Anda di halaman 1dari 42

Kawasan Teknologi Pendidikan : AECT

1994
Posted on May 30, 2012 by Mirza Ahmad

Enam kawasan dalam teknologi pendidikan


TEORI PRAKTEK
PENGELOLAAN
PENILAIAN
DESAIN
PEMANFAATAN
PENGEMBANGAN

Hubungan antar kawasan dalam bidang pada bagan berikut:

Deskripsi masing-masing kawasan


A.    Kawasan desain
Dalam hal tertentu, kawasan desain mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi
pembelajaran. Beberapa faktor pemicunya adalah:

1) Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning and theArt   of  
Teaching”   disertai   teorinya   tentang   pembelajaran berprogram;

2) Buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of ial” yang membahas karakteristik
umum dari pengetahuan prespektif tentang desain; dan

3) Pendirian pusat-pusat desain bahan pelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resouce
and opment Center” di Universitas Pittsburgh pada tahun 1960an. kurun waktu tahun 1960an
dan 1970an Robert Glaser, direktur dari pusat tersebut, menulis dan berbicara tentang desain
pembelajaran sebagai inti dari teknologi pendidikan (Glaser, 1976).

Banyak landasan psikologi pembelajaran dari kawasan desain berkembang dari asosiasi
dengan Pittsburgh ini. Hal ini bukan hanya karena Pittsburg pakan tempat tinggal Simon,
Glaser dan Pusat Pengembangan, tetapi juga karena makalah Skinner yang berpengaruh
tersebut di atas dipresentasikan pertama kali di Pittsburgh sebelum kemudian dipublikasikan
pada tahun tersebut (Spencer, 1988).
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ialah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro.  seperti program dan kurikulum, dan
pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi desain
sekarang yang mengacu pada penentuan spesifikasi (Ellington dan Harris, 1986; Reigeluth,
1983; Richey, 1986). Berbeda dengan definisi terdahulu definisi ini lebih menekankan pada
kondisi belajar bukarinya pada komponen-komponen dalam suatu sistem pembelajaran
(Wellington, etal.1970).

Jadi, ruang lingkup desain pembelajaran telah diperluas dan sumber belajar atau komponen
individual sistem ke pertimbangan maupun lingkungan yang sistemik. Tessmer (1990) telah
mehganalisis faktor-faktor, pertanyaan-pertanyaan serta alat-alat yang digunakan untuk
mendesain lingkungan.
Kawasan desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek. Cakupan
ini dapat diidentifikasi karena masuk dalam lingkup pengembangan penelitian dan teori.
Kawasan desain meliputi:

(1)Desain sistem pembelajaran;

(2) Desain pesan;

(3) Strategi pembelajaran dan

(4) Karakteristik pebelajar

Definisi dan deskripsi dari masing-masing daerah liputan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Desain Sistem Pembelajaran.


Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi
langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan
penilaianan pembelajaran. Kata “desain” mempunyai pengertian tingkat makro
maupun mikro karena merujuk padapendekatan sistem maupun langkah-langkah
dalam pendekatan sistem. Setiap langkah dalam proses mempunyai landasan teori
dan praktek sendiri seperti halnya pada semua proses DSI. Dalam istilah yang
sederhana, penganalisaan adalah proses perumusan apa yang akan dipelajari
perancangan adalah proses penjabaran bagaimana caranya hal tersebut akan dipelajari
pengembangan adalah proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan
pembelajaran pelaksanaan adalah pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan,
dan penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran. DSI biasanya
merupakan suatu prosedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan
kemantapan. Karakteristik dari proses ini yalah bahwa semua langkah harus tuntas
agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol. Dalam DSI, proses sama
pentingnya dengan produk sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.

2.    Desain Pesan.


Desain pesan meliputi “perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan”
(Grabowski, 1991 : 206). Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan
daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi
antara pengirim dan penerima. Fleming and Levie (1993) membatasi pesan pada pola-
pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif. afektif dan psikomotor.
Desain pesan berurusan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan
visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Karakteristik lain dari desain pesan
ialah bahwa desain harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas
belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda
tergantung pada apakah medianya bersifat statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya
(misalnva, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas tersebut meliputi
pembentukan konsep atau sikap, pengembangan keterampilan atau strategi belajar, atau
hafalan (Fleming, 1987; Fleming dan Levie, 1993).

3.    Strategi Pembelajaran.


Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa
belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Penelitian dalam Strategi
Pembelajaran telah memberikan kontribusi terhadap pengetahuan tentang komponen
pembelajaran. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran
sebagai prinsip pembelajaran. Secara khas, strategi pembelajaran berinteraksi dengan
situasi belajar. Situasi-situasi belajar ini sering dinyatakan dalam model-model
pembelajaran. Model pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang diperlukan untuk
mengaplikasikannya berbeda-beda tergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis
belajar yang diinginkan (Joyce dan Weil, 1972; Merrill, Tennyson, dan Posey, 1992;
Reigeluth, 1978a). Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar, seperti
belajar induktif, serta komponen dari proses belajar/mengajar, seperti motivasi dan
elaborasi (Reigeluth, 1978b).

4.    Karakteristik Pebelajar.


Karakteristik pebelajar adalahzgi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang
berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.   Penelitian mengenai karakteristik
pebelajar sering tumpang tindih dengan penelitian strategi belajar, akan tetapi hal itu
dilakukan dengan tujuan yang berbeda yaitu untuk menjelaskan segi-segi latar belakang
pebelajar yang perlu diperhitungkan dalam desain.   Penelitian mengenai motivasi
merupakan suatu contoh tumpang tindih tersebut. Lingkup strategi pembelajaran
menggunakan penelitian tentang motivasi untuk menentukan desain komponen
pembelajaran.   Lingkup karakteristik pebelajar menggunakan penelitian tentang motivasi
untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang harus diperhitungkan dan untuk
menentukan bagaimana caranya hal-hal tersebut harus diperhitungkan. Oleh sebab itu,
karakteristik pebelajar mempengaruhi komponen pembelajaran yang diteliti dalam ruang
lingkup strategi pembelajaran. Hal tersebut berinteraksi bukan saja dengan strategi tetapi
juga dengan situasi atau konteks dan isi (Bloom, 1976; Richey, 1992).
B.    Kawasan pengembangan
Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.
Kawasan pengembangan mencakup banyak  variasi   teknologi  yang   digunakan  dalam 
pembelajaran. Walaupun demikian, tidak berarti lepas dari teori dan praktek yang
berhubungan dengan belajar dan desain. Tidak pula kawasan tersebut berfungsi bebas dari
penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan. Melainkan timbul karena dorongan teori dan desain
dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif dan praktek. Pemanfaatan serta
kebutuhan pengelolaan. Begitu pula, kawasan pengembangan tidak hanya terdiri dari
perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan
visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan paduan berbagai bagian.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan
teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya
kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya:
·    pesan yarig didorong oleh isi;
·    strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; dan
·    manifestasi ilsik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak dan bahan
pembelajaran.
Ciri yang terakhir ini, yaitu teknologi. merupakan tenaga penggerak dari kawasan
pengembangan. Berangkat dari asumsi ini, kita dapat merumuskan dan menjelaskan berbagai
jenis media pembelajaran dan karakteristiknya. Akan tetapi, janganlah proses ini diartikan
hanya sebagai suatu pengkategorisasian. Sebaliknya, sebagai elaborasi dari karakteristik
prinsip-prinsip teori dan desain yang dimanfaatkan oleh teknologi.
Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: (1) teknologi cetak
(yang menyediakan landasan untuk katego-ri yang lain), (2) teknologi audiovisual, (3)
teknologi berbasis komputer, dan ( 4) teknologi terpadu. Karena kawasan pengembangan
mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan penyampaian, maka suatu bahan dapat
didesain dengan menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi dengan menggunakan yang
lain, dan disampaikan dengan menggunakan yang lain lagi. Deskripsi masing-masing
cakupan dari kawasan pengembangan sebagai berikut.
1.    Teknologi Cetak.
Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan. seperti buku-
buku dan bahan-bahan visual yang statis. terutama melalui proses pencetakan mekanis atau
fotografis. Subkategori ini mencakup representasi dan produksi teks, grafis. dan fotografis.
Bahan cetak dan bahan visual ggunakan teknologi yang paling dasar dan membekas.
Teknologi menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfataan dari kebanyakan bahan
pembelajaran lain. Hasil dari teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer
adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut
tak dalam bentuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran, ini merupakan contoh
penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan bahan visual. Pengembangan
kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori
membaca, pengolahan informasi oleh manusia, dan teori belajar. Bahan pembelajaran yang
tertua dan masih lazim, terdapat dalam bentuk buku teks dimana impresi sensoris
menggambarkan realita melalui ungkapan wahana linguistik dan bahan visual cetak.
Efektivitas relatif dari berbagai derajat kenyataan yang berbeda ditiinjukkan oleh sejumlah
teori yang saling bertentangan (Dwyer, 1972; 1978). Dalam bentuknya yang paling murni,
media visual dapat membawakan pesan yang lengkap, akan tetapi pada kenyataannya
tidaklah selalu demikan yang terjadi dalam kebanyakan proses pembelajaran. Sering,
kombinasi informasi berupa teks dan visual perlu diberikan. Cara bagaimana informasi cetak
dan visual diorganisasikan dapat sangat membantu terjadinya jenis belajar yang diinginkan.
Pada tingkat yang paling dasar. buku teks yang sederhana dapat menyajikan informasi yang
diorganisasikan secara berurutan, dan dengan sangat mudah dapat dilacak secara acak.
Teknologi cetak yang lain seperti pembelajaran terprogram, dikembangkan berdasarkan
ketentuan teoritis dan strategi pembelajaran yang lain. Secara khusus teknologi cetak/visual
mempunyai karakteristik seperti berikut:
·    teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang;
·    keduanya biasanya memberikan   komunikasi satu arah yang pasif (hanya menerima);
·    keduanya berbentuk visual yang starts;
·    pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual;
·    keduanya berpusat pada Pebelajar; dan
·    informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.
2.    Teknologi Audiovisual.
Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual. Pembelajaran audiovisual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan
perangkat keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audiovisual memungkinkan
pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang
berukuran besar. Pembelajaran audiovisual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan
bahan yang menyangkut pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara
eksklusif tidak selalu harus tergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol
sejenis. Secara khusus, teknologi audiovisual memproyeksikan bahan, seperti gambar hidup,
pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang berukuran besar. Pembelajaran
audiovisual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang menyangkut
pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus
tergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis. Secara khusus, teknologi
audiovisual memproyeksikan bahan, seperti 11m, film bingkai dan transparansi. Akan tetapi,
televisi merupakan suatu teknologi yang unik, karena dapat menjembatani teknologi
audiovisual ke teknologi komputer dan teknologi terpadu. Video, manakala diproduksi dan
disimpan sebagai pita video, jelas nerupakan audiovisual karena sifatnya yang linier dan
biasanya dimaksudkan untuk memberikan presentasi secara ekspositori darpada iccara
interaktif. Apabila informasi video direkam dalam cakram video (videodisc), maka informasi
tersebut dapat diakses secara acak dan lebih menampilkan sifat-sifat teknologi komputer dan
terpadu, yaitu tidak linier, dapat diakses secara acak dan dikendalikan oleh pebelajar. Secara
khusus. teknologi audiovisual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·    bersifal linier;
·    menampilkan visual yang dinamis;
·    secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh
desainer/pengembang;
·    cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang nil dan abstrak;
·    dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif; dan
·    sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interak-tivitas belajar Pebelajar.
3.    Teknologi berbasis Komputer.
Teknologi berbasis komputer nerupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan
iengan menggunakan perangkal yang bersumber pada mikro-jrosesor. Teknologi berbasis
komputer dibedakan dari teknologi lain carena memimpan informasi secara elektronis dalam
bentuk digital, jukannya sebagai bahan cetak atau visual. Pada dasamva, teknologi jerbasis
komputer menampilkan informasi kepada pebelajar melalui :ayangan di layar monitor
Berbagai jenis aplikasi komputer biasanya lisebut    “computer-based   instruction    (CBIJ,   
computer-assisted instruction (CAI)” atau “computer-managed instruction (CMI)”. Aplikasi-
aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajarah
terprogram, akan tetapi sekarang lebili banyak berlandaskan pada teori kognitif. (Jonassen,
1988). Jelasnya, ke empat bentuk aplikasi tersebut dapat bersifat tutorial, di mana
pembelajaran utama diberikan; latihan dan perulangan, untuk membantu Pebelajar
mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya; permainan dan
simulasi, untuk member! kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan
sumber data yang memungkinkan pebelajar untuk mengakses sendiri susunan data yang
banyak menggunakan tata-cara pengaksesan (protocol) data yang ditentukan secara ekstemal.
Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak, biasanya
memiliki karakteristik seperti berikut ini:
digunakan    secara acak atau tidak benirutan, di samping secara linier;
dapat digunakan sesuai dehgan keingjnan Pebelajar, maupun menurut cara yang dirancang
oleh desainer/pengembang;
gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol
maupun grafis;
prinsip-prinsip   ilmu  kognitif diterapkan  selama  pengem-bangan; dan
belajar dapat berpusat pada pebelajar dengan tingkat inter-aktivitas yang tinggi.
4.    Teknologi Terpadu.
Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Banyak orang percaya bahwa
teknik yang paling rumit untuk pembelajaran melibatkan perpaduan beberapa jenis media di
bawah kendali sebuah komputer. Komponen perangkat keras dari sistem yang terpadu ini
dapat terdiri dari komputer berkemampuan sangat tinggi dengan memori besar yang dapat
mengakses secara acak, sebuah “internal hard drive”, dan sebuah monitor wama beresolusi
tinggi. Peralatan periferal (pelengkap luar) komputer mencakup: alat pemutar video, alat
penayangan tambahan, perangkat keras jaringan (networking), serta sistem audio. Perangkat
lunak dari teknologi terpadu ini dapat berupa disket video, “compact disk”, program jaringan,
serta informasi digital.    Kesemuanya ini dapai dkendalikan   dalam suatu program belajar
hipermedia yang dijalankan dengan menggunakan sistem thoring’ seperti “HyperCard” atau
“Toolbook?’. Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi ini adanya interaktivitas
pebelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.
Pembelajaran   dengan   teknologi   terpadu   ini   mempunyai karakteristik sebagai berikut:
dapat digunakan secara acak atau tidak berurutan, di samping secara linier;
dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pebelajar, di samping menurut cara seperti yang
dirancang oleh pengembangnya;
gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman Pebelajar,
relevan dengan kondisi Pebelajar, dan di bawah kendali Pebelajar;
prinsip-prinsip ilmu kognitif dan ‘konstruktivisme’ diterapkan dalam pengeinbangan dan
pemanfaatan bahan pembelajaran;
belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan
terbentuk pada saat digunakan;
bahan belajar menunjukkan interaktivitas pebelajar yang tinggi:
sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan tamsil dari banyak sumber media.

C.    Kawasan pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka yang
terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung-jawab untuk mencocokkan pebelajar
dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pebelajar agar dapat berinteraksi
dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan,
memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pebelajar, serta memasukkannya ke dalam
prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Fungsi pemanfaatan penting karena membicarakan kaitan pebelajar dengan bahan atau sistem
pembelajaran. Jelas fungsi ini sangat kritis karena penggunaan oleh pebelajar merupakan
satu-satunya raison d’etre dari bahan pembelajaran. Mengapa kita hams bersusah-payah
dengan pengadaan dan pembuatan bahan apabila tidak akan digunakan ? Kawasan
pemanfaatan ini mempunyai jangkauan aktivitas dan strategi mengajar yang luas.
Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, deseminasi. difusi,
implementasi, dan pelembagaan yang sistematis. Hal tersebut dihambat oleh kebijakan dan
peraturan. Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi ini memperjelas hubungan pebelajar
dengan bahan dan sistem pembelajaran. K.e empat kategori dalam kawasan pemanfaatan
ialah : (1) pemanfaatan media, (2) difusi inovasi, (3) implementasi dan institusionalisasi
(pelembagaan), (4) serta kebijakan dan regulasi.
1.    Pemanfaatan Media.
Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses
pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesiflkasi
desain pembelajaran. Misalnya, bagaimana suatu film diperkenalkan atau “ditindak lanjuti”
dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan
juga dikaitkan dengan karakteristik pebelajar. Seseorang yang belajar mungkin memerlukan
bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari praktek atau
sumber belajar.
2.    Difusi Inovasi.
Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan
untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan. Tahap
pertama dalam proses ini ialah membangkitkan kesadaran melalui desiminasi informasi.
Proses tersebut meliputi tahap-tahap seperti kesadaran. minat, pencobaan dan adopsi.
Menurut Rogers (1983) langkah-langkah difusi tersebut adalah pengetahuaii, persuasi atau
bujukan, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Secara khas, proses tersebut mengikuti
model proses komimikasi yang menggunakan alur multi-langkah termasuk komunikasi yang
menggunakan “gatekeepers” atau penjaga lalu-lintas informasi. misalnya: sekretaris,
perantara. dan “opinion leaders” atau tokoh panutan.
3.    Implementasi dan Pelembagaan.
Implementasi yalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang
sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan yang rutin
dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
Keduanya tergantung pada perubahan individu maupun organisasi. Akan tetapi. tujuan dari
implementasi ialah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Sedang
tujuan dari pelembagaan ialah untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur dan kehidupan
organisasi. Kegagalan yang silam dari projek Teknologi Pembelajaran seperti komputer dan
televisi pembelajaran di sekolah. menekankan pentingnya perencanaan baik untuk perubahan
individu maupun untuk perubahan organisasi (Cuban, 1986).
4.    Kebijakan dan Regulasi.
Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau wakilnya) yang
mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan Teknologi Pembelajaran. Kebijakan
dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Keduanya timbul
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam maupun luar.
Dampak pengaruh tersebut lebih pada praktek dan pada teori. Bidang Teknologi
Pembelajaran telah ikut berjasa dalam penentuan kebijakan tentang televisi pembelajaran dan
televisi masyarakat. hukum hak cipta, standar peralatan dan program serta pembentukan unit
administrasi yang mendukung Teknologi Pembelajaran.
D.    Kawasan pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang teknologi Pembelajaran dan
dari peran kebanyakan para teknolog pembelajaran. Secara perorangan tiap ahli dalam bidang
ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan pengelolaan dalam berbagai latar. seorang
teknolog pembelajaran mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek pengembangan
pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah. Tujuan yang sesungguhnya dari
pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang
mendasarinya relatif tetap sama apapun kasusnya.
Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media dan
pelayanan media Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan
ahli perpustakaan media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan
cetak dan non-cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal
dalam kurikulum. Pada tahun 1976 Chisholm dan Ely menulis buku Media Personnel in
Education: A Competency Approach yang menekankan bahwa administrasi program media
memegang peran sentral dalam khasanah teknologi pembelajaran. Definisi AECT tahun 1977
membagi fungsi pengelolaan dalam pengelolaan organisasi dan pengelolaan personil, seperti
halnya yang dilakukan oleh para administrator dari program dan pusat media.
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran ilalui perencanaan.
pengorganisasian. pengkoordinasian dan supervisi. Pengelolaan biasanya merupakan hasil
dari penerapan atu sistem nilai. Kerumitan dalam mengelola berbagai macam sumber,
personil, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan
membesarnya usaha dari sebuah sekolah atau bagian kantor yang kecil menjadi kegiatan
pembelajaran berskala nasional atau menjadi perusahaan multi-nasional dengan skala global.
terlepas dari besamya program atau proyek Teknologi Pembelajaran yang ditangani. salah
satu kunci keberhasilan yang esensial adalah pengelolaan. Perubahan jarang terjadi hanya
pada tingkat pembelajaran yang mikro. Untuk menjamin keberhasilan dari tiap intervensi
mbelajaran, proses perubahan perilaku kognitif maupun afektif harus terjadi bersamaan
dengan perubahan pada tingkat makro. Para anager program dan projek Teknologi
Pembelajaran yang mencari mber tentang cara bagaimana merencanakan dan mengelola
berbagai model perubahan pada tingkat makro, pada umumnya akan mengalami kekecewaan.
(Greer, 1992; Hannum dan Hansen, 1989; smiszowski, 1981 ).
Secara singkat. ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan : (1) pengelolaan proyek, (2)
pengelolaan sumber, (3) pengelolaan sistem penyampaian dan (4) pengelolaan informasi. Di
dalam setiap subkategori tersebut ada seperangkat tugas yang sama yang harus lakukan.
Organisasi harus dimantapkan, personil harus diangkat dan supervisi. dana harus
direncanakan dan dipertanggungjawabkan, dan fasilitas harus dikembangkan serta dipelihara.
1.    Pengelolaan Proyek.
Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Menurut Rotliwell dan Kazanas (1992), pengelolaan proyek berbeda dengan
pengelolaan tradisional, yaitu organisasi garis & staf (line and staff management). Perbedaan
itu disebabkan karena:
staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka pendek:
pengelola proyek biasanya tidak mempunyai wewenang jangka panjang atas orang karena
sifat tugas mereka yang sementara, dan
pengelola proyek memiliki kendali dan fieksibilitas yang lebih’luas dari yang biasa terdapat
pada organisasi garis dan staf.
Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan. penjadwalan dan pengendalian
fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis projek yang lain. Mereka harus melakukan
negosiasi. menyusun anggaran, membentuk sistem pemantauan informasi, serta menilai
kemajuan. Peran pengelolaan projek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman
projek dan memberi saran perubahan ke dalam.
2.    Pengelolaan Sumber.
Pengelolaan sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem
pendukung dan pelayanan sumber: Pengelolaan sumber sangat penting artinya karena
mengatur pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup personil, keuangan, bahan
baku, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua
teknologi yang telah dijelaskan  pada kawasan  pengembangan.   Efektivtias biaya  dan
justifikasi belajar yang efektif merupakan dua karakteristik penting dari pengelolaan sumber.
3.    Pengelolaan Sistem Penyampaian.
Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian “cara
bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan … Hal tersebut merupakan suatu
gabungan medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi
pembelajaran kepada pebelajar” (Ellington dan Harris, 1986 : 47). Contoh pengelolaan
seperti itu terdapat pada proyek belajar jarak jauh di National Technological University dan
Nova University. Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada permasalahan
produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan teknis lerhadap pengguna
maupun operator. Pengelolaan ini juga memperhatikan permasalahan proses seperti pedoman
bagi desainer dan instruktor atau pelatih. Dari sekian banyak parameter ini keputusan harus
diambil berdasarkan pada kesesuaian karakteristik teknologi dengan tujuan pembelajaran.
Keputusan tentang pengelolaan sistem penyampaian ini sering tergantung pada sistem
pengelolaan sumber.
4.    Pengelolaan informasi.
Pengelolaan informasi meliputi perencanaan. pemantauan dan pengendalian cara
penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya
sumber untuk kegiatan belajar. Cukup banyak tumpang-tindih terjadi antara penyimpanan,
pengiriman/pemindahan dan pemrosesan karena fungsi yang satu sering diperlukan untuk
melakukan fungsi yang lain. Teknologi yang dijelaskan pada kawasan pengembangan
merupakan metoda penyimpanan dan penyampaian. Penyiaran atau transfer informasi sering
terjadi melalui teknologi terpadu. “Pemrosesan adalah pengubahan beberapa aspek informasi
[melalui program komputer] … agar lebih sesuai dengan tujuan tertentu” (Lindenmayer,
1988, hal. 317). Pengelolaan informasi penting untuk memberikan akses dan keakraban
pemakai. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk mengadakan
revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran Pertumbuhan ilmu maupun industri
pengetahuan di luar yang saat ini dapat diakomodasikan menunjukkan bahwa hal ini
merupakan bidang yang sangat penting bagi Teknologi Pembelajaran di masa datang.
Pengelolaan system penyimpanan   informasi   untuk  tujuan  pembelajaran  tetap   akan
terupakan komponen penting dari bidang Teknologi Pembelajaran.

E.    Kawasan penilaian
Penilaian ialah proses penentuan memadai tidabiya pembel-ajaran dan belajar. Penilaian
mulai dengan analisis masalah. Ini merupakan langkah awal yang penting dalam
pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada
langkah ini.
Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, penilaian projek
dan penilaian produk. Masing-masing merupakan jenis penilaian penting untuk perancang
pembelajaran, seperti halnya penilaian fonnatif dan penilaian sumatif. Menurut Worthen dan
Sanders (1987):
Penilaian merupakan penenluan   nilai dari suatu barang.   Dalam pendidikan,  hal  itu 
berarti  penentuan  secara  formal  mengenai  kualitas. efektivitas atau nilai dari suatu
program, produk, proyek, proses, tujuan, atau kurikulum. Penilaian menggunakan metoda
inkuiri dan pertimbangan, termasuk : (1) penentuan standar untuk mempertimbangkan
kualitas dan menentukan apakah standar tersebut harus bersifat relatif atau absolut; (2)
pengumpulan informasi; dan (3) menerapkan penggunaan standar untuk menentukan kualitas
(h. 22-23).
Seperti terlihat pada konsep dasar dari kata ‘penilaian’, kunci konsep tersebut terletak pada
penentuan ‘nilai’. Bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara teiiti, akurat, dan sistematis
merupakan urusan bersama antara evaluator dan klien.
Suatu cara yang penting untuk membedakan penilaian ialah dengan mengklasifikasikannya
menurut obyek yang sedang dinilai. Pembedaan yang lazim ialah menurut program, proyek,
dan produk bahan. Suatu komisi “The Joint Committee on Standards for Educational
Evaluation” (Komisi Gabungan Standar Penilaian Pendidikan) pada tahun 1981 memberikan
definisi untuk masing-masingjenis penilaian ini sebagai berikut:
Penilaian program -. evaluasi yang menaksir kegialan pendidikan yang memberikan
pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam pern usunan kurikulum.
Sebagai conloh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suaru wilayah
persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program
pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas (h. 12).
Penilaian proyek – evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna
melnkukan suaru rugas tertentu dalam suatu kurun waklu. Sebagai conloh, suatu lokakarya
liga hari mengenai lujuan perilaku, atau suatu proyek demontrasi pendidikan karir yang
lamanya tiga tahuan. Kunci perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa program
diharapkan berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya
diharapkan berjangka pendek. Proyek yang dilembagakan dr.lam kenyataannya menjadi
program (h. 12. 13).
Penilaian bahan (produk pembelajaran) – evaluasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi
yang menyangkut benda-benda fisik, termasuk buku, pedoman kiirikulum, film, pita
rekaman, dan produk pembelajaran lainnya yang dapat dipegang. (h. 13)
Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan : (1) analisis masalah, (2) pengukuran
acuan-patokan, (3) penilaian fomiatif dan penilaian sumatif. Masing-masing subkawasan ini
akan dibalias berikut ini.
1.    Analisis Masalah.
Analisis masalah mencakup cara penen-tuan sifat dan parameter masalah dengan
menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Telah lama para
evaluator yang piawai berargumentasi bahwa penilaian yang seksama mulai saat program
tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagai-manapun baiknya anjuran orang, program yang
diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat diterima akan dinilai gagal memenuhi
kebutuhan.
Jadi, kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan. penentuan sejauh mana masalahnya
dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik
pebelajar, serta penentuan tujuan dan prioritas (Seels and Glasgow, 1990). Kebutuhan telah
dirumuskan sebagai “jurang antara ‘apa yang ada’ dan ‘apa yang seharusnya ada dalam
pengertian hasil” (Kaufman, 1972). Sedangkan penilaian kebutuhan adalah suatu studi yang
sistematis mengenai kebutuhan ini. Di sini perlu ada pembedaan yang tegas. Analisis
kebutuhan diadakan bukannya untuk melaksanakan penilaian yang lebih dapat dipertahankan
saat proyek berjalan, melainkan untuk perencanaan program yang lebih memadai.
2.    Pengukuran Acuan-patokan (PAP).
Pengukuran acuan-patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pebelajar
menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran acuan-patokan, yang sering
berupa tes, juga dapat disebut acuan-isi, acuan-tuiuan, atau acuan-kawasan. Sebab, kriteria
tentang cukup tidakma hasil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pebelajar telah mencapai
tujuan. PAP memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan,
sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan. Keberhasilan dalam tes acuan-
patokan berarti dapat melaksanakan kemarnpuan tertentu. Biasanya ditentukan skor minimal,
dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor tersebut dinyatakan lulus tes. Balas
jumlah pengikut tes yang dapat lulus atau dapat mengerjakan tes dengan baik tidak ada,
karena PAP tidak membandingkan antara pengikut tes.
Pengukuran acuan-patokan memberitahukan pada para siswa seberapa jauh mereka dapat
mencapai standar yang ditentukan. Soal-soal acuan-patokan digunakan pada seluruh proses
pembelajaran untuk mengukur apakah prasyarat-prasyarat telah dikuasai. Pengukuran acuan
patokan dapat dipakai untuk menentukan apakah tujuan utama telah dicapai (Seels dan
Glasgow, 1990). Para desainer kurikulum dan pendidik lainnya tertarik pada pengukuran
acuan-patokan ini sebelum Mager menjelaskan tujuan perilaku (Tyler, 1990). Kontributor
pertama terhadap aplikasi pengukuran acuan-patokan dalam Teknologi Pembelajaran berasal
dari gerakan pembelajaran terprogram termasuk James Popham dan Eva Baker (Baker, 1972;
Popham, 1973). Kontributor berikutnya yalah Sharon Shrock dan William Coscarelli (Shrock
dan Coscarelli, 1989).
3.    Penilaian Formatif dan Sumatif.
Penildian formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian
sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan
keputusan dalam hal pemanfaatan.
Penekanan baik untuk penilaian formatif pada tahap-tahap awal dari pengembangan produk,
maupun penilaian sumatif setelah kegiatan pembelajaran merupakan perhatian utama dari
para teknolog pembelajaran. Perbedaan kedua jenis penilaian ini patama kali dikemukakan
oleh Scriven(1967); meskipun Cambre telah menelusuri kegiatan-kegiatan sejenis ini sampat
tahun 1920an dan 1930an dalam pengembangan pembdajaran mdalui film dan radio
(Cambre, yang dikutip dalam Flagg, 1990).
Menurut Michael Scriven (1967): Penilaian formatif dilaksanakan pada vvaktu
pengembangan atau perbaikan program atau produk (atau orang, dsb.). Penilaian ini
dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern;
akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam atau luar atau (lebih baik
lagi) kombinasi. Perbedaan antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan baik dalam
sebuah kiasan dari Bob Slake “Apabila juru masak mencicipi sup, hal tersebul formatif;
apabila para tamu mencicipi sup tersebut. bal tersebut sumatif (h. 56).
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai clan bagi kepentingan pihak luar atau para
pengambil keputusan (sebagai contoh: lembaga penyandang dana, atau calon pengguna,
walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk
gabungan. Untuk alasan kredibiltas. lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada sekedar
merupakan penilaian formatif Hendakn\a jangan dikacaukan dengan penilaian hasil
(outcome) yang sekedar menilai basil, bukannya proses — hal tersebut dapat berupa baik
formatif maupun sumatif (li. 130).
Dalam pengembangan produk, penggunaan penilaian formatif  dan sumatif  khususnya
penting pada berbagai tahap. Pada tahap-tahap awal pengembangan (tes tahap alpha), banyak
macam perubahan dapat terjadi, dan (usaha) penilaian formatif dapat mempunyai jangkauan
yang luas. Saat produk dikembangkan lebih lanjut, balikan jadi lebih khusus (tes beta), dan
rentang alternatif penibalian yang iapat diterima jadi lebih terbatas. Hal ini merupakan dua
buah contoh penilaian formatif. Ketika akhimya produk dilempar ke pasaran dan dinilai oleh
pihak luar, yang bertindak memberikan “laporan konsumen”, tujuan penilaian jelas sumatif
yaitu membantu pembeli memilih suatu produk secara bijak. Pada taliap ini. tanpa penibalian
otal atas produk yang bersangkutan, revisi tidak mungkin dapat diadakan. Jadi, dalam
pengembangan suatu produk, penggunaan peni-aian formatif dan sumatif bervariasi sesuai
dengan tahap perkem-:angannya dan bahwa rentang saran yang dapat diterima dalam suatu
kurun waktu menjadi semakin terbatas.
Metoda yang digunakan dalam penilaian fonnatif berbeda dengan penilaian sumatif. 
Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial. uji-coba dalam kelompok
kecil atau kelompok besar. Metoda pengumpulan data sering bersifat informal, seperti
observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur
dan metoda pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering menggunakan
studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
Keseimbangan antara pengukuran kuantitatif dan kualitatif perlu mendapat perhatian yang
cukup dalam penilaian formatif maupun sumatif. Pengukuran kuantitatif  lazim berhubungan
dengan angka-angka dan biasanya bekerja menurut gagasan pengukuran obyektif.
Pengukuran kualitatif lebih menekankan pada aspek-aspek subyektif dan bersifat pengkajian
proyek. Hasil pengukuran kualitatif biasanya dilaporkan dalam bentuk uraian verbal.

II.    Beda sumber belajar dan media


A.    Sumber belajar
Apa sumber belajar itu?Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar,
baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sumber belajar memiliki fungsi :
a.    Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar
dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban
guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah.
b.    Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)
mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
c.    Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan
pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
d.    Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber
belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
e.    Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara
pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b)
memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
f.    Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi
yang mampu menembus batas geografis.
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
a.    Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b.    Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber
belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat
ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan:
informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru,
instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan
sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk
pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat
keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil,
motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar,
pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk
shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman,
kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
B.    Media pendidikan
pengertian media pembelajaran adalah alat perantara untuk pemahaman makna materi yang
disampaikan guru baik berupa media cetak atau elektronik dan sebagai alat untuk
memperlancar penerapan komponen-komponen sistem pembelajaran, sehingga pembelajaran
dapat bertahan lama, menyenangkan dan efektif.
Ø    Perberdaaan antara media dan sumber belajar dari pengertian diatas adalah
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dirancang maupun tidak yang dapat
digunakan sebagai sumber untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan media merupakan alat
yang digunakan untuk membantu memahami makna dari materi yang dipelajari (disampaikan
guru)

Berikut ini dipaparkan secara singkat kelima kawasan dalam definisi Teknologi Pebelajaran
menurut AECT tahun 1994.

a. Kawasan Desain

Desain adalah proses untuk menentukan kondsi belajar. Tujuan desain ialah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan
pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi desain
sekarang yang mengacu pada penentuan spesifikasi. Berbeda dengan definisi terdahulu,
definisi ini lebih menekankan pada kondisi belajar, bukannya pada konponen-komponen
dalam suatu sistem pembelajaran. Jadi, ruang lingkup desain pembelajaran telah diperluas
dari sumber belajar atau komponen individual sistem ke pertimbangan maupun lingkungan
yang sistemik.

Kawasan desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek. Cakupan
ini dapat diidentifikasi karena masuk dalam lingkup pengembangan penelitian dan teori.
Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi
pembelajaran, dan karakteristik pebelajar.

Desain sistem pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-
langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian
pembelajaran. Desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk pesan. Hal
tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima
pesan. Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan
peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Karakteristik pebelajar
adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas
proses belajarnya.

b. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Pengembangan adalah proses
penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan mencakup
banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Walaupun demikian, tidak
berarti lepas dari teori dan praktek yang berhubungan dengan belajar dan desain.

Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak (yang
menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audio visual, teknologi
berazaskan komputer, dan teknologi terpadu. Karena kawasan pengembangan mencakup
fungsi-fungsi desain, produksi, dan penyampaian, maka suatu bahan dapat didesain dengan
menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi dengan menggunakan yang lain, dan
disampaikan dengan menggunakan yang lain lagi. Sebagai contoh, spesifikasi desain pesan
dapat diterjemahkan menjadi skrip atau storyboard atau papan ceritera dengan menggunakan
teknologi berazaskan komputer, kemudian skrip atau storyboard atau papan ceritera dapat
diproduksi dengan menggunakan teknologi terpadu, seperti halnya multimedia interkatif.

Kategori kawasan pengembangan ini mencerminkan perkembangan kronologis dari


teknologi. Keempat kategori kawasan pengembangan adalah teknologi cetak, teknologi audio
visual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu.

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan seperti buku-
buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau
fotografis. Subkategori ini mencakup representasi dan reproduksi teks, grafis dan fotografis.
Teknologi audio visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual. Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan
bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Teknologi
berbasis komputer dibedakan dari teknologi lain karena menyimpan informasi secara
elektronis dalam bentuk digital, bukannya sebagai bahan cetak atau visual. Beberapa jenis
aplikasi komputer biasanya disebut Computer–Based Instruction (CBI), Computer-Assisted
Instruction (CAI), atau Computer-Managed Instruction (CMI). Teknologi terpadu merupakan
cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media
yang dikendalikan komputer. Peralatan periferal (pelengkap luar) komputer mencakup alat
pemutar video, alat penayangan tambahan, perangkat keras jaringan (networking), serta
sistem audio.

c. Kawasan Pemanfaatan

Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua di antara


kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audio visual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran yang
sistematis. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Dengan demikian, pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, desiminasi, difusi,
implementasi, dan pelembagaan yang sistematis. Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi
ini memperjelas hubungan pebelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran. Kawasan
pemanfaatan meliputi empat kategori, yakni pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi
dan institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi.

Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses
pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan bedasarkan pada spesifikasi
desain pembelajaran. Implementasi ialah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Pelembagaan ialah penggunan yang
rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
Tujuan implementasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam
organisasi, sedangkan tujuan pelembagaan adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam
struktur dan kehidupan organisasi. Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari
masyarakat (atau wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan
Teknologi Pembelajaran. Bidang Teknologi Pembelajaran telah ikut berjasa dalam penentuan
kebijakan tentang televisi pembelajaran dan televisi masyarakat, hukum hak cipta, standar
peralatan dan program, serta pembentukan unit administrasi yang mendukung Teknologi
Pembelajaran.

d.Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan merupakan pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,


pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi. Ada empat kategori dalam kawasan
pengelolaan, yaitu pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem
penyampaian, dan pengelolaan informasi.

Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Peran pengelolaan proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi
ancaman proyek dan memberi saran perubahan ke dalam. Pengelolaan sumber mencakup
perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber.
Pengelolaan sumber sangat penting artinya karena mengatur pengendalian akses. Pengelolaan
sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian cara bagaimana
distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan. Pengelolaan informasi meliputi perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan
informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.

e. Kawasan Evaluasi

Evaluasi adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Dalam
kawasan ini dibedakan pengertian antara evaluasi program, evaluasi proyek, dan evaluasi
produk. Evaluasi program adalah evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang
memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan
kurikulum. Evaluasi proyek adalah evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara
khusus guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu. Evaluasi produk atau
bahan pembelajaran adalah evaluasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi yang
menyangkut benda-benda fisik, termasuk buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman, dan
produk pembelajaran lainnya.

Dalam kawasan evaluasi terdapat empat kategori, yakni analisis masalah, penilaian acuan-
patokan, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Analisis masalah mencakup cara penentuan
sifat dan parameter masalah dengan menggunakan srategi pengumpulan informasi dan
pengambilan keputusan. Penilaian Acuan Patokan (PAP) meliputi teknik-teknik untuk
menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya.
Evaluasi formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Evaluasi sumatif
berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan
dalam hal pemanfaatan.

kawasan teknologi pendidikan

MAKALAH
”Kawasan Teknologi Pendidikan”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teknologi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Kurnia Hidayati M.pd

Disusun oleh :

Uswatun Hasanah Nim: 210611061

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PONOROGO

2012
PENDAHULUAN

Teknologi pendidikam merupakan suatu bidang kajian khusus ilmu pendidikan dengan objek
formal “belajar”. belajar bukan hanya dilakukan oleh dan untuk individu, melainkan oleh dan untuk
kelompok, bahkan juga diperuntukkan oleh organisasi secara keseluruhan. Dengan adanya teknologi
pendidikan, maka kita dapat belajar di mana saja, kapan saja, pada siapa saja, mengenai apa saja,
dengan cara dan sumber dari mana saja. Dan di sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.

Tujuan utama teknologi pendidikan salah satunya adalah untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Teknologi pembelajaran juga sebagai perangkat lunak (software
technology) yang berbentuk cara-cara sistematis dalam memecahkan masalah pendidikan semakin
canggih dan mendapat tempat secara luas dalam dunia pendidikan. Dengan demikian aplikasi praktis
teknologi pendidikan dalam memecahkan suwatu masalah belajar mempunyai bentuk kongret dengan
danya sumber belajar yang memfasilitasi peserta didik.

Teknologi pendidikan tumbuh dan berkembang dari praktik pendidikan dan gerak komunikasi
audiovisual. Teknologi pendidikan semula di lihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan
penggunaan peralatan, media dan dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau kegiatan
pembelajara dengan audiovisual. Teknologi pendidikan merupakan gabungan dari tiga aliran yang
saling berkepentingan yaitu media pendidikan, psikologi pembelajaran, dan pendekatan system untuk
pendidikan.

Teknologi pendidikan berupaya untuk merancang, mengembangkan, dan memanfaatkan aneka


sumber belajar sehingga dapat memudahkan atau memfasilitasi seseorang untuk belajar di mana saja,
kapan saja, oleh siapa, dan dengan cara dan sumber belajar apa saja yang sesuai dengan kebutuhanya.
Berdasarkan perkembangan dalam bidang teknologi pendidikan dan disiplin ilmu lainya, yang relevan
dengan landasan teori pembelajaran, kemungkinan ke depan akan semakin berkembang mengenai
kawasan dan ruang lingkup beserta kategori teknologi pendidikan.

PEMBAHASAN

A.Kawasan teknologi pendidikan

Teknologi pendidikan sebagai teori dan praktik secara faktual yang telah menjadi bagian
integral dari upaya pengembangan sumber daya manusia khususnya pada sistem pendidikan dan
pelatihan.1[1] Idealnya setiap teknologi pendidikan / pembelajaran terutama yang memperoleh
pendidikan akademik perlu menguasai beberapa kawasan teknologi pendidikan. 2[2]

Pembahasan kawasan teknologi pendidikan mencangkup konsep-konsep para ahli yang di anggap
menonjol dan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan teknologi pendidikan secara umum.
Yang dijelaskan oleh Organisasi profesi Assosiation for Educational Communication and Technology
(AECT) dan menurut Davies (1978).

2
a.       Kawasan menurut Davies (1978)
Davies merumuskan bahwa teknologi pendidikan sesuai dengan gejala pendidikan yang di amati.
Pembahasan davies juga dirangkum dari kumpulan tulisan klasik yang di sunting oleh Ely dan plomp,
(1995:19-21).
Davies merumuskan tiga pendekatan sehubungan dengan bidang garapan atau kawasan teknologi
pendidikan. Rumusan davies berikut meliputi pendekatan perangkat keras (hardware), pendekatan
perangkat lunak (software), dan perpaduan pendekatan perangkat keras dan perangkat lunak. Berikut
uraianya :
1.      Pendekatan perangkat keras (hardware)
Pendekatan ini mengusahakan kegiatan guru yaitu mengajar dengan memanfaatkan penggunaan
perangkat keras. Penggunaan perangkat keras di maksudkan agar terjadi otomatisasi atau proses
mekanistik dalam kegiatan belajar mengajar.
Perangkat keras digunakan untuk menyampaikan dan menyebarkan materi belajar, memproduksi
materi dan seterusnya. Selain itu, adanya pemanfaatan perangkat keras, dalam hal ini, menggunakan
berbagai bentuk media massa seperti TV atau kaset audio, ditargetkan untuk menampung siswa dalam
jumlah yang lebih besar dari biasa, dengan tidak mengurangi efisiensi proses belajar. Semua upaya
harus tetap mengacu pada efektifitas pembiayaan, terutama pembiayaan yang berasal dari siswa.
2.      pendekatan perangkat lunak (software)
pada tahap ini teknologi pendidikan “meminjam” teori dari ilmu prilaku yang ditetapkan untuk
mengatasi kesulitan belajar. Teori lain yang di tetapkan adalah teori instruksional. Teori ini membahas
cara-cara memperbaiki, memperbaharui, atau merancang situasi yang betul-betul di butuhkan oleh
siswa. Penggunaan perangkat keras mesin-mesin, atau yang bersifat mekanistik sangat terbatas,
berfungsi hanya sebagai bagian dari penyajian materi oleh guru.
3.      Pendekatan perpaduan perangkat keras dan perangkat lunak
Pendekatan ini menolak model terapan pengembangan sistematik sebagai satu-satunya penyelesaian
masalah secara sistematik. Pendekatan perpaduan menerapkan sistem analisis dalam pendidikan dan
kegiatan instruksional. Penerapan sistem analisis dianggap mampu mengurangi bias terhadap individu
siswa sehingga siswa dapat berperan dalam kelompoknya dengan dinamis. Selain alasan tadi
pendekatan perpaduan di anggap lebih manusiawi serta integratif (terpadu) dengan kondisi belajar
mengajar sehari-hari.kerangka pendekatan berada pada lingkup sistem (system boundary) dengan
mencermati seluruh faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar (PBM). Faktor tersebut
diantaranya siswa (motivasi belajar serta kemamapuan akademik), guru, lingkungan sekolah, materi
atau kurikulum serta tujuan belajar.3[3]
b.      Kawasan menurut Assosiation for Educational Communication and Technology (AECT)
Skema kawasan yang diuraikan oleh AECT (1977 dan 1994) melekat satu sama lain Visualisasi
kawasan dan bidang garapan menjadi satu, namun mencerminkan keduanya. Perbedaanya terletak
pada cara pandang konsep kawasan terpisan dari konsep bidang garapan. Dengan demikian kawasan
dibahas seiring dengan penjabaran bidang garapan.
1.      Kawasan AECT 1997
Teknologi pendidikan, teknologi intruksional, sumber belajar, komponen bidang garapan:
rancangan, pengembangan, evaluasi, sumber belajar, peserta didik.
Salah satu cirri khas dari bidang garapan yang di rumuskan Tim khusus AECT tahun 1977 adalah
penekanan model kawasan pada usaha mengabsahkan pekerjaan yang menonjolkan “lahan” yang
dapat di garap oleh para praktisi teknologi pendidikan.sebagaimana biasanya, proses belajar menjadi
factor utama dalam proses belajar dan pendidikan. Seperti telah di sebutkan sebelumnya, teknologi
pendidikan di rumuskan sebagai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan teknologi intruksional.

3
Rumusan ini mengacu pada konsep bahwa proses intruksional menjadi bagian proses pendidikan.
Seperti skema kawasan Teknologi Intruksional(AECT 1977) berikut:

Fungsi pengelolaan Fungsi Komponen sistem Peserta didik


intruksional pengembangan intruksional pesan, siswa
Pengelolaan intruksional orang, materi,
organisasi Teori dan penelitian peralatan teknik,
pengelolaan produksi, evaluasi, setting/ pengaturan.
pegawai pemilihan logistic,
pemanfaatan
penyebaran.

Peran Kawasan

Assosiation for Educational Communication and Technology (AECT) mendefinisikan 5 domain


Teknologi pndidikan yaitu design, development, utilization, management and evaluation. Pada tiap
domain juga terdiri atas beberapa sub domain. Kawasan teknologi pendidikan membagi banyak
kesamaan dalam mendefinisikanya dan memperkuat landasanya, sebagaimana keilmuan lainya dan
aplikasi keilmuan sosial (Luppicini, 2005). Definisi yang di kutip Luppicini (2005) tentang konsep
kawasan teknologi pendidikan adalah suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan sistem
pemecahan masalah memanfaatkan peralatan, teknik, teori dan metode dari berbagai banyak bidang
pengetahuan, untuk :

a.       Merancang, mengembangkan dan menilai, efektifitas dan efisiensi sumber manusia dan mesin dalam
memfasilitasi dan mempengaruhi semua aspek pembelajaran.

b.      Pedoman agen perubahan perubahan sistem dan praktek dalam hal untuk membagi dalam
mempengaruhi perubahan dalam social.

Dalam perkembangan terakhir, teknologi pendidikan yang di definisikan sebagai teori dan praktik
dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian proses, sumber,
dan sistem untuk belajar. Definisi tersebut mengandung pengertian adanya empat komponen dalam
teknologi pembelajaran yaitu :

a. Teori dan praktik

b. Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian

c. Proses sumber dan sistem

d. Untuk belajar4[4]

Hubungan antar Kawasan

Kawasan teknologi pembelajaran merupakan rangkuman wilayah utama yang merupakan dasar
pengetahuan bagi setiap kawasan. Para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu kawasan meskipun
para peneliti tersebut, dapat memfokuskan diri pada satu kawasan atau cakupan dalam kawasan

4
tersebut, mereka menarik mafaat teori dan praktik dari kawasan yang lain. Hubungan antara kawasan
sebagai berikut:5[5] 

2.  Kawasan berdasarkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT (2008)


Definisi terbaru tahun 2008 merupakan pengembangan dari kawasan sebelumnya, dan tiap
kawasan melanjutkan perkembangannya. Definisi 2008 sudah lebih spesifik karena menekankan pada
studi dan etika praktek. Berikut definisi teknologi pendidikan menurut AECT 2008 “educational
technology is the study and ethical practice of facilitating lerning and improving performance by
creating, using, and managing appropriate technological process and resource” bahwa teknologi
pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan
kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses serta sumber daya teknologi.
(Januszewski and Molenda, 2008:1). Kawasanya terdiri dari :

a.       Study
b.      Praktik etis
c.       Memfasilitasi
d.      Pembelajaran
e.       Improving
f.       Performance (meningkatkan)
g.      Appropriate (yang layak)
h.      Teknologi
i.        Proses
j.        Sumber

PENUTUP

Kesimpulan

5
konsep kawasan teknologi pendidikan adalah suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan
sistem pemecahan masalah memanfaatkan peralatan, teknik, teori dan metode dari berbagai banyak
bidang pengetahuan, untuk :

a.       Merancang, mengembangkan dan menilai, efektifitas dan efisiensi sumber manusia dan mesin dalam
memfasilitasi dan mempengaruhi semua aspek pembelajaran.

b.      Pedoman agen perubahan perubahan sistem dan praktek dalam hal untuk membagi dalam
mempengaruhi perubahan dalam social.( Luppicini:2005 )

Dalam perkembangan terakhir, teknologi pendidikan yang di definisikan sebagai teori dan praktik
dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian proses, sumber,
dan sistem untuk belajar.

Kawasan teknologi pendidikan menurut Davies (1978)

Davies merumuskan tiga pendekatan sehubungan dengan bidang garapan atau kawasan teknologi
pendidikan. Rumusan davies berikut meliputi :

1.      pendekatan perangkat keras (hardware)

2.      pendekatan perangkat lunak (software)

3.      dan perpaduan pendekatan perangkat keras dan perangkat lunak

kawasan teknologi pendidiksn menurut AECT (1977)

Kawasan Teknologi pendidikan terdiri dari, teknologi intruksional, sumber belajar, komponen
bidang garapan: rancangan, pengembangan, evaluasi, sumber belajar, peserta didik.

Salah satu ciri khas dari bidang garapan yang di rumuskan Tim khusus AECT tahun 1977 adalah
penekanan model kawasan pada usaha mengabsahkan pekerjaan yang menonjolkan “lahan” yang
dapat di garap oleh para praktisi teknologi pendidikan.

Kawasan berdasarkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT (2008)

Yaitu studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja
melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses serta sumber daya teknologi.kawasanya
meliputi : (a) Study, (b) praktik etis,(c) memfasilitasi, (d) pembelajaran, (e) impoving, (f)
Performance (meningkatkan), (g) Appropriate (yang layak), (h) Teknologi, (i) proses, (j) sumber.

Kawasan dan Bidang Garapan Teknologi Pendidikan

1. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Bentuk dan cara
pendidikan itu telah mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan
kebutuhan.

Teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang sebagai
bidang kajian di Amerika Serikat. Jika kita berpegangan kepada konsep teknologi sebagai
cara, maka awal perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal
peradaban, dimana orang tua mendidik anaknya dengan cara memberikan pengalaman
langsung serta dengan memanfaatkan lingkungan. Sampai saat ini masih beragam pengertian
dari teknologi pendidikan jadi perlu diperjelas lagi apa pengertian teknologi pendidikan dan
apa saja kawasan dan bidang garapan teknologi pendidikan.

1. Rumusan Masalah
2. Apakah yang dimaksud dengan teknologi pendidikan?
3. Apa sajakah yang merupakan kawasan teknolgi pendidikan?.
4. Bagaimana hubungan antar kawasan teknologi pendidikan?.
5. Bagaimana deskripsi masing-masing kawasan dan juga deskripsi masing-masing subkawasan
teknologi pendidikan?

1. PEMBAHASAN

1. Pengertian teknologi pendidikan

Ada beberapa pengertian teknologi pendidikan:

1. Menurut Nasution (1987 : 20) Teknologi pendidikan adalah media yang lahir dari
perkembangan alat informasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan.
2. Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem- sistem,
teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia
(Nasution, 1987 : 7)
3. Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah mencari jalan
pemecahanya, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang
menyangkut semua aspek belajar manusia. (Miarso, 1986 : 1)
4. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang garapan khusus yang berkepentingan
mengatasi permasalahan belajar pada manusia, dengan memanfaatkan berbagai macam
sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep sistem dalam usasha pemecahannya
itu.
5. Definisi awal Teknologi Pendidikan (1920), teknologi pendidikan dipandang sebagai media,
media ini sebagai media pembelajaran visual yang berupa film, gambar, dan tampilan media
ini menampilkan suatu mata pelajaran.
6. Teknologi Pendidikan (1960) dipandang sebagai suatu cara untuk melihat masalah
pendidikan dan menguji kemungkinan- kemungkinan solusi dari permasalahan tersebut.
7. Teknologi pendidikan (1970) adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam
bentuk tujuan belajar yang spesifik.
8. Menurut AECT (1972) Teknologi pendidikan adalah satu bidang atau disiplin dalam
memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengorgnasiasian dan
pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses
kesemuanya itu.
9. Menurut AECT (1977) Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi
meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek
belajar manusia.
10. Menurut AECT (2004) Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan,
menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang
tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif,
efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.

Dari pendapat- pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu
cara untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan menggunakan media dan pendayagunaan
teknologi yang didesain secara sistematis.

1. Kawasan Teknologi Pendidikan

Menurut Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey (1994) teknologi pendidikan dirumuskan
dengan berlandaskan lima bidang garapangkan yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan,
Pengelolaan, dan Penilaian. Sedangkan menurut Miarso (2011:201) kawasan teknologi
pendidikan meliputi Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, Penilaian dan
penelitian.

1. Hubungan Antar Kawasan Teknologi Pendidikan

Masing-masing kawasan teknologi pendidikan bersifat saling melengkapi dan setiap kawasan
memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang
digunakan bersama oleh semua kawasan.

1. Deskripsi Masing-masing Kawasan Teknologi Pendidikan

1)   Kawasan Desain

Beberapa faktor pemicu kawasan ini adalah :

a) Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning and the Art of Teaching”
disertai teorinya tentang pembelajaran berprogram;

b) Buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of Artifisial” yang membahas
karakteristik umum dari pengetahuan preskriptif tentang desain; dan

c) Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning


Resource and Development Center” di Universitas Pittburgh pada tahun 1960an (Barbara B.
Seels, dan Rita C. Richey, 1994:30-31).

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain adalah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan
pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul (Barbara B. Sells, Rita C. Richey, 1994).

Bidang garapan desain meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan,
strategi pembelajaran dan karakteristik pemelajar.
Menurut Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey (1994:33-35) defenisi dan deskripsi dari
masing-masing daerah liputan tersebut adalah sebagai berikut:

a)      Desain Sistem Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur   yang
terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan,
pengaplikasian dan penilaian pembelajaran.

b)      Desain Pesan. Desain pesan meliputi “perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari
pesan” (Grabowski, 1991 : 206). Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi
dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi
antara pengirim dan penerima.

c)      Strategi Pembelajaran. Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.

d)     Karakteristik Pemelajar. Karakteristik pemelajar adalah segi-segi latar belakang


pengalaman pemelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.

2)   Kawasan Pengembangan

Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Teknologi merupakan tenaga


penggerak dari kawasan pengembangan, oleh karena itu kita dapat merumuskan berbagai
jenis media pembelajaran dan karakteristiknya.

Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat bidang garapan yaitu: teknologi
cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual,
teknologi berazaskan komputer, dan teknologi terpadu. (Barbara B. Sells, Rita C. Richey,
1994).

a)      Teknologi Cetak. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan
bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses
pencetakan mekanis dan fotografis.

b)      Teknologi Audiovisual. Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan


menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual.

c)      Teknologi berbasis Komputer. Teknologi berbasis computer merupakan cara-cara


memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber
pada mikroprosesor.

d)     Teknologi Terpadu. Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan computer.

3)   Kawasan Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka yang
terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokan pemelajar
dengan bahan dan aktivitas yang tertentu, menyiapkan pemelajar agar dapat berinteraksi
dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan,
memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pemelajar, serta memasukannya ke dalam
prosedur organisasi yang berkelanjutan.

Menurut Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey (1994:50-51) terdapat empat kategori dalam
kawasan pemanfaatan yaitu : Pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan
institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi.

a)      Pemanfaatan Media. Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber
untuk belajar. Prinsip-prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pemelajar.
Seorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar
dapat memahami media belajar.

b)      Difusi Inovasi. Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang
terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk
terjadinya perubahan. Tahap awal dalam proses ini ialah membangkitkan kesadaran melalui
desiminasi informasi. Proses tersebut meliputi tahap-tahap seperti kesadaran, minat,
percobaan dan adopsi.

c)      Implementasi dan Pelembagaan. Implementasi ialah penggunaan bahan dan strategi
pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan
yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi.

d)     Kebijakan dan Regulasi. Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari
masyarakat (atau wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan
teknologi pembelajaran.

4)   Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,


pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Pengelolaan biasanya merupakan hasil
dari penerapan suatu sistem nilai. Kerumitan dalam mengelolah berbagai macam sumber,
personil, usaha desain maupun pegembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya
usaha dari sebuah sekolah. Terdapat empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu :
pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan
informasi.

a)    Pengelolaan Proyek. Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring dan


pengendalian proyek desain dan pengembangan. Para pengelola proyek bertanggung jawab
atas perencanaan, penjadwalan dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis
proyek yang lain.

b)   Pengelolaan Sumber. Pengelolaan sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan


pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber.

c)    Pengelolaan Sistem Penyampaian. Pengelolaan sistem penyampaian meliputi


perencanaan, pemantauan, pengendalian cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran
diorganisasikan.
d)   Pengelolaan Informasi. Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan
pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam
rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.

5)   Kawasan Penilaian

Penilaian dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan kepada
sistem penilaian tertentu. Penilaian ialah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran
dan belajar. Penilaian mulai dengan analisis masalah. Ini adalah langkah yang penting dalam
pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada
langkah ini. (Barbara B. Sells, Rita C. Richey, 1994).

Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan yaitu : Analisis masalah, pengukuran
acuan patokan, penilaian formatif dan penilaian sumatif.

a)    Analisis Masalah. Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter
masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan infomasi dan pengambilan keputusan.

b)   Pengukuran Acuan-Patokan (PAP). Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik


untuk menentukan kemampuan pemelajar menguasai materi yang telah ditentukan
sebelumnya. Pengukuran acuan patokan yang sering berupa tes, juga dapat disebut acuan isi,
acuan tujuan, atau acuan kawasan. Sebab, kriteria tentang cukup tidaknya hasil belajar
ditentukan oleh seberapa jauh pemelajar telah mencapai tujuan. PAP memberikan informasi
tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang
berkaitan dengan tujuan.

c)    Penilaian Formatif dan Sumatif. Penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan
informasi kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya.
Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan
untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.
(Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey, 1994:61-63).

1.  PENUTUP

Dari penjelasan yang telah dipaparkan terdapat beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Teknologi pendidikan adalah suatu cara untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan
menggunakan media dan pendayagunaan teknologi yang didesain secara sistematis.
2. Menurut defenisi tahun 1994 teknologi pendidikan dirumuskan dengan berlandaskan lima
bidang garapan yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, dan Penilaian.
3. Masing-masing kawasan teknologi pendidikan bersifat saling melengkapi dan setiap kawasan
memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori
yang digunakan bersama oleh semua kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusuf  Hadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Miarso, Yusuf Hadi. 2007. Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam Pembangunan
Pendidikan [Online] Tersedia: yusufhadi.net/wp…/kontribusi-teknologi-pendidikan
dalam.doc [15 September 2010].

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana


Prenada.

Miarso, Yusufhadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada

Nasution.1987. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Seels, B. B., & Richey, R. C. 1994. Teknologi pendidikan definisi dan kawasanya.


Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.

KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“TEKNOLOGI PENDIDIKAN”

Ismiati                    (210611062)

Dosen Pengampu :
Kurnia Hidayati
PG. B

JURUSAN TARBIYAH

PROGAM  STUDY  PENDIDIKAN  GURU 


MADRASAH  IBTIDA’IYAH (PGMI)
SEKOLAH  TINGGI  AGAMA  ISLAM  NEGERI 
(STAIN)
PONOROGO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan kawasan teknologi pendidikan mencakup kosep-konsep para ahli yang
dianggap menonjol dan mempunyai pengaruh dalam teknologi pendidikan secara umum.
Diantaranya adalah kawasan teknologi pendidikan menurut Davies 1978 dan AECT.
Mahasiswa dituntuk untuk mampu memahami apasaja yang termasuk dalam kawasan
teknologi pendidikan menurut para ahli tersebut, sehingga mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi dalam proses pembelajaran serta kawasan-kawasan apasaja yang terdapat
didalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kawasan Teknologi Pendidikan menurut Davies, 1978
Davies merumuskan tiga pendekatan sehubungan dengan bidang garapan atau ruang
lingkup teknologi pendidikan. Rumusan Davies tersebut meliputi pendekatan perangkat keras
(hard-ware), pendekatan perangkat lunak (software) dan perpaduan kedua pendekatan tadi.
Berikut uraiannya.[1]
1.      Pendekatan Perangkat Keras
Pendekatan ini mengusahakan kegiatan guru yaitu mengajar dengan memanfaatkan
penggunaan perangkat keras. Penggunaan perangkat keras dimaksutkan agar terjadi
otomatisasi atau proses mekanistik dalam kegiatan (belajar) mengajar. Perangkat keras
dimanfaatkan untuk menyampaikan dan menyebarkan materi belajar, mereproduksi materi,
dan seterusnya. Selain itu, adanya pemanfaatan perangkat keras, dalam hal ini, penggunaan
berbagai bentuk media massa seperti TV atau kaset audio, ditargetkan untuk menampung
siswa dalam jumlah yang lebih besar dari biasa, dengan tidak mengurangi efisiensi proses
belajar. Semua upaya harus tetap mengacu pada efektifitas pembiayaan, terutama pembiayaan
yang berasal dari siswa.[2]
2.      Pendekatan Perangkat Lunak
Pada tahap ini, teknologi pendidikan “meminjam” teori dari ilmu perilaku yang
diterapkan untuk mengatasi kesulitan belajar. Teori lain yang diterapkan ialah teori
instruksional. Teori ini membahas cara-cara memperbaiki, memperbaharui, atau merancang
situasi yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa. Penggunaan perangkat keras, mesin-mesin,
atau yang bersifat meknistik sangat terbatas, berfungsi hanya sebagai bagian dari penyajian
materi oleh guru.
3.      Pendekatan Perpaduan perangkat keras dan perangkat lunak
Pendekatan ini menolak model terapan pengembangan sistematik sebagai satu-
satunya penyelesaian masalah secara sistemik. Pendekatan perpaduan menerapkan konsep
sistem analisis dalam pendidikan dan kegiatan intruksional. Penerapan sistem analisis
dianggap mampu mengurangi bias terhadap individu siswa sehingga siswa dapat berperan
dalam kelompoknya dengan dinamis. Selain alasan tadi, pendekatan perpaduan dianggap
lebih manusiawi serta terpadu dengan kondisi belajar-mengajar sehari-hari.
Kerangka pendekatan berada pada lingkup sistem dengan mencermati seluruh faktor
yang mempengaruhi proses belajar mengajar (PBM). Faktor tersebut diantaranya siswa
(motivasi belajar serta kemampuan akademik), guru, lingkungan sekolah, materi atau
kurikilum, serta tujuan belajar.
B.     Kawasan menurut Association for Education Communication and Technology (AECT)
Skema kawasan yang dirumuskan AECT (1977 dan 1994) melekat satu sama lain.
Visualisasi kawasan dan bidang garapan menjadi satu, namun mencerminkan keduanya.
Perbedaannya terletak pada cara pandang terhadap konsep kawasan terpisah dari konsep
bidang garapan. Dengan demikian, kawasan dibahas seiring dengan penjabatan bidang
garapan.[3]
1.      Kawasan AECT 1977
Satu ciri khas dari bidang garapan yang dirumuskan oleh Tim Khusus AECT tahun 1977
adalah penekanan model kawasan pada usaha mengabsahkan pekerjaan yang menonjolkan
“lahan” yang dapat digarap oleh para praktisi teknologi pendidikan. Sebagaimana biasanya,
proses belajar menjadi faktor utama dalam proses belajar dan proses pendidikan. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, teknologi pendidikan dirumuskan sebagai cakupan yang lebih luas
dibandingkan dengan teknologi instruksional. Rumusan ini mengacu pada konsep bahwa
proses Instruksional menjadi bagian proses pendidikan.
2.      Kawasan Teknologi Instruksional tahun 1994 (Seels dan Richey)
Rumusan kawasan tahun 1994 ini tidak membedakan konsep teknologi pendidikan dan
teknologi instruksional, begitu pula dengan devinisinya. Seel dan Richey berorientasi kepada
teori dan terapan dari teknologi instruksional. Beberapa alasan untuk rumusan ini yaitu :[4]
a.       Teknologi instruksional dianggap lebih operasional dibandingkan dengan teknologi
pendidikan.
b.      Pembahasan masalah dalam teknologi instruksional dianggap sama dengan pembahasan
masalah teknologi pendidikan.
c.       Dukungan teori terhadap kegiatan instruksional sangat lebih memadai.
Peran kawasan
Association for Education Communication and Technology (AECT) mendefinisikan 5
domaian Teknologi pembelajaran yaitu design, development, management, and evaluation.
Pada tiap domain juga terdiri dari beberapa sub domain. Kawasan dari teknologi pendidikan
membagi banyak kesamaan dalam mendefinisikan dan memperkuat landasanya, sebagaimana
keilmuan sosial lainnya dan aplikasi keilmuan sosial (Luppicini, 2005). Fungsi suatu kawasan
mencakup teori dan praktek dan untuk mengidentifikasi tugas-tugas para penyelenggara
teknologi pembelajaran. Dalam perkembangan terakir , teknologi pendidikan yang
didefinisikan sebagai teori dan praktik dalam desain, pengembangan pemanfaatan,
pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar.[5]
Hubungan Antar Kawasan
Kawasan teknologi pembelajaran merupakan rangkuman wilayah utama yang merupakan
dasar pengetahuan bagi setiap kawasan. Berikut adalah uraian mengenai kawasan teknologi
pendidikan didasarkan pada definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994.
1.      Kawasan Desain /Perencanaan
Desain didefinisikan sebagai “penetapan kondisi untuk belajar". Desain adalah fungsi
perencanaan ketika strategi ditentukan. Tujuan desain adalah menciptakan strategi dan
produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti
pelajaran dan modul.[6]
a.      Desain sistem pembelajaran (ISD): desain adalah proses bagaimana mengkhususkan apa
yang dipelajari. ISD secara umum merupakan prosedur linier dan berulang-ulang dan
konsisten. Pada ISD proses sangat penting sama seperti produk karena kepercayaan produk
berlandasan pada proses.
b.      Desain pesan: karakter rangcangan pesan adalah rancangan yang dirancang harus
dikhususkan pada media dan tugas pembelajaran.
c.       Strategi Pembelajaran : pengkhususan pemilihan urutan-urutan kejadian dan aktivitas
dalam satu pelajaran.
d.      Karakteristik Pebelajar: merupakan pengalaman dasar pebelajar yang berdampak pada
efektivitas proses belajar.
2.      Kawasan Pengembangan:
Pengembangan didefinisikan sebagai “pengertian kekhususan desain kedalam bentuk
fisik”. Pada proses pengembangan, teknologi pembelajaran memproduksi item yang dipilih
dalam dokumentasi ndesain. Prodak tersebut mungkin berupa, cetak audio atau materi visual,
dari sumber berbasis komputer, atau produk yang memasukkan beberapa perbedaan media
berbasis komputer. Berikut sub domain dari pengembangan:
a.       Teknologi cetak
b.      Teknologi audio/visual
c.       Teknologi berbasis komputer
d.      Teknologi terpadu
3.      Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi
pemanfaatan penting karena fungsi ini memperjelas hubungan pembelajaran. Dengan bahan
dan sistem pembelajaran. Keempat kategori dalam kawasan ini adalah mengitegrasikan
dalam struktur dan kehidupan organisasi adalah sebagai berikut:[7]
a.      Pemanfaatan media: adalah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar.
b.      Difusi Inovasi: Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide. Sedangkan divusi didefinisikan
sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka
waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Berikut adalah unsur-unsur Difusi
Inovasi
         Komunikasi dan salurannya
         Waktu
         Sistem sosial
c.       Implementasi dan Kelembagaan: penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam
keadaan keadaan yang sesungguhnya bukan tersimulasikan.
d.      Kebijakan dan Regulasi: aturan dan tindakan dari masyarakat atau wakilnya yang
mempengaruhi difusi atau penyebaran penggunaan teknologi pembelajaran.
4.      Kawasan pengelolaan /manajemen
Kawasan manajemen termasuk manajemen proyek, sumber, sistem penyampaian dan
informasi. Sumber termasuk personal, pendanaan, suplay, waktu, fasilitas, dan sumber
pembelajaran. Sistem penyampaian dapat berupa hardware komputer/sotware atau teknis
pendukung, seperti pedoman. Berikut sub domain dari kawasan manajemen :[8]
a.      Manajemen Proyek : termasuk perencanaan, monitoring, dan pengaturan desain
pembelajaran dan pengembangan proyek.
b.      Menejemen Sumber : termasuk perencanaan, pemantauan, dan pengawasan sistem sumber
pendukung dan pelayanan. Manajemen sumber termasuk personal, pendanaan, suplay, waktu,
fasilitas, dan sumber pembelajaran. 
c.       Manajemen Sistem Penyampaian : termasuk perencanaan, pengwasan, dan pengaturan.
d.      Manajemen Informasi : termasuk perencanaan, pemantauan, pengawasan dan
penyimpanan, transfer atau pemprosesan informasi hal menyediakan sumber belajar.
5.      Kawasan Penilaian/Evaluasi
Evaluasi terdiri dari analisis masalah, Referensi kriteria, fomatif dan somatif yang
merupakan kawasan evaluasi. Hasil dari evaluasi dibawa untuk pemahaman yang lebih baik.
Penjelasan dari sub domain adalah sebagai berikut:
a.      Analisis Masalah: termasuk penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan
pengumpulan informasi dan strategi pengambilan keputusan.
b.      Criterion-Referenced Measurement: Kriteria pengukuran menggunakan penilaian yang
melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan materi pelajar yang telah ditentukan
sebelumnya.
c.       Evaluasi Formative and Summative: Evaluasi Formatif melibatkan pengumpulan
informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini sebagai untuk pengembangan
lebih lanjut. Evaluasi Summative melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan tentang pemanfaatan.
6.      Kawasan Berdasarkan Definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008
Definisi terbaru tahu 2008 merupakan pengembangan dari kawasan sebelumnya, dan tiap
kawasan melanjutkan perkembangannya. Definisi 2008 sudah lebih spesifik karena
menekankan pada studi dan praktek. Berikut definisi Teknologi Pendidikan dari AECT
Tahun 2008.[9]
a.      Study: pemahaman secara teoritis sebagaimana praktek, teknologi pendidikan,
membutuhkan pembangunan kelanjutan pengetahuan dan perbaikan melalui penelitian dan
merefleksikan praktek, dimana tercakup dalam terminologi study.
b.      Praktik Etis: Merupakan kegiatan yang tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang
berhubungan dengan nilai profesi yang akan dilakukan.
c.       Memfasilitasi: Termasuk desain lingkungan, mengorganisasi sumber, dan menyediakan
peralatan.
d.      Pembelajaran
e.       Improving: proses pengarah penafsiran kualitas produk, dan produk membawa prediksi
efektifitas pembelajaran, berubah dalam kapabilitas membawa aplikasi keluar kedalam
kehidupan nyata.
f.       Performance (Meningkatkan): berhubungan pada teknologi kinerja manusia.
g.      Apporpriate(Yang layak): terminologi ini berarti untuk mengaplikasikan proses dan
sumber, penandaan kepantas tidaknya dan kecocokan dengan tujuan yang diharapkan mereka.
h.      Technology
i.        Proses: Teknologi pendidikan biasanya memakai proses khusus untuk merancang,
mengembangkan, dan memproduksi sumber belajar, digolongkan pada proses besar
pengembangan pembelajaran.
j.        Sumber: banyak sumber belajar yang terpusat untuk mengidentifikasi kawasan. Sumber
adalah orang, alat, teknologi, dan desain materi untuk membantu pelajar. Sumber dapat
termasuk system ICT canggih, sumber komunikasi seperti perpustakaan, kebun binatang,
museum, dan orang-orang dengan pengetahuan khusus.

BAB III
PENUTUP
-->
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kawasan teknologi pendidikan
mencakup semua hal yang berada dalam sistem pembelajaran baik itu pendekatan perangkat
keras dan lunak serta hubungan antar keduanya.  Kawasan menurut AECT juga menjelaskan
kawasan-kawasan yang termuat didalamnya diantaranya tentang kawasan AECT 1977,
kawasan Teknologi Intruksional tahun 1994 (sheels dan Richey) peran kawasan serta
hubungan antar kawasan semuanya telah termuat didalamnya.

[1] Drs.Harjani, Teknologi Pendidikan.(Stain Ponorogo Press. 2011), 55


[2]  Ibid, 56
[3] Ibid, 57
[4] Ibid, 58
[5] Ibid, 59
[6] Ibid, 61
[7] Ibid, 65
[8] Ibid, 69-70
[9] Ibid, 74-78

KAWASAN DAN BIDANG GARAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN Oktober 7, 2009


Filed under: Uncategorized — merymaswarita @ 3:24 pm

A. LATAR BELAKANG

Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan
pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang
menyangkut semua aspek belajar manusia.
Teknologi pendidikan dapat dipandang dari berbagai sisi. Cara pandang tersebut melandasi
langkah gerak teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan. teknologi pendidikan dapat
dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang garapan, dan profesi. Masing-masing sudut
pandang memiliki syarat-syarat tersendiri dan teknologi pendidikan sudah memenuhi seluruh
persyaratan ditinjau dari ketiga visi tadi.
Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi ditentukan oleh kawasan dan
bidang garapan . Bidang garapan mengembangkan, menerapkan, membuktikan dan
memperbaiki teori berdasarkan masukan dari lapangan.
Teknologi pendidikan dalam arti sempit bisa merupakan media pendidikan yaitu hasil
teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan agar berhasil guna, efisien dan efektif.
Sedangkan teknologi dalam arti luas menurut Association for Educational Communication
and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan
pemecahan, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia.
Dari pengertian teknologi pendidikan tersebut dapat dipahami bahwa ruang lingkupnya
sangat luas, mencakup semua faktor yang terkait dan terlibat dalam proses pendidikan.
Dalam definisi teknologi pendidikan menurut Association for Educational Communication
and Technology (AECT) tahun 1994 menyatakan teknologi pendidikan adalah teori dan
praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaataan, pengelolaan serta penilaian proses dan
sumber untuk belajar. (dalam Seels, Barbara B, 1994 : 10) Dari kelima hal ini merupakan
kawasan dari bidang teknologi pendidikan.

B. PERMASALAHAN

Yang menjadi permasalahan pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pemecahan
masalah belajar baik dalam pendidikan maupun pelatihan diperlukan tentang pemahaman
kawasan dan bidang garapan teknologi pendidikan terutama kawasan desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian.

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah

1. Agar mahasiswa dapat memahami kawasan dan bidang garapan teknologi pendidikan.
2. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya tentang kawasan dan bidang
garapan teknologi pendidikan.

PEMBAHASAN

A. Peranan Kawasan

Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian adalah 5 kawasan teknologi


pendidikan yang harus dikembangkan untuk mengidentifikasi hubungan timbal balik dari
teori dan praktik pembelajaran serta penelitian yang dilakukan untuk melihat kebenaran teori
yang ada.
Ronald L. Jacobs (dalam Seels, Barbara B, 1994:27) mengusulkan adanya suatu kawasan
teknologi kinerja manusia yang mencakup teori dan praktek dan mengidentifikasi tugas-tugas
para peraktisi. Berdasarkan kawasan yang diajukan oleh Jacobs terdapat tiga fungsi yaitu :
fungsi pengelolaan, fungsi pengembangan sistem kerja, dan komponen sistem kinerja
manusia yang merupakan dasar konseptual untuk melakukan fungsi yang lain.
Setiap fungsi mempunyai tujuan dan komponen . Subkomponen pengelolaan meliputi
administrasi dan personalia. Subkomponen pengembangan adalah langkah-langkah dalam
proses pengembangan. Sedangkan subkomponen dari sistem perilaku manusia adalah konsep-
konsep mengenai organisasi, motivasi, perilaku, kinerja serta umpan balik.

B. Hubungan Antar kawasan

Setiap kawasan dalam teknologi pendidikan memberikan kontribusi kepada pengembangan


teori dan praktik dan sebaliknya teori dan praktik dijadikan pengembangan kawasan. Tiap
kawasan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sebagai suatu kegiatan yang
sistematik. Hubungan antar kawasan ini bersifat saling melengkapi.
Hubungan antar kawasan yang terdapat dalam Gambar 1.1 tersebut akan lebih mudah
dimengerti bagaimana kawasan-kawasan tersebut saling melengkapi dengan ditunjukkannya
lingkup penelitian dan teori dalam setiap kawasan. Gambar kawasan Teknologi Pendidikan
merupakan rangkuman tentang wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan setiap
kawasan.

Gambar 1.1.
Kawasan Teknologi Pembelajaran (dalam Seels,Barbara B, 1994:28)

Berdasarkan kawasan-kawasan tersebut, maka seorang sarjana teknologi pendidikan dapat


berprofesi atau memiliki bidang garapan sebagai berikut :
1. Perancang proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi perancangan
sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pebelajar
2. Pengembangan proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi
pengembangan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasis computer,
teknologi terpadu.
3. Pemanfaatan/penggunaan proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya
meliputi pemanfaatan media pembelajaran, difusi inovasi pendidikan, implementasi dan
institutionalisasi serta penerapan kebijakan dan regulasi pendidikan.
4. Pengelola proses dan sumber belajar; dengan lingkup pekerjaan meliputi pengelolaan
proyek, pengelolaan sistem informasi pendidikan.
5. Evaluasi/ penilaian; dengan lingkup pekerjaan meliputi melakukan analisis masalah,
pengukuran acuan patokan, evaluasi formatif, evaluasi sumatif.

Gambar. 1.2 Hubungan Antar Kawasan Dalam Bidang


(dalam Seels, Barbara B, 1994:29)

Dari Gambar 1.2 terlihat dengan jelas bahwa setiap kawasan memberikan kontribusi terhadap
kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang digunakan bersama ialah teori
mengenai umpan balik yang dalam berapa hal digunakan oleh setiap kawasan. Umpan balik
dapat masuk dalam desain pesan. Putaran umpan balik digunakan dalam sistem pengelolaan
dan penilaian juga memberikan umpan balik.

C. Deskripsi Kawasan

Untuk melihat keterkaitan antara teori, praktek dan penelitian berikut akan diuraikan setiap
kawasan teknologi pendidikan. Dalam makalah ini hanya akan dibahas
kawasan teknologi pendidikan.

1. Kawasan Desain
DESAIN

DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN


DESAIN PESAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
KARATERISTIK PEMELAJAR

Kawasan desain memiliki asal usul dari gerakan psikologi pembelajaran. Melalui Jim Finn
dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang
menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Demikian juga Gagne dan briggs pada tahun 1960an telah menggabungkan keahlian
psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep
pembelajaran menjadi hidup.
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain adalah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program dan kurikulum; dan
pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Kawasan desain meliputi studi mengenai
desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karateristik pemelajar.
Desain Sistem Pembelajaran (DSP)
Adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah penganalisaan, perancangan,
pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Dalam istilah yang sederhana,
penganalisaan adalah proses perumusan apa yang akan dipelajari; perancangan adalah proses
penjabaran bagaimana cara mempelajarinya; pengembangan adalah proses penulisan dan
pembuatan bahan pembelajaran; pengaplikasian adalah pemanfaatan bahan dan strategi
pembelajaran; dan penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran. Semua proses
ini harus tuntas agar dapat berfungsi sebagai alat kontrol.
Desain Pesan
Menurut Grabowski desain pesan meliputi ” perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari
pesan” (dalam Seels, Barbara B, 1994:33) yang mengandung prinsip perhatian, persepsi dan
daya serap agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima. Menurut Flemming dan
levi ”Membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku
kognitif,afektif dan psikomotor” (dalam Seels, Barbara B.1994 :34). Karakteristik desain
harus spesifik terhadap medianya dan tugas belajarnya.
Strategi Pembelajaran
Menurut Reigeluth Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Strategi
pembelajaran meliputi situasi belajar seperti belajar induktif serta komponen proses belajar
mengajar seperti motivasi dan elaborasi (dalam Seels, Barbara B, 1994:34).
Menurut Reigeluth (1983a) membagi strategi pembelajaran menjadi 2 variabel strategi:
1. Variabel strategi mikro adalah metode dasar untuk mengorganisasikan pembelajaran dalam
suatu gagasan tunggal (yaitu sebuah konsep, prinsip yang tunggal dan sebagainya). Hal
tersebut mencakup komponen strategi seperti definisi, contoh, latihan, dan bentuk sajian lain.
2. Variabel strategi makro adalah metode dasar untuk mengorganisasikan aspek-aspek
pembelajaran yang berhubungan dengan gagasan lebih dari satu, seperti mengurutkan,
membuat sintesa, dan membuat ringkasan (mempreview dan mereview) gagasan-gagasan
yang diajarkan (dalam Seels, Barbara B, 1994:35).
Karakteristik Pemelajar
Karakteristik pemelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pemelajar yang
berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya. Lingkup strategi pembelajaran
menggunakan penelitian motivasi untuk mengidentifikasi variabel yang harus diperhitungkan
dan bagaimana caranya hal tersebut dapat diperhitungkan. Oleh sebab itu karakteristik
pemelajar mempengaruhi komponen belajar yang diteliti dalam lingkup strategi
pembelajaran. Karakteristik pemelajar tidak hanya berinteraksi dengan strategi pembelajaran
juga dengan situasi atau konteks dan isi (menurut Bloom, 1976). (dalam Seels, Barbara B,
1994:35)
2. Kawasan Pengembangan
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI CETAK
TEKNOLOGI AUDIOVISUAL
TEKNOLOGI BERBASIS KOMPUTER
TEKNOLOGI TERPADU

Kawasan pengembangan ini berakar pada produksi media. Diawali dengan perkembangan
buku teks dan alat bantu pembelajaran non proyeksi sampai munculnya media film yang
merupakan tonggak perkembangan era audiovisual ke era teknologi pembelajaran modern.
Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam variasi teknologi
yang digunakan dalam pembelajaran. Kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan
adanya pesan yang didorong oleh isi, strategi pembelajaran yang didorong oleh teori dan
manifestasi fisik dari teknologi berupa perangkat keras, perangkat lunak dan bahan
pembelajaran.
Kawasan pengembangan diorganisasikan dalam 4 kategori : teknologi cetak, teknologi
audiovisual, teknologi berasaskan komputer dan teknologi terpadu.
Teknologi Cetak
Adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan seperti buku dan bahan –bahan
visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Teknologi ini
adalah dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pelajaran lain.
Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah contoh
penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk
cetakan, inilah yang merupakan teknologi cetak. Berikut karakteristik dari teknologi
cetak/visual :
1. Teks dibaca secara linier, sedang visual direkam menurut ruang.
2. Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah.
3. Keduanya berbentuk visual statis.
4. Pengembangannya sangat bergantung pada prinsip linguistik dan persepsi visual.
5. Keduanya berpusat pada pemelajar.
6. Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.
Teknologi Audiovisual
Merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan peralatan mekanis dan
elektronis untuk menyajikan pesan audio (melalui pendengaran) dan visual (melalui
penglihatan). Peralatan audiovisual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran
suara dan penayangan visual yang berukuran besar seperti film, film bingkai dan transparansi.
Televisi merupakan teknologi unik yang menjembatani teknologi audiovisual ke teknologi
komputer dan terpadu. Karakteristik teknologi audiovisual sebagai berikut:
1. Bersifat linier.
2. Menampilkan visual yang dinamis.
3. Digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembangnya.
4. Cenderung berupa bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak.
5. Dikembangkan berdasarkan prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif.
6. Sering berpusat pada guru, kurang interaktif dengan pemelajar.
Teknologi Berbasis Komputer
Merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan
perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Teknologi ini berbeda dengan teknologi lain
karena menyimpan informasi secara elektronis dalam bentuk digital bukan sebagai bahan
cetak/visual dan ditampilkan melalui tayangan di layar monitor. Beberapa jenis aplikasi
komputer biasanya disebut Computer Based Instruction (CBI), Computer Assisted Instruction
(CAI), atau Computer Managed Instruction (CMI). Pengaplikasiannya dapat bersifat tutorial,
dimana pembelajaran utama diberikan: latihan dan perulangan untuk mengembangkan
kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari, permainan dan simulasi untuk memberi
kesempatan menggunakan pengethauan yang baru dipelajari, dan sumber data yang
memungkinkan pemelajar mengakses sendiri. Teknologi komputer baik perangkat lunak
maupun keras memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Digunakan secara acak disamping secara linier.
2. Dapat digunakan sesuai keinginan pemelajar, maupun menurut cara yang dirancang
desainer/pengembang.
3. Gagasan diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol dan grafis.
4. Belajar dapat berpusat pada pemelajar dengan tingkat interaksi yang tinggi.
Teknologi Terpadu
Merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis
media yang dikendalikan komputer. Komponen perangkat keras dari sistem terpadu dapat
terdiri dari komputer dengan memori besar yang dapat mengakses secara acak, memiliki
internal hard drive, dan sebuah monitor beresolusi tinggi. Peralatan pelengkapnya mencakup
alat pemutar video, alat penayangan tambahan, perangkat keras jaringan (networking), dan
sistem audio. Sedang perangkat lunaknya berupa disket video, compact disk, program
jaringan, serta informasi digital. Kesemuanya dijalankan dan dikendalikan dalam suatu
program belajar hymermedia menggunakan sistem authoring seperti hypercard atau toolbook.
Pembelajaran dengan teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Digunakan secara acak disamping secara linier.
2. Dapat digunakan sesuai keinginan pemelajar, maupun menurut cara yang dirancang
desainer/pengembang.
3. Gagasan diungkapkan secara realistik dalam konteks pengalaman pemelajar, relevan
dengan kondisi pemelajar dan dibawah kendali pemelajar.
4. Belajar dapat berpusat pada pemelajar dengan tingkat interaksi yang tinggi.
5. Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan
pemanfaatan bahan pembelajaran.
6. Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga
pengethauan terbentuk pada saat digunakan.
7. Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dari banyak sumber.
3. Kawasan Pemanfaatan
PEMANFAATAN
PEMANFAATAN MEDIA
DIFUSI INOVASI
IMPLEMENTASI DAN INSTITUSIONALISASI
KEBIJAKAN DAN REGULASI

Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran / Pendidikan tertua


diantara kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audiovisual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran
sistematik.
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar mereka yang
terlibat dalam pemafaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokan pemelajar dengan
bahan dan aktivitas yang specifik, menyiapkan pemelajar agar dapat berintekrasi dengan
bahan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, membekan penilaian
atas hasil yang dicapai pemelajar serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang
berkelanjutan.
Pemanfaatan Media
Pemanfaatan Media adalah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses
pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi
desain pembelajaran.
Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan
untuk diadopsi. Menurut Rogers (1983) langkah-langkah difusi tersebut adalah pengetahuan,
persuasi atau bujukan, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
Implementasi dan Pelembagaan
Implementasi dan pelembagaan adalah pengunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya, sedangkan pelembagaan adalah penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat/ wakilnya yang
mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan Teknologi Pendidikan. Bidang
Teknologi Pendidikan telah ikut berjasa dalam penentuan kebijakan tentang televisi
pembelajaran dalam masyarakat

4. Kawasan Pengelolaan
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN PROYEK
PENGELOLAAN SUMBER
PENGELOLAAN SISTEM PENYAMPAIAN
PENGELOLAAN INFORMASI
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pendidikan / Pembelajaran melalui
Perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Secara singkat ada empat
Kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu pengelolaan proyek, pengelolaan sumber,
Pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.
Pengelolaan Proyek
Pengelolaan Proyek meliputi perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Menurut Rothwell dan Kazanas (1992) pengelolaan proyek berbeda dengan
pengelolaan tradisional, yaitu organisasi garis & staf.
Pengelolaan Sumber
Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem
pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber sangat penting artinya karena
mengatur pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup personil, keuangan, bahan
baku, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran.
Pengelolaan Sistem Penyampaian
Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian,”cara
bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan…. Hal tersebut merupakan suatu
gabungan medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi
pendidikan/ pembelajaran kepada pemelajar” (Ellington dan Harris, 1986:47). (dalam Seels,
Barbara B, 1994:56).
Pengelolaan Informasi
Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian cara
penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemprosesan informasi dalam rangka tersedianya
sumber untuk kegiatan belajar.
5. Kawasan Penilaian
PENILAIAN
ANALISIS MASALAH
PENGUKURAN BERACUKAN PATOKAN
PENILAIAN FORMATIF
PENILAIAN SUMATIF

Dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari. Kawasan
penilaian mencakup : analisis masalah, pengukuran beracukan patokan, penilaian formatif,
penilaian sumatif. Penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan
belajar.

Analisis Masalah
Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan
menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.
Pengukuran Beracukan Patokan
Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pebelajar
menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya.

Penilaian Formatif
Penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya.

Penilaian Sumatif

penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk


pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan
Menurut Michael Scrives (1976) (dalam Seels, Barbara B, 1994 : 62-63)
Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program atau
produk (atau orang, dsb.). Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga
program dan biasanya tetap bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh
evaluator dalam atau luar atau (lebih baik lagi) kombinasi. Perbedaan antara formatif dan
sumatif telah dirangkum dengan baik dalam sebuah kiasan dari Bob Stake “Apabila juru
masak mencicipi sup, hal tersebut formatif, apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal
tersebut sumatif (h.56).
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para
pengambil keputusan (sebagai contoh : lembaga penyandang dana atau calon pengguna,
walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk
gabungan. Untuk alasan kredibiltas, lebih baik evaluator luar dilibatkan dari pada sekedar
merupakan penilaian formatif. Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilaian hasil
(outcome) yang sekedar menilai hasil, bukannya proses hal tersebut dapat berupa baik
formatif maupun sumatif (h.130)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kelima kawasan Teknologi Pendidikan/Pembelajaran menunjukkan keragaman dari bidang.
Disamping itu, kawasan-kawasan itu sendiri merupakan kesatuan yang komplek. Materi ini
mengetengahkan sifat taksonomis dari struktur kawasan. Setiap orang dapat meneruskan
proses perumusan definisi dan pengembangan tingkat taksonomi yang lebih rinci. Pekerjaan
teknologi pendidikan untuk masa datang adalah membuat definisi yang lebih sempit dari
subkategori maupun cakupan yang ada di dalamnya.
Setiap kawasan dalam teknologi pendidikan memberikan kontribusi kepada pengembangan
teori dan praktik dan sebaliknya teori dan praktik dijadikan pengembangan kawasan. Tiap
kawasan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sebagai suatu kegiatan yang
sistematik. Hubungan antar kawasan ini bersifat saling melengkapi.

B. SARAN

1. Supaya kita dapat menerapkan pendekatan sistem dalam rangka pengembangan


pembelajaran, baik pada tingkat kelas maupun dalam konteks pendidikan.
About these ads

Anda mungkin juga menyukai