Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengapuh :

Prof. Dr SABARUDDIN GARANCANG. M.A

DISUSUN OLEH

KUMAR MANDANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kawasan merupakan suatu realisasi dari defenisi dari bidang teknologi pembelajaran. Rumusan kawasan
yang dikembangkan dalam disiplin teknologi pendidikan dan pembelajaran disiapkan melalui rumusan
AECT tahun 1977 dan 1994. Kedua defenisi tersebut menghasilkan kawasan sesuai dengan rumusan
defenisi. Tahun 1977 satgas dari AECT menghasilkan dua defenisi yang secara khusus membedakan
antara teknologi pembelajaran.
Dengan demikian,tahun 1977 menghasilkan dua defenisi dan dua kawasan,teknologi
pendidikan dan Teknologi pembelajaran. Defenisi sebelumnya,yaitu tahun 1963 dan 1972 tidak
menghasilkan kawasan. Pada masa tersebut,para ahli sedang berusaha membentuk konsep yang
lebih mendalam dan bermanfaat bagi perkembangan disiplin teknologi pendidikan.
Defenisi AECT tahun 1994 hanya menelurkan satu defenisi yaitu teknologi
pembelajaran,kawasan yang dimunculkan pun hanya satu yaitu kawasan teknologi pembelajaran.
Namun dalam penjelasannya,defenisi tersebut memilah antar teori dan praktek. Teori yang
disebut sebagai rujukan dan acuan dari seluruh kegiatan terkait pembelajaran,sedangkan praktik
atau terapan menyediakan kesempatan untuk memvalidasi teori,selanjutnya teori ini dapat dikaji
ulang dan diperbaiki. Dengan demikian,terjadi simbiosis mutualisme antara peran teori bagi
terapan atau praktik dalam bidang teknologi pembelajaran.Terapan atau praktik akan dijelaskan
dibagian lain dalam kegiatan belajar ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KAWASAN DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN


Kawasan pertama teknologi pembelajaran adalah desain atau perancangan yang mencakup penerapan
berbagai teori, prinsip dan prosedur dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu program atau
kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistemik dan sistematik. Yang dimaksud dengan desain
disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan
produk (Seels & Richey, 2000 dalam Bambang Warsito, 2008: 22). Strategi dan produk pada tingkat
makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul
Kawasan desain mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi pembelajaran. Beberapa faktor pemicunya
adalah :
1. Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner ―The Science of Learning and the Art of
Teaching‖ disertai teorinya tentang pembelajaran berprogram.

2. Buku tahun 1969 dari Herbert Simon ‖The Science of Artificial‖ yang membahas
karakteristik umum dari pengetahuan preskriptif tentang desain; dan
3. Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti ―Learning
Resouce and Development Center‖ di Universitas Pittsburgh pada tahun 1960an.
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran tersebut. Melalui
James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang
menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal 1970-an.
Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran
dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: (1) desain sistem
pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik pembelajar.
Desain sistem pembelajaran yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi :
1. Penganalisaan (proses perumusan apa yang akan dipelajari);
2. Perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya);
3. Pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pelajaran);
4. Pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan
5. Penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Desain sistem pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang menuntut
kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah-
langkah tersebut harus tuntas. Dalam desain sistem pembelajaran, proses sama pentingnya dengan
produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.
Sedangkan menurut Twelker, Urbach, Buck (1972) pengembangan instruksional adalah suatu cara yang
sistematis untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set

bahan dan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Wujud pengembangan instruksional
adalah produksi dan penggunaan media instruksional, evaluasi instruksional dan pengelolaan
instruksional. Jadi pengembangan instruksional merupakan salah satu teknologi perangkat lunak
(sofware technology) yang canggih untuk membangun sistem instruksional yang berkualitas tinggi
(Suparman, 2004 dalam Bambang Warsito, 2008:23).
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum,
model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi
sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas
biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua
jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model assure.
Desain Pesan
Desain pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara
pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap.
Fleming dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi
perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.

B. KAWASAN PENGEMBANGAN

Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan
pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Walaupun
demikian, tidak berarti lepas dari teori dan praktek yang berhubungan dengan belajar dan desain.Tidak
pula kawasan tersebut berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan.Melainkan timbul
karena dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif dan
praktek.Pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan.Begitu pula, kawasan pengembangan tidak hanya
terdiri dari perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan
visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan paduan berbagai bagian.

Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang
mendorong baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan
dapat dijelaskan dengan adanya:
(1) pesan yarig didorong oleh isi;
(2) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; dan

(3) manifestasi ilsik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran.
Ciri yang terakhir ini, yaitu teknologi.merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan.
Berangkat dari asumsi ini, kita dapat merumuskan dan menjelaskan berbagai jenis media pembelajaran
dan karakteristiknya. Akan tetapi, janganlah proses ini diartikan hanya sebagai suatu pengkategorisasian.
Sebaliknya, sebagai elaborasi dari karakteristik prinsip-prinsip teori dan desain yang dimanfaatkan oleh
teknologi.

Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori:


(1) teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain),
(2) teknologi audiovisual,
(3) teknologi berbasis komputer, dan ( 4) teknologi terpadu.
Karena kawasan pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan penyampaian, maka
suatu bahan dapat didesain dengan menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi dengan menggunakan
yang lain, dan disampaikan dengan menggunakan yang lain lagi.Deskripsi masing-masing cakupan dari
kawasan pengembangan sebagai berikut.

1. Teknologi Cetak.

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan. seperti buku-buku dan
bahan-bahan visual yang statis. terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Subkategori
ini mencakup representasi dan produksi teks, grafis.dan fotografis. Bahan cetak dan bahan visual
ggunakan teknologi yang paling dasar dan membekas. Teknologi menjadi dasar untuk pengembangan
dan pemanfataan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil dari teknologi ini berupa cetakan.Teks
dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk
produksi.Apabila teks tersebut tak dalam bentuk
―cetakan‖ guna keperluan pembelajaran, ini merupakan contoh penyampaian dalam bentuk
teknologi cetak.

2. Teknologi Audiovisual.

Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan
peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran
audiovisual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat

3. Teknologi berbasis Komputer.

Teknologi berbasis komputer nerupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan iengan
menggunakan perangkal yang bersumber pada mikro-jrosesor. Teknologi berbasis komputer dibedakan
dari teknologi lain carena memimpan informasi secara elektronis dalam bentuk digital, jukannya sebagai
bahan cetak atau visual. Pada dasamva, teknologi jerbasis komputer menampilkan informasi kepada
pebelajar melalui :ayangan di layar monitor Berbagai jenis aplikasi komputer biasanya lisebut
―computer-based instruction (CBIJ, computer- assisted instruction (CAI)‖ atau ―computer-
managed instruction (CMI)‖.
.

4. Teknologi Terpadu.
Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan
beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Banyak orang percaya

Kecenderungan dan Permasalahan


Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan teknologi audiovisual mencakup peningkatan
perhatian terhadap desain teks, kerumitan visual serta penggunaan isyarat warna (Berry 1992).
Kecenderungan dan permasalahan dalam teknologi komputer dan teknologi

terpadu dari kawasan pengembangan terletak pada tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan
kontruktivisme dan teori belajar sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan pengembangan, serta
aplikasi untuk belajar jarak jauh.

C. KAWASAN PEMANFAATAN
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka yang terlibat
dalam pemanfaatan mempunyai tanggung-jawab untuk mencocokkan pebelajar dengan bahan dan
aktivitas yang spesifik, menyiapkan pebelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang
dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pebelajar,
serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Fungsi pemanfaatan penting karena membicarakan kaitan pebelajar dengan bahan atau sistem
pembelajaran.Jelas fungsi ini sangat kritis karena penggunaan oleh pebelajar merupakan satu-satunya
raison d‘etre dari bahan pembelajaran. Mengapa kita hams bersusah-payah dengan pengadaan dan
pembuatan bahan apabila tidak akan digunakan ?Kawasan pemanfaatan ini mempunyai jangkauan
aktivitas dan strategi mengajar yang luas. Dengan demikian pemanfaatan
menuntut adanya penggunaan, deseminasi.difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis. Hal
tersebut dihambat oleh kebijakan dan peraturan.Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi ini
memperjelas hubungan pebelajar dengan
bahan dan sistem pembelajaran.

Keempat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :


(1) pemanfaatan media,
(2) difusi inovasi,
(3) implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan),
(4) serta kebijakan dan regulasi

1.Pemanfaatan Media.

Pemanfaatan media yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber belajar. Proses pemanfaatan media
merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya
bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar
yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan media juga dikaitkan dengan karakteristik peserta didik.
Seseorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat
menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
Beberapa contoh pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1) Pemanfaatan Media Video dalam Kegiatan Pembelajaran

Manfaat dari penggunaan media video pembelajaran pemelajar akan memperoleh berbagai informasi
dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan
rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian pemelajar terutama dalam hal
pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap pihak lain.
Program video pembelajaran sebaiknya dimanfaatkan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Untuk itu guru perlu merencanakan pemanfaatan video pembelajaran dalam program rencana
pembelajaran yang dibuat di awal semester.
Langkah-langkah pemanfaatan program video pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
a. Mengidentifikasi materi dan program video pembelajaran yang ada serta peralatan yang
dibutuhkan.
b. Merancang topic-topik yang akan didiskusikan.

c. Menyususun rancangan kegiatan sebagai tindak lanjut dari pemanfaatan program video
pembelajaran.
Secara umum langkah-langkah tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan, yaitu : a) menyusun rancangan pemanfaatan video pembelajaran yang


terintegrasi dalam RPP, b) kegiatan-kegiatan sebelum memanfaatkan program video pembelajaran,
seperti; menyiapkan ruangan, mengatur posisi peserta didik, dan memberikan apersepsi atau tujuan yang
ingin dicapai dari kegiatan tersebut.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu guru mengawasi peserta didik selama menyaksikan program video
pembelajaran agar berlangsung tertib.
3. Tindak lanjut, yaitu setelah selesai penayangan guru hendaknya memberikan penjelasan atau
ulasan terhadap materi yang telah dibahas dan sebagainya.

2) Pemanfaatan Kaset Audio dalam Kegiatan Pembelajaran

Program kaset audio interaktif termasuk salah satu media yang sudah memasyarakat, cukup ekonomis,
biayanya relatif murah, yang sudah dibuat oleh Pustekkom Depdiknas. Program ini didesain sedemikian
rupa sehingga peserta didik dimungkinkan dapat terlibat secara aktif dan terus menerus berinteraksi
dengan guru radio. Mengingat pelajaran yang baik harus selalu bersifat interaktif. Artinya peserta didik
dapat memberikan respon setelah mendengarkan program audio.

C. Kawasan penilaian
Penilaian ialah proses penentuan memadai tidabiya pembel-ajaran dan belajar.
Penilaian mulai dengan analisis masalah.Ini merupakan langkah awal yang penting
dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan
dijelaskan pada langkah ini.

Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program,


penilaian projek dan penilaian produk.Masing-masing merupakan jenis penilaian
penting untuk perancang pembelajaran, seperti halnya penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Menurut Worthen dan Sanders (1987):Penilaian merupakan
penenluan nilai dari suatu barang.

1. Penilaian program
Evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan secara
berkesinambungan dan sering terlibat dalam pern usunan kurikulum. Sebagai conloh
misalnya penilaian untuk program membaca dalam suaru wilayah persekolahan, program
pendidikan

khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program pendidikan berkelanjutan dari suatu
universitas.

2. Penilaian proyek
Evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna melnkukan suaru
rugas tertentu dalam suatu kurun waklu.Sebagai conloh, suatu lokakarya liga hari
mengenai lujuan perilaku, atau suatu proyek demontrasi pendidikan karir yang lamanya
tiga tahuan.Kunci perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa program diharapkan
berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya diharapkan
berjangka pendek.Proyek yang dilembagakan dr.lam kenyataannya menjadi program.

3. Penilaian Formatif dan Sumatif.

Penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan


penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya.Sedangkan penilaian
sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan
keputusan dalam hal pemanfaatan.Penekanan baik untuk penilaian formatif pada tahap-
tahap awal dari pengembangan produk, maupun penilaian sumatif setelah kegiatan
pembelajaran merupakan perhatian utama dari para teknolog pembelajaran.
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai clan bagi kepentingan pihak luar atau para
pengambil keputusan (sebagai contoh: lembaga penyandang dana, atau calon pengguna,
walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk
gabungan. Untuk alasan kredibiltas.lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada sekedar
merupakan penilaian formatif Hendakn\a jangan dikacaukan dengan penilaian hasil
(outcome) yang sekedar menilai basil, bukannya proses — hal tersebut dapat berupa baik
formatif maupun sumatif ..
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Kawasan merupakan suatu realisasi dari defenisi dari bidang teknologi pembelajaran
2. Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.
Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam
pembelajaran. Walaupun demikian, tidak berarti lepas dari teori dan praktek yang
berhubungan dengan belajar dan desain.Tidak pula kawasan tersebut berfungsi bebas
dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan.Melainkan timbul karena dorongan teori
dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif dan praktek
3. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka
yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung-jawab untuk mencocokkan
pebelajar dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pebelajar agar dapat
berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama
kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pebelajar, serta
memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan
4. Penilaian ialah proses penentuan memadai tidabiya pembel-ajaran dan belajar.
Penilaian mulai dengan analisis masalah.Ini merupakan langkah awal yang penting
dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan
dijelaskan pada langkah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Warsita, Bambang, 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Mazrur, 2011.
Teknologi Pembelajaran, Malang: Intimedia, 2011.
http://one-inspirations.blogspot.com/2012/12/identifikasi-sub-sub-domain-teknologi.html
http://ismiepgb.blogspot.com/2012/09/kawasan-teknologi-pendidikan.html
Miarso, Yusufhadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Prenada

Anda mungkin juga menyukai