Anda di halaman 1dari 8

Saklar Otomatik Berbasis Suhu dan Tekanan

A. Sistem Kendali Semi Otomatis vs Kendali Otomatis

Kendali semi otomastis adalah jenis pengendali yang menggunakan alat kendali
semi otomatis berupa kontak magnetik (bimetal) dan tombol pengaturan dilengkapi
dengan pengaman untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan
motor listrik/komprsor. sedangkan Kendali otomatis adalah jenis kendali yang
menggunakan alat otomatis, yaitu suatu piranti yang dikendalikan oleh sensor-sensor.
Sehingga motor listrik atau kompresor dapat berhenti atau bekerja secara otomatis.

B. Termostat

Termostat adalah suatu perangkat yang dapat memutuskan dan menyambungkan arus
listrik pada saat mendeteksi perubahan suhu di lingkungan sekitarnya sesuai dengan
pengaturan suhu yang ditentukan.

Pada umumnya, Termostat yang digunakan saat ini dapat kita bedakan menjadi dua jenis
utama yaitu: Termostat Mekanikal dan Termostat Elektronik

1. Termostat Mekanikal --> jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor)
yang menggunakan prinsip Electro-Mechanical

Gambar 6.1 Termostat Mekanikal

Prinsip Kerja Termostat Mekanikal

Sebuah Termostat mekanikal terdiri dari dua jenis logam yang berbeda dan
ditempel bersama sehingga menjadi bentuk yang disebut dengan Bi-Metallic strip (atau
Bi-Metal Strip). Dua Strip tersebut akan berfungsi menjadi jembatan untuk
menghantarkan atau memutuskan arus listrik ke rangkaian sistem pemanas atau
pendinginnya.

Pada saat Normal, Strip yang berfungsi sebagai jembatan tersebut akan selalu
dalam kondisi terhubung dan mengaliri arus listrik, rangkaian yang terhubungnya akan
dalam kondisi ON juga. Ketika Strip tersebut menjadi panas, salah satu logam diantaranya
akan mengembang dan merubah bentuk menjadi sedikit melekuk dan akan semakin
melekuk seiring dengan semakin panasnya strip tersebut yang pada akhirnya akan
memisahkan hubungan strip dengan rangkaiannya sehingga aliran listrik ke rangkaian
sistem pemanas atau pendingin juga menjadi terputus atau menjadi kondisi OFF.
Termostat kemudian berubah menjadi kondisi OFF (Switch OFF) atau terjadi pemutusan
arus listrik ke sistem pemanas atau pendingin yang terhubung ke Termostat tersebut.

Pada saat kondisi OFF, tidak ada arus listrik yang mengalir melewat strip Bimetal
tersebut. Secara bertahap Strip Bimetal tersebut akan kembali menjadi dingin. Logam
yang melekuk tadi akan mulai berubah bentuk menjadi bentuk semula sehingga
terhubung kembali dan arus listrik mulai mengalir melewati strip bimetal lagi. Kondisi
Termostat menjadi ON kembali dan rangkaian sistem pemanas ataupun pendingin
menjadi ON lagi.
CARA SETTING / SETEL THERMOSTAT KULKAS

 Cara Setting Thermostat kurang dingin / tidak dingin


Menyetel thermostat yg kurang dingin padahal setelan suhu sudah maksimal yaitu
dengan cara memutar baut ring suhu berlawanan arah jarum jam. Putarlah baut range
blub dengan setengah putaran lalu tunggu hasilnya, kalau masih belum pas, silahkan
putar setengah lingkaran kembali arah berlawanan jarum jam.

 Cara Setting Thermostat yang terlalu dingin


Menyetel thermostat yang terlalu dingin hingga bunga es di evaporator terlalu
cepat tebal dengan cara kebalikan dengan cara diatas, yaitu dengan cara memutar arah
jarum jam setengah lingkaran pada baut range blub suhu.
Tunggu hasilnya dahulu, bila belum pas sesuai dengan yang diharapkan yaitu
mesin compressor tidak mau mati saat suhu tercapai. Silahkan putar kembali searah
jarum jam sebanyak setengah lingkaran.

 Cara Setting Thermostat untuk memperpanjang lama waktu kompresor


hidup kembali.
Cara menyetel thermostat agar compresor tidak cepat hidup kembali dengan cara
memutar baut diferential yang letaknya di dekat pin soket thermostat. Waktu jeda
compresor hidup kembali normalnya sekitar 10 menit sampai 15 menit. Hal ini untuk
memberikan waktu agar tekanan gas refrigrant kembali seimbang agar mesin compresor
pada saat hidup kerjanya tidak terlalu berat.

Demikian cara setting pengatur suhu (thermostat) yang bisa diterapkan pada thermostat
kulkas, freezer, atau showcase.

2. Termostat Elektronik --> menggunakan komponen-komponen elektronika


untuk mendeteksi perubahan suhunya.

Gambar 6.2 Termostat Elektronik (Digital)

Prinsip Kerja Termostat Elektronik

Prinsip Kerja Termostat Elektronik ini sedikit berbeda dengan Prinsip Kerja
Termostat Bi-Metal yang menggunakan konsep Elektro-Mekanikal . Termostat Elektronik
pada dasarnya berbentuk rangkaian elektronika yang terdiri dari berbagai komponen-
komponen elektronika. Komponen utama untuk mendeteksi perubahan suhu adalah
Thermistor yaitu resistor yang nilai hambatannya dapat dipengaruhi oleh suhu
(Temperature) sekitarnya. Thermistor terbagi menjadi dua jenis yaitu Thermistor PTC
dan Thermistor NTC.

Pada saat Thermistor mendeteksi adanya suhu tinggi, resistansi atau hambatan
Thermistor juga akan berubah sehingga rangkaian elektronikanya akan memutuskan
hubungan listrik ke sistem pemanas ataupun pendingin yang terhubung tersebut. Pada
saat Thermistor menjadi dingin kembali, resistansi pada thermistor tersebut juga akan
berubah menjadi normal kembali sehingga rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai
pengendali tersebut akan kembali menyambung aliran arus listrik ke sistem pemanas dan
pendingin sehingga menjadi ON kembali.
Kelebihan dari Termostat Digital atau Elektronik ini adalah lebih hemat energi dan
mencegah pemborosan pada penggunaan listrik. Termostat jenis ini dapat diprogram
sehingga kita dapat melakukan pengaturan suhu sesuai dengan periode yang kita
inginkan.

C. Pressurestat / Pressure switch

Suatu sistem pengontrolan yang digunakan harus mampu memberikan fungsi


proteksi dan pengaman untuk mencegah mesin (sedini mungkin) terhadap bahaya
kerusakan yang fatal. Dalam hal ini sistem kontrol dalam sistem refrigerasi harus mampu
mencegah terjadinya suhu tinggi, beban berlebih, dan tekanan berlebih. Sebagai contoh
High - Low Pressure Control, Oil pressure control, Suction pressure regulator, limit switch,
dan motor overload protection.

Pengontrolan motor listrik untuk keperluan proteksi dengan indikator tekanan refrigerant
dalam suatu unit pendingin dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Low Pressure Control (LPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya
tekanan yang terlalu rendah di dalam sistem;
2. High Pressure Control (HPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya
tekanan yang terlalu tinggi di dalam sistem.

Gambar 6.3. Simbol LPC dan HPC

Kedua jenis alat kontrol ini berfungsi mirip seperti thermostat yaitu menjalankan
dan menghentikan kerja kompresor pada saat kondisi normal atau pada saat terjadi
kondisi yang tidak normal. Hanya saja cara kerjanya berbeda berdasarkan kondisi yang
berbeda. Kalau pada thermostat alat sensornya bekerja berdasarkan suhu sedang pada
pressure control bekerjanya berdasarkan tekanan. Pada thermostat pergerakan
diafragma diakibatkan oleh tekanan gas dari sensing bulb (sensor suhu), sedangkan pada
pressure control pergerakan diafragma diakibatkan oleh tekanan dari saluran hisap dan
saluran tekan dari kompresor.

A. Low Pressure Control (LPC)


Low Pressure Control digunakan sebagai pengontrol kompresor sekaligus pula
sebagai alat pengaman dari tekanan yang terlalu rendah. Bila digunakan sebagai
pengaman, LPC ini akan memutuskan rangkaian dan menghentikan kompresor pada saat
tekanan hisap (suction pressure) dari sistem menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Hal ini bisa disebabkan unit pendingin dengan jumlah refrigerant yang terlalu sedikit
karena adanya kebocoran dalam sistem pemipaan ataupun karena adanya ice block pada
evaporator. Bila tekanan dari saluran hisap ini kembali normal, kontak LPC akan menutup
dan kompresor akan bekerja kembali.

Low Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor
pada saat tekanan refrigerant meningkat, yaitu dengan menghentikan kompresor pada
saat tekanan hisap terlalu tinggi. Low Pressure Control jenis ini disebut dengan Reverse
Acting Low Pressure Control.

B. High Pressure Control (HPC)


HPC biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor dengan
menghentikan kerja kompresor pada saat terjadi gangguan tekanan yang terlalu tinggi
pada saluran tekan. Hal ini dilakukan untuk melindungi rusaknya katup-katup
kompresor dan juga untuk melindungi kerja motor listrik dari beban yang berlebih. Bila
tekanan pada saluran tekan (discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan,
kontak HPC akan terbuka dan memutuskan rangkaian sehingga motor kompresor
berhenti. Bila tekanan turun kembali ke nilai normal, kontak HPC tertutup dan
kompresor bekerja kembali.

Beberapa jenis dari HPC dilengkapi dengan tombol reset sehingga kompresor tidak
dapat bekerja kembali sebelum tombol reset ditekan secara manual. Hal ini digunakan
sebagai pengaman agar kompresor tidak bekerja lagi jika terjadi tekanan yang berlebih
pada saluran tekan.

HPC umumnya digunakan pada sistem refrigerasi komersial dan juga industri.
Karena suhu kondensing dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant
berlainan, maka cut in dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan,
jenis kondensor, dan ambient temperatur dari sistem.

Disamping untuk mengontrol kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai


pengontrol Fan Condensor, pompa air condensor dan selenoid valve. Kontak Reverse
acting HPC akan menutup pada saat tekanan meningkat dan kontak HPC juga akan
membuka pada saat tekanan meningkat. Kondisi reverse acting HPC digunakan untuk
menjaga agar suhu condensing stabil. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada
area dimana ambient temperatur di bawah condensing temperatur.
C. Dual Pressure Control (DPC)
Dual Pressure Control atau ada juga yang menyebutnya dengan High Low Pressure
Control adalah kombinasi antara LPC dan HPC yang diletakkan dalam suatu unit. Jadi
pada piranti kontrol ini terdapat dua set kontak, masing-masing untuk LPC dan HPC. Pada
operasinya, kontak LPC yang normally closed akan terbuka bila terjadi penurunan
tekanan pada saluran suction melebihi batas bawah nilai settingnya. Sedangkan kontak
HPC yang juga normally closed akan terbuka bila terjadi kenaikan tekanan pada saluran
discharge jika melebihi batas atas harga settingnya.

Pada piranti dual pressure control ini terdapat dua buah bellow (diafragma) yang
masing-masing terhubung ke sisi tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi. Diafragma
untuk LPC dan diafragma untuk HPC tersebut terhubung secara mekanik untuk
menggerakkan satu set kontak switch.
Kombinasi dari Low Pressure Control dan High Pressure Control sering pula
digunakan pada suatu sistem pengontrolan yang digunakan sebagai pengaman. Tetapi
Dual Pressure Control dapat pula difungsikan sebagai alat pengontrol kompresor
(Operating Switch).

Anda mungkin juga menyukai