Anda di halaman 1dari 8

Diterima tanggal: 29.10.

2018

Research Collaboration Sebagai Upaya Pustakawan Menjadi Produsen


Pengetahuan
Wahid Nashihuddin
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI, Jakarta
Alamat e-mail: wahed87@gmail.com

Cahyo Trianggoro
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah - LIPI, Jakarta
Alamat E-mail: cahyotriangs@gmail.com

Abstrak:
Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui: (1) urgensi kolaborasi penelitian bagi
pustakawan; (2) deskripsi kegiatan kolaborasi penelitian “best practice” pustakawan; (3) tantangan
pustakawan sebagai kolaborator penelitian; dan (4) upaya pustakawan sebagai produsen
pengetahuan. Sumber data kajian ini adalah studi literatur. Analisis data dilakukan secara deskriptif-
kualitatif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pustakawan perlu melakukan kolaborasi penelitian
atau sebagai reseach collaborator untuk menjadi produsen pengetahuan. Dalam berkolaborasi,
pustakawan dituntut memiliki kompetensi ilmiah yang memadai seperti mampu menganalisis data,
mengelola publikasi ilmiah, mengemas produk pengetahuan, berkomunikasi, dan inovatif dalam
layanan penelitian di perpustakaan. Sebagai rekomendasi, lembaga pembina pustakawan dan asosiasi
profesi pustakawan di Indonesia perlu mengkonsep kebijakan nasional dan mengadvokasi tetang
pentingnya kegiatan reseach collaboration untuk peningkatan karir pustakawan dan praktisi
perpustakaan.

Kata kunci: Librarian; Reseach collaboration; Knowledge product; Library program; Competence

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi digital dan internet kini telah menggeser tatanan organisasi
termasuk di lembaga perpustakaan, pendidikan, dan penelitian. Banyak orang berpendapat
bahwa teknologi digital dan internet akan menggeser bahkan menghilangkan suatu profesi
tertentu, dalam arti tenaga dan otak manusia akan digantikan oleh mesin/robot (chip
processor)—dengan teknologi artificial intelligent. Pergerseran (shifting) dan bahkan
penggantian tenaga manusia dengan mesin/robot karena perkembangan teknologi digital dan
internet ini disebut fenomena disrupsi. Christensen (1997) mengatakan disrupsi sebagai
pergantian “pasar lama” menjadi “pasar baru” yang lebih efisien dan menyeluruh, sistem lama
diganti sistem baru yang lebih inovatif, pemain lama diganti pemain baru, dan teknologi
lama (fisik) diganti teknologi baru (digital). Agar tidak terdisrupsi, maka manusia (human)
dalam mengemban profesi apapun harus melakukan empowering innovation dalam segala
bidang pekerjaan.

Fenomena disrupsi di atas kini telah menjadi bahan diskusi profesi apapun, termasuk
profesi pustakawan. Kasali (2017) mengatakan bahwa menurut Laporan Perserikatan Bangsa-
Bangsa “On Financing Global Opportunity – The Learning Generation” pada Oktober 2016
1
terjadi percepatan teknologi hingga tahun 2030, ada sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia
akan kehilangan pekerjaan, bahkan pekerjaan yang sudah eksis 20 tahun lalu perlahan-lahan
akan pudar, diramalkan setelah petugas pengantar pos, penerjemah, dan pustakawan. Dalam
kondisi disrupsi, kita menghadapi lawan-lawan yang tak kelihatan dalam peradaban dan
bahkan dapat menimbulkan “paranoid” bagi yang menghadapinya. Bagi sebagian orang,
disrupsi ini cukup menakutkan dan menimbulkan persaingan ketat, bagi yang tidak siap
menghadapi kompetisi pasti akan “tersingkir” secara alamiah dan hanya akan menjadi
penonton.

Salah satu upaya pustakawan agar dapat bertahan dari disrupsi digital adalah menjadi
penghasil atau produsen pengetahuan melalui kegiatan riset/penelitian. Dalam kegiatan
penelitian, selama ini pustakawan hanya berperan sebagai tenaga pendukung penelitian,
mereka sebagai tenaga administrasi dan memberikan bantuan penelusuran informasi dan
referensi untuk kebutuhan peneliti. Padahal seiring perkembangan zaman, kebutuhan referensi
penelitian akan mampu dipenuhi oleh peneliti sendiri—sehinga menyebabkan peran
pustakawan semakin kecil dalam kegiatan penelitian di lembaganya. Seharusnya pustakawan
dapat menjadi partner dan kalaborator peneliti yang dapat dihandalkan. Borrego, Ardanuy, &
Urbano (2018) mengatakan bahwa pustakawan dapat berkontribusi dalam pengembangan
keilmuan dalam bidang perpustakaan dan informasi di masa depan jika ia mampu sebagai
partner penelitian yang profesional. Sebagai partner peneliti, pustakawan dapat berperan
sebagai data scientist dan co-investigator (Ekstrøm, Elbaek, Erdmann, & Grigorov, 2016).
Selain itu, pustakawan juga perlu memiliki kemampuan berinovasi dalam menciptakan
pengetahuan (berupa produk pengetahuan) yang memiliki relevansi kemanfaatan dan
memberikan nilai tambah pengetahuan masyarakat (Nolin, 2013).

Hjørland (2011) mengatakan bahwa kegiatan kolaborasi pustakawan dengan peneliti


dapat diwujudkan melalui kegiatan reproduksi ulang hasil penelitian menjadi produk
pengetahuan baru yang mampu digunakan untuk pengembangan ekonomi masyarakat
berbasis penelitian. Selama ini, hasil dari kegiatan penelitian lebih banyak berakhir pada
artikel publikasi ilmiah, yang sangat kecil dampaknya terhadap perkembangan ekonomi
masyarakat. Keterlibatan pustakawan dalam kolaborasi kegiatan penelitian diharapkan dapat
me-orientasi kembali hasil penelitian agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Output dari kegiatan penelitian adalah publikasi dan pengetahuan baru. Agar output
penelitian dapat tercapai, pustakawan perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang
pengelolaan data penelitian dan mereproduksi hasil penelitian. Carlson & Kneale (2011)
menjelaskan bahwa pustakawan tidak hanya berperan sebagai penelusur informasi dan
penyedia data penelitian, tetapi sebagai aktor utama dalam penelitian yang diwujudkan dalam
karya tulis ilmiah serta pengelola data penelitian agar dapat digunakan kembali oleh peneliti
lainnya.

Terkait dengan pokok bahasan kajian ini, yaitu kegiatan kolaborasi penelitian oleh
pustakawan untuk menjadi produsen pengetahuan, kajian ini menjelaskan tentang empat hal
yaitu tentang:1) urgensi kolaborasi penelitian bagi pustakawan; (2) deskripsi kegiatan
kolaborasi penelitian “best practice” pustakawan; (3) tantangan pustakawan sebagai
kolaborator penelitian; dan (4) upaya pustakawan sebagai produsen pengetahuan. Ke empat
hal tersebut dijelaskan di bagian diskusi dan pembahasan kajian ini.

2
METODE
Sumber data kajian ini adalah studi literatur (literatur review). Pengumpulan data
dilakukan dengan cara klasifikasi dan tabulasi. Klasifikasi data dilakukan dengan cara
mengelompokkan hasil penelusuran literatur dan mereview sekilas isi literatur berdasarkan
pokok bahasan. Tabulasi data dilakukan dengan membuat tabel yang berisi pernyataan
penting (dari penulis artikel) dan relevan dengan pokok bahasan. Tabel 1 menunjukkan
beberapa literatur ilmiah yang menjadi bahan review dan pembahasan kajian ini.

Tabel 1. Data Literatur Bahan Review Kajian


Penulis Tahun Judul Artikel
Materska 2004 Librarians in the Knowledge Age
Donham & Green 2004 Perspectives on Developing a Culture of Collaboration: Librarian
as Consultant
Carlson & Kneale 2011 Embedded Librarianship in the Research Context: Navigating
New Waters
Kennedy & Brancolini 2012 Academic Librarian Research: A Survey of Attitudes,
Involvement, and Perceived Capabilities
Jacobs & Berg 2013 For Librarians: Building a Strengths-Based Institute to Develop
Librarians' Research Culture in Canadian Academic Libraries
Nolin 2013 The Special Librarian and Personalized Meta-Services: Strategies
for Reconnecting Librarians and Researchers
Fortin & Mueller 2013 The Library as Research Partner and Data Creator: The Don
Valley Historical Mapping Project
Schmidt & Shearer 2016 Librarians Competencies Profile for Research Data Management
De Jager, Nassimbeni, & 2016 Developing a New Librarian: Library Research Support in South
Crowster Africa
Foutch 2016 A New Partner in the Process: The Role of a Librarian on a
Faculty Research Team
Ibegbulam & Jacintha 2016 Factors That Contribute to Research and Publication Output
Among
Librarians in Nigerian University Libraries
Hollister 2016 An Exploratory Study on Post-tenure Research Productivity
Among Academic Librarians
Berg & Banks 2016 Beyond Competencies: Naming Librarians' Capacity for Research

Ekstrøm, Elbaek, Erdmann, & 2016 The Research Librarian of The Future: Data Scientist and Co-
Grigorov Investigator
Bedi & Walde 2017 Transforming Roles: Canadian Academic Librarians Embedded in
Faculty Research Projects
Brandenburg, Cordell, Joque, 2017 Interdisciplinary Collaboration: Librarian Involvement in Grant
MacEachern, & Song Projects
Borrego, Ardanuy, & Urbano 2018 Librarians as Research Partners: Their Contribution to the
Scholarly Endeavour Beyond Library and Information Science
Ackermana, Hunterb, 2018 The Availability and Effectiveness of Research Supports for Early
Wilkinsonc Career Academic Librarians

Sumber: Data olah penulis (2018)

Data hasil tinjauan literatur kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Hasil analisis data
kemudian manjadi bahan diskusi dan pembahasan kajian. Intisari hasil diskusi dan
pembahasan menjadi dasar penyusunan kesimpulan.

DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Urgensi Kolaborasi Penelitian Bagi Pustakawan
Kolaborasi merupakan aktivitas berbagi ketrampilan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang
kepada orang lain yang bertujuan untuk membangun komunikasi dan kerjasama. Dalam kegiatan riset,
kolaborasi dilakukan untuk menyamakan persepsi dan mencapai suatu tujuan penelitian. Kolaborasi
3
ini menekankan dua aspek, yaitu interaksi dan komunikasi ilmiah personal dalam suatu tim riset untuk
membahas suatu topik penelitian. Agar pustakawan aktif dalam kegiatan penelitian, Berg & Banks
(2016) mengatakan perlu ada minat yang kuat dan kompetensi pustakawan yang memadai untuk
melaksanakan penelitian. Tabel 2 menjelaskan beberapa hal terkait pentingnya kolaborasi penelitian
dilakukan oleh pustakawan.

Tabel 2. Pernyataan terkait Urgensi Kolaborasi Penelitian bagi Pustakawan


Materska (2004) Pemberdayaan perpustakaan sebagai pusat informasi penelitian dan
pengetahuan masyarakat—untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Foutch (2016) Pustakawan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang berharga,
mendapatkan peran strategis dalam proyek penelitian, dan memahami tren
penelitian yang berkembang di masyarakat.
Borrego, Ardanuy, & Urbano Pustakawan dapat meningkatkan pondasi keilmiahan ilmu perpustakaan dan
(2018) informasi, melahirkan pengetahuan baru, dan memberikan kontribusi pada
pengembangan profesi pustakawan di masa mendatang.
Ackermana, Hunterb, & Pengembangan karir pustakawan akan cepat melalui kegiatan penelitian;
Wilkinsonc (2018) mempromosikan profesi dan mencapai jabatannya (karir); kontribusi
pustakawan dalam pengembangan keilmuan bidang perpustakaan dan
informasi akan semakin nyata—khususnya dalam pengembangan kurikulum
pembelajaran dan peningkatan mutu lulusan mahasiswa ilmu perpustakaan
dan informasi.
Sumber: Data olah penulis (2018)

Best Pratice Kegiatan Kolaborasi Penelitian Pustakawan


Hasil survei Kennedy & Brancolini (2012) menunjukkan bahwa di lembaga akademik,
pustakawan memiliki sikap, peran (keterlibatan), dan persepsi yang bervariasi dalam
melaksanakan penelitian. Mereka harus mendesain proyek penelitian dengan berbagai
pertimbangan dan tanggung jawab agar hasil risetnya dapat dipertanggungjawabkan ke
publik. Pada kegiatan kolaborasi penelitian, pustakawan perlu memiliki pengetahuan yang
memadai dan rasa percaya diri yang kuat dalam membangun tim. Misalnya dalam
penyusunan proyek penelitian, pustakawan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kolaborasi,
yaitu kejelasan isu atau tema penelitian, tujuan lembaga menyelenggarakan penelitian, budaya
kerja penelitian, bimbingan penelitian, dan pendekatan/metodologi penelitian (Jacobs & Berg,
2013). Tabel 3 menjelaskan beberapa contoh best practice kegiatan kolaborasi penelitian yang
dilakukan oleh pustakawan di negara Kanada, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.

Tabel 3. Pernyataan terkait Best Practice Kegiatan Kolaborasi Penelitian Pustakawan


Fortin & Mueller (2013) Di University of Toronto—pustakawan membantu pemetaan Geographic
Information System (GIS) dalam proyek The Don River Valley Historical
Mapping Project (DVHMO). Dalam hal ini, pustakawan (Marcel Fortin)
berkolaborasi dengan Mahasiswa Doktor Bidang Sejarah University of
Guelph (Jennifer Bonnell) untuk meneliti tentang pemetaan sejarah kehidupan
manusia di wilayah tertentu dengan memberdayakan sumber informasi
perpustakaan. Tugas pustakawan antara lain menyediakan data dan informasi
geografi dalam bentuk kertas kerja, seperti rencana asuransi kebakaran, peta
topografi, atlas kabupaten, dan perencanaan dan laporan konservasi. Kegiatan
kolaborasi ini menghasilkan sebuah “peta set sejarah geospasial” berdasarkan
data garis pantai, industri, dan kepemilikan tanah. Dalam proyek ini,
pustakawan juga berperan sebagai seorang arsitek informasi dalam bidang
GIS.
De Jager, Nassimbeni, & Di University Cape Town (UCT) Afrika Selatan—perpustakaan melihat ada
Crowster (2014) peran pustakawan yang strategis dalam kegiatan penelitian. Peran tersebut
dapat dilakukan pustakawan UCT melalui kegiatan penelitian (seperti
penyediaan literatur), penerbitan buku panduan publikasi, pengelolaan data set
penelitian, penyusunan etika penelitian, hak dan kekayaan intelektual.
Pustakawan UCT dapat berkolaborasi dengan pustakawan dan peneliti di
univeristas lain di Afrika Selatan untuk menggagas proyek bersama dalam
4
pengembangan kapasitas pustakawan—yang diberi nama Research Library
Consortium Academy (RLC Academy). Kegiatan ini didanai oleh Carnegie
Corporation of New York. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk: (1)
meningkatkan peran pustakawan secara signifikan dalam proses penciptaan
pengetahuan; (2) meningkatkan karir dan pengetahuan pustakawan dalam
proses penelitian; (3) mendorong kesadaran dan kemampuan pustakawan
untuk mendukung penelitian di perpustakaan (asisten peneliti); dan (4)
memotivasi pustakawan untuk berpartisipasi dalam perusahaan produksi
pengetahuan di institusi mereka sendiri.
Brandenburg, Cordell, Di University of Michigan Library (UML)—pustakawan memiliki peran
Joque, MacEachern, & Song dalam pencarian dana bantuan dan sistematik review publikasi. Kegiatan
(2017) kolaborasi ini dibangun oleh pustakawan UML dengan sistem partnership.
Pustakawan menjadi pihak yang dominan dan terlibat penuh dalam proses
penelitian. Mereka menghadiri berbagai pertemuan ilmiah yang cukup
strategis untuk memberikan masukan tentang proses penelusuran literatur dan
metodologi penelitian. Dalam kolaborasi penelitian, pustakawan UML
berperan aktif sebagai pimpinan dalam proyek penelitian lembaga. Selain itu,
mereka juga sebagai penyusun proposal kegiatan, mulai dari pencarian dana,
menjalin komunikasi dengan seluruh stakeholder, hingga memantau
perkembangan proyek penelitian secara berkala. Pustakawan membantu
mencarikan sumber dana riset dari The University’s Novel Funding Program
“MCubed” atau program MCubed Projects.
Bedi & Walde (2017) Di Canadian Academic Librarians dan Canadian University Library—
pustakawan berperan penting dalam kegiatan penelitian fakultas dan
universitas. Mereka berperan penting dalam menyediakan pelayanan
penelitian, mendukung penuh pengembangan skill penelitian di fakultas, dan
mencarikan pendanaan penelitian universitas. Dalam kegiatan penelitian,
pustakawan bertugas menyediakan data dan mengalisis data. Di masa
mendatang, kegiatan kolaborasi pustakawan dalam penelitian menjadi
investasi untuk mewujudkan Canadian academic librarianship. Dalam hal
ini, pustakawan sudah menjadi dasar pondasi penelitian (embeded librarian)
sebagaimana yang sudah dicetuskan dalam Canadian Association of Research
Library (CARL). Dalam kegiatan kolaborasi penelitian, pustakawan anggota
CARL juga berperan sebagai investigator dan project manager.
Sumber: Data olah penulis (2018)

Tantangan Pustakawan Sebagai Kolaborator Penelitian


Ibegbulam & Jacintha (2016) mengatakan bahwa untuk menjadi kolaborator penelitian
yang handal, pustakawan perlu mengevaluasi kemampuan dirinya yang terkait dengan: (a)
motivasi diri; (b) faktor-faktor produktivitas; (c) hambatan dan strategi dalam kegiatan riset
dan peningkatan kualitas hasil penelitian. Tantangan terbesar pustakawan dalam kegiatan riset
adalah sumber dana penelitian bidang kepustawanan dan pekerjaan rutin pustakawan yang
padat di perpustakaan—sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk aktif dalam
kegiatan riset. Pustakawan dituntut aktif sebagai kolaborator dan mencari sumber pendanaan
(hibah/sponsor) agar kegiatan risetnya berjalan lancar dan publikasinya berkualitas. Tabel 4
menjelaskan beberapa tantangan pustakawan sebagai kolabotor penelitian.

Tabel 4. Pernyataan terkait Tantangan Pustakawan Sebagai Kolaborator Penelitian


Materska (2004) Membangun masyarakat berbasis pengetahuan--tantangan ke depan para
pengelola informasi dan produsen pengetahuan adalah membangun ekonomi
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledgeable community). Pustakawan
diharapkan mampu menciptakan pengetahuan baru kolektif yang dapat
dipahami masyarakat—dalam pengembangan jasa dan produk ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat.
Nolin (2013) Kompetensi riset pustakawan di era digital— belum adanya suatu
pendekatan yang paling sesuai tentang konsep kolaborasi antara pustakawan
dan peneliti menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan untuk mampu
melakukan kolaborasi. Meskipun terlihat sangat mendasar dan umum,
5
kemampuan untuk menjalin hubungan dan komunikasi dengan peneliti
menjadi faktor yang menentukan keberhasilan kolaborasi. Dengan semakin
berkembangnya koleksi dan layanan perpustakaan digital, pustakawan perlu
memiliki kompetensi pengumpulan data (melalui metode sampling), analisis
data, interpretasi data, dan visualisasi data hasil penelitian.
Schmidt & Shearer (2016) Menjadi research data manager—di perpustakaan akademik dan lembaga
penelitian, pustakawan dapat mengambil perannya dalam kegiatan research
data management (RDM). Dalam kegiatan RDM, pustakawan diharapkan
dapat menjadi manajer data riset (reseach data manager). Untuk menjadi
manajer data riset, pustakawan setidaknya memiliki kompetensi pengelolaan
data penelitian, yang mencakup data acquisition, data curating, data analysis,
dan data visualization. Selain itu, pustakawan juga harus mampu melakukan
kegiatan RDM di perpustakaan, seperti (1) penyediaan akses data penelitian;
(2) advokasi dukungan penelitian (dari peneliti dan mahasiswa); dan (3)
manajemen pengumpulan data penelitian.
Borrego, Ardanuy, & Menghadapi era open science—di era open science seperti sekarang ini,
Urbano (2018) kontribusi pustakawan dalam kegiatan penelitian tidak hanya mampu
menyediakan informasi yang dibutuhkan peneliti, tetapi juga mampu
melakukan desain penelitian, analisis data, dan mempromosikan hasil
penelitian ke publik.
Sumber: Data olah penulis (2018)

Upaya Pustakawan Sebagai Produsen Pengetahuan


Hollister (2016) mengatakan bahwa kegiatan penelitian pustakawan dapat lebih dihargai
jika mereka mampu menghasilkan pengetahuan baru dalam kegiatan penelitiannya. Dalam
kegiatan kolaborasi penelitian, pengetahuan baru dapat dihasilkan jika pustakawan dan
peneliti saling memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan gagasannya
sehingga ada transformasi informasi dan pengetahuan untuk menciptakan ide, peluang, dan
dan solusi untuk pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat (Bryson, 2001). Pengetahuan
baru ini diperoleh jika pustakawan mampu mengalisis suatu masalah berdasarkan data dan
bukti ilmiah sehingga ditemukan solusi yang inovatif (Donham & Green, 2004). Tabel 5
menjelaskan berbagai upaya pustakawan sebagai produsen pengetahuan –yang diharapkan
dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh profesinya, lembaga, dan
masyarakat.

Tabel 5. Pernyataan terkait Pustakawan Sebagai Produsen Pengetahuan


Materska (2004) Hal terpenting dalam menghasilkan pengetahuan adalah proses menemukan,
menyintesis, berkomunikasi, dan menerapkan pengetahuan serta
menghasilkan inovasi.
Carlson & Kneale (2011) Melalui kolaborasi penelitian, pustakawan dapat menghasilkan buku dan
artikel jurnal. Selain itu, pustakawan memperoleh informasi kewirausahaan
yang dapat menginspirasi untuk membuat produk pengetahuan. Dalam hal ini,
pustakawan harus mencari mitra kerja untuk menerjemahkan bahasa
penelitian menjadi informasi bisnis—sehingga pelanggan dapat memahami
informasi produk pengetahuan yang akan dibeli.
Mamtora (2013) Melalui penelitian, pustakawan dapat menghasilkan publikasi dan berbagi
pengetahuan dengan pengguna. Dalam proses penelitian, pustakawan
melakukan beberapa tahapan, yaitu: (1) tahap penemuan gagasan—pencarian
literatur, penulisan tinjauan pustaka, mengembangkan koleksi, memberikan
pelatihan penelitian, meningkatkan literasi informasi; (2) tahap
pendanaan/persetujuan—mendukung informasi pengajuan hibah dan
pendanaan; (3) tahap eksperimentasi—kurasi data, manajemen data, metadata;
dan (4) tahap diseminasi—repositori kelembagaan, akses terbuka,
bibliometrik, penilaian penelitian, dukungan untuk publikasi.
Nolin (2013) Sebagai pengelola informasi, pustakawan dapat berperan sebagai pihak yang
mendiseminasikan produk pengetahuan melalui pembuatan presentasi
makalah, monograf, profil peta penelitian, artikel popular, artikel website,

6
artikel jurnal, dan bentuk presentasi lainnya. Makalah presentasi dan publikasi
ini dapat disimpan pada database Academia, Mendeley, ResearchGate,
SlideShare, atau CiteULike.
De Jager, Nassimbeni, & Pustakawan yang telah mengikuti Research Library Consortium (LRC)
Crowster (2014) Academy telah menghasilkan produk pengetahuan, berupa poster pengetahuan
dan makalah yang dipresentasikan pada acara konferensi tahunan. Selain itu,
pustakawan juga menghasilkan suatu buku panduan (Lib-Guide) yang dapat
digunakan peneliti untuk panduan kegiatan penelitian dan literasi informasi.
Sumber: Data olah penulis (2018)

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) kolaborasi
penelitian yang dilakukan oleh pustakawan dapat berguna untuk pemberdayaan ekonomi
masyarakat; meningkatkan pondasi keilmiahan ilmu perpustakaan dan informasi; dan
pengembangan karir pustakawan; (2) berdasarkan pengalaman pustakawan di negara Kanada,
Amerika Serikat, dan Afrika Selatan, peran pustakawan dalam kegiatan riset tidak hanya
sebagai penyedia data dan informasi penelitian, tetapi juga sebagai partner peneliti yang
handal, bahkan menjadi seorang project manager dan research data manager—mampu
memimpin kegiatan riset dan mengevalusi hasil penelitian; (3) untuk menjadi research
collaborator yang handal dan profesional, pustakawan memiliki tantangan yang besar untuk
mewujudkan masyarakat berpengetahuan di era open science; dan (4) hal terpenting dalam
menghasilkan pengetahuan dari kegiatan penelitian, pustakawan harus mampu menganalisis
data, mengemas produk pengetahuan, menerapkan pengetahuan, berkomunikasi, dan inovatif
dalam kegiatan layanan penelitian di perpustakaan

Sebagai rekomendasi, penulis menyarankan kepada lembaga pembina pustakawan


(Perpustakaan Nasional) dan asosiasi pustakawan di Indonesia (seperti IPI, ISIPII, dan
FPPTI) agar lebih memperhatikan peningkatan karir dan kompetensi ilmiah pustakawan
Indonesia melalui melalui kebijakan nasional dan advokasi pentingnya reseach collaboration
di perpustakaan akademik dan lembaga riset. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
status “ilmuan” untuk profesi pustakawan. Ketika pustakawan menjadi seorang ilmuan, maka
bidang kepakaran mereka akan sejajar dengan peneliti dan dosen serta profesionalitas
keilmuannya akan diakui oleh masyarakat global.

REFERENSI
Ackermana, Erin; Jennifer Hunterb; & Zara T. Wilkinsonc. (2018). The Availability and
Effectiveness of Research Supports for Early Career Academic Librarians. The Journal of
Academic Librarianship.
Bedi, S., & Walde, C. (2017). Transforming Roles: Canadian Academic Librarians Embedded
in Faculty Research Projects. College & Research Libraries, 78(3), 314–327.
https://doi.org/10.5860/crl.78.3.314.
Berg, Selinda A. & Michelle Banks. (2016). Beyond Competencies: Naming Librarians'
Capacity for Research. The Journal of Academic Librarianship.
Borrego, Á., Ardanuy, J., & Urbano, C. (2018). Librarians as Research Partners: Their
Contribution to the Scholarly Endeavour Beyond Library and Information Science. The
Journal of Academic Librarianship, (July), 0–1.
https://doi.org/10.1016/j.acalib.2018.07.012.
Brandenburg, M. D., Cordell, S. A., Joque, J., MacEachern, M. P., & Song, J. (2017).
Interdisciplinary Collaboration: Librarian Involvement in Grant Projects. College &
Research Libraries, 78(3), 272–282. https://doi.org/10.5860/crl.78.3.272.
Bryson, J. (2001). Measuring the Performance of Libraries in the Knowledge Economy and
Society. Australian Academic and Research Libraries, Vol. 32 No. 4, December.
7
Carlson, Jake & Ruth Kneale. (2011). Embedded librarianship in the research context:
Navigating new waters. College & Research Libraries News, 72(3), 167–170.
https://doi.org/10.5860/crln.72.3.8530.
Christensen, Clayton M. (1997). The Innovator's Dilemma. USA: Harvard Business Review
Press.
De Jager, K., Nassimbeni, M., & Crowster, N. (2014). Developing a New Librarian: Library
Research Support in South Africa. Information Development, 32(3), 285–292.
https://doi.org/10.1177/0266666914542032.
Donham, Jean & Corey Williams Green. (2004). Perspectives on Developing a Culture of
Collaboration: Librarian as Consultant. Journal of Academic Librarianship, Volume 30,
Number 4, pages 314–321.
Ekstrøm, J., Elbaek, M., Erdmann, D., & Grigorov, I. (2016). The Research Librarian of The
Future: Data Scientist and co-Investigator. Di http://blogs.lse.ac.uk/
impactofsocialsciences/2016/12/14/the-research-librarian-of-the-future-datascientist-
and-co-investigator/ (accessed 30 August 2018).
Fortin, Marcel & Janina Mueller. (2013). The Library as Research Partner and Data Creator:
The Don Valley Historical Mapping Project. Journal of Map & Geography Libraries:
Advances in Geospatial Information, Collections & Archives, 9:1-2, 157-174, DOI:
10.1080/15420353.2013.767765.
Foutch, L. J. (2016). Collaborative Librarianship a New Partner in the Process: The Role of a
Librarian on a Faculty Research Team. Collaborative Librarianship, 8(82), 80–83.
Hollister, Christopher (2017). Perceptions of Scholarly Communication Among Library and
Information Studies Students. Journal of Librarianship and Scholarly Communication,
5(General Issue), eP2180 (2017).
Ibegbulam, Ijeoma J. dan Eze U.Jacintha (2016). Factors That Contribute to Research and
Publication Output AmongLibrarians in Nigerian University Libraries
Jacobs, Heidi L.M. & Selinda Adelle Berg. (2013). For Librarians: Building a Strengths-
Based Institute to Develop Librarians' Research Culture in Canadian Academic
Libraries. The Journal of Academic Librarianship ,39, 227–231.
Kasali, Rhenald. 2017. Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat "Disruption“.Kompas
(18/10/2017), https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/18/060000426/inilah-
pekerjaan-yang-akan-hilang-akibat-disruption- (accessed 26 August 2018).
Kennedy, Marie R.& Kristine R. Brancolini. (2012). Academic Librarian Research: A Survey
of Attitudes, Involvement, and Perceived Capabilities. College & Research Libraries
73.5 (2012): 431-448.
Mamtora, Jayshree. (2013). Transforming Library Research Services: Towards a
Collaborative Partnership. Library Management 34(4/5): 352–71.
Materska, Katarzyna. 2004. Librarians in the knowledge age. New Library World, Volume
105 · Number 1198/1199 · 2004 · pp. 142-148. DOI 10.1108/03074800410526776.
Nolin, J. M. (2013). The Special Librarian and Personalized Meta-Services: Strategies for
Reconnecting Librarians and Researchers. Library Review, 62(8), 508–524.
https://doi.org/10.1108/LR-02-2013-0015.
Schmidt, Birgit dan Kathleen Shearer. (2016). Librarians' Competencies Profile for Research
Data Management. https://www.coar-repositories.org/files/Competencies-for-
RDM_June-2016.pdf (accessed 28 August 2018).

Anda mungkin juga menyukai