PROSES PADA INFRASTRUCTURE LIBRARY ( ITIL ) SUB DOMAIN
KERANGKA ITILv3 DALAM MENYEDIAKAN SERVICE DESK , INCIDENT MANAGEMENT , DAN
MANAJEMEN LAYANAN TEKNOLOGI PROBLEM MANAGEMENT,” pp. 171–177.
INFORMASI,” vol. 15, no. 2, pp. 388–403, 2018. S. Kasus, P. T. Bri, and C. Bangkinang, “EVALUASI TINGKAT
P. Studi, S. Informasi, F. T. Informasi, and U. K. Satyawacana, KEMATANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN
“Peneliti: Letisya Soumeru (682012053) Yani Rahardja, MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL
SE., MM. Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs.,” 2016. COBIT 4 . 1,” vol. 12, no. 1, pp. 99–105, 2014.
M. K. Anam, N. Lizarti, and A. N. Ulfah, “Analisa Tingkat S. Hastini and W. Cholil, “Analisa Komponen ITSM Pada E-learning
Kematangan Sistem Informasi Akademik STMIK Amik Perguruan Tinggi Di Kota Palembang Menggunakan ITIL
Riau Menggunakan ITIL V3 Domain Service Operation,” V.3,” J. Tekno Kompak, vol. 15, no. 1, p. 79, 2021, doi:
vol. 4, no. 1, 2019. 10.33365/jtk.v15i1.955.
I. W. Jefriana, “FRAMEWORK ITIL V3 DOMAIN SERVICE L. U. M. E-government, “Audit Tata Kelola Teknologi Informasi
OPERATION DALAM ANALISIS PENGELOLAAN pada Dinas XYZ dengan … (Hawariyah dkk.),” pp. 232–
TEKNOLOGI BLENDED,” pp. 59–65. 237, 2017.
S. Kasus and P. T. Xyz, “Tingkat Kematangan ( Maturity Level ) Tata
Laksana Informasi Menggunakan COBIT 5 Pada
Manajemen Program dan Proyek :,” vol. 01, no. 03, pp.
117–122, 2017.
B. S. Yudha, I. Haryono, and L. W. Suwarsono, “PERANCANGAN
JOB DESCRIPTION BERDASARKAN KERANGKA
BUSINESS PROCESS PADA CV . GRADIENT JOB
DESCRIPTION DESIGN BASED ON BUSINEES

DOI: https://doi.org/10.31004/ijmst.v1i2.122
Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)
80

Anda mungkin juga menyukai