Analisis Emisi CO2, SOx, NOx
Analisis Emisi CO2, SOx, NOx
Intisari
Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca, sedangkan SOx dan NOx
merupakan polutan yang bilamana terhirup manusia dalam jumlah yang banyak maka
bisa membahayakan kesehatan manusia. Selain itu gas SOx dan NOx bilamana
teroksidasi dan larut dalam tetes-tetes awan dapat menjadikan hujan menjadi hujan asam,
yang mana hujan asam ini berdampak buruk terhadap lingkungan.
Data yang digunakan adalah data tahun 1992 sampai 2002 berupa jumlah
penduduk, GDP, serta emisi CO2, NOx dan SOx sebagai hasil perhitungan emisi akibat
pemakaian energi yang dilakukan oleh Pengkajian Energi Universitas Indonesia.
Sedangkan jumlah penduduk, GDP, emisi CO 2, NOx dan SOx dari tahun 2003 sampai
2020 adalah merupakan hasil model INOSYD (Indonesia Energy Outlook by System
Dynamic).
Sebagai kesimpulan diperoleh bahwa emisi gas CO2, SOx dan NOx dari
pemakaian energi hampir tiap sektor dari tahun ke tahun cenderung meningkat, emisi gas
CO2 yang terbesar berasal dari pembangkit listrik kemudian diikuti oleh sektor industri,
emisi gas NOx yang terbesar berasal dari sektor transportasi, emisi gas SOx terbesar
berasal dari sektor rumah tangga, baik emisi NO x per kapita maupun emisi SOx per
kapita dari tahun ke tahun cenderung naik, umumnya emisi gas NOx per kapitanya lebih
besar dari pada gas SOx, emisi gas NOx per GDP-nya umumnya lebih besar dari pada
gas SOx, namun keduanya berfluktuasi, emisi gas CO2 per kapita cenderung meningkat,
tetapi emisi CO2 per GDP berfluktuasi.
Kata Kunci : emisi CO2, SOx dan NOx
Abstract
CO2 gas is one of green house gas, while SOx and NOx gas are pollutant which if
breathed in more amount by human will endanger health. Besides if SOx and NOx gas
are oxidated then dissolve in cloud drips, it could convert rain to acid rain, which this
acid rain ugly to environment.
Used data is from 1992 to 2003 namely population, Gross Domestic Product,
CO2, NOx and SOx emissión as result of emission calculation from energy consumption
which done by Energy Assesment of Indonesia University. While population, Gross
Domestic Product, SOx, NOx and CO2 emission from 2003 until 2020 was INOSYD
(Indonesia Energy Outlook by System Dynamic) model result.
As result it was obtained that SOx, NOx and CO 2 emission for all sector tend to
increase, the biggest CO2 gas emission was from power plant, the biggest NOx gas
emission was from transportation sector, the biggest SOx gas emission was from
household sector, either NOx emission per capita or SOx emission per capita tend to
increase, commonly NOx emission either per capita or per GDP bigger than SOx, but
both showed fluctuation, CO2 gas emission per capita tend to increase but CO 2 gas
emission per GDP showed fluctuation.
Key Word : NOx, SOx and CO2 emission.
1. PENDAHULUAN
Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca, sedangkan SOx dan NOx
merupakan polutan yang bilamana terhirup manusia dalam jumlah yang banyak maka
bisa membahayakan kesehatan manusia. Selain itu gas SOx dan NOx bilamana
teroksidasi dan larut dalam tetes-tetes awan dapat menjadikan hujan menjadi hujan asam,
yang mana hujan asam ini berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis emisi gas CO2, SOx dan NOx di Indonesia agar bisa menekan emisi
gas rumah kaca (CO2) dan gas penyebab hujan asam (SOx dan NOx).
Emisi gas CO2, SOx dan NOx pada sub hasil tulisan ini adalah merupakan hasil
running model INOSYD (Indonesia Energy Outlook by System Dynamic) oleh
Pengkajian Energi Universitas Indonesia. Kerangka model INOSYD dibagi 3 sub model
yakni sub model energi, sub model ekonomi makro dan sub model lingkungan. Sub
model energi terdiri dari penyediaan energi primer (sumber energi), konversi energi,
transmisi energi, distribusi energi dan kebutuhan energi berupa energi final untuk tiap
sektor. Sub model ekonomi makro didasarkan pada masalah sosial yakni pertumbuhan
populasi. Sebagai unsur tambahan pada sub model ini ditambahkan GDP dan harga
energi. Sub model lingkungan mempertimbangkan interaksi antara sistim energi dan
emisi yang dikeluarkan karena pemakaian energi, produksi energi dan konversi energi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan emisi gas CO2,
SOx dan NOx dari tahun ke tahun untuk tiap sektor karena pemakaian energi, juga
kecenderungan emisi gas CO2, SOx dan NOx per kapita-nya dan per GDP-nya.
2.2. METODE
Gambar-gambar pada sub hasil pada makalah ini merupakan hasil plotting dengan
excell dari data digit berformat pdf pada CD bawaan buku Indonesia Energy Outlook and
Statistics 2004. Pertama data pdf dikonversi ke bentuk rtf dengan software pdf to word,
kemudian setelah copy paste dengan notepad rtf diubah ke text file, selanjutnya setelah
import data, data dalam bentuk txt dikonversi ke xls dengan excell, yang mana format
xls ini mudah dibuat grafik-grafik.
250000 Industri
200000 Komersial
150000 Rumah tangga
100000 Transportasi
50000 Pemb. listrik
0 Kilang
1990 2000 2010 2020 2030
Tahun [-]
2000
komersial
1500
rumah tangga
1000
transportasi
500
pemb. Listrik
0
kilang
1990 2000 2010 2020 2030
Tahun [-]
Gambar 3.2 memperlihatkan emisi NOx dari sektor-sektor sebagai luaran model
INOSYD. Dari gambar ini bisa terlihat bahwa emisi gas NOx yang terbesar berasal dari
sektor transportasi, sedangkan yang terkecil berasal dari kilang dan sektor komersial.
Gambar 3.3 memperlihatkan emisi SOx dari sektor-sektor yang merupakan hasil
model INOSYD. Dari gambar ini bisa terlihat bahwa emisi gas SOx terbesar berasal dari
sektor rumah tangga, sedangkan yang terkecil berasal dari sektor komersial.
1200
industri
1000
komersial
800
rumah tangga
600
transportasi
400
pemb. listrik
200
0
1990 2000 2010 2020 2030
Tahun [-]
Gambar 3.4 memperlihatkan emisi NOx dan SOx per kapita. Dari gambar ini
bisa terlihat bahwa baik emisi NOx per kapita maupun emisi SOx per kapita cenderung
naik. Dan juga umumnya emisi gas NOx per kapitanya lebih besar dari pada gas SOx.
Emisi NOx dan SOx per GDP diperlihatkan pada Gambar 3.5. Pada gambar ini
terlihat bahwa emisi gas NOx per GDP-nya umumnya lebih besar dari pada gas SOx,
namun keduanya berfluktuasi.
Emisi NOx, SOx tiap GDP
14
12
[Ton / juta $ US]
1400 2.5
CO2 [Ton / jiwa]
2002
Tahun [-]
Emisi CO2 per GDP dan per kapita ditunjukkan oleh Gambar 3.6. Dari gambar
ini terlihat bahwa emisi gas CO2 per kapita cenderung meningkat, tetapi emisi CO2 per
GDP berfluktuasi.
IV. PEMBAHASAN
Dari gambar 3.1 sampai 3.3 memperlihatkan bahwa emisi CO 2, NOx dan SOx
yang terbesar bukan berasal dari sektor yang sama akan tetapi dari sektor yang berbeda.
Ini dikarenakan selain jumlah energi dari tiap jenis energi yang dikonsumsi tiap sektor
adalah berbeda (lihat Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.4), juga karena koefisien emisi
dari masing-masing gas adalah berbeda (lihat Tabel 4.5) tergantung dari jenis energi dan
tipe tehnologi dan alat untuk mengkonversi energi. Karena menurut gambar 3.1 emisi
gas CO2 yang terbesar adalah dari pembangkit tenaga listrik, maka untuk menekan emisi
gas rumah kaca agar tidak terlalu besar, ada baiknya bila jenis energi yang dipakai
beralih dari batubara dan minyak bumi ke geotermal, arus laut atau gelombang laut dan
tenaga nuklir. Demikian pula agar emisi gas NOx tidak terlalu besar dari sektor
transportasi (lihat Gambar 3.2), ada baiknya bila mengganti jenis energi yang biasa
dikonsumsi yakni minyak bumi ke gas alam atau biodisel atau tenaga listrik baik dari
batterai atau tenaga surya. Untuk menekan emisi gas SOx yang besar dari sektor rumah
tangga (lihat Gambar 3.3), ada baiknya bila mengganti jenis energi yang biasa dipakai
yakni biomasa dan minyak bumi dengan gas alam.
Pada Gambar 3.4 terlihat bahwa emisi Nox per kapita lebih besar dari pada SOx
per kapita, ini dikarenakan emisi gas NOx dari seluruh pemakaian energi lebih besar dari
pada emisi gas SOx (lihat gambar 3.2 dan 3.3). Demikian pula untuk gambar 3.5, emisi
gas NOx per GDP-nya lebih besar daripada emisi gas SOx per GDP-nya dikarenakan
emisi gas NOx lebih besar dari pada emisi gas SOx.
Baik emisi gas NOx, SOx maupun CO 2 tiap jiwanya dari tahun ke tahun
cenderung meningkat (lihat gambar 3.4, 3.5 dan 3.6), ini menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia dari tahun ke tahun cenderung boros energi. Sedangkan baik emisi
gas NOx, SOx maupun gas CO2 tiap GDP-nya dari tahun ke tahun cenderung
berfluktuasi dan memperlihatkan pola yang sama, yakni awalnya turun kemudian naik,
kemudian turun lagi (lihat gambar 3.5 dan 3.6). Bila emisi gas NOx, SOx dan CO 2 per
GDP-nya cenderung turun dari tahun ke tahun, ini menunjukkan adanya efisiensi energi
yang semakin baik, karena gas-gas tersebut semakin kecil diemisikan untuk
menghasilkan 1 juta US $ pendapatan bruto.
V. KESIMPULAN
Dari hasil analisis emisi CO2, SOx dan NOx diperoleh bahwa :
1. Emisi gas CO2, SOx dan NOx dari pemakaian energi hampir tiap sektor dari tahun
ke tahun cenderung meningkat.
2. Emisi gas CO2 yang terbesar berasal dari pembangkit listrik kemudian diikuti oleh
sektor industri, emisi gas NOx yang terbesar berasal dari sektor transportasi, emisi
gas SOx terbesar berasal dari sektor rumah tangga.
3. Baik emisi NOx per kapita maupun emisi SOx per kapita dari tahun ke tahun
cenderung naik, umumnya emisi gas NOx per kapitanya lebih besar dari pada gas
SOx.
4. Emisi gas NOx per GDP-nya umumnya lebih besar dari pada gas SOx, namun
keduanya berfluktuasi, emisi gas CO2 per kapita cenderung meningkat, tetapi emisi
CO2 per GDP berfluktuasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.elektroindonesia.com/elektro/energi8a.html.
Pengkajian Energi Universitas Indonesia, 2004 : Indonesia Energy Outlook and Statistics
2004.