Anda di halaman 1dari 12

RESUME TENTANG PERMENPAN DAN RB NO.

6 TAHUN 2022,
NO. 7 TAHUN 2022 DAN NO. 1 TAHUN 2023

A. Latar Belakang

Arahan Presiden merupakan penegasan dalam rangka mencapai efektivitas dan efisiensi
Birokrasi agar dilakukan Penyederhanaan Eselonisasi (Birokrasi) dan transformasi
Jabatan ASN struktural ke Jabatan Fungsional.

Dalam rangka penyederhanaan Birokrasi tersebut dilakukan transformasi Organisasi


dengan melakukan penyederhanaan struktur organisasi disusun menjadi menjadi 2 level,
perampingan struktur organisasi Jabatan Administrasi pada K/L/D dengan kriteria
tertentu dan memperhatikan karakteristik sifat tugas dari Jabatan Administrasi tersebut;
Transformasi SDM Aparatur dengan adanya pengalihan, pengembangan dan
penyetaraan Pejabat Administrasi ke dalam Pejabat Fungsional bersesuaian dengan unit
organisasinya; serta Transformasi Sistem Kerja yanga terdiri dari penyempurnaan
mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi yang berorientasi pada percepatan
pengambilan keputusan dan perbaikan pelayanan publik, serta Pengembangan sistem
kerja berbasis digital.

Berkenaan dengan hal tersebut, sebagaimana dimaklumi telah diterbitkan:


1. Permen PAN Dan RB Nomor 6 Tahun 2022 Tentang Pengelolaan Kinerja Pegawai
Aparatur Sipil Negara
2. Permen PAN Dan RB Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Sistem Kerja Pada Instansi
Pemerintah Untuk Penyederhanaan Birokrasi
3. Permen PAN Dan RB Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Jabatan Fungsional

B. Permen PAN Dan RB Nomor 6 Tahun 2022 Tentang Pengelolaan Kinerja


Pegawai Aparatur Sipil Negara

1. Mencabut dan menyatakan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja
Pegawai Negeri Sipil tidak berlaku
2. Pengelolaan kinerja Pegawai berorientasi pada:
a. pengembangan kinerja Pegawai;
b. pemenuhan Ekspektasi Pimpinan;
c. dialog kinerja yang intens antara Pimpinan dan Pegawai;
d. pencapaian kinerja organisasi; dan
e. hasil kerja dan perilaku kerja Pegawai.
3. Perencanaan kinerja terdiri atas penyusunan dan penetapan SKP.
4. Dalam proses penyusunan SKP, Pimpinan dan Pegawai melakukan dialog kinerja
untuk penetapan dan klarifikasi Ekspektasi.
5. Penetapan dan klarifikasi Ekspektasi tersebut dilakukan sejak penyusunan rancangan
perjanjian kinerja unit kerja, yang kemudian dituangkan dalam dokumen SKP.
6. SKP ditetapkan paling lambat akhir bulan Januari.
7. SKP ditandatangani oleh Pegawai dan ditetapkan oleh Pejabat Penilai Kinerja
C. Permen PAN Dan RB Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Sistem Kerja Pada Instansi
Pemerintah Untuk Penyederhanaan Birokrasi

1. Sistem Kerja adalah serangkaian prosedur dan tata kerja yang membentuk suatu
proses aktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.
2. Sistem Kerja digunakan sebagai instrumen bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam
melaksanakan tugas dan fungsi unit organisasi pada Instansi Pemerintah setelah
penyederhanaan struktur organisasi dan penyetaraan jabatan dalam rangka
penyederhanaan birokrasi.
3. Penyesuaian Sistem Kerja adalah perbaikan dan pengembangan mekanisme kerja
dan proses bisnis Pegawai Aparatur Sipil Negara dengan memanfaatkan sistem
pemerintahan berbasis elektronik.
4. Pengelolaan Mekanisme Kerja dilaksanakan dengan prinsip:
a. orientasi pada hasil;
b. kompetensi;
c. profesionalisme;
d. kolaboratif;
e. transparansi; dan
f. akuntabel.
5. Mekanisme Kerja digunakan sebagai acuan dalam pengaturan alur pelaksanaan
tugas Pegawai Aparatur Sipil Negara setelah dilakukan penyederhanaan struktur
organisasi dan penyetaraan jabatan.
6. Setiap unit organisasi terdiri dari 2 level struktur dan tim kerja yang terdiri dari
kelompok Jabatan Fungsional dan pelaksana
7. Dalam pelaksanaan tugas, Pejabat Fungsional dan pelaksana dapat bekerja secara
individu dan/atau dalam tim kerja dengan mengedepankan profesionalisme,
kompetensi, dan kolaborasi berdasarkan keahlian dan/atau keterampilan.
8. Penugasan secara individu dan/atau dalam tim kerja tersebut dapat melibatkan
Pejabat Fungsional dan pelaksana yang berasal dari dalam satu unit organisasi, lintas
unit organisasi, dan/atau lintas Instansi Pemerintah.
9. Dalam tim kerja yang anggotanya berasal dari lintas Unit Organisasi dan/atau lintas
Instansi Pemerintah, Pejabat Fungsional atau pelaksana yang berperan sebagai ketua
tim diutamakan berasal dari Unit Organisasi pemilik kinerja.
10. Penugasan Pejabat Fungsional dan pelaksana dilakukan melalui penunjukan dan/atau
pengajuan sukarela.
11. Pejabat Fungsional dan pelaksana yang ditugaskan secara individu melaporkan
pelaksanaan tugasnya secara langsung kepada Pimpinan Unit Organisasi.
12. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, Pejabat Fungsional dan
pelaksana yang berperan sebagai anggota tim melaporkan pelaksanaan tugas kepada
ketua tim.
13. Ketua tim melaporkan pelaksanaan tugas tim kerja kepada Pimpinan Unit Organisasi
secara berkala.
14. Pimpinan Unit Organisasi secara sewaktu-waktu berwenang untuk meminta laporan
kepada ketua tim dan/atau anggota tim kerja.
15. Penyusunan Proses Bisnis merupakan acuan bagi Instansi Pemerintah untuk
menggambarkan hubungan kerja yang efektif dan efisien antarunit organisasi.
16. Perbaikan dan pengembangan Proses Bisnis melalui reviu dan evaluasi dapat
dilakukan dengan penyesuaian standar operasional prosedur.
17. Mekanisme kerja terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu Tahapan Perencanaan,
Tahapan Pelaksanaan dan Tahapan Evaluasi

18. Penyesuaian yang diperlukan:


a. Penentuan Kedudukan Pejabat Fungsional dan Pelaksana:
1) Pejabat Fungsional dan pelaksana berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Pejabat Penilai Kinerja.
2) Pejabat Penilai Kinerja merupakan atasan langsung dari Pejabat Fungsional
dan pelaksana dengan ketentuan jabatan paling rendah adalah jabatan
pengawas atau jabatan lain yang diberi pendelegasian wewenang.
b. Penugasan Pejabat Fungsional dan Pelaksana:
1) Pejabat Fungsional dan pelaksana dapat ditugaskan secara individu atau tim
kerja untuk membantu pelaksanaan tugas Pimpinan Unit Organisasi
2) Pimpinan Unit Organisasi merupakan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, atau
Pejabat Fungsional yang diangkat untuk memimpin suatu unit kerja mandiri
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penyesuaian dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
Penyesuaian dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Pejabat Fungsional dan
pelaksana dapat dilakukan dalam tim kerja atau individu.
19. Kedudukan dan Penugasan:
Penggambaran kedudukan Pejabat Fungsional dan pelaksana pada unit organisasi
terbagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Unit organisasi yang dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya

1) Pejabat Pimpinan Tinggi Madya sebagai Pejabat Penilai Kinerja

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:


a) organisasi pada kementerian yang dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya yang berperan sebagai pejabat penilai kinerja;
b) organisasi pada lembaga pemerintah nonkementerian yang dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja;
c) organisasi pada lembaga setingkat kementerian yang dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja;
d) organisasi kesekretariatan pada lembaga negara yang dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja; dan
e) organisasi kesekretariatan pada lembaga non struktural yang dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja.

Penugasan:

Struktur penugasan
Dalam struktur penugasan di atas akan berlaku beberapa ketentuan sebagai berikut:
• Pejabat Level I akan menetapkan kinerja Pejabat Level II
• Penilaian kinerja JF dan pelaksana dilakukan oleh pejabat level I selaku
Pejabat Penilai Kinerja
• Pejabat Fungsional dan pelaksana menerima penugasan dari Pejabat level II
selaku pimpinan unit organisasi.

2) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama sebagai Pejabat Penilai Kinerja

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:


a) organisasi pada Kementerian dan Instansi Pemerintah yang memiliki
rentang kendali yang terlalu luas dapat menempatkan Pejabat Fungsional
dan pelaksana untuk berkedudukan di bawah Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama; dan
b) unit kerja mandiri (Unit pelaksana teknis atau instansi vertikal) yang
rentang kendali yang terlalu luas dan beban tugas organisasi yang besar
dapat menempatkan Pejabat Fungsional dan pelaksana untuk
berkedudukan di bawah Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama.

Struktur penugasan
Dalam struktur penugasan di atas, akan berlaku beberapa ketentuan sebagai berikut:
• Pejabat Level I akan menetapkan kinerja Pejabat Level II
• Pejabat Level II akan memberikan penilaian kinerja sekaligus memberikan
penugasan bagi Pejabat Fungsional dan pelaksana.
• Pejabat Level II berperan selaku Pejabat Penilai Kinerja sekaligus selaku
pimpinan unit organisasi.

b. Unit organisasi yang dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama

1) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama sebagai Pejabat Penilai Kinerja

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:

a) organisasi pada kementerian yang dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi


Pratama yang berperan sebagai pejabat penilai kinerja;
b) organisasi pada lembaga pemerintah nonkementerian yang dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja;
c) organisasi kesekretariatan pada lembaga non struktural yang dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja;
d) Organisasi pada dinas daerah provinsi, badan daerah provinsi, inspektorat
daerah provinsi, dinas daerah kabupaten/kota, badan daerah
kabupaten/kota, dan inspektorat daerah kabupaten/kota yang dipimpin
oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang berperan sebagai pejabat
penilai kinerja; dan
e) unit kerja mandiri (instansi vertikal atau unit pelaksana teknis) yang
dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang berperan sebagai
pejabat penilai kinerja.
2) Pejabat Pimpinan Administrator sebagai Pejabat Penilai Kinerja

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:

Unit kerja mandiri (Unit pelaksana teknis atau instansi vertikal) yang rentang kendali
yang terlalu luas dan beban tugas organisasi yang besar dapat menempatkan
Pejabat Fungsional dan pelaksana untuk berkedudukan di bawah Pejabat
Administrator.

3) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama sebagai Pejabat Penilai Kinerja dengan tidak
memiliki Pejabat Administrator

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:

a) Inspektorat Kementerian yang dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi


Pratama yang langsung membawahi Pejabat Fungsional Auditor tanpa
memiliki Pejabat Administrator di bawahnya; dan
b) Unit kerja mandiri (Unit pelaksana teknis atau instansi vertikal) yang
dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang langsung membawahi
Pejabat Fungsional tanpa memiliki Pejabat Administrator di bawahnya.
c. Unit organisasi yang dipimpin oleh Pejabat Administrator

1) Pejabat Administrator sebagai Pejabat Penilai Kinerja

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:

a) Unit kerja mandiri (Unit pelaksana teknis atau instansi vertikal) yang
dipimpin oleh Pejabat Administrator yang berperan sebagai pejabat penilai
kinerja; dan
b) Organisasi pada Kecamatan dengan dengan Pejabat Penilai Kinerja adalah
Camat.

2) Pejabat Pengawas sebagai Pejabat Penilai Kinerja

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:

Unit kerja mandiri (Unit pelaksana teknis atau instansi vertikal) yang rentang
kendali yang terlalu luas dan beban tugas organisasi yang besar dapat
menempatkan Pejabat Fungsional dan pelaksana untuk berkedudukan di
bawah Pejabat Administrator.
3) Pejabat Administrator sebagai Pejabat Penilai Kinerja dengan tidak memiliki
Pejabat Pengawas

Contoh organisasi yang dapat menerapkan penggambaran seperti ini adalah:

Unit kerja mandiri (Unit pelaksana teknis atau instansi vertikal) yang dipimpin
oleh Pejabat Administrator yang langsung membawahi Pejabat Fungsional
tanpa memiliki Pejabat Pengawas di bawahnya.

4) Bagian (Sekretariat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota) sebagai Pejabat


Penilai Kinerja

20. Selanjutnya, dibahas tentang kedudukan untuk di Daerah yang tidak dibahas pada
resume ini.

D. Permen PAN Dan RB Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Jabatan Fungsional

1. Pejabat Fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung


kepada Pejabat Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi pratama, pejabat
administrator, atau pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan
tugas JF.
2. Pejabat Fungsional dapat ditugaskan untuk memimpin suatu Unit Organisasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kategori JF terdiri atas:
a. JF keahlian; dan
b. JF keterampilan.
4. Jenjang JF keahlian, terdiri atas:
a. jenjang ahli utama;
b. jenjang ahli madya;
c. jenjang ahli muda; dan
d. jenjang ahli pertama.
5. Jenjang JF keterampilan, terdiri atas:
a. jenjang penyelia;
b. jenjang mahir;
c. jenjang terampil; dan
d. jenjang pemula.
6. Pengangkatan PNS ke dalam JF dilakukan melalui:
a. pengangkatan pertama;
b. perpindahan dari jabatan lain;
c. penyesuaian; dan
d. promosi.
7. Evaluasi kinerja Pejabat Fungsional dilaksanakan secara periodik maupun tahunan.
8. Evaluasi Kinerja Periodik Pejabat Fungsional dilaksanakan paling singkat 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun dan ditetapkan dalam Predikat Kinerja periodik Pejabat
Fungsional.
9. Evaluasi Kinerja Tahunan Pejabat Fungsional ditetapkan dalam Predikat Kinerja
tahunan Pejabat Fungsional.
10. Predikat Kinerja terdiri atas:
a. sangat baik;
b. baik;
c. cukup/butuh perbaikan;
d. kurang; atau
e. sangat kurang.
Penetapan Predikat Kinerja dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja.
11. Predikat Kinerja dikonversikan ke dalam perolehan Angka Kredit tahunan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. sangat baik ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari koefisien Angka Kredit tahunan sesuai dengan jenjang JF;
b. baik ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 100% (seratus persen) dari koefisien
Angka Kredit tahunan sesuai dengan jenjang JF;
c. cukup/butuh perbaikan ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen) dari koefisien Angka Kredit tahunan sesuai dengan jenjang JF;
d. kurang ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 50% (lima puluh persen) dari
koefisien Angka Kredit tahunan sesuai dengan jenjang JF; dan
e. sangat kurang ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 25% (dua puluh lima persen)
dari koefisien Angka Kredit tahunan sesuai dengan jenjang JF
12. Kenaikan pangkat 1 (satu) tingkat lebih tinggi dapat diberikan dan dipertimbangkan
apabila telah memenuhi paling sedikit Angka Kredit Kumulatif kenaikan pangkat.
13. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, hasil kerja Pejabat Fungsional yang
dilaksanakan sampai dengan 31 Desember 2022, tetap dinilai Angka Kreditnya
berdasarkan Peraturan Menteri yang mengatur mengenai JF masing-masing.
14. Proses penilaian Angka Kredit terhadap hasil kerja dilaksanakan paling lambat 30 Juni
2023.
15. Penilaian Angka Kredit JF berdasarkan konversi predikat Evaluasi Kinerja Tahunan
dilaksanakan untuk evaluasi kinerja ditetapkan untuk periode kinerja mulai 1
Januari 2023.

Anda mungkin juga menyukai