Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN GAMBARAN KONDISI INDONESIA TANPA KORUPSI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PBAK

Dosen Pengampu : Ibu Desmaniarti Z.,SKp.,Msi

Disusun Oleh:

Raden Adinda Siti Nurdiana (P17320121067)


Raka Firmansyah (P17320121070)
Reisya Yulia salvani (P17320121071)
Rida Tiara Zelianty (P17320121073)
Rizka Amalia (P17320121077)
Salwa Ardianti (P17320121079)
Sandra Rahma Kamila (P17320121081)
Sely Meisya (P17320121083)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Laporan Praktik
Pendidikan Budaya Anti Korupsi dapat terselesaikan. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
persyaratan mata kuliah PBAK pada Program Studi DIII Keperawata Poltekkes Kemenkes.
Bandung. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak
khususnya pembimbing, dosen, karyawan, orang tua, dan teman-teman sekalian, laporan kasus
ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan kelak
dikemudian hari. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan
konstribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.

Bandung, 5 september 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan Indonesia yang sejahtera dimana masyarakatnya dapat terpenuhi setiap


kebutuhan dasarnya menjadi cita-cita pendiri bangsa ini. Tujuan bangsa Indonesia tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea 4, yaitu"melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial". Kondisi ini dapat terwujud bila negara ini dapat dikelola dengan
penuh integritas dan tanggung jawab  oleh  pemerintah dari pusat hingga daerah dengan
dukungan dari  swasta dan masyarakat.

Korupsi adalah kejahatan yang luar biasa. Kita jumpai kenyataan bahwa tinggi rendahnya
tingkat korupsi di sebuah negara hampir pasti berhubungan tinggi rendahnya tingkat
perekonomian negara tersebut. Semakin baik level perekonomian sebuah negara biasanya
disebabkan oleh rendahnya angka korupsi di negara tersebut, sebaliknya, semakin tinggi angka
korupsinya, maka akan semakin jelek perekonomian negara tersebut. Korupsi memang pasti
memiliki dampak global dan menyeluruh di sebuah negara.

Ketika kita berbicara mengenai korupsi, sebenarnya kita tidak hanya berbicara di ranah
uang negara saja, baik instansi pemerintah dari pusat hingga pemerintahan terkecil di desa-desa
maupun BUMN, tetapi lebih jauh dari itu, korupsi dapat terjadi di perusahaan-perusahaan
swasta, di sekolah-sekolah swasta, di pasar-pasar tradisional, di warung-warung tetangga di
kampung, di tangki-tangki minyak yang berjalan, bahkan di jalanan di sekitar kita pun banyak
terjadi. Seandainya saja negara kita bebas dari korupsi, maka gambaran berikut ini akan terjadi
dalam kehidupan kita.

Dengan kemerdekaan yang kita miliki saat ini dan dengan potensi yang besar yang
dimiliki oleh Indonesia, dimulai dengan potensi wilayah dengan kekayaan yang terkandung
didalamnya, potensi jumlah penduduk yang besar sebagai modal SDM dan juga potensi sejarah
Indonesia yang memiliki jiwa persatuan dan nasionalisme untuk berdaulat berdiri di atas kakinya
sendiri sudah seharusnya bangsa dan negara ini lebih leluasa untuk mengelola, mengurus dirinya
sendiri dan juga memanfaatkan kekayaan yang sangat besar untuk kemakmuran bangsa. Dan
harapan Indonesia  dapat sejajar berdiri dan bersaing dengan negara-negara besar di dunia.

Hal ini dapat terwujud bila sumber daya manusia yang besar ini ditanamkan rasa
kejujuran dan tanggungjawab, menghindari perbuatan-perbuatan  yang merugikan dimulai
dengan  penanaman nilai-nilai anti korupsi dari sedini mungkin, dimulai dari keluarga. Keluarga
memilik peran yang sangat besar membentuk anak-anak Indoensia sebagai pewaris masa depan
bangsa, dalam membentuk nilai-nilai kebaikan. 

Nilai-nilai ini akan membentuk perilaku yang akan muncul ketika besar. Penyimpangan
perbuatan sekecil apapun merupakan benih-benih korupsi yang secara hariah memiliki
pengertian korupsi adalah sesuatu yang busuk. Maka pembiasaan untuk melakukan hal-hal
kebaikan, menjasi benih yang tertanam, dan tumbuh dengan baik kelak, dan berani menyatakan
dan melakukan kebenaran  di situasi apapun

Indonesia yang bebas korupsi merupakan impian bagi semua warga Indonesia. Jika
Indonesia tanpa korupsi, maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut :

1. Tidak ada kemiskinan. Dengan tingkat korupsi yang rendah maka keuangan negara dapat
dikelola dengan baik oleh pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yang besar.
Lapangan kerja ini diantaranya dengan melakukan pembangunan padat karya, seperti
membangun infrastruktur yang pada akhirnya akan dipergunakan oleh masyarakat luas
dengan harapan akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah yang
selama ini sangat sulit untuk dicapai. Pemerataan pembangunan yang tidak hanya di
pulau jawa, akan menahan laju urbanisasi, karena fasiltas infrastruktur tersedia untuk
mendukung ekonomi di daerah akan membuat masyarakat di desa untuk membangun di
daerahnya masing-masing. Dan dengan ini maka cita-cita bangsa untuk keadialan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai.

2. Anak-anak mendapat hak sekolah.  Hak setiap warga negara untuk mendapat pendidikan
di atur pada Undang-undang Dasar 1945 pada pasal 31. Dengan negara yang bebas
korupsi, maka pemanfaatan anggaran pendidikan yang diprioritaskan sekurang-
kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maka diharapkan
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan wajib dasar (9 tahun).

3. Kesehatan masyarakat yang terjamin. Alokasi APBN dalam menyiadakan pelayanan


kesehatan masyarakat dapat maksimal. Salah satu bentuk usaha pemerintahh saat ini
adalah dengan diadakannya membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS)
Kesehatan.

4. Lingkungan Asri. Pemerintah dapat membangun linkungan sosial yang ramah lingkungan
dan asri. Sebagai sarana untuk masyarakat berkumpul dan bersosialiasiseperti taman-
taman, sarana olahraga yang dapat digunakan oleh siapa saja.

5. Kenyamanan transportasi umum. Dengan dibangunnya infrastruktur maka salah satu


bentuknya adalah membangun fasilitas transportasi umum yang nyaman, yang pada
akhirnya akan merubah kebiasaan masyarakat untuk menggunakan moda transportasi
umum, dan hal ini akan menurunkan tingkat kemacetan. Dengan menurunnya tingkat
kemacetan maka akan meningkatkan efesiensi ekonomi dalam hal ini salah satunya
distribusi. Biaya  transportasi akan semakin rendah, dan diikuti dengan  harga turun maka
barang-barang semakin terjangkau.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran Indonesia tanpa korupsi ?
2. Indeks persepsi korupsi dan peringkat IPK dalam 5tahun terakhir ?
3. Negara apa saja yang relatif bersih dari korupsi?
4. Apa potensi yang dimiliki indonesia untuk mewujudkan impian tanpa korupsi?

6. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran Indonesia tanpa korupsi
2. Untuk mengetahui Indeks persepsi korupsi dan peringkat IPK dalam 5tahun terakhir
3. Untuk mengetahui Negara apa saja yang relatif bersih dari korupsi
4. Untuk mengetahui potensi apa saja yang dimiliki indonesia untuk mewujudkan
impian tanpa korupsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Indonesia Tanpa Korupsi

Korupsi adalah kejahatan yang luar biasa. Kita jumpai kenyataan bahwa tinggi rendahnya
tingkat korupsi di sebuah negara hampir pasti berhubungan tinggi rendahnya tingkat
perekonomian negara tersebut. Semakin baik level perekonomian sebuah negara biasanya
disebabkan oleh rendahnya angka korupsi di negara tersebut, sebaliknya, semakin tinggi angka
korupsinya, maka akan semakin jelek perekonomian negara tersebut. 

Memprihatinkan, menurut sebuah sumber, data dari Transparansi Indonesia menyebutkan


bahwa jumlah uang APBN yang dikorupsi di negeri ini mencapai 30-40%. Angka ini tentu
merupakan angka yang sangat fantastis. Betapa tidak, jumlah APBN kita per tahun sekitar 2500
triliun, itu artinya sejumlah 750-1000 triliun diantaranya hilang karena korupsi.

Meski rasanya seperti mimpi, namun kita harus tetap optimis bahwa negeri ini suatu saat
akan terbebas dari korupsi. Seandainya hal itu terjadi, maka berikut adalah beberapa contoh yang
terjadi akibat bebasnya korupsi dari negara kita, yang akan dapat kita rasakan:

1. Infrastruktur yang sangat baik dan gratis


Sebagai gambaran, jembatan Suramadu yang diresmikan era Pak SBY saja “hanya”
memerlukan dana 5 triliun, dan kita dapat melihat betapa banyak kemudahan yang
tercipta akibat adanya jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dengan Madura
tersebut. Maka dana yang hilang karena korupsi, yang besarnya 750-1000 T tersebut,
dapat digunakan untuk membangun 200 jembatan sekelas Suramadu. Sungguh, negara ini
akan menjadi negara dengan infrastruktur termewah di Asia Tenggara, jika saja korupsi
berhasil dilenyapkan dari lubuk hati setiap warganya.
2. Biaya pendidikan yang sangat murah bahkan gratis
Alangkah murahnya biaya pendidikan itu sebenarnya, jika pembandingnya adalah
anggaran yang “dikabarkan” lenyap karena korupsi. Coba saja kita hitung-hitung, biaya
kuliah hingga lulus sarjana S-1 rata-rata tak lebih dari 100 juta rupiah. Andai semua
warga negara ini memiliki integritas, maka kita dapat memaksimalkan anggaran 1000
triliun setiap tahunnya. Dari penghematan sebesar itu, jika kita gunakan untuk menjamin
biaya kuliah S-1, maka kita dapat membiayai 1 juta anak bangsa hingga menjadi sarjana,
dengan hanya menggelontorkan dana 100 triliun rupiah setiap tahunnya.
3. Biaya kesehatan yang murah hingga gratis
Data yang didapatkan dari internet adalah jumlah uang yang diperlukan untuk meng-
cover seluruh biaya perawatan kesehatan di seluruh Indonesia hanya berkisar di angka
100 T rupiah. Artinya, jika kita berkomitmen untuk menghentikan korupsi, dan jika data
dari Transparansi Indonesia tersebut benar adanya, maka tidak ada cerita orang ditolak
oleh rumah sakit karena belum membayar iuran BPJS.
4. Listrik, gas, BBM bersubsidi dan murah
Negara bertanggungjawab untuk mengatasi masalah ini. Andai saja korupsi tidak
membudaya di negeri ini, dan sekali lagi andai data dari Transparansi Indonesia itu benar,
maka alangkah mudahnya jika pemerintah sekedar ingin mensubsidi biaya listrik, gas,
serta BBM, tentunya bagi rakyat menengah ke bawah saja. Andaikan rakyat kecil
diringankan biaya-biaya tersebut, maka perekonomian mereka pasti menggeliat. Mereka
dapat memanfaatkan sisa uang yang ada sebagai modal usaha, atau bertani, atau untuk
membayar keperluan lainnya, atau berbelanja di warung-warung tetangga, supermarket,
dsb, dimana dampaknya pasti akan berpengaruh terhadap perekonomian negara, menuju
Indonesia yang makmur sejahtera.

5. Jumlah wirausahawan sangat banyak

Wirausahawan adalah penopang perekonomian. Semakin banyak jumlah wirausahawan,


maka perekonomian sebuah negara akan semakin baik, semakin tertolong. Hampir di
setiap kondisi krisis ekonomi seperti yang terjadi di tahun 1998, UKM-IKM lah yang
menjadi penopang ekonomi kita hingga bertahan dari hempasan krisis tersebut, karena
jumlahnya yang sangat banyak, hingga lebih dari 95% dari total tenaga kerja kita bekerja
di sektor UKM-IKM tersebut. Seandainya kita dapat memanfaatkan 100 triliun saja dari
uang APBN yang tidak dikorupsi, lalu kita bagikan sebagai modal usaha sebesar 10 juta
rupiah per paketnya, maka akan ada 10 juta orang yang menerima bantuan modal untuk
menjadi usahawan kecil di berbagai sektor, baik manufaktur, perdagangan, jasa, kuliner,
ataupun pertanian. Bayangkan, hanya dalam waktu 5 tahun, kita dapat memberi subsidi
kepada 50 juta orang wirausahawan kecil baru di berbagai sektor. Dengan semakin
banyaknya jumlah wirausahawan, maka jumlah pengangguran pasti akan habis, selain itu,
perekonomian kita tidak hanya dikuasai oleh segelintir pengusaha besar, yang jumlahnya
sedikit namun memonopoli perekonomian kita.

6. Rakyat miskin tidak ditanggung negara, kemiskinan tidak ada

Fakir miskin dan orang-orang terlantar dipelihara oleh negara, namun dalam
kenyataannya, negara masih sangat sulit untuk memelihara mereka. Korupsi merupakan
akar penyebab dari ketidakmampuan negara dalam memelihara fakir miskin dan anak
terlantar. Anggap saja 100 T lagi kita gunakan untuk membantu keluarga tak mampu ini,
maka setiap keluarga dapat menerima bantuan senilai 1 juta rupiah per bulannya, tentu
kita tidak ingin mendidik warga kita menjadi “manja” dengan hanya menerima uang
setiap bulannya, maka bantuan juga dapat kita berikan dalam bentuk modal usaha, untuk
berdagang ataupun memulai aktivitas pertanian/peternakan dengan memanfaatkan tanah-
tanah negara/pemda yang selama ini menganggur, tentunya dengan pembimbingan dan
pembinaan yang ketat sehingga uang yang diberikan tidak terbuang sia-sia, dan perlahan
tapi pasti tujuan negara untuk mengentaskan kemiskinan dapat tercapai.

7. Investasi asing terus berdatangan

Bagi sebuah negara berkembang seperti Indonesia, investasi merupakan sesuatu yang
sangat penting. Namun, apa jadinya jika para pejabatnya korupsi Maka investor pun
enggan untuk masuk ke negara ini. Bagaimana tidak Belum juga masuk untuk
mendirikan sebuah pabrik, pejabat di daerah tersebut sudah meminta ini-itu, belum lagi
hambatan-hambatan berupa seabrek peraturan yang membuat pusing kepala para calon
investor. Mereka akan mundur sebelum berperang. Akibatnya, rakyat yang semestinya
dapat memperoleh lapangan pekerjaan, terpaksa kembali memupus impiannya untuk
bekerja, dan kembali menjadi pengangguran. Kita mestinya malu dengan negara seperti
Vietnam, yang sejatinya mereka baru “memulai hidup”, akan tetapi investor asing
berbondong-bondong mendirikan perusahaan di sana, bahkan sebagian diantaranya
adalah perusahaan pindahan dari negara kita, atau mereka-mereka yang kecewa dengan
kondisi iklim investasi di Indonesia. Menyedihkan bukan?

B. Informasi Indeks Persepsi Korupsi dan Peringkat IPK dalam 5 tahun terakhir

Rilis terbaru Transparency Internationaltentang tingkat Corruption Perception Index /


Indeks Persepsi Korupsi (IPK) menempatkan Indonesia di peringkat 96 dari 180 negara-negara
yang diteliti. Walaupun peringkat tersebut menurun dari IPK tahun lalu yaitu peringkat 90,
sejatinya Indonesia memperoleh skor IPK yang sama dari tahun lalu, yaitu 37.

Stagnasi persepsi pemberantasan korupsi di Indonesia tersebut juga dapat dilihat dari
kurang signifikannya kenaikan skor IPK dalam lima tahun terakhir. Rilis IPK tahun 2013,
Indonesia mendapatkan skor 32 dan secara perlahan naik di angka 37 di tahun 2018. Tentunya
skor tersebut masih sangat jauh dengan peringkat pertama IPK yaitu Selandia Baru yang selalu
mendapatkan skor di atas 88 dalam lima tahun terakhir.

Kurang progresifnya kenaikan skor IPK di Indonesia sejatinya merupakan cerminan


kondisi Indonesia secara umum. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi dan
skor IPK, antara lain kepastian hukum, pelayanan publik, kemudahan berbisnis serta sepak
terjang elit politik dalam sebuah negara.

Dilihat dari beberapa faktor tersebut, tentunya Indonesia harus banyak berbenah dalam
banyak sektor. Yang terbaru misalnya, disebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam salah satu
negara dengan ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin tertinggi di dunia (Gibson,
2017). Salah satu penyebab tingginya gap tersebut adalah political capture, dimana disinyalir
ada oknum pemangku kebijakan yang menggunakan kewenangannya hanya untuk kepentingan
pribadi atau golongan saja. Bisa dibayangkan besarnya kebermanfaatan uang kerugian negara
dari skandal E-KTP sekitar Rp 2,3 triliun jika digunakan untuk mempersempit gap tersebut di
atas daripada sekedar kepentingan-kepentingan dan intrik politik. Hal tersebut itulah yang
menjadi salah satu alasan lesunya persepsi korupsi di Indonesia.

Menariknya, disadari atau tidak, negara dengan tingkat persepsi korupsi yang tinggi
justru didominasi oleh negara yang ‘beragama’. Padahal seharusnya, ajaran suci yang terkandung
dalam agama seharusnya menjadi sebuah peluang untuk menekan ‘agresivitas’ munculnya para
koruptor. Akan tetapi, Heather Marquette (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
sebenarnya agama mempunyai dampak yang minim dalam menekan perilaku koruptif.

 Pemerintahan yang Terbuka

Dalam risetnya mengenai pemberantasan korupsi, Transparency International juga


memberikan lima rekomendasi penting untuk mengatasi korupsi di berbagai negara. Uniknya,
lima rekomendasi tersebut sangat erat kaitannya dan berhubungan dengan sistem open
government.

Pada prinsipnya, semakin terbuka birokrasi pemerintahan, akan semakin mudah masyarakat
untuk mengawasi jalannya roda pemerintahan. Dalam principal-agent relations, rakyat di dalam
sebuah negara demokrasi merupakan principal, yang mana kekuasaan negara ada di tangan
rakyat, sedangkan agent adalah pemerintah yang diberikan mandat oleh rakyat untuk
menjalankan apa yang rakyat inginkan. Oleh karena itu, sangat aneh jika sampai saat ini, rakyat
masih merasa kesulitan dalam menyampaikan aspirasi, dan pemerintah yang seakan menutup
telinga atas kritik dari masyarakat.

Secara umum, open government merupakan sebuah inisiatif yang membuat pemerintahan


lebih terbuka. Secara rinci, Meijer, et al. (2012) menjelaskan bahwa open government merupakan
inisiatif yang menghubungkan antara vision (keterbukaan pemerintah) dan voice (partisipasi
masyarakat). artinya bahwa dalam open government, tugas pemerintah bukan hanya
meningkatkan keterbukaan publik dengan misalnya memuat informasi kegiatan dalam portal
resmi lembaga saja, namun juga membuka saluran aspirasi dan komunikasi masyarakat, sehingga
masyarakat dengan mudah bisa menyampaikan saran dan kritiknya kepada pemerintah.

Sebagai negara yang tergabung dan berpartisipasi aktif dalam Open Government


Partnership, Indonesia sebenarnya merintis berbagai macam kebijakan turunan dari open
government yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, yaitu
portal Lapor! portal itu menjadi jembatan bagi masyarakat untuk mengawasi bahkan melaporkan
segala tindakan yang kontraproduktif, misalnya korupsi untuk segera ditindak. Namun fakta
bahwa tidak semua lembaga dan pemerintah daerah tergabung dalam inisiatif ini serta
dibutuhkannya kemampuan mengoperasikan perangkat teknologi dengan baik menjadikan
pemerintah harus bekerja lebih keras lagi dalam implementasi open government, khususnya
portal Lapor!

 Memperkuat Lembaga Penegak Hukum

Selama ini KPK memang menjadi salah satu benteng penanggulangan korupsi di Indonesia.
Namun dalam perjalanannya, isu pelemahan maupun superpower-nya kewenangan KPK sering
terdengar beberapa tahun terakhir. Perdebatan tersebut pada akhirnya berujung kepada
kewenangan pemerintah maupun DPR sebagai pemangku kebijakan dan pembuat regulasi.

Pemerintah dan DPR seharusnya bisa bekerja sama untuk merumuskan dan menciptakan
aturan-aturan yang tepat, dalam hal ini adalah memberikan kewenangan yang tepat dan sah
kepada KPK, dimana ujungnya adalah menurunnya kasus-kasus korupsi di Indonesia. Namun
adanya sinyal keterlibatan pejabat-pejabat negara seperti menteri, kepala daerah dan anggota
DPR dalam dalam kasus megaproyek E-KTP, bahkan penyerangan terhadap salah satu penyidik
KPK, menjadikan publik semakin resah. Mau dibawa kemana arah penegakan hukum kasus-
kasus korupsi di Indonesia? Jangan sampai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemangku
kebijakan justru melemahkan semangat dan menumpulkan gerakan anti korupsi.

Maka seharusnya pemerintah maupun DPR mempunyai kewajiban


mengembalikan trust masyarakat dalam semangat pemberantasan korupsi. Salah satu caranya
adalah memastikan KPK mempunyai kewenangan yang tepat untuk memberantas korupsi, bukan
malah menumpulkannya. Penelitian dari Transparency International juga menyebutkan bahwa
gerakan oposisi yang kuat dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK turut andil
dalam stagnansi peringkat IPK Indonesia. Oleh karenanya, memperkuat lembaga penegak hukum
terlebih yang berkaitan dengan kasus korupsi adalah sebuah keharusan.

Corruption Perception Index (CPI) alias Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2018 yang
dirilis Transparency International Indonesia (TII) menunjukkan kenaikan yaitu naik 1 poin dari
37 pada 2017 menjadi 38 pada 2018. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sendiri merupakan indeks
gabungan yang mengukur persepsi korupsi secara global  di sektor publik yang dilakukan oleh
pejabat negara dan politisi IPK 2018 mengacu pada 9 survei dan penilaian ahli untuk mengukur
korupsi sektor publik di 180 negara dan teritori. Skor CPI sendiri berada dalam rentang 0-100, di
mana 0 berarti negara dipersepsikan korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan bersih dari
korupsi.

IPK Indonesia dalam 5 tahun terakhir adalah pada tahun 2017 dan 2016, skor Indonesia
stagnan pada poin 37. Sedangkan, di tahun 2015 skor Indonesia berada pada poin 36 dan tahun
2014 skor Indonesia berada di poin 34. Saat ini, dengan skor 38, Indonesia menduduki peringkat
89 dari 180 negara yang disurvei. Oleh karena itu, peringkat Indonesia melonjak tujuh peringkat
dibanding 2017 yang menduduki peringkat 96. Selain Indonesia, terdapat sejumlah negara yang
meraih skor CPI 37 dengan peringkat 89, yakni Bosnia-Herzegovina, Srilanka, dan Swaziland.

C. Negara Relatif Bebas Korupsi


Corruption Perceptions Index (CPI) merilis laporan indeks korupsi di
180 negara di dunia. Laporan yang dikeluarkan pada 2020 itu menyebutkan bahwa
Indonesia berada di urutan ke-102 dengan total poin 37.   Sementara itu, laporan
juga menyebut bahwa ada negara-negara yang tidak memiliki  kasus korupsi.
Berikut daftarnya. 

1. Selandia Baru 
Selandia Baru merupakan negara pertama yang tidak memiliki
kasus korupsi versi CPI pada 2020. Negara ini menempati posisi pertama
dengan jumlah skor 88.  Selandia Baru konsisten berada di jajaran negara bebas
korupsi selama 9 tahun terakhir. Masyarakat Selandia Baru memiliki akses
untuk mengakses data yang diinginkan. Transparansi yang diimplementasikan
tersebut dinilai cukup ampuh dalam mencegah tindak korupsi.   Sementara itu,
hukuman mati bagi para koruptor di negara itu memang pernah ada. Namun,
telah dihapus sejak 1961. Pemerintah Selandia Baru beranggapan, jika
hukuman sosial akan memberikan dampak lebih besar terhadap para koruptur.  

2. Denmark 

Denmark juga masuk sebagai negara dengan nol kasus korupsi di dunia.
Menurut informasi yang diperoleh dari laman Danish Agency for Higher
Education and Science, integritas politik menjadi kunci utama keberhasilan
memberantas korupsi.  Pemerintah dan masyarakat Denmark menilai, ketika
partai politik, anggota parlemen dan pihak yang memegang andil dalam
administrasi publik sudah terlibat korupsi, maka mereka tidak lagi dianggap
responsif terhadap masyarakat. Tingginya kesadaran untuk menjauhi praktek
korupsi di Denmark juga merupakan faktor penting keberhasilan negara ini.  

3. Finlandia 

Masih menurut CPI, Finlandia juga negara yang bebas korupsi. Hal ini
disebabkan karena langkah pemerintah Finlandia yang dinilai baik dalam
menangani bahkan memberantas korupsi.  Perjuangan Finlandia melawan
korupsi sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Secara historis, pengurangan
kasus korupsi di negara tersebut terjadi bersamaan dengan perubahan
warganya.  Dulu, masyarakat Finlandia rata-rata tidak berpendidikan,
bergantung pada kekaisaran dan hidup miskin. Seiring perkembangan zaman,
masyarakatnya bertransformasi menjadi terpelajar dan hidup berkecukupan.
Finlandia juga berubah menjadi negara demokrasi nan maju.   Sementara itu,
melansir artikel bertajuk ‘the Control of Corruption in Finland’ karya Ari
Salminen dan rekan-rekannya di Universitas Vaasa, parlemen Finlandia
melakukan kontrol yang ketat terhadap proses audit keuangan di pemerintahan.
Proses pengawalan yang ketat ini yang dinilai sangat baik, sehingga tidak ada
satupun pejabat pemerintahan yang bisa menyelewengkan dana negara.  

4. Singapura 

Negara tetangga Indonesia, Singapura rupanya juga masuk ke dalam daftar


negara nol kasus korupsi. Mengutip jurnal berjudul ‘Perbandingan Penanganan
Tindak Pidana Korupsi di Negara Singapura dan Indonesia’, kunci keberhasilan
Singapura dalam memangkas kasus korupsi adalah dengan kekuatan CPIB atau
Corrupt Practices Investigation Bureau sebagai lembaga anti korupsi.  

CPIB melakukan tugasnya secara netral, independen dan terpisah dari


lembaga kepolisian dalam melakukan penyelidikan kasus korupsi. Di sisi lain,
kesadaran masyarakat Singapura terhadap bahaya dan kerugian korupsi sudah
sangat baik. Tingkat profesionalisme dari pejabat pemerintahannya pun tinggi .

D. Potensi yang Dimiliki Indonesia untuk mewujudkan impian tanpa korupsi

Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.” Pasal ini merupakan petunjuk bagi para pendiri bangsa bahwa
Indonesia memiliki potensi kekayaan sebagai modal menjadi negara yang makmur dan
sejahtera. Adapun potensi yang dapat mewujudkan impian Indonesia tanpa korupsi yaitu :

1. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.4668 pulau. Luas
teritorial Indonesia adalah 5.193.250 km2

2. Terletak diantara asia dan Australia, serta diantara samudra pasifik dan samudra
Indonesia menjadikan Indonesia sebagai persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu
lintas darat maupun laut dan juga menjadi titik persilangan kegiatan perekonomian
dunia.

3. Indonesia memiliki sekitar 250 suku bangsa yang menghasilkan keberagaman


budaya nusantara. 746 bahasa daerah terdapat di indonesia, membuat Indonesia
memiliki kebudayaan yang sangat beragam.

4. Indonesia memiliki penduduk dari sabang sampai merauke sebanyak 255.993.674


jiwa dan merupakan modal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia,
mempertahankan keutuhan negara dari ancaman negara lain, peningkatan kualitas
sumber daya manusia.

5. Indonesia memiliki aneka bahan tambang minyak bumi indoneis berada diposisi ke
25 dalam daftar negara dengan potensi minyak buminterbesar di dunia.

6. Diperkirakan, sekitar 100 - 150 genus dari tumbuhan dengan 25 ribu – 30 ribu
spesies terdapat di Indonesia.

7. Indonesia memiliki sekitar 300 ribu atau 17% dari total jumlah satwa liar di dunia.

8. Indonesia merupakan produsen ikan terbesar di dunia. Volume produksinya


mencapai sekitar 5,71 juta ton.

9. Total potensi meritim Indonesia diperkirakan mencapai Rp. 7.200 triliun atau 3,5
kali anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015
10. Indonesia memiliki sejarah bedar dengan memproklamirkan kemerdekaan pada 17
agustus 1945 setelah dijajah belanda 3,5 abad dan di duduki jepang selama 3,5
tahun. Majapahit pernah memepersatuan nusantara dibawah komando majapahit
gajahmada. Indonesia pernah memiliki armada laut sriwijaya yang digdaya, dan
juga samudra pasai yang sempat menguasai perdagangan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan memberikan


dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana korupsi.
Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam menindak kasus tindak
pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan perampasan aset
hasil tindak pidana korupsi dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak
pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera
sekaligus sebagai bentuk mengurangi tindak pidana korupsi.

Pemiskinan koruptor di Indonesia belum dilaksanakan secara tegas. Para penegak


hukum yang dalam penelitian ini yaitu jaksa dan hakim tidak menjalankan sanksi pidana
pemiskinan koruptor dalam memberantas tindak pidana korupsi. Jaksa dalam
menjatuhkan tuntutan pidana berpegang teguh pada undang-undang begitu juga dengan
hakim tipikor dalam menjatuhkan vonis berpegang teguh pada undang-undang.
Pelaksanaan sanksi pidana pemiskinan koruptor hanya dengan perampasan aset hasil
tindak pidana korupsi yang besarnya disesuaikan dengan kerugian keuangan negara. Hal
tersebut tidak dapat dikatakan memiskinkan koruptor karena hanya aset yang berasal dari
tindak pidana korupsi saja yang dirampas dan belum tentu si koruptor akan menjadi
miskin. Pemiskinan koruptor dilakukan dengan perampasan seluruh benda-benda yang
merupakan hasil dari tindak pidana korupsi dan/atau dengan pembayaran uang pengganti
yang jumlahnya sesuai dengan kerugian keuangan negara yang diambil dan yang timbul
dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan koruptor belum menjadi suatu terobosan hukum
bagi penegak hukum di Indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi.

B. Saran
Pemiskinan koruptor memang mendapat sambutan positif dari banyak kalangan.
Namun perlu dipertimbangkan lagi mengenai pelaksanaannya. Saran yang dapat penulis
sumbangkan, yaitu:

1. Perlu adanya rekonseptualisasi mengenai konsep pemiskinan koruptor.


Rekonseptualisasi dengan memberikan arahan yang jelas bagi penegak hukum
mengenai konsep pemiskinan koruptor, sehingga pelaksanaan pemiskinan koruptor dapat
dijalankan sebagai suatu terobosan hukum yang memberikan efek jera dalam tindak
pidana korupsi.

2. Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinan koruptor.

Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, integritas dari para


penegak hukum agar para penegak hukum di Indonesia melaksanakan sanksi pidana
pemiskinan koruptor dalam upaya pemberantasan korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimoous. (2019, MEI 7). Diambil kembali dari Andai Negeri Ini Bebas Korupsi:
https://bdiyogyakarta.kemenperin.go.id/blog/post/2019/05/2/53/andai-negeri-ini-bebas-
korupsi
Caterin M. Simamora, M. (. (2018). INDONESIA BEBAS KORUPSI.
http://pusdiklat.kemendag.go.id/v2019/news/indonesia-bebas-korupsi#:~:text=Indonesia
%20yang%20bebas%20korupsi%20merupakan%20impian%20bagi%20semua,oleh
%20pemerintah%20untuk%20menciptakan%20lapangan%20kerja%20yang%20besar.
oininta, A. (2021, Aguatus 06). Diambil kembali dari 10 Negara Paling Bersih dari Praktik
Korupsi, Indonesia Urutan Berapa?:
https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/06/103623471/10-negara-paling-bersih-dari-
praktik-korupsi-indonesia-urutan-berapa

Anda mungkin juga menyukai