Anda di halaman 1dari 14

Peran Pustakawan dalam Pembelajaran Literasi Informasi Mahasiswa

Universitas Katolik Soegijapranata

Ika Rahamawati N. *), Yanuar Yoga Prasetyawan

Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Skripsi ini berjudul “Peran Pustakawan dalam Pembelajaran Literasi Informasi Mahasiswa
Universitas Katolik Soegijapranata”. Latar belakang pada penelitian didasari oleh keadaan saat
ini dimana perpustakaan perguruan tinggi jarang mengajarkan literasi informasi bagi
mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggambaran peran pustakawan
dalam pembelajaran literasi informasi mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder, dengan metode pengumpulan data wawancara dan observasi.
Informan yang dipilih pada penelitian ini berjumlah tujuh orang yang terdiri dari enam
mahasiswa dan satu pustakawan. Pemilihan informan pada penelitian ini diambil menggunakan
teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan menggunakan model analisis data
milik Miles & Huberman. Menerapkan aspek yang dimiliki Wheeler dan Pamela McKinney
tentang peran pustakawan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pustakawan memiliki peran
sebagai pendukung pembelajaran (learning support), pustakawan yang mengajar (librarian who
teaches), ataupun pelatih (trainer) literasi informasi.

Kata Kunci: pembelajaran literasi informasi, peran pustakawan, mahasiswa, perguruan tinggi.

Abstract

[This thesis entitled “The Role of Librarian in Student’s Information Literacy Learning in
Soegijapranata Catholic University”]. The Background of this research was the current
situation where high education’s library rarely teaches about information literacy for students.
This study purposed to describe how is the librarian’s role in teaching information literacy
among Seogijapranata Catholic University’s students. This study used qualitative design with
case study approximation method. This study also used both primary and secondary data, which
was collect within interview and observation. The amount of informants were seven persons,
which are one librarian and six students. The informants were chosen with purposive sampling
technique. Analysis of the data used Miles Huberman’s flow model analysis. By choosing
Wheeler and Pamela McKinney’s role of librarian, result of this study shown that the librarian
role as learning support, librarian who teaches and trainer of information literacy.
Keywords: information literacy learning, role of librarian, student, higher education.

*) Penulis Korespondensi.
E-mail : ika_rahm@yahoo.com
1. Pendahuluan informasi. Kompetensi yang dimiliki dalam
pemenuhan informasi dinilai mampu membuat
Perguruan tinggi memiliki tugas dan tanggung jawab pustakawan memberikan instruksi perpustakaan,
dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi instruksi bibliografis, serta instruksi literasi
yaitu pendidikan, pengabdian masyarakat dan informasi. Dengan kompetensi-kompetensinya
penelitian. Adanya tugas dan tanggung jawab pustakawan bersama universitas dapat mengajarkan
tersebut membuat perguruan tinggi diharapkan sivitas akademis termasuk mahasiswa untuk
mampu mencetak lulusan yang dapat berpikir secara mendapatkan literasi informasi yang sesuai dengan
kritis dalam menyelesaikan tugas perkuliahan kebutuhannya. Hal tersebut seperti yang diungkapkan
maupun ketika berada di masyarakat. Terlebih lagi di oleh Black, dkk. (2001) yang menyatakan bahwa
era teknologi saat ini, internet membuat berbagai dalam literasi informasi, pustakawan dapat
informasi berkembang pesat dan menimbulkan mempertajam pertanyaan penelitian dan mengajari
ledakan informasi. Adanya informasi yang beragam mahasiswa kemampuan-kemampuan untuk
akibat ledakan informasi membuat setiap orang menemukan jawabannya.
dituntut menjadi literate dan kritis terhadap Kenyataan yang berbeda justru ditunjukan
informasi, salah satunya dengan memiliki oleh perpustakaan dan pustakawan perguruan tinggi
kemampuan literasi informasi. Literasi informasi yang ada di Indonesia. Pada saat ini perpustakaan dan
merupakan kemampuan mengenali kebutuhan pustakawan perguruan tinggi kurang memperhatikan
informasi, menemukan sumber informasi yang tepat, pentingnya literasi informasi dalam lingkungan
serta cara menggunakan informasi tersebut secara perguruan tinggi, hal ini juga diungkapkan dalam
benar. Kemampuan literasi informasi tersebutlah sebuah penelitian milik Baskoro dan Esterina Jonatan
yang ternyata dibutuhkan dalam sebuah institusi yang berjudul “Kompetensi Literasi Informasi
perguruan tinggi untuk menjalankan tujuannya. Pustakawan Universitas Swasta di Lingkungan
Literasi informasi diharapkan berguna dalam KOPERTIS Wilayah III”. Dari penelitian tersebut
pembelajaran sepanjang hayat yang menjadi tujuan diketahui bahwa, institusi perguruan tinggi
dari perguruan tinggi. Hal tersebut sejalan dengan melakukan literasi informasi hanya 42.31% dari
American Library Association yang mengungkapkan seluruh institusi perguruan tinggi yang ada. (Baskoro
bahwa, kemampuan literasi informasi merupakan dan Esterina Jonatan, 2015). Hal tersebut
komponen kunci dari pembelajaran sepanjang hayat. menunjukan bahwa tidak banyak perguruan tinggi
(American Library Association, 2000). Di Yunani, yang menerapkan pembelajaran literasi informasi
berdasarkan penelitian Korobili dijelaskan bahwa bagi sivitas akademis, terutama mahasiswa.
perpustakaan perguruan tinggi harus mengajarkan Berbeda yang terjadi pada Universitas Katolik
dan mempersiapkan program literasi informasi Soegijapranata, melalui UPT Perpustakaan dan
(Korobili dkk., 2008), karena itu literasi informasi pustakawan telah melaksanakan pembelajaran literasi
harus dipersiapkan pada lingkungan perguruan tinggi informasi bagi anggota sivitas akademik, salah
agar dapat membantu anggota sivitas akademis satunya adalah mahasiswa. Pustakawan memberikan
seperti dosen, mahasiswa dan peneliti untuk pembelajaran literasi informasi dalam berbagai
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan, serta kegiatan khusus untuk membantu mahasiswa dalam
melaksanakan proses penelitian. mempelajari literasi informasi. Pustakawan di
Sebagai salah satu bagian dari sivitas Universitas Katolik Soegijapranata bahkan diberikan
akademis, mahasiswa juga membutuhkan literasi kesempatan oleh fakultas/ prodi untuk mengajarkan
informasi. Kemampuan literasi informasi dapat literasi informasi di dalam kelas sebagai sisipan
membantu mahasiswa untuk berpikir secara kritis matakuliah yang diadakan tiap semesternya. Dalam
(ACRL dalam American Library Association, 2000), upaya menambah kemampuan literasi informasi
sehingga mampu menjawab berbagai pertanyaan mahasiswa, pustakawan bahkan menambahkan
serta persoalan yang dihadapi selama perkuliahan. materi literasi informasi dalam road show
Untuk mendapatkan kemampuan literasi informasi perpustakaan. Bahkan pustakawan juga menerima
tersebut, mahasiswa membutuhkan pendidikan pendampingan personal jika mahasiswa
ataupun pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal membutuhkan konsultasi literasi informasi dengan
tersebut dikarenakan, pengajaran literasi informasi pustakawan secara khusus. Berdasarkan latar
dirasa dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan belakang yang diungkapkan tersebut, peneliti
perkuliahan (Paterson dan CarolynWhite Gamtso, mengajukan penelitian dengan judul “Peran
2017). Dalam perguruan tinggi dosen, pustakawan Pustakawan dalam Pembelajaran Literasi Informasi
dan instruktur lainnya adalah beberapa kandidat yang Mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata”.
dapat memberikan mahasiswa kemampuan literasi Pada penelitian ini, peneliti berusaha
informasi. mengungkapkan peran pustakawan dalam
Pustakawan sebagai ahli informasi dianggap pembelajaran literasi informasi mahasiswa, serta
sebagai kandidat yang cukup kuat untuk membuat menggali pentingnya peran tersebut secara lebih
mahasiswa dapat mempelajari kemampuan literasi mendalam. Berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan Wheeler dan Pamela McKinney yang pendidik dalam menggabungkan literasi informasi
mencoba menginvestigasi pustakawan yang menilai dengan pengajaran dan pendidikan. Dalam
perannya sebagai pengajar literasi informasi hanya mengajarkan literasi informasi ini, pendidik dan
dari sudut pandang pustakawan, dengan pendekatan pustakawan harus mempersiapkan rencana
studi kasus penelitian ini berusaha mengungkapkan pengajaran, media pengajaran, sumber informasi dan
peran pustakawan dalam pembelajaran literasi layanan perpustakaan. (Maitaouthong dkk., 2012).
informasi dari sudut pandang pustakawan dan Melalui literasi informasi, pustakawan dapat masuk
mahasiswa sebagai pihak yang menerima dan berperan sebagai pendidik bagi civitas akademik
pembelajaran literasi informasi. tidak terkecuali mahasiswa perguruan tinggi.
Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh Hermawan dan Zulfikar Zen juga menjelaskan
peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian yang bahwa sebagai pendidik, pustakawan harus
berpusat pada peran pustakawan dan literasi melaksanakan fungsi pendidikan, yaitu mendidik,
informasi dengan metode kuantitatif dan kualitatif mengajar mengembangkan kemampuan berpikir dan
dengan pendekatan fenomenologi maupun survei, melatih. Berdasarkan fungsi tersebut diketahui
sementara pada penelitian ini, metode yang bahwa, mendidik dapat diartikan sebagai
digunakan adalah metode kualitatif dengan mengembangkan kepribadian, mengajar dapat
pendekatan studi kasus. Metode ini dilakukan agar diartikan sebagai mengembangkan kepribadian,
dapat peran pustakawan dalam pembelajaran literasi adapun melatih merupakan mengembangkan
informasi mahasiswa secara lebih mendalam dan keterampilan. Sebagai pelaksana fungsi pendidikan,
menyeluruh. seorang pustakawan harus mampu dan cakap dalam
Tujuan dan permasalahan yang ingin diteliti melaksanakan fungsi tersebut dengan baik.
dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana (Hermawan dan Zulfikar Zen, 2006). Owusu-Ansah
peran pustakawan dalam pembelajaran literasi juga menyatakan bahwa pustakawan selalu mengajar,
informasi mahasiswa Universitas Katolik baik itu yang berada di meja referensi maupun di
Soegijapranata. dalam kelas formal harus menerima peran mengajar
dan keikutsertaannya secara aktif di dalam
2. Landasan Teori pengajaran tersebut. (Owusu-Ansah, 2004 : 12), oleh
sebab itu pustakawan memiliki peran yang cukup
Mahasiswa pada dasarnya sering merasakan kesulitan penting dalam memberikan kemampuan literasi
saat dituntut untuk memenuhi kebutuhan informasi. informasi yang dilaksanakan tidak hanya melalui
Diketahui bahwa mahasiswa mengakui adanya perpustakaan, tetapi juga dalam kelas mahasiswa.
tantangan yang dihadapi seperti saat meneliti, dan Pustakawan dalam menjalankan perannya
jarang mendapatkan manfaat dari layanan pendukung dalam membangun kompetensi literasi informasi
yang tersedia (Beisler dan Ann Medaille, 2016). mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal dalam
Maizatul Akmar Ismail dan Sameem Abdul Kareem pembelajaran literasi yang dilakukan. Pada saat
juga menyatakan bahwa, persoalan awal yang sering melakukan penelitian misalnya, mahasiswa
ditemui mahasiswa terjadi pada saat berhadapan menyatakan bahwa konsultasi penelitian dengan
dengan aktivitas ilmiah, seperti ketika hendak pustakawan dengan cara one-on-one atau satu demi
menemukan kebutuhan informasi untuk kegiatan satu dirasakan lebih efektif untuk dilakukan.
menelitinya. (Ismail dan Sameem Abdul Kareem, Pustakawan juga dapat membantu mahasiswa menilai
2011 : 82). Keadaan tersebut membuat mahasiswa hasil penelitian mahasiswa, yang merupakan
harus memiliki kemampuan dalam mendapatkan, dokumen yang dikontribusikan untuk kumpulan
mengevaluasi dan menggunakan informasi yang pengetahuan dalam berbagai bidang studi. (Paterson
dibutuhkan secara efektif (ACRL dalam Bopp dan dan Carolyn White Gamtso, 2017).
Linda C. Smith, 2011 : 225), oleh sebab itu Pustakawan juga dirasa harus memperhatikan
mahasiswa membutuhkan bantuan pustakawan yang pendekatan yang tepat dalam membangun
dapat membantu dalam memberikan kemampuan kompetensi mahasiswa yang diajar. Seperti penelitian
literasi informasi. yang dilakukan Derakhshan, dkk. kepada mahasiswa
Pustakawan memiliki tugas dalam Library and Information Science, dianjurkan
mengajarkan kemampuan literasi informasi bagi beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
penggunanya, termasuk mahasiswa. Nilsen dalam membangun kompetensi literasi informasi untuk
artikelnya mengungkapkan bahwa, banyak mahasiswanya, yaitu dengan :
perpustakaan perguruan tinggi yang menjadikan
pengajaran literasi informasi sebagai tugas intinya, a. Mengembangkan cara dalam melihat
dan saat itulah pustakawan mendapatkan tantangan masalah;
dalam mencari jalan untuk mengajari mahasiswa. b. Mengembangkan pengetahuan yang
(Nilsen, 2012). Sejalan dengan Nilsen, Maitaouthong, dibutuhkan untuk menemukan informasi;
dkk. menyatakan bahwa pustakawan merupakan c. Mengembangkan kemampuan yang
personel yang penting untuk bekerjasama dengan dibutuhkan untuk menemukan informasi;
d. Menggabungkan konsep-konsep ke dalam 3. Metode Penelitian
basis pengetahuan mereka;
e. Menentukan perilaku penggunaan informasi Pada penelitian ini digunakan desain penelitian
secara etis; kulatitatif, yaitu “penelitian yang berusaha
f. Memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
dalam kegiatan penafsiran. (Derakhshan, interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
dkk., 2015). menurut perspektif peneliti sendiri” (Usman dan
Jadi seorang pustakawan juga harus memperhatikan Purnomo, 2008 : 78). Sementara metode pendekatan
berbagai perannya dalam mengajarkan literasi yang digunakan adalah studi kasus, yaitu sebuah
informasi kepada mahasiswanya dengan cara yang strategi penelitian yang dapat dilakukan peneliti
tepat untuk memberikan kompetensi literasi dengan cara melaksanakan penyelidikan secara
informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. cermat terhadap suatu program, peristiwa, aktivitas,
Konsep yang digunakan adalah konsep peran proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus yang
pustakawan sebagai pengajar dalam literasi informasi dikaji dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
milik Wheeler dan Pamela McKinney (2015) :
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
a. Teacher-librarian
berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake
Pada kategori ini pustakawan menganggap
dalam Creswell, 2014 : 20).
dirinya sama dengan guru/pengajar lainnya.
Pemilihan informan menggunakan teknik
Dalam konsep ini pustakawan merasa
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
mengajar/mendidik menjadi fokus utama
sampel berdasarkan tujuan tertentu, dengan
dalam perannya. Sebagai pendidik,
pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri yang sudah
pustakawan juga menerapkan teori dan tenik
diketahui sebelumnya. (Herdiansyah, 2012 : 105).
pendidikan dalam mengajar.
Kriteria informan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
b. Learning support
a. Mahasiswa
Pada kategori ini pustakawan merasa dirinya
Mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa yang
sama tetapi berbeda dengan guru/pengajar,
pernah mengikuti pembelajaran literasi informasi
yaitu dengan menilai dirinya sebagai
secara langsung dari salah satu aktivitas yang
pengajar tetapi hanya berperan sebagai
diadakan pustakawan, seperti literasi informasi
support staff. Pustakawan dalam kategori ini
pada kelas, pendampingan personal atau road
menilai caranya mengajar literasi informasi
show perpustakaan;
berbeda dengan guru/ pengajar akademisi.
b. Pustakawan
Pustakawan yang terlibat langsung dalam
c. Librarian who teaches
pemberian atau pengajaran literasi informasi.
Pustakawan pada kateori ini pustakawan
menilai dirinya tidak sama sekali sama
Jumlah informan yang digunakan adalah tujuh orang
dengan guru atau bahkan menilai dirinya
dengan rincian:
lebih. Adapun peran mereka dalam mengajar
-pustakawan (1 orang); dan
atau mendidik hanyalah salah satu peran
-mahasiswa (6 orang).
yang mereka miliki, dan tidak menganggap
Karena penelitian ini adalah penelitian
mengajar adalah peran utamanya.
dengan desain penelitian kualitatif deskriptif, maka
metode analisis data yan digunakan adalah model
d. Trainer
analisis milik Miles dan Huberman. Metode analisis
Pada kategori ini pustakawan sama sekali
ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu, reduksi data,
tidak mau menyebut diri mereka guru/
penyajian data, dan verifikasi atau conclusion
pengajar, bahkan mereka tidak mau
drawing (Sugiyono, 2015).
menyebut aktifitasnya sebagai mengajar.
Reduksi data merupakan proses menyeleksi,
Mereka lebih suka menyebut kegiatan
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi dan
mereka sebagai melatih.
mentransformasi data mentah yang terdapat dalam
pencatatan data di lapangan. (Mukhtar, 2013). Dalam
Konsep-konsep peran yang dijelaskan tersebut
penelitian ini, yang dilakukan pertama kali adalah
merupakan cara pandang pustakawan berdasarkan
pengumpulan data mengenai berbagai tanggapan dari
latar belakang lingkungan yang mereka miliki. Teori
berbagai kegiatan literasi informasi yang dilakukan
yang digunakan bukanlah sebagai indikator dalam
pustakawan untuk mahasiswa. Metode pengumpulan
penelitian ini, tetapi hanya sebagai aspek yang ingin
data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
dilihat dalam penelitian.
wawancara dan observasi. Teknik wawancara yang
digunakan adalah teknik wawancara semi-terstruktur.
Sedangkan untuk teknik observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik observasi non- mengajarkan dan mempersiapkan adanya program
partisipan. Jawaban dari informan yang telah literasi informasi. (Korobili dkk., 2008).
diperoleh kemudian dikelompokan dan dianalisa oleh Pustakawan Universitas Katholik
peneliti untuk selanjutnya dilakukan pemilihan dan Soegijapranata diketahui melaksanakan pembelajaran
pencatatan informasi yang sesuai dengan fokus literasi informasi bagi mahasiswa untuk mendapatkan
penelitian, yaitu berbagai data yang dapat literasi informasi yang dapat bermanfaat untuk
mengungkapkan adanya gambaran peran pustakawan menyelesaikan tugas kuliah. Seperti yang diketahui
dalam pembelajaran literasi informasi mahasiswa. peneliti berdasarkan wawancara pra penelitian bahwa
Setelah adanya reduksi, kegiatan selanjutnya pelaksanakan pembelajaran literasi informasi
adalah penyajian data. Penyajian data, dapat dilaksanakan disebabkan pustakawan Universitas
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, Katolik Soegijapranata merasa adanya pola perilaku
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Melalui mahasiswa yang beralih menggunakan sumber
penyajian data dapat terorganisasi, tersusun dalam internet dan jarang memanfaatkan perpustakaan
pola hubungan, sehingga mudah dipahami. secara maksimal. Untuk mendukung pernyataan
(Sugiyono, 2015). Pada penelitian ini penyajian data pustakawan tersebut, peneliti mencoba melakukan
disajikan dalam bentuk narasi atau uraian singkat wawancara dengan beberapa informan mahasiswa
yang terorganisir. Berbagai data yang telah direduksi untuk mengetahui permasalahan literasi informasi
sesuai dengan fokus penelitian, kemudian oleh yang pernah mahasiswa hadapi sebelum adanya
peneliti disajikan dalam bentuk narasi sehingga dapat pembelajaran literasi informasi dan cara mahasiswa
dengan mudah dipahami. menyelesaikan kebutuhan atau permasalahan
Metode analisis data yang terakhir adalah informasinya.
verifikasi. Kesimpulan awal yang telah dibentuk
masih dapat bersifat sementara dan masih dapat 1) Permasalahan Informasi yang Pernah
berubah jika tidak memiliki bukti kuat. Akan tetapi Dihadapi Mahasiswa
kesimpulan awal dapat menjadi kredibel jika
didukung bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti Sebelum adanya pembelajaran diketahui bahwa
kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data. mahasiswa pernah mengalami kesulitan ketika
Kesimpulan yang diharapkan adalah temuan baru menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
yang belum pernah ada sebelumya. (Sugiyono, 2015). informasinya. Seperti yang diungkapkan Akmar
Verifikasi yang dilakukan pada penelitian ini Ismail dan Sameem Abdul Kareem yang menyatakan
dilakukan setelah adanya penyajian data yang telah bahwa, persoalan awal yang sering ditemui
diolah dalam bentuk narasi sudah dapat mahasiswa terjadi pada saat berhadapan dengan
menggambarkan peran pustakawan dalam aktivitas ilmiah, seperti menemukan kebutuhan
pembelajaran literasi. Pada tahap verifikasi ini data informasi untuk kegiatan menelitinya. (Ismail dan
yang telah disajikan akan diverifikasi dengan bukti Sameem Abdul Kareem, 2011 : 82). Permasalahan
pendukung dari teori-teori yang dimiliki dengan informasi yang dimaksud adalah kesulitan yang
bukti-bukti yang ada dilapangan, sehingga dapat dihadapi mahasiswa ketika tidak memiliki literasi
dicapai simpulan akhir yang benar-benar valid. informasi yang cukup baik. Mahasiswa yang ada di
Simpulan yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini Universitas Katolik Soegijapranata tidak jarang pula
dapat mendukung adanya teori yang ada atau menemukan masalah atau kendala berkenaan dengan
menghasilkan temuan baru tentang peran pustakawan kurangnya kemampuan literasi informasi yang
dalam pembelajaran literasi informasi mahasiswa. dimiliki. Salah satu permasalahan literasi informasi
yang pernah dihadapi mahasiswa adalah ketika
4. Hasil dan Pembahasan melakukan pencarian sumber informasi, seperti
dengan menggunakan alat pencarian informasi secara
A. Latar Belakang Pembelajaran Literasi online. Dirasakan pula bahwa mahasiswa pernah
Informasi Mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengakses sumber
informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Era teknologi informasi saat ini menuntut setiap Selain pernah mengalami kesulitan dalam
orang untuk sadar dan lebih kritis akan pentingnya melakukan pencarian informasi, mahasiswa ternyata
penggunaan informasi secara benar dan tepat. juga pernah mengalami kesulitan mengevaluasi
Demikian halnya dengan perguruan tinggi yang berbagai sumber informasi yang telah ditemukannya,
memiliki tujuan mencetak lulusan yang dapat sehingga terkadang mahasiswa pernah menemukan
berpikir kritis, oleh sebab itu mahasiswa sebagai informasi yang tidak relevan atau tidak dapat
calon lulusan perguruan tinggi juga dituntut memiliki dipercaya kebenarannya dan terkadang mengabaikan
kemampuan literasi informasi yang dapat digunakan aturan penggunaan informasi yang benar.
sebagai pembelajaran sepanjang hayat. (American Kurangnya literasi informasi ternyata juga
Library Association, 2000), oleh sebab itu membuat mahasiswa pernah mengalami
perpustakaan perguruan tinggi harusnya dapat permasalahan seperti tidak dapat memenuhi
kebutuhan informasinya. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengetahuan untuk mendapatkan sumber Berdasarkan cuplikan hasil wawancara
informasi yang beragam. tersebut diidentifikasi bahwa pustakawan dapat
Pada dasarnya mahasiswa sering merasakan mengajari mahasiswa untuk mendapatkan
kesulitan ketika dituntut untuk memenuhi kebutuhan kemampuan literasi informasi. Pustakawan mampu
informasinya. Berdasarkan seluruh jawaban yang mengajarkan beberapa kemampuan literasi informasi
diberikan informan, dapat disimpulkan bahwa seperti, mengajarkan strategi pencarian sumber
mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata informasi dan menjelaskan aturan penggunaan
pernah mengalami permasalahan yang berkaitan informasi untuk meminimalisir adanya tindak
dengan literasi informasi. Mahasiswa diketahui plagiasi.
pernah mengalami permasalahan seperti, sulitnya Berdasarkan hasil identifikasi seluruh jawaban
pencarian sumber informasi, pemilihan dan yang diberikan oleh informan, peneliti
penggunaan informasi yang tidak tepat, serta aturan menyimpulkan bahwa mahasiswa Universitas Katolik
penggunaan informasi yang kurang dipahami untuk Soegijapranata mendapatkan menyelesaiakan
tugas perkuliahannya. Dari permasalahan- permasalahan informasinya secara mandiri dengan
permasalahan yang sering dialami tersebut, cara mencoba mencari informasi melalui internet,
mahasiswa tentunya harus memiliki cara untuk dapat setelah itu barulah mahasiswa meminta bantuan
menyelesaikan permasalahan informasinya. orang lain seperti, teman ataupun dosen yang
dianggap lebih berpengalaman. Diketahui pula
2) Penyelesaian Masalah Informasi yang bahwa mahasiswa tidak memiliki kecenderungan
Dilakukan Mahasiswa untuk memaksimalkan perpustakaan ataupun
pustakawan yang sebenarnya memiliki kemampuan
Mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata dalam menyelesaikan atau memenuhi kebutuhan
diketahui pernah memiliki permasalahan informasi. informasinya. Dari keadaan tersebut pustakawan
Adanya permasalahan informasi tersebut membuat mengambil perannya untuk melaksanakan
mahasiswa membutuhkan cara terbaik untuk pembelajaran literasi informasi untuk melatih
menyelesaikan permasalahannya. Dalam mahasiswa agar mendapatkan kemampuan-
menyelesaikan masalah informasinya diketahui kemampuan yang bermanfaat untuk menyelesaikan
bahwa mahasiswa ternyata memiliki kecenderungan tugas kuliahnya. Pernyataan ini sejalan dengan hasil
untuk menggunakan internet dari pada menggunakan penelitian Baro dan Tarela Keboh yang menyatakan
fasilitas yang ada di perpustakaan. bahwa, seorang pustakawan dapat memimpin jalan
Selain mendapatkan menyelesaikan untuk menganjurkan pelatihan literasi informasi di
permasalahan informasi dari pengalaman pencarian dalam universitasnya (Baro dan Tarela Keboh, 2012),
informasi melalui internet, mahasiswa tidak jarang oleh sebab itu pustakawan dirasa dapat mengajarkan
juga mendapatkan menyelesaikan permasalahan literasi informasi kepada mahasiswa.
informasinya dari pihak lain yang lebih
berpengalaman. Mahasiswa juga pernah
mendapatkan bantuan dari pihak lain yang dirasa B. Kegiatan Pustakawan dalam Pembelajaran
lebih paham dan berpengalaman, seperti dosen atau Literasi Informasi
teman yang dirasa memiliki kemampuan lebih. Pustakawan Universitas Katolik Soegijapranata
Ditengarai pula bahwa mahasiswa pada dasarnya dalam mengajarkan literasi informasi melakukan
tidak memiliki kecenderungan untuk datang ke berbagai kegiatan untuk menyukseskan pengajaran
perpustakaan maupun pustakawan untuk meminta literasi informasi yang berjalan, hal ini seperti yang
bantuan mendapatkan kemampuan literasi informasi. diungkapkan Maitaouthong dkk. (2012)
Padahal pada dasarnya pustakawan mengungkapkan bahwa dalam mengajarkan literasi
Universitas Katolik Soegijapranata memiliki potensi informasi, pendidik dan pustakawan harus
yang dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan rencana pengajaran, media
mendapatkan kemampuan literasi informasi sebagai pengajaran, sumber informasi dan layanan
upaya dalam menyelesaikan permasalahan informasi perpustakaan. Pustakawan Universitas Katolik
yang dihadapi mahasiswa, hal ini diketahui dari Soegijapranata diketahui melakukan kegiatan mulai
petikan wawancara yang didapatkan dari salah satu dari persiapan hingga proses mengajar dalam upaya
informan berikut ini, memberikan sarana bagi mahasiswa untuk
mendapatkan literasi informasi. Sebelum melakukan
“Untuk sementara ini, aku belum pernah pengajaran literasi informasi, pustakawan Universitas
mengunjungi pustakawan, tapi sempet pernah Katolik Soegijapranata melakukan beberapa
sekalinya ke perpus terus secara sukarela persiapan. Persiapan yang dapat dilakukan
pustakawan ngajarin cari informasi termasuk pustakawan adalah mempersiapkan diri dengan
menjelaskan agar meminimalisir plagiasinya” kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan,
(Adhi, 3 Juni 2017). mempersiapkan materi, serta mempersiapkan
beberapa tambahan jika terdapat kendala saat C. Peran Pustakawan dalam Pembelajaran
pengajaranan dilaksanakan. Literasi Informasi Mahasiswa di Universitas
Pada kegiatan pengajaran literasi informasi Katolik Soegijapranata
yang dijalankan, pustakawan tentu saja
mempersiapkan materi sebagai bahan untuk diajarkan 1) Peran Pustakawan Sebagai Guru-Pustakawan
kepada mahasiswa. Materi yang dipersiapkan (Teacher- Librarian)
pustakawan biasanya meliputi, materi strategi Pustakawan di Universitas Katolik Soegijapranata
pencarian informasi hingga cara penggunaan saat ini telah mengambil tanggung jawab dalam
informasi. Sebagai pihak yang menerima materi, melaksanakan pembelajaran literasi informasi kepada
mahasiswa mengkonfirmasi bahwa materi yang mahasiswa. Berdasarkan observasi langsung yang
diberikan pada proses pengajaran meliputi strategi dilakukan peneliti dan kegiatan pembelajaran yang
pencarian sumber-sumber informasi dengan telah dibahas pada sub bab sebelumnya tentang
menggunakan e-journal, e-resource perpustakaan kegiatan pustakawan dalam pembelajaran literasi
nasional dan repository dari berbagai universitas. informasi, diketahui pustakawan menggunakan
Selain itu materi yang diajarkan lainnya adalah cara metode ceramah dan praktik, serta menggunakan
untuk mengevaluasi informasi yang relevan, cara peralatan pendukung untuk menunjang penyampaian
sitasi dengan menggunakan aplikasi managemen materi literasi informasi seperti pendidik pada
referensi seperti Mendeley, serta etika penggunaan umunya.
informasi dengan memberikan wawasan dengan cara Walaupun pustakawan melakukan beberapa
penggunaan plagscan sebagai aplikasi pencegahan metode dan peralatan pendukung seperti pengajar
tindak plagiasi. Seluruh materi tersebut pustakawan pada umunya, pustakawan tidak menganggap
sampaikan dengan metode ajar dan perlengkapan mengajar merupakan sebagai tugas intinya.
pendukung agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Pernyataan tersebut didukung dari cuplikan
Pustakawan pun menerapkan beberapa cara wawancara berikut ini,
atau teknik pengajaran dalam upaya mengajarkan
materi yang sudah dipersiapkan agar dapat diterima “Tugas tambahan. Kami memiliki job desk
dengan baik oleh mahasiswa. Seperti pengajaran rutin, tetapi itu menjadi tugas tambahan
pada umumnya pustakawan melakukan ceramah, bagian dari pengembangan profesi.” (Rikarda
tanya jawab dan pratik untuk menjelaskan materi Ratih, 12 Juni 2017).
kepada mahasiswanya. Pustakawan juga
menggunakan beberapa alat bantu seperti laptop, lcd Dari cuplikan wawancara tersebut ditengarai
dan sounds speaker untuk mendukung penyampaian bahwa tugas pustakawan dalam sebagai pendidik
materi. Seluruh metode dan alat tersebut adalah cara khususnya pada program literasi informasi bukan
yang biasa dilakukan untuk melaksanakan pengajaran merupakan tugas inti pustakawan yang ada di
seperti pada umumnya dilakukan pengajar. Universitas Katolik Soegijapranata.
Pada pengajaran pada umumnya biasanya Wheeler dan Pamela McKinney menyebutkan
pendidik akan melakukan tes ataupun evaluasi bahwa sebagai teacher-librarian, pustakawan dinilai
terhadap materi yang diberikan, akan tetapi evaluasi sama dengan guru/pengajar lainnya. Dalam konsep
tidak dilakukan oleh pustakawan dalam kegiatan ini pustakawan merasa mengajar/mendidik menjadi
pengajaran literasi informasi yang dilakukannya. fokus utama dalam perannya. Pustakawan juga
Pustakawan lebih mengandalkan pemberian materi menerapkan teori dan tenik pendidikan dalam
untuk dapat digunakan mahasiswa sebagai pedoman mengajar (Wheeler dan Pamela McKinney, 2015).
dibandingkan melakukan evaluasi untuk menilai Pustakawan Universitas Katolik Soegijapranata
kemampuan mahasiswa. Diketahui pula bahwa untuk diketahui memiliki metode pengajaran seperti
mengetahui sejauh mana kemampuan literasi pendidik pada umumnya, akan tetapi pustakawan
informasi yang dimiliki mahasiswa, pustakawan tidak menganggap mengajar literasi informasi
mendapatkan feedback dari para dosen. merupakan tugas intinya. Dari keadaan tersebut dapat
Pustakawan di Universitas Katolik disimpulkan bahwa pustakawan di Universitas
Soegijapranata diketahui melaksanakan berbagai Katolik Soegijapranata tidak termasuk dalam
kegiatan pembelajaran literasi informasi untuk teacher-librarian.
mahasiswa dalam beberapa program dan kesempatan,
baik itu dalam kelas tambahan, road show 2) Peran Pustakawan Sebagai Pendukung
perpustakaan, maupun secara personal atau face to Pembelajaran (Learning Support)
face antara pustakawan dengan mahasiswa.
Pustakawan di Universitas Katolik Soegijapranata
memiliki penilaian terhadap perannya di era
teknologi informasi saat ini. Pustakawan menilai
bahwa literasi informasi merupakan bagian kegiatan
yang dapat digunakan sebagai pendukung
pembelajaran mahasiswa. Pemaknaan tersebut dengan cara bekerjasama dengan dosen untuk
didapatkan dari jawaban yang diberikan informan mengajarkan literasi informasi dalam matakuliah.
yang merupakan pustakawan Universitas Katolik
Soegijapranata, 3) Peran Pustakawan Sebagai Pustakawan yang
Mengajar (Librarian Who Teaches)
“Kebutuhan informasi pengguna sekarang
kan sudah luar biasa karena mereka Pustakawan Universitas Katolik Soegijapranata telah
generasinya, generasi yang sudah di atas mengambil perannya dalam pembelajaran literasi
kita.Ya memang kalau pustakawan hanya informasi sebagai tugas tambahan dalam upaya
berhenti pada cukup pada proses interaksi di mendukung pembelajaran dan pengembangan
dalam perpustakaan, ya perpustakaan akan di profesi. Pemaknaan penulis tersebut didukung
tinggalkan untuk pengguna atau mahasiswa dengan petikan hasil wawancara dengan Ibu Ratih
yang sudah kekinian dalam menggunakan seperti berikut,
teknologi informasi dan perubahan pencarian
informasinya. Mereka butuh teman belajar, “Tugas tambahan. Kami memilki job desk
dalam hal ini butuh pustakawan yang memang rutin, tetapi itu menjadi tugas tambahan
bisa support dan mendampingi mereka untuk bagian dari pengembangan profesi. Kalau
bisa lancar dalam melakukan proses pustakawan teknis, ya saya mengadakan job
pembelajaran.” (Rikarda Ratih, 12 Juni desk rutin teknis. Na, untuk implementasi
2017). profesi, yaitu tadi ada kegiatan-kegiatan yang
menunjang apa yang sudah kita lakukan. Ya
Bedasarkan cuplikan kutipan wawancara yang itu kan bagian dari upaya kami untuk
diberikan Ibu Ratih dapat diidentifikasi bahwa mendukung proses pembelajaran. Untuk apa
pustakwan di Universitas Katolik Soegijapranata kami memberikan informasi kalau ternyata
tidak berhenti hanya dalam memberikan layanan mahasiswa masih kesulitan untuk bisa
konvensional seperti yang biasa diberikan membuat suatu kalimat ilmiah.” (Rikarda
pustakawan pada umumnya, tetapi juga Ratih, 12 Juni 2017).
menyesuaikan diri dengan era yang saat ini hampir
setiap orang termasuk mahasiswa menggunakan Dari hasil wawancara yang diberikan Ibu
teknologi informasi, sehingga dapat membantu Ratih diidentifikasi bahwa, pustakawan di
mahasiswa dalam pembelajarannya. Berdasarkan Universitas Katolik Soegijapranata melaksanakan
keadaan tersebut dapat ditengarai bahwa pustakawan pengajaran literasi informasi sebagai tugas tambahan
merupakan bagian dari pendukung pembelajaran, selain job desk rutin yang dilakukan. Selain itu
salah satunya dilakukan dengan cara mengajarkan diketahui pula bahwa pengajaran literasi informasi
literasi informasi. merupakan bagian dari pengembangan profesi
Pada observasi yang dilakukan peneliti saat seorang pustakawan. Dengan mengajarkan literasi
kegiatan pengajaran literasi informasi, dapat informasi, pustakawan dapat menjadi pendukung
ditengarai pula bahwa pustakawan di Universitas proses pembelajaran mahasiswa.
Katolik Soegijapranata juga merupakan bagian dari Pustakawan Universitas Katolik
pengajar, khususnya dalam pengajaran literasi Soegijapranata juga ditengarai melakukan pengajaran
informasi. Akan tetapi pustakawan tidak berperan yang tidak biasa dilakukan pengajar lainnya yang
sebagai pengajar utama dan hanya bekerjasama mengajar di dalam kelas, tetapi juga melakukan
dengan dosen untuk mengajarkan kemampuan literasi improvisasi dengan melakukan pembelajaran literasi
informasi di dalam kelas mahasiswa sebagai sisipan dalam kegiatan tambahan yaitu secara personal dan
matakuliah, sehingga dapat ditengarai bahwa dalam road show perpustakaan. Hal tersebut
pustakawan adalah pendukung dalam pembelajaran. diketahui dari hasil pembahasan sub bab kegiatan
Menurut Wheeler dan Pamela McKinney pembelajaran literasi informasi, yang menyatakan
mengungkan bahwa sebagai learning support bahwa pustakawan mengajar pada beberapa
pustakawan merasa dirinya sama tetapi berbeda kesempatan seperti di dalam kelas sebagai sisipan
dengan guru/pengajar, yaitu dengan menilai dirinya matakuliah seperti matakuliah metodologi penelitian,
sebagai pengajar tetapi hanya berperan sebagai metodologi ilmah ataupun penulisan ilmiah.
support staff. Pustakawan dalam kategori ini menilai Pustakawan juga menerima pendampingan khusus
caranya mengajar literasi informasi berbeda dengan secara personal ataupun dalam kelas khusus, serta
guru/ pengajar akademisi. (Wheeler dan Pamela dalam road show perpustakaan.
McKinney, 2015). Berdasarkan aspek tersebut Berdasarkan hasil pembahasan tersebut dapat
pustakawan Universitas Katolik Soegijapranata dapat disimpulkan bahwa mengajar literasi informasi
diidentifikasi sebagai learning support, yaitu dengan bukanlah tugas utama dari pustakawan Universitas
menjadi pendukung pembelajaran dengan Katolik Soegijapranata. Berdasarkan kegiatan yang
mengembangkan layanan, salah satunya dilakukan diselenggarakan pustakawan dalam literasi informasi
ditengarai bahwa, pustakawan melakukan kegiatan menyebut diri mereka guru atau pengajar, bahkan
pengajaran yang berbeda dengan pengajaran pada mereka tidak mau menyebut aktifitasnya sebagai
umumnya yang hanya di dalam kelas, yaitu dengan mengajar dan menyebut kegiatan mereka sebagai
melakukan pengajaran literasi informasi yang melatih. (Wheeler dan Pamela McKinney, 2015).
diselenggarakan dalam road show perpustakaan dan Diketahui bahwa pustakawan di Universitas Katolik
pendampingan secara personal. Dari keadaan tersebut Soegijapranata juga melatih dengan melakukan
dapat diidentifikasi bahwa pustakawan memiliki praktik, dapat disimpulkan bahwa pustakawan juga
peran sebagai librarian who teaches, yang dapat disebut sebagai trainer dalam kegiatan
mengungkapkan bahwa pustakawan menilai dirinya pembelajaran literasi informasi yang
tidak sama sekali sama dengan guru atau bahkan diselenggarakan.
menilai dirinya lebih. Adapun peran mereka dalam
mengajar atau mendidik hanyalah salah satu peran D. Tanggapan Mahasiswa terhadap Kegiatan
yang mereka miliki, dan tidak menganggap mengajar Pustakawan dalam Pembelajaran Literasi
adalah peran utamanya. (Wheeler dan Pamela Informasi
McKinney, 2015).
Mahasiswa ternyata memiliki tanggapan yang
4) Peran Pustakawan Sebagai Pelatih (Trainer) beragam tentang pengajaran literasi informasi yang
pernah diterimanya. Menurut Paterson dan Carolyn
Pustakawan di Universitas Katolik Soegijapranata White Gamtso diketahui bahwa, persepsi mahasiswa
melaksanakan pembelajaran literasi informasi dengan terhadapat pengajaran literasi informasi biasanya
cara melatih dan melakukan persiapan untuk ditentukan dari metodologi pengajaran, serta faktor-
melaksanakan pengajaran. Pernyataan tersebut faktor lain yang berkaitan dengan pendidikan yang
diperkuat dengan cuplikan wawancara berikut ini, diterimanya. (Paterson dan Carolyn White Gamtso,
2017). Demikian pula yang terjadi di Universitas
“memberikan modul atau materi, kemudian Katolik Soegijapranata, mahasiswa diketahui
menginformasikan, memberikan materi, memiliki tanggapan berbeda-beda terhadap cara ajar
mahasiswa praktik.” (Rikarda Ratih, 12 Juni yang dirasakan pustakawan selama pembekalan.
2017). Mahasiswa di Universitas Katolik
Soegijapranata juga diketahui memiliki pendapat
“kita memberikan materi secara langsung, yang positif tentang cara ajar, metode dan media
kemudian power point, kemudian ya contoh- yang digunakan pustakawan dalam mengajar literasi
contoh soal atau contoh-contoh kasus yang informasi. Mahasiswa merasa bahwa pengajaran
berkaitan dengan kegiatan penelusuran yang diberikan pustakawan sangat menyenangkan
informasi.” (Rikarda Ratih, 12 Juni 2017). dan dirasa cukup efektif untuknya. Mahasiswa
merasa bahwa dalam mengajarkan literasi informasi
Dari beberapa kutipan hasil wawancara tersebut pustakwan dinilai sangat sabar ketika menjelaskan
ditengarai bahwa pustakawan juga merupakan materi kepada mahasiswa yang kurang paham
kegiatan yang melatih mahasiswa mendapatkan dan terhadap materi yang disampaikan. Diidentifikasi
memahami literasi informasi. pula bahwa, mahasiswa merasa media yang
Pustakawan di Universitas Katolik digunakan pustakawan sudah cukup mendukung
Soegijapranata melaksanakan pembelajaran literasi pengajaran yang dilaksanakan.
informasi dengan melakukan praktik untuk melatih Selain mendapatkan penilaian yang positif,
mahasiswa kemampuan, beberapa diantaranya seperti terdapat pula mahasiswa yang menilai bahwa cara
cara memngakses berbagai sumber informasi melalui ajar yang dilakukan pustakawan dirasakan kurang
jurnal yang dilanggan perpustakaan, serta cara sesuai. Mahasiswa juga merasa bahwa pustakawan
menggunakan aplikasi sitasi. Hal tersebut seperti kurang memberikan arahan yang maksimal, sehingga
yang didapatkan peneliti dari hasil observasi yang mahasiswa kurang mengerti materi yang disampaikan
dilakukan, diketahui bahwa pustakawan melakukan pustakawan. Hal tersebut karena mahasiswa merasa
praktik tentang cara menggunakan aplikasi metode pengajaran yang diberikan pustakawan
manajemen sitasi Mendeley dan cara mengakses dirasakan kurang menarik untuk diterima. Pengajaran
berbagai sumber informasi seperti e-journal dan yang dilakukan juga dirasa kurang maksimal karena
repository, akan tetapi sayangnya tidak banyak tidak adanya pemberitahuan untuk membawa laptop,
mahasiswa yang mengikuti langkah-langkah praktik sehingga membuat mahasiswa sulit untuk memahami
tersebut secara langsung karena tidak membawa materi karena tidak mempratikannya secara langsung.
laptop. Berdasarkan pernyataan seluruh informan
Berdasarkan peran yang diungkapkan Wheeler dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki
dan Pamela McKinney yang menyebutkan bahwa tanggapan yang berbeda-beda terhadapan pengajaran
pustakawan memiliki peran yaitu trainer, yaitu Pada literasi informasi yang dilaksanakan pustakawan.
kategori ini pustakawan sama sekali tidak mau Sebagai pihak yang menerima pengajaran, tentu bisa
jadi mahasiswa memberikan tanggapan positif “Hal ini relatif, kalo ada karisma dalam
maupun negatif terhadap pengajaran yang dirasakan mengajar menurut saya sah-sah saja, tapi
mahasiswa, ada pula yang merasa senang dengan sayangnya pengalamanku tidak ada karisma
cara ajar yang dilakukan pustakawan dan ada pula sama sekali, jadi sepeti yang sudah saya
yang merasa tidak puas. Tanggapan yang berbeda bilang so bored waktu dengerinnya.” (Adhi, 3
dari tiap mahasiswa tersebut didapatkan karena setiap Juni 2017).
mahasiswa mendapatkan pembekalan literasi
informasi dalam kesempatan yang berbeda-beda, Dari cuplikan wawancara tersebut dapat
sehingga dimungkinkan tanggapan yang dirasakan diidentifikasi bahwa sesuai tidaknya pustakawan
tiap mahasiswa juga berbeda-beda. Akan tetapi untuk mengajarkan literasi informasi tergantung pada
dasarnya pustakawan telah mempersiapkan berbagai karisma dan kompetensinya dalam mengajar. Jadi
persiapan demi kesuksesan pengajaran literasi sesuai atau tidaknya pustakawan dalam mengajar
informasi yang diselenggarakan. dirasakan sebagai hal yang relatif, tergantung pada
Pustakawan di Universitas Katolik baik atau tidaknya kemampuan pustakawan dalam
Soegijapranata telah mempersiapkan dan menyampaikan pelajaran. Jika pustakawan dapat
melaksanakan materi untuk kegiatan literasi memiliki kemampuan ajar yang baik, barulah
informasi sebaik mungkin. Mahasiswa juga telah pustakawan dapat menjadi orang yang tepat dalam
mendapatkan materi-materi literasi informasi yang mengajarkan literasi informasi.
dapat menambah wawasan dalam mendapatkan dan Berdasarkan seluruh jawaban yang diberikan
menggunakan informasi dengan mudah dan benar. seluruh informan mahasiswa diketahui bahwa,
Sebagai pihak yang menerima pelajaran literasi kebanyakan dari mahasiswa menganggap pustakawan
informasi tersebut, mahasiswa ternyata juga memiliki adalah orang yang tepat dalam mengajarkan literasi
penilaiannya sendiri terhadap pustakawan sebagai informasi karena pustakawan dianggap sebagai
pengajar literasi informasi, sebagian besar mahasiswa seorang ahli informasi yang mengerti betul cara
setuju bahwa pustakawan merupakan orang yang mengelolaan dan mendapatkan berbagai informasi,
tepat dalam mengajarkan literasi informasi kepada baik itu yang berada di dalam maupun yang ada di
mahasiswa, penilaian ini diperkuat dengan cuplikan luar perpustakaan. Akan tetapi selain itu, terdapat
hasil wawancara seperti berikut, pendapat lain terhadap pustakawan yang meberikan
materi literasi informasi. Terdapat pendapat yang
“Menurut saya tepat tepat saja, kan menyatakan bahwa peran pustakawan dalam
pustakawan namanya pustakawan dia pasti mengajar literasi informasi dapat diterima, jika
lebih ahli dalam bidang ini dari pada mungkin pustakawan tersebut memiliki karisma dan ilmu
dibandingkan dosen, walaupun dosen juga mendidik yang baik. Sehingga dapat disimpulkan
mengerti sih, juga melakukan dan pula bahwa, mahasiswa memiliki penilaian yang
mempelajari itu tapi mungkin lebih, berbeda-beda terhadap sesuai atau tidaknya
menurutku malah lebih tepat dilakukan oleh pustakwan dalam mengajarkan literasi informasi,
pustakawan dari pada dosen.” (Klara, 7 Juni berbedaan persepsi ini ditengarai didapatkan dari
2017). pengalaman mahasiswa yang berbeda-beda saat
mendapatkan pengajaran dari pustakawan dalam
Dari jawaban yang diberikan beberapa beberapa program.
informan tersebut dapat ditengarai bahwa mahasiswa Sebagai seorang yang ahli dalam informasi,
menganggap pustakawan adalah orang yang tepat pustakawan perguruan tinggi dianggap mampu
untuk mengajarkan tentang literasi informasi. mengajarkan literasi informasi kepada pemustakanya.
Mahasiswa juga menyatakan bahwa sebagai orang Seperti yang diungkapkan Owusu-Ansah yang
yang ahli dalam bidang informasi, pustakawan menyatakan bahwa pustakawan selalu mengajar, baik
disarankan lebih kompeten untuk mengajar literasi itu yang berada di meja referensi maupun di dalam
informasi dibandingkan pengajar yang lain. kelas formal harus menerima peran mengajar dan
Selain adanya penilaian dari mahasiswa yang keikutsertaan secara aktif di dalamnya. (Owusu-
menyetujui bahwa pustakawan adalah orang tepat Ansah, 2004 : 12). Mahasiswa Universitas Katolik
untuk mengajar literasi informasi, di lain pihak Soegijapranata memiliki penilaian yang beragam
adapula informan yang memberikan tanggapan yang tentang suasana yang ideal dalam pembelajaran
sedikit berbeda dengan informan yang setuju literasi informasi, ada diantara mereka yang merasa
terhadap peran pengajaran yang diambil pustakawan. pengajaran yang didapatkan di dalam kelas dirasa
Mahasiswa tersebut merasa bahwa peran mengajar sudah cukup kondusif, dan ada pula yang merasa
kurang tepat diambil jika pustakawan tidak memiliki bahwa harusnya pengajaran literasi informasi
kompetensi dalam mengajar. Pernyataan tersebut dilakukan secara personal antara pustakawan dan
didapatkan dari petikan wawancara salah satu mahasiswa saja. Berikut ini beberapa pendapat
informan berikut ini, terhadap kondisi pengajaran literasi informasi, baik
itu di dalam kelas maupun secara personal yang
diberikan informan melalui beberapa petikan akademis merupakan hal yang penting untuk
wawancara seperti berikut, diterapkan, terutama jika peran tersebut dapat
memberikan dampak yang baik untuk mendukung
“Secara personal, karena itu lebih efektif berbagai kegiatan perkuliahan.
dibandingkan kelas. Karena kalau kelas itu
banyak halangan, banyak godaan, entah E. Dampak Pembelajaran Literasi Informasi bagi
kelasnya engga kondusif, terus entah pengajar Mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata
penyampaiannya engga asik ataupun gimana
jadi mahasiswanya bosen, mungkin ada Pustakawan di Universitas Katolik Soegijapranata
kendala micnya lah atau apapun, jadi lebih diketahui memiliki peran dan tugas tambahan dalam
enak personal.” (Klara, 7 Juni 2017). mengajarkan literasi informasi. Seluruh persiapan
dan pengajaran juga telah dilaksanakan pustakawan
Berdasarkan petikan wawancara informan untuk diberikan kepada mahasiswa. Pengajaran yang
mahasiswa dapat diidentifikasi bahwa, mahasiswa dilakukan pustakawan diketahui memberikan
selaku pihak yang menerima pembekalan literasi pengaruh yang positif bagi mahasiswa dalam
informasi memiliki tanggapan yang berbeda-beda menjalankan kegiatan perkuliahan. Diketahui pula
tentang pengajaran personal atau pun kelas. Beberapa pada saat ini mahasiswa Universitas Katolik
diantara mahasiswa setuju jika diajarkan dalam Soegijapranata secara aktif mengikuti beberapa
sebuah kelas dan beberapa diantaranya lebih setuju kegiatan pengajaran literasi yang diselenggarakan
untuk diajari secara personal karena dirasa lebih oleh pustakawan.
bebas. Terdapat pula informan yang berpendapat Mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata
bahwa pengajaran di dalam kelas dirasa sudah tepat ternyata juga turut aktif dalam mengikuti berbagai
untuk dilakukan, hal ini karena mahasiswa merasa program literasi informasi yang diberikan
penerimaan materi akan lebih menyenangkan jika pustakawan. Banyak dari mahasiswa mengikuti
dilakukan dengan banyak teman. Akan tetapi pembekalan literasi informasi dalam sisipan
kebanyakan dari mahasiswa lebih menyukai jika matakuliah wajib, tidak sedikit pula diantara
mendapatkan pengajaran literasi informasi secara mahasiswa mengikuti kegiatan literasi informasi
personal yaitu, antara pustakawan dan mahasiswa. tambahan, seperti yang diberikan di dalam road show
Sebagai pemustaka yang mendapatkan perpustakaan. Dari beberapa kegiatan yang
pelayanan dari pustakawan, mahasiswa di Universitas diselenggarakan pustakawan tersebut, informan
Katolik Soegijapranata ternyata juga memiliki mahasiswa juga memberikan tanggapan tentang
penilaian yang positif terhadap peran aktif kegiatan mana yang biasa mereka ikuti untuk
pustakawan dalam kegiatan akademis di perguruan mendapatkan pengajaran literasi informasi.
tinggi. Penilaian ini diungkapkan dari hasil cuplikan Mahasiswa seringnya hanya mengikuti kelas literasi
wawancara yang didapatkan peneliti sebagai berikut, informasi yang merupakan sisipan matakuliah yang
wajib diikuti mahasiswa ataupun dalam road show
“Menurutku iya sih sangat disarankan karena perpustakaan yang merupakan program tambahan.
aku yakin temen-temen juga masih ada yang Dengan demikian dapat ditengarai bahwa, mahasiswa
kesulitan dalam, walaupun sudah dikasih ternyata memiliki antusias yang cukup baik dalam
pembekalan sekali tapi kayak menurutku mempelajari literasi informasi dengan mengikuti
masih ada kesulitan untuk melakukan, jadi beberapa program sekaligus yang diselenggarakan
butuh pendampingan lebih aja.” (Klara, 7 pustakawan.
Juni 2017). Keikut sertaan mahasiswa saat ini menunjukan
bahwa mahasiswa memiliki kesadaran yang cukup
Dari jawaban yang diberikan informan yang baik terhadap adanya literasi informasi yang harus
merupakan mahasiswa dapat diidentifikasi bahwa, dimilikinya. Pustakawan di Universitas Katolik
mahasiswa menganggap peran pustakawan yang aktif Soegijapranata bahkan juga menganggap mahasiswa
dalam lingkungan akademis adalah hal yang baik dan saat ini memiliki kemampuan literasi informasi yang
penting untuk diterapkan. Mahasiswa juga merasa baik, hal ini seperti diungkapkan dalam petikan
bahwa pustakawan merupakan orang yang kompeten wawancara peneliti dengan informan sebagai berikut,
dalam mengajarkan literasi informasi. Kegiatan yang
dilakukan pustakawan dalam mengajarkan literasi “Baik, baiknya adalah permintaan literasi
informasi, juga dirasakan mahasiswa sebagai informasi itukan datangnya dari prodi,
kegiatan yang sangat bermanfaat dalam menambah dimana dalam hal ini pengajar sudah
wawasan pemanfaatan informasi yang baik dan tepat. menganggap bahwa mahasiswa perlu
Berdasarkan seluruh jawaban informan dapat dibekali. Jadi literasi informasi itu sudah
disimpulkan bahwa, baik itu pustakawan maupun menjadi kegiatan yang sangat dibutuhkan di
mahasiswa Universitas katolik Soegijapranata fakultas prodi karena manfaatnya sudah
berangkapan peran aktif pustakawan di lingkungan jelas.” (Rikarda Ratih, 12 Juni 2017).
mendapatkan berbagai sumber informasi,
Berdasarkan jawaban informan pustakawan mengevaluasi sumber informasi yang tepat, serta
dapat diidentifikasi bahwa, mahasiswa dinilai memudahkannya dalam melakukan sitasi dengan
memiliki kesadaran terhadap literasi informasi yang aplikasi, seperti Mendeley. Dari instruksi literasi
baik sejauh ini. Pemahaman ini diberikan karena informasi dirasakan dapat membuat mahasiswa
pustakawan melihat banyaknya permintaan dari paham akan aturan penggunaan informasi untuk
fakultas/prodi yang meminta pustakawan untuk mencegah adanya tindak plagiasi. Dengan literasi
membekali mahasiswa dengan pengetahuan literasi informasi pula mahasiswa dirasa mendapatkan
informasi, dari hal tersebutlah pustakawan kemampuan lebih untuk menyelesaikan tugas kuliah
menyimpulkan bahwa kesadaran akan literasi maupun skripsi bagi mahasiswa tingkat akhir. Dari
informasi mahasiswa dirasa baik. mafaat tersebut mahasiswa dapat memahami
Sebagai pihak yang menerima pengajaran pentingnya literasi informasi secara mendalam bagi
literasi informasi, mahasiswa memiliki perkuliahannya.
pemahamannya masing-masing terhadap materi yang Seperti yang diungkapkan ACRL yang
diberikan pustakawan. Ada diantara mahasiswa yang menyatakan bahwa, literasi informasi merupakan
merasa mudah dalam memahami materi tertentu, ada kemampuan yang penting untuk dimiliki seseorang
pula yang menganggap materi tersebut adalah materi dalam menentukan ruang lingkup informasi yang
yang sulit untuk dipahami. Berikut ini hasil ditentukan, mengakses informasi secara efektif dan
wawancara yang diperoleh dari mahasiswa tentang efisien, mengevaluasi informasi dan sumbernya
sejauh mana pemahaman materi literasi informasi secara kritis, menggabungkan informasi terpilih
yang didapatkan, dalam pengetahuan dasar seseorang, memanfaatkan
informasi secara efektif untuk mencapai tujuan
“Mudah sih, materi tadi tentang jurnal jurnal khusus. (ACRL dalam Widyawan, 2012 : 168).
itu, tapi kan karena kita belum Pentingnya kemampuan literasi informasi tersebutlah
mengaplikasikannya secara langsung, yang ternyata dibutuhkan oleh mahasiswa.
mungkin jurnal itu kan perlu ada kode Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
aksesnya, kita perlu terima dulu dari peneliti, diketahui bahwa mahasiswa Universitas
perpustakaan jadi mungkin agak menyulitkan Katolik Soegijapranata saat ini juga telah mengerti
untuk mengaksesnya. Untuk Mendeley karena pentingnya kemampuan literasi informasi untuk
saya sudah pakai ya mudah.” (Nita, 7 Juni dimiliki. Mahasiswa menganggap penting adanya
2017). literasi informasi sebagai cara untuk berpikir secara
kritis dan lebih kreatif, hal ini diketahui peneliti
“Kalau saya mungkin plagscannya bisa, udah. berdasarkan petikan wawancara dengan informan
Tapi untuk kesulitan untuk mungkin Mendeley berikut ini,
karena saya belum mengaplikasikan
Mendeley.” (Klara, 7 Juni 2017). “Menurut saya sih penting sekali karena kita
sebagai mahasiswa, kita harus punya pikiran
Dari jawaban yang diberikan informan yang kritis dan out of the box. Hmm, penting
mahasiswa, diidentifikasi bahwa, mahasiswa sih, penting sekali sih, soale percuma aja
memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam misale kita enggak mudeng dengan sesuatu,
menerima materi yang diberikan. Beberapa dari atau mungkin saat kita mudeng tapi cuma
informan merasa bahwa materi yang mudah dipahami separo-separo gitu kan hasile nanti kita engga
adalah penggunaan Mendeley, akan tetapi ada akan bisa maksimal, seperti itu.”. (Friska,
beberapa diantaranya menganggap bahwa Juni 2017).
penggunaan Mendeley merupakan materi yang dirasa
susah untuk dipahami. Akan tetatapi dari jawaban Dari petikan wawancara tersebut dapat
yang diberikan informan ditengarai bahwa kesulitan diidentifikasi bahwa mahasiswa merasa literasi
yang dialami dikarenakan mahasiswa mudah merasa informasi merupakan kemampuan penting bagi
lupa ataupun kurang mempraktikan kemampuannya. mahasiswa yang diharapkan memiliki pola pikir kritis
Seluruh materi yang didapatkan dan dipahami dan kreatif. Literasi informasi dirasakan dapat
dari pembekalan yang diberikan oleh pustakawan, membuat mahasiswa memiliki pemahaman utuh dari
ternyata dapat memberikan pengaruh terhadap sebuah informasi, sehingga dapat melatih mahasiswa
kemampuan literasi informasi yang dimiliki untuk berpikir kreatif dan kritis dalam memahami
mahasiswa. Pengetahuan pengetahuan yang dipelajari sebuah informasi secara maksimal.
dari materi literasi informasi membuat mahasiswa Selain dapat membuat mahasiswa memiliki
merasa terbantu dalam mengerjakan tugas kuliah dan kemampuan dalam memahami informasi secara lebih
membuat mahasiswa semakin literate terhadap kreatif dan kritis, diketahui pula bahwa literasi
informasi. Pelatihan literasi informasi yang membuat mahasiswa sadar akan teknologi informasi
mahasiswa pelajari sangat membantu dalam yang berkembang saat ini. Dengan kemelekan
teknologi informasi yang dimiliki, mahasiswa dapat memahami informasi secara utuh, membantu
mengatur berbagai literatur yang dimiliki dengan memahami aturan penggunaan informasi yang baik
lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memudahkan dan benar, membantu dalam mengevaluasi sumber
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan ilmiah. informasi, serta membuat mahasiswa melek dalam
Tidak hanya membuat mahasiswa sadar akan menggunakan teknologi informasi yang
penggunaan teknologi informasi, literasi informasi memudahkannya dalam memperoleh informasi
juga dirasakan dapat membantu mahasiswa secara cepat dan efisien. Selain itu, literasi informasi
Universitas Katolik Soegijapranata dalam dirasakan mahasiswa sebagai kemampuan yang dapat
mengevaluasi dan mencari berbagai sumber dimanfaatkan untuk membantu dalam menyelesaikan
informasi. Mahasiswa merasa literasi informasi dapat tugas perkuliahannya. Seluruh pemahaman
membantunya dalam menentukan dan mencari mahasiswa terhadap pentinggnya literasi informasi
berbagai sumber informasi yang benar dan tersebut tentunya tidak terlepas dari pengalaman
terpercaya. Mahasiswa juga merasa bahwa literasi mahasiswa ketika mengalami permasalahan yang
informasi dapat memberikannya kemampuan dalam berkaitan dengan informasi.
menemukan sumber informasi alternatif yang dapat
memperkaya informasi yang dimiliki. 5. Simpulan
Pentingnya literasi informasi ditengarai pula
dapat membantu mahasiswa memahami aturan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam
penggunaan informasi yang baik dan sesuai untuk pembelajaran pembelajaran literasi informasi,
mencegah adanya tindak plagiasi. Pemahaman pustakawan dapat berperan sebagai pendidik literasi
tersebut didapatkan dari petikan wawancara seperti informasi. Pustakawan dinilai sebagai pihak yang
berikut, mampu melaksanakan berbagai kegiatan dan
mengajarkan berberapa kemampuan literasi informasi
“soalnya kan itu juga panduan kita nanti buat yang bermanfaat untuk Berdasarkan aspek yang
tugas akhir atau apa gitu. La, nanti disitu dimiliki Wheeler dan Pamela McKinney (2015)
nanti biar, kalo nanti misal nanti kita asal tentang peran pustakawan dalam mengajar literasi
plagiasi kita engga tahu, malah kita nanti informasi, pustakawan Universitas Katolik
suruh ngulang lagi”. (Mahardika, 1 Juni Soegijapranata dapat berperan sebagai pustakawan
2017). pendukung pembelajaran (learning support),
. pustakawan yang mengajar (librarian who teaches)
Dari petikan hasil wawancara tersebut dapat dan pelatih (trainer). Peran tersebut dibentuk
diidentifikasi bahwa dengan literasi informasi berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
mahasiswa merasa jauh lebih selektif dan teliti untuk dan penilaian pustakawan sendiri.
memahami penggunaan informasi yang sesuai Selain berperan sebagai pengajar dalam
dengan aturan, demi mencegah adanya tindak pembelajaran pembelajaran literasi informasi,
plagiasi dalam pengerjaan tugasnya. pustakawan merupakan pemimpin dalam
Mahasiswa juga merasa bahwa literasi melaksanakan berbagai kegiatan atau program literasi
informasi merupakan kemampuan yang pentingnya informasi. Berbagai kegiatan maupun program
karena dapat digunakan untuk membantu mahasiswa literasi informasi yang dilaksanakan pustakawan
dalam menyelesaikan tugas kuliahnya. Semakin Universitas Katolik Soegijapranat tersebut dapat
bertambahnya jenjang pendidikan yang ditempuh, memberikan mahasiswa kemampuan literasi
semakin besar pula tuntutan tugas yang dihadapi informasi yang bermanfaat untuk tugas kuliahnya.
mahasiswa dalam mengerjakan tugas kuliah secara
mandiri. Adanya tuntutan dalam memahami tugas 6. Daftar Pustaka
kuliahnya secara mandiri ternyata membuat
mahasiswa membutuhkan kemampuan yang American Library Association. 2000. The
menjadikannya lebih ahli dalam melakukan pencarian Information Literacy Competency Standards
informasi, oleh karena itu ditengarai bahwa literasi for Higher Education. Chicago : Illinois.
informasi merupakan bekal yang penting bagi Diunduh melalui
mahasiswa untuk mengerjakan dan menyelesaikan http://www.ala.org/acrl/standards/informationl
tugas perkuliahannya. iteracycompetency. Diunduh pada tanggal 20
Dari jawaban yang diberikan seluruh informan Januari 2017.
yang merupakan mahasiswa dapat disimpulkan
bahwa, mahasiswa Universitas Katolik Baro, Emmanuel E. dan Tarela Keboh. 2012.
Soegijapranata merasa literasi informasi merupakan “Teaching and Fostering Information Literacy
suatu kemampuan yang penting untuk diterapkan Programmes : A Survey of Five University
dalam berbagai aktifitasnya. Mahasiswa juga merasa Libraries in Africa”. The Journal of Academic
bahwa, literasi informasi membuat mereka mampu Librarianship, 38(5), hal.311–315.
untuk berpikir lebih kreatif dan kritis dalam
Baskoro Dhama Gustiar dan Esterina Jonatan. 2015. Cyprus”. Reference Services Review, 36(2),
“Kompetensi Literasi Informasi Pustakawan hal.180–193.
Universitas Swasta di Lingkungan Kopertis
Wilayah III”. Jurnal Pustakawan Online. Maitaouthong, dkk. 2012. “The Roles Of University
Diuduh melalui Libraries In Supporting The Integration Of
http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2015 Information Literacy In The Course
/KOMPETENSI%20LITERASI%20INFORM Instruction”, Malaysian Journal of Library &
ASI%20PUSTAKAWAN%20UNIVERSITA Information Science, 17(1), hal.51–64.
S%20SWASTA%20DI%20LINGKUNGAN
%20KOPERTIS%20WILAYAH%20III.pdf. Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif
Kualitatif. Jakarta : Referensi.
Beisler, Molly dan Ann Medaille. 2016. “The Journal
of Academic Librarianship How Do Students Nilsen, Christina. 2012. “Faculty Perceptions Of
Get Help with Research Assignments ? Using Librarian-Led Information Literacy Instruction
Drawings to Understand Students ' Help in Postsecondary Education”. IFLA. Diunduh
Seeking Behavior”. The Journal of Academic melalui http://conference.ifla.org/ifla78.
Librarianship.
Owusu-Ansah, Edward K. 2004. “Information
Black, Sarah Crest dan Mary Volland Albert. 2001. Literacy And Higher Education: Placing The
“Building a Successful Information Literacy Academic Library in the Center of a
Infrastructure on The Foundation of Comprehensive Solution.” Journal of Academic
Librarian–Faculty Collaboration”. Research Librarianship, 30, hal. 3-16.
Strategies, 8, hal. 215-225.
Paterson, Susanne F dan Carolyn White Gamtso.
Bopp, Richard E. dan Linda C. Smith. 2011. 2017. “Information Literacy Instruction in an
Reference and information service : an English Capstone Course: A Study of Student
introduction. California : Abc-Clio, Llc Confidence, Perception, and Practice”, The
Libraries Unlimited. Journal of Academic Librarianship, 43(2),
hal.143–155.
Creswell, John W. 2014. Research Desaign :
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bandung: Alfabeta.

Derakhshan, Maryam, Mohammad Hassanzadeh dan Usman dan Purnomo S.. 2008. Metode Penelitian
Maryam Nazari. 2015. “Developing Information Sosial. Edited. Jakarta : Bumi Aksara.
Literate Librarians: A Study of LIS Academics
Pedagogical Approaches in the Development of Wheeler, E. and Pamela McKinney. 2015. “Are
Information Literacy Competencies”, The librarians teachers? Investigating academic
Journal of Academic Librarianship. librarians’ perceptions of their own teaching
roles”. Journal of Information Literacy, 9(2),
Herdiansyah, H..2012. Metodelogi Penelitian hal. 111-128.
Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :
Salemba Humanika. Widyawan, Rosa. 2012. Pelayanan Referensi
Berawal dari Senyuman. Bandung : Bahtera
Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Ilmu.
Kepustakawanan : Suatu Pendekatan
Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia.
Jakarta : Sagung seto.

Ismail, Maizatul Akmar dan Sameem Abdul Kareem.


2011. “Identifying How Novice Researchers
Search, Locate, Choose and Use Web
Resources at The Early Stage of Research”.
Malaysian Journal of Library & Information
Science, 16(3), hal. 67-85.

Korobili, Stella, Aphrodite Malliari dan George


Christodoulou. 2008. “Information literacy
paradigm in academic libraries in Greece and

Anda mungkin juga menyukai