Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan memiliki kewajiban

atas kepemilikan registasi perawat yaitu (STR) (Kementerian Kesehatan

RI,2017). Syarat memiliki STR yaitu mengikuti uji komptensi profesi

keperawatan dan dinyatakan lulus atau kompten (Setyowati et al., 2020). Uji

kompetensi merupakan teknik pengukuran hasil Tingkat Kecemasan Dan

Motivasi Belajar Mahasiswa Keperawatan Dalam Menghadapi Ukom 256

pembelajaran, keahlian, pendidikan dan kemahiran mahasiswa tingkat akhir

program studi kesehatan setelah melaksanakan seluruh rangkaian

pendidikan (Anggraeini, 2018; Hartina et al., 2018).

Adapun tujuan pelaksanaan tes kompetensi untuk mencetak tenaga

kesehatan yang terampil, unggul dan profesional sesuai dengan kriteria

kecakapan lulusan dan kriteria keterampilan kerja (AL Perceka, 2020;

Sultan & Thane, 2018). Meningkatnya mutu pendidikan khususnya di

bidang pendidikan kesehatan yang dikembangkan dan disusun serta

terstandarisasi oleh MTKI Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia, sehingga memiliki standar kualitas dan komptensi

lulusan yang baik sesuai dengan standar profesi keperawatan (Malisa,

2020).

Kecemasan merupakan sebuah perilaku yang diakibatkan oleh stres atau

tekanan pada manusia (Fossat et al., 2014), kecemasan menyebabkan efek


potensi berbahaya yang merugikan (gangguan) (Chauvet-gelinier & Bonin,

2017). Selain itu faktor molekul dan genetik yang terkait dengan oksidatif

stres dan sel penuaan yang terkait dengan kecemasan dan depresi. Gen yang

terlibat dalam perlindungan terhadap oksidatif stres yang naik diatur dalam

kecemasan dan tekanan dari individu, sehingga menunjukkan hubungan

antara intensitas kecemasan atau depresi dan kerusakan sel, oleh karena itu

kecemasan perlu disembuhkan (Maharani et al., 2018).

Kecemasan menimbulkan respon negatif, baik berupa fisik, perilaku,

kognitif maupun afektif sehingga diperlukan pengelolaan secara baik. Salah

satu jenis manajemen emosi adalah dengan spiritual hypnotherapy

(hipnoterapi spiritual). Hipnosis adalah suatu metode komunikasi yang

efektif untuk memasukkan informasi atau ide baru ke dalam pikiran bawah

sadar seseorang termasuk diri sendiri. Hipnosis mempunyai kelebihan dalam

efektivitas berkomunikasi karena mampu membypass critical factor

sehingga informasi atau sugesti lebih mudah masuk ke dalam pikiran bawah

sadar (Adiyanto, 2010).Hipnosis telah terbukti secara medis bisa mengatasi

berbagai macam gangguan psikologis maupun fisik (Majid, 2013, dan

Wong, 2009)

Fenomena ini dapat memunculkan perasaan khawatir, takut, tegang, dan

kecemasan karena takut tidak lulus dalam uji kompetensi dan tidak bisa

bekerja apabila belum memiliki STR (Hartina et al., 2018; Hayat, 2017)

Kecemasan adalah status emosional individu yang muncul terhadap

keadaan lingkungan, baik dari dalam diri maupun lingkungan luar terhadap
ancaman bahaya yang dirasakan sehingga timbul perasaan tidak enak,

kurang nyaman, takut, gelisah dan merasa bersalah dan mengantisipasi

kemungkinan ancaman yang akan terjadi (Lungguh Perceka, 2018).

Kecemasan yang sering terjadi pada mahasiswa ialah pada saat mereka

menghadapi sesuatu hal seperti ujian, Faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecemasan pada mahasiswa pada saat menghadapi uji kompetensi

diantaranya pengawas tes, tempat tes, keterampilan, dan perasaan takut,

gugup dan khawatir tidak lulus tes atau rasa tidak percaya akan kemampuan

diri sendiri akan berhasil dalam tes kompetensi (Malfasari, E., Devita, Y.,

Erlin, F., 2018).

N,Mellisany (2021) Metode penelitian ini deskriptif analitik, lokasi

penelitian diambil di STIKes Karsa Husada Garut pada tanggal 26-29 April

2019. Jumlah Populasi sebanyak 245 orang dan sampel 71 infroman, sampel

didapatkan dengan memakai simple random sampling dengan metode

stratified random sampling Berdasarkan hasil analisis diperoleh tingkat

kecemasan pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir di STIKes Karsa

Husada Garut berat 7 orang (9,9%) sedang 27 (38,0) ringan 37 (52,0%)

(Junaidi 2020) Agustus 2020 kepada 8 orang mahasiswa tingkat tiga

DIII Keperawatan Universitas Bhakti Kencana didapatkan hasil 8 orang

mahasiswa menjawab cemas, khawatir, takut tidak lulus saat menghadapi

ukom, dan 4 orang mahasiswa mengatakan belum siap menghadapi ukom,

dan 4 orang mahasiswa merasa sudah siap menghadapi ukom


Adapun motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor mahasiswa itu sendiri

(intrinstik) kemauan, kemampuan, dan bakat atau faktor lain dari luar

Meningkatnya pemahaman dan penguasaan mahasiswa terhadap materi

belajar akan menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa dan meningkatkan

percaya diri mahasiswa dalam proses pembelajaran, sehingga diperlukan

kesiapan psikologis, daya pikir dan tubuh yang sehat (Buhari et al., 2020).

Oleh karena itu untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal

diperlukan tingkat kesadaran kuat, dan motivasi tinggi dari mahasiswa itu

sendiri, dan begitu juga sebaliknya apabila mahasiswa belum siap hasilnya

pun tidak akan sesuai dengan harapan (Nabillah & Abadi, 2019; Zulfiana et

al., 2020).

Maka selain dari tingginya pemahaman dalam menurunkan tingkat

kecemasan ada juga cara lain yaitu hipnoterapi, Hipnoterapi merupakan

salah satu jenis terapi yang menggunakan metode relaksasi, konsentrasi

intens, dan perhatian yang terfokus agar terciptanya kesadaran yang lebih

tinggi.

Hipnoterapi dapat di gunakan untuk proses pembelajaran agar dapat

membantu siswa dalam mengolah pikiran positifnya. Pembelajaran dapat

dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang

berpengaruh terhadap pemahaman (Chairani, 2016).

Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini

juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan

proses alamiah setiap orang (Moran,2016).


Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang berhenti dilakukan oleh

seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada

level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif ataupun sosial (Jahroh

& Sutarna, 2016; Sari et al. 2020).

Berdasarkan 1 dapat dilihat bahwa dari 25 orang Mahasiswa D-III

Keperawatan tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia yang di teliti

hampir setengah dari mahasiswa (44.0%) tidak mengalami gejala

kecemasan, hampir setengah dari mahasiswa (48,0%) mengalami tingkat

kecemasan ringan, sebagian kecil dari mahasiswa (8,0%) mengalami tingkat

kecemasan sedang dan tidak ada seorangpun dari mahasiswa (0%) yang

mengalami tingkat kecemasan berat. (Anggriani,N 2015)

Berdasarkan studi pendahuluan melalui Google Form dari hasil

wawancara yang dilaksanakan di Universitas Haji Sumatera Utara dengan

20 orang mahasiswa dari 1 prodi yaitu Profesi Ners yang diambil 5 orang

mahasiswa bahwa rata-rata mahasiswa tidak terlalu merasa gelisah, tetapi

ada sedikit rasa khawatir dan tidak tenang akan menghadapi uji kompetensi

yang akan dilaksanakan secara exit exam. Dengan adanya uji kompetensi ini

mahasiswa mengatakan lebih mempersiapkan dalam proses belajar dengan

cara banyak membaca, mengulang atau mempelajari pelajaran dan mencari

informasi tentang uji kompetensi exit exam yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan urian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada mahasiswa Unversitas Haji Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka masalah

dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan

Tingkat kecemasan Pada Mahasiswa Dalam Menghadapi Ukom”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Pengaruh Hipnoterpi

Terhadap Penurunan Tingkat kecemasan Pada Mahasiswa Dalam

Menghadapi Ukom”

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang akan pada penelitan ini yaitu :

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa Universitas Haji Sumatera

Utara sebelum dilakukan hypnoterapi dalam menghadapi ukom

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa Universitas Haji Sumatera

Utara sesudah dilakukan hypnoterapi dalam menghadapi ukom

3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Pengaruh Hipnoterpi Terhadap

Penurunan Tingkat kecemasan Pada Mahasiswa Dalam Menghadapi Ukom”

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber

informasi dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di

dapat dan sekaligus menambah wawasan mengenai gambaran tingkat

kecemasan pada mahasiswa Unieversitas Haji Sumatera Utara


1.4.2 Institusi Pendidikan

1. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi institusi

pendidikan, di harapkan dalam penelitian ini dapat membantu mahasiswa

dalam mengidentifikasi tingkat kecemasan yang dialami pada mahasiswa

Unieversitas Haji Sumatera Utara

2. Bagi Institusi Unieversitas Haji Sumatera Utara di harapkan memberi

gambaran tingkat kecemasan kepada pihak institusi Unieversitas Haji

Sumatera Utara sehingga meningkatkan kualitas belajar mengajar prodi

keperawatan Unieversitas Haji Sumatera Utara

1.4.3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

menambah pengalaman peneliti serta dapat digunakan sebagai sumber

referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan

2.1.1 Defenisi

Kecemasan merupakan sesuatu keadaan yang menunjukkan sesuatu

kondisi yang mengecam keutuhan dan keberadaan dirinya serta

dimanifestasikan dalam wujud sikap semacam rasa tidak berdaya, rasa tidak

sanggup, rasa khawatir, fobia tertentu.( Hamid dkk, 1997 dalam buku

Nursalam, 2011) Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang

ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-

kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda (Atkinson,1996 dalam

Maimunah, 2011).

Kecemasan adalah suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelihkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan dan yang nantinya

akan menimbulakan atau disertai perubahan fisiologi dan psikologis (Kholil

Lur Rochman, 2010:104).

Menurut Stuart (2007; 71) kecemasan dapat diidentifikasikan suatu

keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari

kenyataan atau persepsi ancaman sumber actual yang tidak diketahui atau

dikenal Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah suatu keadaan tidak nyaman atau emosional yang mempengaruhi

pada kondisi fisilogis dan psikologis individu seperti perasaan cemas,

tegang, takut, dan rasa tidak berdaya.


2.1.2 Tanda Dan Gejala Kecemasan

Menurut Hawari (2011 : 67), keluhan-keluhan yang sering dikemukan

oleh orang yang mengalami kecemasan antara lain :

1) Cemas, khawatir, firasat kurang baik, khawatir hendak pikirannya sendiri,

gampang tersinggung..

2) Merasa tegang, tidak tenang, risau, mudah terkejut.

3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan serta sakit kepala.

2.1.3 Tingkat Kecemasan

Menurut Dadang Hawari dalam Manajemen Stres, Cemas dan Depresi

(2011:69), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari serta menimbulkan seorang jadi waspada serta tingkatkan lahan

persepsinya. Perwujudan yang timbul padatingkatan ini merupakan

keletihan, iritabel, lapang persefsi bertambah, pemahaman besar, mampu

untuk belajar, motivasi bertambah serta tingkah laku sesuai suasana.

Kecemasan. Kecemasan ringan mempunyai karakteristik :


a) Berhubungan dengan ketegangan dalam kejadian sehari-hari.

b) Kewaspadaan bertambah.

c) Persepsi terhadap lingkungan bertambah.

d) Dapat menjadi motivasi posotif untuk belajar serta menghasilkan

kreatifitas.

e) Respon fisiologis : sesekali napas pendek, nadi serta tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, dan bibir

bergetar.

f) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada permasalah, menuntasankan permasalah secara efektif,

dan terangsang untuk melakukan tindakan.

g) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada

tangan, serta suara kadang-kadang meninggi.

2) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

permasalah yang berarti dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi bisa melaksanakan

suatu yang terencana. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, kecepatan denyutjantung dan respirasi bertambah,

ketegangan otot bertambah, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan

persepsi menyempit, mampu untuk belajar tetapi tidak maksimal,

kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, gampang tersinggung, tidak


sabar,mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan sedang mempunyai

karakteristik :

a. Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan

darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala,

sering berkemih, dan letih.

b. Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan

rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

c. Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas,

bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

3) Kecemasan berat

Kecemasan berat memungkinkan seseorang cenderung untuk

memusatkan pada suatu yang terinci serta khusus, dan tidak bisa berpikir

tentang perihal lain. Orang tersebut membutuhkan banyak pengarahan untuk

bisa memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang timbul pada

tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak bisa tidur

(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak

mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri serta keinginan

untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung,

disorientasi.Kecemasan berat mempunyai karakteristik :

a. Individu cenderung memikirkan perihal yang kecil saja serta

mengabaikan hal yang lain.


b. Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat serta sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.

c. Respon kognitif : tidak sanggup berpikir berat lagi dan memerlukan

banyak pengarahan / tuntunan, dan lapang persepsi menyempit.

d. Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam bertambah serta

komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

4) Panik Panik

berhubungan dengan terperangah, ketakutan serta teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang tidak sanggup

melaksanakan suatu meski dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang

terjadi pada kondisi ini merupakan sulit bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak bisa berespon terhadap

perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan

delusi. Panik mempunyai karakteristik :

a. Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik serta palpitasi, sakit dada,

pucat, hipotensi, dan rendahnya koordinasi motorik.

b. Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi

terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan

memahami situasi

c. Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,

berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik

tidak menentu), perasaan terancamm dan tidak bisa berbuat sesuatu yang

membahayakan di sendiri serta ataupun orang lain.


2.1.4 Proses Terjadinya Kecemasan

1) Faktor predisposisi kecemasan

Menurut Dadang Hawari (2007:76), mengemukakan bahwa penyebab

kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu :

a. Teori Psikoanalitik.

Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting

dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang.

Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan

dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Teori Tingkah Laku (Pribadi)

Teori tingkah laku berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah

hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat

menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah

sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut

bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan

kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk

belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

c. Teori Keluarga
Teori Keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan

hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan

tugas perkembangan individu dalam keluarga.

d. Teori Biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator

(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan

endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang

mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.

Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor

2) Faktor presipitasi kecemasan

Menurut Dadang Hawari (2007:76), faktor pencetus mungkin berasal

dari sumber internal atau eksternal. faktor Ada dua kategori faktor pencetus

kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme

fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan

biologis yang normal seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal


dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka trauma.

Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi

yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.

b. Ancaman terhadap sistem tubuh

Ancaman pada pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga

diri dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan

melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di

masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan,

orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul

dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya.

Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan

dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan

2.1.5 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (Hars)

Menurut Hawari (2011: 78), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur

(instrument) yang dikenal dengan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).

Alat ukur ini terdiri dari 14 item di rinci lagi dengan gejala-gelaja yang lebih

spesifik Setiap masing-masing item diberi nilai 0 sampai dengan 4. Skala

HARS di perkenalakan pertama kali oleh Max Hamilton pada tahun 1959

dan sekarang menjadi pengukuran standar untuk kecemasan. Skala

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri

dari 14 item, meliputi:

1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.
2) Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot

8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah

dan pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.

12) Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.


13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat. Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada

3 = berat / lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat / semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

1-14 dengan hasil:

a) Skor < 14 = tidak ada kecemasan.

b) Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.

c) Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.

d) Skor 28 – 41 = kecemasan berat

e) Skor 42 – 56 = panic.

2.2 Konsep Mahasiswa Keperawatan

2.2.1 Pengertian Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa keperawatan adalah seorang mahasiswa yang dipersiapkan

untuk dijadikan perawat professional dimasa yang akan datang. Perawat

professional wajib memiliki rasa tanggung jawab atau akuntabilitas pada


dirinya, akuntabilitas meruoakan hal utama dalam praktik keperawatan yang

professional dimana hal tersebut wajib ada pada diri seorang mahasiswa

keperawatan sebagai perawat dimana yang akan dating (Black, 2014).

Mahasiswa merupakan seseorang yang terdidik di perguruan tinggi dan

golongan akadims dengan intelektual yang terdidik dengan segala potensi

yang dimiliki untuk berada didalam suatu lingkungan sebagai agen

perubahan. Mahasiswa mempunyaitanggung jawab yang besar untuk dapat

memecahkan masalah dalam bangsanya, maka dari itu mahasiswa

bertanggung jawab dan mempunyai tugas dalam hal akademis atau pun

organisasi (Oharell, 2011).

2.2.2 Tingkat Pendidikan Keperawatan

Menurut UU nomor 38 tahun 2014 pasal 9 Pendidikan Tertinggi

Keperawatan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin

penyelenggaraan sesuia dengan peraturan Perundangan-undangan.

Perguruan tinggi sebagaimana yang dimaksud dapat berbentuk universitas,

institusi, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi. Harus menyediakan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta

berkoordinasi dengan Organisasi Profesi Perawat. Dalam pasal 5-8 dalam

UU no.38 tahun 2014 Pendidikan Tingi Keperwatan terdiri atas.

1) Pendidikan vokasi merupakan program diploma Keperawatan atau

Diploma Tiga Keperawatan dan merupakan pendidikan paling

rendah dalam keperawatan.


2) Pendidikan akademis merupakan program sarjana Keperawatan,

program magister Keperawatan, dan program doctor Keperawatan

3) Pendidikan profesi merupakan program profesi Keperawatan dan

program spesialis Keperawatan.

2.3 Konsep Uji Kompetensi

2.3.1 Pengertian Uji Kompetensi

Kompetensi menurut Stephen Robbin adalah kemampuan (ability) atau

kapasitas seseorang untuk mengerjakan berbagai tugas dalam hal pekerjaan,

dimana kemampuan ditentukan oleh dua faktor yaitu kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik (Stephen Robbin, 2007:38)

Menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdikna nomor 045/U/2002

Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang

disepakati

Uji kompensi merupakan suatu proses untuk mengukur pengetahuan,

sikap, dan keterampilan sesuai dengan standar profesinya masing-masing,

guna memberikan jaminan bahwa mereka mampu melaksakan peran

profesinya secara aman dan efektif dimasyarakat. Uji kompetensi juga dapat

diartikan sebagai proses untuk mendapatkan pengakuan terhadap

kompetensi yang dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan dalam menjalakan

profesinya dengan cara mengukur pengetahuan, sikap, dan keterampilan

tenaga kesehatan sesuai standar profesinya masing-masing.


Uji Komptensi Keperawatan proses untuk mengukur pengetahuan,

sikap, dan keterampilan dari seorang perawat,untuk mendapatkan

pengakuan terhadap kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan standar

profesi keperawatan.

2.3.2 Tujuan Uji Kompetensi

1) Menegakakan akuntabilitas professional.

2) Meneggakan standar dan etik profesi dalam praktek.

3) Cross check terhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan.

4) Melindungin kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi

5) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan perguruan

tinggi yang kompeten dan terstandar secara nasional.

6) Mempertahankan mutu pelayanan kesehatan

7) Memberikan perlindungan kepada klien dan masyarakat.

8) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga kesehatan

(Ilyas, 2012, dalam Rossi, 2014)

2.3.3 Prinsip Uji Kompetensi

Menurut Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) 2011 ada 4

prinsip yaitu :

1) Terstandar

Pelaksaan uji kompetensi harus menggunakan standar nasional, yang

terdiri dari penguji, materi, lokasi uji kompetensi, penilai hasil, dan

penetapan hasil.

2) Adil
Semua peserta uji kompetensi harus diperlakukan sama dan tidak boleh

ada deskriminasi

3) Valid

Uji kompetensi menggunakan perangkat Uji yang sudah diuji

validitasnya serta hasil uji valid

4) Reliable

Kompetensi yang diujikan harus sesuai standard an memperhatikan

kesesuain antara materi dengan profesi yang diuji.

2.3.4 Metode Uji Kompetensi

Metode uji kompetensi terdiri dari 4 macam, antara lain :

1) Uji Tulis

Dalam uji tulis, bentuk soal adalah Multiple Choice Questions (MCQ).

Metode ujian yang digunakan adalah Paper based test & Computer based

test Thurlow, Lazarus, & Albus (2010) mengatakan bahwa CBT

memiliki fitur yang dapat meningkatkan kecemasan. Penetapan metode

yang digunakan akan dilakukan oleh penyelenggara pusat sesuai dengan

kelayakan tempat ujian.

2) Uji lisan

Bentuk ujian dengan memberikan pertanyaan secara lisan kepada peserta

uji dengan menggunakan panduan. Uji lisan biasanya digunakan pada

tenaga kesehatan yang melakukan sertifikasi ulang.

3) Uji praktik
Bentuk uji praktik berupa demonstrasi atau simulasi dengan

menggunakan alat bantu atau media dan observasi. Ditujukan bagi tenaga

kesehatan yang melakukan sertifikasi ulang.

4) Portofolio

Bentuk dokumen portofolio berupa ijazah, sertifikat, rekomendasi, dan

pengalaman kerja (log book/catatan kerja), diperuntukkan untuk peserta

uji yang sudah bekerja sesuai ketentuan yang berlaku

2.4. Hipnoterapi

2.4.1 Pengertian Hipnoterapi

Secara harfiah kata “Hipnoterapi” berasal dari dua kata, yaitu

“Hypno” dan “Terapi”. Hypno ini sendiri berasal dari kata Hypnosis

yang dirujukkan pada nama seorang dewa tidur orang Yunani. Keadaan

tidur disini diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang menjadi

lebih mudah untuk menerima sugesti dari luar. Keadaan ini dapat

meningkatkan memori dan persepsi serta bisa menjadi pemicu

penyembuhan, dan perbaikan kualitas hidup lainnya (Ifdil, Fitria, & Ardi,

2015 : 128). Sedangkan Terapi yang dimaksud disini adalah psikoterapi

yang memiliki definisi sebagai suatu pengobatan jiwa dengan

menggunakan cara penyembuhan dengan teknik khusus.

Istilah “Hipnotisme” pertama kali digunakan oleh James Braid yang

menggantikan istilah Hipnotisme dari istilah magnetisme. Hipnotisme ini

merupakan singkatan dari Neurohipnotisme yang berarti tidurnya sistem

saraf. Braid meyakini bahwa penyebab utama dari hipnosis adalah


teerpusatnya kesadaran pada suatu objek. Pada tahun 1958, Hipnotisme

diakui oleh American Medical Association (Asosiasi Medis Amerika)

sebagai suatu pendekatan yang resmi dan aman untuk masalahmasalah

medis dan psikologis. Cara kerja hipnotisme medis ini atau yang kita

kenal dengan Hipnoterapi bekerja tanpa penonton seperti hipnotisme

hiburan dan lain sebagainya. Namun, klien perlahan-lahan dibawa

menuju dunia bawah sadarnya (Kahija, 2007 : 51-53).

Wolman mendefinisikan Hipnoterapi sebagai sebuah metode untuk

mengubah perilaku melalui sugesti dan tanpa alat. Melibatkan teori-teori

psikologi ke dalam terapi tersebut. Hipnoterapi merupakan proses yang

dinamis dan berpusat pada klien itu sendiri (Wulandari, 2016 : 5).

Hipnoterapi adalah salah satu jenis terapi pikiran yang menggunakan

teknik hipnosis untuk menyembuhkan penyakit psikis maupun fisik.

Secara umum Hipnoterapi sangat berkaitan dengan aktivitas kerja otak

manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang sesuai

dengan gelombang otak manusia (Sugiarso,2013 : 2)

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Hipnoterapi merupakan sebuah teknik pengobatan yang

menggunakan alam bawah sadar manusia yang secara umum berkaitan

dengan aktivitas kerja otak manusia untuk menyembuhkan penyakit yang

dialami manusia baik fisik maupun psikis dan memusatkan prosesnya

pada klien itu sendiri.

b.Tahap-tahap Hipnoterapi
Menurut Wong & Andri dan setiawan, kondisi Hipnoterapidapat

dicapai dalam beberapa proses, yaitu:

1. Pre Induction, yaitu suatu proses mempersiapkan situasi dan kondisi

yang kondusif antara Terapis dan klien. Tahap ini dapat berupa

percakapn ringan yang dapat mendekatkan terapis dan klien secara

mental. Dan salah satu yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah

tes sugestivitas untuk mengetahui tingkat sugestivitas alamiah yang

ada pada diri klien.

2. Induction, yaitu teknik yang digunakan untuk membawa klien pada

kondisi hipnosis. Induksi ini dilakukan dengan memberikan sebuah

kejutan secara tiba-tiba agar critical area subjek dapat terbuka

sehingga terapis dapat memberikan perintah sederhana kepada

subjek.

3. Deepening atau Depth Level Test, merupakan teknik yang dilakukan

dengan tujuan untuk membawa subjek kedalam kondisi hipnosis

yang lebih dalam lagi. Konsep dasar dari deepening ini adalah

memberikan bimbingan kepada subjek untuk berimajinasi

melakukan suatu kegiatan atau berada disuatu tempat.

4. Sugestion, tahap ini berupa pemberian kalimat-kalimat saran yang

disampaikan oleh terapis ke bawah sadar subjek. Danpemberian

sugesti ini yang menjadi tujuan dari kegiatan hipnosis ini dilakukan.

5. Termination, tahap ini merupakan tahap pengakhiran untuk

mengembalikan subjek ke dalam keadaan semula. Hal ini dilakukan


dengan memberikan kalimat-kaklimat lanjutan setelah kalimat

sugesti (Sugiarso, 2013 : 33).

c. Tujuan dan Manfaat Hipnoterapi

C. Roy Hunter MS mendefinisikan Hipnoterapi sebagai teknik

hipnosis yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan,

meningkatkan kemampuan diri, meningkatkan motivasi, dan

meningkatkan petumbuhan pribadi dan juga spiritual (Masdudi, 2017 :

185). As’adi dalam Ayu wulandari mengemukakan bahwa Hipnoterapi

telah digunakan sejak perang Dunia ke II sebagai salah satu teknik

pengobatan kepada korban perang untuk mengurangi rasa sakit, dan

pengalaman traumatic. Sedangkan Erickson dan Rossi mengemukakan

bahwa hipnoterapi bermanfaat untuk mengubah fungsi nyeri dan

kenyamanan, mengatasi rasa sakit, dan juga trauma akibat kecelakaan

fisik.

Selain itu, Hipnoterapi juga digunakan sebagai penyembuhan segala

macam gangguanyang berkaitan dengan pikiran dan perasaan.

Hipnoterapi ini juga merupakan sebuah cara tercepat untuk mengubah

pikiran, perasaan, perilaku, kebiasaan, dan juga kepribadian seseorang

(Baihaqi, 2017 : 17).

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa

Hipnoterapi memberikan manfaat yang cukup banyak untuk kehidupan

kita, baik mengobati permasalahan fisik maupun psikis (Wulandari,

2016 : 19).
2.5 Kerangka Konsep

2.5.1 Variabel Independen

Sugiyono dalam Zulfikar (2016) menjelaskan bahwa variabel

Independen adalah variabel yang menjadi pnyebab adanya atau timbulnya

perubahan variabel dependen, disebut juga variabel yang mempengaruhi.

2.5.2Variabel Dependen

Menurut Sugiyono dalam Zulfikar (2016) variabel dependen adalah

variabel yang dipengaruhi atau dikenal juga sebagai variabel yang menjadi

akibat karena adanya variabel independen.

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Hypnoterapi Tingkat Kecemasan Pada


Mahasiswa/i Dalam Menghadapi
UKOM

Gambar 6 : Kerangka Konsep

Ket : Variabel Independen : Hypnoterapi

Variabel Dependen : Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa/i Dalam


Menghadapi UKOM

2.6 Hipotesis

Hipotesis mengatakan penelitian sebagai terjemahan dari tujuan

penelitian kedalam dugaan yang jelas. Hipotesis merupakan prediksi hasil


penelitian yaitu hubungan yang diharapkan antar variable. berdasarkan

kerangka konsep diatas,maka dapat ditetapkan hipotesa penelitian (Saryono,

2011). Hipotesa dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Hypnoterapi

Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa/I Dalam Menghadapi Ukom

di Universitas Haji Sumatera Utara Tahun 2022”.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

penelitian pre eksperimen menurut (sugiono,2010) hasilnya merupakan

variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.

Hal ini terjadi karena tidak ada variabel kontrol dan sampel tidak dipilih

secara random.

Dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pra

eksperimen. Disebut pra eksperimen. Rancangan ini tidak ada kelompok

pembanding (control) tetapi paling tidak sudah diakukan observasi pertama

(pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen. dengan rancangan.

Desain penelitian ini menggunakan Pra Eksperimen dengan One Grup

Pre-Post test design.

Desain penelitian ini dapat dapat digambakan sebagai

berikut :
01 X

02

Gambar 3. Rancangan pre and posttest one grup design

Keterangan :

01 : Pretest (sebelum diberikan Hypnoterapi kuasioner responden diukur)

x :Perlakuan (Hypnoterapi yang akan diberikan selama 1 kali)

02: Posttest (setelah dilakukan Hypnoterapi responden maka akan diukur

kembali)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Haji Sumatera Utara,

alasannya belum pernah di teliti mengenai “Pengaruh Hypnoterapi

terhadap Mahasiswa/I Dalam Menghadapi Ukom”, adanya masalah

tentang tingkat Kecemasan mahasiswa/I dalam menghadapi ukom,

memiliki responden, memenuhi kriteria syarat permasalahan dan dapat di

jangkau oleh peneliti.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai

dengan juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh Penulis


untuk di pelajari dan kemudian dicarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa/i Ners di Universitas

Haji Sumatera Utara yang berjumlah 50 mahasiswa/i di Universitas Haji

Sumatera Utara T.A 2022

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatsan

dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili

(Arikunto, 2011). Sampel penelitian adalah mahasiswa/i Ners T.A 2022

yang akan menghadapi ujin ukom di Universitas Haji Sumatera Utara.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik

accidental sampling yaitu pengambilan berdasarkan sampel yang

kebetulan ada (Sugiyono, 2011). Dengan pengambilan sampel tersebut.

Maka pelaksanaan pengambilan sampel akan di lakukan selama 1 minggu.

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau


pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau penomena yang

kemungkinan dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2014).

Untuk menghindari tanggapan tentang konsep, maka peneliti akan

memberikan batasan operasional sebagai berikut :

Tabel 7 : Defenisi Operasional

No VariabelPenelit Defenisi AlatUkur HasilUkur Skala


No ian
1 Independen Teknik yang SOP 1. Memberi
Hypnoterapi digunakan untuk bimbingan
mengimajinasikan relaksasi
diri sebagai subyek 2,Memberi
utama dimana
afirmasi positif
pikiran mendapat
3. Membantu
atau menerima
afirmasi positif dan aspek emosional
tubuh dalam keadaan klien
rileks 4.Menyediakan
sugesti dan
dukungan positif
5.Mendorong
untuk terlibat
aktif dalam
manajemen
kecemasan
2 Dependen Suatu rentang respon Lembar Seluruh aspek Ordinal
Tingkat yang akan kuesioner, dalam skala
kecemasan pada dipersepsikan oleh scoring kecemasan
mahasiswa dalam mahasiswa dari mengguna kan dijumlah kan
menghadapi stimulus yang skala yang 0-14: tidak ada
ukom diterima atau sebuah ditetapkan kecemasan
proses untuk dalam alat ukur 14-20: kecemasan
menghadapi ukom HARS yaitu: ringan
yang dapat Sangat 21-27: kecemasan
mengakibatkan berat/semua sedang
terganggunya kondisi gejala ada 28-41: kecemasan
keseimbangan (4),Berat/lebih berat
individu. dari gejala yang 41-56 : panic
diketahuiolehmuridte ada (3),
ntangBasic Sedang/separuh
LifeSupport dari gejala yang
diketahuiolehmuridte ada (2), Ringan /
ntangBasic satu dari gejala
LifeSupport yang ada(1),
Tidak ada gejala
sama sekali (0)

3.5 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu

mengajukan judul penelitian kepada pembimbing, setelah itu penulis

mengajukan permohohan kepada kepala jurusan Universitas Haji Sumatera

Utara untuk melakukan studi pendahuluan. Kemudian mengajukan

permohonan kepada bagian badan penelitian dan pengembangan dan

selanjutnya diberikan kepada Universitas Haji Sumatera Utara dan

mendapatkan data untuk menyusun proposal. Kemudian setelah proposal

selesai, maka penulis melakukan penelitian kepada responden yang akan

diteliti dengan menekankan pada masalah meliputi :


a. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksut dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan

terajdi selama pengumpulan data, jika responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus

menghormati hak-hak responden.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup memberikan nomor

kode pada masing-masing lembar tersebut.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin

kerahasiaannya. Hanya kelompok data tersebut saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2014).

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.6.1 Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam,

2014). Langkah-langkah penelitian dalam mengumpulkan data tersebut :

1. Meminta surat izin dari Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Haji

Sumatera Utara sebagai surat rekomendasi penelitian.


2. Meminta surat izin penelitian dari Universitas Haji Sumatera Utara.

3. Peneliti kemudian menjelaskan tujuan dari penelitian dan meyakinkan

responden bahwa peneliti ini bersifat sukarela dan akan dijaga

kerahasiaannya.

4. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar kuesioner

kepada responden dimana sebelumnya responden harus

menandatangani surat persetujuan untuk menjadi responden.

5. kemudian peneliti mengobservasi perlakuan yang telah diberikan

kepada responden.

6. Setelah data diperoleh maka akan ditabulasi dan diinterprestasikan

melalui program komputer.

3.6.2 InstrumenPenelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Tingkat kecemasan

dalam menghadapi ukom diukur dengan alat menggunakan kuesioner yang

dikenal dengan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang disusun oleh

Hawari (2011). Kuesioner ini terdiri dari 14 pertanyaan di rinci lagi dengan

gejala-gejala yang lebih spesifik Setiap masing-masing item diberi nilai 0

sampai dengan 4. Skala HARS di perkenalkan pertama kali oleh Max

Hmilton pada tahun 1959 dan sekarang menjadi pengukuran standar untuk

kecemasan.

3.7 Uji Validitas Uji Reliabilitas

3.7.1 Uji Validitas


Instrumen (HARS) merupakan alat ukur yang sudah baku dan memiliki

nilai validitas dan reliabilitas yang baik. Instrumen (HARS) sebelumnya

pernah dilakukan uji validitas. Validitas instrumen ini pernah diuji pada

sampel mahasiswa. (HARS) menunjukkan reliabilitas internal dan test-retest

yang baik.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta dan

ke Uji reliabilitas adalah hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta dan

kenyataan,diukur dan diamati berkali kali dalam waktu yang bersamaan

(Nursalam,2012). Penelitian ini menggunakan uji rehabilitas dengan rumus

alpha cronbach, jika di dapatkan nilai alpha cronbach >0,60 maka dikatakan

reliabel (Wiratana,2014)

Instrumen diuji dengan mengkorelasikan skor pada satu item

dengan total item menggunakan Pearson Product Moment dengan

signifikansi 0,05. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan koefisien

cronbach alpha dengan tingkat signifikansi 0,05. Berikut adalah hasil

validitas dan reliabilitas SPSS :

1 0,641
2 0,698
3 0,766
4 0,615
5 0,766
6 0,560
7 0,738
8 0,551
9 0,634
10 0,738
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,696 10

Koefisien korelasi (r) Kriteria

0.81≤r≤1.00 Sangat tinggi


0.61≤r≤0.80 Tinggi
0.41≤r≤0.60 Cukup
0.21≤r≤0.40 Rendah
0.00≤r≤0.20 Sangat rendah
Hasil uji pada 10 item kuesioner SPSS sebesar 0,696 sehingga

kuesioner ini reliabel untuk mengukur tingkat stres.

3.7.Pengolahan Data Dan Tekhnik Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan instrumen yaitu kuesioner untuk

mengumpulkan data dasar. Adapun tahap pengolahan data dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teknik pengolahan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Editing

Jawaban kuesioner dari responden secara langsung diolah, tapi perlu

diperiksa terlebih dahulu terkait kelengkapan jawaban (Setiadi, 2013).

2. Coding

Semua jawaban dari responden dari kuesioner diubah menjadi kode-kode

yang memungkinkan peneliti lebih mudah menganalisa data.

3. Skor

Skor item pernyataan pada lembar kuisioner

4. Processing/entry
Data dari responden segera dimasukkan ke dalam tabel berupa pengkodean

dengan program SPSS yang ada di komputer (Setiadi, 2013). Data tersebut

berkaitan dengan variabel penelitian yaitu data tentang Penerapan

Keselamatan Pasien dan data tentang kepuasan pasien.

5. Cleaning

Notoatmojo (2010) mengungkapkan bahwa kesalahan- kesalahan dalam

pengkodean, ketidaklengkapan data, dan lain-lain yang berhubungan

dengan data dapat terjadi setelah semua data dari responden

dimasukkan.Oleh sebab itu perlu dilakukan cleaning untuk pembersihan

data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan (Setiadi, 2013).

3.7.2 AnalisaData

Analisa data merupakan satu langkah penting dalam rangka memperoleh

temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan menuntun kita kearah

temuan ilmiah bila di analisis dengan tepat.Analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

A. AnalisaUnivariat.

a. Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk data kategori sebagai

berikut: usia dan jenis kelamin

b. Uji Kenormalan Data

Untuk mengetahui normalitas data perlu dilakukan uji normalitas

denganmenggunakan nilai Kolmogorov-smirnov dan standar erornya, bila

nilai Kolmogorov-smirnov dibagistan darerornya menghasilkan angka ≤2,

maka distribusi nya normal.


B. Analisa Bivariat

Analisa bivariate dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh dua variable yang meliputi variable bebas dan varabelterikat. Dalam

penelitian ini, analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh

pemberian bantuan hidup dasar terhadap peningkatan pengetahuan dan

keterampilan pada siswa (pretest dan posttest) dan dataskalaordinal dengan

menggunakan ujiwilcoxon test. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data

Ujiwilcoxontest. Penggunaan Wilcoxon testa dalah untuk menguji pengaruh

suatu perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin diteliti. Rancangan

ini paling umum dikenal dengan rancangan rata-rata nilai posttest dari suatu

sampel. Syarat menggunakan uji wilcoxontest yaitu data berpasangan, skala

ordinal interval, ratio dan sampel berpasangan. Level yang sering digunakan

untuk standareror adalah 0,05Uji Wilcoxon test dapat dilakukan dengan

program SPSS 2016 yaitu nilai =0,05. Dengan kesimpulan

1. Apabila sig > 0,05 H1 diterima jika bantuan hidup dasar berpengaruh

terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

2. Apa bila sig <0,05 H1 ditolak jika bantuan hidup dasar tidak berpengaruh

terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Apabila

menggunakan teknik analisa data Uji wilcoxon test tidak valid untuk

digunakan, sehingga disaran kan untuk menggunakan uji paired t test.

Digunakan uji paired t test apabila sampel yang digunakan saling

berhubungan, artinya satu sampel akan mengahsilkan dua data. Rancangan

ini paling umum dikenal dengan rancangan pre-post, artinya


membandingkan rata-ratanilai pre test dan posttest dari satu sampel.

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


TERAPI TERTAWA

Pengertian Suatu terapi untuk mencapai kegembiraan di dalam hati yang


dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa maupun senyuman

Tujuan 1. Mengurangi stres


2. Meningkatkan kekebalan tubuh
3. Mencegah penyakit
Hal-hal yang 1. Penderita penyakit jantung
perlu 2. Penderita sesak nafas
diperhatikan 3. Penyakit flue babi

Prosedur I. Persiapan alat

1. Mikrofon
2. Tiker

II. Persiapan pasien

1. Pasien diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan


dan beserta tata tertib
2. Menjelaskan tujuan

III. Pelaksana

1. Dilakukan sehari 1 kali dalam 7 hari. Selama 10- 15 menit


2. Pemanaan bertepuk tangan seirama 1-2… 1-2-3 sambil mendaras
Ho-Ho… Ha-Ha-Ha.
3. Pernapasan dalam dengan tarikan melalui hidung dan dihembuskan
pelan-pelan (Besama kata-kata penyembuhan memaafkan,
melupakan : hidup dan tetap hidup 5 kali)
4. Latihan bahu, leher, dan peregangan (5 kali)
5. Tawa Bersemangat:
Tawa dengan mengangkat kedua belah lengan di udara dan kepala
agak mendongak kebelakan.
6. Tawa Hening TanpaSuara :
Bukalah mulut anda lebar-lebar dan tertawalah tanpa mengeluarkan
suara sambil saling menatap dan membuat gerakan-gerakan lucu.
7. Tawa Ponsel : Berpura-pura pegang HP dan coba untuk tertawa,
sambil membuat berbagai gerakan kepala dan tangan serta
berkeliling dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.

IV. Tahap Terminasi


1. Berpamitan dengan responden
2. Membereskan alat
3. Cuci tangan

KUESIONER
TINGKAT KECEMASAN – HARS
(HAMILTON ANXIETY RATING SCALE)
A. Penilaian:

0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)


1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : Sangat berat (semua gejala ada)

B. Penilaian DerajatKecemasan

Skor<6 (tidak ada kecemasan)


Skor 6– 14 (kecemasan ringan)
Skor 15– 27 (kecemasan sedang)
Skor>27 (kecemasan berat)

Berilah tanda (√) jika terdapat gejala tersebut yang terjadi pada penderita hipertensi
yang mengalami kecemasan di Desa Krokeh Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun yang saat
ini di Posyandu Desa Krokeh.

1) Perasaancemas

□ Firasatburuk
□ Takut akan pikiransendiri
□ Mudah tersinggung

2) Ketegangan

□ Merasategang
□ Lesu
□ Mudahterkejut
□ Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
□ Mudahmenangis
□ Gemetar
□ Gelisah

3) Ketakutan

□ Padagelap
□ Ditinggalsendiri
□ Pada orangasing
□ Pada binatangbesar
□ Pada keramaian lalulintas
□ Pada kerumunan banyak orang

4) Gangguantidur

□ Sukar memulaitidur
□ Terbangun malamhari
□ Tidakpulas
□ Mimpi buruk
□ Mimpi yangmenakutkan

5) Gangguankecerdasan

□ Daya ingatburuk
□ Sulit berkonsentrasi
□ Seringbingung

6) Perasaandepresi

□ Kehilanganminat
□ Sedih
□ Bangun dinihari
□ Berkurangnya kesukaan padahobi
□ Perasaan berubah – ubah sepanjanghari

7) Gejala somatik (otot – otot)

□ Nyeriotot
□ Kaku
□ Kedutanotot
□ Gigigemeretak
□ Suara takstabil

8) Gejalasensorik

□ Telingaberdengung
□ Penglihatankabur
□ Muka merah danpucat
□ Merasalemah
□ Perasaan ditusuk -tusuk

9) Gejalakardiovaskuler

□ Denyut nadicepat
□ Berdebar –debar
□ Nyeridada
□ Denyut nadimengeras
□ Rasa lemah seperti mau pingsan
□ Denyut jantung hilangsekejap

10) Gejalapernapasan

□ Rasa tertekan didada


□ Perasaantercekik
□ Merasa napas pendek (sesak)
□ Sering menarik napaspanjang

11) Gejala gastrointestinal

□ Sulitmenelan
□ Mual, muntah
□ Berat badanmenurun
□ Konstipasi atau sulit buang airbesar
□ Perutmelilit
□ Gangguanpencernaan
□ Nyeri lambung sebelum atau sesudahmakan
□ Rasa panas diperut
□ Perut terasa penuh (kembung)

12) Gejalaurogenital

□ Seringkencing
□ Tidak dapat menahankencing
□ Amenor (menstruasi tidak teratur)
□ Frigiditas
13) Gejala vegetative (otonom)

□ Mulut kering
□ Mukakering
□ Mudahberkeringat
□ Pusing(sakit kepala)
□ Bulu romaberdiri

14) Apakah PenderitaHipertensimerasakan

□ Gelisah
□ Tidakterang
□ Mengerutkan dahi muka tegang
□ Tonus (ketegangan otot meningkat)
□ Napas pendek dancepat
□ Mukamerah
DAFTAR PUSTAKA

Setyowati, M., Dwiantoro, L., & Warsito, B. E. (2020). Pengaruh Kompetensi


Sosial Perawat Terhadap Kepuasan Kerja Perawat. Jurnal Keperawatan Jiwa,
8(1), 61.

Anggraeini, N. (2018). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Tingkat


Tiga D-III Keperawatan Dalam Menghadapi Uji Kompetensi Di Universitas
Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 1(2), 131.

Malisa, N. (2020). Pengaruh Bimbingan Uji Kompetensi Online Terhadap Hasil


Try Out Lokal Uji Kompetensi Mahasiswa Akper Rs. Dustira. Jurnal Skolastik
Keperawatan, 6(1), 56–61.

Hartina, A., Tahir, T., Nurdin, N., & Djafar, M. (2018). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelulusan Uji Kompetensi Ners Indonesia (Ukni) Di
Regional Sulawesi. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 2(2),
65.

Hayat, A. (2017). Kecemasan Dan Metode Pengendaliannya. Khazanah: Jurnal


Studi Islam Dan Humaniora, 12(1).

Nabillah, T., & Abadi, P. A. (2019). Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar
Siswa. Sesiomadika, 2 (3), 659–663.

Kholil lur rochman. (2010). Kesehatan Mental, Purwokerto: Fajar Media Press

Black (2014) Professional Nursing Conceps & Challenges Elsevier: Nort Carolina

Oharella, N. (2011). Pengaruh Kajian Islami Terhadap Tingkat Kecemasan


Maahasiswa Keperawatan di Stikes Surya Global. Skripsi strata satu, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Kahija, 2007 : 51-53) Tingkat Pengetahuan Mahasiswa S1 Keperawatan UMY


Terkait Praktik Mandiri Perawat

Sugiarso,2013 : 2 Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Peningkatan Harga Diri Pada


Pesien Diri Pada Pasien Gagal Ginjal Krontik Di Instalasi Hemodialisa Rumah
Sakit Prof, Dr,Margono Soekarjo Purwokerto

Masdudi, 2017 : 185 Metode Hipnoterapi Dalam Merubah Prilaku

Anda mungkin juga menyukai