Anda di halaman 1dari 9

II.

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran


1. Hakikat Belajar
Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008;1.5) menyatakan bahwa
“Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan
aneka ragam competencies, skills, and attitudes”. Competencies
(kemampuan), skills (keterampilan), dan attitudes (sikap) tersebut
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai
tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Sedangkan Slameto
(2010 ; 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.

Senada dengan itu, Bower dan Hilgard dalam Udin S. Winataputra


(2008;1.8) mendefinisikan belajar sebagai berikut :
Learning refers to the change in a subject,s behavior or behavior
potential to a given situation brought about by the subject,s repeated
experiences in that situation, provided that the behavior change cannot
be explained on the basis of the basis of the subject,s native response
tendencies, maturation, or temporary states (such as faigue,
drunkenness, drives, and soon).

Yang intinya adalah belajar mengacu pada perubahan perilaku atau


potensi individu sebagai hasil dari pengalaman, dan perubahan tersebut
tidak disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Gagne dalam Udin


S.Winataputra (2008;3.30) bahwa belajar merupakan “seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa
tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas

3
yang baru”. Menurutnya belajar bukanlah suatu proses tunggal, tetapi
merupakan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan
perkembangan tingkah laku. Dari sini dapat kita ambil sebuah
kesimpulan bahwa tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar.

Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin dalam Trianto


(2010;16), bahwa :
Learning is usually defined as a change in an individual caused by
experience. Changes caused by development (such as growing taller) are
not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that
are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain).
Howeve, humans do so much learning from the day of their birth (and
some say earlier) that learning and development are inseparably linked.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang


terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya, atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat
sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat
kaitannya.

Berbeda dengan beberapa pendapat di atas, J. Bruner dalam Slameto


(2010;11), mengatakan bahwa “belajar tidak untuk mengubah tingkah
laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa


belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah
laku, kemampuan, dan keterampilan dengan metode atau cara-cara
tertentu. Metode dan cara-cara yang digunakan disesuaikan dengan
tingkat perkembangan peserta didik.

4
b. Hakikat Pembelajaran
Makna pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Udin S Winataputra
(2008;1.18) adalah “pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan
kualitas pada diri peserta didik”. Oleh karenanya pembelajaran haruslah
menghasilkan belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Gagne, Briggs,
dan Wager dalam Udin S.Winataputra (2008;1.19), “Pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar pada siswa”. “Instruction is a set of events that affect
learners in such away that learning is facilitated”. Sedangkan
Pembelajaran menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 1 butir 20 tentang
Sisdiknas adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Senada dengan itu, Oemar Hamalik (2007 ; 57) menyatakan bahwa


“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Lebih lengkap
lagi Oemar Hamalik menjelaskan tantang unsur manusiawi meliputi
peserta didik, pendidik, dan tenaga lainnya. Unsur material meliputi
buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan
video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Sedangkan definisi Pembelajaran menurut Corey dalam Syaiful Sagala


(2010;61), adalah sebagai berikut :
“Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu , pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan”

5
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita ambil sebuah
kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang sengaja
diciptakan untuk menghasilkan proses belajar yang didalamnya
melibatkan peserta didik, pendidik dan sumber belajar yang saling
berinteraksi dalam suatu lingkungan tertentu.

B. Hasil belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 ; 3) “Hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri denan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Nana Sudjana (2009;22), menyatakan “…hasil belajar adalah kemampuan-


kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Hal ini sesuai dengan kategori hasil belajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, diantaranya Howard Kingsley dalam Nana Sudjana
(2009;22) yang meliputi: a) keterampilan dan kebiasaan; b) pengetahuan dan
pengertian; c) sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne dalam Udin S.Winataputra (2008;3.31) membagi hasil


belajar dalam lima kategori, yaitu : a)informasi verbal; b) keterampilan
intelek; c)siasat kognitif; d) sikap; dan e)keterampilan motorik. Kelima
kategori hasil belajar tersebut dijelaskan Udin S. Winataputra (2008;3.31)
sebagai berikut :
1) Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori
memperoleh label atau nama-nama, fakta dan bidang pengetahuan yang
telah tersusun. Kegiatan dalam mengetahui kapabilitas informasi verbal
adalah dengan mengatakan, member nama lain yang hamper sama,
membuat ikhtisar dari informasi yang telah dipelajari.
2) Keterampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa keterampilan yang
membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat.

6
3) Keterampilan motorik (gerak) adalah keterampilan yang mendasari
pelaksanaan perbuatan jasmani, termasuk keterampilan yang bersifat
sederhana.
4) Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhipilihan tentang tindakan
mana yang perlu diambil. Ciri kapabilitas ini adalah tidak menentukan
tindakan khususapa yang perlu diambil. Belajar memperoleh sikap
didasarkan pada informasi tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan
apa akibatnya.
5) Siasat kognitif adalah kapabilitas yang mengatur bagaimana siswa
mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berpikir dalam rangka
mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan.

Pencapaian hasil belajar merupakan tujuan dari sebuah pendidikan. Nana


Sudjana (2009;22) menuliskan bahwa sistem pendidikan nasional
merumuskan tujuan pendidikan mengacu pada ranah hasil belajar yang
dikemukakan oleh Benyamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik. Secara rinci ketiga ranah tersebut dijelaskan oleh Nana
Sudjana (2009;22) sebagai berikut :
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintetis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh setelah menerima pengalaman
belajar. Kemampuan yang diperoleh dapat berupa kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Hasil belajar dipengatuhi oleh dua faktor, yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar
(eksternal).

7
C. Pendekatan Scientific
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. (Teguh
Hariyadi dalam http://perangkatguruindonesia.blogspot.com/2013/11/definisi-
pendekatan-saintifik-kurikulum.html )

Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam
pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira –
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa
terbebas dari prasangka yang serta – merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.

8
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi
menarik sistem penyajiannya.

Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika


pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium
formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph,
2005). Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”. Metode
ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki
proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-
langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk
siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford,
2008: 31). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013
di Indonesia.

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

D. Metode Diskusi
Menurut Sri Anitah dalam Strategi Pembelajaran di SD (2010;5.20), metode
pembelajaran diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan dan
penyajian materinya melalui suatu problema ata pertanyaan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan sacara bersama.
Keunggulan metode diskusi adalah sebagai berikut :
1. Dapat memfasilitasi siswa agar dapat bertukar pikiran
2. Dapat memfasilitasi siswa agar dapat menghayati permasalahan
3. Merangsang siswa untuk berpendapat

9
4. Menembangkan rasa tanggung jawab
5. Membina kemampuan berbicara
6. Belajar memahami pendapat atau pikiran orang lain
7. Memberikan kesempatan belajar

Kelebihan Metode Diskusi menurut syaiful Bahri Djamarah dalam


http://www.asikbelajar.com/2013/08/metode-diskusi-kelebihan-dan-
kekurangan.html sbb:
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan dan bukan satu jalan.
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap
toleransi.

E. Pembelajaran Tematik
Pembelajaram Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai
pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang
bermakna bagi peserta didik.

Prinsip-prinsi pembelajaran Tematik Terpadu menurut Panduan Teknis


Pembelajaran dan Penilaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
Pendidikan Dasar adalah sebagai berikut :
1. Tema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat dengan mudah digunakan
untuk memadukan banyak bidang studi, mata pelajaran, atau disiplin ilmu
2. Tema yang dipilih dapat memberikan bekal bagi peserta didik untuk
belajar lebih lanjut
3. Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik

10
4. Tema harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak
5. Tema harus mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi
dalam rentang waktu belajar
6. Tema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku
7. Tema yang dipilih sesuai dengan ketersediaan sumber belajar

Ciri-ciri pembelajaran temati terpadu adalah sebagai berikut :


1. Berpusat pada anak
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak
3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran
5. Bersifat luwes
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak

11

Anda mungkin juga menyukai