Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS Ditetapkan

(PPK) Direktur RSUD Kabupaten


PROSEDUR TINDAKAN Jombang

Tentang

Trauma Oklusal (Occlusal traumatism/ dr. PUDJI UMBARAN, MKP


RSUD Trauma from Occlusion) pada pasien
KAB. JOMBANG periodontitis kronis
Nomor Dokumen 16/YANMED.KSM.GIGI/PP
Revisi Ke - 1 Tanggal : 01 November 2017
1. Nama penyakit (ICD) Trauma Oklusal (Occlusal traumatism/ Trauma from Occlusion) pada
pasien periodontitis kronis
(K 5. 3)

2. Pengertian (Definisi) Trauma oklusal merupakan kerusakan jaringan periodontal akibat tekanan
oklusal yang berlebih terhadap kapasitas perbaikan dan adaptasinya (TFO).
Trauma oklusal mempengaruhi struktur pendukung gigi atau geligi. Lesi
trauma oklusal dapat muncul berhubungan dengan penyakit periodontal
ataupun dapat berdiri sendiri. Walaupun trauma oklusal dan penyakit
inflamasi periodontal dapat muncul bersamaan, setiap keadaan dapat diobati
secara terpisah. Tujuan pengobatan dan hasil akhir dapat berbeda dari
masing-masing kondisi.

3. Gambaran Klinis Diagnosis truma oklusal dapat ditetapkan jika beberapa tanda dan gejala
trauma dapat ditemukan pada beberapa bagian sistem mastikasi. Berikut ini
adalah tampilan gambaran klinis trauma oklusal, tetapi tidak bersifat
patognomonik/ bukan merupakan gambaran khas :

1. Kegoyangan gigi: meningkatnya kegoyangan gigi harus diperhatikan


karena pola yang stabil dari kegoyangan gigi menunjukkan proses adaptasi.
2. Migrasi gigi.
3. Rasa nyeri/ tidak nyaman saat mengunyah atau bila diperkusi.
4. Perubahan secara radiografis antara lain : pelebaran ruang ligamen
periodontal, terputusnya lamina dura, gambaran radiolusen pada
percabangan akar gigi atau pada apeks gigi yang masih vital, dan resopsi
akar. Pola yang stabil dari gambaran radiografil juga menunjukkan proses
adaptasi.
5. Tonus otot mastikasi dan tanda lain serta gejala disfungsi temporo
mandibular.
6. Adanya tanda keausan gigi yang tidak sesuai dengan usia pasien dan
konsistensi dari pola makan pasien.
7. Email yang terlepas atau fraktur dari mahkota akar gigi.
8. Fremitus

Tanda dan gejala klinis ini mungkin bersifat indikatif terhadap penyakit
lainnya, oleh karena itu harus dibuat diagnosis banding. Penggunaan
tindakan diagnosis tambahan mungkin dapat membantu, misalnya: uji
vitalitas pulpa atau evaluasi kebiasaan parafungsi.

4. Pemeriksaan Laboratorium mikroskopis, serologis, hematologis, mikrobiologis.


Penunjang
5. Peralatan dan bahan 1. Dental unit lengkap scaler ultrasonik.
obat
2. Alat pemeriksa standar :
Larutan pewarna plak gigi , Kaca mulut , Sonde semilunar dan lurus ,
Ekskavator , Pinset , Probe periodontal dan probe Nabers
3. Alat oral prophylaxis (OP)
Alat scaler manual , Alat scaler makro dan mikro tips , Rubber cup , Sikat
poles gigi (brush) , Benang gigi (dental floss) , , Sikat gigi dan sikat celah
gigi

4. Alat poles
Rubber segala bentuk dan ukuran yang sesuai sikat poles gigi (brush) ,
Pumice, kapur poles , Bor, stone untuk koreksi restorasi mengemper

6. Prosedur Tindakan Perawatan : Perawatan untuk trauma oklusal umumnya sama dengan
pada periodontitis kronis parah. Pertimbangan perawatan untuk pasien
periodontitis kronis yang disertai trauma oklusal dapat meliputi satu atau
lebih dari beberapa hal berikut :

1. Penyesuaian oklusal.
2. Pengelolaan perilaku parafungsional.
3. Stabilisasi gigi goyang secara sementara ataupun permanen, dengan
piranti lepasan atau cekat.
4. Pergeseran gigi minor (secara ortodonti).
5. Rekonstruksi oklusal.
6. Pencabutan gigi terpilih.

Tanpa adanya tanda dan gejala klinis, penyesuaian oklusal pada kondisi di
atas tidak bermanfaat bagi pasien. Karena itu, penyesuaian oklusal yang
dilakukan untuk mencegah trauma oklusal merupakan kontra indikasi. Relasi
oklusal harus dievaluasi sebagai bagian dari terapi pemeliharaan.

7. Tenaga medis Dokter gigi spesialis periodonsia

Dokter gigi (terapi inisial, terapi pemeliharaan )

8. Prognosis Baik, bila ditemukan pada kondisi dini, kebersihan mulut baik, derajat
kerusakan tulang alveolar ringan, pasien kooperatif, tidak ada penyakit/
kondisi sistemik dan pasien tidak merokok; tergantung dari derajat
keparahan periodontitis kronis dan trauma oklusalnya.

Sedang, bila kondisi tulang alveolar kurang memadai, beberapa gigi goyang,
terjadi kelainan furkasi derajat satu, tetapi kemungkinan dapat dipertahankan
bila pasien kooperatif, tidak disertai penyakit/ kondisi sistemik atau bila ada,
terkontrol; dan pasien tidak merokok; tergantung dari derajat keparahan
periodontitis kronis dan trauma oklusalnya.

9. Informed consent dan Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka pada jaringan keras
rekam medik maupun jaringan lunak ,harus ada persetujuan tertulis dari pasien untuk
menerima prosedur perawatan.

Sesuai dengan yang ditetapkan PB PDGI (odontogram, disaster victim


identification)
Tersurat secara rinci dan ditandatangani doktergigi yang
merawat disertai periode waktu perawatan (tanggal, bulan, tahun dan jam)

10. Penelaah Kritis drg. Rahardi Satrya Nugraha, Sp. Perio


11. Kepustakaan Standar Kompetensi Periodonsia. Parameters of Care. Suplements Journal of
Periodontology vol.71, no.5, May 2000, hal. 847 – 883.
Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed, 2006.
Rose:Periodontics Medicine, Surgery and Implants, 2004. S.H Daliemunthe:
Terapi Periodontal, 2006. S.W Prayitno: Periodontologi Klinik: Fondasi
Kedokteran Gigi Masa Depan, 2003.
Edward’s Cohen: Atlas of Cosmethic and Reconstructive Periodontal
Surgery 13th Ed, 2009.

Jombang, 01 November 2017

Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Ketua Komite Medik Ketua KSM Gigi

dr. Rustam Effendi, SpP drg. Rahardi Satrya N, Sp.Perio


NIP. 19580628 198812 1 001 NIP. 19851008 201410 1 076 HR

Anda mungkin juga menyukai