Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS IMPLEMENTASI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

KEUANGAN PADA SATUAN SAMAPTA BHAYANGKARA


KEPOLISIAN RESORT MALANG KOTA

JURNAL SKRPSI

Disusun Oleh:
RIKE RAHMAH
115020300111109

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
ABSTRAK

ANALISIS IMPLEMENTASI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN


KEUANGAN PADA SATUAN SAMAPTA BHAYANGKARA
KEPOLISIAN RESORT MALANG KOTA

Oleh:
RIKE RAHMAH
Program Studi Akuntansi Universitas Brawijaya
Dosen Pembimbing:
Rosidi
Universitas Brawijaya

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi


pertanggungjawaban keuangan yang telah dilaksanakan Kepolisian Resort Malang
Kota. Pertanggungjawaban keuangan dilaksanakan berdasarkan pada Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelian ini adalah dengan cara
wawancara dan dokumentasi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa Laporan Pertanggungjawaban Keuangan
telah disusun dan diimplementasikan pada setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi perencanaan kegiatan, pencairan dana,
penggunaan dana, dan pertanggungjawaban dokumen-dokumen administratif.
Namun demikian, masih terdapat sub satuan kerja yang mengumpulkan laporan
pertanggungjawaban tidak tepat waktu. Hal itu disebabkan karena kurang
optimalnya komunikasi dari para staf, sumber daya yang tidak maksimal dalam
pemanfaatannya, staf yang menunda mengerjakan pekerjaan, dan struktur
birokrasi yang kurang jelas.
Kata Kunci: Implementasi, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan,
Kepolisian Negara Republik Indonesia
ABSTRACT
ANALYSIS OF FINANCIAL RESPONSIBILITY REPORT
IMPLEMENTATION IN SAMAPTA BHAYANGKARA THE POLICE
STATION OF MALANG DISTRICT

By:
RIKE RAHMAH

Adviser Lecture:
Rosidi

This research was conducted to analyse the implementation of financial


responsibility by the Police Station Center of Malang District. This financial
responsibility is implemented based on the Regulation of Indonesian Republic
Police Chairman number 4 year 2014 about the Financial Responsibility
Administration in the State Police of Indonesian Republic. The qualitative
descriptive approach was utilized in this research. Data collection was done using
interviews and documentations.
The research results show that the financial responsibility report has been
produced and implemented on each activity conducted. These activities include
activity planning, funding distribution and usage, and administrative documents
report. However, there are divisions in the police station which do not submit the
report on time. This is due to the fact that there are problems related to
communication among the staffs, resources which are not used maximumly,
unmotivated staffs, and unclear bureaucracy.

Keywords: Statement of Financial Responsibility, Implementation,


Kepolisian Negara Republik Indonesia
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang berkeinginan untuk menjadi negara


maju, oleh sebab itu banyak perubahan yang dilakuakan untuk mencapainya.
Terjadi banyak perubahan pada segala sektor di Indonesia, salah satu perubahan
tersebut terdapat pada sektor pengelolaan keuangan negara. Menurut pasal 1
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 “keuangan negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Barang yang dijadikan milik negara
memiliki proses dan prosedur dalam pergantian kepemilikaan, sehingga
diperlukan pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan negara diatur pada
peraturan yang bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan tugas.

Sebelum adanya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang


No. 1 Tahun 2004 kewenangan menerbitkan Surat Permintaan Membayar (SPM)
atau surat penagihan berada pada Menteri Keuangan, namun semenjak adanya
kedua peraturan tersebut maka kewenangan dilimpahkan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran. Pimpinan Lembaga
Negara sebagai pengguna anggaran bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan
pada lembaga yang dipimpinnya. Pimpinan lembaga berkewajiban untuk
membuat laporan keuangan yang telah diperiksa oleh badan berwenang dan
menyampaikan laporan tersebut kepada badan yang berwenang.

Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengelolaan keuangan yang


diterapkan pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, terutama pada Kepolisian
Resort Malang Kota sebagai salah satu Lembaga Negara dan kuasa penguna
anggaran negara semenjak tahun 2010. Menurut Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesian nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor, “Kepolisian
Resort Malang Kota atau yang biasa disebut Polres adalah pelaksana tugas dan
wewenang Polri (Polisi Republik Indonesia) diwilayah kabupaten/kota yang
berada di bawah Kapolda (Kepala Kepolisan Daerah)”. Polres Malang Kota
adalah salah satu entitas akuntansi dibawah Kementrian Negara/Lembaga yang
berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan administrasi pertanggungjawaban
keuangan (perwabkeu) atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dengan menyusun laporan keuangan berupa Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Reformasi keuangan Negara dengan munculnya Undang-Undang No. 17


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara maka Kepolisian Negara Republik Indonesia juga
harus mengikuti reformasi tersebut. Peraturan-peraturan tersebut belum
mencerminkan keadaan di Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga dibuat
peraturan khusus. Kepala kepolisian Negara Republik Indonesia membuat
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011
dan disempurnakan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Administrasi
Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Implementasi kebijakan yang tidak optimal menimbulkan keterlambatan


pengumpulan laporan pertanggungjawaban keuangan (perwabkeu). Perwabkeu itu
sendiri adalah dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Keterlambatan pengumpulan perwabkeu dapat mengakibatkan
penundaan pencairan dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
operasional. Syarat yang harus dipenuhi dalam pencairan dana adalah
pengumpulan perwabkeu dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

Penelitian mengenai laporan pertanggungjawaban Kepolisian Resort Malang


Kota juga dibahas dalam penelitian mengenai hasil analisis laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Semarang. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa “untuk meningkatkan kineja aparat pemerintah, mengingat
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan instansi pemerintah yang
berdasarkan pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No. 24 tahun 2005
penting terutama jika dikaitkan dengan prinsip good governance” (Khafid, 2009).
Perbedaan penelitian di polres kota malang dengan penelitian (Khafid, 2009)
adalah objek penelitian, metode analisis dan tahun penelitian. Objek penelitian ini
adalah Satuan Samapta Bhayangkara (Satsabhara) Kepolisian resort Malang Kota.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah implementasi
kebijakan publik yang diungkapkan oleh Edward (Winarno, 2002:126). Penelitian
dilaksanakanan pada tahun 2013. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
memberikan informasi tambahan mengenai implementasi laporan
pertanggungjawaban yang di laksanakan di Kepolisian Resort Malang Kota dari
narasumber yang bersangkutan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah penelitian
adalah bagaimana implementasi Pertanggungjawaban Keuangan Kepolisian
Resort Malang Kota atas kesesuaiannya dengan Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepolisian Resort Malang Kota atas
kesesuaiannya dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014.
LANDASAN TEORI
Kebijakan Publik
Kebijakan publik yang sering diungkapkan oleh pemerintah dalam rangka
untuk mengatur masyarakat yang ada. Menurut Eyestone (Winarno, 2002:15)
secara luas kebijakn publik dapat didefinisan sebagai hubungan suatu unit
pemerintah dengan lingkungannya. Menurut Richart (Winarno, 2002:16) seorang
pakar ilmu politik mendefinisikan kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan
yang sedikit banyak berhubungan berserta konsekuwensi-konsekuwensinya bagi
mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Menurut
Anderson (Winarno, 2002:16) kebijakan merupakan arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
dalam mengatasi suatu permasalahan atau persoalan.
Menurut definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan sehingga menimbulkan akibat untuk menyelesaikan permasalahan
yang terjadi.
Tahap-tahap Kebijakan
Tahap-tahap kebikan publik ini ada dikarenakan memepermudah dalam
proses pengevaluasian dari kebijan yang telah dibuat atau kebijakan yang akan
dibuat. Tahap-tahap tersebut disamapaikan (Winarno, 2002:28) yang terdiri dari
(1) tahap penyusunan agenda, pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak
disentuh sama sekali dan beberapa masalah yang lain pembahasan untuk masalah
tersebut ditunda untuk waktu yang lama (2) tahap formulasi kebijakan, pada tahap
ini masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah
terbaik (3) tahap adopsi kebijkan, salah satu alternative kebijakan tersebut
diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative (4) tahap implementasi
kebijakan, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahaan
masalah harus diimplementasikan yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah sehingga mendapat
dukungan atau pertentangan dari para pelaksana (5) tahap penilai kebijakan,
penentuan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai
kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
Teori Model Implementasi Kebijakan George Edwards III
Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu dari tahapan kebijakan
publik tersebut dibuat. Implementasi kebijakan publik dapat diketahui bagaimana
kebijakan publik yang dibuat berpengaruh terhadap pelaku atau dampak yang
terjadi secara langsung. Menurut (Winarno, 2002:125) implementasi kebijakan
adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan
konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinnya.
Tujuan kebijakan publik adalah cara penyelesaikan permasalahan yang terjadi,
sehingga kebijakan publik dapat memungkinkan terjadinya kegagalan jika
kebijakan tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah yang sedang terjadi.
Kegagalan terjadi dikarenakan pelaksanaan implementasi yang buruk sehingga
kebijakan tersebut tidak sesuai tujuan atau menyimpang dari tujuan.
Menurut Edwards III (Winarno, 2002:126) dalam mengkaji implementasi
kebijakan dengan mengajukan pertanyaan, prakondisi-prakondisi apa yang
diperlukan sehingga suatu implementasi kebijakan berhasil? Dan hambatan-
hambatan utama apa yang mengakibatkan suatu implementasi gagal? Edwards
berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan membicarakan empat faktor atau
variable krusial dalam implementasi kebijakan publik. Faktor-faktor tersebut
adalah komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan atau tingkah
laku-tingkah laku dan struktur birokrasi.
Pembahasan lebih lanjut dari masing-masing faktor tersebut adalah:
a. Komunikasi
Edwards membahas tiga hal yang penting dari komunikasi kebijakan yaitu
transmisi, kejelasan dan konsisitensi. Transmisi, menyadari jika keputusan yang
telah dibuat dan suatu perintah telah dikeluarkan, ketika ditemukan banyak sekali
ditemukan keputusan-keputusan tersebut diabaikan atau terjadi kesalahpahaman
terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarakan.
Kejelasan, seringkali instrksi-instruksi yang diteruskan kepada pelaksana-
pelaksana kabur dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana sustu program
dilaksanakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah kompeksitas kebijakan
publik, keinginan untuk tidak menggangu kelompok-kelompok masyarakat
kurangnya konsensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam
memulai kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat
pembuatan kebijakan pengadilan. Konsisitensi, perintah-perintah impelmentasi
kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana mengambil
tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasi
kebijakan.
b. Sumber Daya
Sumber-sumber yang penting meliputi: staf yang memadai serta keahlian-
keahlian yang baikuntuk melaksanakan tugas-tugas mereka, informasi,
wewenang, dan fasilitas-fasilitas untuk menerjemakan usul-usul diatas kertas guna
melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.
Staf yang memadai tidak cukup dengan jumlah pelaksana yang memadai
untuk melaksanakan kebijakan namun, para pelaksana harus memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Kurangnya personil yang terlatih dengan baik dapat menghambat pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang menjangkau banyak pembaruan. Latihan-latihan atau
training yang diberikan kepada para pelaksna sangat minim sehingga kemmapuan
profesionalitas mereka mengalami kenaikan yang lambat, sehingga diperlukan
kompetensi pengelolaan sebagai kriteria kenaikan pangkat.
Informasi, mempunyai dua bentuk yaitu bentuk pertama, informasi mengenai
bagaimana melaksanakan suatu kebijakan, sehingga para pelaksana perlu
mengetahui apa yang dilakukan dan bentuk kedua, bagaimana harus dilakukan
dan data tentang ketaatan personil-personil lain terhadap peraturan-peraturan
pemerintah. Wewenag, suatu badan mempunyai wewenag yang terbatas atau
kurangnya wewenang untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan tepat.
Wewenang memiliki beberapa bentuk seperti memberi bantuan sampai
memaksakan perilaku. Fasilitas-fasilitas, seseorang pelaksana mungkin
mempunyai staf yang yang memadai, mungkin memahami apa yang harus
dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi
tanpa bangunan seperti kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa kelengkapan,
tanpa perbekalan, maka kemungkinan besar implementasi yang direncanakan
tidak akan berhasil.
c. Tingkah laku atau sikap
Terdapat kebijakan yang dilaksanakan seara efektif karena mendapat
dukungan dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan-kebijakan lain
mungkin akan bertentangan langsung dengan pandangan-pandangan pelaksana
kebijakan atau kepentingan-kepentingan pribadi atau organisasi dari para
pelaksana. Para pelaksana kebijakan akan menggunakan keleluasaaan dengan
cara-cara yang halus untuk menghambat implementasi. Menurut Edwards III
(Winarno, 2002:143) sikap yang baik atau positif para pelaksana terhadap suatu
kebijakan menandakan suat dukungan yang mendorong mereka menunaikan
kewajiban sebagaimana yang di inginkan oleh pembuat kebijakan. Demikian pula
sebaliknya, bila perilaku atau perspektif para pelaksana berbeda dengan pembuat
keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi sulit.
d. Struktur birokrasi
Birokrasi baik secara sadar atau tidak memilih bentuk bentuk organisasi untuk
kesepakatan kolektif, dalam rangka memecahkan masalah-masalah sosial dalam
kehidupan modern. Menurut Edwards III (Winarno, 2002:149) birokrasi biasanya
menjadi pelaksana kebijaksanaan secara keseluruhan. Birokrasi tidak hanya
berada dalam struktur organisasi pemerintah, tetapi juga berada dalam organisasi-
organisasi swasta yang lain bahkan di institusi- intitusi pendidikan dan kadangkala
suatu sistem birokrasi sengaja diciptakan untuk menjalankan suatu kebijakan
tertentu. Edwards III (Winarno, 2002:150) menyatakan bahwa implementasi
kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena ketidakefisienan struktur birokrasi.
Terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: prosedur dan fragmentasi.
Prosedur merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu,
sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang
kompleks dan luas. Edwards III (Winarno, 2002:150) menyatakan bahwa
demikian pula dengan jelas tidaknya standar operasi, baik menyangkut
mekanisme, system dan prosedur pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok,
fungsi dan kewenangan, dan tangggung jawab diantara pelaku, dan tidak
harmonisnya hubungan diantara organisasi pelaksana satu dengan yang lainnya
ikut pula menentukan keberhasilan implementasi kebjakan. Prosedur sangat
mungkin dapat menjadi kendala bagi implementasi kebijakan baru yang
membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan.
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian
Republik Indonesia
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2014 Pertanggungjawaban keuangan yang selanjutnya disingkat
Perwabkeu adalah dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-
bukti penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 bertujuan untuk: (1) sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan Perwabkeu; dan (2) terwujudnya administrasi Perwabkeu yang
benar, tertib, transparan dan akuntabel di lingkungan Polri.
Mekanisme pengajuan dana untuk pengajuan anggaran dari setiap satuan
kerja (satker) menyiapkan Nota Dinas (nodin), rincian acuan dana dan Rincian
Anggaran Belanja (RAB) khusus ajuan lidik sidik; kemudian Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) melakukan uji,teliti ajuan dan perwabkeu dan menerbitkan
SPTB Langsung (LS) dan Surat Permintaan Pembayaran (SPP); Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) melakukan uji, teliti SPP,
SPTB dan ajuan fungsi, lalu memeriksa pagu dan menerbitkan SPM; Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) menetapkan/tidak menetapkan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;dan Seksi Keuangan (Sikeu)
menyiapkan SPM, SPP, membuat SPTB untuk UP (Uang Persediaan)/TUP
(Tambah Uang Persediaan), Surat Setoran Pajak (SPP) selanjutnya kirim ke
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), selanjutnya ambil dana di
bank dan menyalurkan ke sub satker. Jadwal penyetoran perwabkeu pada tahun
anggaran 2014 adalah:
a) Perwabkeu makan jaga piket/makan tahanan/wathan/pengadaan
barang/jasa (kontaktual) seharusnya dikirm 6 hari setelah pencairan dana;
b) Perwabkeu Turjawali Lantas, Sabhara dikirim tanggal 5 bulan berikutnya;
c) Perwabkeu Alat Tulis Kantor (ATK) sub satker dan biaya cetak dikirim 5
hari setelah kegiatan dilaksanakan; dan Perwabkeu opsional intel/operasi
dikirim 5 hari setelah giat dilaksanakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam membantu tercapainya tujuan penelian
ini adalah data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
pada lokasi penelitia dengan cara wawancara dan dokumentasi. Informan dalam
penelitian ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen, Bagian Administrasi Sabhara,
Bagian Seksi Keuangan, dan informan lain yang dianggap berkompeten dengan
proses pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan. Peneliti memfokuskan
wawancara yang dilakukan mengenai implementasi sistem pembuatan Laporan
Pertanggungjawaban Keuangan kesesuaiannya dengan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014. Dokumentasi yang
digunakan adalah peraturan yang terkait dan dokumen perwabkeu.
IMPLEMENTASI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PADA
KEPOLISIAN RESORT MALANG KOTA
Komunikasi
Komunikasi kebijakan mengenai pembuatan perwabkeu di lingkungan
kepolisian terjadi ketika sudah di sahkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Kebijakan yang disampaikan dengan terbitnya peraturan
tersebut kepada seluruh instansi kepolisian dalam proses untuk pembuatan
perwabkeu. Kebijakan di sampaikan kepada seluruh pelaksana agar dapat
mengimplementasikan kebijakan baru sesuai dengan perubahan Peraturan Kepala
Kepolisian Nomor 4 Tahun 2014. Tujuan dari kebijakan ini agar personil dapat
mengetahui cara membuat perwabkeu yang sesuai dengan Peraturan Kepala
Kepolisian Nomor 4 Tahun 2014. Komunikasi yang baik akan meningkatkan
koordinasi, sehingga meminimalisir kesalahan yang terjadi saat proses pengerjaan
dalam pembuatan perwabkeu. Implementasi kebijakan dapat tercapai dengan
adanya komunikasi yang efektif seluruh personel.
Komunikasi kurang dipergunakan dalam hal pengumpulan perwabkeu,
banyaknya perkerjaan yang harus dilaksanakan menjadi lamanya proses
pengumpulan perwabkeu. Seharusnya banyaknya tugas bukan berarti
terkendalanya pengerjaan perwabkeu oleh sub satker jika adanya komunikasi yang
baik akan menemukan jalan keluar. Peran kepala bagian yang cukup besar untuk
mengingatkan para staf agar tetap mengerjakan perwabkeu pada sisa waktu yang
dimiliki.
Kejelasan dan penyampaian komunikasi yang terjadi di Kepolisian Resort
Malang kota dapat dikatakan sudah baik. Para pelaksna dapat berkoordinasi
dengan komunikasi yang baik sehingga proses pencairan dana tidak terdapat
masalah yang berarti. Tetapi untuk ketepatan waktu pengumpulan perwabkeu
dirasa masih kurang baik. Masih adanya sub satker yang terlambat dalam
pengumpulan perwabkeu sehingga, perlu adanya peran kepala bagian untuk
mengingatkan anggotanya dalam pengerjaan perwabkeu.
Sumber-Sumber
Fasilitas pendukung contohnya perangkat komputer dan jaringan internet yang
tersedia dalam proses pencairan dana, gedung, dan mobil kantor sebagai
akomodasi. Sumber terpenting dalam implementasi perwabkeu adalah adanyan
staf yang ahli dan berkompeten dalam melaksanakan tugas yang diemban.
Sumber-sumber yang dimiliki oleh Kepolisian Resort Malang Kota untuk
implementasi laporan pertanggungjawaban keuangan dirasa cukup baik. Fasilitas-
fasilitas penunjang dirasa baik untuk menjalankan implementasi laporan
pertanggungjawban keuangan. Perlu diperhatikan adalah staf yang berkompeten
untuk mengerjakan perwabkeu, tidak hanya staf keuangan semata yang memiliki
pengetahuan lebih disbanding dengan staf yang lain. Staf yang lain dituntut untuk
membuat perwabkeu sesuai dengan dana yang telah dipergunakan.
Tingkah Laku/Sikap
Dukungan dari pemimpin dalam hal ini adalah Kapolres sangat menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan peraturan baru. Kapolres mendukung dalam
keberhasilan implementasi Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga
para personel akhirnya menyetujui pelaksanaan perubahan baru dalam pembuatan
perwabkeu. Diharapkan dengan adanya dukungan dari Kapolres menciptakan
persamaan sikap dari setiap personel yaitu terwujudnya implementasi kebijakan.
Terwujudnya implementasi kebijakan mengarahkan Kepolisian Resort Malang
Kota turut serta mengadakan pengelolaan keuangan yang mencerminkan good
governance.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada para personel yang
berhubungan langsung dengan perubahan, menunjukan para personel memiliki
semangat dalam menjalankan tugasnya dan terus berusaha agar dapat menjalankan
tugas yang diberikan. Para personel pembuat perwabkeu terkadang menemukan
permasalahan dalam mengerjakan tugasnya, sehingga tidak jarang untuk
berdiskusi dengan Kasi Keuangan yang lebih paham.
Sikap yang ditunjukkan oleh seluruh staf di Kepolisian Resort Malang kota
adalah mendukung adanya perubahan kebijakan yang diterapkan. Dukungan
Kapolres membuat seluruh staf menerima perubahan tersebut, sehingga
implementasi dalam pembuatan perwabkeu berjalan lancar. Perlu ditambah sikap
semangat seluruh staf untuk mau berjuang dalam mensukseskan kebijakan,
meskipun banyak pekerjaan yang menumpuk.
Struktur Birokrasi
Terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: prosedur dan fragmentasi.
Penjabaran lebih lanjut mengenai karakteristik utama dari brokrasi, yaitu:
a. Prosedur
Prosedur merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian
waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang
kompleks dan luas. Tidak jelasnya standar prosedur, baik menyangkut
mekanisme, system dan prosedur pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok,
fungsi dan kewenangan, dan tangggung jawab diantara pelaku, dan tidak
harmonisnya hubungan diantara organisasi pelaksana satu dengan yang lainnya
ikut pula menentukan keberhasilan implementasi kebjakan. Menurut Briptu Rizky
Awaludin Syahputra sebagai narasumber yang dipilih penulis dikarenakan
bertugas pada staf Sikeu Polres Malang Kota. Menyatakan bahwa,”masih terdapat
beberpa kendala yang terjadi di lapangan saat pengumpulan dan pembuatan
perwabkeu dari beberapa sub satker.” Briptu Rizky Awaludin Syahputra
menyatakan bahwa, “belum adanya sistem informasi akuntansi seperti flowchart
dalam pelatihan, sistem dan prosedur hanya disampaikan dengan penggunaan
kata-kata dan dalam bentuk bagan”. Belum adanya sistem informasi akuntansi
yang terdapat pada proses pembuatan perwabkeu untuk masing-masing kegiatan
yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga ahli pada bidang akuntansi
untuk penyusunan sistem akuntansi seperti flowchart. Penggunaan flowchart
diharapkan dapat memudahkan seluruh sub satker untuk membuat perwabkeu.
PROSEDUR PENYUSUNAN PERWABKEU

SUB SATKER PPK PPSPM KPA SIKEU

Pengecekan
dan teliti
Menyusun dokumen-
PERWABKEU dokumen

TIDAK Sesuai?

Kwitansi bukti
pembayaran
YA

DISPOSISI Melengkapi
SP2D,SPM
,SPP,
&SPTB

NODIN

Menjilid
laporan
Daftar rincian dana

SPRIN N

Jadwal kegiatan
Selesai

Nominatip uang
saku
KETERANGAN
PPK: Pejabat Pembuat Komitmen
PPSPM: Pejabat Penandatanganan SPM
Dana satuan KPA: Kuasa Pengguna Anggaran
SIKEU: Seksi Keuangan
Disposisi: surat persetujuan KPA
LHK Nodin: Nota Dinas
Sprin: Surat Perintah
Nominatip uang saku: daftar uang saku
LHK: Laporan Hasil Kegiatan
SP2D: Surat Perintah Pencairan Dana
Mengumpul SPM: Surat Perintah Membayar
kan SPP: Surat Permintaan Pembayaran
dokumen SPTB: Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja
PROSEDUR PENYUSUNAN PERWABKEU

SUB SATKER PPK PPSPM KPA SIKEU

Mulai DISPOSISI
NODIN Uji teliti
Rincian ajuan Membe
Ajuan dana fungsi rikan Menyiapkan
Membuat SPTB (LS) persetu dokumen
dokumen juan
SPP

Uji teliti
ajuan& SPP
Rencana kegiatan wabkeu
tahunan Meme
DISPOSISI
riksa
PAGU SPM

Rencana serap
dana tahunan Mener
bitkan menerbit
kan Membuat
SPTB
(UP/TUP)
Serap dana
bulanan SPTB (LS)
SPP SPM Mengirim
dokumen ke
KPPN
Mengaju
kan
kelengk
apan SP2D
pengaju
an dana
NODIN
Rincian Mengambil
Ajuan dana dana di Bank

Rp Rp

Membuat kwitansi
Membuat

Kwitansi
Nominatif
penerimaan dana

2
Menyalurkan
dana
KETERANGAN
PPK: Pejabat Pembuat Komitmen
PPSPM: Pejabat Penandatanganan SPM
Mengumpulkan KPA: Kuasa Pengguna Anggaran
LHK dari setiap SIKEU: Seksi Keuangan
anggota Disposisi: surat persetujuan KPA
Nodin: Nota Dinas
Sprin: Surat Perintah
Nominatip uang saku: daftar uang saku
1 LHK: Laporan Hasil Kegiatan
SP2D: Surat Perintah Pencairan Dana
SPM: Surat Perintah Membayar
SPP: Surat Permintaan Pembayaran
SPTB: Surat Pernyataan Tanggungjawab
Belanja

Sumber:seluruh narasumber dan diolah oleh penulis 2014


Prosedur penyusunan perwabkeu, sebagai berikut:
1. Sub satker membuat dokumen-dokumen yang terdiri dari rencana kegiatan
tahunan, rencana serap dana tahunan, rencana kegiatan bulanan, dan
rencana penyerapan dana perbulan yang mengacu kepada Daftar Isian
Pelaksanaan Penyerapan Anggaran (DIPA), petunjuk operasional kegiatan,
dan penetapan kinerja selama satu tahun.
2. Sub satker mengajukan pengajuan dana yang terdiri dari dokumen Nota
Dinas (Nodin) dan rincian ajuan dana kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK).
3. PPK menguji dan meneliti ajuan dan wabkeu yang ada pada nodin dan
rincian ajuan dana dari sub satker. Setelah sesuai maka PPK menerbitkan
Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja Langsung (SPTB LS) dan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP).
4. Pejabat Penandatanganan Surat Permintaan Membayar (PPSPM)
melakukan uji dan teliti SPP, SPTB dan ajuan fungsi. Selanjutnya PPSPM
memeriksa PAGU dan menerbitkan SPM.
5. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) memberikan persetujuan untuk
pengeluaran dana dangan mengeluarakan disposisi.
6. Seksi Keuangan (Sikeu) menyiapkan SPP, SPM, dan Surat Setoran Pajak
(SSP). Membuat SBTP untuk Uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan
(UP/TUP). Mengirimkan dokumen-dokumen ke Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN). Sikeu mengambil dana pada Bank,
kemudian membuat kwitansi dan menyalurkan dana kepada sub satker.
7. Sub satker menerima dana dari Sikeu dan membuat nominative
penerimaan dana uang saku, menyalurkan dana kepada yang berhak.
Mengumpulkan Laporan Hasil Kegiatan (LHK) kepada bagian
administrasi. Selanjutnya menyusun Laporan Pertanggungjawaban dengan
susunan dokumen:
a. Kwintansi pembayaran, dibuat oleh kasi keuangan dan di
tandatangani oleh kepala bagian sub satker yang menerima dana;
b. Disposisi, surat pernyataan persetujuan oleh KPA untuk
pelaksanaan penyerapan dana;
c. Nota Dinas (Nodin);
d. Daftar rincian dana, dibuat oleh masing-masing sub satker;
e. Surat Perintah Kerja (Sprin), dibuat oleh kepala sub satker;
f. Jadwal kegiatan, dibuat oleh kepala sub satker;
g. Nominatip uang saku, dibuat oleh kepala sub satker;
h. Dana satuan; dan
i. Laporan Hasil Kegiatan, dibuat oleh masing-masing personel yang
menyerap dana.
8. Setelah semua dokumen lengkap dan tersusun dengan benar,
mengumpulkan dokumen-dokumen kepada Sikeu.
9. Sikeu melakukan pengecekan dan meneliti dokumen-dokumen tersebut.
Jika tidak sesuai maka sub satker diminta untuk meneyesuaiakan dan
melengkapi. Jika sudah sesuai maka Sikeu melengkapi dokumen Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang didapat dari KPPN Malang dari
sistem aplikasi SAI. SP2D berisi kode satker, nama satker, kolom nomor
dan tanggal SP2D, kolom Nomor dan tanggal SPPT, kolom nomor dan
tanggal resume tangihan, kolom mata uang, kolom nilai, kolom nilai tukar,
kolom nilai setelah konversi, kolom bank operasional, dan kolom nama,
NPWP, NOP, bank,nama dan no rekening supplier; SPM; SPP;dan SPTB.
Kemudian menjilid laporan pertanggungjawaban dan menjadikannya
sebagai arsip dan siap ketika akan diaudit oleh petugas yang berwenang.
b. Fragmentasi
Penyebaran tanggung jawab kegiatan atau fragmentasi sangat berpengaruh
terhadap proses implementasi kebijakan pembuatan perwabkeu. Hubungan
diantara sesama pelaksana kebijakan, apabila pola hubungan yang terjadi di
lingkungan birokrasi tidak baik maka akan berpengaruh negatif terhadap
kebijakan tersebut. Instasi Kepolisian memiliki jabatan struktural dalam
menjalankan pengelolaan keuangan yang telah diberikan dari pemerintah pusat
berupa APBN
KESIMPULAN
Implementasi Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi
Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia masih belum terlaksana sesuai dengan yang diharapakan karena dalam
pengumpulan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan terdapat sub satker yang
tidak tepat waktu. Hasil analisis dengan metode Edward III menunjukan bahwa
belum optimal pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia. Sumber-sumber seperti
staf yang handal belum bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Implementsai dapat
dikatakan berhasil jika pelaksnaaan administrasi Laporan pertanggungjawaban
sesuai dengan peraturan/kebijakan yang telah ditapkan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti kemukakan, maka peneliti
menyampaikan saran-saran atau sumbangan pemikiran yang dapat
dipertimbangkan sebagai bahan masukan bagi Kepolisian Resort Malang Kota
dalam implementasi laporan pertanggungjawaban keuangan atas kesesuaiannya
dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Administrasi Pertanggungjawaban
Keuangan di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai berikut:
a. Perlu adanya peran kepala bagian untuk mengingatkan anggotanya dalam
pengerjaan perwabkeu agar dapat dikumpulkan dengan tepat waktu
b. Staf yang memiliki perangkapan tugas sehrusnya dapat meluangkan waktu
untuk melengkapi dokumen yang diperlukan untuk Laporan
Pertanggungjawaban Keuangan
c. Adanya flowchart yang tersedia pada setiap staf yang mengerjakan
Laporan Pertanggungjawaban keuangan, sehingga dipermudah dalam
memahami proses yang harus dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyadi, T. (2010). Analisis Hukum. FH UI, 29-51.
Anderson, J. E. (1969). Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart &
Wiston.
Anonim. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tentang
Keuangan Negara. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Anonim. (2004). Undang-Undang Nomor 1 Tentang Perbendaharaan Negara.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Anonim. (2010). Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesian
Nomor 23 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor. Jakarta: Kepala Kepolisian
Republik Indonesia.
Anonim. (2013). Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor Per-
67/PB/2013 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan
Kementrian Negara/Lembaga. Jakarta: Kementrian Keuangan Republik
Indonesia.
Anonim. (2014). Laporan Keuangan. Malang: Polresta Malang.
Anonim. (2014). Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 4
Tentang Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan
Kepolisian Republik Indonesia. Jakarta: Kepala Kepolisian Republik
Indonesia.
Anthoni, R., & Govinddararajan, V. (2005). Management Control System. Jakarta:
Salemba Empat.
Baridwan, Z. (2002). Sistem Akuntansi Pengawasan Prosedur dan Metode.
Yogyakarta: BPFE.
Bastian, I. &. (2003). Sistem Akuntansi Sektor Publik: Konsep untuk Pemerintah
Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Bastian, I. (2007). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Danim, S. (2000). Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.
Denzin, N. K., & Yvonna S, L. (2009). Handbook of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dye, T. R. (1978). Undertanding Pubic Policy. Prentice Hall: Englewood Cliffs.
Edwards III, G. C. (1980). Implementing Public Policy. Washington, D.C:
Congressional Quarterly Inc.
Erfin, S., Hadi Darmaji, S., & Tan, Y. (2012). Metodologi Peneliatan Akuntansi
Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Eyestone, R. (1971). The Threads of Policy: A Study in Policy Leadership.
Indianapolis: Bobbs Merril.
Fuad, A., & Sapto Nugroho, K. (2014). Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hall, j. A. (2001). SIstem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Hazrita, F., Rasuli, M., & Kamaliah, &. (2014). Pengaruh Kompetensi Dan Sistem
Akuntansi Terhadap Kualitas Pertanggungjawaban Laporan Keuangan
Pada Satuan Kerja Di Lingkungan Kanwil Kementrian Agama Provinsi
Riau. Jurnal Sorot, 59-69.
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Khafid, M. (2009). Analisis Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Kota Semarang. Jurnal Dinamika Akuntansi, 99-107.
Kota, K. R. (2014). Catatan Atas Laporan Keuangan. Malang: Kepolisian Resort
Malang Kota.
Krismaji. (2002). Sistem Informasi Akuntansi . Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Lindblom, C. E. (1968). The Policy-Making Process. Englewood Cliffs, N.J:
Prentice-Hall.
Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mustafa, S. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Networked Enterprise Management Information System.
O'Brien, J. (2004). Management Information System. Mc Graw-Hill.
Riawan Tjandra, W. (2006). Hukum Keuangan Negara. Jakarta: PT Grasindo.
Richard, R. (1969). Policy Making in Great Britain. London: MacMillan.
Ripley, R. B. (1982). Burreaucracy and Policy Implementation. Homewood:
Illionis The Dorsey Perss.
Romney, M. B. (2006). Acconting Information System. New Jersey: Prentice Hall.
Stoner, J. A. (2001). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Winarno, B. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai