Anda di halaman 1dari 8

Subjek pajak menurut PMK Nomor 163/PMK.

03/2012 adalah : orang pribadi atau


badan yang membangun untuk keperluan pribadi tidak untuk kegiatan usaha
Objek pajaknya adalah kegiatan membangun sendiri, kegiatan membangun sendiri
adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain. Bangunan yag dimaksud berupa satu atau lebih konstruksi teknik
yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan
dengan kriteria :
a. Konstruksi utamanya terdiri atas kayu, beton,pasangan batu bata atau bahan
sejejnis, dan/atau baja
b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha,
c. Luas keseluruhan paling sedikit 200 m2 (dua ratus meter persegi)
Saat terutang PPN atas kegiatan membanguna sendiri dimulai pada saat dibangunnya
bangunan sampai dengan selesai. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara
bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu
antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Tempat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat
bangunan tersebut didirikan .
Tarif PPN atas kegiatan membangun sendiri adalah 10% (sepuluh persen),
Dasar pengenaan pajak (DPP) atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua
puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayrkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Penyetoran wajib pajak (orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri) wajib menyetorkan PPN atas kegiatan membangun sendiri dengan
tata cara :
a. PPN atas kegiatan membangun sendiri dilakukan setiap bulan
b. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri tidak atau kurang menyetorkan PPN yang terutang/dibayar ke kas
Negara, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat keputusan pajak
kurang bayar berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau
badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri:
1. Tidak memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan
2. Memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau
yang dibayarkan untuk membangun bangunan, namun tidak benar atau tidak
lengkap, jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan tersebut ditetapkan secara jabatan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
c. PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri wajib setor ke kas Negara
melalui kantor pos atau bank persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak.
d. Penyetoran PPN terutang tersebut dilakukan dengan menggunakan surat
setoran pajak yang harus diisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Pelaporan wajib pajak, wajib melaporkan PPN atas kegiatan membangun
sendiri dengan tata cara sebagai berikut;
1. PPN yang telah dibayar wajib dilaporkan ke kantor pelayanan pajak pratama
yang wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dengan
mempergunakan lembar ke tiga surat setoran pajak paling lama akhir bulan
berikutnyanya setelah berakhirnya masa pajak.
2. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan
didirikan berada di wilayah kerja kantor pelayanan pajak pratama tempat orang
pribadiatau badan tersebut terdaftar, orang pribadi atau badan yang melakukan
kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri
dalam surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai dengan melampirkan
lembar ke tiga surat setoran pajak.
3. Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri telah diukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan
didirikan berada di wilayah kerja kantor pelayanan pajak pratama yang berbeda
dengan kantor pelayanan pajak tempat orang pribadi atau badan tersebut
terdaftar.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengisi SPT Masa PPN 1111
adalah;
1. SPT Masa PPN 1111 dapat berbentuk formulir kertas (hard copy) atau data
elektronik yang disampaikan dalam media elektronik atau melalui e-filling
2. Setiap PKP wajib menyampaikan SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk data
elektronik kecuali PKP orang pribadi ;
a. Melaporkan tidak lebih dari 25 dokumen (faktur pajak atau dokumen tertentu
yang kedudukannya disamakan dengan faktur pajak dan/atau nota retur/nota
pembatalan) pada setiap lampiran SPT dalam satu masa pajak.
b. Jumlah seluruh penyerahan barang dan jasa dalam satu masa pajak kurang
dari Rp.400Jt.
PKP orang pribadi yang memenuhi syarat huruf a dan b dapat
menyampaikan SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk formulir kertas (hard
copy) atau dalam bentuk data elektronik
3. Dalam hal SPT Masa PPN 1111 disampaikan dalam bentuk data elektronik
dengan media elektronik, PKP harus menggunakan aplikasi e-SPT yang telah
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Induk SPT Masa PPN 1111 tetap
disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy)
4. SPT Masa PPN 1111 tidak perlu disertai lampiran SPT Masa PPN 1111 dalam
hal tidak ada data yang dilaporkan dalam lampiran SPT Masa PPN 1111
tersebut.
5. SPT Masa PPN 1111 dalam suatu masa pajak tidak perlu dilampiri dengan :
a. Formulir 1111 A1 :
- Dalam hal tidak ada pemberitahuan Ekspor barang,
pemberitahuan ekspor jasa kena pajak/bkp tidak
berwujud yang wajib dilampirkan dalam formulir 1111 A1.
b. Formulir 1111 A2 :
- Dalam hal PKP tidak menerbirkan faktur pajak selain
faktur pajak yang menurut ketentuan yang
diperkenankan untuk tidak mencantumkan identitas
pembeli serta nama dan tanda tangan penjual dan/atau
tidak menerima Nota Retur/Nota Pembatalan yang wajib
dilaporkan dalam formulir 1111 A1.
c. Formulir 1111 B1:
- Dalam hal tidak ada pemberitahuan impor barang atas
impor BKP dan/atau JKP dan/atau SSP atas
pemanfaatan BKP tidak berwujud/jasa kena pajak dari
luar daerah pabean yang wajib dilaporkan dalam formulir
1111 B1
d. Formulir 1111 B2 :
- Dalam hal PKP tidak menerima faktur pajak dan/atau
tidak menerbitkan Nota Retur/Nota pembatalan yang
wajib dilaporkan dalam formulir 1111 B2.
e. Formulir 1111 B3 :
- Dalam hal PKP tidak menerima fktur pajak yang pajak
masukannya tidak dikreditkan mendapat fasilitas,
dan/atau tidak menerbitkan Nota Retur/Nota pembatalan
atas pengembalian BKP/JKP yang pajak masukannya
tidak dikreditkan atau mendapat fasilitas yang wajib
dilaporkan dalam forulir 1111 B3.
PKP yang wajib menggunakan SPT Masa PPN DM adalah :
1. PKP yang mempunyai peredaran usaha tidak melebihi jumlah tertentu
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK
74/PMK.03/2010
2. PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu, dalam hal ini adalah :
a. PKP yang melakukan kegiatan penjualan kendaraan bekas (Peraturan
Menteri KeuanganNomor PMK 79/PMK.03/2010)
b. PKP pedagang emas perhiasan (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK 30/PMK.03/2014)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengisi SPT Masa PPN 1111 DM, adalah:
1. SPT Masa PPN 1111 DM dapat berbentuk formulir kertas (hard copy) atau data
elektronik yang disampaikan dalam media elektronik atau melalui e-filling.
2. Setiap PKP wajib menyampaikan SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk data
elektronik, kecuali PKP orang pibadi yang ;
a. Melaporkan tidak lebih dari 25 dokumen (faktur pajak atau dokumen
tertentu yang kedudukannya disamakan dengan faktur pajak dan/atau
Nota Retur/Nota Pembatalan) pada setiap lampiran SPT dalam satu
masa pajak
b. Jumlah seluruh penyerahan barang dan jasa dalam satu masa pajak
kurang dari Rp.400jt.
PKP orang pribadi yang memenuhi syarat huruf a dan b dapat
menyampaikan SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk formulir kertas
(hard copy) atau dalam bentuk data elektronik.
3. Dalam hal SPT Masa PPN 1111 DM disampaikan dalam bentuk data elektronik
dengan media elektronik, PKP harus menggunakan aplikasi e-SPT yang telah
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Induk SPT Masa PPN 1111 DM
tetap disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy).
PMK 74/PMK.03/2010 (PPN peredaran usaha tertentu), PKP dengan jumlah peredaran
tertentu dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan,
selanjutnya wajib menggunakan SPT Masa PPN 1111 DM.
PKP dengan jumlah peredaran tertentu adalah PKP yang mempunyai peredaran usaha
dalam satu tahun buku tidak melebihi Rp.1,8 Milyar. Adapun syarat bagi PKP tersebut :
a. Mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku sebelumnya tidak
melebihi Rp.1,8 Milyar untuk setiap tahun buku
b. Wajib pajak yang baru dikukuhkan sebagai PKP.
Dan apabila PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM wajib
beralih menggunakan mekanisme pengkreditan PM terhadap PK mulai masa pajak
berikutnya setelah peredaran usahanya melebihi Rp.1,8 Milyar.
PKP yang masih memenuhi syarat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan
PM data beralih menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM terhadap PK
dengan ketentuan sbb:
a. Peralihan tersebut dimulai pada masa pajak pertama tahun buku berikutnya
b. Memberitahukan secara tertulis kepada KPP tempat PKP dikukuhkan paling
lama pada batas waktu penyampaian SPT Masa PPN masa pajak pertama
dalam tahun buku dimulainya penggunaan mekanisme pengkreditan PM
dengan PK
c. PM yang dapat dikreditkan adalah PM mulai masa pajak pertama tahun buku
dimulainya penggunaan mekanisme pengkreditan PM dengan PK.
PMK Nomor 563/KMK.03/2003 menjelaskan tentang pemungutan, pelaporan PPn dan
PPnBM,
Pemungut PPN adalah Bendaharawan Pemerintah serta Kantor Perbendaharaan dan
Kas Negara (KPPN)
Bendaharawan Pemerintah adalah bendaharawan atau pejabat yang melakukan
pembayaran yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau Angaaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terdiri atas
Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Bendaharawan Pemerintah Daerah, baik
Provinsi,Kabupaten,atau Kota.
Ruang Lingkup Pemungutan ; semua pembayaran yang dilakukan Bendaharawan
Pemerintah atau KPPN atas penyerahan BKP dan /atau JKP yang dilakukan oleh PKP
Rekanan Pemerintah dipungut PPN dan/atau PPnBM. Bendaharawan Pemerintah dan
KPPN tidak memungut PPN dan/atau PPnBM sepanjang PKP pajak rekanan
Pemerintah menyerahkan barang dan/atau jasa yang tidak dipungut oleh Pemungut
PPN. PKP, pajak yang dipungut oleh pemungut pajak tersebut selanjutnya disebut
dengan PK yang dipungut oleh pemungut . Sejumlah PPN yang dipungut oleh
pemungut akan diperhitungkan sebagai pengurang (baik surat setoran pajak telah atau
belum diterima) terhadap total pajak yang harus disetor (total pajak keluaran). Jika
terdapat lebih bayar, dapat direstitusi jika surat setoran pajak (SSP) sudah diterima atau
dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa. Jika SSP tidak dilampirkan, lebih
bayar tersebut tidak dapat direstitusi.
Saat Pemungutan , pemungutan PPN dan PPnBM dilakukan pada saat pembayaran
oleh bendaharawan Pemerintah atau KPPN kepada PKP Rekanan Pemerintah.
Saat Penyetoran oleh Bendaharawan Pemerintah, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh
Bendaharawan Pemerintah disetorkan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos yang paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah bulan dilakukannya pembayaran atas tagihan.
Saat Pencatatan penyetoran pajak oleh KPPN, pencatatan penyetoran PPN dan
PPnBM yang dipungut oleh KPPN dilakukan pada saat pemungutan PPN dan PPnBM,
yaitu pada saat pembayaran oleh KPPN kepada PKP Rekanan Pemerintah.
Dasar Pemungutan PPN dan PPnBM adalah jumlah pembayaran yang dilakukan oleh
Bendaharawan Pemerintah atau jumlah pembayaran yang dilakukan oleh KPPN
sebagaimana dalam Surat Perintah Membayar (SPM)
PPN dan PPnBM yang tidak dipungut oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dalam
hal :
1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 10jt termasuk jumlah PPN
dan PPnBM yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-
pecah.
2. Pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang menurut ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas PPN tidak
dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
3. Pembayaran atas penyerahan BBM dan bahan bakar bukan minyak oleh PT.
Pertamina (Persero)
4. Pembayaran atas rekening telepon
5. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan dan/atau
6. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut
ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai PPN atau
PPN dan PPnBM.
PMK Nomor 11/PMK.03/205, hal ini tentang pemungutan, penyetoran, dan pelaporan
PPn dan PPnBM oleh kontraktor perjanjian kerjasama pengusaha pertambangan
minyak dan gas (migas).
Dalam hal keputusan tersebut yang dimaksud Kontraktor adalah kontraktor yang terkait
dalam kontrak perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Republik Indonesia di bidang
pengusahaanpertambangan minyak dan gas bumi. Rekanan adalah PKP yang
melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kepada kontraktor.
Ruang Lingkup pemungutan; PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP
dan/atau JKP oleh Rekanan kepada kontraktor akan dipungut, disetor,dan dilaporkan
oleh kontraktor, baik kantor pusat, cabang-cabang, maupun unit-unitnya yang
dikukuhkan sebagai PKP. Dalam hal terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP antar
kontraktor , maka yang berkewajiban untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPn
dan PPnBM adalah kontraktor yang malekukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
Saat pemungutan dilakukan sesuai dengan saat pembuatan faktur pajak standard oleh
Rekanan. Fakur pajak standard wajib dibuat paling lambat;
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah terjadinya penyerahan BKP dan/atau
JKP dalam hal pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah
bulan penyerahan BKP dan/atau JKP
b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal;
1. Penerimaan pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya
setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP
2. Penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau
JKP
3. Penerimaan pembayaran terjadi pada saar yang sama dengan saat
penyerahan BKP dan/atau JKP
Saat Penyetoran , PPN dan/atau PPnBM yang dipungut disetor ke kas Negara melalui
Bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat pada hari ke-15 setelah bulan
dilakukannya pemungutan

Anda mungkin juga menyukai