Anda di halaman 1dari 15

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG


MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS
(Studi Kasus : Hotel Fox Harris Lite di Jln. S.Parman, Kota Samarinda,
Kalimantan Timur)

Imelda Budiarty1), Ery Budiman 2), Budi Haryanto 3)


1
Program Studi S1Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Jl.Sambaliung No.9, Samarinda, Kalimantan Timur 75119
E-mail:imeldabudiarty10@gmail.com
2
Program Studi S1Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Jl.Sambaliung No.9, Samarinda, Kalimantan Timur 75119
e-mail:ery_budi@yahoo.com
3
Program Studi S1Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Jl.Sambaliung No.9, Samarinda, Kalimantan Timur 75119
e-mail: haryb7951@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap kejadian gempa bumi. Hal ini dikarenakan
Indonesia diapit oleh tiga buah lempeng tektonik utama dunia yang ketiganya saling bertemu untuk
membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks. Dengan kondisi yang ada menyebabkan
pulau-pulau di Indonesia masing-masing memiliki potensi kejadian gempa, salah satunya Pulau
Kalimantan khususnya Kalimantan Timur. Dengan potensi yang ada, maka perlunya perencanaan struktur
yang sesuai dengan tingkat kerawanan gempa di wilayah Kalimantan Timur agar dapat mengurangi
dampak buruk akibat dari gempa bumi. Pemilihan sistem struktur rangka pemikul momen khusus
(SRPMK) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam merencanakan struktur tahan
gempa.

Perencanaan ini bertujuan untuk merencanakan struktur gedung yang tahan terhadap beban gempa yang
akan diterima oleh struktur dengan menggunakan sistem struktur rangka pemikul momen khusus dan
mengacu pada persyaratan yang berlaku sesuai dengan SNI 03-2847 Tahun 2019. Konsep dari sistem
rangka pemikul momen khusus ini adalah Strong Column-Weak Beam yaitu kolom dirancang memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan balok, dengan harapan pada saat terkena beban gempa sendi
plastis terbentuk diujung-ujung balok.

Hasil dari perencanaan struktur menggunakan SRPMK yaitu jumlah tulangan yang dibutuhkan pada
perencanaan balok dengan dimensi 500 x 700 mm sebanyak 4D22 pada daerah tumpuan balok, 3D22
pada daerah lapangan balok, dengan jumlah sengkang 3D10 dan jarak 80 mm pada daerah tumpuan,
3D10 jarak 100 mm pada daerah lapangan. Sedangkan pada kolom dengan dimensi 700 x 700 mm
diperoleh tulangan longitudinal sebanyak 16D22 dan sengkang sebanyak 6D10 dengan jarak 100 mm
pada daerah tumpuan dan 6D10 dengan jarak 125 mm pada daerah lapangan. Dan pada joint atau
hubungan balok kolom diperoleh tulangan sebanyak 6D22.

Kata Kunci : SRPMK, Struktur Tahan Gempa, Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus, Strong Column-
Weak Beam

ABSTRACT

Indonesia is a country that is prone to earthquakes. This is because Indonesia is flanked by three of the
world's main tectonic plates, all of which meet each other to form complex plate encounter paths. With
the existing conditions, each of the islands in Indonesia has the potential for earthquakes, one of which is

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

45
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Kalimantan Island, especially East Kalimantan. With the existing potential, it is necessary to design
structures that are in accordance with the level of earthquake vulnerability in the East Kalimantan region
in order to reduce the adverse effects of earthquakes. The selection of a special moment resisting frame
structure system (SRPMK) is one method that can be used in planning earthquake-resistant structures.

This plan aims to plan a building structure that is resistant to earthquake loads that will be received by
the structure by using a special moment resisting frame structure system and referring to the applicable
requirements in accordance with SNI 03-2847:2019. The concept of this special moment resisting frame
system is Strong Column-Weak Beam, namely the column is designed to have greater strength than the
beam, with the hope that when exposed to earthquake loads, plastic hinges are formed at the ends of the
beam.

The results of structural planning using SRPMK are the amount of reinforcement needed in the planning
of beams with dimensions of 500 x 700 mm as much as 4D22 in the beam support area, 3D22 in the beam
field area, with the number of 3D10 stirrups and a distance of 80 mm in the support area, 3D10 with a
distance of 100 mm at the field area. While the column with dimensions of 700 x 700 mm obtained 16D22
longitudinal reinforcement and 6D10 stirrups with a distance of 100 mm at the support area and 6D10
with a distance of 125 mm in the field area. And at the joint or beam-column relationship, reinforcement
is obtained as much as 6D22.

Keywords: SRPMK, Earthquake Resistant Structure, Special Momen Bearing Frame System, Strong
Column-WeakBeam.

PENDAHULUAN Kalimantan Timur tidak sepenuhnya aman dari


risiko gempa. Hal ini dikarenakan Kalimantan
Latar Belakang Timur diapit oleh tiga buah sesar yang hingga
Seiring dengan banyaknya kejadian gempa bumi, saat ini masih memiliki aktivitas kegempaan
Standar Nasional Indonesia 1726 tahun 2019 yang cukup tinggi dan membentuk klaster
membagi kategori desain seismik di wilayah sebaran pusat gempa yang berarah barat sampai
Indonesia menjadi tiga kategori yaitu kategori timur sehingga dapat menjadi sumber gempa.
rendah untuk wilayah dengan kategori desain Ketiga sesar tersebut yaitu: Sesar Maratua di
seismik A dan B, kategori sedang untuk wilayah Kabupaten Berau, Sesar Mangkalihat di
dengan kategori desain seismik C, dan kategori Kabupaten Kutai Timur, dan Sesar Paternostes di
tinggi untuk wilayah dengan kategori desain Kabupaten Paser.
seismik D,E dan F.Namun meskipun wilayah
Indonesia tergolong rawan terhadap kejadian Mengingat adanya potensi kejadian gempa, maka
gempa bumi, ada beberapa pulau di Indonesia perlunya perencanaan struktur tahan gempa yang
yang berpotensi kecil mengalami gempa bumi, mengacu pada Standar Nasional Indonesia
yaitu Pulau Kalimantan yang berdasarkan SNI dengan memperhatikan prinsip dari perencanaan
1726 Tahun 2019 berada pada kategori desain struktur agar menghasilkan suatu bangunan yang
seismik rendah karena terletak pada zona 2 aman dan kuat dalam menahan beban dan gaya-
gempa yang memiliki resiko gempa rendah gaya yang bekerja pada konstruksi itu sendiri,
dimana percepatan gravitasinya hanya sekitar 0,1 sistem rangka pemikul momen merupakan salah
gravitasi (0,1 g). satu metode yang dapat digunakan dalam
perencanaan maupun analisis gedung bertingkat
Meskipun pulau Kalimantan memiliki potensi
tahan gempa. Berdasarkan SNI 1726 Tahun
yang kecil terhadap kejadian gempa bumi,
2019, sistem rangka pemikul momen merupakan
menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan
suatu sistem struktur yang pada dasarnya
Geofisika (BMKG) tahun 2019, khususnya

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

46
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi material konstruksi untuk struktur
secara lengkap. bangunan tahan gempa.
5. Unsur-unsur arsitektural yang memiliki
Rumusan Masalah massa yang besar harus terikat dengan
Adapun rumusan masalah dari perencanaan ini kuat pada sistem portal utama dan harus
yaitu: diperhitungkan pengaruhnya terhadap
1. Bagaimana hasil analisis perhitungan sistem struktur.
struktur Hotel Fox Lite menggunakan 6. Metode pelaksanaan, sistem quality
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus control dan quality assurance dalam
dan bagaimana gambar detail dari hasil tahapan konstruksi harus dilaksanakan
perhitungan struktur tersebut? dengan baik dan harus sesuai dengan
2. Bagaimana kekuatan struktur yang kaidah yang berlaku
direncanakan ulang apakah sudah
memenuhi persyaratan kolom kuat Sistem Struktur Beton Bertulang Penahan
balok lemah? Gaya Gempa
Berdasarkan SNI 03-2847-2019, salah satu
Tujuan Penelitian sistem struktur dasar yang mampu menahan
1. Untuk memperoleh hasil analisis beban lateral secara umum yaitu sistem rangka
perhitungan struktur gedung Hotel Fox pemikul momen. Sistem rangka pemikul momen
Lite dengan menggunakan Sistem merupakan sistem rangka ruang dalam di mana
Rangka Pemikul Momen Khusus dan komponen-komponen struktur dan join-joinnya
menghasilkan gambar detail tulangan menahan gaya-gaya dalam yang bekerja melalui
dari hasil perhitungan struktur tersebut aksi lentur, geser, dan aksial. Selain itu,
2. Untuk mengetahui apakah struktur yang berdasarkan SNI 03-1726-2019 bahwa sistem
direncanakan kembali sudah memenuhi rangka pemikul momen merupakan sistem
persyaratan kolom kuat balok lemah struktur yang pada dasarnya memiliki rangka
dan mampu menahan gaya geser akibat ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap,
beban gempa yang terjadi. sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh
gempa dipikul oleh rangka pemikul momen
LANDASAN TEORI melalui mekanisme lentur. Pada saat gempa
terjadi rangka pemikul momen harus berperilaku
Prinsip Dasar Perencanaan Struktur Tahan sebagai rangka daktail agar integritasnya tetap
Gempa terjaga sehingga bangunan terhindar dari
prinsip-prinsip dasar dalam perencanaan, kemungkinan mengalami roboh dengan seketika.
perancangan, dan pelaksanaan struktur bangunan Perilaku daktail ini hanya dapat dicapai apabila
beton bertulang tahan gempa yaitu sebagai pada saat terbentuknya sendi-sendi plastis pada
berikut : balok mampu mentransfer efek beban lateral
1. Sistem struktur yang digunakan harus gempa tanpa kehilangan kekuatan dan
sesuai dengan tingkat kerawanan kekakuannya. Perilaku sistem rangka pemikul
(risiko) daerah tempat struktur momen dalam memikul beban lateral akibat
bangunan tersebut berada terhadap gempa pada dasarnya berbeda dengan
gempa. perilakunya dalam menahan beban gravitasi. Hal
2. Aspek kontinuitas dan integritas ini dapat dilihat pada gambar berikut ini..
struktur bangunan perlu diperhatikan.
3. Konsistensi sistem struktur yang
diasumsikan dalam desain dengan
sistem struktur yang dilaksanakan harus
terjaga.
4. Material beton dan baja tulangan yang
digunakan harus memenuhi persyaratan

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

47
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

gempa yang besar tanpa memberikan kekuatan


berlebihan pada elemen struktur karena energi
kinetik akibat gerakan tanah yang diterima akan
diserap oleh sendi plastis tersebut. Semakin
banyak sendi plastis yang terjadi pada struktur
maka semakin banyak pula energi yang diserap
oleh struktur. Agar struktur gedung memiliki
daktilitas yang tinggi, maka harus direncanakan
sendi plastis yang terjadi berada pada balok-
Gambar 1. Respon SRPM a) saat terkena beban balok dan bukan terjadi pada kolom seperti pada
gravitasi b) saat terkena beban lateral Gambar 2 , kecuali pada kaki kolom paling
bawah dan bagian atas kolom penyangga atap.
Sistem rangka pemikul momen di dalam SNI 03-
2847-2019 terbagi atas tiga macam yaitu Sistem
Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB),
Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM), dan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK).

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus


Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) merupakan sistem rangka yang
memiliki tingkat daktilitas penuh, dan biasanya
digunakan pada perencanaan gedung yang Gambar 2. Mekanisme Plastisifikasi Rangka (a)
sendi plastis terjadi pada ujung balok (b) sendi
termasuk dalam kategori desain seismik D, E dan plastis terjadi pada kolom
F dengan tingkat kegempaan tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) dirancang dengan menggunakan Penelitian ini dilakukan pada gedung baru yang
konsep Strong Column Weak Beam atau Kolom sedang dalam proses pembangunan. Struktur
Kuat Balok Lemah yang merupakan salah satu gedung beton bertulang yang terdiri dari 10
inovasi desain struktur dengan cara membuat Lantai. Lokasi gedung terletak di Kota
sistem struktur yang fleksibel yang mampu Samarinda dengan wilayah gempa II yang berdiri
berdeformasi saat terjadi gempa karena memiliki pada kondisi tanah lunak (SE).
daktilitas yang tinggi. Adapun gembar pemodelan dari gedung yang
akan direncanakan seperti pada Gambar 3
Daktilitas adalah kemampuan gedung untuk berikut.
mengalami simpangan pasca-elastik yang besar
secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban
gempa di atas beban gempa yang menyebabkan
terjadinya pelelehan pertama, sambil
mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang
cukup, sehingga struktur gedung tetap berdiri,
walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan. Struktur dengan daktilitas tertentu
akan memungkinkan terjadinya sendi plastis
secara bertahap pada elemen-elemen struktur
yang telah ditentukan.

Dengan terbentuknya sendi plastik pada struktur,


maka struktur akan mampu menahan beban

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

48
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Adapun standar-standar yang digunakan dalam


perencanaan ini adalah peraturan-peraturan yang
berlaku Indonesia meliputi:
1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 1726:2019)
2. Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung (SNI 2847: 2019)
3. Tata Cara Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (SNI 1727- 2013)
4. Pedoman Peraturan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung (PPPURG 1987)
5. Buku Peta Gempa Tahun 2017

HASIL DAN ANALISIS

Preliminary Design
Tahap pertama dalam perencanaan kembali
struktur gedung Hotel Fox Harris Lite di
Samarinda ini yaitu merencanakan dimensi
Gambar 3 Pemodelan 3D Hotel menggunakan elemen struktur (preliminary design). Adapun
ETABS V.18 dimensi elemen struktur yang direncanakan
yaitu balok, kolom, dan pelat berdasarkan SNI
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam 03 - 2847 - 2019.
perencanaan ini yaitu seperti pada Gambar 4 Dari hasil Preliminary Design diperoleh dimensi
berikut. penampang balok yaitu 500 x 700 mm, dimensi
penampang kolom 700 x 700 mm, dan pelat
setebal 150 mm.

Kombinasi Beban
Adapun beban-beban bekerja yang
diperhitungkan pada perencanaan ini yaitu
beban hidup, beban mati, beban mati tambahan
dan beban gempa yang dikombinasikan menjadi
kombinasi beban seperti pada Tabel 1 berikut:

Gambar 4 Diagram Alir Perencanaan

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

49
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Tabel 1. Kombinasi beban kategori desain seismik wilayah yang


direncanakan.

Analisis Beban Gempa


Adapun langkah-langkah perhitungan beban
gempa adalah sebagai berikut:
1. Nilai Faktor Keutamaan Gempa
Pemanfaataanya sebagai bangunan hotel
berdasarkan tabel SNI 1726:2019 struktur
gedung dapat dikategorikan ke dalam
struktur dengan kategori risiko gempa II
dengan faktor keutamaan gempa Ie struktur
= 1,0
Nilai 0,39 dan 1,3 pada tabel di atas diambil 2. Tentukan Parameter Ss dan S1
berdasarkan arah getaran gempa yang terjadi. Berdasarkan aplikasi desain spektra
Pada SNI 03-1726 Tahun 2019, jika arah Indonesia didapatkan nilai :
getaran gempa pada arah x terjadi sebesar 100% Percepatan batuan dasar periode 1 detik (S1)
maka pada arah y juga akan mengalami = 0,0949 g
pergerakan walaupun sedikit, dan pergerakan itu Percepatan batuan dasar periode 0,2 detik,
dianggap sebesar 30%. 1,3 merupakan besarnya (Ss) = 0,1152 g
faktor redudansi, ρ yang ditentukan berdasarkan
3. Penentuan Kelas Situs Faktor amplifikasi terdiri dari faktor
Dalam menentukan kelas situs atau amplifikasi percepatan pada periode pendek
klasifikasi situs diperlukan data tanah dari (Fa) dan faktor amplifikasi terkait
hasil pengukuran dengan Standart percepatan periode 1 detik (Fv).
Penetration Test Resistence (Uji SPT), yang Berdasarkan Tabel 6 dan 7 SNI 1726:2019
kemudian digunakan untuk mencari nilai diperoleh nilai koefisien situs masing-
tahanan penetrasi rata-rata hingga di masing berdasarkan nilai SS dan S1 adalah :
kedalaman 30 meter. Tabel 2 merupakan Fa = 2,4
perhitungan nilai tahanan penetrasi rata-rata Fv = 4,2
tanah untuk menentuka kelas situs b. Nilai SMS dan SM1
Tabel 2 Nilai tahanan penetrasi rata-rata SMS = Fa x SS
tanah SMS = 2,4 x 0,1152 = 0,2765 g
SM1 = Fv x S1
SM1 = 4,2 x 0,0949 = 0,399 g
c. Nilai SDS dan SD1
2
SDS = 3 x SMS
2
SDS = x 0,2765 = 0,18432 g
3
2
SD1 = x SM1
3
2
SD1 = 3 x 0,399 = 0,26572 g

Dari tabel di atas diperoleh nilai tahanan d. Nilai T0, T1 dan Tl


SD1 0,26572
rata-rata, Ṅ = 2,34375 yang menunjukkan T0 = 0,2 x = 0,2 x =
SDS 0,18432
bahwa kelas situs berada pada tanah lunak 0,28 detik
(SE) SD1 0,26572
TS = = = 1,42 detik
SDS 0,18432
4. Penentuan Parameter Pergerakan Tanah TL = 16 detik
a. Nilai Fa dan Fv

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

50
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Hasil perhitungan di atas digunakan untuk Tabel 3 Berat Struktur per lantai
membuat grafik respon spektrum seperti
pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5 Grafik respon spektrum


e. Berdasarkan SNI 1726:2019 dengan nilai
SDS = 0,18432 maka kategori desain seimik
berdasarkan parameter percepatan pada
periode pendek adalah KDS B. Sedangkan c. Kontrol Partisipasi Massa
nilai SD1 = 0,26572 maka kategori desain Berdasarkan SNI 1726 Tahun 2019 Pasal
seismik berdasarkan parameter percepatan 7.9.1.1 perhitungan respon dinamik strutur
pada periode 1 detik adalah KDS D. harus dibuat hingga menghasilkan
partisipasi massa lebih besar dari 90%
5. Analisis Beban Gempa Statik Ekivalen massa total struktur. Tabel 4 merupakan
a. Sistem dan Parameter Struktur tabel partisipasi massa melalui hasil analisis
Besarnya nilai parameter struktur penahan ETABS
gaya gempa berbeda-beda bergantung dari Tabel 4. Rasio partisipasi massa
sistem penahan yang digunakan oleh
struktur. Parameter-parameter tersebut
meliputi R (Response Modification
Coefficient), Cd (Deflection Amplification
Factor) dan Ω0 (System Overstrength
Factor). Dalam analisis ini sistem struktur
yang digunakan adalah Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Sehingga berdasarkan SNI 03-1726 Tahun
2019 nilai parameter struktur yang sesuai
dengan sistem struktur yang digunakan
yaitu:
R = 8
Cd = 3 d. Waktu Getar AlamI Struktur, T
Ω0 = 5,5 perioda fundamental struktur harus
b. Berat Struktur Per Lantai ditentukan menggunakan persamaan seperti
Berat struktur per lantai diperoleh melalui berikut ini:
analisis program bantu ETABS seperti pada
Tabel 3 berikut. Ta = CT x hn x

Ta = 0,0466 x 38,650,9 = 1,24974 s

Sedangkan untuk batas atas dari periode


struktur tersebut dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

51
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

T = Cu x Ta V = 625,91189 kN
T = 1,5 x 1,24974 = 1,87461 s g. Gaya Lateral Ekivalen
Nilai Cu diperoleh dari hasil interpolasi Gaya lateral di tiap-tiap lantai dapat dilihat
dengan bergantung pada besarnya nilai SDS pada Tabel 5 berikut.
Berdasarkan SNI 1726 Tahun 2019 Pasal Tabel 5 Gaya Lateral ekivalen dan gaya
7.9.4.1, periode fundamental struktur (T) geser ekivalen
yang digunakan harus ditinjau melalui
syarat:
- Jika Tc > Cu x Ta, maka digunakan T = Cu x
Ta
- Jika Ta < Tc < Cu .Ta, maka digunakan T =
Tc
- Jika Tc < Ta, maka digunakan T = Ta
Dari hasil analisis program ETABS
diperoleh nilai Tc = 1,984 s untuk arah x
dan Tc = 1,999 s untuk arah y, Ta = 1,24974
s dan Cu.Ta = 1,87461 s. Karena Tc > Cu x h. Kontrol Akhir Base Shear
Ta maka periode fundamental struktur yang Nilai base shear diperoleh dari analisis
digunakan adalah T = Cu x Ta = 1,87461 s. menggunakan program bantu ETABS V.18
e. Koefisien Respon Seismik seperti pada Tabel 6 berikut.
Koefisisen respon seismik, Cs dapat Tabel 6 Nilai base shear
ditentukan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
SDS 0,18432
CS = R = = 0,02304
(I ) 8⁄
e 1

Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi


nilai yang diperoleh dari persamaan:
SD1 0,25675 Selanjutnya dilakukan kontrol arah X dan
Cs1 = R = 8 = 0,01772
T( ) 1,87461( ) Y:
Ie 1
- Gempa arah X
Vdinamik ≥ 100% Vstatik
Dan Cs tidak boleh kurang dari nilai yang
575,78 ≥ 100% x 625,91
diperoleh dari persamaan berikut:
575,78 < 625,91 (Tidak Memenuhi)
Cs2 = 0,044 𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 ≥ 0,01
- Gempa arah Y
Cs2 = 0,044 𝑥 0,18432 𝑥 1 ≥ 0,01
Vdinamik ≥ 100% Vstatik
Cs2 = 0,00811 ≥ 0,01
690,34 ≥ 100% x 625,91
Kontrol Syarat:
690,349697 > 625,91 (Memenuhi)
Cs = 0,02304 tidak perlu melebihi Cs1 =
jika gaya geser dasar hasil analisis < 100%
0,01772, maka digunakan Cs1
gaya geser dasar statik, maka harus
Cs = 0,02304 tidak boleh kurang dari Cs2
diperbesar dengan fakor skala arah X
= 0,00811 ≥ 0,01, maka digunakan Cs1
sebagai berikut.
Maka nilai Cs yang digunakan pada V100%Statik 625,912
perhitungan selanjutnya adalah Cs = Scale = = = 1,08
Vdinamik 575,78
0,01772 s
f. Gaya Geser Dasar Seismik g
Gaya geser dasar seismik dapat dihitung Scale factor koreksi = 1,08 x ( R )
menggunakan persamaan sebagai berikut: Ie

V = Cs x W 9,80665
Scale factor koreksi = 1,08 x ( )
V = 0,01772 x 3602217,99 8⁄
1
V = 63825,24983 kg
Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

52
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Sf koreksi = 1,08 x 1225,83 = 1332,5 Gambar 6 Grafik Simpangan antar lantai


Setelah memperoleh faktor skala koreksi,
melalui analisis program ETABS diperoleh Perhitungan Elemen Struktur
nilai gaya geser dasar seperti pada Tabel 7
Di bawah ini. Balok SRPMK
Tabel 7 Nilai akhir base shear
Pada perencanaan balok SRPMK diambil balok
dengan bentang terpanjang dan yang memiliki
nilai momen dan geser maksimum. Adapun alur
perhitungan balok SRPMK dapat dilihat pada
Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9 berikut.

mulai

Data :

L (panjang balok) ,b (lebar balok), h (tinggi


balok), diameter tulangan longitudinal (db),

6. Kontrol Simpangan Antar Lantai diameter tulangan transversal (ds), selimut


beton (Cc), kuat tekan beton (f’c), kuat leleh

Pada Tabel 8 dan 9 menunjukkan besarnya baja (fy),

simpangan antar lantai yang terjadi pada Syarat SRPMK

struktur.
Tabel 8 Simpangan antar lantai arah x Syarat Gaya dan Geometri Tulangan Longitudinal Tulangan Transversal
Cek Rasio Tulangan Perlu Zona Sendi Plastis
1. Gaya aksial Pu < 0,1 Ag 0,85 x f'c 4 x Mu 1. Kait sengkang dipasang
ρ= 1- 1-
fy 1,7 x ∅ x f ' c x b x d2 dengan sudut 135° dan
2. Panjang bentang bersih
panjang 6 kali diameter
balok, Ln ≥ 4d tulangan sengkang
3. Lebar balok, b ≥ 0,3 tinggi 2. Sengkang dipasang di muka
Kontrol rasio tulangan maksimum dan
tumpuan dengan jarak 2 kali
balok atau ≥ 250 mm
minimum tinggi balok, 2h
4. Lebar balok, b ≤ lebar sisi ρmin < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑥 3. Sengkang pertama dipasang
kolom c2 + 2 x nilai ρmin =
1,4
,ρ = 0,75 ρb ,
dengan spasi ≤ 50 mm dari
fy max 1 muka tumpuan
minimum (c2 atau 0,75 c1)
𝜌max 2 = 0,025 4. Jarak antar sengkang (zona
sendi plastis) tidak boleh
0,85 x β1 x f ′ c 600 melebihi dari nilai terkecil:
ρb = 0,75 x x( )
fy 600 + fy
1. 𝑑/4
2. 6𝑑b
3. 150 mm
Hitung kebutuhan tulangan

𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
Luar zona sendi plastis
1 𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴 = 𝜋𝑑𝑏 2 , 𝑛 = Diluar dari Sengkang pengekang
4 𝐴
Tabel 9 Simpangan antar lantai arah y maka jarak Sengkang

Kontrol kapasitas: d
S ≤
2
f′c
Asmin 1 = x bd
π 4 fy
1. Aspasang = n x x d 2 ≥ min a
4 b 1,4
Asmin 2 = x bd
fy

As
2. ρ = ≤ ρmax 1 = 0,75 ρb 𝑑𝑎𝑛
bxd

𝜌max 2 = 0,025

a As pasang × fy
3. Mn = As pasang × fy × d − ,𝑎 =
2 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐𝑥 𝑏

∅𝑀𝑛 > 𝑀𝑛 − 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∅𝑀𝑛 > 𝑀𝑛 +


1 + − 1
4. Mn+
tump ≥ Mn−
tump dan Mnlap dan Mnlap ≥ Mn−
tump
2 4

Adapun grafik simpangan antar lantai yang selesai

diperoleh dari plot data-data di atas dapat


Gambar 7 Alur perencanaan tulangan
dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. balok

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

53
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

mulai Gambar 9 Alur perencanaan tulangan torsi

Data :

L (panjang balok) ,b (lebar balok), h (tinggi


Dari hasil perhiungan menggunakan alur
balok), diameter tulangan longitudinal (db), perencanaan di atas diperoleh kebutuhan
diameter tulangan transversal (ds), selimut
beton (Cc), kuat tekan beton (f’c), kuat leleh tulangan seperti pada Tabel 10 berikut.
baja (fy), luas tulangan pasang (As pasang)

Syarat SRPMK Tabel 10. Rekapitulasi tulangan balok

Kuat Geser Balok Tahanan Geser


Hitung gaya geser rencana : Hitung gaya geser akibat beton, Vc
Ve = Vpr + Vg
1 𝐴𝑔 𝑓′𝑐
Vc = 0 jika Vpr ≥ Ve dan Pu <
2 20

Hitung gaya geser probable, Vpr Vc = 0,17 x f′c x b x d

− +
Mpr + Mpr
Vpr =
Ln
Hitung gaya geser akibat sengkang
a
Mpr = AS (1,25 fy )(d − ) π
2 Av = n x x ds 2
4
As (1,25 fy )
𝑎= d
0,85 fc′ b Vs = Av x fy x
s

Vg = 1,2 DL + LL Hitung tahanan geser balok:

Vn = Vc + Vs

Kontrol Kapasitas:

∅Vn
⁄V > 1
u

Adapun dari hasil perencanaan di atas diperoleh


selesai
gambar detail perencanaan balok seperti pada
Gambar 10 dan Gambar 11 berikut.
Gambar 8 Alur perencanaan kekuatan geser

mulai

Data :

L (panjang balok) ,b (lebar balok), h (tinggi balok),


diameter tulangan longitudinal (db), diameter tulangan
transversal (ds), selimut beton (Cc), kuat tekan beton
(f’c), kuat leleh baja (fy), luas tulangan pasang (As
pasang), beban torsi (Tu)

Kontrol kecukupan penampang:

2 2
𝑉𝑢 𝑇𝑢 𝑥 𝑝ℎ 𝑉𝑐 2𝑥 𝑓′𝑐
+ ≤ ∅ +
𝑏𝑥𝑑 1,7 𝐴𝑜ℎ 2 𝑏𝑥𝑑 3

Gambar 10 Detail tulangan balok daerah tumpuan

tidak Tidak
Tcr Acp 2
Tu > ∅ dengan Tcr = 0,33 f′c x dibutuhkan
4 Pcp tulangan torsi

iya

Hitung luas tulangan transversal torsi Hitung luas tulangan longitudinal torsi
Dengan θ = 45° At
Al = x ph
At Tu s
= dan
s 2 × Ao × fy × cot θ 0,42 x f ′ c x Acp At
Al min = − xP
fy s h
Diambil nilai maksimum
Kontrol torsi terhadap geser
A vt 2A t Av
perlu = + Hitung luas tulangan perlu
S S S
As pasang + Al
Av Vu
Dengan, =
S Ø x fy ×d As pasang = tulangan longitudinal terpasang

Hitung luas tulangan pasang


Hitung luas tulangan terpasang
1
Av+t 1
pasang = n × × π ×
∅2 As pasang + Al pasang = jumlah tulangan longitudinal terpasang x πdb 2
4 Gambar 11 Detail tulangan balok daerah lapangan
𝑠 4 𝑠
Av+t At Av
perlu = 2 x + Tulangan longitudinal torsi dipasang dengan
s s s
Av+t Av+t b jarak,
pasang ≥ min 1 = 0,062 f′c x h − 2cc − 2ds − db
s s fy s=
Av+t b n
min 2 = 0,35 x dan s harus ≤ 300 mm
s fy

Hitung jarak tulangan


luas tulangan pasang
s=
Avt selesai
s
ph
dengan s < smaks = ≤ 300 mm
8

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

54
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

mulai
Tulangan Transversal

Data : Panjang zona sendi plastis


1. Tinggi penampang
Dimensi kolom (lebar kolom b, tinggi kolom komponen struktur pada
Syarat SRPMK
h, dan panjang kolom l), f’c , fy, db, ds, cc, As muka hubungan balok kolom

balok pasang dan gaya aksial kolom P 2. 1/6 dari bentang bersih
kolom
3. 450 mm

Kekangan zona sendi plastis

1. Tulangan transversal yang digunakan berupa sengkang pengekang persegi dengan kait 135°
2. Setiap tekukan ujung sengkang pengekang persegi dan ikat silang harus mengait batang tulangan longitudinal
lentur
3. Ikat silang yang berurutan harus diselang-seling ujungnya sepanjang tulangan longitudinal dan sekeliling
parimeter penampang
Spasi hx antar tulangan longitudinal harus < 350 mm. Namun jika nilai Pu > 0,3 Agf’c atau mutu beton = 70
Kolom SRPMK 4.
Mpa maka nilai hx tidak boleh lebih dari 200 mm
b − 2(cc ) − 2(ds ) − db
hx =
3

Kolom yang direncanakan pada perencanaan ini Hitung luas tulangan sengkang Jarak antar tulangan transversal tidak melebihi nilai terkecil dari:
perlu, Ash/sbc
merupakan kolom yang berada di lantai 2 dan a. 0,3
Ag
A ch
−1
f′ c
fy
1. ¼ dimensi terkecil kolom
2. 6 kali diameter tulangan longtudinal, 6𝑥 𝑑
merupakan kolom yang memiliki nilai beban b. 0,09
f′ c
fy
Pu
3. 𝑆 = 100
350
3
≤ 150,
c. 0,2 kf k n
fy x A ch

aksial, P terbesar. Adapun alur perencanaan Dengan:


f′c
So tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu kurang dari 100 mm,

kf = + 0,6
175
perhitungan kolom dapat dilihat pada Gambar kn =
n−2
n
Hitung luas tulangan sengkang
pasang
13, Gambar 14, dan Gambar 15 berikut. Diambil nilai terbesar dari ketiga
persaamaan di atas kemudian Ash terpasang = n x
1
x π x d2
4
dikalikan dengan jarak antar
tulangan untuk memperoleh nilai
luas tulangan perlu
Kontrol kecukupan penampang
Ash terpasang > Ash perlu
mulai
Di luar panjang lo, kolom harus diberi tulangan sengkang dengan spasi tidak
boleh kurang dari :
Data :
1. 6db
2. 150 mm
Dimensi kolom (lebar kolom b, tinggi kolom
h, dan panjang kolom l), f’c , fy, db, ds, cc, As
balok pasang dan gaya aksial kolom P selesai

Syarat SRPMK
Gambar 14 Alur perencanaan sengkang kolom

mulai
Kontrol Syarat Gaya dan Geometri Tulangan Longitudinal
Asumsikan jumlah tulangan yang
1. Dimensi terkecil digunakan dengan syarat: Data :

penampang tidak kurang 0,01 Ag < Ast < 0,06 Ag


Dimensi kolom (lebar kolom b, tinggi kolom
dari 300 mm, b > 300 mm h, dan panjang kolom l), f’c , fy, db, ds, cc, As
2. Perbandingan lebar kolom π ,gaya aksial kolom P dan gaya geser
Ast = n x x db 2 balok pasang
4 V hasil analisa struktur
terhadap tinggi kolom
Rasio tulangan dapat dihitung menggunakan
tidak kurang dari 0,4 persamaan:
b Ast Syarat SRPMK
> 0,4 ρg =
h Ag

Dengan, Ag = b x h
Kuat geser zona sendi plastis gaya geser Ve harus diambil
Kuat geser di luar zona sendi plastis ditentukan
dari gaya geser yang berhubungan dengan sendi plastis di
Hitung kuat lentur minimum kolom dengan menghitung
kedua ujung kolom:
Mnc a + Mnc b ≥ 1,2 Mnb ki + Mnb ka Nu
Ve =
M prc a + M prc b Vc = 0,17 1 + fc’ bd
le 14 Ag
Dengan,
Dimana Mprc a dan b diambil dari analisis SP ColumnV
a
Mnb ki = As pasang x fy x d − Pada daerah di luar lo, dapat dipasang tulangan
2
selesai 𝑑
a sengkang degan jarak namun persyaratan jarak
2
Mnb ka = As pasang x fy x d −
2 Ve dari hitungan diatas tidak perlu melebihi dari:
tulangan transversal di luar daerah lo menyatakan
As pasang x fy M pr b atas x DF atas + M pr b bawah x DF bawah bahwa jarak antara tulangan tidak boleh melebihi
a= Ve = dengan DF = 0,5
le
0,85 x f ′ cx b 150 atau 6db
Mnc a + Mnc b diperoleh dari analisis SP Column
Hitung gaya geser akibat beton, Vc jika :

1. Gaya geser akibat gempa setidaknya setengah kekuatan geser


perlu maksimum di sepanjang lo

Gambar 13 Alur perencanaan tulangan 2. Gaya tekan aksial terfaktor


A g f′ c
Pu <
longitudinal kolom 20

Vc = 0,17 1 +
Nu
14 Ag
fc’ bd

Kontrol kebutuhan tulangan geser Kontrol apakah cukup dipasang tulangan


geser minimum
Vu 1
> V
∅ 2 c
Vu 1
> Vc + bd
∅ 3

Vu 1
jika > Vc + bd maka diambil nilai minimum dari :
∅ 3

0,062 f′c b 0,35 b Kontrol kapasitas


Av/s min 1 = dan Av/s min 2 =
fy fy selesai
Ash > Av
Kemudian hitung luas tulangan geser perlu dengan mengalikan
jarak antar tulangan s dengan nilai Av/s min yang diperoleh

Gambar 15 Alur perencanaan kuat geser kolom

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

55
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Dari hasil perhitungan menggunakan alur


perencanaan di atas diperoleh kebutuhan
tulangan seperti pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11 Rekapitulasi tulangan kolom

Adapun dari hasil perencanaan di atas diperoleh


gambar detail perencanaan kolom seperti pada
Gambar 16 dan Gambar 17 berikut.

Gambar 16 Detail tulangan daerah tumpuan

Gambar 18 Detail tulangan memanjang


kolom

Hubungan Balok-Kolom (Joint)


Joint yang direncanakan adalah joint yang berada
di lantai 2 yang merangka pada kolom yang
Gambar 17 Detail tulangan kolom daerah
lapangan direncanakan di atas. Adapun alur perencanaan
hubungan balok kolom dapat dilihat pada
Gambar 19 berikut.

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

56
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

mulai bentang arah x = 4575 mm dan panjang bentang


Data :
arah y = 6671 mm.
Dimensi balok dan kolom, Mpr balok, As
pasang balok, Ash/s kolom
Adapun alur perencanaan pelat lantai dapat
Syarat SRPMK
dilihat pada Gambar 19 berikut.

Hitung luas join efektif Aj Tulangan Transversal Kuat Geser


Data Hitung beban yang bekerja pada plat
𝑀𝑐
Vatas =
Luas join harus kurang dari: 𝑙𝑒 Beban hidup LL, Beban mati DL, dan beban
1. Ada 4 buah balok yang merangka mulai Panjang bentang x, panjang bentang y, tebal
Dengan
pada keempat sisi HBK plat h, f’c, fy, ds, ts rencana terfaktor Qu
a. Lebar balok ditambah tinggi joint, = 𝑏 + ℎ Mc = 0,5 𝑀𝑝𝑟 𝑏𝑎 + 𝑀𝑝𝑟 𝑏𝑏
2. Pada HBK yang memiliki lebar
b. Dua kali jarak tegak lurus yang lebih kecil dari
balok menutupi ¾ lebar kolom,
sumbu longtudinal balok ke sisi kolom, = 𝑏 + Hitung momen ultimate
maka dapat dipasang tulangan Hitung gaya yang bekerja pada balok
2𝑥 dengan x merupakan sisi kolom yang tidak Hitung faktor tahanan momen Hitung momen rencana Mlx = Clx x 0,0001Qu x Lx2
transversal sejumlah ½ dari kiri dan kanan
ℎ−𝑏
tertutup oleh balok, 𝑥 = T1 = 1,25 As fy, 𝐶1 = 𝑇1
2 kebutuhan di daerah sendi plastis Mn fy Mu Mly = Cly x 0,0001Qu x Lx2
Rn = b x d2
𝑑𝑎𝑛 m = 0,85 x f′c
Mn =
T2 = 1,25 As fy, C2 = T2 ∅
dan dapat digunakan jarak 150
Mtx = Ctx x 0,0001Qu x Lx2
𝐴𝑗 = 𝑏 𝑥 ℎ
mm
Mty = Cty x 0,0001Qu x Lx2
Hitung gaya geser pada join Hitung rasio tulangan perlu
Hitung luas tulangan perlu Vj = T1 + C2 − Vatas
1 2 x m x Rn
ρperlu = x (1 − 1 − )
Ash m fy Hitung jarak antar tulangan
pada kolom dikalikan jarak antar tulangan yang digunakan Hitung luas tulangan
s Hitung gaya geser join yg π
0,0018 x fy perlu x ds 2 x b
dikekang keempat sisinya ρmin = s=4
Sehingga diperoleh luas tulangan perlu. fy Ash
Ash = ρ x b x d
Vn = 1,7 x f′c x Aj ρmin = 0,0014 dengan syarat:

Hitung luas tulangan pasang 1. s max = 3h dan


Diambil nilai terbesar dari ketiga persamaan
2. 450 mm
1 Kontrol kuat geser join
Ash terpasang = n x x π x d2
4 ∅Vn > Vj

Hitung luas tulangan pasang

π
x ds 2 x b
Ash terpasang = 4
s
selesai
Ash terpasang > Ash perlu

Gambar 19 Alur perencanaan Joint Kontrol momen nominal

Dari hasil perhitungan menggunakan alur a=


Ash x fy
0,85 x f ′ cx b

perencanaan di atas diperoleh kebutuhan a


Mn = (Ash x fy ) x (d − )
2

tulangan pada daerah hubungan balok kolom ∅Mn > Mn awal

sebanyak 6D22 dengan jarak antar tulangan 100


selesai
mm.
Gambar 19 Alur perencanaan pelat lantai
Adapun dari hasil perencanaan di atas diperoleh
gambar detail perencanaan hubungan balok
Dari hasil perhitungan menggunakan alur
kolom seperti pada Gambar 18 berikut.
perencanaan di atas diperoleh kebutuhan
tulangan pada pelat lantai seperti pada Tabel 13
berikut.
Tabel 13 Rekapitulasi tulangan pelat lantai

Adapun dari hasil perencanaan di atas diperoleh


gambar detail perencanaan pelat lantai seperti
pada Gambar 20

Gambar 18 Detail hubungan balok kolom

Pelat
Pelat yang direncanakan merupakan pelat yang
memiliki bentang terbesar dengan panjang

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

57
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

c. Joint

Gambar 20 Detail penulangan pelat lantai


2. Hasil analisis beban gempa berdasarkan nilai
KESIMPULAN percepatan batuan diperoleh kategori desain
seismiknya adalah D, sehingga penggunaan
Berdasarkan hasil perencanaan struktur gedung Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
beton bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul dapat dijadikan sebagai pilihan untuk
Momen Khusus, maka dapat ditarik kesimpulan merencanakan struktur tahan gempa di
bahwa: wilayah tersebut, karena telah memenuhi :
1. Kebutuhan tulangan balok, kolom, joint dan a. Persyaratan “Strong Coulmn – Weak Beam”
pelat adalah sebagai berikut: atau kolom kuat balok lemah telah terpenuhi
karena kekuatan lentur kolom telah
a. Balok memenuhi syarat ∑ 𝑀𝑛𝑐 > 1,2 ∑ 𝑀𝑛
sehingga mengurangi kemungkinan leleh
pada kolom yang dianggap sebagai bagian
dari sistem pemikul gaya seismik. Dimana
kolom yang merangka pada joint atau HBK
lebih kuat dibandingkan balok yang
merangka pada joint atau HBK
b. Komponen balok dan kolom dengan
mekanisme penulangan yang telah
direncanakan, mampu menahan gaya geser
yang terjadi akibat gempa atau dapat
b. Kolom dikatakan bahwa balok dan kolom sudah
memenuhi syarat-syarat untuk desain
kapasitas geser dimana kapasitas geser
nominal, Vn masih lebih besar dari gaya yang
bekerja pada balok dan kolom itu sendiri, Vu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agus Setiawan. 2020. Contoh Perhitungan


Desain Balok SRPMK.
https://www.youtube.com/watch?v=ydYe6
EHOX_k&t=701s
(Diakses pada Mei 2021)

[2] Agus Setiawan. 2020. Contoh Perhitungan


Desain Kolom SRPMK.

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

58
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Imelda Budiarty1), Ery Budiman2), Budi Haryanto3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

https://www.youtube.com/watch?v=Uyu_s
S2Ixpw [11] Chu Kia Wang and Charles G. Salmon.
(Diakses pada Mei 2021) 1993. Desain Balok Bertulang. Erlangga:
Jakarta.
[3] Agus Setiawan. 2020. Persyaratan Desain
Balok SRPMK. [12] Departemen Pekerjaan Umum, 1987.
https://www.youtube.com/watch?v=PmjtzU Pedoman Perencanaan Pembebanan
uzlZs Indonesia untuk Rumah Dan Gedung
(Diakses pada Mei 2021) (PPPIURG 1987). Yayasan Badan
Pekerjaan Umum, Jakarta.
[4] Agus Setiawan. 2020. Persyaratan Desain
Hubungan Balok Kolom SRPMK.
https://www.youtube.com/watch?v=J9z66P
pxY3w
(Diakses pada Mei 2020)

[5] Agus Setiawan. 2020. Persyaratan Desain


Kolom SRPMK.
https://www.youtube.com/watch?v=GEF6-
xvf3Ks
(Diakses pada Mei 2020)

[6] Azzuri, dkk. 2017. Perbandingan Tiga


Sistem Rangka Pemikul Momen di Kawasan
Dengan Kategori Desain Seismik B.
Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik.
Universitas Bung Hatta. Padang

[7] BMKG, Badan Meteorologi, Klimatologi,


dan Geofisika.
https://www.bmkg.go.id/berita/?p=aktivitas
-gempa-di-pulau-kalimantan-paling-
rndah&tag=press-release&lang=ID
(Diakses pada Januari 2021)

[8] Badan Standarisasi Nasional. 2019. Standar


Perencanaan Ketahana Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung (SNI
1726:2019). Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.

[9] Badan Standarisasi Nasional. 2013. Beban


Minimum Untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain (SNI
1727:2013). Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.

[10] Badan Standarisasi Nasional. 2019.


Persyaratan Beton Struktur Untuk
Bangunan Gedung (SNI 2847:2019). Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.

Volume 6, Nomor 1 Mei 2022

59

Anda mungkin juga menyukai