Anda di halaman 1dari 6

Akbar, BM. dkk.

Hubungan Tingkat Kesejahteraan Spritual…

HUBUNGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN


TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI
OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE)

Bagus Maulana Akbar1, Sherly Limantara2, Dona Marisa3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin, Indonesia
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, RSJD Sambang Lihum, Banjarbaru, Indonesia
3
Departemen Biomedik Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Indonesia

Email korespondensi: bagusmaulana028@gmail.com

Abstract: In students, anxiety affects the educational process. Anxiety in medical students can occur to
approach the OSCE. Spiritual well-being is one of the factors that contribute to reducing the individual
anxiety level. This study aims to determine the relationship between spiritual well-being level and anxiety
level among the medical students in facing OSCE at PSPD FK ULM class of 2017. This study uses an
observational analytic with a cross-sectional method. Respondents were selected using a purposive
sampling technique. A total of 91 respondents were asked to fill the Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS) questionnaire and the Spiritual Well-Being Scale (SWBS) questionnaire. Data analysis using the
Chi-square test with 95% confidence interval showed the value of p = 0.003. Based on the Spearman rank
correlation test, showed the value of r = -0.373. From this study, it can be concluded that obtained a
relationship between the level of spiritual well-being with the level of student anxiety in dealing with
OSCE on the PSPD FK ULM class of 2017.

Keywords: spiritual well-being, anxiety, OSCE

Abstrak: Pada mahasiswa, kecemasan berpengaruh terhadap proses pendidikan. Kecemasan pada
mahasiswa kedokteran dapat terjadi menjelang OSCE. Kesejahteraan spiritual merupakan salah satu
faktor yang berkontribusi menurunkan tingkat kecemasan individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat kesejahteraan spiritual dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa
kedokteran PSPD FK ULM angkatan 2017 dalam menghadapi OSCE. Penelitian ini bersifat
observasional analitik dengan metode cross sectional. Responden dipilih menggunakan teknik purposive
sampling. Sebanyak 91 responden penelitian mengisi kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
dan kuesioner Spiritual Well-Being Scale (SWBS). Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan
tingkat kepercayaan 95%. Didapatkan hasil nilai p=0,003. Berdasarkan uji korelasi Spearman rank
didapatkan nilai r = -0,373. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara tingkat
kesejahteraan spiritual dengan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi OSCE di PSPD FK
ULM angkatan 2017.

Kata-kata kunci: kesejahteraan spiritual, kecemasan, OSCE

435
Homeostasis, Vol. 3 No. 3, Des 2020: 435-440

PENDAHULUAN lingkungan di luar individu. Kondisi internal


Kecemasan adalah suatu istilah yang pada mahasiswa memiliki peran yang sangat
menggambarkan gangguan psikologis yang penting, terutama kondisi kerohanian berupa
memiliki karakteristik berupa rasa takut, kesejahteraan spiritual.7 Kesejahteraan
keprihatinan terhadap masa depan, spiritual dapat mengarahkan individu untuk
kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa memiliki tujuan dan makna dalam hidup,
gugup yang timbul karena adanya sesuatu harapan, optimisme, serta meningkatkan
yang tidak jelas atau tidak diketahui.1 status psikologis individu sehingga individu
Gangguan kecemasan merupakan gangguan tersebut mendapatkan kehidupan yang sehat
mental terbesar. Diperkirakan 284 juta dari secara fisik dan psikologis.8 Kesejahteraan
total populasi dunia menderita gangguan spiritual yang baik ditandai dengan
kecemasan. Gangguan kecemasan lebih seseorang memiliki hubungan yang
banyak dialami oleh perempuan sebesar harmonis dengan diri sendiri, harmonis
4,7% dan laki-laki sebesar 2,8%.2 Data yang dengan orang lain, harmonis dengan
diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar di lingkungan, dan hubungan yang harmonis
tahun 2013 menyatakan sebanyak ±14 juta dengan Tuhan.9
orang atau 6% dari jumlah penduduk Menurut penelitian Fazilat et al,
Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas terdapat hubungan antara kesejahteraan
menderita gangguan mental emosional yang spiritual dengan kesehatan mental. Pada
diperlihatkan melalui gejala kecemasan dan individu yang beraktivitas spiritual secara
depresi.3 baik akan memiliki motivasi hidup yang
Kecemasan yang dialami oleh besar dan memiliki tingkat kecemasan yang
mahasiswa kedokteran seringkali dikaitkan rendah.10 Penelitian lain yang dilakukan oleh
dengan aktivitas ujian. Situasi ujian menjadi Esa et al membuktikan bahwa kesejahteraan
salah satu stressor yang memicu terjadinya spiritual memiliki pengaruh positif dalam
kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan meningkatkan kesehatan mental individu
dapat menghambat fungsi kognitif yang dan mengurangi gangguan mental dan
berpengaruh pada performa ketika ujian.4 faktor-faktor yang mengancam kesehatan
Pada tahap preklinik mahasiswa kedokteran mental individu.11 Berdasarkan hasil
akan melalui ujian komprehensif yang terdiri penelitian tersebut perlu untuk diteliti
dari ujian tulis berupa Multiple Choice bagaimana hubungan antara tingkat
Question (MCQ) dan ujian keterampilan kesejahteraan spiritual dengan tingkat
berupa Objective Structured Clinical kecemasan mahasiswa FK ULM dalam
Examination (OSCE). Sudah sejak tahun menghadapi OSCE.
1975 OSCE digunakan sebagai instrumen
penguji keterampilan klinis mahasiswa METODE PENELITIAN
kedokteran.5 Penelitian oleh Dent dan Penelitian ini bersifat observasional
Harden membuktikan bahwa OSCE analitik dengan metode cross sectional.
menginduksi kecemasan lebih tinggi Populasi yang diambil adalah seluruh
dibandingkan jenis ujian lainnya.6 mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan
Pada dasarnya prestasi belajar 2017 yang akan mengikuti OSCE di
mahasiswa dipengaruhi oleh dua kondisi, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi Mangkurat tahun ajaran 2018/2019 sejumlah
internal meliputi keadaan atau kondisi 148 orang. Seluruh populasi meliputi 44
jasmani dan rohani mahasiswa sedangkan laki-laki dan 104 perempuan. Sampel
kondisi eksternal berupa keadaan penelitian adalah seluruh mahasiswa

436
Akbar, BM. dkk. Hubungan Tingkat Kesejahteraan Spritual…

Pendidikan Dokter ULM angkatan 2017 Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas


selaku peserta OSCE yang termasuk ke responden yang akan mengikuti OSCE di
dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi yaitu PSPD FK ULM angkatan 2017 dalam
mahasiswa aktif angkatan 2017 yang akan penelitian ini memiliki kategori tingkat
mengikuti OSCE tahun ajaran 2018/2019, kesejahteraan spiritual tinggi yaitu sejumlah
memiliki nilai skoring kuesioner HRSI ≤ 54 responden (59,3%). Secara budaya,
150, dan bersedia menjadi sampel penelitian. masyarakat Indonesia memiliki tingkat
Kriteria eksklusi yaitu mahasiswa yang spiritualitas yang tinggi sebagaimana dapat
memiliki nilai skoring kuesioner HRSI > dilihat dari sila pertama Pancasila sebagai
150. Variabel bebas penelitian adalah pedoman bangsa, yakni Ketuhanan Yang
tingkat kesejahteraan spiritual dan variabel Maha Esa, sehingga hal ini dapat
terikat adalah tingkat kecemasan. Instrumen meningkatkan praktik spiritual dari masing-
yang digunakan pada penelitian ini meliputi masing individu yang pada akhirnya dapat
kuesioner Holmes-Rahe Stress Inventory meningkatkan kesejahteraan spiritualnya.12
(HRSI) untuk mengetahui kejadian yang Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
dapat menjadi stressor dalam 1 tahun sesuai dengan berbagai penelitian lain yang
terakhir selain OSCE, kuesioner Hamilton memperkirakan tingkat kesejahteraan
Anxiety Rating Scale (HARS) untuk menilai spiritual mahasiswa kedokteran adalah lebih
tingkat kecemasan, dan kuesioner Spiritual dari 50%.13 Penelitian yang dilakukan oleh
well-being Scale (SWBS) untuk menilai Lucchetti et al pada mahasiswa kedokteran
tingkat kesejahteraan spiritual. di Brazil, India dan Indonesia pada tahun
2015 didapatkan kategori tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN kesejahteraan spiritual tinggi pada
Sebanyak 91 orang dari 148 mahasiswa mahasiswa kedokteran Indonesia sebesar
PSPD FK ULM angkatan 2017 memenuhi 87,7%.14
kriteria inklusi dan selanjutnya dijadikan Proporsi tingkat kecemasan mahasiswa
sebagai responden penelitian, sedangkan 57 dalam menghadapi OSCE terdapat pada
orang lainnya masuk dalam kriteria eksklusi tabel 2.
penelitian karena memiliki skoring nilai
kuesioner HRSI >150. Sebanyak 91 orang Tabel 2. Proporsi Responden berdasarkan
yang menjadi responden penelitian, masing- Tingkat Kecemasan dalam
masing terdiri dari 29 orang (31,9%) laki- Menghadapi OSCE
laki dan 62 orang (68,1%) perempuan. Tingkat Kecemasan n %
Proporsi tingkat kesejahteraan spiritual Tidak Cemas 41 45,1
mahasiswa dalam menghadapi OSCE Cemas Ringan 14 15,4
terdapat pada tabel 1. Cemas Sedang 22 24,2
Cemas Berat 14 15,4
Cemas Berat Sekali 0 0
Tabel 1. Proporsi Responden berdasarkan
Tingkat Kesejahteraan Spiritual
dalam Menghadapi OSCE Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas
Tingkat Kesejahteraan responden yang akan mengikuti OSCE di
n % PSPD FK ULM angkatan 2017 dalam
Spiritual
Tinggi 54 59,3 penelitian ini tidak mengalami kecemasan
Sedang 37 40,7 yaitu sejumlah 41 responden (45,1%).
Rendah 0 0 Stressor adalah setiap keadaan yang
menstimulasi respon kejiwaan individu yang

437
Homeostasis, Vol. 3 No. 3, Des 2020: 435-440

menyebabkan individu harus beradaptasi menginterpretasikan suatu keadaan sebagai


terhadapnya.15 stressor atau ancaman.
Menurut Horney, stressor dapat Kemudian alasan ketidakcemasan
menimbulkan kecemasan pada individu, sebagian besar responden yang akan
namun bagi individu yang memiliki mengikuti OSCE di PSPD FK ULM
pengalaman dalam menjalani suatu tindakan angkatan 2017 kemungkinan juga
maka individu tersebut akan memiliki reaksi dipengaruhi oleh persiapan mereka sebelum
kejiwaan yang stabil sehingga cenderung ujian OSCE, sehingga perlu dilakukan
mampu untuk beradaptasi terhadap penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian,
kecemasan yang muncul.16 Alasan mayoritas penelitian Fidment pada tahun 2012
responden tidak mengalami kecemasan pada membuktikan bahwa persiapan sebelum
penelitian ini kemungkinan dipengaruhi oleh ujian merupakan kunci strategi coping untuk
pengalaman mengikuti OSCE sebelumnya, beradaptasi dengan kecemasan yang dialami.
17
karena diketahui bahwa semua responden
telah mengikuti OSCE sebelumnya Proporsi hubungan tingkat
sebanyak empat kali sehingga memiliki kesejahteraan spiritual dengan tingkat
reaksi kejiwaan cukup stabil yang kecemasan mahasiswa dalam menghadapi
mengarahkan individu untuk mampu OSCE terdapat pada tabel 3.

Tabel 3. Proporsi hubungan Tingkat Kesejahteraan Spiritual dengan Tingkat Kecemasan


Responden dalam Menghadapi OSCE
Tingkat Kecemasan
Tingkat
Tidak cemas Ringan Sedang Berat Berat Sekali
Kesejahteraan
n n n n n
Spiritual
(%) (%) (%) (%) (%)
Tinggi 33 6 10 5 0
(61,1) (11,1) (18,5) (9,3) (0)
Sedang 8 8 12 9 0
(21,6) (21,6) (32,4) (24,3) (0)
Rendah 0 0 0 0 0
(0) (0) (0) (0) (0)

Ditinjau dari persentase tingkat meningkatkan kesehatan mental individu


kecemasan ditemukan bahwa pada dan mengurangi gangguan mental dan
responden yang memiliki tingkat faktor-faktor yang mengancam kesehatan
kesejahteraan spiritual tinggi tidak mental individu.11
mengalami kecemasan dengan persentase Hal ini diperkuat dengan penelitian
yang tinggi yaitu sebesar 61,1%. Kondisi Fazilat et al pada tahun 2016 mengenai
spiritualitas yang baik mampu memunculkan hubungan antara kesejahteraan spiritual
mekanisme coping positif yang dapat (spiritual well-being) dengan kesehatan
memperbaiki status kesehatan mental mental individu. Dari penelitian tersebut,
individu sehingga individu cenderung didapatkan bahwa pada individu yang
mampu mengatasi berbagai stressor yang beraktivitas spiritual secara baik akan
mengarah kepada kecemasan.18 Penelitian memiliki motivasi hidup yang besar dan
yang dilakukan oleh Esa et al pada tahun memiliki tingkat kecemasan yang rendah.10
2010 membuktikan bahwa kesejahteraan Berdasarkan analisis data menggunakan uji
spiritual memiliki pengaruh positif dalam chi-square diperoleh nilai p = 0,003. Hal ini

438
Akbar, BM. dkk. Hubungan Tingkat Kesejahteraan Spritual…

menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengambilan data dengan cara pengisian


yang signifikan antara tingkat kesejahteraan banyak kuesioner sekaligus hal tersebut
spiritual dengan tingkat kecemasan dapat mempengaruhi keseriusan responden
mahasiswa Program Studi Pendidikan dalam mengisi kuesioner yang ada.
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat angkatan 2017 dalam PENUTUP
menghadapi Objective Structured Clinical Terdapat hubungan bermakna antara
Examination (OSCE) tahun ajaran tingkat kesejahteraan spiritual dengan
2018/2019. Berdasarkan uji korelasi tingkat kecemasan mahasiswa dalam
Spearman rank didapatkan hasil koefisien menghadapi OSCE di PSPD FK ULM
korelasi (r) = -0,373 yang menunjukkan angkatan 2017 tahun ajaran 2018/2019
bahwa korelasi antara tingkat kesejahteraan secara statistik (p = 0,003) dan nilai r = -
spiritual dengan tingkat kecemasan pada 0,373.
mahasiswa PSPD FK ULM angkatan 2017 Disarankan untuk dilakukan penelitian
dalam menghadapi OSCE memiliki lebih lanjut untuk membandingkan tingkat
hubungan yang cukup kuat dengan arah kesejahteraan spiritual dan tingkat
korelasi negatif. Artinya kesejahteraan kecemasan mahasiswa terhadap frekuensi
spiritual (spiritual well-being) merupakan mengikuti OSCE atau terhadap nilai peserta
salah satu faktor yang memberikan OSCE. Bagi mahasiswa yang memiliki
kontribusi dalam menurunkan tingkat tingkat kesejahteraan spiritual sedang dan
kecemasan individu. Hal serupa terdapat mengalami kecemasan berat dalam
pada penelitian Mental Health Foundation menghadapi OSCE dapat meningkatkan
pada tahun 2017 menyatakan bahwa aktivitas spiritual untuk mengurangi
kesejahteraan spiritual dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan performa
tingkat kecemasan pada beberapa populasi.19 ketika mengikuti OSCE. Sementara bagi
Karena itu, semakin baik kesejahteraan mahasiswa dengan tingkat kesejahteraan
spiritual individu maka semakin rendah spiritual tinggi namun masih mengalami
tingkat kecemasannya sehingga individu kecemasan dapat menambah kegiatan
akan lebih optimis dan siap menghadapi belajar mandiri, memperbanyak latihan, dan
berbagai stressor dalam menghadapi ujian.20 melakukan relaksasi sesuai anjuran ahli.
Penelitian ini memiliki beberapa Untuk institusi pendidikan, diharapkan dapat
keterbatasan yang harus diakui. Pertama, melakukan deteksi dini gangguan
tidak ada responden yang mengalami kecemasan pada mahasiswa, kemudian
kecemasan berat sekali sehingga peneliti merujuk atau mengkonsultasikan mereka
tidak dapat membandingkan data antara yang terdeteksi mengalami kecemasan berat
tingkat kecemasan berat sekali dengan kepada dokter spesialis jiwa.
kecemasan pada tingkat kecemasan ringan,
sedang, berat, dan tidak ada kecemasan. DAFTAR PUSTAKA
Kedua, seluruh responden sudah pernah 1. Maramis WF, Albert AM. Catatan ilmu
mengikuti OSCE sebanyak empat kali kedokteran jiwa. Edisi 2. Surabaya:
sehingga peneliti tidak dapat Airlangga University Press; 2009.
membandingkan data antara peserta yang 2. WHO. Depression and other common
mengikuti OSCE sebanyak empat kali mental disorders: global health estimates.
dengan yang mengikuti OSCE kurang dari Geneva: World Health Organization;
empat kali dan yang lebih dari empat kali. 2017.
Ketiga, pada saat peneliti melakukan

439
Homeostasis, Vol. 3 No. 3, Des 2020: 435-440

3. Kementerian Kesehatan RI. Riset 13. Francis B, Yit HN, Jesjeet SG, Chiara FP.
kesehatan dasar; RISKESDAS. Jakarta: Religious coping, religiosity, depression
Balitbang Kemenkes RI; 2013. and anxiety among medical students in a
4. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan multi-religious setting. International
& sadock’s synopsis of psychiatryy. 11th Journal of Environmental Research and
edition. New York: Wolters Kluwer; Public Health. 2019;16(2):259.
2015. 14. Lucchetti G, et al. Spirituality, religiosity,
5. Zayyan M. Objective Structured Clinical and health: a comparison of physicians
Examination: the assessment of choice. attitudes in Brazil, India, and Indonesia.
2011; 26(4):219–222. International Journal of Behavioral
6. Dent JA, Harden RM. A practical guide Medicine. 2015;23(1):63-70.
for medical teachers. 4th Edition. China: 15. Shahsavarani AM, Esfandiar AM,
Elsevier; 2013. Maryam HK. Stress: facts and theories
7. Mozaffari MA, Meimanat T, Hassan R. through literature review. International
The relationship between spiritual well- Journal of Medical Reviews. 2015;
being and academic achievement. 2(2):230-41.
European Online Journal of Natural and 16. Horney K. Psikologi kepribadian.
Social Sciences. 2013; 2(3):3440-2. Malang: UMM Press; 2009.
8. Harvey M. Development and 17. Fidment S. The OSCE: A qualitative
psychometric validation of the state-trait study exploring the healthcare student’s
spirituality inventory [dissertation]. experience. Student Engagement and
[Texas]: University of North Texas; Experience Journal. 2012;1(1):1-18.
2004. 18. Gok AF, Ezgi A, Veli D. Spirituality as a
9. Sun RY, et al. Caregiving burden and the coping mechanism for problems related
quality of life of family caregivers of to mental health. International Academic
cancer patients: the relationship and Conference Journal. 2017;3(1):10-6.
correlates. Eur J Oncol Nurs. 2015; 30:1- 19. Mental Health Foundation. The impact of
7. spirituality on mental health. February
10. Ashouri, FP, Hosein H, Mohammad N, 2017. [cited April 6, 2019]. Available
Afshin P, Sepehr R. The relationships from: https://www.mentalhealth.org.uk.
between religion/spirituality and mental 20. Mirhoseini H, Vahid V, Mostafa A, Reza
and physical health. International OK, Mohammad A, Kharameh TZ. The
Electronic Journal of Medicine. 2016; relationship between religious-spiritual
5(2):1-3. well-being and stress, anxiety, and
11. Jafari E, Hosein E, Gholam RD, depression in university students. Journal
Mahmoud N. Spiritual well-being and of Health Spiritual Medical Ethics. 2016;
mental health in university students. 3(1):30-35.
Journal of Social and Behavioral
Sciences. 2010; 5(1):1477-1481.
12. Agasni A, Endang S. Kecerdasan
spiritual dengan regulasi emosi pada
mahasiswa program pendidikan sarjana
kedokteran. Jurnal Empati. 2015;4(1):23-
7.

440

Anda mungkin juga menyukai