Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ADITIYA SAPUTRA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043711553

Tanggal Lahir : 30 AGUSTUS 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : SOSI4302 / KRIMINOLOGI

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 13 / Batam

Hari/Tanggal UAS THE : SABTU, 18 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


Surat Pernyataan Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ADITIYA SAPUTRA

NIM : 043711553

Kode/Nama Mata Kuliah : SOSI4302 / KRIMINOLOGI

Fakultas : ILMU HUKUM

Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

UPBJJ-UT : 13 / Batam

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
BATAM, 18 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

ADITIYA SAPUTRA
JAWABAN

1.
1.1 identifikas terhadap ilmu lainnya yang berkaitan dengan kriminologi yaitu Kriminologi dapat dibagi
dalam 3 (tiga) bagian yang terkonsentrasi dalam 3 (tiga) bidang ilmu, yakni:

A. Sosiologi Hukum yang bertugas mencari penjelasan tentang kondisikondisi terjadinya/terbentuknya


hukum pidana melalui analisis ilmiah. Bidang ilmu ini juga merupakan analisis sosiologis terhadap
hukum. Pokok-pokok bahasan dalam sosilogi hukum ini, antara lain, peranan hukum dalam
mewujudkan nilai-nilai sosial, kondisi empiris perkembangan hukum dan peranan hukum bagi
perbaikan nasib kelompok-kelompok masyarakat yang lemah dan rentan baik secara sosial, budaya,
politik, dan ekonomi.

B. Etiologi kriminal yaitu bertugas mencari penjelasan tentang sebab sebab terjadi kejahatan secara
analisis ilmiah. Bidang ilmu ini, sebenarnya, muncul karena berbagai dorongan ketidakpuasan para ahli
hukum pidana atas kenyataan bahwa pelanggaran hukum (pidana) masih tetap saja terjadi walaupun
hukum (pidana) tersebut telah sedemikian rupa dikembangkan untuk menangkal kejahatan. Salah satu
aspek pengembangan hukum untuk menangkal pelanggaran hukum tersebut adalah penataan sanksi
hukum yang diarahkan menjadi sanksi hukum yang lebih keras, kejam, dan tegas sehingga dianggap
efektif untuk menakut-nakuti pelanggar hukum yang potensial untuk tidak melakukan pelanggaran
hukum. Namun apa yang terjadi? Ternyata, walaupun sanksi hukum sudah sedemikian menakutkan
tetapi kejahatan tetap saja terjadi. Kemudian, para ahli kriminologi merespon masalah ini dengan
mengalihkan perhatiannya pada masalah “mengapa orang-orang tertentu melanggar hukum sementara
orang lain tidak melakukan pelanggaran hukum?”. Mereka meyakini bahwa jawabannya atau
penjelasannya adalah pada faktor di luar hukum pidana itu sendiri. Banyak faktor di luar hukum pidana
yang harus dipertimbangkan sebagai pembenaran seseorang melakukan pelanggaran hukum. Bisa jadi
orang takut terhadap sanksi hukum namun karena alasan lainnya dia tetap melakukan pelanggaran
hukum. Dengan telusuran Etiologi Kriminal ini kemudian kita sadari bahwa dalam mempelajari alasan
mengapa seseorang melanggar hukum (pidana) atau kejahatan kita harus mempertimbangkannya dari
berbagai faktor (multiple factors) tidak lagi hanya melihat faktor hukum atau legalnya saja (single
factor).

C. Penologi artinya berarti ilmu pengetahuan tentang terjadinya atau berkembangnya hukuman, artinya
dan manfaatnya berhubungan dengan upaya “control of crime” (pengendalian kejahatan) yang meliputi
upaya preventif maupun represif. Penologi bertujuan untuk menjelaskan sejarah perkembangan
penghukuman, teori-teori dan masalah korelatif penghukuman, konteks perkembangan penghukuman
dan pelaksanaan penghukuman.

1.2 Identifikasi keterkaitan kriminologi dengan bidang studi lainya dan mengapa hal ini terjadi yaitu :

A. Keterkaitan Kriminologi dengan Kriminalistik


Seringkali orang dengan gegabah menghubungkan kriminologi dengan kriminalistik. Melalui
pembahasan ini kita akan lebih mencermati apa persamaan dan perbedaan antara kriminologi dengan
kriminalistik. Kita telah pahami bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
kejahatan dengan segala aspeknya, yakni sebab-sebab timbulnya kejahatan, atau dengan kata lain
adalah mengupas sebab-sebab mengapa seseorang melakukan kejahatan, serta reaksi sosial terhadap
kejahatan dan pelaku kejahatan (penjahat). Sedangkan kriminalistik merupakan penerapan dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari bukti-bukti mati/bukti fisik (physical evidence) yang merupakan akibat
dari adanya peristiwa kejahatan dengan maksud agar bukti-bukti tersebut dapat dianalisis dan dan
dijadikan alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian dalam upaya penyelesaian perkara pidana
di pengadilan.

B. Keterkaitan Kriminologi dengan ekonomi


Maka tindak kejahatan, kemunkaran, kemaksiatan, jarimah, premanisme adalah perbuatan yang
pelakunya dikenakan sanksi hukum, seperti pembunuhan, borsi, korupsi, dll. Ada sanksi hukum agama,
hukum adat dan hukum Negara. Tindak kejahatan secara yuridis bersifat reelatif, tergantung dari waktu,
tempat, sikon, tidak tetap, tidak universal. Sangat merugikan dalam aspek ekonomis.

C. Keterkaitan Kriminologi dengan Sosiologi


Melalui pemahaman sosiologis dalam memberikan penjelasan kriminologis maka terlihat upaya
kriminologi dalam menjelaskan kejahatan sebagai suatu gejala sosial. Mempelajari kejahatan sebagai
suatu gejala sosial tidaklah mungkin mengabaikan kondisi kehidupan sosial di mana kejahatan itu
muncul sebagai produk dari kondisi sosial tersebut. Sosiologi membantu kriminologi untuk menguak
konsep dan pemahaman dari berbagai bentuk hubungan sosial yang terjadi serta berbagai aspek yang
merupakan produk daripada hubungan sosial tersebut, termasuk kejahatan. Kriminologi adalah suatu
bidang ilmu pengetahuan yang harus dipandang sebagai “suatu tempat pertemuan” bagi suatu lingkup
yang luas dari disiplin akademis termasuk sosiologi. Sebagai suatu bidang studi, kriminologi
bersinggungan dengan sosiologi dalam kaitannya dengan fokus perhatian mereka pada kejahatan
(Walklate, 1998). Perhatian kriminologi terhadap kejahatan ini, di satu pihak merupakan suatu
perhatian yang khas yang tidak mendapatkan tempat khusus dalam sosiologi namun di lain pihak
merupakan suatu bidang ilmu dalam konsep keseluruhan sosiologi.

D. Keterkaitan Kriminologi dengan Psikologi


Kegunaan pemahaman psikologis dalam penjelasan kriminologi tentang kejahatan dan penjahat
merupakan sumbangan pengetahuan tentang penjelasan mengenai kejahatan dan penjahat dilihat dari
sudut ilmu jiwa. Penyelidikan tentang jiwa penjahat sangat berguna untuk mengerti dan memahami hal-
hal yang terkait dengan kepribadian penjahat. Kondisi kejiwaan, emosional, dan sikap tempramen
sesorang yang diyakini memiliki korelasi dengan tindakan agresivitas dan tidak terkontrol ataupun
maniak adalah suatu perhatian dari psikologi yang banyak menyumbang terhadap kriminologi dalam
upaya memahami dan memberikan penjelasan mengapa orang-orang tertentu melakukan pelanggaran
hukum atau melakukan. Dalam perkembangannya, karena fokus penjelasan kejahatan dan penjahat ini
juga banyak mendapatkan kontribusi dari psikologi maka muncullah bidang ilmu seperti psikologi
kriminal.

E. Keterkaitan Antara Kriminologi Dan Ilmu Hukum Pidana


Terlepas dari adanya perbedaan antara kriminologi dan ilmu hukum pidana, dewasa ini perbedaan
tersebut tidaklah begitu tajam lagi, karena keduanya terdapat hubungan saling ketergantungan.
Hubungan saling bergantung antara kriminologi dan ilmu hukum pidana disebabkan oleh beberapa hal,
yakni adanya arah perkembangan dari ilmu hukum pidana yang memfokuskan perhatiannya pada
masalah yang terkait dengan kepribadian pelaku kejahatan yang dihubungkan dengan sifat dan berat
ringannya pidana yang diberikan kepada pelaku kejahatan itu. Perubahan arah perhatian dari ilmu
hukum pidana ini tentunya juga menyentuh area perhatian kriminologi, yakni mencari sebab-sebab
dilakukannya kejahatan oleh pelaku kejahatan walaupun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya
internal.

F. Keterkaitan Kriminologi dengan Antropologi


Telah di jelaskan di atas bahwa bahwa dalam hal mempelajari kejahatan dan penjahat maka fokus
perhatiannya tetap pada tingkah laku manusia di dalam masyarakat. Kejahatan sebagai suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang (penjahat) haruslah dicermati pula dalam konteks budaya di mana orang
yang bersangkutan berada. Asumsi ini didasari keyakinan bahwa terdapat hubungan antara perilaku
seseorang dan penilaian masyarakat terhadap perilaku tersebut dengan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan.

1.3 Menurut analisis saya adalah Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mencoba menjelaskan
masalah-masalah yang terkait dengan kejahatan dan penjahat, dalam perkembangannya, tidak terlepas
dari berbagai bidang studi yang juga berorientasi pada eksistensi hubungan sosial dan produk yang
dihasilkan dari hubungan sosial yang ada., seperti antropologi, sosiologi, psikologi kriminalistrik serta
ilmu hukum pidana. Semakin kompleks pusat perhatian kriminologi maka semakin bermanfaat pula
pemahaman-pemahaman dari berbagai bidang ilmu dalam hal menyumbangkan ke arah penjelasan yang
lebih komprensif yang merupakan tugas dari kriminologi tersebut, karena sifatnya yang multidisipliner.

1.4 Identifikasi dan analisis saya terhadap disiplin ilmu di luar kriminologi yaitu Disiplin adalah ilmu yang
menguraikan tentang arah atau pedoman disipliner, yaitu tentang bagaimana kita harus bertindak untuk
mendapatkan manfaat tentang yang menjadi sasaran studi.

Disiplin analitis merupakan sistem ajaran yang analistis yang menganalisis sera menjelaskan segala
gejala yang dihadapi : sosiologi, psikologi, ekonomi.

Disiplin prespektif merupakan ajaran yang menentukan apakah yang seyogyanya dilakukan dalam
menghadapi kenyataan tertentu : ilmu hukum (dogmatik hukum). Pada umumnya, kalangan ilmiah
berpendapat bahwa sifat-sifat (dasar pembenar, sistematis, dan intersubyektif). Suatu pengetahuan untuk
dapat digolongkan ke dalam il
seluruh cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang setinggi mungkin pada
pengetahuan yang dihasilkan. Ini berarti pertama-tama pemahaman yang akan diuji dalam suatu cara
kerja ilmiah harus dapat dibenarkan secara a priori (sebelum diuji melalui metode ilmiah). Pemahaman
ini dapat berasal dari pengetahuan hasil tangkapan empiric (menggunakan kelima indera, dengan atampa
alat bantu indera), dapat juga hasil pengelohan rasional (menggunakan berbagai bentuk berpikir), atau
dari keduanya. Intinya dasar pembenaran ini adalah, bahwa pemahaman mengenai ilmu pengetahuan
teruji secara ilmiah.

2.
2.1 Menurut analisis saya mengapa analisis risiko viktimisai itu penting karena sebagai salah satu ilmu yang
bersifat interdisipliner viktimologi terdiri atas kumpulan pengetahuan dari berbagai disiplin antara lain
kriminologi, hukum, kedokteran, psikologi, pendidikan pekerjaan social, administrasi umum, dan
lainlain. Viktimologi juga mencakup berbagai bidang aktivitas yang dilakukan oleh kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, lembaga kesejahteraan social, lembaga pendidikan, perusahaan asuransi, serta
lembaga perundang-undangan. Dalam kaitannya dengan kedua batasan viktimologi tersebut di atas maka
viktimologi mempunyai tiga tujuan sebagai berikut (Separovic, 1985).

a. Menganalisis berbagai aspek masalah korban (to analyze the manifold aspect of the victim’s problem).
Dalam tujuan untuk menganalisa berbagai aspek masalah korban ini meliputi kerugian dan/atau
penderitaan korban.

b. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya pengorbanan (to explain the causes for victimization). Hal ini
meliputi suatu analisis serta penjelasan tentang factor-faktor yang menyebabkan timbulnya korban.
Dalam kajian viktimologi akan tampak bahwa timbulnya korban tidak mutlak disebabkan oleh kesalahan
pelaku kejahatan, namun dapat pula disebabkan oleh kesalahan korban dari tingkat yang ringan hingga
kesalahan penuh dipihak korban
c. Menciptakan suatu system kebijakan dalam upaya untuk mengurangi penderitaan manusia (to develop
a system of measures for reducing human suffering). Hal ini dapar betupa kebijakan perlindungan hukum
bagi korban berupa pemberian hal dalam system peradilan pidana maupun kebijakan lain berupa restitusi
dan/atau kompensasi.

2.2 Menurut analisis dan perspektif saya mengapa individu melakukan risiko kejahatan dengan cara
mengumpulkan informasi yang di dapat dari pengalamannya sendiri dan informasi yang di dapat dari
jaringan sosialnya atau media massa Karena media massa sangat berpengaruh pada pembentukan mental
seseorang sehingga banyak sekali tutorial kejahatan yang mudah diakses sehingga informasi yang di
dapatkan membantu proses kejahatan itu sendiri.

2.3 Analisis saya tentang penilaian terhadap risiko dan perilaku yang akan diambil selanjutnya yang mana
dipengaruhi oleh kedua jenis informasi tersebut yaitu Penilaian terhadap risiko dan perilaku yang akan
diambil dari dua jenis informasi ini bergantung pada proses mental seseorang yang memiliki niatan jahat
sehingga sangat mudah sekali kejahatan itu terlaksana dengan atau sesuai kehendak pada pelaku .
Perilaku ini pun juga sangat mudah dicontoh dari informasi aatau suatu bentuk kejadian yang dialami
atau dari media masa yang kemudian dijalankan untuk mendapatkan apapun tujuan para pelaku.

2.4 Analisis saya terhadap peran dari pengaruh pengalaman tidak langsung tentang kejahatan juga sangat
menonjol dalam pembentukan fear of crime karena peran dari pengaruh pengalaman tidak langsung
tentang kejahatan juga sangat menonjol dalam pembentukan fear of crime yakni sebuah pengalaman ang
tidak berkaitan dengan di sendiri namun ketika menyakskan ada rasa keingintahuan pada tindakan yang
terjadi sehingga membentuk suatu dorongan yang ada untuk berbuat kejahatan.

3
3.1 Analisis saya tentang permasalahan di soal ini jika dihubungkan dengan ilmu kriminologi yaitu
pandangan beccaria ini besar pengaruhnya terhadap pembentukan Undang-Undang Perancis (French
Code) tahun 1791. Oleh karena itu sifat dari mazhab klasik ini sering pula identik dengan “administrative
and legal criminologi”. Perlu diketahui bersama bahwasannya mazhab kritis dikenal dengan istilah
critical criminology atau kriminologi baru. Mazhab kritis pada dasarnya meragukan eksistensi atau
keberadaan hukum pidana. Dalam perkembangan pemikiran tentang kejahatan, maka muncullah upaya
yang mencari sebab-musabab kejahatan dalam hubungannya dengan eksistensi hukum.

3.2 Saya menganalisis tentang peristiwa ini yaitu mengukur sejauh mana keefektifan intelectual background
pada masa itu dan rationalism nya yaitu jaman pertengahan dimana pemikiran-pemikiran yang
berkembang waktu itu.

3.3 Menurut Penganalisisan saya bahwa akan hal ini yaitu perlu diketahui bersama bahwasannya mazhab
kritis dikenal dengan istilah critical criminology atau kriminologi baru. Mazhab kritis pada dasarnya
meragukan eksistensi atau keberadaan hukum pidan. Dalam perkembangan pemikiran tentang kejahatan,
maka muncullah upaya yang mencari sebab-musabab kejahatan dalam hubungannya dengan eksistensi
hukum. Hal ini muncul karena adanya pemikiran bahwa hukumlah yang menentukan keberadaan
kejahatan. Aliran pemikiran yang demikian dikenal sebagai mazhab kritis.

3.4 karena menurut analisa saya hukum memang diciptakan dengan keterkaitan yang berbagai bidang ilmu
yang mengatur pada keberadaan tingkat kejahatan sehingga adanya hukum karena adanya kejatahan yang
ada di lingkungan sehingga harus ada batasan dalam hal ini.
4.
4.1 Analisis saya terhadap Struktur sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan munculnya beberapa
kejahatan tertentu, dimana kejahatan tersebut didukung oleh perbedaan struktur sosial itu sendiri yaitu
Pada umumnya selalu menunjuk pada jenis kejahatan yang biasa disebut sebagai kejahatan
konvensional, seperti kejahatan terhadap harta benda, misalnya pencurian, perampokan, atau
pembunuhan, perkosaan serta jenis kejahatan yang dapat digolongkan sebagai kejahatan kekerasan.
Struktur sosial ini sangat berpengaruh pada tingkat kejahatan yang ada mengingat sebagian besar
memiliki alasan mengenai kehidupan ekonomi dan sosial yang berlaku sehingga untuk memenuhi
segala ini dibutuhkan upaya mendapatkanya , namun dengan cara yang salah.

4.2 Menurut analisis saya Jika berbicara tentang kejahatan, pada umumnya selalu menunjuk pada jenis
kejahatan yang biasa disebut sebagai kejahatan konvensional, contih nya saja pemerkosaan,
perampokan, serta jenis kejahatan yang dapat digolongkan sebagai kejahatan kekerasan yaitu suatu
bentuk kejahatan jika si pelaku tidak bisa mendapatkan apa yang mereka harapkan maka akan lebih
cenderung melukai korban , misalnya saja pelaku terdesak dalam hal ekonomi , nah pada hal ini maka
yang di pusatkan pada seseorang yang memiliki status sosial tinggi dengan memiliki harta benda yang
memiliki nilai ekonomi sehingga pelaku menginginkanya , termasuk melakuakn keserasan pada para
korban.

4.3 Dari hasil analisis saya terhadap Dalam kriminologi kejahatan di luar kejahatan konvensional disebut
sebagai white collar crime yakni penjahat berdasi dan orang terbaik, mereka adalah orang terhornat,
jarang ada yang miskin dan umumnya kaya raya yaitu Karena salah satu sifat manusia adalah tidak
pernah puas akan hal yang sudah tercapai sehingga menginginkan hal yang instan tapi selalu
menguntungkan , nah dalam hal ini biasanya dikuasai oleh mereka yang justru memiliki hidup yang
berkecukupan namun tidak pernah merasa puas.

4.4 Analisis saya Hal yang terbanyak sehingga peristiwa ini terjadi adalah dari segi faktor ekonomi, apalagi
pada kalangan menengah kebawah yang selelu membutuhkan banyak pemasukan namun nilai dari apa
yang dikerjakan kemungkinan masih dibawah ekspektasi mereka , akan sering terjadi cekcok dalam
rumah tangga ketika suatu bentuk kebutuhan kurang bisa terpenuhi dengan baik. Kemudian lingkungan
yang memepengaruhi bagaimana tempat seseorang tinggal sehingga akan menjadi suatu pola kebiasaan
dalam hal ini akan ada hal kekerasan didalamnya yang terpengaruh dari faktor lingkungan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai