Anda di halaman 1dari 16

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PROGRAM REMEDIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TENTANG

OPERASI DASAR KOMPUTER DI KELAS X SMAN 1 TUMPANG

OLEH HARI KURNIAWAN NIM 100533406919

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sekarang ini, belajar merupakan salah satu bentuk perilaku

yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adapun sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar antara guru dan murid. Seorang guru harus mampu memahami setiap keinginan siswa yang diajarnya tanpa menyimpang dari RPP sebagai pedoman dalam mengajar, karena guru dan siswa adalah satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan adanya proses belajar inilah manusia betahan hidup sebagai makhluk sosial. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum tahu menjadi tahu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak, tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa perubahan-perubahan tersebut berasal dari pengalaman. Sebagai penulis, perlu adanya diagnosis tentang kesulitan belajar dan program perbaikan siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga kita sebagai pendidik dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam makalah ini adalah :

Bagaimana Diagnosis Kesulitan, Belajar dan Program remedial Siswa Pada mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kelas X SMAN 1 Tumpang? C. Tujuan Makalah ini mempunyai tujuan untuk : Mengetahui Diagnosis Kesulitan Belajar Desa Program remedial Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kelas X SMAN 1 Tumpang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Konsep Mengenai Diagnosis Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut

Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai: 1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptoms); 2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial; 3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya. Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.

B.

Konsep Mengenai Kesulitan Kesulitan adalah suatu hambatan-hambatan yang tampak pada seorang

siswa, baik itu hambatan dalam menerima atau menyerap pelajaran yang sudah diterangkan maupun yang belum diterangkan oleh guru.

C.

Konsep Mengenai Belajar 1. Pengertian belajar. Belajar merupakan dasar dari setiap siswa untuk memahami sutu mata pelajaran di sekolah, belajar sendiri mempunyai berbagai definisi yang diungkapkan oleh para ahli di bidang pendidikan diantaranya adalah: a. Belajar menurut Slameto (2003) secara psikologis adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. b. Skinner dalam Dimyati (2002) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. c. Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita (Hamalik, 2002). W.S.Winkel yang dikutip oleh Darsono (2000) berpendapat belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. d. Menurut Gredler (2006) menyatakan belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati (2002) menyatakan belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi, lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Selain definisi menurut para ahli pendidikan di atas, ada beberapa definisi belajar secara khusus yaitu definisi belajar yang didasarkan pada aliran psikologi tertentu (Darsono, 2000) di antaranya: a. Belajar menurut aliran Behavioristik Belajar merupakan proses perubahan perilaku karena adanya pemberian stimulus yang berakibat terjadinya tingkah laku yang dapat diobservasi dan diukur (Darsono, 2000). Supaya tingkah laku (respon) yang diinginkan terjadi, diperlukan latihan dan hadiah (reward) atau penguatan (reinforcement). Jika hubungan antara stimulus dan respon sudah terjadi akibat latihan dan hadiah atau penguatan, maka peristiwa belajar sudah terjadi. b. Belajar menurut aliran Kognitif Belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar (Darsono, 2000). Agar terjadi perubahan, harus terjadi proses berfikir yakni proses pengolahan informasi dalam diri seseorang, yang kemudian respon berupa tindakan. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada caracara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. c. Belajar menurut aliran Gestalt Belajar adalah bagaimana seseorang memandang suatu objek (persepsi) dan kemampuan mengatur atau mengorganisir objek yang dipersepsi (khususnya yang kompleks), sehingga menjadi suatu bentuk bermakna atau mudah dipahami (Darsono, 2000). Bila orang sudah mampu mempersepsi suatu objek (stimulus) menjadi suatu gestalt, orang itu akan memperoleh insight (pemikiran). Kalau insight sudah terjadi, berarti proses belajar sudah terjadi.

d. Belajar menurut aliran Konstruktivistik Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat (Anni, 2004). Teori belajar ini menyatakan bahwa guru bukanlah orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, menurut Purwanto (2003) dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu : a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Dari semua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan yang sama bahwa belajar adalah aktivitas pengembangan diri melalui serangkaian proses kegiatan atau pengalaman dalam menuju perubahan dalam diri sesorang dan sebenarnya seseorang dikatakan sudah belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan

dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Macam-macam belajar a. Belajar Individu b. Belajar kelompok / dengan teman c. Belajar dengan orang tua d. Belajar dengan dibimbing oleh guru les privat D. Konsep Mengenai Kesulitan Belajar Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar. Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya. Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 8.6), individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut. 1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya. 2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya. 3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. 5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst. 6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst. 7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst. E. Konsep Mengenai Program Perbaikan Program perbaikan adalah suatu kondisi kegiatan yang mengkondisikan situasi belajar mengajar dan pembelajaran yang membuat siswa menjadi baik, mampu belajar secara optimal sehingga siswa diharapkan berprestasi nantinya.

F.

Konsep Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)

Menurut Haryanto. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A.

Penyajian Data Lapangan Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, bahwa diagnosis kesulitan

belajar dan program perbaikan siswa pada mata pelajaran TIK dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menerima materi yang telah dijelaskan oleh guru. Karena setiap siswa mempunyai daya tangkap yang berbeda-beda, jadi setiap guru sebagai pendidik harus melihat keaktifan siswa tersebut pada saat kita menerangkan dan memberi pertanyaan. Untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menerima materi pelajaran, guru sebagai pendidik mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan program perbaikan bagi siswa khsusnya pada mata pelajaran TIK, dengan melihat beberapa hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Bisa mendengarkan, memahami dan mengerti materi yang dijelaskan oleh guru. Aktif dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti atau belum dipahami. Catatan lengkap dan rapi sehingga enak untuk belajar dan tidak merasa bosan. Kondisi keluarga dan dukungan dari keluarga sangat mendukung karena merupakan kunci utama untuk mencapai kesuksesan setiap orang. Ciri-ciri siswa yang kesulitan menerima pelajaran, guru sebagai pendidik mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan program perbaikan pada siswa antara lain : 1. 2. 3. Sulit menerima materi pelajaran yang sedang diterangkan. Tulisan tidak dapat dibaca / tidak rapi. Setiap diterangkan dan diberi pertanyaan tidak cepat merespon.

4. 5.

Tidak ada dukungan dari keluarga sehingga merasa bebas untuk melakukan apa saja. Siswa tidak menguasai materi karena kurang gemar membaca.

Setiap guru mempunyai tujuan-tujuan untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar dan program perbaikan pada siswa, sehingga apabila siswa mengalami kesulitan kita langsung menanganinya pada waktu itu juga. Agar siswa lebih mengerti dan memahami apa yang dijelaskan oleh guru, maka antara guru dan siswa harus ada komunikasi untuk memperlancar proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah tersebut. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai hambatan-hambatan dalam menerima pelajaran baik itu secara langsung maupun tidak langsung, hal yang demikian itu harus segera diatasi agar tidak berlarut-larut. 1. Tujuan Umum : Mengetahui siswa yang memerlukan bantuan dari guru pada saat mengalami kesulitan dalam menerima materi yang sedang disampaikan guru. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui sejauh mana respon siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. b. Mendata siswa yang memerlukan bimbingan belajar. c. Menambah pengetahuan yang diberikan kepada siswa yang dirasa kurang mampu dalam menerima materi pelajaran.

B.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Analisis Data
Nama Achmad Firmansyah Ayu Humairah Sukma Dewi Bramantyo Yudi Prambadi Desfa Azilia Edhityanti Ayu Prasojo Fistin Silvilia Frans Sinarta Habi Burahman Harisatia Andayani Ahmad Jaelani Indra Wahyudi Ivan Kurnia Reza Mario Efendi Nelita Syaputri Nosa Herlina Diana Pungki Noven Rilita Pasda Suganda Ria Natalia Rido Adi Rahman Shella Aulia Sari Zaki Firmansyah Tresha Ayu Nitami Yanuardi Rahmat Pratama Yuda Prasetio Rosi Rosikin Alfat Febriandani Amirullah Risky Pandala Putra Ardiansyah Aria Winara Chyntia Prenita Davi Yana David Waladi Richard Alborneo Lita Andriana M. Anggi Eka Saputra M. Riza Fahlevi Digraha Muhammad Wahyudin Meri Agustini Merizatia Yulinda NIS 11278977 11278978 11278979 11278980 11278981 11278982 11278983 11278984 11278985 11278976 11279097 11279098 11279099 11279100 11279101 11279096 11279102 11279097 11279103 11279098 11279104 11278962 11279105 11278963 11279106 11278654 11278656 11278658 11278660 11278662 11278664 11278666 11278668 11279790 11279791 11279793 11279795 11279797 11279799 11279801 Nilai 78 77 80 77 77 78 90 70 66 50 80 78 80 88 78 55 76 79 89 70 75 50 80 76 77 56 80 87 72 78 77 80 76 40 79 80 81 80 80 90

Tabel 1. Daftar Nilai Siswa Kelas X SMAN 1 Tumpang

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui sejumlah siswa yang tidak mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan(SKM = 70). Siswa-siswa tersebut diharuskan untuk mengikuti remedi. Dari hasil observasi dan data-data yang kami dapat, siswa mengalami berbagai kesulitan dan ketidakmampuan dalam menyerap mata pelajaran TIK. Hanya sebagian kecil dari siswa yang mengalami kesulitan dalam menyerap mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kurang lebih 12,5% dan 87,5% siswa dapat memahami dan mencerna pelajaran yang mereka terima di sekolah. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sebagian besar akibat kebiasaan mereka yang kurang gemar membaca kembali materi yang diajarkan. Oleh karena itu, guru dalam hal ini telah menyusun pembelajaran remedial dengan cara mengadakan variasi pembelajaran yang bertujuan untuk membiasakan mereka dalam mengerjakan soal-soal uraian sesering mungkin untuk menyiasati kebiasaan siswa yang kurang baik tersebut.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dengan cara mendiagnosis kesulitan belajar dan program remedial siswa pada mata pelajaran TIK dikelas X SMAN 1 Tumpang, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami penjelasan yang telah diberikan oleh guru. Dan ada sebagian dari siswa yang masih mengalami kesulitan belajar dan diperlukan program remedial pada siswa yang mendapatkan kesulitan.

B.

Saran 1. Siswa yang mendapat nilai terendah dalam belajar perlu mengikuti program remedial, sehingga nilai yang didapat lebih baik dibanding sebelumnya. 2. Guru diharapkan mampu mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa dalam menerima materi pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangannya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran Abdurahman, Mulyono. 1999, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rindra Cipta

Anda mungkin juga menyukai