Anda di halaman 1dari 13

ESAI ILMIAH

Keefektifan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Membangun


Perekonomian Masyarakat Indonesia
Sebagai bahan mengikuti perlombaan Esai Ilmiah yang diadakan oleh
Kementerian Badan Usaha Milik Negara

Oleh :
Muhammad Auf Al Hariri

MADRASAH ALIYAH NEGERI


INSAN CENDEKIA JAMBI
TAHUN 2015

Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena atas berkat
limphan rahmat serta karunianyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan esai
ilmiah ini yang nantinya akan digunakan dengan semestinya dan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam tak lupa pula terus tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah membawa ummatnya dari alam kegelapan jahiliyah
menuju kealam yang terang bederang yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan saat ini.
Selanjutnya penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi penuh dalam membantu penulis untuk menyelasaikan esai ilmiah
ini an harapan penulis adalah dengan esai ini dapat bermanfaat untuk membangun
bangsa tumpah darah penulis dmana penulis dilahirkan pertama kali yakni
Indonesia.
Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan beribu terimakasih dan
segala kesalahan penulis maupun penulisan penulis dengan serendah hati
memohon beribu-ribu maaf, karena penulis masih belajar agar terus menjadi lebih
baik kedepannya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Jambi, 27 Agustus 2015

Muhammad Auf Al Hariri

Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
BAB II ISI.................................................................................................................
A. Analisis...................................................................................................
B. Pembahasan............................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisasi membawa perkembangan dan kemajuan terhadap kehidupan
manusia. Berbagai macam kemudahan hidup ditawarkan di era modernisasi,
bahkan kemudahan-kemudahan itu telah didapat mulai dari manusia bangun
hingga manusia tidur kembali. Tentunya efek dari modernisasi ini juga
memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dunia. Dengan berkembang
pesatnya modernisasi akan membuat arus globalisasi lebih mudah terjadi.
Tentunya hal tersebut harus dipersiapkan oleh setiap negara bahkan setiap
individu suatu negara agar tetap eksis di negaranya sendiri, sehingga globalisasi
tidak membawa efek negatif terhadap negara tersebut.
Begitu pula dengan Indonesia. Indonesia adalah negara yang besar dengan
jumlah penduduk yang besar, batas wilayah yang besar, serta keberagaman suku
yang besar pula yang membuat Indonesia menjadi sasaran emas sebagai daerah
globalisasi. Tidak dapat dibayangkan jika suatu saat nanti penduduk Indonesia
yang besar ini hanya berlaku sebagai konsumen produk asing dan perekonomian
Indonesia saat itu tentu akan bergantung sekali terhadap para importir yang masuk
ke Indonesia demi memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia.
Tentunya hal ini tidak sejalan dengan cita-cita pendiri bangsa Indonesia
terdahulu yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
...untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia...
Didalam pembukaan ini yang digaris bawahi adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum. Dalam artian bagaimana rakyat Indonesia dikatakan
sejahtera sedangkan rakyat yang tinggal di negara dengan sumber daya alam
maupun manusia yang besar ini hanya sebagai penonton disaat bangsa asing sibuk
mengeksploitasi kekayaan alam maupun kekayaan manusia Indonesia itu sendiri.
Disinilah peran besar pemerintah dalam hal ini dijalankan oleh
kementerian BUMN berperan aktif dalam menjaga agar hal tersebut jangan
sampai terjadi di Indonesia. Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia diantaranya melalui programprogram yang dapat membantu para pengusaha kecil dalam bidang permodalaan
seperti PKBL. Hal ini lah yang membuat penulis tertarik untuk membahas
masalah ini dalam sebuah essay yang berjudul Keefektifan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan dalam Membangun Perekonomian Masyarakat
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk program kemitraan dan bina lingkungan tersebut?
2. Bagaimana tingkat keefektifan dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
terhadap Perekonomian Masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih mendalam bentuk dari program kemitraan dan bina
lingkungan yang ditawarkan oleh BUMN
2. Untuk mengukur keefektifan program tersebut dalam membangun perekonomian
rakyat Indonesia

BAB II
ISI
A. ANALISIS
1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
1.1.

Program Kemitraan
Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN.
Program Kemitraan dilaksanakan oleh BUMN kepada mitra binaan usaha
mikro/kecil yang memenuhi kriteria sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor:
PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
b. Milik Warga Negara Indonesia;
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;
e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan;
f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun;
g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
Kegiatan Program Kemitraan diberikan kepada Mitra binaan dalam bentuk:
a. Pemberian Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva
tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan.
b. Pemberian pembinaan melalui: Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi untuk meningkatkan produktivitas mitra binaan. Dana pembinaan bersifat
hibah kepada mitra binaan.
Disamping dari alokasi bagian laba BUMN/biaya, sumber pendanaan
Program Kemitraan yaitu pengembalian pinjaman dari mitra binaan dan jasa
administrasi (bunga) yang ditetapkan sebesar 6% flat per tahun.
Adapun posisi Program Kemitraan per 31 Desember 2013 yang
disampaikan adalah posisi outstanding pinjaman Program Kemitraan karena dana

Program Kemitraan adalah dana bergulir sehingg masih di catat dalam laporan
keuangan PKBL BUMN, dan Saldo Akhir Program Kemitraan. Rincian adalah
sebagai berikut:
a. Posisi Outstanding Pinjaman Program Kemitraan pada Mitra Binaan per 31
Desember 2013:

Penjelasan mengenai penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut :


- Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat
waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama;
- Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok
dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari
dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
- Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau
jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari
dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
- Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
- Piutang Bermasalah adalah pinjaman macet yang telah diupayakan
pemulihannya namun tidak terpulihkan, yang dikelompokkan dalam aktiva lainlain.

b.

Posisi Saldo dana Program Kemitraan yang ada pada BUMN per 31 Desember
2013 adalah sebesar Rp1.985.476.110.000,00. (Data Saldo Program Kemitraan
tersebut bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun 2013 pada 110 BUMN).

1.2.

Program Bina Lingkungan


Program Bina Lingkungan adalah Program pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN. Pendanaan kegiatan
Program Bina Lingkungan setiap tahunnya berasal dari saldo awal tahun,
penerimaan alokasi laba/biaya, serta pendapatan bunga jasa giro/deposito serta
pendapatan lainnya. Atas dana tersedia tersebut, kegiatan Program Bina
Lingkungan dipisahkan menjadi dua kegiatan sesuai Peraturan Menteri BUMN
Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang PKBL, yaitu:

a. Program Bina Lingkungan BUMN Pembina


Kegiatan Bina Lingkungan BUMN Pembina sepenuhnya menjadi
kewenangan Direksi baik dari alokasi perkegiatan sampai dengan penyalurannya.
Sumber dana berasal dari 70% dari total dana tersedia pada tahun berjalan yang
disalurkan untuk bantuan kepada masyarakat dengan ruang lingkup yaitu:
1) Bantuan korban bencana alam;
2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
3) Bantuan peningkatan kesehatan;
4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
5) Bantuan sarana ibadah;
6) Bantuan pelestarian alam;
7) Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan.
Bantuan Program Bina Lingkungan kepada masyarakat bersifat hibah/dana
keluar sehingga tidak ada dana yang bergulir kembali kepada BUMN/revolving.
Dalam pelaksanaannya kegiatan dimaksud diberikan kepada masyarakat
berdasarkan penilaian BUMN Pembina sesuai bentuk bantuan yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
Posisi dana Program Bina Lingkungan BUMN Pembina per 31 Desember
2013 adalah sebesar Rp807.735.348.000,00. (Data Saldo dana Program Bina
Lingkungan tersebut bersumber dari Laporan Audit PKBL tahun 2013 pada 110
BUMN)
b. Program Bina Lingkungan BUMN Peduli
Sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007, Program
BL BUMN Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama antar
BUMN dan pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh Menteri.
Sumber pendanaan berasal dari 30% dari total dana tersedia Program Bina
Lingkungan pada tahun berjalan. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana
Program Bina Lingkungan BUMN Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas
tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program Bina Lingkungan tahun
berikutnya. Sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang
PKBL yang diubah terakhir kali melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER08/MBU/2013 tentang Perubahan Keempat Peraturan Menteri BUMN Nomor:
PER-05/MBU/2007, kegiatan Program Bina Lingkungan BUMN Peduli telah
dihapuskan sehingga BUMN tidak perlu untuk melakukan penganggaran dari

30% dana tersedia. Namun demikian, untuk kegiatan BUMN Peduli yang masih
berjalan diselesaikan sesuai dengan perencanannya.1
2. Bukti Penyaluran PKBL di masyarakat
Banyak sekali bukti yang telah tampak berkat penyaluran PKBL pada
masyarakat. Sebagai contoh Jasa Raharja cabang Sumatera Selatan yang telah
mengalokasikan dana sebesar Rp.535 juta untuk membantu usaha mikro dalam
bidang kuliner, perikanan, perkebunan, dan jasa sepanjang Januari-Juli 2015
dengan pembiayaan yang bisa diberikan maksimal Rp. 25 Juta. 2 Ini membuktikan
bahwa betapa besar alokasi dana yang digelontorkan untuk membangun
perekonomian masyarakat Indonesia.
B. ANALISIS
Keberadaan PKBL dalam masyarakat tentunya sangat menguntungkan bagi
para pengusaha mikro, karena dengan keberadaan PKBL akan membantu para
pengusaha untuk lebih mengembangkan lagi usahanya. Hal ini tentunya juga
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Dimana disaat para pengusaha
mikro menambah permodalannya tenntu akan lebih memperbesar usahanya dan
tentu akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat menyerap
keberadaan pengangguran yang terdapat di Indonesia.
Namun Keberadaan penduduk Indonesia yang besar ini tidak sesuai dengan
kualitas yang diharapkan. Masih rendahnya taraf pendidikan masyarakat
Indonesia serta kurangnya informasi akan program ini dari pemerintah membuat
dana yang digelontorkan oleh pemerintah terkadang terasa masih kurang efektif.
UKM sejatinya memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan
perekonomian suatu bangsa, namun pemerintah Indonesia masih kurang memberi
perhatian terhadap UKM. Apabila hingga tahun 2015 ketika diberlakukannya
perdagangan bebas UKM tidak mengalami peningkatan kualitas secara signifikan,
maka mereka harus bersiap untuk gulung tikar dan Indonesia harus siap untuk
mengalami kegagalan perekonomian. 3
Sementara itu, menurut Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, Anggota DPR RI
Fraksi PKB menyoroti persoalan TJSL, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,
sesuai Pasal 74 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, dengan PKBL, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
yang khusus berlaku untuk perusahaan BUMN sesuai Permen No. PER-

1 Sejarah dan Perkembangan PKBL oleh BUMN.pdf


2 Harian pagi Republika, Rabu 26 Agustus 2015 hal 14
3 http://www.kompasiana.com/anindyayukiran/ukm-dan-pertumbuhanperekonomian-indonesia-sejalankah-dengan-persiapan-dalammenghadapi-afta-2015_54f7bc5aa33311191c8b49ac

07/MBU/2015. Substansi dan tujuan TJSL dan PKBL kurang lebih sama yaitu
meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat.
Namun, menurut Neng Eem terdapat perbedaan antara PKBL dengan TJSL
atau juga dikenal CSR perusahaan. Pertama, biaya untuk TJSL diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan
kepatutan dan kewajaran, sementara biaya untuk PKBL diambil dari laba bersih
yang diperoleh BUMN.
Kedua, lokasi bagi perseroan yang melaksanakan TJSL adalah terbatas di
lingkungan dan/atau komunitas masyarakat setempat di mana perseroan
berdomisili atau menjalankan aktivitas operasionalnya; sedangkan lokasi PKBL
bagi BUMN lebih luas, yaitu seluruh wilayah Indonesia, tidak terbatas hanya pada
domisili BUMN.
Persoalannya, lanjut Neng Eem, adalah bila menurut UU PT, sebuah BUMN
yang bergerak di bidang sumber daya alam dan berbentuk badan hukum perseroan
harus melakukan TJSL; tetapi di sisi lain sebagai sebuah BUMN juga terikat
kewajiban untuk melakukan PKBL. Terkesan bahwa BUMN seperti dikenai 2
(dua) kewajiban secara bersamaan yang substansi dan tujuannya kurang lebih
sama yaitu menjalankan PKBL dan TJSL.
Menurut Neng Eem, ketentuan hukum mana saja yang dianggap paling tepat
untuk diberlakukan bagi BUMN, tetap saja belum memecahkan persoalan. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan tentang sumber dana untuk aktivitas TJSL
perusahaan dan untuk PKBL.
Biaya untuk TJSL harus bersumber dari anggaran perseroan, sementara
dana untuk PKBL diambilkan dari laba bersih BUMN. Artinya, bila BUMN tidak
berhasil memperoleh laba maka program PKBL nya tak berjalan, sebaliknya TJSL
tetap harus berjalan karena telah dianggarkan sebelumnya. Di sini kontradiksi itu
terjadi. Tegas Neng Eem, Anggota Komisi VI DPR RI.
Persoalan lain menurut Neng Eem yang layak dikaji lebih lanjut adalah soal
sanksi hukum. Pada PKBL, peraturan menteri di atas tidak mengatur sama sekali
perihal sanksi bagi BUMN yang tidak mematuhi kewajiban itu. Hanya disebutkan
dalam Pasal 30 ayat (1) bahwa keberhasilan pelaksanaan PKBL menjadi indikator
penilaian tingkat kesehatan BUMN yang bersangkutan. Jadi rumusan pasal ini
bukan berisi tentang sanksi.
Sementara Pasal 74 UU PT menjelaskan bahwa Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam lalu tidak melaksanakan kewajibannya berupa tanggung jawab sosial dan

lingkungan, maka ia dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.


Di sinilah menurut Neng Eem perlu adanya penataan yang tepat antara
kewajiban melakukan TJSL dan PKBL bagi perusahaan yang merupakan BUMN,
agar tidak terjadi duplikasi yang dapat menimbulkan penafsiran berbeda-beda dan
membebani BUMN.
Tujuannya sederhana, hal ini agar pertanggung-jawaban sosial perusahaan
BUMN dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat luas
dapat tercapai secara adil, efektif, dan efisien.4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. PKBL adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan dengan dasar UU No.19 tahun 2003 ttg
BUMN serta Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 yang menyatakan
maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan
turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan
kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2%
(dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua
persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan, yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
4 https://nengeemmarhamah.wordpress.com/2015/06/22/bumnperseroan-dikenai-2-dua-kewajiban-kontradiktif-pkbl-jadi-kurang-efektifdan-efesien/

agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN.
Tujuan program Kemitraan adalah untuk meningkatkan kemampuan para
pengusaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat.
Sedangkan Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program
BL, yaitu program untuk membentuk calon Mitra Binaan baru dan pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Program BL ini bersifat bantuan (Korban Bencana Alam, Bantuan
Pendidikan dan/atau Pelatihan, Bantuan Peningkatan Kesehatan, Bantuan
Pengembangan Sarana dan/atau Prasarana dan Bantuan Sarana Ibadah).5

2. Keberadaan PKBL dinilai masih kurang efektif karena masih kurangnya tingkat
pendidikan masyarakat serta masih kurangnya pengetahuan akan keberadaan
PKBL ini sendiri serta penataan kembali segala bentuk program yang bertujuan
untuk kesejahteraan sosial agar tercapai tujuan program-program tersebut.

B. Saran
Dari hasil tulisan yang dipaparkan oleh penulis diatas dengan ini penulis
menyarankan agar program ini disosialisasikan lagi kepada masyarakat sehingga
masyarakat benar-benar mengetahui akan keberadaan PKBL ini dengan harapan
akan tumbuh inovasi-inovasi baru dari para Enterpreneur dimasyarakat yang
belum menampakkan jati dirinya sehingga kelak akan terciptanya lapangan
pekerjaan baru yang akan menyerap jumlah pengangguran di Indonesia sehingga
perekonomian di Indonesia dapat lebih meningkat lagi dari sebelumnya dan
tentunya pihak-pihak yang berwenang kembali menata program untuk
kesejahteraan sosial agar masyarakat tidak dibingungkan dengan program yang
diberikan oleh pemerintah yang sejatinya untuk kesejahteraan masyarakat.

5 http://bumn.go.id/perhutani/halaman/162

Anda mungkin juga menyukai