Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BAYI PREMATUR

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Prkatik Klinik Keperaawatan
Anak

Dosen Pembimbing:

1. Nursyamsyah M.,Kep.
2. Hj. Sri Kusmiati M.,Kep.
3. Hj. Henny Cahyaningsih, M.,Kes.,AIFO
4. Metia Ariyanti,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh:
Raden Adinda S N

P17320121067
2A

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

BANDUNGPOLTEKKES KEMENKES

BANDUNG

2023
1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir padasaat kelahiran
kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan menjadi:
a. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
b. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR) Yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan
Klasifikasi pada bayi premature:

1) Bayi prematur digaris batas


• 37 mg, masa gestasi
• 2500 gr, 3250 gr
• 16 % seluruh kelahiran hidup
• Biasanya normal
• Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusu, ikterik, RDS mungkin
muncul

• penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo


banyak, genitalia kurang berkembang.
2) Bayi Prematur Sedang

• 31 mg – 36 gestasi

• 1500 gr – 2500 gram

• 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup

• Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia,infeksi,


kesulitan menyusui
3) Bayi Sangat Prematur
• 24 mg – 30 mg gestasi
• 500 gr – 1400 gr
• 0,8 % seluruh kelahiran hidup
• Masalah : semua

B. ETIOLOGI

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1) Faktor ibu

Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur, faktor-
faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia)

b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi dan


anemia sel sabit
c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks)

d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma)

e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi
(misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC,
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal)

f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.

g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).

h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

i. Bekerja yang terlalu berat.

j. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

C. PATOFISIOLOGI
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur
anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi
yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk
mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko
tinggi lain juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada
fungsi anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau
penyakit yangdiderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur,
kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau
kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respon menggigil bayi
kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui
aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang (Surasmi, dkk, 2003).
D. WOC
E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur menunjukkan belum


sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah, yaitu sebagai berikut:
1) Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):

a. Kulit tipis dan mengkilap

b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.

c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
daerah punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik

e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora

f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis kadang belum
turun.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk

h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur

i. Aktivitas dan tangisan lemah

j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.


2) Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):

a. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari
2500 gram
b. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat

c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

d. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun

e. Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3 . Neutrofil meningkat hingga 23.000-
24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal.

3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan


dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan
12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.

7. Pemeriksaan analisa gas darah

G. PENATALAKSANAAN

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penangananyang


dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3) Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat
4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat
5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hanga
6) Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu

7) Tali pusat dalam keadaan bersih


8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari ujung rambut hingga ujung kaki,
meliputi semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti (Proverawati & Sulistorini, 2010). Menurut
Surasmi, dkk (2003), pengakajian pada bayi prematur meliputi:

1) Pengkajian umum pada bayi

Pengkajian umum pada bayi antara lain meliputi:

a. Penimbangan berat badan

b. Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala

c. Mendiskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat istirahat, kelancaran


pernapasan, edema dan lokasinya
d. Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak

e. Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti warna pucat, mulut yang terbuka,
menyeringai, dan lain-lain.
2) Masalah yang berkaitan dengan ibu

Masalah-masalah tersebut antara lain adalah hipertensi, toksemia, plasenta previa,


abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi, diabetes
mellitus, status sosial ekonomi yang rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran
(prenatal care), riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat-obatan,
alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar
pendidikan rendah, kehamilan kembar, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak
kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
lain, golongan darah dan faktor Rh.
3) Pengkajian bayi pada saat kelahiran

Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan saat
kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, bayi
terlihat kurus, kepala relatif lebih 44 besar dari pada badan dan 3 cm lebih lebar
dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1 sampai 5.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), penatalaksanaan keperawatan secara
umum yaitu:
a) Pengkajian Keperawatan

1. Data atau identitas pasien

Nama pasien, jenis kelamin, usia, alamat, agama, pendidikan dan pekerjaan.

2. Keluhan utama

Berupa hal yang dirasakan pasien dan menjadi penyebab utama pasien berinisiatif
melakukan pemeriksaan.

3. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang dirasakan
saat ini.
4. Riwayat penyakit terdahulu

Mengkaji kepada pasien mengenai penyakit yang pemah diderita sebelumnya dan
juga mengkaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan pada masa lalu serta ada atau
tidaknya riwayat alergi terhadap jenis obat.
5. Riwayat penyakit keluarga

Mengkaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga.

b) Pengkajian Konseptual Gordon:

1. Persepsi kesehatan

Observasi pengetahuan atau pemahaman kesehatan secara umum kepada pasien.

2. Pola nutrisi metabolic

Observasi pola makan pasien sebelum dan selama sakit, mengkaji nutrisi pasien

3. Pola eliminasi

Mengkaji pola BAB dan BAK pasien sebelum dan selama sakit.

4. Pola aktivitas

Mengkaji adanya tanda-tanda kelelahan dengan pemeriksaan penunjang berupa


TTV.
5. Kebutuhan istirahat tidur
Mengkaji pola tidur pasien sebelum dan selama sakit.

6. Pola persepsi kognitif

Mengkaji mengenani pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya saat


ini.
7. Pola persepsi diri

Mengkaji persepsi diri pasien meliputi: body image, harga diri, peran diri, ideal
diri dan konsep diri.
8. Pola hubungan sosial
Mengkaji pola komunikasi pasien terhadap keluarga, pasien yang lainnya dan perawat

9. Pola seksualitas

Mengkaji kebutuhan seksualitas pasien.

10. Pola mekanisme koping

Mengkaji bagaimana respon pasien terhadap penyakit yang dideritanya.

c) Pengkajian Terfokus

1. Keadaan umum
:

Perhatikan kesadaran klien dan keadaan umum klien.

2. Tanda-tanda vital:

Normal atau tidaknya TTV, Cek tekanan darah, frekuensi pernapasan dan suhu
tubuh klien.
d) Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi):

1. Hidung

Inspeksi: Perhatikan bentuk, perhatikan apakah terpasang alat bantu pernapasan


atau tidak.
Palpasi: Cek ada tidaknya nyeri tekan.

2. Leher

Inspeksi: Perhatikan bentuk ada tidaknya ada benjolan.


Palpasi: Cek ada tidaknya nyeri tekan.
3. Dada

Inspeksi: Perhatikan bentuk dada, gerakan napas, perhatikan ada tidaknya alat
bantu napas, perhatikan kemerahan atau tanda infeksi lainnya pada bagian dada.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, ekspansi dada, denyut apeks jantung dan taktil
fremitus. Perkusi Ada tidaknya nada resonansi, hiper resonansi, redup, datar, atau
timpani
Auskultasi: Ada tidaknya suara tambahan

4. Payudara dan ketiak

Inspeksi: Perhatikan bentuk, perhatikan ada tidaknya benjolan atau massa


Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan.
5. Ekstremitas

Inspeksi: Perhatikan bentuk ada tidaknya pembesaran (edema). perhatikan


kemerahan atau tanda infeksi lainnya pada bagian ekstremitas. perhatikan fungsi
pergerakan.
Palpasi: Cek untuk mengetahui sirkulasi periter, suhu kulit.

6. Kulit dan kuku

Inspeksi: Perhatikan warna kulit, perhatikan kemerahan atau tanda infeksi


lainnya.
Palpasi: Cek CRT dan turgor kulit.

B. KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (D. 0005)

2) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan refleks menghisap bayi

(D. 0029)

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan mkanan, imaturitas


produksi enzim, otot abdominal lemah (D. 0019)

4) Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan peningkatan area permukaan


tubuh terhadap rasio berat badan, berat badan ekstrem (D. 0148)
5) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer

(D. 0142)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan (I. 01011)
efektif berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan imaturitas selama …x24 jam, 1. Monitor pola napas 1. Untuk melakukan
neurologis (D. 0005) pola napas tidak (frekuensi, pengawasan
efektif teratasi dengan kedalaman, usaha terhadap pola
kriteria hasil: nafas) nafas pasien
a. Tidak terdapat 2. Monitor bunyi 2. Untuk mengetahui
dyspnea napas tambahan apakah ada bunyi
b. Frekuensi napas (mis. Gurgling, nafas tambahan
normal (RR: 30- mengi, wheezing, yang mengganggu
60x/menit) ronkhi kering) pernfasan pasien
c. Tidak ada bunyi 3. Monitor sputum 3. Untuk mengetahui
nafas tambahan (jumla, warna, adanya sputum
(L. 01004) aroma) yang dapat
menghambat jalan
Terapeutik nafas
4. Pertahankan 4. Untuk melatih
kepatenan jalan kepatenan jalan
napas nafas pasien
5. Posisikan semi 5. Posisi fowler dan
fowler atau fowler semi fowler dapat
membantu
membuka jalan
nafas pasien
6. Berikan minum 6. Minum hangat
hangat dapat melegakan
pernafasan
7. Lakukan fisioterapi 7. Fisioterapi dada
dada dapat membantu
mengeluarkan
sputum yang
tertahan
8. Lakukan
8. Untuk
penghisapan lender
mengeluarkan
kurang dari 15 detik
secret yang sulit
dikeluarkan dan
pasien mengalami
kelemahan
9. Lakukan
9. Endotrakeal
penghisapan
adalah memasukan
endotrakeal
tabung endotrakeal
melalui mulut atau
hidung dan
dihubungkan ke
paru-paru untuk
membantu
pernafasan
10. Berikan oksigen,
10. Pemberian oksigen
jika perlu
dapat membantu
pasien bernafas
Kolaborasi
11. Bronkodilator
11. Kolaborasi
berfungsi
pemberian
meredakan gejala
bronkodilator,
akibat
ekspektoran,
penyempitan
mukolitik, jika saluran
perlu pernafasan.
Ekspektoran
berfungsi
mengatasi batuk
berdahak.
Mukolitik
berfungsi sebagai
pengencer dahak,
2. Menyusui tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif berhubungan tindakan keperawatan 1. Kaji pengeluaran 1. Dengan mengkaji
dengan selama ...x24 jam bayi ASI pengeluaran ASI
ketidakadekuatan dapat diberikan dapat menjadi
refleks menghisap minum ASI dengan indicator
bayi (D. 0029) efektif dengan kriteria keberhasilan
hasil: intervensi
a. Berat badan bayi 2. Kaji pengetahuan 2. Dengan teknik
meningkat ibu mengenai teknik menyusui yang
b. Bayi dapat menyusui benar, bayi dan
meminum ASI ibu akan meras
langsung dari ibu aman dan nyaman
c. Kemampuan ibu 3. Kaji reflek menelan 3. Dengan mengkjji
memposisikan bayi reflek menelan
bayi dengan benar bayi dapat menjadi
indicator tolak
ukur tindakan
Terapeutik selanjutnya
4. Ajarkan posisi 4. Posisi nyaman
dengan baik dan dapat
benar ketika meningkatkan
menyusui waktu menyusui
ibu dan bayi
Edukasi
5. Berikan informasi 5. Untuk
apabila produksi merencanakan
ASI menurun tindakan
selanjutnya yang
diberikan pada
bayi
6. Berikan informasi 6. Rencana
mengenai tindak tindaklanjut
lanjut apabila bayi terhadap bayi
masih belum dapat dapat membantu
menyusui efektif meningkatkan
nutrisi bayi
7. Kolaborasi 7. Dengan
pemasangan OGT pemasangan OGT
pada bayi ketika reflek
menelan bayi tidak
ada, dapat
membantu bayi
dalam pemenuhan
nutrisi
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan (I.03119)
berhubungan dengan tinsakan keperawatan Observasi
ketidakmampuan selam ...x24 jam 1. Identifikasi status 1. Untuk mengetahui
menelan mkanan, diharapkan status nutrisi status nutrisi
imaturitas produksi nutrisi dapat terpenuhi pasien
enzim, otot dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi 2. Untuk mengetahui
abdominal lemah (D. a. Berat badan dan intoelransi adakah alergi
0019) meningkat makanan
b. Panjang badan 3. Identifikasi 3. Untuk mengetahui
meningkat kebutuhan kalori kebutuhan kalori
c. Prematuritas dan jenis nutrient dan jenis nutrient
menurun pasien
(L.03031) 4. Identifikasi 4. Untuk mengetahui
perlunya perlunya
penggunaan selang penggunaan
nasogastrik selang nasogastrik
5. Monitor asupan 5. Untuk mengawasi
makanan asupan makanan
pasien
6. Monitor berat badan 6. Untuk mengetahui
berat badan pasien
7. Monitor hasil 7. Untuk mengetahui
pemeriksaan hasil pemeriksaan
laboratorium laboratorium yang
berhubungan
dengan nutrisi
Terapeutik
pasien
8. Lakukan oral
8. Oral hygiene dapat
hygiene sebelum
membantu pasien
makan, jika perlu
nyaamn menerima
makanan
9. Berikan makanan
9. Tinggi kalori dan
tinggi kalori dan
protein dapat
protein
membantu
mencukupi
kebutuhan gizi
pasien
10. Penghentian
10. Hentikan pemberian
penggunaan
selang nasogastrik
sekang ketika
jika asupan oral asupan oral dapat
dapat ditoleransi ditoleransi dapat
melatih pasien
untuk makan dana
minum secara
Kolaborasi langsung
11. Kolaborasi dengan 11. Kebutuhan kalori
ahli gizi untuk dan jenis nutrient
menentukan kalori diperlukan untuk
dan jenis nutrient pertumbuhan dan
yang dibutuhkan, perkembangan
jika perlu pasien
4. Risiko termoregulasi Setelah dilakukan Observasi
tidak efektif tindakan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh 1. Proses
berhubungan dengan selama …x24 jam dalam rentang peningkatan suhu
peningkatan area diharapkan pengaturan normal menunjukkan
permukaan tubuh suhu tubuh tetap 2. Monitor warna dan proses inflamasi
terhadap rasio berat berada dalan rentang suhu kulit 2. Perubahan warna
badan, berat badan normal dengan kriteria Terpeutik dan suhu kulit
ekstrem (D. 0148) hasil: 3. Tingkatkan asupan merupakan
a. Suhu tubuh cairan dan nutrisi indikasi demam
membaik yang adekuat 3. Menggantikan
b. Suhu kulit 4. Atur suhu incubator asupan cairan
membaik sesuai kebutuhan yang hilang akibat
c. Takikardi demam
menurun 4. Pertahankan
d. Pucat menurun kelembapan
e. Kemerahan incubator 50%
menurun atau lebih untuk
(L.14134) mengurangi
kehilangan panas
karena proses
evaporasi
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan (I.14508)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
ketidakadekuatan selama …x24 jam 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
pertahanan tubuh diharapkan tidak riwayatkesehatan reaksi terhadap
primer (D. 0142) terjadi infeksi dengan dan riwayat alergi alergi
kriteria hasil: 2. Identifikasi 2. Mengetahui
a. Demam menurun kontraindika adanya
b. Kemerahan si pemberian kontraindikasi
menurun imunisasi dalam pemberian
(L.14137) imunisasi
Terapeutik
3. Berikan suntikan 3. Memperkecil
pada bayi di kemungkinan rasa
bagianpaha tidak nyaman pada
antrolateral bayi dan anak
akibat gerakan dan
sentuhan terutama

4. Imunisasi menjadi
Edukasi
upaya paling
4. Informasikan
penting dalam
imunisasi
menciptakan
yang
kekebalan tubuh
diwajibkan
anak
pemerintah

Anda mungkin juga menyukai