Pada tahun 2023, pemerintah Indonesia mengeluarkan serangkaian peraturan untuk memberikan dasar hukum yang kuat
terkait dengan jabatan fungsional, penilaian, penetapan, dan integrasi angka kredit pejabat fungsional, serta pengelolaan
kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN). Peraturan-peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam manajemen kepegawaian, sekaligus memberikan arah yang jelas bagi pengembangan karier ASN.
Beberapa peraturan yang menjadi dasar hukum utama dalam hal ini adalah:
1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Jabatan
Fungsional Peraturan ini menetapkan prinsip-prinsip dasar terkait jabatan fungsional, termasuk kriteria, tugas, tanggung
jawab, dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pejabat fungsional. Peraturan ini menjadi landasan utama dalam
menentukan jabatan fungsional dalam struktur kepegawaian.
2. Surat Edaran Menteri Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penilaian, Penetapan, dan Integrasi Angka Kredit Pejabat
Fungsional dalam Masa Transisi Berdasarkan Surat edaran ini memberikan panduan mengenai penilaian kinerja dan
penetapan angka kredit pejabat fungsional selama masa transisi. Integrasi angka kredit menjadi hal yang krusial dalam
menentukan perkembangan karier ASN.
3. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun 2023 tentang Angka Kredit, Kenaikan Pangkat, dan Jenjang
Jabatan Fungsional Peraturan ini merinci tata cara perhitungan angka kredit, proses kenaikan pangkat, dan penentuan
jenjang jabatan fungsional. Dengan demikian, ASN dapat lebih jelas mengetahui parameter yang digunakan dalam
penilaian dan peningkatan karier mereka.
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2022 tentang Pengelolaan Kinerja Pegawai Aparatur Sipil Negara
Peraturan ini memberikan pedoman terkait pengelolaan kinerja pegawai ASN secara menyeluruh. Mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kinerja pegawai diatur dalam peraturan ini, yang sesuai dengan prinsip-
prinsip manajemen kinerja modern. Dengan dasar hukum yang kuat dari peraturan-peraturan tersebut, penerapan
Penilaian Kinerja (PAK) yang terintegrasi dengan Surat Keputusan Pegawai (SKP) menjadi suatu keharusan. Hal ini
membantu menciptakan sistem manajemen kepegawaian yang transparan, adil, dan berorientasi pada pengembangan
potensi pegawai.
Peraturan MenPAN-RB Tentang Jabatan Fungsional dan Sistem Penilaian Kinerja Pegawai Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (MenPAN-RB) memiliki peran penting
dalam mengatur aspek-aspek krusial terkait dengan kepegawaian di sektor publik. Dalam konteks ini, Peraturan
MenPAN-RB Nomor 1 Tahun 2023 menjadi landasan hukum yang mengatur sejumlah aspek vital, meliputi:
1. Kedudukan dan Tanggung Jawab, Tugas, dan Klasifikasi Jabatan Fungsional (JF)
Permen PANRB ini memberikan landasan mengenai posisi, tanggung jawab, serta klasifikasi jabatan fungsional. Hal ini
memberikan arah yang jelas terkait dengan peran dan fungsi setiap jabatan fungsional.
2. Kategori dan Jenjang Jabatan Fungsional Peraturan ini merinci kategori dan jenjang jabatan fungsional, membantu
dalam memahami struktur dan hirarki dalam jabatan fungsional.
3. Pengusulan dan Penetapan Jabatan Fungsional Proses pengusulan dan penetapan jabatan fungsional diatur dengan
rinci untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam penempatan jabatan.
5. Pengelolaan Kinerja Pejabat Fungsional Peraturan ini menetapkan mekanisme pengelolaan kinerja pejabat fungsional,
termasuk dalam hal penyusunan dan pelaksanaan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
6. Kenaikan Pangkat Prosedur dan kriteria kenaikan pangkat dijelaskan secara detail, memberikan petunjuk bagi
pegawai yang ingin meningkatkan karier mereka.
7. Penghentian dari Jabatan Fungsional Pengaturan mengenai penghentian dari jabatan fungsional juga diatur dengan
tujuan menjaga kedisiplinan dan kinerja aparatur.
8. Kompetensi MenPAN-RB mengatur mengenai kompetensi yang diperlukan untuk menduduki jabatan fungsional,
memastikan bahwa pejabat yang diangkat memiliki kualifikasi yang sesuai.
10. Organisasi Profesi Mengatur mengenai organisasi profesi, memfasilitasi pertukaran pengalaman dan pengetahuan
antar pejabat fungsional.
a. Kuantitas
Kuantitas mengacu pada jumlah pekerjaan atau hasil yang dihasilkan oleh seorang pegawai. Indikator ini membantu
menentukan seberapa produktif seorang pegawai dalam mencapai targetnya.
b. Kualitas
Kualitas merujuk pada tingkat keunggulan atau standar hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai. Indikator ini menilai
sejauh mana pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
d. Biaya
Indikator biaya mencakup kemampuan seorang pegawai untuk mengelola anggaran yang di berikan untuk mencapai
hasil kerja. Hal ini penting dalam konteks efisiensi penggunaan sumber daya.
1. Identifikasi Tugas dan Target: Jelaskan dengan jelas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan target yang harus
dicapai oleh pegawai.
2. Pilih Indikator yang Relevan: Pilih indikator kinerja individu yang paling relevan untuk setiap tugas dan target yang
telah ditetapkan.
3. Tentukan Standar Kinerja: Tetapkan standar atau tingkat pencapaian yang diharapkan untuk setiap indikator, sesuai
dengan tujuan organisasi dan kebutuhan pekerjaan.
4. Monitor dan Evaluasi: Lakukan pemantauan secara berkala terhadap pencapaian indikator kinerja individu. Evaluasi
secara rutin diperlukan untuk memastikan bahwa pegawai berada pada jalur yang benar untuk mencapai tujuan.
Dengan menerapkan indikator kinerja individu dalam RHK, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih
terarah, memotivasi pegawai untuk mencapai target, dan memastikan pencapaian kinerja yang optimal sesuai dengan
ekspektasi perusahaan.
2. Periksa data kepegawaian pada menu Profile untuk memastikan keakuratan informasi. Jika ada ketidaksesuaian,
kunjungi BKPSDM untuk melakukan pembaruan data MySAPK (Data Kepegawaian).
3. Akses Detail SKP pada menu SKP dan pastikan data pada Pegawai yang dinilai dan Pejabat Penilai Kinerja sudah
sesuai. Jika ditemui ketidaksesuaian, coba lakukan refresh data dengan mengklik muat ulang.
4. Pastikan isian RHK (Rencana Harian Kerja) sudah terisi dengan benar.
5. Jika terjadi pergantian atasan atau perubahan atasan dalam periode 1 Januari – 31 Desember, sesuaikan SKP dengan
membuat SKP baru. Contohnya, jika ada perubahan atasan dari KS Definitif menjadi KS PLT per 1 Agustus, buat SKP
baru untuk periode 1 Agustus – 31 Desember. Pastikan nama Pejabat Penilai sudah berubah sesuai dengan KS
Baru/PLT.
6. Jika Anda sebagai PLT, lakukan langkah yang sama seperti pada poin 5, yaitu buat SKP baru sebagai atasan dan buat
RHK organisasi agar bawahan dapat mengintervensi RHK Anda.
7. Pastikan status SKP Anda adalah PERSETUJUAN. Jika masih dalam status pengajuan atau draft, ajukan dan hubungi
Dinas Pendidikan.
8. Isilah Rencana Aksi dan Pengisian Bukti Dukung, lalu lihat hasilnya pada Sub Menu Penilaian di Menu SKP sesuai
dengan Triwulan yang berlaku (saat ini adalah Triwulan III).
9. Perhatikan Pejabat penilai kinerja pada pengisian Rencana Aksi dan lakukan muat ulang jika tidak sesuai.
10. Isikan Realisasi dan Bukti Dukung agar dapat di nilai oleh atasan.
11. Perhatikan hirarki penilaian: Guru di nilai oleh Atasan, yaitu Kepala Sekolah (Definitif/PLT), sementara KS
(Definitif/PLT) dinilai oleh Kepala Dinas.
12. Jika mengalami kendala dalam pengisian SKP, silahkan datang ke BKPSDM atau Dinas Pendidikan (Bidang PPTK)
untuk berkonsultasi.
Kesimpulan
Kita dapat menyimpulkan bahwa Tips panduan praktis untuk mengisi SKP pada Triwulan 3 Tahun 2023 memberikan
arahan yang jelas bagi ASN. Dari memastikan keakuratan data kepegawaian hingga langkah-langkah spesifik dalam
mengisi Rencana Aksi dan Bukti Dukung, artikel ini memberikan tips yang sangat berguna. Pentingnya memahami
perubahan atasan dan hirarki penilaian juga di tekankan. Dengan mengikuti panduan ini, di harapkan ASN dapat
mengatasi kendala dalam pengisian SKP, memastikan persetujuan tepat waktu, dan meningkatkan kinerja mereka sesuai
dengan standar yang di tetapkan. Kesimpulannya, artikel ini menjadi panduan praktis yang komprehensif untuk
memastikan pengisian SKP yang sukses pada Triwulan 3 Tahun 2023.
Pengertian SKP
Sebelum membahas format SKP 2023, kita perlu memahami apa itu SKP. SKP adalah alat yang di gunakan untuk
mengukur kinerja seorang PNS selama satu tahun kerja. SKP terdiri dari beberapa unsur, termasuk perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian kinerja. Di dalam SKP, terdapat target-target kinerja yang harus di capai oleh PNS, dan
penilaian di lakukan berdasarkan pencapaian tersebut.
1. Bagian ini mencakup data pribadi PNS seperti nama, NIP (Nomor Induk Pegawai), jabatan, unit kerja, dan periode
penilaian kinerja. Pastikan semua informasi identitas PNS terisi dengan benar.
2. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
Sasaran Kinerja Pegawai merupakan inti dari SKP. PNS harus merumuskan sasaran-sasaran kinerja yang spesifik,
terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatasan waktu (SMART). Sasaran ini harus mendukung pencapaian tujuan
organisasi tempat PNS bekerja.
3. Kegiatan Tugas Jabatan
PNS harus menjelaskan tugas-tugas jabatan yang harus di emban untuk mencapai sasaran kinerja. Ini mencakup
deskripsi pekerjaan, tanggung jawab, dan peran yang harus di jalankan oleh PNS.
4. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama adalah ukuran konkret yang di gunakan untuk menilai pencapaian sasaran kinerja. PNS harus
merinci indikator-indikator ini dan menetapkan target pencapaian yang realistis.
5. Target Kinerja
PNS perlu menentukan target pencapaian untuk setiap indikator kinerja utama. Target ini harus terukur dan tercapai
dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun penilaian.
6. Realisasi Kinerja
Bagian ini digunakan untuk mencatat realisasi kinerja PNS selama periode penilaian. PNS harus mengisi pencapaian
terhadap target-target yang telah ditetapkan.
7. Penilaian Atasan
Atasan langsung PNS akan melakukan penilaian terhadap kinerja yang telah dicapai. Penilaian ini mencakup pencapaian
terhadap sasaran, kualitas kerja, inisiatif, dan perilaku kerja.
8. Catatan Tambahan
Bagian ini di gunakan untuk mencatat catatan tambahan yang relevan dengan penilaian kinerja PNS, seperti pencapaian
luar biasa atau kendala yang di hadapi selama periode penilaian.
9. Tanda Tangan dan Persetujuan
Setelah semua bagian SKP terisi, SKP harus di tandatangani oleh PNS dan atasan langsungnya sebagai tanda
persetujuan.
Panduan Pengisian Rencana Hasil Kerja (RHK) dan Surat Keputusan Penilaian (SKP)
Panduan Pengisian Rencana Hasil Kerja (RHK) dan Surat Keputusan Penilaian (SKP)Panduan Pengisian Rencana Hasil
Kerja (RHK) dan Surat Keputusan Penilaian (SKP)
Dalam dunia kerja, pengukuran kinerja pegawai adalah langkah penting untuk menilai sejauh mana seseorang telah
mencapai tujuan dan tanggung jawabnya. Salah satu alat yang di gunakan untuk tujuan ini adalah Rencana Hasil Kerja
(RHK) dan
Pendidikan adalah fondasi penting bagi perkembangan masyarakat dan negara. Dalam upaya untuk terus meningkatkan
profesionalisme dan kualitas kerja dalam dunia pendidikan, Pemerintah telah menerapkan perubahan signifikan melalui
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2023, serta surat edaran
dari Menpan RB Nomor 8 Tahun 2023. Salah satu aspek penting dalam perubahan ini adalah penyesuaian angka kredit
konvensional ke angka kredit integrasi. Mengapa penyesuaian ini begitu penting dan bagaimana mekanismenya
berjalan?
Sebagai contoh, data menunjukkan bahwa sekitar 35.359 guru dan pengawas sekolah di provinsi Kalimantan Barat perlu
melakukan penyesuaian angka kredit. Ini adalah gambaran dari berapa banyak pejabat di daerah yang perlu melakukan
penyesuaian, dan jumlah ini dapat berbeda di setiap wilayah.
Penyesuaian angka kredit ini tidak merugikan pejabat fungsional, tetapi justru memungkinkan mereka untuk tetap
mengembangkan karir mereka. Bagaimana proses penyesuaian ini dilakukan? Mari kita jelaskan langkah-langkahnya.
Untuk memastikan bahwa semua pejabat fungsional memenuhi persyaratan ini dan dapat mengembangkan karir mereka
sesuai dengan peraturan yang berlaku, penyesuaian angka kredit dari konvensional ke integrasi menjadi langkah yang
sangat penting. Hal ini di lakukan untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun pejabat fungsional yang tertinggal dalam
proses penyesuaian angka kredit ke integrasi. Semua ini bertujuan agar para pejabat fungsional dapat meraih hak
pengembangan karir mereka dengan adil dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, penyesuaian ini
tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga mendukung peningkatan kualitas pendidikan di berbagai tingkatan.
Penutup
Dengan adanya penyesuaian angka kredit konvensional ke angka kredit integrasi, Pemerintah berkomitmen untuk terus
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Proses ini bukan hanya tentang perubahan angka, tetapi juga tentang
memberikan penghargaan yang pantas kepada para pejabat fungsional yang telah berdedikasi dalam dunia pendidikan.
Melalui perencanaan yang matang dan kerja sama semua pihak, kita dapat mewujudkan visi pendidikan yang lebih baik
dan berkualitas. Terima kasih atas perhatian dan partisipasi aktif dalam upaya ini. Semoga pendidikan Indonesia
semakin gemilang di masa depan.
Pedoman Penyesuaian Angka Kredit Konvensional ke Integrasi adalah suatu panduan yang penting dalam dunia
pendidikan dan akademik. Panduan ini membantu mengarahkan proses penilaian dan penyesuaian angka kredit dari
program-program pendidikan konvensional ke model integrasi yang lebih modern dan inklusif. Dengan adanya pedoman
ini, lembaga pendidikan dapat merancang kurikulum yang lebih relevan, mengakomodasi kebutuhan beragam peserta
didik, dan memastikan bahwa evaluasi prestasi akademik mencerminkan perubahan dinamika pendidikan saat ini.
Pedoman ini memberikan landasan yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada inklusi dan
inovasi.
SE Dirjen GTK Kemendikbudristek Nomor: 5137/B/HK.04.01/2023 ini di sampaikan kepada Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) atau Badan Kepegawaian Sumber Daya Manusia (BKPSDM) di seluruh
Provinsi/Kabupaten/Kota, serta Kepala Dinas Pendidikan di seluruh Indonesia.
4. Penetapan AK Integrasi:
Pejabat yang berwenang menetapkan AK integrasi bagi pejabat fungsional guru dan pejabat fungsional pengawas
sekolah mencakup berbagai tingkatan eselon dan instansi, seperti Menteri Pendidikan, Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama, Gubernur, Bupati/Walikota, dan pimpinan instansi pusat.
Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan akurasi penilaian angka kredit bagi pejabat fungsional di bidang pendidikan,
Indonesia telah mengadopsi perubahan penting dengan menggantikan Angka Kredit Konvensional dengan Angka Kredit
Integrasi. Surat Edaran Dirjen GTK Kemendikbudristek Nomor 5137/B/HK.04.01/2023 menjadi landasan utama untuk
proses ini.
Dengan begitu para guru, kepala sekolah serta pengawas sekolah wajib siap- siap dengan keputusan baru itu. Berharap
dengan terdapatnya peraturan ini masih ada waktu peralihan sehingga para guru serta pengawas sekolah masih
berkesempatan mengajukan kenaikan pangkat memakai peraturan lama.
Hal baru lainnya yang di atur dalam ketetapan ini adalah mengenai angka kredit yang didapat dari predikat kinerja
berlandaskan perolehan ekspektasi kinerja yang pernah di susun berlandaskan perbincangan kinerja di awal tahun
dengan pimpinannya. Dengan peraturan ini DUPAK tidak lagi berlaku seperti sebelumnya pada saat hendak mengajukan
kenaikan pangkat.
Rangkuman poin- poin transformasi ketetapan Jabatan Fungsional 2023 yang ada dalam Permenpan 1/ 2023, antara lain:
1. Kedudukan Jabatan Fungsional( JF):
5. Diatur tentang pengalihan Jabatan Administrasi( JA) ke JF dalam rangka penyusunan birokrasi:
a. Administrator ke JF ahli madya;
b. Pengawas ke JF ahli muda; dan
c. Eselon V ke JF ahli pertama.
Jabatan Fungsional merupakan sebuah jabatan dalam organisasi yang di berikan pada seseorang berdasar pada keahlian,
kemampuan maupun kompetensi yang dimiliki. Jabatan fungsional ini tentunya tidak berdasarkan pada struktur hirarki
yang ada dalam sebuah organisasi, tetapi lebih kepada kemampuan serta spesialisasi yang dipunyai oleh seorang
individu.
Seseorang yang telah naik dalam jabatan fungsional biasanya melalui proses evaluasi serta penilaian kompetensi
maupun keahlian yang dimiliki. Hal ini dengan tujuan agar bisa memastikan jika orang yang di tempatkan dalam jabatan
fungsional tersebut mempunyai kemampuan maupun kompetensi dalam memenuhi tuntutan pekerjaan.
Hal Penting Dalam Permenpan RB No 1/2023 Tentang Jabatan Fungsional
Didalam pasal 35 disebutkan tentang pengelolaan kinerja pejabat fungsional. Dalam pasal 36 tentang evaluasi kinerja
pejabat fungsional. Dan pasal 37 tentang penilaian dalam angka kredit. Sebenarnya poin penting dalam Permenpan RB
No 1/2023 adalah Jabfung. Poin Penting Jabatan Fungsional adalah adanya ketentuan tentang unsur serta sub unsur
kegiatan, butir kegiatan dan angka kreditnya. Selain itu, hasil kerja, penilaian kinerja, penilaian angka kredit pejabat
pengusul Angka Kredit, pejabat penetap Angka Kredit, tim penilai Angka Kredit, Angka Kredit pemeliharaan, unsur
penunjang, unsur pengembangan profesi, pengangkatan dalam Jabatan Fungsional, kenaikan pangkat, dan kenaikan
jenjang JF dalam berbagai Keputusan Menpan RB maupun Permenapan RB mengenai hal tersebut diatas dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Perubahan pada cara penilaian angka kredit juga berlaku bagi dosen, guru, auditor, serta dokter. Untuk lebih jelasnya,
bisa langsung dicek pada pasal 62 tentang jabatan fungsional apa saja yang terkena perubahan pada sistem ini. Sehingga,
bisa disimpulkan bahwa tidak ada lagi Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK).
1. Angka Kredit Besar-Besar: Transformasi ini mencakup perubahan dalam sistem penilaian angka kredit yang memiliki
karakteristik utama, yaitu angka kredit (AK) cenderung memiliki nilai yang tinggi.
2. Kegiatan Terbagi Menjadi Unsur Utama dan Penunjang: Transformasi ini juga melibatkan pembagian kegiatan
menjadi unsur utama dan unsur penunjang dalam penilaian AK.
3. Penilaian AK Dilakukan oleh Tim Penilai Berdasarkan Usulan DUPAK: Tim penilai mengukur AK berdasarkan
usulan Data Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK).
4. Kelebihan AK Terus Di kumulatifkan: Jika seorang pegawai memiliki kelebihan AK, maka nilai tersebut akan terus di
akumulasikan.
Versi 1 – AK Konversi
Dalam upaya untuk mengubah sistem penilaian angka kredit, ada beberapa perubahan yang dilakukan:
1. Angka Kredit Kecil-Kecil: Transformasi ini mencakup perubahan AK yang memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya.
2. Kegiatan Ditetapkan dalam SKP: Transformasi ini melibatkan pengungkapan kegiatan dari butir per paket dalam
Surat Keputusan Penilaian (SKP).
3. Penilaian AK Melibatkan Konversi Sebutan Kinerja: Tim penilai menilai AK dengan mengkonversi sebutan kinerja.
4. Kelebihan AK Tetap dalam Jenjang yang Sama: Jika seorang pegawai memiliki kelebihan AK, nilai tersebut tetap
berada dalam jenjang yang sama.
Versi 2 – AK Konversi
Selain itu, ada perubahan lain dalam sistem penilaian angka kredit:
1. Angka Kredit Kecil-Kecil: Transformasi ini mencakup perubahan AK yang memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya.
2. Kegiatan dari Kegiatan Cascading PK Atasan yang Ditetapkan dalam SKP: Transformasi ini melibatkan
pengungkapan kegiatan hasil dari dialog kinerja yang merupakan cascading PK atasan dalam SKP.
3. Penilaian AK Melibatkan Formulasi Integrasi: Tim penilai menilai AK dengan menggunakan formulasi integrasi.
4. Kelebihan AK Tetap dalam Jenjang yang Sama: Jika seorang pegawai memiliki kelebihan AK, nilai tersebut tetap
berada dalam jenjang yang sama.
Versi 3 – AK Konversi
Perubahan lain dalam penilaian angka kredit mencakup:
1. Angka Kredit Kecil-Kecil: Transformasi ini mencakup perubahan AK yang memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya.
2. Kegiatan Hasil dari Dialog Kinerja yang merupakan Cascading PK Atasan yang Di tetapkan dalam SKP:
Transformasi ini melibatkan pengungkapan kegiatan hasil dari dialog kinerja yang merupakan cascading PK atasan
dalam SKP.
3. Penilaian AK Di lakukan oleh Atasan Langsung Melalui Konversi Predikat Kinerja: AK di nilai oleh atasan langsung
melalui konversi predikat kinerja.
4. Kelebihan AK Tetap dalam Jenjang yang Sama: Jika seorang pegawai memiliki kelebihan AK, nilai tersebut tetap
berada dalam jenjang yang sama.
Batas Waktu Penetapan AK Menggunakan AK Konversi
Dalam mengimplementasikan AK Konversi, ada beberapa batas waktu yang harus di perhatikan:
1. Ketentuan dalam Permenpan 1 Tahun 2023: Mulai bulan Januari 2023, transformasi ini mencakup perubahan dalam
sistem penilaian angka kredit yang menggunakan AK Konversi.
2. Ketentuan dalam SE Menpan RB No. 8 Tahun 2023: Usulan penilaian angka kredit menggunakan metode
konvensional dan integrasi di terima oleh tim penilai angka kredit paling lambat Juni 2023 dan di tetapkan ke dalam
PAK.
3. Batas Waktu Paling Lambat Konversi: Transformasi ini mencakup batasan waktu paling lambat Desember 2023.
5 Kondisi AK Konvensional
Ada lima kondisi yang terkait dengan penilaian angka kredit konvensional:
Pegawai atau pejabat fungsional aktif menjalani proses krusial, yaitu teknis penyesuaian Angka Kredit (AK), dalam
rangka mencapai kenaikan jabatan dan pangkat yang di inginkan. Proses ini mengharuskan mereka untuk mengikuti
langkah-langkah dan prosedur yang ketat guna memastikan bahwa nilai AK mereka sesuai dengan jenjang jabatan yang
mereka targetkan. Dalam upaya ini, pegawai melakukan peninjauan dan pembaruan AK mereka, mempertimbangkan
berbagai faktor seperti tugas jabatan, pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang yang relevan. Teknis penyesuaian
AK tidak hanya mengandalkan penilaian, tetapi juga mengharuskan perhitungan yang akurat dan mematuhi persyaratan
yang di tetapkan oleh aturan dan regulasi yang berlaku. Selain menjadi kunci untuk mencapai kenaikan jabatan dan
pangkat yang layak, proses ini juga merupakan pilar penting dalam menjaga integritas dan transparansi dalam sistem
penilaian pegawai.
Penyesuaian Angka Kredit Bagi JF Guru dan Pengawas Sekolah dalam DISPAKATI
Angka Kredit (AK) adalah salah satu parameter penting dalam sistem penilaian kinerja bagi guru dan pengawas sekolah
di Indonesia. Penetapan AK ini memiliki dampak signifikan terhadap karier dan pengembangan profesional mereka.
Dalam konteks ini, ada beberapa ketentuan yang perlu di perhatikan terkait penyesuaian AK bagi pejabat fungsional
guru dan pengawas sekolah.
Berdasarkan PermenPAN RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010, pejabat yang
bertanggung jawab dalam menetapkan AK dibagi menjadi dua kategori, yaitu pejabat dari instansi pusat dan instansi
daerah. Namun, dalam tulisan ini akan lebih fokus membahas penyesuaian AK yang ditetapkan oleh pejabat dari instansi
daerah, terutama bagi guru dan pengawas sekolah.
Konversi AK dari Kep.MenPAN Nomor 84 Tahun 1993 ke PermenPANRB Nomor 16 Tahun 2009
Selain itu, AK terakhir yang di miliki oleh pejabat fungsional guru dan pengawas sekolah dalam versi Kep.MenPAN
Nomor 84 Tahun 1993 harus di konversikan terlebih dahulu ke dalam format yang sesuai dengan PermenPANRB
Nomor 16 Tahun 2009. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Permendikbud Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sipil dan Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil.
Kesimpulan:
Pentingnya Penyesuaian Angka Kredit untuk Guru dan Pengawas Sekolah Dengan demikian, penyesuaian Angka Kredit
bagi guru dan pengawas sekolah adalah proses yang penting dalam menilai kinerja mereka dan menentukan
perkembangan karier mereka. Proses ini di lakukan secara transparan dan mengikuti ketentuan yang telah di tetapkan
oleh pemerintah. Dengan adanya penyesuaian AK, di harapkan guru dan pengawas sekolah dapat terus meningkatkan
kompetensi dan kualitas pelayanan pendidikan di Indonesia.
jemen kepegawaian, sekaligus memberikan arah yang jelas bagi pengembangan karier ASN. Beberapa peraturan yang
menjadi dasar hukum utama dalam hal ini adalah:
1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Jabatan
Fungsional
Peraturan ini menetapkan prinsip-prinsip dasar terkait jabatan fungsional, termasuk kriteria, tugas, tanggung jawab, dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pejabat fungsional. Peraturan ini menjadi landasan utama dalam menentukan
jabatan fungsional dalam struktur kepegawaian.
2. Surat Edaran Menteri Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penilaian, Penetapan, dan Integrasi Angka Kredit Pejabat
Fungsional dalam Masa Transisi Berdasarkan
Surat edaran ini memberikan panduan mengenai penilaian kinerja dan penetapan angka kredit pejabat fungsional selama
masa transisi. Integrasi angka kredit menjadi hal yang krusial dalam menentukan perkembangan karier ASN.
3. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun 2023 tentang Angka Kredit, Kenaikan Pangkat, dan Jenjang
Jabatan Fungsional
Peraturan ini merinci tata cara perhitungan angka kredit, proses kenaikan pangkat, dan penentuan jenjang jabatan
fungsional. Dengan demikian, ASN dapat lebih jelas mengetahui parameter yang digunakan dalam penilaian dan
peningkatan karier mereka.
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2022 tentang Pengelolaan Kinerja Pegawai Aparatur Sipil Negara
Peraturan ini memberikan pedoman terkait pengelolaan kinerja pegawai ASN secara menyeluruh. Mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kinerja pegawai diatur dalam peraturan ini, yang sesuai dengan prinsip-
prinsip manajemen kinerja modern.
Dengan dasar hukum yang kuat dari peraturan-peraturan tersebut, penerapan Penilaian Kinerja (PAK) yang terintegrasi
dengan Surat Keputusan Pegawai (SKP) menjadi suatu keharusan. Hal ini membantu menciptakan sistem manajemen
kepegawaian yang transparan, adil, dan berorientasi pada pengembangan potensi pegawai. Peraturan MenPAN-RB
Tentang Jabatan Fungsional dan Sistem Penilaian Kinerja Pegawai
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (MenPAN-RB)
memiliki peran penting dalam mengatur aspek-aspek krusial terkait dengan kepegawaian di sektor publik. Dalam
konteks ini, Peraturan MenPAN-RB Nomor 1 Tahun 2023 menjadi landasan hukum yang mengatur sejumlah aspek
vital, meliputi:
1. Kedudukan dan Tanggung Jawab, Tugas, dan Klasifikasi Jabatan Fungsional (JF)
Permen PANRB ini memberikan landasan mengenai posisi, tanggung jawab, serta klasifikasi jabatan fungsional. Hal ini
memberikan arah yang jelas terkait dengan peran dan fungsi setiap jabatan fungsional.
6. Kenaikan Pangkat
Prosedur dan kriteria kenaikan pangkat dijelaskan secara detail, memberikan petunjuk bagi pegawai yang ingin
meningkatkan karier mereka.
8. Kompetensi
MenPAN-RB mengatur mengenai kompetensi yang diperlukan untuk menduduki jabatan fungsional, memastikan bahwa
pejabat yang diangkat memiliki kualifikasi yang sesuai.
a. Kuantitas
Kuantitas mengacu pada jumlah pekerjaan atau hasil yang dihasilkan oleh seorang pegawai. Indikator ini membantu
menentukan seberapa produktif seorang pegawai dalam mencapai targetnya.
b. Kualitas
Kualitas merujuk pada tingkat keunggulan atau standar hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai. Indikator ini menilai
sejauh mana pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
d. Biaya
Indikator biaya mencakup kemampuan seorang pegawai untuk mengelola anggaran yang di berikan untuk mencapai
hasil kerja. Hal ini penting dalam konteks efisiensi penggunaan sumber daya.
1. Identifikasi Tugas dan Target: Jelaskan dengan jelas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan target yang harus
dicapai oleh pegawai.
2. Pilih Indikator yang Relevan: Pilih indikator kinerja individu yang paling relevan untuk setiap tugas dan target yang
telah ditetapkan.
3. Tentukan Standar Kinerja: Tetapkan standar atau tingkat pencapaian yang diharapkan untuk setiap indikator, sesuai
dengan tujuan organisasi dan kebutuhan pekerjaan.
4. Monitor dan Evaluasi: Lakukan pemantauan secara berkala terhadap pencapaian indikator kinerja individu. Evaluasi
secara rutin diperlukan untuk memastikan bahwa pegawai berada pada jalur yang benar untuk mencapai tujuan.
Dengan menerapkan indikator kinerja individu dalam RHK, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih
terarah, memotivasi pegawai untuk mencapai target, dan memastikan pencapaian kinerja yang optimal sesuai dengan
ekspektasi perusahaan.