Anda di halaman 1dari 48

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN

PENILAIAN DAN PENETAPAN


ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS
KEPEGAWAIAN

Penulis:
1. Drs. Mamat, MM
2. Ismail Fahmi, S.IP

PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JAKARTA, 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan angka
kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar pertimbangan Tim
Penilai, hal ini sesuai ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.

Dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tersebut,


disebutkan pula bahwa untuk kenaikan dalam jenjang jabatan/pangkat yang lebih
tinggi diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah disyaratkan, berdasarkan
prestasi kerja yang merupakan salah satu unsur dari Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan ( DP-3 ), dan prestasi kerja itu sendiri hasil kerja setiap Pegawai Negeri
Sipil yang dibebankan kepadanya yang antara lain dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.

Selain merupakan salah satu unsur dari DP-3, prestasi kerja juga
merupakan unsur yang sangat penting dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2011tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, dimana dalam Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tersebut disebutkan bahwa setiap PNS
wajib Menyusun SKP berdasarkan rencana kerja tahunan instansi, yang dapat pula
dikatakan sebagai kontrak kerja bagi setiap PNS yang akan dinilai sekali dalam satu
tahun diakhir bulan Desember atau awal januari tahun berikutnya sebagai penilaian
Prestasi Kerja, dan bagi PNS yang tidak Menyusun SKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai disiplin PNS.

Dari dasar tersebut jelas bahwa dalam pengembangan karier seorang


pejabat fungsional ditentukan dari penilaian prestasi kerja sebagai persyaratan
dalam kenaikan jabatan/pangkat, dengan ukuran tercapainya angka kredit kumulatif
yang ditentukan dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun untuk
kenaikan jabatan dan sekurang-kurang 2 (dua) tahun untuk kenaikan pangkat.

1
Pencapaian angka kredit dimaksud akan sangat tergantung pada
kemandirian pejabat fungsional itu sendiri, dalam arti bahwa kecakapan,
keterampilan, pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan sangat berpengaruh dalam peningkatan dan pengembangan kariernya.
Disamping tingkat profesionalisme dari pejabat fungsional dimaksud,
terdapat faktor lain yang cukup berpengaruh dalam pengembangan karier pejabat
fungsional, antara lain adalah unit pengelola kepegawaian dan Tim Penilai Jabatan
Fungsional.

Unit pengelola kepegawaian sangat berpengaruh dalam pengembangan


karier pejabat fungsional, karena kinerja suatu organisasi tidak terlepas dari
profesionalisme unit pengelola kepegawaian dalam merumuskan perencanaan
karier Pegawai Negeri Sipil, menentukan pola pengembangan karier Pegawai
Negeri Sipil, menentukan formasi jabatan dan lain sebagainya. Keberhasilan
pelaksanaan rekruitmen dalam mendapatkan pejabat fungsional akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas pejabat fungsional yang bersangkutan, hingga dalam
pelaksanaan pengembangan kariernya.

Jumlah, kualifikasi dan komposisi jabatan fungsional dalam suatu unit


kerja akan mempengaruhi kinerja pejabat fungsional dalam pencapaian angka
kredit kumulatif yang harus dikumpulkan. Hal tersebut perlu diperhitungkan karena
pejabat fungsional selalu berdampingan dengan Pegawai Negeri Sipil lainnya yang
bukan pejabat fungsional, sehingga akan mempengaruhi kinerja keseluruhan
Pegawai Negeri Sipil dalam suatu unit kerja.

Tim Penilai Angka Kredit merupakan komponen lain yang sangat


mempengaruhi kelancaran dalam penilaian dan penetapan angka kredit, sehingga
untuk menjadi Anggota Tim Penilai memiliki kelebihan dari pejabat fungsional
lainnya. Sebagian Tim Penilai berasal dari pejabat fungsional itu sendiri dan
memiliki kepangkatan serendah-rendahnya sama dengan kepangkatan pejabat
fungsional yang dinilai, merupakan syarat utama menjadi Anggota Tim Penilai.
Dengan demikian dapat dikatakan untuk menjadi Anggota Tim Penilai adalah
pejabat fungsional yang dipandang lebih senior dari pejabat fungsional lainnya,
disamping persyaratan teknis lainnya sebagai Anggota Tim Penilai.

2
Dari uraian tersebut jelas, bahwa dalam pengembangan jabatan fungsional
akan dipengaruhi oleh pejabat fungsional itu sendiri, unit pengelola kepegawaian
dan Tim Penilai Jabatan Fungsional. Dengan demikian dalam pelaksanaan diklat
jabatan fungsional, tentunya pesertanya tidak saja dari pejabat fungsional itu
sendiri, tetapi tidak kalah pentingnya apabila pejabat dari unit pengelola
kepegawaian atau dari Tim Penilai Jabatan Fungsional perlu diikuti serta sebagai
peserta dalam diklat/workshop teknis jabatan Analis Kepegawaian.

B. Deskripsi Singkat
Pemahaman jabatan fungsional secara umum, bahwa dalam proses kenaikan
jabatan/pangkat menggunakan angka kredit dengan besaran angka kreditnya
dibelakang nol koma yang rumit. Yang sebenarnya besaran angka kredit dimaksud
sudah dirumuskan sedemikian rupa sehingga dalam jangka waktu 4 (empat) tahun
seorang pejabat fungsional minimal dapat menikmati kenaikan pangkatnya.
Perhitungan 4 (empat) tahun tersebut baru diperhitungkan dari perolehan angka
kredit dari unsur utama bidang tugas kegiatannya, belum diperhitungkan dari unsur
utama sub unsur pendidikan dan/atau dari unsur pengembangan profesi, ditambah
dari unsur penunjang tugas kegiatannya.

Pelaksanaan tugas kegiatan sehari-hari dari suatu unit kerja belum tentu
semuanya bisa dinilai, karena hanya pelaksanaan tugas kegiatan yang terdapat
dalam lampiran I dan II Peraturan Menpan Nomor : PER/36/M.PAN/11/2006
tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya saja yang bisa dinilai.
Pemahaman masing-masing butir kegiatan dengan tolok ukur sejauh mana
pengertian suatu butir kegiatan diterjemahkan, ditambah ada/tidaknya bukti
fisiknya.

Prosedur penyusunan dan pengajuan DUPAK merupakan hal yang sangat


penting yang tentunya harus dipahami oleh Analis Kepegawaian, pengelola
kepegawaian ataupun Tim Penilai, mulai dari tata cara penyusunan,pengajuan,
persyaratan , waktu pengajuan dan pejabat mana saja yang terkait dalam pengajuan
DUPAK, juga keterlibatan pejabat, mulai dari atasan langsung, pejabat
kepegawaian, pejabat pengusul, Sekretariat Tim Penilai dan Tim Penilai.

3
Sedangkan bagaimana penilaian dan penetapan angka kredit dijelaskan dari
tata cara penilaian, waktu penilaian dan penetapan angka kredit, pejabat yang
penetapan angka kredit, penetapan angka kredit dan hasil penilaiannya.

Kegunaan dalam penilaian dan penetapan angka kredit tidak hanya


merupakan salah satu syarat untuk kenaikan jabatan/ pangkat atau dalam penilaian
awal pengangkatan dalam jabatan fungsional, juga dipergunakan untuk mengontrol
para pejabat fungsional yang telah mencapai batas pangkat maksimal sesuai dengan
jenjang jabatan dan lamanya dalam jenjang jabatan tersebut. Pengontrolan tersebut
untuk menentukan kurun waktu yang belum dapat mengumpulkan angka kredit,
sehingga dapat mengakibatkan pembebasan sementara bahkan bisa diberhentikan
dan jabatan fungsionalnya.

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran umum, diharapkan peserta diklat mampu memahami
dan mengerti tentang pengertian dan dasar hukum, unsur dan sub unsur butir
kegiatan yang dinilai, langkah-langkah penyusunan dan pengajuan daftar usul
penetapan angka kredit, penilaian dan penetapan angka kredit, kegunaan penilaian
dan penetapan angka kredit dan pengisian kelengkapan berkas.

4
BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN

A. Dasar Hukum
Dasar hukum yang melatar belakangi modul ini, berkaitan dengan
dasar hukum kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang menyangkut pengembangan
karier Pegawai Negeri Sipil pada umumnya dan peraturan perundangan lain yang
mendukung pengembangan karier jabatan fungsional pada khususnya.
Dasar Hukum dimaksud antara lain adalah :
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4017),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4193);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4019);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil;
5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
6. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2013 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Analis Kepegawaian;

5
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/36/M.PAN/11/2006 tentang Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan
Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/14/M.PAN/6/2008;
8. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 67 Tahun 2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan Angka
Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 33 Tahun 2007;
9. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Analis Kepegawaian;
10. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penulisan Karya Tulis/Karya llmiah Analis Kepegawaian;
11. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Analis Kepegawaian.
12. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 26 Tahun 2011 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Analis Kepegawaian Keterampilan;
13. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Analis KepegawaianKeahlian;
14. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Standar Kompetensi Kerja Analis Kepegawaian.

B. Pengertian
Pengertian disini berkaitan dengan apa yang dimaksud pengertian
secara umum terhadap pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil, serta
pengertian secara khusus yang mengatur pengembangan karier jabatan fungsional.
Adapun pengertian dimaksud antara lain adalah :
1. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau
keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
2. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi
nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam

6
rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
3. Instansi pembina Jabatan Fungsional adalah instansi pemerintah yang bertugas
membina suatu jabatan fungsional menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional
yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang keahlinya. Tugas utama jabatan
fungsional keahlian meliputi pengembangai pengetahuan, penerapan konsep
dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah, dan pemberian pengajaran
dengan cara yang sistematis.
5. Jabatan fungsional keterampilan adalah jabatan fungsional kualifikasi teknisi
atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya
mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan
atau lebih. Tugas utama jabatan fungsional keterampilan meliputi pelaksanaan
kegiatan teknis yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metoda
operasional di bidang ilmu pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di
tingkat pendidikan tertentu.
6. Analis Kepegawaian adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan manajemen PNS dan pengembangan
sistem manajemen PNS.
7. Manajemen PNS adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan
kewajiban kepegawaian yang terdiri atas formasi dan pengadaan, mutasi,
pendidikan dan pelatihan (diklat), gaji, tunjangan dan kesejahteraan,
ketatausahaan kepegawaian, disiplin dan pengendalian kepegawaian,
pemberhentian dan pelaporan.
8. Pengembangan sistem manajemen PNS adalah kebijakan manajemen PNS
mencakup norma, standar, prosedur mengenai sistem pengadaan kepegawaian,
sistem mutasi, sistem ketatausahaan kepegawaian dan sistem gaji, tunjangan
dan kesejahteraan.

7
9. Analis Kepegawaian keterampilan adalah Analis Kepegawaian yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu.
10. Analis Kepegawaian keahlian adalah Analis Kepegawaian yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan,
metodologi, dan teknik analisis tertentu.
11. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka susunan
sesuatu organisasi.
12. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai
Negeri Sipil dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai
dasar penggajian.
13. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan
pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap negara.

14. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang
diperlukan oleh suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan
tugas pokok dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang
bertanggung jawab dalam bidang penertiban dan pendayagunaan aparatur
negara.
15. Tim Penilai Angka Kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang untuk menetapkan angka kredit.
16. Tim Penilai Teknis adalah tim penilai dibentuk atas saran Ketua Tim Penilai
Angka Kredit dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit, untuk memberikan saran dan pendapat kepada Ketua Tim Penilai dalam
hal memberikan penilaian atas kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan
yang memerlukan keahlian tertentu.
17. Bukti fisik adalah sesuatu yang dapat dijadikan dasar untuk menyatakan
kebenaran hasil pelaksanaan tugas kegiatan dari pejabat fungsional.
18. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan adalah surat tanda tamat
pendidikan dan pelatihan yang diperoleh pejabat fungsional setelah mengikuti
dan lulus pendidikan dan pelatihan.

8
C. Latihan
1. Jelaskan dasar hukum Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan Angka
Kreditnya ?
2. Jelaskan pengertian Jabatan Fungsional ?
3. Uraikan Bukti fisik apa saja yang dilampirkan pada saat akan naik pangkat ?

D. Rangkuman
Berkaitan dengan dasar hukum kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang
menyangkut pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil, telah di uraikan tentang
yang berkaitan apa yang dimaksud pengertian secara umum terhadap
pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil, dan pengertian secara khusus yang
mengatur pengembangan karier jabatan fungsional.

Bahwa prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan
Fungsional Analis Kepegawaian sangat dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan,
pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

9
BAB III
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN YANG DINILAI

A. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan formal yang disyaratkan untuk
pengangkatan dalam jabatan fungsional dibuktikan dengan ijazah/gelar. Pendidikan
lainnya adalah pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional, dan penilaiannya
ditentukan oleh lamanya waktu mengikuti diklat dengan bukti surat tanda tamat
pendidikan dan pelatihan (STTPL). Prajabatan, yang dibedakan antara prajabatan
golongan II dan prajabatan golongan III, pendidikan dimaksud antara lain adalah :

1. Pendidikan Sekolah
Pendidikan Sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi (Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi/Diploma) di
bidang/jurusan tertentu yang sesuai dengan bidang tugas kegiatan Jabatan
Fungsionalnya. Pendidikan Sekolah yang sesuai dengan bidang tugas kegiatan
Jabatan Fungsional, biasanya sudah ditentukan atau sesuai klasifikasi yang
ditentukan oleh Pejabat Pembina Jabatan Fungsional itu sendiri yang terdapat
dalam syarat pengangkatan jabatan atau kenaikan jabatan/pangkat pada
Peraturan Menpan tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.

Tolak ukur penilaian adalah memperoleh ijazah/gelar perguruan tinggi


sebagaimana ditentukan dalam masing-masing Peraturan Menpan tentang
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya, yaitu belum digunakan dalam
penilaian pengangkatan atau keputusan penyesuaian jabatan/ kepangkatan dari
pejabat fungsional yang bersangkutan, yang dinyatakan dengan surat
keterangan dari atasan yang bersangkutan.

10
Besaran angka kredit untuk setiap gelar/ijazah pendidikan sekolah sesuai
dengan tingkatan gelar/ijazah, ditentukan untuk :
a. SLTA / Diploma I 25 angka kredit
b. Diploma II 40 angka kredit
c. Diploma III 60 angka kredit
d. Sarjana/Diploma IV 100 angka kredit
e. Pasca Sarjana (S2) 150 angka kredit
f. Doktor (S3) 200 angka kredit

Besaran angka kredit untuk penilaian pertama kali adalah sesuai besaran
angka kredit yang tercantum dalam Peraturan Menpan tentang Jabatan
Fungsional dan Angka Kreditnya, sedang untuk penilaian berikutnya atau
dalam peningkatan gelar/ijazah adalah dikurangi dengan angka kredit yang
diperoleh dari gelar sebelumnya, dan pendidikan sekolahnya harus sesuai
dengan klasifikasi pendidikan yang disyaratkan. Sedang .untuk perolehan
gelar/ijazah yang tidak sesuai klasifikasi pendidikan yang disyaratkan,
penilaian dihargai sebagai unsur penunjang.

Contoh 1:
Amin diangkat dalam Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian Ahli
dengan tingkat pendidikan yang digunakan Sarjana (S-1) dengan perhitungan
penilaian angka kredit dari pendidikannya 100. Setelah 4 (empat) tahun
diangkat, Amin memperoleh gelar M.Si dari Pasca Sarjana (S 2) sesuai bidang
tugas kegiatannya. Dengan demikian perhitungan angka kredit yang diperoleh
dari S-2 nya adalah 150 dikurangi 100, sehingga penilaian angka kredit yang
diperoleh dari S-2 nya menjadi 50.

Contoh 2:
Susi diangkat dalam Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian Ahli dengan
tingkat pendidikan yang digunakan Sarjana (S-1) dengan perhitungan penilaian
angka kredit dari pendidikannya 100. Setelah 4 (empat) tahun diangkat, Susi
memperoleh gelar MM dari Pasca Sarjana (S-2) dengan konsentrasi Pasar
Modal. Dengan demikian perhitungan angka kredit yang diperoleh dari S-2 nya
adalah 10, diberikan angka kredit 10 sebagai unsur penunjang karena penilaian

11
angka kredit yang diperoleh dari S-2 nya konsentrasi Pasar Modal yang tidak
sesuai dengan bidang manajemen PNS.

2. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional


Pendidikan dan pelatihan fungsional adalah pendidikan dan pelatihan
fungsional dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPL) atau sertifikat. Tolak ukur pendidikan dan pelatihan fungsional yang
dapat diberikan angka kredit adalah diklat fungsional penjenjangan/teknis yang
telah ditentukan oleh Instansi Pembina Jabatan Fungsional masing-masing
sebagaimana diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pendidikan dan pelatihan tersebut harus memuat jangka waktu


pelaksanaan, tanggal, hari atau jumlah jam pelatihan sehingga Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) atau sertifikat dapat dilakukan
penilaian. Sedangkan apabila jumlah jam pelatihan tidak dicantumkan, maka
jumlah jam yang dihitung adalah berpedoman pada jumlah hari dikalikan 8
(delapan) jam pelatihan untuk teori dan dikalikan 10 (sepuluh) jam pelatihan
untuk praktek. Untuk penilaian penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
fungsional oleh pemerintah atau swasta dalam dan atau luar negeri yang diakui,
harus dibuktikan dengan adanya Surat Keterangan dari pejabat yang
berwenang.

Besaran angka kredit untuk setiap STTPL atau sertifikat pendidikan dan
pelatihan fungsional, ditentukan untuk:
a. Lamanya diklat s/d 30 Jam 0,5 angka kredit
b. Lamanya diklat dari 30 s/d 80 jam 1 angka kredit
c. Lamanya diklat dari 81 s/d 160 jam 2 angka kredit
d. Lamanya diklat dari 161 s/d 480 jam 3 angka kredit
e. Lamanya diklat dari 481 s/d 640 jam 6 angka kredit
f. Lamanya diklat dari 641 s/d 940 jam 9 angka kredit
g. Lamanya diklat dari 941 jam lebih 15 angka kredit

12
3. Prajabatan
Pengadaan pegawai didasarkan asumsi bahwa dalam setiap pengangkatan
dalam jabatan sudah didasarkan pada kebijakan penataan pegawai antara lain
bahwa:
a. formasi PNS harus menunjukkan jabatan;
b. proses pengadaan PNS berdasarkan pada kompetensi.
Pelaksanaan prajabatan sebagai salah satu syarat pengangkatan CPNS
menjadi PNS, sehingga program prajabatan harus sudah mengacu pada
kompetensi dari masing-masing jabatan, dengan demikian dapat dilakukan
penilaian untuk setiap prajabatan, ditentukan untuk:
a. Prajabatan golongan II 1,5 angka kredit
b. Prajabatan golongan III 2 angka kredit

B. Manajemen PNS
Unsur Manajemen PNS merupakan tugas pokok seorang pejabat Analis
Kepegawaian yang terdiri dari beberapa Sub-unsur, antara lain :
1. Formasi dan Pengadaan;
2. Mutasi;
3. Diklat;
4. Gaji, Tunjangan dan Kesejahteraan;
5. Tata Usaha Kepegawaian;
6. Disiplin dan Pengendalian Kepegawaian; dan
7. Pemberhentian.

C. Pengembangan Sistem Manajemen PNS


Manajemen PNS dan Pengembangan Sistem Manajemen PNS adalah 2
(dua) unsur yang merupakan tugas pokok pejabat Analis Kepegawaian, adapun
sub-unsur Pengembangan Sistem Manajemen PNS terdiri dari :
1. Sistem Pengadaan;
2. Pengembangan Jabatan;
3. Sistem Ketatausahaan Kepegawaian;
4. Sistem Gaji, Tunjangan dan Kesejahteraan;

13
5. Penyusunan Naskah Akademik; dan
6. Pelaporan.

D. Pengembangan Profesi
Unsur pengembangan profesi jabatan fungsional secara umum akan sama
antara jabatan fungsional yang satu dengan jabatan fungsional lainnya,
perbedaannya ada pada pengembangan masing-masing jabatan fungsional yang
sangat tergantung pada kriteria dari jabatan fungsional itu sendiri, disamping tolak
ukur penilaiannya.
Unsur pengembangan profesi jabatan fungsional Analis Kepegawaian meliputi:
1. pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang manajemen PNS;
2. pembuatan petunjuk teknis dibidang manajemen PNS;
3. penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lain dibidang manajemen
PNS.
Besaran angka kredit masing-masing unsur pengembangan profesi
ditetapkan sama dari masing-masing jabatan fungsional, sebagai hasil kutipan
besaran angka kredit sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menpan.

E. Penunjang Tugas Analis Kepegawaian


Sebagai unsur penunjang dalam jabatan fungsional, secara umum unsur
penunjang sama antara jabatan 'fungsional yang satu dengan jabatan fungsional
lainnya seperti halnya dengan unsur pengembangan profesi. Demikian halnya
dengan besaran angka kredit unsur penunjang tugas kegiatan, angka kreditnya
sudah given.
Unsur penunjang tugas kegiatan jabatan fungsional Analis Kepegawaian meliputi :
1. Pengajaran/pelatih di bidang manajemen PNS;
2. Seminar,loka karya dibidang manajemen PNS;
3. Keanggotaan organisasi profesi Analis Kepegawaian;
4. Keanggotaan Tim Penilai;
5. Perolehan penghargaan/tanda jasa;
6. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya.

14
F. Tugas Kegiatan Lainnya
Dasar utama tersusunnya suatu jabatan fungsional adalah mempunyai
kriteria antara lain mempunyai metodologi, teknik analisis, teknis dan prosedur
kerja yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan dan/atau pelatihan teknis
tertentu dengan sertifikasi, yang dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan secara
matriks. Sehingga tersusun jenjang pelaksanaan tugas kegiatan dengan metodologi
yang menggambarkan matrik kegiatan, yaitu semakin tinggi jenjang jabatan
seorang pejabat fungsional akan:
a. semakin banyak angka kredit yang harus dikumpulkan;
b. semakin berat tanggung jawab dan wewenangnya;
c. semakin besar tuntutan kemampuan dalam menyusun konsep, mengembangkan
daya pikir, dan mengembangkan teknologi.
Besaran angka kredit kumulatif yang harus dikumpulkan sesuai jenjang
jabatannya, untuk:
b. Pelaksana, sebanyak 20 angka kredit
c. Pelaksana Lanjutan, sebanyak 50 angka kredit
d. Penyelia, sebanyak 100 angka kredit
e. Pertama, sebanyak 50 angka kredit
f. Muda, sebanyak 100 angka kredit
g. Madya, sebanyak 150 angka kredit
Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam penyusunan matriks kegiatan
secara metodologis mengakumulasi tercapainya angka kredit kumulatif untuk setiap
jenjang jabatan, sehingga dalam kurun waktu tertentu atau 4 (empat) tahun
maksimal dapat naik pangkat.

15
BAB IV
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT (DUPAK)

A. Tata Cara Penyusunan DUPAK


1. Inventarisasi Bulanan
Setiap pejabat fungsional wajib mencatat dan menginventarisasi
seluruh kegiatan yang dilakukan dan apabila menurut perhitungan sementara
telah memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
jabatan/pangkat, maka pejabat fungsional yang bersangkutan secara hirarkhi
mengajukan usul penilaian dan penetapan angka kredit.
Hasil inventarisasi tersebut dituangkan dalam catatan mingguan/bulanan atau
surat keterangan lainnya, sebagaimana contoh formulir :

Catatan/Inventarisasi Bulanan
Bulan : ……………………………Tahun ………………….
Nama : ……………………………………………………….
NIP : ………………………………………………………..

Jumlah Jumlah
Kode Uraian Satuan Angka
No Tanggal Volume Angka Keterangan
Kegiatan Kegiatan Hasil Kredit
Kegiatan Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. II.A.1.c Menyusun 2 s/d 6 usul 10 0,168 1,68 terlampir
usul Formasi Nop 2010

2. II.A.2.b.3).b) Memeriksa ha 12 s/d 17 10 250 0,040 1 terlampir


sil ujian saring Nop 2010 orang
an soal esai
…………., ………………….
Mengetahui,
Kepala ……………………….

Nama………………………..
NIP …………………………

16
2. Membuat Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan
Surat Penyataan Melakukan Kegiatan adalah surat yang menyatakan
telah melakukan/melaksanakan kegiatan dalarn kurun waktu tertentu terhadap
kegiatan sub-unsur tertentu yang dilakukan sesuai urutan tanggal yang
mencantumkan uraian kegiatan, tanggal, satuan hasil, jumlah volume kegiatan,
jumbah angka kredit dan keterangan yang diketahui atasan langsung.
Sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 67 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan Angka Kreditnya, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 33
Tahun 2007, antara lain ditentukan bahwa setiap usul penetapan angka kredit
Analis Kepegawaian harus dilampiri Surat pernyataan melaksanakan kegiatan,
antara lain untuk kegiatan :
1. Manajemen PNS;
2. Pengembangan sistem manajemen PNS;
3. Pengembangan profesi;
4. Penunjang tugas Analis Kepegawaian;
5. Pendidikan dan pelatihan.
Adapun Surat Pernyataan Melakukan kegiatan berisikan, antara lain :
1. judul dari surat pernyataan melakukan kegiatann;
2. identitas dari atasan langsung yang memberikan pernyataan;
3. identitas dari pejabat fungsional yang diberikan pernyataan;
4. keterangan berupa tabel kegiatan yang dilaksanakan yang meliputi kolom
nomor, kode kegiatan unsur kegiatan, tanggal pelaksanaan, satuan hasil,
jumlah volume kegiatan, angka kredit, jumlah angka kredit dan keterangan;
5. ditandatangani oleh atasan langsung dalam tempat/tanggal penandatanganan
dengan mencantumkan nama dan identitas.
Pengisian Penyataan Melakukan Kegiatan adalah sebagai berikut:
1. kelompokan masing-masing butir kegiatan sesuai dengan sub unsur
masing-masing;
2. urutkan tanggal pelaksanaan kegiatan;

17
3. cocokan setiap butir kegiatan yang ada dengan lampiran I untuk jenjang
terampil dan lampiran II untuk jenjang ahli dan rekap angka kredit untuk
setiap butir kegiatan;
4. hitung masing-masing volume butir kegiatan yang ada dengan mengalikan
angka kredit masing-masing butir kegiatan sehingga diperoleh jumlah
angka kreditnya;
5. jumlah keseluruhan angka kredit dari masing-masing butir kegiatan
sehingga diperoleh angka kredit untuk satuan unsur tersebut.

Pengisian Surat Keterangan


Surat Keterangan adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang
pejabat fungsional telah melaksanakan suatu kegiatan, dimana kegiatan
tersebut diketahui secara persis oleh orang yang menandatangani, yaitu sebagai
pihak penyelenggara atau atasan langsung/pejabat lain yang berwenang
memberi keterangan.
Atasan langsung adalah pejabat yang memberikan keterangan terhadap
pelaksanaan tugas pejabat fungsional sebagai bawahannya. dalam surat
pernyataan melaksanakan kegiatan juga diketahui oleh atasan langsung yang
di dalamnya memberikan keterangan pelaksanaan tugas kegiatan pejabat
Analis Kepegawaian, juga keterangan lain seperti catatan/inventariasi kegiatan
perlu diketahui oleh atasan langsung yang memberikan pengesahan/menanda-
tangani surat keterangan dimaksud.
Adapun Surat Keterangan melakukan kegiatan berisikan, antara lain adalah :
1. judul dari surat keterangan;
2. identitas dari atasan langsung yang memberikan pernyataan;
3. identitas dari pejabat fungsional yang diberikan pernyataan;
4. keterangan yang menerangkan sekaligus mengesahkan telah
melaksanakan suatu kegiatan dengan siapa yang menyelenggarakan dan
kapan waktunya;
5. ditandatangi oleh atasan langsung dalam tempat/tanggal penandatanganan
dengan mencantumkan nama dan identitasnya.
Pengisian Surat Keterangan adalah sebagai berikut:

18
1. tulis keterangan perorangan yang melaksanakan kegiatan;
2. cantumkan tanggal pelaksanaan kegiatan;
3. tulis materi kegiatan yang dilaksanakan;
4. untuk keterangan dari atasan langsung/pejabat yang berwenang lainnya,
biasanya mencantumkan keterangan perorangannya.

Ketika akan diajukan untuk dilakukan penilaian maka dari


inventarisasi tersebut dituangan dalam Surat Pernyataan Melakukan
Kegiatan dari unsur utama dan atau unsur penunjang tugas kegiatan yang
diketahui oleh atasan langsung atau pihak yang berwenang memberikan
keterangan untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud. Sebagaimana contoh
formulir terlampir :

19
CONTOH :
SURAT PERNYATAAN LAMPIRAN III
MELAKUKAN KEGIATAN PERATURAN KEPALA
MANAJEMEN PNS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 67 TAHUN 2007
TANGGAL : 29 NOVEMBER 2007

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN MANAJEMEN PNS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………………
NIP : …………………………………
Pangkat/ golongan/ TMT : …………………………………
Jabatan : …………………………………
Unit kerja : …………………………………

Menyatakan bahwa :

Nama : …………………………………
NIP : ………………………………….
Pangkat/ golongan/ TMT : ………………………………….
Jabatan : ………………………………….
Unit kerja : ………………………………….

Telah melakukan kegiatan manajemen PNS sebagai berikut :

Jumlah Jumlah Ket./


Kode Uraian Satuan Angka
No Tanggal Volume Angka bukti
Kegiatan Kegiatan Hasil Kredit
Kegiatan Kredit fisik
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


……………, ……………………
Atasan Langsung

Nama ………………………….
NIP. ……………………………

20
CONTOH :
SURAT PERNYATAAN LAMPIRAN IV
MELAKUKAN KEGIATAN PERATURAN KEPALA
PENGEMBANGAN SISTEM BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
MANAJEMEN PNS NOMOR : 67 TAHUN 2007
TANGGAL : 29 NOVEMBER 2007

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PNS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………………
NIP : …………………………………
Pangkat/ golongan/ TMT : …………………………………
Jabatan : …………………………………
Unit kerja : …………………………………

Menyatakan bahwa :
Nama : …………………………………
NIP : ………………………………….
Pangkat/ golongan/ TMT : ………………………………….
Jabatan : ………………………………….
Unit kerja : ………………………………….

Telah melakukan kegiatan pengembangan sistemmanajemen PNS sebagai berikut :


Jumlah Jumlah Ket./
Kode Uraian Satuan Angka
No Tanggal Volume Angka bukti
Kegiatan Kegiatan Hasil Kredit
Kegiatan Kredit fisik
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


……………, ……………………
Atasan Langsung

Nama ………………………….
NIP. ……………………………

21
CONTOH :
SURAT PERNYATAAN LAMPIRAN V
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PERATURAN KEPALA
PROFESI ANALIS KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 67 TAHUN 2007
TANGGAL : 29 NOVEMBER 2007

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI
ANALIS KEPEGAWAIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………………
NIP : …………………………………
Pangkat/ golongan/ TMT : …………………………………
Jabatan : …………………………………
Unit kerja : …………………………………

Menyatakan bahwa :

Nama : …………………………………
NIP : ………………………………….
Pangkat/ golongan/ TMT : ………………………………….
Jabatan : ………………………………….
Unit kerja : ………………………………….

Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi Analis Kepegawaian sebagai berikut :

Jumlah Jumlah Ket./


Kode Uraian Satuan Angka
No Tanggal Volume Angka bukti
Kegiatan Kegiatan Hasil Kredit
Kegiatan Kredit fisik
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………, ……………………
Atasan Langsung

Nama ………………………….
NIP. ……………………………

22
CONTOH :
SURAT PERNYATAAN LAMPIRAN VI
MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG PERATURAN KEPALA
TUGAS ANALIS KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 67 TAHUN 2007
TANGGAL : 29 NOVEMBER 2007

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENUNJANG TUGAS ANALIS KEPEGAWAIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………………
NIP : …………………………………
Pangkat/ golongan/ TMT : …………………………………
Jabatan : …………………………………
Unit kerja : …………………………………

Menyatakan bahwa :

Nama : …………………………………
NIP : ………………………………….
Pangkat/ golongan/ TMT : ………………………………….
Jabatan : ………………………………….
Unit kerja : ………………………………….

Telah melakukan kegiatan penunjang tugas Analis Kepegawaian sebagai berikut :

Jumlah Jumlah Ket./


Kode Uraian Satuan Angka
No Tanggal Volume Angka bukti
Kegiatan Kegiatan Hasil Kredit
Kegiatan Kredit fisik
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………, ……………………
Atasan Langsung

Nama ………………………….
NIP. ……………………………

23
CONTOH :
SURAT PERNYATAAN LAMPIRAN VII
TELAH MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN PERATURAN KEPALA
PELATIHAN ANALIS KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 67 TAHUN 2007
TANGGAL : 29 NOVEMBER 2007

SURAT PERNYATAAN
TELAH MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
ANALIS KEPEGAWAIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………………
NIP : …………………………………
Pangkat/ golongan/ TMT : …………………………………
Jabatan : …………………………………
Unit kerja : …………………………………

Menyatakan bahwa :

Nama : …………………………………
NIP : ………………………………….
Pangkat/ golongan/ TMT : ………………………………….
Jabatan : ………………………………….
Unit kerja : ………………………………….

Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan Analis Kepegawaian sebagai berikut :

Jumlah Jumlah Ket./


Kode Uraian Satuan Angka
No Tanggal Volume Angka bukti
Kegiatan Kegiatan Hasil Kredit
Kegiatan Kredit fisik
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………, ……………………
Atasan Langsung

Nama …………………………
NIP. ……………………………

24
Dalam Pasal 2 ayat (4) Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 67 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Analis Kepegawaian dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 33 Tahun 2007, antara
lain ditentukan bahwa setiap usul penetapan angka kredit Analis Kepegawaian
harus melampirkan surat penyataan:
1. melakukan kegiatan manajemen PNS dan bukti-bukti fisiknya;
2. melakukan kegiatan pengembangan sistem manajemen PNS dan bukti-bukti
fisiknya;
3. melakukan kegiatan pengembangan profesi dan bukti-bukti fisiknya;
4. melakukan kegiatan penunjang tugas Analis Kepegawaian dan bukti- bukti
fisiknya;
5. mengikuti Pendidikan dan Pelatihan dan foto copy bukti-bukti mengenai
ijazah/Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan dan/atau keterangan
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

3. Pengisian Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)


Daftar Usul Penetapan Angka Kredit adalah daftar usulan yang
menyangkut data keterangan perorangan yang berisikan matriks keseluruhan
unsur dalam penguraian masing-masing butir kegiatan yang berupa usulan
penilaian dalam kurun waktu tertentu, yang mencantumkan angka kredit yang
memuat instansi pengusul dan tim penilai dalam kolom lama dan baru serta
jumlahnya, yang ditandatangani oleh Pejabat Pengusul, Ketua Tim Penilai dan
Pejabat Penilai.
Adapun Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
berisikan, antara lain adalah:
1. judul dari daftar usul penetapan angka kredit per jenjang jabatan;
2. keterangan perorangan dari pejabat fungsional yang mengajukan
pengusulan dan penilaian penetapan angka Kredit dalam bentuk table;
3. matriks unsur kegiatan yang dinilai dalam bentuk table kegiatan yang
dilaksanakan dan meliputi kolom nomor, unsur, sub unsur dan butir
kegiatan, angka kredit menurut instansi pengusul dan tim penilai masing-

25
masing dari angka kredit lama dan baru serta jumlahnya;
4. matriks unsur kegiatan terbagi dalam unsur utama meliputi: pendidikan,
manjemen PNS, pengembangan sistem manajemen PNS, kegiatan di
bawah/di atas jenjang jabatannya, pengembangan profesi, dan unsur
penunjang;
5. lembar catatan masing-masing dari catatan pejabat pengusul, anggota Tim
Penilai dan Ketua Tim Penilai.

Sedang pengisian Daftar Usul Penetapan Angka Kredit adalah


sebagai berikut:
1. tulis data keterangan perorangan pejabat fungsional yang diusulkan
penilaian;
2. rekap kembali masing-masing surat pernyataan melakukan kegiatan dengan
mengelompokan butir-butir kegiatan yang sama dengan jumlah angka
kreditnya;
3. tulis kolom instansi pengusul dengan menuliskan masing-masing angka
kredit pada kolom lama dari dupak lama dan isi angka kredit yang baru pada
kolom baru dan jumlahkan;
4. jumlahkan masing-masing item sub unsur dari unsur utama dan unsur
penunjang sehingga menunjukkan jumlah angka kredit yang ditentukan
untuk usul penilaian kenaikan jabatan/pangkat.

Keseluruhan hasil inventarisasi yang telah dituangkan dalam surat


pernyataan tersebut dituangkan kembali ke dalam Daftar Usul Penetapan
Angka Kredit (DUPAK) yang dibuat oleh Pejabat Fungsional yang
bersangkutan dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang mengusulkan
penetapan angka kredit.

Dalam pemberkasan usul penilaian angka kredit jabatan Analis


Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Kepala BKN
antara lain ditentukan bahwa bahan penilaian angka kredit Analis Kepegawaian
disampaikan oleh pimpinan unit kerja paling rendah pejabat struktural eselon
III atau pejabat struktural eselon IV yang bertanggung jawab dibidang
kepegawaian setelah diketahui atasan langsung pejabat fungsional yang

26
bersangkutan kepada pejabat yang berwenang mengusulkan penetapan angka
kredit.
Sebelum ditanda-tangani Pejabat Pengusul wajib memeriksa DUPAK
beserta lampiran dan kelengkapan persyaratan yang ditentukan, dan setelah
ditandatangani kemudian disampaikan kepada pejabat yang berwenang
menetapkan Angka Kredit melalui Tim Penilai.
Pengusulan DUPAK dimaksud disesuaikan dengan kewenangan
penilaian dari Tim Penilai masing-masing antara lain adalah:
1. Jenjang Madya oleh Tim Penilai Pusat (Instansi Pembina Jabatan
Fungsional);
2. Jenjang Muda dan Pertama oleh Tim Penilai Instansi, Tim Penilai Propinsi
dan Tim Penilai Kabupaten/Kota
3. Jenjang Penyelia, Pelaksana Lanjutan dan Pelaksana a oleh Tim Penilai
Instansi Tim Penilai Propinsi dan Tim Penilai Kabupaten/Kota.

27
Contoh DUPAK
---------------------------------------------------------------------------------------------------

28
40

B. Persyaratan Pengajuan DUPAK


DUPAK diajukan oleh pejabat Analis Kepegawaian yang bersangkutan
setelah menurut perhitungan sementara, jumlah angka kredit yang disyaratkan
untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi telah terpenuhi.
Pengisian DUPAK harus mendasarkan pada DUPAK sebelumnya,
dan diajukan dengan melampirkan dokumen pendukung usul penetapan angka
kredit berupa:
1. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit;
2. Surat pernyataan melaksanakan kegiatan, untuk kegiatan:
a. Manajemen PNS;
b. Pengembangan sistem manajemen PNS;
c. Pengembangan profesi;
d. Penunjang tugas Analis Kepegawaian;
e. Pendidikan dan pelatihan.

29
3. Foto copy Ijazah/Sertifikat/Surat Tanda Tamat Pendidikan, untuk:
a. Ijazah/Surat Tanda Tamat Pendidikan Formal;
b. Sertifikat/Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan;
c. Sertifikat seminar, lokakarya.
4. Bukti fisik lain berupa buku, makalah atau karya tulis ilmiah lainnya
sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Surat Perintah melaksanakan kegiatan satu jenjang diatas/dibawah, dan
6. Laporan melaksanakan kegiatan, berupa:
a. Laporan kegiatan tahunan/Semester/Triwulan/Bulanan;
b. Laporan pelaksanaan kegiatan seminar, lokakarya sebagai pemrasaran,
moderator/pembahasan/nara sumber.

C. Waktu Pengajuan DUPAK


Pengajuan DUPAK dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) tahun, yang ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum periode kenaikan pangkat, yaitu:
1. untuk kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan paling
lambat bulan Januari tahun yang bersangkutan; dan
2. untuk kenaikan pangkat periode Oktober, angka kredit ditetapkan paling
lambat bulan Juli tahun yang bersangkutan;
3. Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap setiap Analis Kepegawaian
dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
Pengajuan tersebut harus disesuaikan dengan tenggang waktu
proses pengajuan DUPAK itu sendiri yang memakan waktu relatif lama dan
tidak kalah pentingnya adalah penulisan masa penilaian dan tanggal
pengusulan dalam setiap pengusulan DUPAK.

30
D. Pejabat Yang Terkait Dalam Pengajuan DUPAK
Dalam setiap pengajuan DUPAK secara administrasi akan terkait
dengan birokrasi, mulai dari pejabat fungsional yang bersangkutan sampai
pejabat penilai. Dalam kaitannya dengan hal tersebut masing-masing
mempunyai peran yang saling mendukung hingga ditetapkannya Penetapan
Angka Kredit (PAK), antara lain :

1. Pejabat Fungsional
Berangkat dari kewajiban untuk mencatat dan menginventarisir
hasil kerja masing-masing sebagai tolok ukur telah terpenuhinya jumlah
angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat, maka seorang pejabat
fungsional dapat memanage dirinya sendiri terhadap kemampuannya
dalam mengumpulkan angka kredit. sehingga akan terukur dan terkontrol
dalam mengembangkan kariernya atau bahkan akan mundur sebagai
pejabat fungsional karena ketidakmampuannya dalam mengumpulkan
angka kredit.

2. Atasan Langsung
Peranan atasan langsung sangat menentukan kaitannya dengan
pelaksanaan kegiatan keseharian dari pejabat fungsional dimana
ditempatkan, antara lain memberikan Surat Keterangan pelaksanaan tugas
kegiatan harus diketahui oleh atasan langsungnya.

Disamping itu fungsi atasan langsung adalah


memberikan/membagi tugas sekaligus mengendalikan beban kegiatan unit
kerjanya, sehingga perolehan angka kredit pejabat fungsional dapat teratasi
dengan kata lain diperlukan keharmonisan antara pejabat Analis
Kepegawaian dengan atasannya.

3. Pejabat Kepegawaian
Sebagai pejabat kepegawaian tentunya harus mampu memfasilitasi
pengusulan berkas penilaian dan penetapan angka kredit. Tuntutan untuk
mengetahui seluk beluk jabatan fungsional sangat diperlukan karena
menjadi pintu pertama dalam menerima, memeriksa maupun

31
mengadministrasi kelengkapan persyaratan pengusulan berkas penilaian
dan penetapan angka kredit.

4. Tim Penilai
Secara teknis administratif pelaksanaan penilaian dan penetapan
angka kredit berada pada Sekretariat Tim Penilai. Sebagaimana halnya
dengan pejabat kepegawaian, staf di Sekretariat Tim Penilai juga dituntut
untuk mengetahui seluk beluk jabatan fungsional, Sekretariat Tim Penilai
dituntut mampu memeriksa kelengkapan berkas yang disesuaikan dengan
butir kegiatan , yang intinya Sekretariat Tim Penilai mampu menjadualkan
jadual persidangan Tim Penilai.

32
BAB V
PENETAPAN ANGKA KREDIT

A. Tata Cara Penilaian


Untuk membantu pelaksanaan penilaian dibentuk Sekretariat Tim
Penilaian yang dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilai yang secara fungsional dijabat
oleh pejabat di bidang kepegawaian. Jumlah keanggotaan Sekretariat Tim Penilaian
sangat tergantung pada jumlah beban kerja penilaian, yang secara fungsional
memahami dan menangani administrasi penilaian dan penetapan angka kredit.
Sekretariat Tim Penilai bertugas memberikan pelayanan administrasi penilaian dan
usulan penetapan angka kredit untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Tim
Penilai.
Tatacara penilaian angka kredit:
1. Berkas DUPAK dan lampiran yang diterima, diadministrasikan dan
diagendakan oleh Sekretariat Tim Penilai;
2. Berkas-berkas tersebut kemudian diperiksa oleh Sekretariat Tim Penilai dan
disusun dalam bentuk Resume kegiatan;
3. Setelah selesai diperiksa kelengkapan berkas dan dibuatkan Resume kegiatan,
Sekretariat Tim Penilai mengadakan Pra-sidang;
4. Berkas yang sudah diperiksa tersebut kemudian disampaikan kepada Tim
Penilai melalui Sekretaris Tim Penilai, setelah dicatat selanjutnya diperiksa
kelengkapannya dan dilaporkan kepada Ketua Tim Penilai untuk dilaksanakan
Sidang Tim Penilai;
5. Ketua Tim Penilai beserta seluruh anggota Tim Penilai melakukan penilaian
terhadap seluruh berkas DUPAK yang telah disiapkan Sekretariat Tim Penilai;
(dalam bentuk resume);
6. Rapat dipimpin Ketua Tim Penilai, apabila Ketua Tim Penilai berhalangan
dipimpin oleh Wakil Ketua Tim dan apabila Wakil Ketua berhalangan dapat
dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilai;

33
7. Penilaian dilakukan sekurang-kurangnya dihadiri oleh 2 (dua) anggota Tim
Penilai, dan untuk menjaga keobyektifan penilaian maka jumlah Tim Penilai
harus ganjil;
8. Dalam hal Anggota Tim Penilai ikut dinilai, Ketua Tim Penilai dapat
mengangkat Anggota Tim Penilai Pengganti sesuai dengan syarat keanggotaan
Tim Penilai;
9. Apabila hasil rapat penilaian diterima secara quorum, DUPAK ditandatangani
oleh 2 (dua) anggota Tim Penilai dan Ketua Tim Penilai, untuk selanjutnya
dituangkan ke dalam Penetapan Angka Kredit untuk ditetapkan oleh Pejabat
Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit;
10. Kekurangan berkas (bukti lampiran) yang akan dinilai, dalam hal seperti ini
dikoordinasikan dengan Analis Kepegawaian dan atau Pejabat sebagai Atasan
Analis Kepegawaian yang bersangkutan:
11. Hasil penilaian Tim Penilai dimungkinkan:
a. adanya unsur-unsur penilaian yang memerlukan klarifikasi/keterangan dari
Analis Kepegawaian yang bersangkutan, atasan dan para ahli, maka Ketua
Tim Penilai dapat membentuk Tim Penilai Teknis yang secara fungsional
mempunyai kompetensi untuk memberikan saran dan pendapat;
b. memberikan catatan pada DUPAK yang dinilai atau merekomendasikan
kepada Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit karena belum
terpenuhinya besaran angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat.
Apabila dalam suatu institusi belum dapat membentuk Tim Penilai karena
tidak ada Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat sebagai Tim Penilai, maka
penilaian angka kredit dapat dimintakan kepada Tim Penilai terdekat atau Tim
Penilai setingkat lebih tinggi atau Tim Penilai Pusat.

34
B. Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit sebagaimana ditetapkan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Jabatan
Fungsional dan Angka Kredit masing-masing.
Penetapan Pejabat Berwenang Menetapkan Angka Kredit mengacu pada
pola penetapan jabatan fungsional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor
16 Tahun 1994, Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan,
dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, serta menyesuaikan dengan ketentuan
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Secara umum kewenangan penilaian bagi Pejabat Yang Berwenang Untuk
Menetapkan Angka Kredit disesuaikan dengan kewenangan menilai dari Tim
Penilai masing-masing bagi:
1. Jenjang Madya oleh Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit Pusat
(Instansi Pembina Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian);
2. Jenjang Muda dan Pertama oleh Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka
Kredit Instansi Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota; dan
4. Jenjang Penyelia, Pelaksana Lanjutan dan Pelaksana oleh Pejabat Yang
Berwenang Menetapkan Angka Kredit Instansi Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
Sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/36/M.PAN/11/2006 tentang Jabatan
Fungsional Analis Kepegawaian dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/14/M.PAN/6/2008, antara lain ditentukan bahwa pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit, adalah:
1. Kepala BKN atau pejabat eselon I yang ditunjuk bagi Analis Kepegawaian
Madya di lingkungan BKN dan instansi lain di luar BKN;
2. Sekretaris Utama BKN atau pejabat lain yang ditunjuk paling rendah eselon II
yang secara fungsional bertanggung jawab di bidang kepegawaian bagi Analis
Kepegawaian Pelaksana sampai dengan Analis Kepegawaian Penyelia dan
Analis Kepegawaian Pertama sampai dengan Analis Kepegawaian Muda di
lingkungan BKN Pusat;

35
3. Kepala Kantor Regional BKN bagi Analis Kepegawaian Pelaksana sampai
dengan Analis Kepegawaian Penyelia dan Analis Kepegawaian Pertama
sampai dengan Analis Kepegawaian Muda di lingkungan Kantor Regional
BKN masing-masing;
4. Pimpinan Instansi Pusat atau pejabat lain yang ditunjuk paling rendah eselon II
yang secara fungsional bertanggung- jawab di bidang kepegawaian bagi Analis
Kepegawaian Pelaksana sampai dengan Analis Kepegawaian Penyelia dan
Analis Kepegawaian Pertama sampai dengan Analis Kepegawaian Muda di
lingkungan instansi masing-masing;
5. Sekretaris Daerah Provinsi atau pejabat lain yang ditunjuk paling rendah eselon
II yang secara fungsional bertanggung jawab di bidang kepegawaian bagi
Analis Kepegawaian Pelaksana sampai dengan Analis Kepegawaian Penyelia
dan Analis Kepegawaian Pertama sampai dengan Analis Kepegawaian Muda
di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi;
6. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat lain yang ditunjuk paling
rendah eselon II yang secara fungsional bertanggung jawab di bidang
kepegawaian bagi Analis Kepegawaian Pelaksana sampai dengan Analis
Kepegawaian Penyelia dan Analis Kepegawaian Pertama sampai dengan
Analis Kepegawaian Muda di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

C. Penetapan Angka Kredit


Penetapan angka kredit adalah merupakan hasil penilaian yang
dilaksanakan dalam persidangan Tim Penilai yang hasilnya dituangkan dalam
formulir Penetapan Angka Kredit (PAK) dan hasilnya tidak dapat diganggugugat
dan formulir Asli Penetapan Angka Kredit (PAK) disampaikan kepada PNS yang
bersangkutan, dan Tembusan disampaikan kepada:
a. Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan;
b. Pimpinan Unit Kerja;
c. Sekretaris Tim Penilai;
d. Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit;
e. Kepala Bagian/Biro Kepegawaian/Badan Kepegawaian Daerah (BKD); dan
f. Pejabat lain yang berkaitan dengan penetapan angka Kredit.

36
Dalam melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit harus
diperhatikan beberapa hal penting yaitu:
1. penilaian kompetensi, yaitu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
2. akuntabilitas dan transparansi bahwa dalam setiap sidang penilaian untuk usul
kegiatan yang tidak dapat dinilai harus dicatat dan diberikan alasan-alasannya
yang dilampirkan waktu surat penyampaian PAK.
3. penetapan angka kredit bersifat final, bahwa tidak dapat diajukan keberatan
oleh PNS yang bersangkutan, dan tidak dapat diganggu-gugat maka Tim
Penilai dalam melaksanakan tugasnya harus kompeten bekerja secara teliti,
obyektif, total dan komitmen.

CONTOH LAMPIRAN VIII : PERATURAN KEPALA


PENETAPAN ANGKA KREDIT BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 67 TAHUN 2006
TANGGAL : 29 NOVEMBER 2006

PENETAPAN ANGKA KREDIT


Nomor :

Instansi : ………………………….. Masa Penilaian : ………………………


I KETERANGAN PERORANGAN
1 Nama :
2 N I P :
3 Nomor Seri KARPEG :
4 Pangkat/Golongan Ruang/ TMT :
5 Tempat dan Tanggal Lahir :
6 Jenis Kelamin :
7 Pendidikan Tertinggi :
8 Jabatan Fungsional / TMT :
Lama :
9 Masa Kerja Golongan
Baru :
10 UNIT KERJA :

37
II PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH
UNSUR UTAMA
Pendidikan
1) Pendidikan Formal
2) Pendidikan & Pelatihan dan
A
mendapat Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)
1 3) Prajabatan golongan II
B Tugas Pokok
1) Manajemen PNS
2) Pengembangan sistem manaj.
PNS
C Pengembangan Profesi
Jumlah Unsur Utama
UNSUR PENUNJANG ANALIS
KEPEGAWAIAN
2
Penunjang tugas Analis Kepegawaian
Jumlah Unsur Penunjang
Jumlah Unsur Utama dan Unsur Penunjang
III DAPAT DIPERTIMBANGKAN UNTUK DINAIKKAN DALAM JABATAN……
………………….. /PANGKAT………………/TMT ……………….

ASLI disampaikan dengan hormat kepada : Ditetapkan di :


Analis Kepegawaian yang bersangkutan. Pada tanggal :
Tembusan disampaikan kepada :
1. Kepala BKN Up. Deputi INKA BKN; An. Kepala Badan Kepegawaian Negara
2. Pimpinan Unit Kerja yang bersangkutan; Deputi Bidang Bina Kindang
3. Sekretaris Tim Penilai; ttd
4. Pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit; ………………………………………….
NIP. ………………………………………….

38
BAB VI
KEGUNAAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT

Penilaian dan penetapan angka kredit hanya digunakan untuk kepentingan


pengusulan kenaikan jabatan/ pangkat pejabat fungsional, padahal dalam penilaian dan
penetapan angka kredit digunakan juga mulai dari pengangkatan dalam jabatan
fungsional, kenaikan jabatan/pangkat itu sendiri, serta penilaian terhadap pejabat
fungsional yang telah mencapai batas pangkat maksimal sesuai tingkatan jenjang
jabatannya.
Untuk lebih jelasnya penilaian dan penetapan angka kredit, digunakan dalam:

A. Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional


Sebelum pengangkatan dalam jabatan fungsional, perlu dilakukan
penilaian dan penetapan angka kredit yang berfungsi untuk menunjukkan besaran
angka kredit awal yang diperoleh sebelum diangkat dalam jabatan fungsional yang
biasanya tercantum langsung dalam Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan
Fungsional Analis Kepegawaian yang diambil/dipetik dari Surat Pertimbangan
Pengangkatan dalam jabatan Fungsional Analis Kepegawaian yang dibuat oleh
BKN selaku instansi Pembina.
Dari 3 (tiga) jenis pengangkatan dalam jabatan fungsional Analis
Kepegawaian, penilaian dan penetapan angka kreditnya berbeda masing-masing
antara lain adalah:

1. Pengangkatan Melalui Penyesuaian dalam Jabatan (Inpassing)


Penilaian dan penetapan angka kredit untuk pengangkatan melalui
penyesuaian jabatan (inpassing) berpedoman pada Lampiran V dan Lampiran
VI Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
PER/14/M.PAN/6/2008 tentang Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan
Angka Kreditnya bagi jabatan fungsional yang memiliki jenjang keterampilan
dan jenjang keahlian dalam satu kesatuan Peraturan Menpan.
Penarikan besaran angka kredit kumulatif ini untuk pengangkatan melalui
penyesuaian jabatan (inpassing), dilakukan dengan melihat tingkatan golongan

39
ruang, tingkatan pendidikan dan masa kepangkatan terakhir calon pejabat
fungsional. Dari ketiga unsur tersebut akan menunjukkan berapa besaran angka
kredit seorang PNS untuk ditetapkan dalam Penetapan Angka Kredit awal,
dalam mendukung proses pengajuan DUPAK atau PAK untuk kenaikan
jabatan/pangkat selanjutnya.

2. Pengangkatan Melalui Pengangkatan Pertama


Penilaian dan penetapan angka kredit melalui pengangkatan pertama
dilakukan dengan cara:
a. Menghitung perolehan angka kredit unsur pendidikan, yaitu dari sub unsur
pendidikan formal, diklat dan prajabatan, atau dari perolehan piagam
kehormatan/ tanda jasa dari unsur penunjang, yang besaran angka kredit
sudah ditentukan;
b. Melakukan penilaian dan penetapan angka kredit terhadap pelaksanaan
tugas kegiatannya sebelum diangkat dalam jabatan fungsional, maupun
dengan melakukan penilaian kelayakan terhadap unsur pengembangan
profesi yang mungkin pernah dilakukan sebagaimana sesuai standart
persyaratannya yang besaran angka kredit sudah ditentukan.
Penilaian dan penetapan angka kredit melalui pengangkatan pertama,
dilakukan sebagaimana penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.

3. Pengangkatan Melalui Perpindahan Jabatan


Dalam penilaian dan penetapan angka kredit melalui perpindahan jabatan
dilakukan dengan cara:
a. menghitung perolehan angka kredit unsur pendidikan, yaitu dari sub unsur
pendidikan formal, diklat dan prajabatan, atau dari perolehan piagam
kehotmatan/ tanda jasa dari unsur penunjang, yang besaran angka kredit
sudah ditentukan;
b. melakukan penilaian dan penetapan angka kredit terhadap pelaksanaan
tugas kegiatannya sebelum diangkat dalam jabatan fungsional, maupun
dengan melakukan penilaian kelayakan terhadap unsur pengembangan
profesi yang pernah dilakukan sesuai standar persyaratan dengan besaran
angka kredit sudah ditentukan; atau

40
c. Disamping itu dapat ditambahkan antara lain pengalaman dalam
menduduki jabatan struktural yang terkait secara fungsional dengan bidang
tugas kegiatan dalam jabatan fungsional dapat diberikan angka kredit.

B. Kenaikan Jabatan/Pangkat
Syarat untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi adalah
memenuhi angka kredit yang ditentukan dengan masa jabatan terakhir 1 (satu)
tahun atau dengan masa kepangkatan 2 (dua) tahun. Dengan penilaian mandiri
diharapkan bahwa seorang pejabat fungsional dapat mengatur tugas dan fungsi
dirinya, dalam kesempatan pengembangan kariernya maupun untuk kenaikan
jabatan/ pangkat bisa diprogram dengan kreatifitas dan keaktifan dalam
mengumpulkan angka kredit, selama pengangkatan jabatan fungsional berpegang
pada formasi jabatan dalam imbangan beban kerja.
Untuk penilaian dan penetapan angka kredit kenaikan jabatan/pangkat
yang diatur dalam Peraturan Menpan telah diatur secara jelas dan nyata antara lain
periode kenaikan pangkat telah dirancang untuk setiap jabatan fungsional 4 (empat)
tahun untuk kenaikan pangkatnya dengan target dari perolehan besaran angka kredit
dari unsur utama bidang tugas kegiatan, ditambah perolehan dari unsur
pengembangan profesi atau dari unsur penunjang.
Sebuah kegagalan apabila dalam 4 (empat) tahun seorang pejabat
fungsional belum dapat naik pangkat, hal tersebut bisa saja antara lain karena beban
kerja dalam unit kerjanya tidak seimbang dengan jumlah pejabat fungsional yang
ada, hal tersebut terjadi karena dalam pengangkatan jabatan fungsional tidak
menghitungkan formasi jabatan atau pengelola kepegawaian kurang tepat dalam
memberikan tugas Analis Kepegawaian yaitu tidak sesuai dengan jenjang
jabatan/pangkat.
Disamping itu pejabat fungsional Analis Kepegawaian tidak seharusnya
ditempatkan dalam unit tertentu tetapi harus terkoordinir secara terpusat dengan
penugasan dalam setiap pelaksanaan kegiatannya.

41
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan angka kredit
kumulatif adalah sebagai berikut:
1. prosentase pengumpulan angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi
adalah sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh persen) berasal dari unsur
utama dan sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal
dari unsur penunjang;
2. penilaian pelaksanaan tugas kegiatan yang dilakukan di luar jenjang jabatannya
adalah 100% (seratus persen) atau sama besarannya apabila melakukan tugas
kegiatan jenjang jabatan dibawahnya dan 80% (delapan puluh persen) apabila
melakukan tugas kegiatan jenjang jabatan diatasnya;
3. bagi Analis Kepegawaian Madya yang akan naik pangkat menjadi Pembina
Tingkat I golongan ruang IV/b sampai dengan Pembina Utama Muda golongan
ruang IV/c disyaratkan harus mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya
12 (dua belas) angka kredit yang berasal dari kegiatan pengembangan profesi;
4. bagi Analis kepegawaian yang telah mencapai angka kredit untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi pada tahun pertama dalam masa
jabatan/pangkat yang didudukinya, pada tahun berikutnya diwajibkan
mengumpulkan angka kredit paling rendah 20 % (dua puluh persen) dari
jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan tugas pokok;
5. kelebihan angka kredit dalam setiap pengusulan kenaikan jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi, dapat diperhitungkan untuk kenaikan jabatan/pangkat
berikutnya.

42
C. Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Untuk Pejabat Fungsional Analis
Kepegawaian Yang Telah Mencapai Batas Pangkat Maksimal Dalam
Jenjangnya

Besaran angka kredit kumulatif yang harus dikumpulkan bagi pejabat


fungsional Analis Kepegawaian yang memiliki pangkat tertinggi dalam
jenjang jabatan tertinggi dari suatu jabatan fungsional, adalah sebagai berikut:
1. bagi pejabat fungsional jenjang keterampilan dengan pangkat maksimal Penata
Tingkat I golongan ruang III/d, jenjang tertingginya Penyelia diwajibkan
mengumpulkan angka kredit sebanyak 10 (sepuluh) dalam 1 (satu) tahun;
2. bagi pejabat fungsional jenjang keahlian dengan pangkat maksimal Pembina
Utama Muda golongan ruang IV/c, dengan jenjang tertinggi Madya diwajibkan
mengumpulkan angka kredit sebanyak 20 (dua puluh) dalam 1 (satu) tahun.
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/36/M.PAN/11/2006 tentang
Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/14/M.PAN/6/2008, antara lain ditentukan bahwa jenjang jabatan/pangkat
tertinggi Analis Kepegawaian keterampilan adalah Analis Kepegawaian Penyelia
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Ill/d, sedang jenjang
jabatan/pangkat tertinggi Analis Kepegawaian keahlian adalah Analis Kepegawaian
Madya dengan pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
Ketentuan dimaksud membawa konsekwensi bahwa setiap pejabat
fungsional yang memiliki pangkat tertinggi harus melakukan penilaian dan
penetapan angka kredit setiap tahun, dan apabila belum terpenuhinya besaran angka
kredit yang harus dicapai, maka pejabat fungsional dimaksud akan dibebaskan
sementara dari jabatannya apabila dalam setahun berikutnya masih belum bisa
mengumpulkan angka kredit yang ditentukan.
Hal tersebut bertujuan untuk memberdayakan pejabat fungsional yang
telah mencapai karier tertinggi dalam jenjang jabatan fungsionalnya atas tugas
kewajibannya dalam memangku jabatan fungsional.

43
D. Rekomendasi Penilaian
Dari proses penilaian dan penetapan angka kredit pejabat fungsional yang
telah memenuhi jumlah angka kredit kumulatif dikumpulkan, selanjutnya
ditetapkan dalam Penetapan Angka Kredit dengan rekomendasi dapat
dipertimbangkan untuk dinaikkan jabatan/pangkatnya setingkat lebih tinggi.
Sedangkan bagi pejabat Analis Kepegawaian yang belum memenuhi angka
kredit kumulatif yang dikumpulkan dengan rekomendasi tidak dapat
dipertimbangkan untuk dinaikkan jabatan/pangkatnya setingkat lebih tinggi.
Ada jabatan fungsional yang mengharuskan setiap tahun wajib
mengusulkan penetapan angka kredit walaupun belum terpenuhinya angka kredit
yang harus dikumpulkan, salah satu fungsinya untuk mengontrol perolehan angka
kredit setiap tahunnya, sehingga dapat diketahui apakah yang bersangkutan benar-
benar telah melaksanakan tugas kegiatannya dengan baik atau malah tidak dapat
mengumpulkan angka kredit sesuai kewajibannya dengan berbagai alasannya.
Alasan-alasan tersebut tentunya dapat dijadikan evaluasi dalam
melaksanakan revisi untuk memperbaiki matriks kegiatan yang ada apabila banyak
kegiatan-kegiatan yang belum dan tidak dapat dinitai karena belum ada dalam
amtrik kegiatan tersebut atau pejabat fungsional yang bersangkutan memang tidak
mampu melaksanakan tugas kegiatannya.
Sedang tugas Tim Penilai lainnya dalam merekomendasi-kan kepada
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, untuk:
1. menegur pejabat Analis Kepegawaian apabila dalam jangka waktu 4 (empat)
tahun lebih sejak menduduki pangkat terakhir belum dapat mengumpulkan
angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi;
2. menegur pejabat Analis Kepegawaian apabila dalam setiap tahun sejak
menduduki pangkat/jabatan tertinggi dalam jenjangnya belum dapat
mengumpulkan angka kredit masing-masing sekurang-kurangnya 10 (sepuluh),
20 (dua puluh) atau 25 (dua puluh lima) dari unsur utama sesuai jenjang
tertingginya;
3. membebaskan sementara bagi pejabat Analis Kepegawaian yang tidak dapat
mengumpulkan angka kredit yang ditentukan sebagaimana dimaksud diatas.

44
4. mengangkat kembali dalam jabatan Analis Kepegawaian, apabila setahun
dalam status pembebasan sementaranya telah dapat mengumpulkan angka
kredit yang ditentukan.
5. memberhentikan dari jabatan Analis Kepegawaian, apabila setahun setelah
status pembebasan sementaranya belum dapat mengumpulkan angka kredit
yang ditentukan.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN;


2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian
Sementara Pegawai Negeri;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil
7. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri Sipil;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,
Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil;
11. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil;
12. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan Kepegawaian Negara;
13. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2013 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Analis Kepegawaian;
14. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/36/M.PAN/11/2006 tentang Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan
Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/14/M.PAN/6/2008;
15. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 67 Tahun 2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dan Angka
Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 33 Tahun 2007;

46
16. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Analis Kepegawaian;
17. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penulisan Karya Tulis/Karya llmiah Analis Kepegawaian;
18. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Analis Kepegawaian.
19. Peraturan Kepala BKN Nomor 26 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Analis Kepegawaian Keterampilan;
20. Peraturan Kepala BKN Nomor 11 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Analis Kepegawaian Keahlian;
21. Peraturan Kepala BKN Nomor 20 Tahun 2012 tentang Standar kompetensi Kerja
Analis Kepegawaian.

47

Anda mungkin juga menyukai