Anda di halaman 1dari 154

KATA PENGANTAR

Pembangunan agroindustri pupuk oleh PT Petrokimia Malang dalam


rangka peningkatan kapasitas produksi untuk pemenuhan kebutuhan pupuk dan
stabilitas pasokan harga pupuk sebagai peran serta dalam pembangunan
insfrastruktur nasional. Melalui pembangunan agroindustri pupuk ini diharapkan
kemanfaatannya dapat dirasakan oleh berbagai pihak baik Pemerintah,
Pemrakarsa dan Masyarakat.

Berdasarkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PerMen LH No. 5 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Rencana Proyek Pembangunan
Agroindustri Pupuk oleh PT Petrokimia Malang wajib dilengkapi dengan studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang harus disetujui
oleh Komisi Penilai AMDAL Pusat di bawah Kementerian Lingkungan Hidup.

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) ini disusun sesuai


dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusun Dokumen Lingkungan Hidup serta Dokumen Kerangka
Acuan ANDAL yang telah disepakati oleh KLH sesuai Keputusan Deputi Menteri
Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan untuk Rencana Proyek
Pembangunan Agroindustri Pupuk oleh PT Petrokimia Malang.

Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan dokumen ini.

Malang, Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ I

DAFTAR ISI....................................................................................................................... II

DAFTAR TABEL................................................................................................................ IV

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................... VI

BAB I................................................................................................................................ 1

1.1 RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN...................................................................1


1.1.1 Lokasi Kegiatan.............................................................................................................1
1.1.2 Rencana Pembangunan...............................................................................................1
1.1.3 Tahapan Pembangunan PT Petrokimia Malang..........................................................1
1.1.4 Pengelolaan Dampak yang Direncanakan oleh Pemrakarsa.......................................8
1.2 RINGKASAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK YANG DITELAAH / DIKAJI..........................................................10
1.2.1 Identifikasi Dampak Potensial....................................................................................10
1.3 BATAS WILAYAH DAN WAKTU STUDI.............................................................................................................33
1.3.1 Batas Wilayah Studi....................................................................................................33
1.3.2 Batas Waktu Kajian....................................................................................................35
BAB II............................................................................................................................. 42

2.1 KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK PENTING RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN..........42
2.1.1 Komponen Lingkungan Geo-Fisik-Kimia.....................................................................42
2.1.2 Komponen Lingkungan Biologi...................................................................................53
2.1.3 Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya.................................................56
BAB III............................................................................................................................ 69

3.1 METODE PENENTUAN BESAR DAN PENTINGNYA DAMPAK..........................................................................69


3.1.1 Metode Prakiraan Besaran Dampak..........................................................................69
3.1.2 Metode Prakiraan Kepentingan Dampak...................................................................71
3.2 URAIAN BESARAN DAN PENTINGNYA DAMPAK.............................................................................................75
3.2.1 Tahap Pra Konstruksi..................................................................................................75
3.2.2 Tahap Konstruksi........................................................................................................76
3.2.3 Tahap Operasi............................................................................................................86
3.2.4 Tahap Pasca Operasi..................................................................................................93
BAB IV.......................................................................................................................... 114

4.1 EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN...............................................................114


4.1.1 Bentuk Hubungan Keterkaitan dan Interaksi DPH Beserta Karakteristiknya...........119
4.1.2 Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Paling Menimbulkan Dampak
Lingkungan............................................................................................................................123
4.1.3 Area-Area yang Perlu Mendapat Perhatian Penting................................................125
4.2 TELAAHAN TERHADAP PENGELOLAAN DAMPAK.........................................................................................130
4.2.1 Arahan Pengelolaan Lingkungan.............................................................................130
4.2.2 Arahan Pemantauan Lingkungan.............................................................................134
4.3 PERNYATAAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP.........................................................................................136
ii
iii
DAFTAR TABEL

Tabel Nama Halaman


Tabel 1.1 Tabeladnakdnkandka...............................................................131

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Nama Halaman


Gambar 1.1 Gambar dnakdnkandka............................................................131

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Nama Halaman


Lampiran 1 Lampiran dnakdnkandka..........................................................131

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


1.1.1 Lokasi Kegiatan
Penyusunan dokumen Amdal kegiatan Rencana Pembangunan Industri
Pupuk ini merupakan upaya dari pemrakarsa yaitu PT PETROKIMIA MALANG
untuk memenuhi persyaratan kegiatan yang berwawasan lingkungan. Rencana
Pembangunan Industri Pupuk ini dapat menimbulkan dampak positif maupun
negatif terhadap lingkungan baik komponen lingkungan geofisik, kimia, biologi,
sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat.
Studi Amdal ini dilakukan sebelum kegiatan Pembangunan Agroindustri
Pupuk PT PETROKIMIA MALANG dilaksanakan. Penyusunan studi Amdal ini
dilaksanakan secara bersamaan denan penyusunan studi kelayakan (Feasibility
Study). Hasil dari studi Amdal ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kegiatan Pembangunan
Agroindustri Pupuk PT PETROKIMIA MALANG di Kabupaten Malang. Studi ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat adanya perubahan lingkungan,
geofisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat
akibat adanya kegiatan pembangunan ini. Kajian analisis dampak lingkungan
yang ditelaah meliputi kondisi lingkungan sebelum kegiatan dilaksanakan atau
kondisi rona lingkungan awal dan prakiraan kondisi lingkungan setelah kegiatan
dilaksanakan.
Selain itu, studi Amdal ini merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa, dalam
hal ini PT PETROKIMIA MALANG dalam memenuhi semua peraturan
perundangan dan peraturan yang berlaku dalam kegiatan Rencana
Pembangunan Industri Pupuk. Dokumen Amdal yang disusun ini akan digunakna
untuk menilai kelayakan lingkungan terkait kegiatan Rencana Pembangunan
Agroindustri Pupuk PT PETROKIMIA MALANG.
1.1.2 Rencana Pembangunan
Lokasi pembangunan Agroindustri pupuk oleh PT PETROKIMIA
MALANG di Kecamatan Karangploso dengan penggunaan lahan mayoritas
adalah sawah. Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Malang tahun 2010-2030 lokasi pembanguan industri pupuk ini
berada diluar kawasan. Pembangunan industri pupuk berada di atas lahan yang
direncanakan sebagai kawasan industri yang saat ini masih berupa area
persawahan.

1.1.3 Tahapan Pembangunan PT Petrokimia Malang


PRA-KONSTRUKSI

A. Pra Konstruksi
1. Survei dan Investigasi
Kegiatan survei dan investigasi dilakukan pada lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan Pembangunan Agroindustri pupuk oleh PT. Petrokimia Malang

1
dan area sekitarnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui kondisi rona
lingkungan awal sebelum adanya kegiatan proyek. Data-data untuk kondisi rona
lingkungan awal tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung diantaranya
ialah kondisi flora dan fauna, lalu lintas jalan, jenis kegiatan di sekitar lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Industri Pupuk. Selain itu,
metode sampling dilakukan sesaat atau periodik melalui pengambilan sampel
komponen lingkungan hidup untuk kemudian dapat dianalisis lebih lanjut di
laboratorium, misalnya pengambilan sampel air, udara, dan lainnya. Adapun
metode wawancara menggunakan kuisioner melalui tanya jawab secara
langsung kepada penduduk setempat untuk mendapatkan tanggapan dan
persepsinya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan Pembangunan Industri Pupuk untuk pengamatan komponen sosial
ekonomi dan budaya serta komponen pendukung lainnya. Saat ini sudah
dibebaskan lahan untuk pembangunan pabrik sebesar dan akses jalan seluas
300.000 m2.

2. Sosialisasi
Kegiatan Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan penjelasan secara
umum tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan, mulai dari tahap pra
konstruksi sampai pada tahan konservasi. Tujuannya adalah agar masyarakat
yang diberikan penjelasan diharapkan untuk memberikan tanggapan dan ingin
mengetahui keinginan masyarakat dan pemerintah daerah setempat terhadap
kegiatan pembangunan pabrik petrokimia malang. Salah satu bentuk sosialisasi
adalah konsultasi publik dalam kegatan penyusunan dokumen AMDAL. Bentuk
kegiatan konsultasi publik ini adalah tatap muka dan diskusi kepada pemerintah
dan masyarakat setempat yang masuk lokasi kegiatan. Dari hasil konsultasi
publik diperoleh beberapa masukkan atau tanggapan masyarakat atau hal-hal
yang menjadi kekhawatiran masyarakat untuk selanjutnya menjadi salah satu
informasi tambahan dalam proses pelingkupan dalam rangka studi AMDAL.
Selain itu penyampaian informasi kepada masyarakat luas juga dilakukan melalui
media massa, maupun dengan pemasangan papan pengumuman lokasi proyek.
Selain konsultasi publik, kegiatan sosialisasi lainnya adalah dengan mengadakan
kuisioner. Target sosialisasi adalah masyarakat yang berada di area kegiatan
pembangunan pabrik petrokimia yaitu mencakup Kecamatan Karangploso serta
8 Desa yaitu Desa Girimojoyo, Desa Ngijo, Desa Kepuharjo, Desa Bocek, Desa
Ngenep, Desa Donowarih, Desa Tawangargo, Desa Ampeldento, dan Desa
Tegalgondo.

3. Pembebasan Lahan
Lokasi pembebasan lahan direncanakan di Desa Ngijo, Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang. Rencana kegiatan pembebasan lahan untuk
rencana pembangunan Agroindustri pupuk PT Petrokimia Malang seluas 300000
m2 dengan izin lokasi pembebasan lahan untuk rencana pembangunan industri
dan akses jalan sebesar 194049,6 m2 dengan rincian sebagai berikut:
2
Gedung proses = 44000,92 m
Gedung pergudangan = 98230,13 m2

2
Gedung perkantoran = 4000,73 m2
Pengolahan limbah (WWTP) = 16800,00 m2
Fasilitas lain = 9064,00 m2
Jalan dan saluran = 9024,75 m2
Lahan parkir = 612929,05 m2
Lahan terbuka hijau dan taman = 105950,42 m2

B. Konstruksi
1. Rekrutmen Tenaga Kerja
Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja saat proses pembangunan konstruksi pabrik industri
pupuk dan sarana pendukung lainnya. Perekturan tenaga kerja diutamakan bagi
masyarakat sekitar area proyek agar masyarakat ikut ambil andil dan merasakan
manfaat dari pembangunan Agroindustri pupuk oleh PT. Petrokimia Malang.
Rencana jumlah tenaga kerja yang akan direkrut untuk kegiatan konstruksi
berjumlah 50 orang untuk tenaga kerja terampil dan 300 orang untuk tenaga
biasa. Adapun kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel
1.1 dibawah ini.

Tabel 1. 1 Kualifikasi Kebutuhan Tenaga Kerja pada Tahap Konstruksi

No. Posisi Asal

1. Manajer proyek Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang


2. Site Manager Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang
3. Supervisor Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang
4. Mekanik Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang
5. Administrasi Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang
6. Engineer Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang
7. Pekerja Kabupaten Malang/Luar Kabupaten Malang
Sumber: PT Petrokimia Malang

Perekrutan tenaga kerja dapat menurunkan tingkat pengangguran karena


jumlah warga Kabupaten Malang yang mencari kerja pada tahun 2017 tercatat
sebesar 31.933 jiwa (Malangtimes, 2018). Namun kegiatan ini juga dapat
menimbulkan keresahan masyarakat jika dalam mekanisme perekrutan tidak
transparan dan hanya mengakomodir sebagian kecil tenaga kerja lokal.
Penurunan tingkat pengangguran dan keresahan masyarakat tersebut dapat
menimbulkan adanya perubahan persepsi dan sikap masyarakat.

2. Aktivitas Basecamp

3
Base camp berfungsi sebagai tempat kerja atau sarana pendukung
kegiatan proyek untuk keperluan rapat rapat koordinasi, perencanaan proyek,
dan istirahat. Selain untuk kegunaan diatas, base camp juga berfungsi untuk
tempat beristirahat bagi pekerja proyek yang menjaga dan mengawasi kegiatan
proyek atau yang bertempat tinggal jauh dari daerah pembangunan. Dengan
jumlah tenaga kerja 350 orang maka pembagian tempat tinggal sementara para
pekerja harus diperhatikan sehingga tidak mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar dan pengawasan yang lebih dengan bertambahnya tenaga
kerja dalam jumlah cukup banyak yang bertempat tinggal di area proyek untuk
meningkatkan keamanan.

3 .Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan


Dalam kegiatan pembangunan pabrik pupuk PT Petrokimia Malang, tahap
konstruksi memerlukan sejumlah alat berat dalam melakukan kegiatannya,
jumlah banyak alat berat dalam 3 bulan yaitu :

Tabel 1. 2 Rincian Perkiraan Jumlah Kendaraan

Jenis Peralatan Jumlah Kendaraan (unit)

Pile Drive Hammer 10

Crane 10

Truck 15

Concrete Mixer 8

Buldozer 5

Compressor 8

Mobilitas alat berat menuju lokasi proyek menimbulkan tingkat kemacetan


lalu lintas dalam frekuensi tinggi. Selain itu mobilisasi alat berat menimbulkan
kerusakan pada jalan raya yang dilewati. Alat berat Truck diperkirakan
melakukan mobilitas dengan membawa material sebanyak 3 hingga 4 rit per hari.
Dengan banyaknya aktivitas mobilisasi, kondisi permukaan jalan yang rusak
diperkirakan sepanjang 10 km.

4. Persiapan Lahan Pada Tapak Proyek


Kegiatan penyiapan lahan merupakan pembersihan lahan dengan
pemangkasan, penggalian, pengukuran, dan pengangkutan tanah dan tanaman
yang menutupinya sehingga lahan tersebut dapat dibangun pabrik. Luas lahan
sesuai izin lokasi yang diperoleh adalah seluas 30 ha. Persiapan yang dilakukan
untuk kegiatan pembangunan pabrik meliputi pemangkasan semak dan pohon,
pemerataan lahan, penentuan titik pembangunan, penyediaan alat serta

4
pembangunan basecamp tenaga kerja. Kondisi lahan pembangunan saat ini di
dominasi oleh penggunaan lahan sebagai persawahan dan tegalan. Kegiatan
penyiapan lahan bisa menimbulkan kebisingan sehingga menurunkan kualitas
udara dari adanya penggunaan alat alat berat.

5. Pembangunan Fisik Gedung


Pembangunan Fisik Gedung, Jalan serta Sarana dan Prasarana
Pembangunan fisik gedung meliputi Gedung utama pabrik, Gudang, Gedung
kantor utama, rumah pompa, water receiver, parking house, kantin, finish
mill/grinding house, clinic dan rumah genset serta beberapa Gedung penunjang
lain.

C. Operasi
1. Rekrutmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk proses operasional diperkirakan akan membutuhkan
pekerja sebanyak 446 orang. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan untuk mengisi
posisi yang diperlukan mulai bagian administrasi perkantoran, produksi, dan
pemasaran. Tenaga kerja bagian administrasi perkantoran melakukan perekapan
data, mengelola dokumen dan tentunya menyimpannya secara terstruktur.
Tenaga kerja produksi melakukan proses produksi pupuk Phonska. Pemasaran
merupakan tugas yang merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan kepada pembeli.
Rekrutmen tenaga kerja diutamakan bagi penduduk atau masyarakat lokal di
lokasi wilayah tersebut. Jika tenaga kerja yang disyaratkan tidak memenuhi
persyaratan atau kualifikasi pekerjaan, maka tenaga kerja akan direkrut dari luar
wilayah sekitar lokasi.

2. Kegiatan Produksi Industri Pupuk


Kegiatan produksi industri pupuk meliputi beberapa tahapan proses
produksi yang telah dijelaskan tahapannya diatas. Kapasitas produksi yang
diharapkan dari pembangunan Agroindustri pupuk PT Petrokimia Malang adalah
sebesar 200.000 ton pupuk per tahun. Hasil produksi tersebut diperuntukkan
untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri dan sebagian untuk mendukung
kebutuhan pupuk untuk keperluan intern perusahaan induk. Waktu kegiatan
operasional produksi pupuk selama 24 jam kerja dengan pembagian tenaga
kerja dalam 3 shift. Jenis bahan baku utama untuk keperluan produksi pupuk PT
Petrokimia Malang adalah asam fosfat, asam sulfat, amoniak, KCl, urea, dan ZA.

3. Pembangkitan Energi Listrik


Proses produksi akan membutuhkan kontinuitas dari ketersediaan listrik,
jika energi terpasok secara terus menerus maka proses akan lebih efektif dan
efisien. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik maka PT
Petrokimia Malang akan memiliki emergency generator untuk menjaga
kontinuitas proses produksi yang stabil bila terjadi pemadaman.

4. Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat, Cair, dan Gas

5
Limbah yang dihasilkan industri adalah limbah padat, cair, dan gas yang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Kegiatan Transportasi
Pada kegiatan transportasi dilakukan pengangkutan bahan baku, di
dalam pabrik, hasil produksi, dan transportasi karyawan. Kegiatan ini
menghasilkan cemaran debu, kebisingan, meningkatnya arus lalu lintas, dan
polutan gas yang dapat menurunkan nilai estetika lingkungan, gangguan
kenyamanan, sehingga menyebabkan keresahan dan menurunnya kesehatan
masyarakat.

b. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


Penanganan Limbah B3 dilakukan dengan melakukan packing dalam
botol, kaleng, drum, dan kemasan lain untuk mencegah tercecernya pemakaian
oli pada generator listrik dan melakukan pembuatan neraca Limbah B3. Dengan
mengadakan neraca Limbah B3 dapat sebagai tolak ukur yang digunakan untuk
meredusi Limbah B3 yang dihasilkan.

c. Limbah Domestik
Limbah domestik berasal dan kegiatan kompleks masyarakat dan
perkantoran yang merupakan limbah dari kegiatan sehari-hari, berupa sanitasi,
MCK, pembersihan kendaraan, kegiatan dapur, dan kegiatan administrasi
perkantoran. Penanganan limbah domestik ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan limbah domestik di daerah yang sudah disepakati sebagai titik
kumpul dan kemudian dibakar untuk limbah domestik padat, sedangkan limbah
domestik cair akan dialirkan pada instalasi pengolahan air limbah.

5. Fasilitas Pelayanan Umum


PT Petrokimia Malang merencakan pembangunan sarana prasarana
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Sarana prasarana umum yang
disediakan oleh pemrakarsa adalah masjid, lahan terbuka hijau, dan taman.
Beberapa penyediaan fasilitas umum tersebut digunakan secara bersama oleh
tenaga kerja dan masyarakat sekitar.

D. Pasca Operasi
1. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa
dengan masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
adanya penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat
berdiskusi langsung dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan
pasca operasi. Pihak pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat terkait upaya yang akan dilakukan untuk
mengembalikan kualitas lahan pasca operasi dengan detail sehingga masyarakat
dapat menyaksikan dan berpartisipasi dalam proses reklamasi lahan. Masyarakat
yang mengikuti sosialisasi adalah masyarakat yang bertempat tinggal disekitar

6
area pabrik (30 Ha) yaitu masyarakat Desa Ngijo dengan jumlah penduduk
10.825 jiwa.

2. Pelepasan Tenaga Kerja


Setelah selesainya kegiatan operasi maka telah selesai pula tugas dari
pekerja pabrik, sehingga dilakukan pelepasan tenaga kerja oleh perusahaan.
Tenaga kerja yang dilepas oleh perusaan diperkirakan mencapai 446 orang.

3. Alih Fungsi Lahan


Lahan bekas operasi pabrik diharapkan dapat digunakan seperti
sediakala sebelum proses pra konstruksi hingga operasi berlangsung, sehingga
masyarakat di sekitar pabrik dapat menjalankan aktivitasnya seperti sediakala.
Sebelum PT Petrokimia Malan berdiri lahan pabrik merupakan lahan yang
digunakan untuk pertanian dan tegalan. Tingkat kelayakan lahan harus tercukupi
untuk peruntukan lahan tersebut, maka perlu dilakukan usaha pengembalian
kualitas lahan agar hal tersebut dapat tercapai, luas lahan yang akan
dikembalikan peruntukannya adalah 30 Ha.

4. Pemanfaatan Bangunan Industri


Bangunan industri dimanfaatkan setelah proses produksi pabrik berhenti.
Dalam rangka memperlancar aktivitas kehidupan masyarakat, pemanfaatan
bangunan industri diserahkan kepada masyarakat yang dapat digunakan sebagai
area kegiatan religi, kegiatan kemasyarakatan maupun kegiatan pendidikan non
formal. Perawatan gedung juga harus dilakukan guna mempertahankan umur
gedung yang lebih lama dan menghindari kesan kumuh.

5. Pemberdayaan Masyarakat disekitar Pabrik


Pemberdayaan masyarakat di sekitar pabrik dengan jumlah penduduk
sebesar 10.825 jiwa meliputi kegiatan:

 Pemberian informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi


tentang upaya peningkatan dan perlindungan kualitas lahan bekas
industri pabrik pupuk.
 Pengarahan terhadap pemanfaatan lahan area bekas industri pabrik
pupuk.
 Pembekalan pengetahuan tentang pentingnya pengolahan lahan yang
tercemar akibat industri pabrik.
 Pembekalan pengetahuan mengenai pentingnya penanaman
kembali terhadap lahan bekas industri.
 Mengembangkan bersama-sama pemanfaatan lahan area industri
berbasis lingkungan.
 Pembentukan kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik.
 Penghibahan limbah domestik yang masih memiliki nilai jual kepada
kelompok masyarakat.
 Perekrutan masyarakat disekitar lokasi pabrik untuk menjadi tenaga kerja.

7
 Pengarahan dan pembekalan kepada masyarakat disekitar lokasi pabrik
terkait potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dan memiliki
nilai jual.

1.1.4 Pengelolaan Dampak yang Direncanakan oleh Pemrakarsa


Pemrakarsa akan melakukan berbagai upaya pengelolaan lingkungan
dalam operasional PT. Petrokimia Malang sebagai bentuk pencegahan dan
penanganan dampak lingkungan yang dapat muncul. Hal itu diuraikan sebagai
berikut :

A. Pengelolaan Terkait Keresahan Masyarakat serta Perubahan Persepsi


dan Sikap Masyarakat
Dampak keresahan masyarakat serta perubahan persepsi dan sikap
masyarakat dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan dan
pengembangan PT. Petrokimia Malang, diantisipasi pemrakarsa dengan
melakukan publikasi dan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Publikasi
dilakukan melalui pengumuman rencana pelaksanaan studi AMDAL
Pembangunan PT. Petrokimia Malang yang dimuat di media koran setempat dan
papan pengumuman yang berada di kantor desa/kecamatan di sekitar rencana
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yaitu desa Ngijo, Kecamatan
Karangploso.
Sedangkan sosialisasi dilaksanakan melalui pertemuan dengan:Wali Kota
Malang, Kepala Camat Karangploso, Ketua-Ketua RT, Ketua-Ketua RW dan
jajarannya, Kapolsek Malang, DLH Kota Malang, perwakilan kepala desa, tokoh
masyarakat, dan perwakilan masyarakat dari beberapa desa yang terletak di
Kecamatan Karangploso. Melalui kegiatan tersebut, pemrakarsa menyampaikan
informasi mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan PT.
Petrokimia Malang , upaya pengelolaan dampak lingkungan yang dilakukan dan
menerima masukan dari warga sekitar dan aparat atau instansi terkait.

B. Pengelolaan terkait Penurunan Tingkat Pengangguran


Dalam penurunan tingkat pengangguran dilakukan proses perekrutan tenaga
kerja, pemrakarsa mengutamakan warga setempat yang sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan terutama untuk posisi sebagai tenaga kerja
tetap.Sedangkan untuk pekerja tidak tetap, dilakukan perekrutan khusus serta
ujicoba/magang. Jika memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan, maka statusnya
dapat berubah menjadi tenaga kerja tetap.
Selain adanya rekrutmen tenaga kerja karyawan dan pekerja, adanya
kebutuhan dari perusahaan akan memunculkan peluang berbagai jenis usaha di
sekitar lokasi PT.Petrokimia Malang seperti laundry, jasa fotokopi, kos,
kontrakan, minimarket atau swalayan, warnet, dan lain-lain. Pengaturan berbagai
jenis usaha yang bekerjasama dengan aparat atau instansi setempat, merupakan
upaya yang ditempuh pemrakarsa untuk menurunkan tingkat pengangguran.
Pemrakarsa selaku pengelola PT. Petrokimia Malang juga akan secara
kontinu meningkatkan kapabilitas SDM para pekerja dan karyawan melalui

8
berbagai pelatihan, sertifikasi pekerja, pengabdian masyarakat, peningkatan
pelayanan kesehatan, pengaturan persyaratan pekerja bagi warga sekitar, dan
sebagainya. Hal tersebut merupakan upaya pemrakarsa dalam pengelolaan
dampak peningkatan SDM.

C. Pengelolaan Terkait Penurunan Kualitas Air


Dampak yang terjadi akibat penurunan kualitas air diantisipasi oleh
pemrakarsa dengan melakukan pengelolaan limbah B3 melalui pihak ketiga
yang telah memiliki izin. Selain itu Material-material yang digunakan dalam
kegiatan produksi pestisida yang tersisa atau tumpah dapat mempengaruhi
penurunan terhadap kualitas air dan kuantitas air, mengingat bahan-bahan
tersebut akan terbawa air. Selain itu, limbah cair hasil sanitasi para pekerja yang
juga akan mempengaruhi kualitas air diantisipasi dengan melakukan
penampungan sementara limbah cair B3, agar tidak terjadi penurunan kualitas air
akibat aktivitas pengelolaan limbah cair tersebut, pemrakarsa juga akan
melakukan pengecekan untuk melihat status kuaitas air dan akan dibandingkan
dengan baku mutu menurut peraturan pemerintah.

D. Pengelolaan Terkait Perubahan Tutupan Lahan


Dampak yang terjadi akibat perubahan tutupan lahan diantisipasi oleh
pemrakarsa dengan melakukan relokasi terhadap masyarakat untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan pertanian dan memberikan kompensasi
kepada masyarakat atas lahan yang digunakan oleh pemrakarsa. Selain itu juga
telah direncanakan pembuatan lahan terbuka hijau seluas 10 Ha di wilayah
pabrik.

E. Pengelolaan Terkait Kepadatan Lalu Lintas


Dampak yang terkait dengan kepadatan lalu lintas diantisipasi oleh
pemrakarsa dengan memberlakukan jalur khusus yang akan dilalui oleh truk
pembawa barang ataupun jalur untuk para pekerja yang akan langsung menuju
ke lokasi pabrik dan hanya akan sedikit berpengaruh pada masyarakat sehingga
tidak akan mengakibatkan kepadatan lalu lintas yang berlebihan disekitar lingkup
pabrik.

F. Pengelolaan Terkait Peningkatan Kadar Debu, Kebisingan, Dan Erosi


Dampak yang terkait dengan peningkatan kadar debu, kebisingan dan
erosi diantisipasi dengan meminimalisasi kendaraan yang akan masuk di wilayah
pabrik Pada saat operasi berlangsung maka dampak yang akan terjadi yaitu
kegiatan alih fungsi lahan dari bangunan pabrik menjadi persawahan akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar debu dan dapat disebabkan oleh
mobilitas kendaraan serta, proses alih fungsi lahan, serta kegiatan
pembongkaran bangunan PT Petrokimia Malang dimana partikulat debu dari
tanah akan banyak yang terangkat ke udara. Walaupun demikian dengan tidak
banyaknya aktivitas lain disekitar lokasi proyek serta jarak perumahan terdekat
juga cukup jauh serta kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi. Serta dengan
adanya pembokaran pabrik maka dampak yang mungkin terjadi yaitu pengikisan

9
tanah oleh air atau dapat disebut juga dengan erosi yang menyebabkan, semakin
banyak limpasan maka semakin banyak tanah yang akan terbawa oleh aliran air
hal tersebu dilakukan dengan melakukan kegiatan penanaman kembali dan
membuat lahan hijau disekitar lokasi pabrik untuk mengantisipasi adanya
pengikisan tanah yang disebabkan oleh limpasan permukaan.

1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang ditelaah / dikaji


1.2.1 Identifikasi Dampak Potensial
Dampak potensial adalah dampak yang diperkirakan berpotensi timbul
akibat adanya rencana kegiatan Rencana Pembangunan Agroindustri Pupuk PT.
PETROKIMIA MALANG melalui identifikasi interaksi antara komponen rencana
kegiatan dengan komponen lingkungan di lokasi tersebut. Dampak yang
berpotensi timbul diinventarisasi tanpa memperhatikan besar kecil atau penting
tidaknya dampak sehingga menghasilkan daftar dampak potensial. Alat bantu
yang digunakan dalam proses identifikasi dampak potensial ini menggunakan
kombinasi matriks dan bagan alir. Interaksi antara komponen rencana kegiatan
dengan komponen lingkungan ditunjukkan oleh matriks (Tabel 1.3).

10
Tabel 1. 3 Matriks Interaksi Komponen Kegiatan dengan Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA BIOLOGI SOSEKBUD DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Persepsi dan Sikap Masyarakat


Penurunan Kualitas/ Kuantitas

Perubahan Tutupan Lahan


Penurunan Kualitas Udara

Kenyamanan Lingkungan
Peningkatan Kadar Debu

Peningkatan Kebisingan

Kegiatan Ekonomi Lokal

Keresahan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat
Tingkat Pengangguran
Kepadatan Lalu Lintas
Kepadatan Penduduk

Alih Fungsi Lahan

Pengurangan Produksi
Air Tanah
Komponen Lingkunga n Hidup

Fauna
Erosi

Flora

Pertanian
No Komponen Kegiatan

A TAHAP PRA KONSTRUKSI

Survei dan Investigasi  

Sosialisasi dan Publikasi ke


Masyarakat  

TAHAP KONSTRUKSI

Rekrutmen Tenaga Kerja    

B Aktivitas Basecamp    

Mobilitas Tenaga Kerja, Bahan, dan


Peralatan Berat      

Persiapan Lahan pada Tapak Proyek      

Pembangunan Fisik Gedung, Jalan,


dan Sarana Prasarana        

Demobilitas Tenaga Kerja, Bahan,


dan Peralatan   

C TAHAP OPERASI

Rekruitment Tenaga Kerja    

11
D
No

Sosialisasi
Cair, dan Gas

Alih Fungsi Lahan


Pembangkit Listrik

Pelepasan Tenaga Kerja


Kegiatan Produksi Pupuk
Transportasi Bahan Baku

TAHAP PASCA OPERASI


Fasilitas Pelayanan Umum
Komponen Kegiatan
Komponen Lingkunga n Hidup

Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat,





Peningkatan Kadar Debu




Peningkatan Kebisingan

Penurunan Kualitas/ Kuantitas


Air Tanah


FISIK KIMIA

Penurunan Kualitas Udara



Erosi

Perubahan Tutupan Lahan

Flora

BIOLOGI

Fauna

Kepadatan Penduduk

Alih Fungsi Lahan


Pengurangan Produksi Pertanian


Kepadatan Lalu Lintas

Tingkat Pengangguran

Kegiatan Ekonomi Lokal





Kesehatan Masyarakat

Kenyamanan Lingkungan
SOSEKBUD DAN KESEHATAN MASYARAKAT








Keresahan Masyarakat







Persepsi dan Sikap Masyarakat


12
A. Bagan Tahap Pra Konstruksi

Survey, Investigasi, dan Publikasi &


Perijinan Sosialisasi

Keresahan
Masyarakat

Persepsi & Sikap


Masyarakat

Gambar 1.1 Bagan Alir Tahap Pra Konstruksi


B. Bagan Tahap Konstruksi

Rekruitmen Pembangunan Fisik


Aktivitas Mobilisasi Tenaga Kerja, Persiapan Demobilisasi Bahan Dan
Tenaga Gedung, Jalan Serta
Basecamp Bahan Dan Peralatan Lahan Peralatan
Kerja Sarana Dan
Prasrana

Penurunan
Flora Kenyaman
Peningkata Peningkata Erosi Perubahan Peningkatan Perubahan Ekono
Fauna Lingkunga
n Kada n Tutupan Lahan Kepadatan Lalu Tingkat mi
Debu Kebisingan Lintas Pengangguran Lokal

Keresahan
Masyarakat

Persepsi dan Sikap


Masyarakat

Gambar 1.2 Bagan Alir Tahap Konstruksi


14
C. Bagan Tahap Operasi

Rekruitmen Kegiatan Transportasi Pembangkitan Kegiatan Fasilitas


Tenaga Produksi Bahan baku Genset Pengolahan Umum
Kerja Pupuk Limbah

Perubahan Peningkata Peningkata Tutupa Kualitas dan Peningkatan Kepadatan Kualita


Tingkat n Kada n n Kuantitas Air Kepadatan Lalu Penduduk s Udara
Pengangguran Debu Kebisingan Lahan Lintas

Ekonomi Flora
Lokal Fauna

Keresahan
Masyarakat

Persepsi dan Sikap


Masyarakat

Gambar 1.3 Bagan Alir Tahap Konstruksi

15
D. Bagan Tahap Pasca Operasi

Sosialisasi Pelepasan Tenaga Kerja Alih Fungsi Lahan

Perubahan Tingkat Pengangguran


Peningkata n Kada Debu
Erosi

Keresahan Masyarakat

Persepsi & Sikap Masyarakat

Gambar 1.4 Bagan Alir Tahap Pra Konstruksi

16
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Survei dan Investigasi
Pengadaan survey dan investigasi dilakukan oleh tim surveyor dan
investigasi. Kegiatan tersebut menimbulkan dampak keresahan masyarakat
setempat. Dari keresahan yang timbul tersebut dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan sikap masyarakat. Masyarakat yang berada di area kegiatan
pembangunan Agroindustri pupuk PT Petrokimia Malang mencakup Desa Ngijo,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dengan total penduduk 10.825 jiwa
(BPS Kabupaten Malang, 2018).

2. Sosialisasi ke Masyarakat
Setelah melakukan survei dan investigasi dilanjutkan dengan
pelaksanaan sosialisasi yang mengundang tokoh masyarakat setempat,
pimpinan daerah setempat serta pihak berwenang lainnya. Pihat tersebut akan
dikumpulkan dan diberikan informasi mengenai detail rencana pembangunan
industri pupuk. Masyarakat dapat berperan langsung dalam pembangunan
industri pupuk seperti menjadi tenaga kerja, divisi keamanan dan lainnya serta
berperan tak langsung dengan memberikan saran dan tanggapan mengenai
industri pupuk. Jika proses sosialisasi tidak terlaksana dengan baik makan akan
menimbulkan perubahan persepsi dan menimbulkan keresahan masyarakat.

3. Pengadaan Tanah
Lahan yang direncakan untuk pembangunan Agroindustri Pupuk PT.
Petrokima Malang awalnya berupa sawah dan tegalan. Dengan adanya rencana
pembangunan, menyebabkan adanya proses pembebasan lahan yang membuat
lahan tersebut berubah menjadi area industri sehingga menyebabkan alih fungsi
lahan seluas 30 ha. Dengan adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan
pengurangan produksi pertanian disebabkan lahan pertanian semakin
berkurang dan kemungkinan besar masyarakat beralih profesi karena tidak
memiliki lahan pertanian yang akan digarap. Selain itu juga akan berdampak
terhadap perubahan ekosistem di lahan yang berupa sawah dan tegalan yang
semula menjadi habitat asli bagi hewan endemik seperti ular, tikus, dan burung.
Hal ini menyebabkan rusaknya rantai makanan di sawah dan tegalan.

B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
Proses rekruitmen tenaga kerja dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja dan mendukung kelancaran proses konstruksi pembangunan
Industri Pupuk di Kabupaten Malang oleh Agroindustri PT Petrokimia Malang.
Keperluan rekruitmen tenaga kerja ini terdiri dari tenaga ahli khusus, sedang dan
tenaga kasar seperti operator alat berat, tenaga ahli konstruksi dan pengawas.
Klasifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan konstruksi dilakukan
oleh pihak pelaksana proyek (kontraktor) yang diharapkan dapat memperhatikan
sumberdaya manusia yang ada di daerah lokal. Selain itu, untuk mendukung
keberlangsungan konstruksi, rekruitmen tenaga kerja diharapkan selalu
memperhatikan dan memprioritaskan terserapnya tenaga kerja lokal khususnya
masyarakat di sekitar wilayah tapak proyek, dengan tetap memperhatikan

17
kebutuhan tenaga kerja dan ketentuan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan
agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. JumIah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tahap konstruksi Pembangunan Agroindustri
PT Petrokimia Malang diperkirakan mencapai 350 orang.

Proses rekruitmen tenaga kerja dalam tahap konstruksi dapat


menimbulkan dampak pada penurunan tingkat pengangguran karena warga
Kabupaten Malang yang mencari pekerja total tahun 2015 mencapai 4.970 jiwa.
Adanya tenaga kerja pendatang akan berdampak terhadap kegiatan ekonomi
Iokal yang dapat meningkatkan pendapatan warga di sekitar proyek karena
tenaga kerja tersebut perlu memenuhi kebutuhan sehai-hari selama kegiatan
pembangunan industri dilaksanakan. Namun, kegiatan ini juga dapat
menimbulkan keresahan masyarakat jika dalam mekanisme perekrutan tidak
terdapat transparansi dan hanya mengakomodir sebagian kecil tenaga kerja
Iokal. Penurunan tingkat pengangguran dan keresahan masyarakat tersebut bisa
menimbulkan adanya perubahan persepsi dan sikap masyarakat.

2. Aktivitas Basecamp
Aktivitas basecamp sebagai tempat kerja dan tempat tinggal tenaga kerja pada
tahap konstruksi akan berdampak terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan:

 Bangunan basecamp yang dıgunakan sebagaı bangunan untuk ternpat


tingggal dan aktivitas pekerja seperti kantor, gudang, penginapan pekerja
dan perbengkelan alat berat dapat merubah kesan kehijauan pemandangan,
sehingga mengakibatkan kenyamanan lingkungan dapat terganggu di
sekitar lokasi tapak proyek. Setelah selesainya kegiatan konstruksi,
bangunan ini akan dibongkar atau dihilangkan dan akan digunakan kembali
sesuai peruntukannya.
 Munculnya limbah domestik dari aktivitas basecamp dengan jurnlah tenaga
kerja 350 orang dan perbengkelan yang dapat mencemari lingkungan.
Aktivitas basecamp dapat menimbulkan keresahan masyarakat,
perubahan persepsi dan sikap masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan
strategi penanganan dampak negatif dari aktivitas basecamp dengan
menyediakan sarana pengolahan limbah sementara yang dapat mengurangi
pencemaran lingkungan di sekitar wilayah proyek.

3. Mobilisasi Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan


Pada mobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan dapat berpotensi
menimbuIkan peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan sebagai
akibat dari penggunaan kendaraan dalam mobilitas material dan peralatan.
Mobilisasi tenaga kerja untuk tenaga kerja 350 orang, bahan dan peralatan yang
digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan material, jumlah dan jenisnya
berdasarkan jadwal dan rencana kerja yang telah dibuat. Untuk kebutuhan
material bahan bangunan seperti semen, besi, aspal dan bahan pendukung
lainnya. Pengadaan bahan dapat dilakukan dengan cara membeli langsung
kepada pengusaha setempat atau mitra kontraktor di sekitar wilayah tapak
proyek. Sedangkan material urug (borrow quarry area) untuk badan Agroindustri

18
PT Petrokimia Malang dibutuhkan batu, pasir dan bahan pendukung lainnya yang
diambil dari sekitar lokasi rencana pembangunan Agroindustri PT Petrokimia
Malang karena ketersediaannya cukup melimpah. Sehingga pada kegiatan
penambangan harus memperhatikan kondisi dan kelestarian lingkungan
sekitarnya. Selain itu untuk memenuhi pasokan/ketersediaan bahan dapat
dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui kerjasama dengan
penduduk lokal di sekitar wilayah tapak proyek.

Kegunaan alat berat yang digunakan untuk pemindahan dan


pengangkutan bahan dalam jumlah besar yang dapat membantu para tenaga
kerja dalam proses pembangunan Agroindustri PT Petrokimia Malang pada
tahap konstruksi sepetti Buldozer, Crane, Excavator, Loader, Back Hoe, Truk
Molen serta peralatan pendukung lainnya. Peralatan berat tersebut akan
menggunakan jalan akses yang sudah ada dengan melakukan perbaikan untuk
mempermudah mobilisasl bahan menuju lokasi tapak proyek. Kondisi jalan akses
menuju lokasi tapak proyek saat ini masih berupa sawah dan tegalan sehingga
diperlukan pembukaan akses jalan baru menuju lokasi tapak proyek. Pembukaan
akses jalan baru sangat dibutuhkan bagi para tenaga kerja untuk menekan biaya
transportasi pengangkutan bahan dalam jumlah besar dapat di mobilisasi secara
tepat. Dari kegiatan tersebut akan berdampak pada perubahan tutupan lahan
karena mempengaruhi ekosistem di wilayah tersebut dan menyebabkan
penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
kuantitas air sungai di sekitamya sehingga memungkinan timbul dampak negatif.
Selain itu, kurangnya akses jalan menuju lokasi proyek menyebabkan kepadatan
lalu lintas disekltar jalan yang sudah ada. Sehingga keadaan tersebut dapat
menganggu aktivitas masyarakat di sekitar lokasi tapak proyek yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat. Akibatnya terjadi perubahan persepsi dan
sikap masyarakat pada tahap konstruksi.

4. Persiapan Lahan Pada Tapak Proyek


Proses persiapan lahan pada tapak proyek dengan adanya aktivitas
penggalian tanah serta pemerataan tanah akan menimbulkan debu dan
kebisingan yang mengakibatkan peningkatan kadar debu dan peningkatan
kebisingan. Persiapan lahan mangadakan kegiatan berupa pengerukan lapisan
tanah, penebangan vegetasi serta pembersihan lapisan tanah. Dengan adanya
kegiatan penebangan vegetasi maka timbul penghilangan tanaman, dan dengan
adanya pengerukan timbul adanya reduksi jumlah fauna yang berupa biota darat.
Kegiatan tersebut juga menimbulkan perubahan tutupan lahan yang ada disekitar
lokasi wilayah tapak proyek, sehingga pelaksana kegiatan hars menyiapkan
rencana kegiatan sebaik mungkin untuk menjaga kondisi lingkungan dan untuk
meminimalisir dampak yang mungkin timbul.

5. Pembangunan Fisik Gedung, Jalan serta Sarana dan Prasarana


Proses pembangunan fisik gedung sarana prasarana seperti
pembangunan gedung industry hingga penyediaan layanan social seperti tempat
ibadah serta pembangunan jalan baru. Dari pembangunan tersebut
menghasilkan kadar debu dan kebisingan yang cukup tinggi sehingga

19
berdampak pada peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan saat
pembangunan konstruksi gedung serta operasional pembukaan akses jalan baru
yang dapat menimbulkan polusi udara. Dengan adanya proyek pembangunan
menyebabkan memperkecilnya akses jalan menuju lokasi proyek yang
menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu lintas.Warga sekitar dapat memasok
kebutuhan material sehingga mengakibatkan penurunan tingkat pengangguran.
Dengan adanya penurunan tingkat pengangguran dan penurunan kualitas udara
dapat merubah persepsi dan sifat masyarakat. Pembentukan jalan baru menuju
lokasi PT Petrokimia Malang dibuthkan. Dari kegitan pembangunan jalan dapat
mengakibatkan penurunan kualitas udara dikarenakan penggunaan alat berat
yang mengeluarkan polusi ke udara yang mengakibatkan peningkatan kadar
debu dan kebisingan.

6. Demobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan


Kegiatan demobilitasi bahan adalah kegiatan yang tujuannya untuk
memanfaatkan bahan sisa dari tahap konstruksi yang dimungkinkan dapat
digunakan pada tahap operasi yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah
yang memungkinkan mencemari lingkungan. Kegiatan demobilisasi peralatan
dilakukan kegiatan pemngembalian peralatan yang sudah tidak digunakan
setalah pembangunan selesai. Dalam kegiatan demobilisasi tenaga kerja, bahan
dan peralatan akan berdampak dalam penurunan tingkat pengangguran
masyarakat di sekitar lokasi tapak proyek. Karena adanya kegiatan ekonomi local
yang menurun, akan menimbulkan keresahan masyarakat dan perubahan
persepsi serta sikap masyarakat.

C. TAHAP OPERASI
1. Rekrutmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam operasional produksi pupuk yaitu
sebesar 446 orang. Rekrutmen tenaga kerja operasional dapat mengurangi
tingkat pengangguran terutama di sekitar lokasi rencana kegiatan, karena
rekrutmen kni diutamakan bagi penduduk atau masyarakat lokal di lokasi wilayah
Desa Ngijo tersebut, dimana sistem poin tinggi didapat apabila pelamar berasal
dari daerah sekitar pabrik. Hal ini juga dapat meningkatkan kegiatan ekonomi
berupa penyediaan makanan, minuman, ataupun kontrakan untuk pekerja yang
berasal dari daerah cukup jauh. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik maka
dapat dengan efektif mengurangi keresahan masyarakat sehingga dapat
mengantarkan persepsi dan sikap masyarakat yang positif terhadap industri.

2. Kegiatan Transportasi Bahan Baku


Kegiatan transportasi bahan baku dilakukan oleh mitra kerja sama
ataupun oleh PT Petrokimia Malang sendiri. Proses transportasi bahan baku
dilakukan untuk memastikan bahan baku yang akan digunakan pada industri
dapat terkelola dengan baik. Dengan tingginya intensitas transportasi bahan
baku dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas pada sekitar lokasi.
Peningkatan kebisingan juga terjadi diakibatkan tingginya intensitas kendaraan
pengangkut bahan baku yang keluar-masuk lokasi industri. Adanya kegiatan
transportasi bahan baku ini akan menurunkan tingkat pengangguran yang

20
kemudian menyebabkan peningkatan kegiatan ekonomi. Aktivitas ekonomi
disekitar lokasi industri meningkat karena banyaknya tenaga kerja transportir
yang berasal dari luar daerah.

3. Kegiatan Produksi Pupuk


Proses produksi pupuk Phonska yang dilakukan dengan menggunakan
bahan baku padat yang terdiri atas KCl, ZA, Urea dan bahan baku cair yaitu
asam fosfat, asam sulfat, dan amoniak. Proses produksi yang menggunakan alat
operasional yang dapat menimbulkan dampak peningkatan kebisingan dan
peningkatan kadar debu. Selanjutnya untuk bahan baku/material yang
digunakan apabila tersisa atau tumpah akan dapat menurunkan kualitas air,
karena bahan baku atau material yang digunakan pada proses adalah bahan
yang bersifat berbahaya dan dapat mencemari perairan. Proses produksi juga
mengakibakan penurunan kualitas udara, yang akan berdampak pada
penurunan tingkat kesehatan masyarakat. Persentase tenaga kerja proses
produksi 60% besasal dari luar daerah, sehingga dapat meningkatkan
kepadatan penduduk di sekitar lokasi produksi pupuk. Kebijakan terkait
penyerapan tenaga lokal diharapkan mampu menekan tingkat pengangguran.
Mobilitas proses produksi pupuk juga sangat tinggi dimana ada proses
transportasi bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja pada sekitar lokasi
industri pupuk yang dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas. Meningkatnya
aktivitas penduduk di sekitar lokasi industri pupuk akan mampu meningkatkan
kegiatan ekonomi lokal di sekitar lokasi. Fasilitas umum yang dibangun juga
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Meningkatnya pemberdayaan
masyarakat dan juga pemanfaatan fasilitas umum dapat mempengaruhi tingkat
keresahan masyarakat serta persepsi masyarakat terhadap pendirian
Agroindustri pupuk PT Petrokimia Malang.

4. Pembangkit Listrik
Proses produksi akan membutuhkan kontinuitas dari ketersediaan listrik,
mengingat proses akan lebih efektif dan efisien jika energi terpasok secara terus
menerus. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik maka PT
Petrokimia Malang akan memiliki emergency generator untuk menjaga
kontinuitas proses produksi yang stabil bila terjadi pemadaman. Pemakaian
genset dapat meningkatkan kadar debu dan kebisingan yang dikeluarkan
genset dalam jangka panjang sehingga dapat menurunkan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, muncul keresahan masyarakat karena tenaga
listrik yang dipakai oleh mereka dapat berkurang karena digunakan oleh industri.
Apabila terjadi pemadaman listrik akan memunculkan persepsi dan sikap
masyarakat kearah negatif dengan dugaan bahwa penyebab pemadaman
adalah besarnta kebutuhan listrik industri.

5. Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat, Cair, dan Gas


Proses produksi yang dihasilkan oleh kegiatan industri pupuk ini meliputi
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat yang tersapu oleh air serta residu
bentuk cair dari kegiatan produksi yang dibuang menyebabkan penurunan
fauna berupa biota air di sungai. Limbah gas yang dihasilkan proses produksi

21
dapat mengganggu ekosistem di sekitar lingkungan rencana kegiatan yang
berkaitan dengan penurunan pertumbuhan flora. Pengelolaan limbah gas
diadakan guna untuk mengurangi penurunan kualitas udara dan tidak
menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Hal ini akan mengurangi
tingkat keresahan masyarakat dan mengubah persepsi masyarakat kearah
yang positif.

6. Fasilitas Pelayanan Umum


PT Petrokimia Malang menyediakan fasilitas pelayanan umum seperti
masjid, toilet umum dan poliklinik akan menghasilkan limbah domestik. Jika tidak
ditangani dapat menimbulkan beban pencemaran khususnya sumber air
permukaan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air permukaan.
Pembangunan fasilitas umum ini dimanfaatkan masyarakat menjadi hal yang
menguntungkan bagi masyarakat sehingga dapat menimbulkan persepsi dan
sikap masyarakat kearah positif.

D. TAHAP PASCA OPERASI


1. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa
dengan masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
adanya penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat
berdiskusi langsung dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan
pasca operasi. Pihak pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat terkait upaya yang akan dilakukan untuk
mengembalikan kualitas lahan pasca operasi dengan detail sehingga masyarakat
dapat menyaksikan dan berpartisipasi dalam proses reklamasi lahan. Masyarakat
yang mengikuti sosialisasi adalah masyarakat yang bertempat tinggal disekitar
area pabrik (450 Ha) yaitu masyarakat Desa Girimoyo, Desa Ngenep, Desa
Kepuharho dan Desa Ampeldento dengan jumlah penduduk 86235 jiwa (BPS
Kabupaten Malang 2018). Kegiatan sosialisasi ini diharapkan untuk
menghindarkan persepsi masyarakat terkait kewajiban pemrakarsa untuk
reklamasi lahan pasca operasi, sehingga diharapkan dengan adanya sosialisasi
ini dapat mengurangi keresahan masyarakat dan mencegah pergeseran
persepsi dan sikap masyarakat.

2. Pelepasan Tenaga Kerja


Peningkatan pengangguran disebabkan oleh pelepasan tenaga kerja
karena kegiatan industri pabrik yang sudah selesai. Angka pengangguran yang
meningkat tentunya berdampak pada keresahan masyarakat tentang kelanjutan
mata pencaharian tenaga kerja pasca industri. PT Petrokimia Malang
merencanakan tenaga kerja tersebut untuk kegiatan reklamasi lahan. Dengan
pemanfaatan kembali tenaga kerja maka masyarakat dapat memberikan respon
berupa persepsi dan sikap masyarakat yang positif.

22
3. Alih Fungsi Lahan
Pengembalian peruntukkan lahan pasca operasi menjadi hal yang positif
bagi masyarakat yaitu dengan kembalinya kegiatan atau mata pencaharian
masyarakat. Pengembalian peruntukkan lahan akan dilakukan pada luas lahan
sebesar 30 ha kegiatan pengembalian peruntukkan akan mengurangi keresahan
masyarakat dan mempertahankan persepsi dan sikap masyarakat kearah
positif

Tabel 1. 4 Daftar Dampak Potensial

Kegiatan Dampak Potensial DP/DS/DT


PRA KONSTRUKSI
1. Keresahan Masyarakat DT
2. Persepsi Dan Sikap Masyarakat DT
1. Survei Dan Investigasi
2.Sosialisasi Dan Publikasi Ke 1. Keresahan Masyarakat DT
Masyarakat 2. Persepsi Dan Sikap Masyarakat DT
1. Alih Fungsi Lahan DP
2. Flora DP
3. Pengadaan Lahan 3. Fauna DP
2. Pengurangan Produksi Pertanian DS
3. Keresahan Masyarakat DT
4. Persepsi Dan Sikap Masyarakat DT
KONSTRUKSI
1. Penurunan Tingkat Pengangguran DP
2. Kegiatan Ekonomi Lokal DS
1. Rekrutmen Tenaga Kerja 3. Keresahan Masyarakat DT
4. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Kenyamanan Lingkungan DP
2. Aktivitas Basecamp 2. Keresahan Masyarakat DT
3. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DS
Masyarakat
1. Penurunan Kualitas Udara DP
2. Perubahan Tutupan Lahan DP
3. Mobilisasi Tenaga Kerja 3. Kepadatan Lalu Lintas DP
Bahan Dan Peralatan 4. Keresahan Masyarakat DT
5. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Penurunan Kualitas Udara DP
2. Perubahan Tutupan Lahan DP
3. Flora DP
4. Persiapan Lahan Pada 4. Fauna DP
Tapak Proyek 5. Keresahan Masyarakat DT
6. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu DP
2. Peningkatan Kebisingan DP
5. Pembangunan Fisik 3. Erosi DP
Gedung Jalan Sarana Dan 4. Kepadatan Lalu Lintas DP

23
Kegiatan Dampak Potensial DP/DS/DT
Prasarana 5. Kegiatan Ekonomi Lokal DS
6. Penurunan Jumlah Pengangguran DP
7. Penurunan Kenyaman Lingkungan DP
8. Keresahan Masyarakat DT
9. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Penurunan Tingkat
DP
Pengangguran
6. Demobilisasi Tenaga Kerja, 2. Kegiatan Ekonomi Lokal DS
Bahan Dan Peralatan 3. Keresahan Masyarakat DT
4. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
Operasi
1. Rekruitmen Tenaga Kerja 1. Penurunan Tingkat Pengangguran DP
2. Kegiatan Ekonomi Lokal DS
3. Keresahan Masyarakat DT
4. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu DP
2. Peningkatan Kebisingan DP
3. Perubahan Kuantitas/Kualitas Air DP
4. Perubahan Tutupan Lahan DP
5. Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas DP
6. Peningkatan Kepadatan Penduduk DP
2. Kegiatan Produksi Pupuk 7. Penurunan Tingkat Pengangguran DP
8. Peningkatan Kegiatan Ekonomi DS
9. Penurunan Kualitas Udara DS
10. Penurunan Kesehatan Masyarakat DS
11. Keresahan Masyarakat DT
12. Perubahan Presepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu DP
2. Peningkatan Kebisingan DP
3. Penurunan Kenyamanan
DP
Lingkungan
3. Transportasi Bahan Baku 4. Penurunan Kualitas Udara DS
5. Keresahan Masyarakat DT
6. Penurunan Kesehatan Masyarakat DT
7. Perubahan Persepsi Dan
DT
Sikap Masyarakat
1. Peningkatan Kebisingan DP
2. Peningkatan Kadar Debu DP
3. Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas DP
4. Pembangkitan Genset 4. Penurunan Kualitas Udara DS
5. Keresahan Masyarakat DT
6. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu DP
5. Kegiatan Pengelolaan 2. Peningkatan Kebisingan DP
Limbah Padat, Cair, Dan Gas 3. Flora DP

24
Kegiatan Dampak Potensial DP/DS/DT
4. Perubahan Tutupan Lahan DP
5. Fauna DP
6. Perubahan Kuantitas/Kualitas Air DP
7. Peningkatan Kadar Debu DP
8. Peningkatan Kebisingan DP
9. Penurunan Kesehatan Masyarakat DS
10. Keresahan Masyarakat DT
11. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
1. Perubahan Kuantitas/Kualitas Air DP
2. Penurunan Kesehatan Masyarakat DS
6. Fasilitas Pelayanan Umum 3. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat
PASCA OPERASI
1. Keresahan Masyarakat DP
1. Sosialisasi 2. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DS
Masyarakat
1. Tingkat Pengangguran DP
2. Keresahan Masyarakat DT
2. Pelepasan Tenaga Kerja 3. Perubahan Persepsi Dan Sikap
Masyarakat DT
1. Flora DP
3. Alih Fungsi Lahan 2. Fauna DP
3. Perubahan Persepsi Dan Sikap
DT
Masyarakat

Keterangan : DP = Dampak Primer, DS = Dampak Sekunder, DT = Dampak


Tersier

Evaluasi Dampak Potensial


Evaluasi dampak potensial esensinya adalah memisahkan dampak- dampak
yang memerlukan kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesis)
dampak (dari dampak yang tidak perlu dikaji). Hasil evaluasi tersebut akan
menghasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang selanjutnya akan dikaji
dalam dokumen ANDAL. Penentuan dampak potensial menjadi dampak penting
hipotetik dilakukan melalui proses evaluasi dengan kriteria tertentu. Beberapa
cara untuk mengevaluasi dampak potensial adalah sebagai berikut:

Dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola


dampak tersebut dengan cara-cara yang megacu pada Standar Operasional
Prosedur (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana
kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah dan/atau standar
internasional.1

Dengan menguji berdasarkan kriteria evaluasi dampak potensial yang mengacu


pada Panduan Pelingkupan dalam AMDAL dari Kementrian Lingkungan Hidup,
yaitu2

25
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan
2. Apakah komponen lingkungan masyarakat tersebut memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (bilai social dan
ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis)
sehingga perubahan besar pada kondisi komponen lingkungan tersebut
akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan keutuhan
ekosistem? Hal ini dapat dilihat dari hasil kunjungan lapangan.
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut? Hal ini dapat dilihat dari hasil konsultasi/sosialisasi
dengan masyarakat
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui
oleh dampak tersebut? Hal ini dapat dijawab dengan mempelajari peraturan-
peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah,
tata-ruang, dan sebagainya.

Dengan pertimbangan lain adanya dampak yang pengelolaanya sudah


menjadi bagian dari rencana kegiatan. Teknik yang digunakan dalam evaluasi
dampak potensial pada kegiatan AMDAL Rencana. Pembangunan Agroindustri
Pupuk oleh PT Petrokimia Malang ini adalah dengan menggunakan kombinasi
kriteria evaluasi pada poin 2 dan poin 3. Setaip dampak potensial dipilah
menggunakan 4 pertanyaan diatas. Jika salah satu pertanyaan dijawab dengan
‘ya’, maka dampak potensial tersebut termasuk DPH yang akan dikaji dalam
ANDAL. DPH kemudian diklasifikasikan menjadi DPH yang terkelola dan tidak
terkelola, terkelola adalah dampak yang pengelolaanya sudah menjadi bagian
dari rencana kegiatan yang akan dibahas juga dalam ANDAL. Sebaiknya jika
seluruh pertanyaan menghasilkan jawaban ‘tidak’, maka dampak itu dapat
dieliminasi dan tidak perlu dikaji dalam ANDAL tetapi bisa dibahas pada
dokumen RKL RPL jika memang diperlukan dalam upaya pengelolaan dan
pemantauan. Tabel evaluasi dampak potensial menjadi DPH disajikan dalam
Tabel 1.5. Selanjutnya tabulasi daftar DPH ditunjukkan pada Tabel 1.6.
1.
Permen LH No. 16 Tahun 2009, Lampiran I, hal.7.

Deputi Bidang Tata Lingkungan – Kementerian Negara Lingkungan Hidup,


2.

Panduan Pelingkupan dalan Amdal (Jakarta, 2007), hal 43.

26
Tabel 1. 5 Evaluasi Dampak Potensial menjadi Dampak Penting Hipotetik

Kiteria
Kegiatan Dampak Potensial DPH Dikaji dalam AMDAL
1 2 3 4

Pra Konstruksi

1. Keresahan Masyarakat T T Y T DPH Terkelola Ya


1. Survei Dan Investigasi 2. Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat

1. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak


2. Sosialisasi Dan Publikasi
Ke Masyarakat
2. Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat

Konstruksi
1. Penurunan Tingkat
T Y T T DPH Terkelola Ya
Pengangguran
2. Kegiatan Ekonomi Lokal T T T T DTPH Tidak
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
3. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
4. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Kenyamanan Lingkungan T T T T DTPH Tidak
2. Aktivitas Basecamp 2. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
1. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
3. Mobilisasi Tenaga Kerja, 1. Penurunan Kualitas Air T Y T T DPH Terkelola Ya

27
Kiteria
Kegiatan Dampak Potensial DPH Dikaji dalam AMDAL
1 2 3 4
Bahan Dan Peralatan T T T T DTPH Tidak
2. Penurunan Kualitas Udara
3. Perubahan Tutupan Lahan T T Y T DPH Terkelola Ya
4. Kepadatan Lalu Lintas Y T T T DPH Terkelola Ya
5. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
6. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Penurunan Kualitas Udara T T T T DTPH Tidak
2. Perubahan Tutupan Lahan T Y Y T DPH Terkelola Ya

4. Persiapan Lahan Pada 3. Flora T T T T DTPH Tidak


Tapak Proyek 4. Fauna T T T T DTPH Tidak
5. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
6. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu T Y Y T DPH Terkelola Ya
2. Peningkatan Kebisingan T T Y T DPH Terkelola Ya
5. Pembangunan Fisik 3. Erosi Y T T T DPH Terkeloa Ya
Gedung, Jalan Serta
Sarana Dan Prasrana 4. Kepadatan Lalu Lintas T T T T DTPH Tidak
5. Kegiatan Ekonomi Lokal T T T T DTPH Tidak
6. Penurunan Kenyaman
T T T T DTPH Tidak
Lingkungan

28
Kiteria
Kegiatan Dampak Potensial DPH Dikaji dalam AMDAL
1 2 3 4

7. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak


8. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Kegiatan Ekonomi Lokal T T T T DTPH Tidak
6. Demobilisasi Tenaga
Kerja, Bahan Dan 2. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
Peralatan
3. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
Operasi
1. Penurunan Tingkat
T T T T DTPH Tidak
Pengangguran
2. Kegiatan Ekonomi Lokal T T T T DTPH Tidak
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
3. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
4. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu T Y Y Y DPH Terkelola Ya
2. Peningkatan Kebisingan T Y Y Y DPH Terkelola Ya
3. Perubahan Kuantitas/Kualitas
T Y Y Y DPH Terkelola Ya
2. Kegiatan Produksi Pupuk Air
4. Peningkatan Kegiatan Ekonomi T T T T DTPH Tidak
5. Penurunan Kualitas Udara T Y Y Y DPH Terkelola Ya
6. Penurunan Kesehatan
T T Y T DPH Terkelola Ya
Masyarakat

29
Kiteria
Kegiatan Dampak Potensial DPH Dikaji dalam AMDAL
1 2 3 4

7. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak


8. Perubahan Presepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Peningkatan Kadar Debu T Y Y T DPH Terkelola Ya
2. Peningkatan Kebisingan T T Y T DPH Terkelola Ya
3. Penurunan Kenyamanan
T T T T DTPH Tidak
Lingkungan
3. Transportasi Bahan Baku 4. Penurunan Kualitas Udara T Y Y Y DPH Terkelola Ya
5. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
6. Penurunan Kesehatan
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
7. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Peningkatan Kebisingan T T Y T DPH Terkelola Ya
2. Peningkatan Kadar Debu T T T T DTPH Tidak
3. Penurunan Kualitas Udara T T Y Y DPH Terkelola Ya
4. Penggunaan Genset 4. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak

5. Perubahan Persepsi Dan Sikap


T T T T DTPH Tidak
Masyarakat

5. Kegiatan Pengelolaan 1. Peningkatan Kebisingan T T T T DTPH Tidak


Limbah Padat, Cair, Dan B3
2. Flora T T T T DTPH Tidak

30
Kiteria
Kegiatan Dampak Potensial DPH Dikaji dalam AMDAL
1 2 3 4
3. Fauna T T T T DTPH Tidak
4. Perubahan Kuantitas/Kualitas
T Y Y Y DPH Terkelola Ya
Air
5. Peningkatan Kadar Debu T T T T DTPH Tidak
6. Penurunan Kesehatan
T T Y T DPH Terkelola Ya
Masyarakat
7. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
8. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
1. Perubahan Kuantitas/Kualitas
T T T T DTPH Tidak
Air
2. Penurunan Kesehatan
6. Fasilitas Pelayanan T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
Umum
3. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
4. Perubahan Persepsi dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat
PASCA OPERASI

1. Keresahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak


1. Sosialisasi 2. Perubahan Persepsi Dan Sikap
T T T T DTPH Tidak
Masyarakat

1. Tingkat Pengangguran T Y Y T DPH Terkelola Ya


2. Pelepasan Tenaga Kerja

31
Kiteria
Kegiatan Dampak Potensial DPH Dikaji dalam AMDAL
1 2 3 4

2. Keresahan Masyarakat T T Y T DPH Terkelola Ya

3. Perubahan Persepsi Dan Sikap


T T T T DTPH Tidak
Masyarakat

1. Peningkatan kadar debu T T Y T DPH Terkelola Ya

2. Erosi T T Y T DPH Terkelola Ya


3. Alih Fungsi Lahan
3. Keressahan Masyarakat T T T T DTPH Tidak
4. Perubahan persepsi dan sikap
T T T T DTPH Tidak
masyarakat

32
1.3 Batas Wilayah dan Waktu Studi
1.3.1 Batas Wilayah Studi
Kaitan antara rencana Pembangunan Industri Pupuk oleh PT Petrokimia
Malang dengan lingkungan sekitarnya memungkinkan terjadinya dampak pada
ruang tertentu, selama periode waktu tertentu serta berpengaruh pada komponen
lingkungan tertentu pula. Batas teknis studi Amdal merupakan kumulatif dari
keempat batas studi (Batas Proyek, Batas Ekologis, Batas Sosial, dan Batas
Administratif).

1. Batas Proyek
Batas Proyek ini merupakan ruang dimana seluruh komponen rencana
kegiatan pembangunan industri pupuk akan dilakukan, termasuk kegiatan pada
tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap, operasi, dan tahap pasca operasi
yang dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan pembangunan. Berdasarkan izin lokasi
yang telah diperoleh, pembanguan industri berada di lahan seluas 30 ha yang
terletak di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan
rincian koordinat pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6 Koordinat Batas Proyek Industri

Titik S E
1 7o54’34.0” 112o36’53.5”
2 7o54’24.6” 112o36’41.3”
3 7o54’20.5” 112o36’43.2”
4 7o54’20.5” 112o36’43.2”
5 7o54’20.2” 112o36’39.9”
6 7o54’22.9” 112o36’39.0”
7 7o54’38.0” 112o36’27.1”
8 7o54’46.4” 112o36’40.8”

2. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak
yang diprakirakan timbul dengan adanya rencana pembangunan industri pupuk
PT Petrokimia Malang, mengikuti masing-masing media lingkungan dimana
proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diprakirakan mengalami
perubahan mendasar. Dalam hal ini media lingkungan yang diprakirakan
mengalami perubahan adalah sungai, udara, serta tanah atau lahan. Media
lingkungan terseut mengalami perubahan karena prakiraaan terjadinya dampak
perubahan bentang alam, peningkatan laju erosi, peningkatan kadar debu, serta
perubahan kualitas air.
A. Dampak perubahan bentang alam
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa tanah dan lahan.
Batas ekologis dampak ini adalah area industri seluas 30 Ha. Batas ekologis
dampak perubahan bentang alam diperkirakan berada di beberapa desa
sebagai lokasi industri yaitu Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
B. Dampak peningkatan laju erosi

33
Dampak ini mengikuti media lingkungan tanah dan lahan. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
C. Dampak peningkatan kadar debu dan kebisingan
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa aliran udara ambien.
Batas ekologis dampak peningkatan kadar debu ini sangat dipengaruhi oleh
kecepatan angin, batas ekologis dampak ini bisa mencapai jarak 500 m dari
batas terluar dari seluruh area kegiatan pembangunan industri.
D. Dampak perubahan kuantitas/kualitas air
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa sumber air atau sungai
yang alirannya melewati area pembangunan industri pupuk. Batas ekologis
dari perubahan kualitas air sungai adalah sejauh 500 m.
E. Dampak perubahan tutupan lahan
Dampak perubahan tutupan lahan yang mengancam kepunahan flora
dan fauna mengikuti media tanah dan lahan, dengan batas area berada
diseluruh lokasi kegiatan pembangunan industri pupuk. Batas ekologis
dampak ini adalah Desa Ngijo.
F. Dampak alih fungsi lahan
Dampak ini mengikuti media lingkungan tanah dan lahan. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
Batas ekologis dapat dilihat pada Gambar 1.6

3. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan pembangunan industri
pupuk yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu sesuai dengan proses dan dinamika sosial.
Batas ini pada dasarnya adalah ruang dimana masyarakat terkena dampak
lingkungan yang diprakirakan timbul dari rencana pembangunan industri pupuk
PT Petrokimia Malang.
A. Dampak timbulnya keresahan masyarakat
Dampak keresahan masyarakat diprakirakan terjadi pada pemukiman
penduduk terdekat dengan lokasi pembangunan industri dan jalan yang ada
di Desa Ngijo.
B. Dampak persepsi dan sikap masyrakat
Dampak persepsi dan sikap masyarakat diprakirakan terjadi pada
pemukiman penduduk yang ada di Desa Ngijo.
C. Dampak penurunan pengangguran
Dampak penurunan pengangguran diperkirakan akan terjadi pada
area industri yang berada di Desa Ngijo.
D. Dampak kenyamanan lingkungan
Dampak kenyamanan lingkungan diprakirakan terjadi pada wilayah
permukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi pembangunan industri,
yaitu di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan
Desa Kepuharjo.
E. Dampak kepadatan lalu lintas
Dampak kepadatan lalu lintas diprakirakan terjadi pada area
pembangunan industri pupuk.

34
F. Dampak kegiatan ekonomi lokal
Dampak peningkatan kegiatan ekonomi lokal di perkirakan akan
terjadi pada daerah sekitar lokasi industri, sehingga batas dampak ini adalah
Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa
Kepuharjo.
G. Dampak kesehatan masyarakat
Dampak penurunan kesehatan masyarakat di perkirakan akan terjadi
pada area industri pupuk, sehingga batas dampak ini adalah Desa Ngijo,
Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
H. Dampak pengurangan produktivitas pertanian
Dampak pengurangan produktivitas pertanian diperkirakan terjadi
pada area kegiatan pembangunan industri mengikuti dampak dari alih fungsi
lahan yaitu Desa Ngijo.
I. Dampak kepadatan penduduk
Dampak kepadatan penduduk diperkirakan terjadi pada area sekitar
pembangunan industri yaitu di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo,
Desa Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
J. Dampak alih fungsi lahan
Dampak alih fungsi lahan diperkirakan terjadi pada area kegiatan
pembangunan industri yaitu Desa Ngijo.

4. Batas Administratif
Batas administratif ini merupakan wilayah administrasi yang mencakup
batas proyek, batas ekologis, dan batas sosial. Batas administrasi ini diperlukan
untuk mengarahkan pemrakarsa atau tim penyusun Amdal untuk dapat
melakukan koordinasi pada lembaga pemerintah tersebut, baik untuk koordinasi
administratif, pengumpulan data rona lingkungan, dan dalam koordinasi lainnya.
Batas administratif studi Amdal kegiatan pembangunan industri pupuk oleh PT
Petrokimia Malang ini adalah Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo. Batas administratif dapat dilihat pada Gambar
1.8.

5. Batas Wilayah Studi


Batas wilayah studi merupakan gabungan dari batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, dan batas administratif. Dari masing-masing bata tersebut
diplotkan pada peta yang kemudian di overlay sehingga dapat ditarik garis luar
gabungan ke empat batas tersebut. Batas wilayah studi terdiri dari lima wilayah
desa, yaitu Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan
Desa Kepuharjo yang dapat dilihat pada Gambar 1.9.

1.3.2 Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan
evaluasi dampak penting hipotetik. Batas tersebut dilakukan selama keseluruhan
rangkaian kegiatan dalam pembangunan industri pupuk PT Petrokimia Malang
sampai dengan selesainya kegiatan pembangunan sampai kegiatan pasca

35
operasi. Penentuan batas kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan atau dengan adanya rencana kegiatan. Waktu kajian studi Amdal ini
dirancang selama 20 tahun, dengan rincian tahap pra konstruksi selama 1 tahun,
tahap pembangunan konstruksi 2 tahun, tahap operasi selama 15 tahun, dan
tahap pasca operasi selama 2 tahun.

36
Gambar 1.5 Peta Batas Proyek

37
Gambar 1.6 Peta Batas Ekologis

38
Gambar 1.7 Peta Batas Sosial

39
Gambar 1.8 Peta Batas Administrasi

40
Gambar 1.9 Peta Batas Wilayah Studi

41
BAB II
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting Rencana


Usaha dan/atau Kegiatan
2.1.1 Komponen Lingkungan Geo-Fisik-Kimia
A. Klimatologi
Kabupaten Malang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan dan dikategorikan sebagai kabupaten yang beriklim tropis. Musim
penghujan pada Kabupaten Malang cenderung sedikit lebih panjang
dibandingkan dengan musim kemarau karena dipengaruhi oleh topografi wilayah
seperti kecepatan angin dan karakteristik daerah masing-masing. Data
Klimatologi diambil dari Dinas Pekerjaan Umum bidang Pengairan Kabupaten
Malang dan Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Karangploso karena sesuai
dengan lokasi Pembangunan Industri Pupuk. Ketersediaan data Curah hujan
dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2. 1 Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Karangploso Tahun 2009-2018

Bulan
Ta Avera
Varia
hu Ag ge/Y
bel Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nov Des
n u e ar
Cura
h
Huja
n 458 281 255 296 48 73 98 11 0 132 479 516 220,6
(mm)
Hari
Huja
n 28 21 19 19 7 6 11 1 0 8 23 27
(hari)
200
Rata-
9
rata
16, 13, 15,
(mm/ 13,4 6,9 12,2 8,9 11 0 16, 20,8 19,1
4 4 6
hari) 5
Cura
h
Huja
n 373 271 118 240 68 251 103 0 0 25 330 635 201,2
(mm)
Hari
Huja
n 25 20 17 18 9 7 10 0 0 5 23 26
(hari)
201
Rata-
0
rata
14, 13, 10,
(mm/ 13,5 6,9 7,5 35,8 0 0 5 14,3 24,4
9 3 3
hari)

42
Bulan
Ta Avera
Varia
hu Ag ge/Y
bel Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nov Des
n u e ar
Cura
h
201 Huja
1 n 361 381 200 127 64 125 119 0 0 2 385 690 204,5
(mm)
Hari
Huja
n 20 18 13 9 4 2 6 0 0 1 17 25
(hari)
Rata-
rata
18, 15, 14, 19,
(mm/ 21,2 16 62,5 0 0 2 22,6 27,6
1 4 1 8
hari)
Cura
h
Huja
n 509 490 321 473 183 150 141 1 0 6 345 817 286,3
(mm)
Hari
Huja
n 30 28 26 25 19 14 14 2 0 3 21 29
(hari)
201
Rata-
2
rata
16, 12, 18, 10,
(mm/ 17,5 9,6 10,7 0,5 0 2 16,4 28,2
9 3 9 1
hari)
Cura
h
Huja
n 368 511 583 658 350 0 240 0 0 0 1081 757 379
(mm)
Hari
Huja
n 12 12 10 9 4 0 5 0 0 0 18 18
(hari)
201
Rata-
3
rata
30, 58, 73, 87,
(mm/ 42,6 0 48 0 0 0 60,1 42,1
7 3 1 5
hari)
Cura
h
Huja
n 597 223 174 195 80 182 319 38 0 19 467 942 269,7
(mm)

43
Bulan
Ta Avera
Varia
hu Ag ge/Y
bel Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nov Des
n u e ar
Hari
201 Huj
4 an 30 20 15 17 10 3 12 1 0 4 21 25
(hari)
Rata-
rata
19, 11,1 11, 11, 26,
(mm/ 8 60,7 38 0 4,7 22,2 37,7
9 5 6 5 6
hari) 5
Cura
h
201 Huj
5 an 371 561 233 833 157 241 243 0 0 7 755 854 354,6
(mm)
Hari
Huja
n 14 14 15 21 10 12 13 0 0 1 20 24
(hari)
Rata-
rata
26, 15, 39, 15, 18,
(mm/ 40,1 20,1 0 0 7 37,8 35,6
5 5 7 7 7
hari)
Cura
h
Huj
an 540 215 187 199 40 137 264 0 0 36 362 501 206,8
(mm)
Hari
Huj
an 19 12 12 12 4 4 8 0 0 3 21 18
(hari)
201
Rata-
6
rata
28, 15, 16,
(mm/ 17,9 10 34,3 33 0 0 12 17,2 27,8
42 6 6
hari)
Cura
h
Huja
n 164 199 93 150 16 14 18 0 0 11 22 46 61,1
(mm)
Hari
201 Huja
7 n 29 26 18 17 3 7 11 0 0 2 18 26
(hari)

44
Bulan
Ta Avera
Varia
hu Ag ge/Y
bel Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nov Des
n u e ar
Rata-
rata
(mm/ 5,6 7,7 5,2 8,8 5,3 2 1,6 0 0 5,5 1,2 1,8
hari)
Cura
h
Huja
n 509 434 171 364 112 140 169 4 0 0 445 706 254,5
(mm)
Hari
Huja
n 30 26 23 28 15 8 10 2 0 1 27 30
(hari)
201
Rata-
8
rata
16, 16,
(mm/ 16,7 7,4 13 7,5 17,5 2 0 0 16,5 23,5
9 9
hari)
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Malang (Bidang Pengairan)

Stasiun: Karangploso

Dari data curah hujan Tahun 2009-2018 tersebut dilokasi studi mengalami
hujan sepanjang tahun kecuali dibulan September. Curah hujan terendah terjadi
pada Bulan Agustus, dimana curah hujan rata-rata 1 mm/hari, sedangkan curah
hujan rata-rata tertinggi berada pada bulan Desember dengan curah hujan rata-
rata mencapai 646,4 mm/hari. Berdasarkan data tahun 2009 tercatat rata-rata
curah hujan paling rendah sebesar 0 mm/hari sedangkan curah hujan paling
tinggi sebesar 516 mm, sedangkan pada tahun 2017 dari data tercatat bahwa
rata-rata curah hujan terendah yaitu 61,1 mm/tahun. Data hari hujan
menunjukkan bahwa pada tahun 2018 pada bulan Desember tercatat hari hujan
tertinggi yaitu 30 hari dan hari terendah terjadi pada bulan September yaitu tanpa
ada hari hujan. Berdasarkan Smith- Ferguson titik iklim Kabupaten Malang
memiliki 7 bulan basah dan 2 bulan kering dengan indeks 0,287 termasuk tipa B
(basah) dan menurut Oldeman memiliki 3 bulan basah dan 5 bulan kering
termasuk tipe D3.

45
Tabel 2. 2 Data temperatur Bulanan di Wilayah Studi Tahun 2009-2018
Suhu Udara (°C)
Ave
rag e
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nop Des /Ye ar

2009 27,9 27,4 28,7 29,1 28,7 29,0 27,6 28,5 29,1 30,0 30,3 29,7 28,8
2010 27,8 28,4 28,6 28,6 28,9 28,5 28,6 28,9 28,6 28,9 29,0 27,8 28,6
2011 27,5 27,9 28,3 28,1 28,5 27,7 27,7 27,6 28,5 30,0 29,2 28,6 28,3
2012 27,5 28,0 28,9 27,7 28,6 27,5 29,9 27,2 28,5 30,2 30,1 28,7 28,6
2013 27,9 28,0 28,7 28,4 28,7 28,3 27,4 27,6 28,5 30,2 29,2 27,8 28,4
2014 27,3 28,2 28,8 28,5 29,5 28,9 28,1 28,2 28,2 29,9 30,1 28,3 28,7
2015 27,9 27,5 28,1 28,4 28,4 28,1 27,4 27,7 28,4 29,9 30,9 29,3 28,5
2016 29,4 27,7 29,4 29,5 29,6 28,1 28,5 29,2 28,4 29,9 29,0 28,3 28,9
2017 29,5 28,2 29,5 29,3 29,5 28,6 28,0 28,7 28,2 28,8 28,9 27,6 28,7
2018 29,3 28,4 29,3 29,6 29,3 28,4 27,9 27,0 27,9 28,6 28,9 27,5 28,5
Aver
age
/Month 28,2 28,0 28,8 28,7 29,0 28,3 28,1 28,1 28,4 29,6 29,6 28,4
Sumber data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Karangploso

Hasil dari data pengukuran suhu bulanan di wilayah studi mempenyai


kisaran rata-rata suhu minimal sebesar 27oC pada bulan Agustus 2018 dan suhu
maksimal terjadi pada bulan nopember 2015. Kelembaban udara di wilayah studi
yang terukur pada wilayah studi selama periode tahun 2009- 2018 dapat dilihat
pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3 Kelembaban Udara (RH) Bulanan di Wilayah Studi Tahun 2009- 2018

Kelembapan Udara (RH) %


Ave
rage
/
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nop Des year
2009 78,0 82,0 79,0 77,0 78,0 72,0 71,0 69,0 66,0 66,0 69,0 70,0 73,1
2010 80,0 80,0 81,0 82,0 82,0 79,0 75,0 73,0 77,0 77,0 77,0 81,0 78,7
2011 89,4 88,6 90,5 90,6 88,9 85,6 84,2 80,8 80,3 75,7 85,7 87,2 85,6
2012 82,3 81,3 80,8 75,8 74,7 71,0 68,4 65,8 62,1 63,9 69,9 79,3 72,9
2013 81,7 80,5 80,6 80,3 80,5 81,3 76,0 68,8 64,2 62,7 72,5 81,2 75,9
2014 81,5 82,7 79,4 78,8 75,1 75,1 72,0 69,0 63,0 60,8 68,0 80,1 73,8
2015 78,0 81,0 79,0 79,0 71,0 71,0 69,0 68,0 64,0 63,0 65,0 75,0 71,9
2016 73,0 81,0 77,0 77,0 77,0 79,0 77,0 73,0 72,0 76,0 78,0 80,0 76,7
2017 75,0 79,0 82,0 81,0 82,0 78,0 76,0 75,0 78,0 77,0 84,0 79,8 78,9
2018 74,0 78,0 79,0 78,0 81,0 76,0 79,0 79,0 82,0 80,5 85,0 79,6 79,3
Average
/Month 79,3 81,4 80,8 80,0 79,0 76,8 74,8 72,1 70,9 70,3 75,4 79,3

Sumber data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Karangploso

46
Kelembaban udara terendah dari data kelembaban udara di wilayah studi
periode 2009-2018 menunjukkan tingkat kelembaban terendah sebesar 62,1% di
bulan September 2012 dan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan April 2011
dengan tingkat kelembaban 90, 6%. Kelembaban udara terendah rata-rata
perbulannya yaitu pada bulan September mencapai 70,9% sedangkan
kelembaban udara tertinggi pada bulan Februari dengan tingkat kelembaban
81,4%. Tahun 2011 merupakan tahun paling lembab dengan besar kelembaban
udara mencapai 85,6%, sedangkan tahun 2015 merupakan tahun kering dengan
tingkat kelembaban mencapai 71,9%.

Tabel 2. 4 Kecepatan Angin Bulanan di Wilayah Studi Tahun 2009-2018

Kecepatan Angin (Km/Jam)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nop

2009 12,6 12,6 7,2 7,2 7,2 5,9 9,0 9,0 9,0 10,8 9,0

2010 13,2 12,9 10,2 11,2 16,4 11,3 12,3 13,5 12,4 10,7 10,4

2011 12,7 13,3 12,1 12,1 10,9 12,4 12,7 14,3 9,9 13,5 11,0

2012 12,3 9,1 12,6 11,2 11,0 12,1 8,0 14,1 13,3 13,0 10,4

2013 11,7 10,4 11,1 10,5 9,9 10,2 12,0 14,5 13,4 6,9 10,2

2014 11,3 10,6 11,0 9,9 11,8 10,9 11,4 16,2 15,2 8,0 9,8

2015 13,3 7,7 10,1 7,7 10,2 10,2 13,0 15,0 13,4 6,4 8,2

2016 3,4 3,5 3,3 4,1 4,8 4,2 6,1 5,4 5,2 2,9 2,8

2017 11,5 8,3 7,5 9.7 8,7 9,1 11,2 13,5 13,3 8,1 7,8

Sumber data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Karangploso

Kecepatan angin terendah dari data kecepatan angin di wilayah studi


periode 2009-2018 menunjukkan tingkat kecepatan angin terendah sebesar 2,8
km/jam di bulan Nopember 2016 dan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan
Agustus 2014 dengan tingkat kecepatan angin 16,2 km/jam Kecepatan angin
terendah rata-rata perbulannya yaitu pada bulan Desember mencapai 7,7 km/jam
sedangkan kecepatan angin tertinggi pada bulan Agustus dengan tingkat
kecepatan angin 12,9 km/jam. Tahun 2010 merupakan tahun paling tinggi

47
kecepatan angin dengan besar kecepatan angin mencapai 12,1 km/jam,
sedangkan tahun 2016 merupakan tahun dimana tingkat kecepatan angin rendah
dan mencapai 4,2 km/jam.

B. Hidrologi
Kabupaten Malang yang merupakan daerah dataran tinggi memiliki
drainase yang baik yakni tidak pernah tergenang air, kecuali pada dataran-
dataran yang kemampuan saluran drainasenya bermasalah. Drainase tanah
menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap kandungan air dan
menunjukkan kecepatan resapan air dari permukaan tanah. Di wilayah ini
terdapat genangan air berupa waduk Karangkates dan Selorejo yang menjadi
muara drainase dari berbagai wilayah. Wilayah Kabupaten Malang diidentifikasi
terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu) pegunungan. Keberadaan gunung
dan pegunungan tersebut, menjadikan Kabupaten Malang memiliki potensi
kehutanan yang luas dan sumber-sumber mata air yang dimanfaatkan untuk
kepentingan konsumsi, irigasi pertanian dan industri. Limpahan air dari sumber
mata air mengalir melalui sungai-sungai besar maupun kecil. Tercatat, di
Kabupaten Malang mengalir 5 (lima) sungai besar dan 68 sungai kecil. Sungai
besar antara lain 1) Sungai Brantas, 2) Sungai Lesti, 3) Sungai Amprong, 4)
Sungai Konto, dan 5) Sungai Metro. Diantara sungai-sungai besar tersebut,
Sungai Brantas adalah sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur.

Tabel 2. 5 Sungai di Kabupaten Malang

Panjang Lebar (m) Debit (m3/dtk)


No Nama Sungai Sungai Permuka Kedalama
Dasar Qmax Qmin
(Km) an n (m)
1 Kali Brantas 58 25 - 10 1363,6
2 Kali Lesti 55 15 - 6 24,6
3 Kali metro 42 15 - 6
4 Kali Lohor/Biru 17 8 - 4
5 Kali Lekso 27 - - 14,57
6 Kali Dirdo 6 5 - 5
7 Kali Konto 40 - - - 64,96
8 Kali KD Banteng 24 - -
9 Kali kemudinan 9,5 - -
10 Kali Manjing 35 5 - 4
Sumber Data: Dinas lingkungan Hidup Kabupaten Malang

Daerah studi merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah DAS


Brantas dan DAS Konto. Keadaan debit air di DAS tersebut dipengaruhi oleh
curah hujan, sehingga pada umumnya ketika musim kemarau tiba debit sungai
tidak begitu besar. Secara umum berdasarkan data yang ada di Kabupaten
Malang terdapat 588 mata air dengan debit 1 sampai di atas 200 liter/detik, debit
tertinggi terdapat di Wendit Kecamatan Pakis (1.100 liter/detik). Sedangkan
kecamatan yang memiliki debit air lebih dari 200 liter/detik adalah mata air yang
berada di Tumpang, Pakis, Singosari, Gondanglegi, Sumberpucung, Ngajum,
Wagir, Ampelgading dan Dampit.

48
1. Kebutuhan Air bersih dan Ketersediaan Air Bersih
a. Komponen Air Bersih
Sumber air baku bagi sistem penyediaan air bersih Kabupaten Malang
terdiri atas sumur dalam dan sumber air permukaan. Berikut data-data jumlah
pelanggan air bersih Kabupaten Malang dalam Tabel 2.6

Tabel 2. 6 Jumlah Pelanggan dan air yang Disalurkan Menurut pelanggan di


kabupaten Malang 2017

Jumlah Air Disalurkan Nilai/value


Pelanggan
Pelanggan m3 (rupiah)
Sosial 530 197,590 455,816,250
Rumah Tangga 30.709 6,923,302 22,390,196,250
Instansi Pemerintah 278 164,374 731,356,750
Niaga 433 160,750 1,033,758,750
Industri 5 97,989 1,111,517,100
Khusus 1 5,237 26,200,000
Jumlah 31,956 7,549,215 25,748,845,100
Sumber: PDAM

Asumsi kebutuhan ideal air bersih kota metropolitan adalah 190 L/orang/hari.
Analisis kebutuhan air Kabupaten Malang tampak pada Tabel 2.7 di bawah ini

Tabel 2. 7 Data Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Malang

Kapasitas Produksi Kebutuhan


Jumlah
Eksisting Ideal Kota Kebutuhan Selisih
Penduduk
Metropolitan total (Lt/hr) (Lt/hr)
(jiwa) Lt/dt Lt/hr
(L/org/hr)
2,446.000 5380 464,832,000 190 464,740,000 92,000
Sumber: Analisis, 2018

Tabel 2. 8 Jumlah pelanggan dan Pemakaian Air Bersih PDAM Menurut Bulan di
Kabupaten Malang Tahun 2017

No Pemakaian Air
Bulan Pelanggan
Bersih
1 Januari 111,545 2,230,900
2 Februari 111,675 2,233,500
3 Maret 111,722 2,234,440
4 April 111,805 2,236,100
5 Mei 111,875 2,237,500
6 Juni 111,925 2,238,500
7 Juli 111,943 2,238,860
8 Agustus 111,969 2,239,380
9 September 112,050 2,241,000

49
No Pemakaian Air
Bulan Pelanggan
Bersih
10 Oktober 112,123 2,242,460
11 November 112,134 2,242,680
12 Desember 112,209 2,244,180

C. Geologi
Ditinjau dari keadaan geologinya, sebagian besar wilayah Kabupaten
Malang terbentuk dari hasil gunung api kwarter muda yang meliputi areal seluas
44,25% atau 148.152,52 ha dari seluruh luas Kabupaten Malang, sedangkan
sebagian kecil merupakan miosen facies batu gamping dengan luas 90.884,00
ha atau 27,15% dari luas Kabupaten Malang seluruhnya. Jenis tanah di
Kabupaten Malang terdiri dari jenis tanah alluvial, regosol, brown forest, andosol,
latosol, mediteran dan litosol. Jenis tanah ini tidak seluruhnya tersebar di
Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Malang.

D. Topografi
Topografi Kabupaten Malang sangat beragam, mulai dari pesisir, dataran
rendah, dataran tinggi, perbukitan, gunung api yang aktif maupun tidak aktif, dan
sungai. Kawasan pesisir pantai terletak di wilayah selatan Kabupaten Malang
yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, membentang mulai dari
Kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo,
sampai Ampelgading. Wilayah dengan kontur datar terletak sebagian besar di
Kecamatan Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran,
Pakisaji, sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis,
Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur,
Ngajum, Gedangan. Wilayah dengan kontur bergelombang terletak di wilayah
Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Kawasan dengan kontur perbukitan
yang terjal sebagian besar di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon,
Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo. Kondisi topografis
dataran tinggi yang dikelilingi beberapa gunung dan dataran rendah atau lembah
berada pada ketinggian 250 – 500 meter dari permukaan laut (dpl) terletak di
bagian tengah wilayah Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi terbagi pada
beberapa wilayah meliputi, daerah perbukitan kapur (Gunung Kendeng) di bagian
Selatan pada ketinggian sampai dengan 650 meter dpl, daerah lereng Tengger
Semeru di bagian Timur membujur dari utara ke selatan pada ketinggian 500 –
3.600 meter dpl dan daerah lereng Kawi Arjuno dibagian Barat dengan
ketinggian 500 – 3.300 meter dpl. Wilayah Kabupaten Malang diidentifikasi
terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu) pegunungan, Keberadaan gunung
dan pegunungan tersebut, menjadikan Kabupaten

Malang memiliki potensi kehutanan yang luas dan sumber-sumber mata


air yang dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi, irigasi pertanian dan
industri. Suhu udara rata-rata berkisar antara 19,1ºC hingga 26,6ºC. Kelembaban
udara rata-rata berkisar antara 71ºC hingga 89ºC dan curah hujan rata-rata
berkisar antara 2 mm hingga 780 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi

50
pada bulan Juni, dan tertinggi pada bulan Desember. Berdasarkan struktur fisik
dan geografis Kabupaten Malang dapat dikelompokan sebagai berikut: 1) Bagian
utara, barat dan tengah merupakan daerah yang relatif subur; 2) Bagian selatan
merupakan pegunungan kapur yang memiliki potensi tambang cukup besar; 3)
Bagian timur merupakan pegunungan dan perbukitan yang memiliki potensi
perkebunan, hutan, tambang dan pariwisata. Kondisi topografi Kabupaten
Malang terbagi menjadi 2 (dua) aspek antara lain:
 Ketinggian Lahan Secara topografi wilayah daratan Kabupaten Malang
dibedakan menjadi beberapa wilayah ketinggian yaitu:
 Ketinggian 0 – 100 meter permukaan laut: 0% dari seluruh wilayah
dengan topografi relatif datar dan bergelombang.
 Ketinggian 100 – 500 meter permukaan laut: 75,76% dari seluruh wilayah
dengan topografi bergelombang dan bergunung.
 Ketinggian 500 – 1000 meter permukaan laut: 18,18% dari seluruh
wilayah dengan kondisi berbukit.
 Ketinggian lebih 1000 meter permukaan laut: 3,03% dari seluruh wilayah
dengan topografi bergunung dan terjal.

Kemiringan Lereng Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang


mempunyai kemiringan lereng 48,69% hampir di seluruh dataran rendah
Kabupaten Malang, sedangkan untuk kemiringan lereng 28,85% berada pada
daerah perbukitan dan pegunungan, kemiringan lereng >22,46% berada pada
daerah pegunungan.

Tabel 2. 9 Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Malang

Ketinggian Wilayah
No. Kecamatan
(mdpl)
1. Donomulyo 423
2. Kalipare 303
3. Pagak 521
4. Bantur 317
5. Gedangan 494
6. Argotirto 598
7. Dampit 427
8. Tlogosari 594
9. Tirtomarto 516
10. Poncokusumo 685
11. Wajak 513
12. Turen 391
13. Bululawang 406
14. Gondanglegi Kulon 360
15. Pagelaran 339

51
Ketinggian Wilayah
No. Kecamatan
(mdpl)
16. Kepanjen 336
17. Sumber pucung 304
18. Kromengan 329
19. Ngajum 372
20. Wonosari 773
21. Parangargo 544
22. Pakisaji 395
23. Tajinan 497
24. Tumpang 607
25. Pakis 490
26. Kemantren 519
27. Lawang 501
28. Pagentan 494
29. Girimoyo 630
30. Mulyoagung 583
31. Pandelsari 1157
32. Ngantang 651
33. Kasembon 239
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang

Secara administrasi Kabupaten Malang terbagi menjadi 33 Kecamatan


dan 378 Desa serta 12 Kelurahan.

E. Komponen Transportasi Darat dan Laut


Panjang jalan raya di Kabupaten Malang mencapai 1.850,39 km yang
terbagi atas 115,63 km jalan Negara, 110,12 km jalan provinsi dan 1.624,64 km
jalan kabupaten. Dari total panjang jalan di Kabupaten Malang sepanjang
1.056,66 km dalam kategori baik dan 612,10 km dalam kategori rusak.

Tabel 2. 10 Panjang Jalan Menurut Kondisi Permukaan Jalan

Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten


Uraian
2015 2016 2015 2016 2015 2016
I. Jenis Permukaan
a. Aspal 115,63 115,63 110,12 110,12 1.604,94 1.624,64
b. Kerikil - - - - 63,82 44,12
c. Tanah - - - - - -

52
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
Uraian
2015 2016 2015 2016 2015 2016
Jumlah/Total 115,63 115,63 110,12 110,12 1.668,76 1.668,76
II. Kondisi Jalan
a. Baik 115,63 115,63 110,12 110,12 1.586,49 1.056,66
b. Sedang - - - - - -
c. Rusak - - - - 67,51 293,70
d. Rusak Berat - - - - 14,76 318,40
Jumlah /Total 115,63 115,63 110,12 110,12 1.668,76 1.668,76
III. Kelas Jalan
a. Kelas I 115,63 115,63 - - - -
b. Kelas II - - 110,12 110,12 - -
c. Kelas III - - - - 1.668,76 1.668,76
d. Kelas IIIA - - - - - -
e. Kelas IIIB - - - - - -
f. Kelas IIIC - - - - -
Jumlah 115,63 115,63 110,12 110,12 1.668,76 1.668,76
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang

2.1.2 Komponen Lingkungan Biologi


A. Flora Darat
Secara umum tipe komunitas tumbuhan yang terdapat di daerah studi
semuanya merupakan vegetasi budidaya yaitu sawah, pekarangan, kebun
palawijaya dan kebun campuran. Kebun campuran umumnya didominasi oleh
tanaman tahunan dari golongan buah-buahan yang rata-rata sudah produktif
sepertipohon jati, pohon mahoni, dan pohon semak. Berdasarkan hasil
pengamatan dan observasi menunjukan kondisi yang bervariatif, dengan
tingkatan antara banyak, sedang, dan kecil. Jenis tanaman budidaya dengan
populasi banyak umumnya didominasi tanaman pangan yang dikonsumsi oleh
penduduk sehari-hari seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
ubi jalar dan ubi kayu. Selain itu, tanaman budidaya lainyang mempunyai nilai
jual tinggi seperti ubi jalar dan ubi kayu banyak yang dibudidayakan oteh
masyarakat setempat.

Terdapat berberapa tipe vegetasi di dalam dan di sekitar lokasi PT


PETROKIMIA, mulai dari tingkat pohon, tingkat semak dan tingkat herbal.
Terdapat berbagai macam jenis flora yang merupakan tumbuhan berkayu dan
tumbuhan tidak berkayu. Terdapat beberapa tipe vegetasi disekitar (diluar) lokasi

53
rencana Pembangunan PT PETROKIMIA yaitu : 1) Hutan alam dan hutan
sekunder, 2) Semak belukar dan tempat terbuka, 3) Hutan tanaman budidaya
termasuk tanaman pekarangan. Jenis flora yang ada di daerah studi merupakan
tumbuhan berkayu dan tumbuhan tidak berkayu. Jenis utama tanaman palawija
yang ada di daerah ini adalah jagung dan kacang tanah dan tanaman sisipan
berupa sayuran yang diusahakan dalam lahan dengan skala kecil yang biasanya
dimanfaatkan untuk kebutuhan sampingan sedangkan tanaman utama untuk
djjual.

Sesuai dengan tata guna lahan, sebagian besar wilayah desa ngijo
proyek merupakan kawasan terbuka yang ditutupi vegetasi semak belukar
(herba), terna dan rerumputan serta sebagian lahan tegalan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat secara musiman. Pengamatan flora yang dilakukan dibedakan
pada vegetasi yang dibudidayakan dan alamiah.

Pada lokasi sekitar Pembangunan PT Petrokimia Malang, mayoritas


penggunaan lahannya meliputi permukiman, ladang dan sebagian hutan serta
semak belukar. Selain itu, pada lokasi studi banyak dijumpai jenis tanaman
budidaya yang dikembangkan oleh penduduk. Jenis tanaman yang dijumpai
antara lain Jati (Tectona grandis), Randu (Ceiba petandra), Jambu (Syzgyum
aqueum), Nangka (Artocarpus integra).

Tabel 2. 11 Jenis Tumbuhan Alami/Liar di Daerah Sekitar Lokasi Studi

No Nama Ilmiah Nama Indonesia Kerapatan


1. Anacatdium occidentale L. Jambu mete Sedang
2. Tectona grandis Jati Sedang
3. Phaseolus vulgaris Kacang Panjang Jarang
4. Arachis hypogaea L. Kacang Tanah Jarang
5. Gossypium hirsutum Kapas Jarang
6. Glycine max Kedelai Jarang
7. Cocos nucifera Kelapa Jarang
8. Mangifera indica Mangga Sedang
9. Adocarpus integra Nangka Jarang
10. Oryza sativa Padi sawah Jarang
11. Garica papaya Pepaya Jarang
12. Musa paradisiaca Pisang Jarang
13. Ceiba Petandra Randu Jarang
14. Pennisetum purpureum Rumput gajah Jarang
15. Annona muricata L. Sirsak Jarang
16. Saccharum officinarum Tebu Jarang
17. Ipomea batatas L. Ubi Jalar Jarang
Sumber: Hasil Survei dan Investigasi, 2015

54
Berdasarkan hasil survei seperti dalam Tabel 2.11 populasi tanaman
alami yang tumbuh disekitar wilayah studi menunjukan tingkat kerapatan antara
sedang sampai dengan jarang. Tingkat kerapatan sedang dijumpai pada spesies
Jambu mete (Anacardium occidenta/e L.), Mangga (Mangifera indica), dan Jati
(Tectona grandis). Sedangkan spesies tanaman lainnya menunjukan hasil
pengamatan yang jarang, hal ini dikarenakan lahan yang ada di sekitar wilayah
studi umumnya lahan pekarangan yang kurang dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian oleh penduduk sekitar. Jenis utama tanaman palawija yang ada di
daerah ini adalah Kacang Tanah (Arachis hypogea). Selain itu dijumpai tanaman
sisipan yang biasanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sampingan sedangkan
tanaman utama dijual.

B. Fauna
Keberadaan jenis fauna pada lokasi rencana proyek Pembangunan PT
PETROKIMIA Malang dapat digunakan sebagai indikator terhadap perubahan
kondisi lingkungan yang ada. Berbagai jenis fauna akan memberikan tanggapan
tersendiri terhadap perkembangan dan perubahan kondisi habitatnya. enis fauna
yang ada diantaranya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba. Keberadaan jenis
fauna pada lokasi studi dapat dipergunakan sebagai indikator terhadap
perubahan atau kondisi lingkungan yang ada. Berbagai jenis fauna akan
memberikan tanggapan tersendiri terhadap perkembangan dan perubahan
kondisi habitatnya. Tidak semua jenis fauna mampu hidup atau bertoleransi
dengan baik perkembangan dan perubahan lingkungan yang ada. Bagi jenis
yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya maka tidak menutup
kemungkinan fauna tersebut mati. Fauna juga akan memberikan respon
berpindah ke tempat lain apabila lingkungan asalnya sudah berubah atau tidak
menyediakan kebutuhan hidupnya seperti sumber makanan, tempat berkembang
biak dan tempat mempertahankan diri dari predator. Perubahan kondisi
lingkungan habitat yang dapat mengakibatkan perubahan populasi dan
keragaman satwa, bukan hanya disebabkan oleh gangguan/kerusakan yang
terjadi, tetapi perubahan lingkungan habitat tersebut dapat diakibatkan karena
variasi kondisi cuaca/iklim (mikro dan makro klimatis). Dari hasil inventarisasi
fauna yang dilakukan di sekitar lokasi rencana Pembangunan PT Petrokimia
Malang, jenis fauna darat yang terdapat didaerah desa ngijo proyek dan wilayah
sekitarnya dapat dikelompokkan dalam jenis Burung (Aves), hewan menyusui
(Mama/ia), dan jenis melata (Reptilia). Berdasarkan hasil survei dengan
masyarakat sekitar lokasi rencana Pembangunan PT PETROKIMIA, beberapa
jenjs hewan mamalia yang mungkin masih dapat dijumpai antara lain; Sapi Liar
(Bos javanica), Babi Hutan (Sus vittatus), Ayam Hutan (Gallus Sp.), Kera Abu-
Abu (Macaca irus), Punglor (Zoothera interpres), Ular Sanca (Phiton reticulatus),
Landak (Hystrjx branchyura) dan Gagak Hitam (Cotvus macrorhynchos) masih
dapat dijumpai di kawasan ini. Selain itü masih terdapat jenis Musang (Viviricu/a
sp), Tikus Tanah (Rattus sp), Cecurut (Suncus Murinus), Codot (Cynopterus
Brachyotas, Kalong (Pteurocarpus Vampyrus) dan Kelelawar (Tatarida P/icata).

55
Jenis-jenis reptilia yang ditemukan merupakan spesies dengan adaptasi
tinggi dan memiliki habitat kawasan hutanyang kebanyakan jenis-jenis ular, kadal
(Mabuoya mu/tifasciata), Biawak (Paradoxorus hermaproditus) dan sebagainya,
dimana kawasan sekitar lokasi Pembangunan PT PETROKIMIA merupakan
kawasan semak, ladang dan sebagian permukiman. Jenis burung/Aves juga
dijumpai banyak jenis dengan persebaran habitat yang sangat luas. Jenis burung
yang termasuk satwa langka dan dilindungi seperti Elang (Butatstur sp) dan Alap-
Alap (Accipitridae) masih dapat dijumpai. Selain itu banyak dijumpai jenis burung
dengan keanekaragaman jenis yang masih sangat beragam.

Tabel 2. 12 Jenis-jenis Fauna di Wilayah Kabupaten Malang

No Nama Ilmiah Nama Indonesia Kerapatan


1 Bubalus bubalis Kerbau Jarang
2 Vacca sp Sapi Banyak
3 Equus Caballus Kuda Sedang
4 Capricornis sp Kambing Banyak
5 Dendrocygna javanica Burung Belibis Jarang
6 Aeshna sp Capung Banyak
7 Ovis aries Domba Jarang
8 Unidentify Kumbang Jarang
9 Microhterix sp Kupu-kupu Jarang
Sumber: Hasil Survei dan Investigasi, 2017

2.1.3 Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya


Secara administrasi, lokasi rencana pembangunan industri pupuk oleh
PT. Petrokimia Malang termasuk dalam wilayah Kecamatan Karangploso dan
berada di Wilayah yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan
pembangunan industri pupuk secara langsung melewati beberapa desa.
Komponen lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yang akan terpengaruh
adalah sebagai berikut :

A. Sosial
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Karangploso terdiri dari 9 Desa dengan total luas wilayah
sebesar 58,74 km². Lokasi pembangunan PT. Petrokimia akan dilaksanakan
diantara Desa Ngijo. Luas wilayah Desa Ngijo (desa terdekat dari lokasi
kegiatan) yang diprakirakan akan terkena dampak secara langsung adalah 4,15
km², dengan jumlah penduduk 17202 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan
Karangploso tahun di 2018 adalah sebesar 81.985 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata sebesar 377 jiwa/ km². Kondisi kependudukan di
wilayah studi pada tahun 2018 dapat disajikan pada Tabel 2.13 berikut.

56
Tabel 2. 13 Kondisi Demografi kependudukan di Wilayah Studi Tahun 2018

Jumlah penduduk Kepadatan


Wilayah Luas (Km2)
L P Jumlah (Jiwa/Km2)
Desa Ngijo 4,15 8672 8530 17202 1178
Wilayah Studi 58,74 41469 40516 81985 377
Sumber : Kecamatan Karangploso Dalam Angka, 2019

Berdasarkan Tabel 2.13 diatas, dapat diketahui bahwa rasio jumlah


penduduk (perbandingan antara jumlah penduduk laki- laki dengan jumlah
penduduk perempuan) adalah terdapat 9 desa diwilayah Kecamatan
Karangploso dengan wilayah yang dijadikan perbatasan pembangunan pabrik
yaitu diantara Desa Ngijo. Desa Ngijo memiliki tingkat kepadatan penduduk
sebesar 1178 jiwa/km². Tingkat Kepadatan penduduk untuk Kecamatan
Karangploso sendiri yaitu sebesar 377 jiwa/ km².

2. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur


Penduduk di Kecamatan Karangploso pada tahun 2018, berdasarkan
kelompok umur yaitu jumlah penduduk usia produktif (15-59 Tahun) adalah
sebesar 48.513 jiwa dan penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 60 tahun
ke atas) adalah sebesar 33.472 jiwa. Tabel 2.14 merupakan jumlah penduduk
menurut kelompok umur, dan jenis kelamin tahun 2018.

Tabel 2. 14 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di


Kecamatan Karangploso Tahun 2018

Kelompok Umur Laki- Laki Perempuan Jumlah


0-4 37338 35055 72393
5-9 48013 44710 92723
10-14 47861 45341 93202
15-19 51004 48371 99375
20-24 49943 49108 99051
25-30 64585 62718 127303
31-40 115351 110189 225540
41-50 97556 97560 195116
51-60 74345 76952 151297
61-70 41589 41909 83498
71+ 25832 38750 64582

57
3. Mata Pencaharian Penduduk
Potensi penduduk dan sumberdaya manusia yang terampil merupakan
salah satu pendukung dalam proses kegiatan pembangunan wilayah. Penduduk
usia kerja didefinisikan sebagai penduduk dengan usia 15 tahun ke atas dan
dibedakan sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Berdasarkan
lapangan usaha, jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar 584.743 jiwa
yang terdiri dari 358.720 jiwa pekerja laki-laki dan 226.023 jiwa pekerja
perempuan yang sebagian besar bekerja pada sector pertanian yaitu sekitar
47,15% dan pada sector bangunan 7,40% sedangkan sisanya bekerja pada
sector perdagangan, keuangan, industri dan lainnya. Jumlah penduduk usia kerja
yang bekerja menurut lapangan usaha utama di Kecamatan Karangploso dapat
dilihat pada Tabel 2.15.

Tabel 2. 15 Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan


Pekerjaan Utama Dan Jenis Kelamin Tahun 2018

Lapangan
Laki Perempuan Jumlah
Pekerjaan Utama
1 181.925 93.798 275.724
2 6.187 - 6.187
3 25.742 18.203 43.945
4 43.269 1.569 44.838
5 41.634 77.170 118.804
6 17.417 - 17.417
7 5.722 2.296 8.018
8 36.823 32.987 69.810
Jumlah 358.720 226.023 584.743
Sumber : BPS Kecamatan Karangploso

Keterangan :

1 : Pertanian, Kehutanan, Perkebunan


2 : Pertambangan, penggalian
3 : Industri Pengolahan
4 : Bangunan
5 : Perdagangan besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
6 : Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi
7 : Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan, Tanah dan Jasa Perusahaan
8 : Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

58
Tabel 2. 16 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja 10 Tahun Keatas Menurut Jenis
Usaha di Kecamatan Karangploso Tahun 2017

Jenis Usaha Desa Ngijo

Karyawan 22
Petani/ Peternak 1.341
Pedagang 36
Industri 6
Jasa Pertukangan 19
Angkutan 5
Buruh Petani 2.216
Lainnya 3.645
Sumber : Kecamatan Karangploso Dalam Angka, 2018

Tabel 2. 17 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja 10 Tahun Keatas Menurut Jenis


Usaha di Kecamatan Karangploso Tahun 2018

Jenis Usaha Desa Ngijo

Karyawan Pem/TNI 23
Petani/ Peternak 2.231
Pedagang 35
Industri 8
Jasa Pertukangan 19
Angkutan 5
Buruh Petani 1.341
Lainnya 2
Sumber : Kecamatan Karangploso Dalam Angka, 2019

Berdasarkan data mata pencaharian penduduk serta luas lahan maka


aktifitas penduduk kecamatan karangploso didominasi oleh pertanian dan
peternakan serta membutuhkan lahan berpengairan. Berikut Tabel 2.18 luas
lahan sawah komoditas dibidang pertanian dan peternakan

59
Tabel 2. 18 Data Luas Lahan Berpengairan / Tidak Berpengairan

Tidak Sementara Lahan Tidur/


Desa/
Berpengairan tidak Tidak
No Kelurahan Berpengairan Jumlah
Diusahakan Diusahakan Diusahakan
1 Tegalgondo 179.000 - - - 179.400
2 Kapuharjo 169.000 - - - 169.000
3 Ngenep 168.100 - - - 168.100
4 Ngijo 33.600 - - - 33.600
5 Ampeldento 114.400 - - - 114.800
6 Grimoyo 80.000 - - - 80.000
7 Bocek 130.800 - - - 130.800
8 Donowaru 1.036.900 - - - 1.036.900
9 Tawangargo 206400 - - - 206.400
Kecamatan
2.119.000 - - - 2.119.000
Karangploso

B. Ekonomi
1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karangploso
Menurut BPS bahwa Pertumbuhan Ekonomi di Kecamatan Karangploso
dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jumlah
pendapatan dari pajak daerah pada 2018 adalah 133.770,23 juta atau 58,90
Persen dari total pendapatan di Kecamatan Karangploso. Penerimaan dari sektor
pajak daerah menurut jenis pajak meliputi : hotel, restoran, hiburan, reklame,
penerangan jalan, pajak parkir, pajak air tanah, bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan. Penyumbang terbesar pajak berasal dari pajak penerangan jalan
yaitu sebesar 58,8 milyar rupiah. Pertumbuhan ekonomi Kecamatan
Karangploso tahun 2017 mencapai 7,03% dan laju inflasi tahun 2013 adalah 7,14
persen. Secara sektoral hampir semua/sub sector penyusun laju pertumbuhan
ekonomi mengalami peningkatan positif.

Aktivitas perekonomian lokal tidak terlepas dengan ketersediaan


berbagai sarana dan prasarana perekonomian yang meliputi ketersediaan
sarana produksi, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan jaringan lahan,
transportasi pasar dan hal-hal pendukung lainnya Kondisi yang dapat digunakan
untuk menggambarkan aktifitas perekonomian diwilayah studi adalah sebagai
berikut.

60
2. Kegiatan Perekonomian
Kegiatan perekonomian masyarakat lokal di Kecamatan Karangploso
pada umumnya sudah berorientasi pasar. Hasil pendapatan penduduk terutama
dari kegiatan pertanian, peternakan dan perkebunan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri tetapi juga untuk dijual.

3. Tenaga Kerja
Potensi penduduk dan sumber daya manusia yang terampil merupakan
salah satu pendukung dalam proses kegiatan pembangunan wilayah. Penduduk
usia kerja didefinisikan sebagai penduduk dengan usia 15 tahun keatas. Selain
merupakan potensi, tenaga kerja juga dapat menjadi permasalahan saat ini.
Dimana adanya antara jumlah pencari kerja yang lebih besar dari kesempatan
kerja yang tersedia. Berdasarkan data pencari kerja yang tercatat (dari data
BPS) , setiap tahun tidak semua pencari kerja dapat disalurkan dan memperoleh
pekerjaan. Pada tahun 2018 berdasarkan data dari Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kabupaten Karangploso menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja dari
semua tingkatan pendidikan adalah sebesar 6830 jiwa menurun cukup signifikan
dari tahun 2017 sebesar 7290. Meskipun demikian hal ini menunjukan bahwa
pertumbuhan lapangan kerja masih tidak sebanding dengan pertumbuhan
tenaga kerja.

Tabel 2. 19 Jumlah Pencari Kerja Menurut Pendidikan Di Kecamatan


Karangploso Tahun 2018

Pendidikan
Kecamatan
Tamat Tamat Tamat
Diploma Sarjana
SD SLTP SMU
Jumlah Total 2017 68 291 2.515 590 1.506
Jumlah Total 2016 56 305 3273 1.187 3.899
Jumlah Total 2015 132 1.696 7205 670 2.264
Jumlah Total 2014 33 89 10.704 986 3.180
Jumlah Total 2013 3 26 501 219 192
Jumlah Total 2012 37 47 983 557 798
Jumlah Total 2011 11 50 2.459 993 915
Jumlah Total 2010 11 47 1.241 1.135 1.098
Sumber : Kecamatan Karangploso dalam Angka, 2019

4. Produk Domestik Regional Bruto dan Perkembangannya

Produk Domestik Regional Bruto merupakan dasar untuk mengukur nilai


pendapatan yang dihasilkan akibat adanya aktifitas ekonomi oleh penduduk

61
disuatu wilayah, sehingga indicator PRDB ini dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembangunan dan melihat kemampuan perekonomian suatu
wilayah. Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat dilihat dari angka Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi, inflasi, pajak, dan retribusi, pinjaman
dan pelayanan bidang ekonomi. Angka PDRB Kabupaten Malang atas dasar
harga berlaku (ADHB) Kabupaten Malang tahun 2015 mencapai sebesar RP
24.162.395.630.000,- mengalami peningkatan 12,75% dari tahun 2014,
sementara itu PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada
tahun 2012 mencapai angka Rp 9.729.763.690,- mengalami pertumbuhan 7,30%
dari keadaan tahun 2014. Untuk rata pertumbuhan realisasi APBD lima tahun
terakhir cenderung sebagaimana Tabel 2.20.

Tabel 2. 20 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Malang Tahun 2013-2017


Tahun
No Deskripsi
2013 2014 2015 2016 2017

PDRB
1 konstant (struktur
perekonomian) 7.760.790 8.242.948 9.068.212 9.729.763 7.760.790
(Rp.)

Pendapatan
2 Perkapita
Kabupaten/ Kota 7.179.562 7.364.306 7.818.083 8.271.859 7.179.562
(Rp).

Pertumbuhan
3 5,99 6,22 7,12 7,16 5,99
Ekonomi
Sumber : APBD, diolah, 2014

Tabel 2. 21 PDRB Atas dasar Harga Berlaku di Kabupaten Malang , Tahun


2015-2019 (Rp. miliar rupiah)

No Sektor/ Sub Sektor 2017 2018


Pertanian, Kehutanan, Perkebunan,
1 9.091.253,99 10.283.599,83
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 4.152.632,87 4.455.288,64
3 Industri Pengolahan 12.490.707,20 13.650.992,84
4 Pengadaan listrik dan Gas 39.743,04 44.081,60
5 Pengelolaan Air, Sampah, Limbah 26.550,96 28.675,80
6 Konstruksi 6.126.893,08 6.492.134,20
7 Perdagangan Besar dan Eceran 5.490.233,47 5.981.040,72

62
No Sektor/ Sub Sektor 2017 2018
8 Transportasi dan Pergudangan 245.307,97 292.432,25
Penyediaan Akomodasi & Makan
9 362.911,21 425.943,45
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 1.900.029,14 2.086.501,51
11 Real Estate 576.579,28 670.495,10
12 Admin, Pemerintahan, Pertahanan 956.198,27 1.070.717,37
13 Jasa- Jasa 2.374.730,45 2.721.297,98
PDRB 43.833.770,93 48.203.201,29

5. Prasarana dan Fasilitas Umum


a. Industri
Jumlah industri rumah tangga di Kabupaten Malang mengalami
peningkatan dibanding tahun 2014, misalnya : keripik, gula, teh dan lainnya.

b. Listrik
Listrik merupakan fasilitas public yang sangat strategis dalam mendorong
percepatan pembangunan dan pengembangan wilayah. Kelompok rumah tangga
merupakan jumlah pelanggan listrik dari PT PLN terbesar di Kabupaten Malang
yaitu sebesar 233.854 pelanggan. Sedangkan jumlah pemasangan listtrik baru
pada tahun 2014 sebanyak 13.089. Jumlah ini mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 15.767.

Tabel 2. 22 Banyaknya Listrik yang Dibangkitkan dan Disalurkan

No Uraian Satuan 2013 2014 2015


Listrik yg
1 KWh 1.486.896.024 1.461.781.244 1.621.483.991
Dibangkitkan
Listrik yg
2 KWh 1.335.469.165 1.355.469.165 1.499.192.673
Disalurkan
3 Nilai Produksi Rp.000 788.032.593 894.206.513 1.110.531.879

63
c. Air Bersih
Pelanggan air bersih di Kabupaten Malang sebanyak 28.545 pelanggan.
Sedangkan jumlah air minum yang disalurkan sebesar 6.611.377 m³ dengan nilai
Rp 19.558.811 milyar

Tabel 2. 23 Pemakaian Air Bersih PDAM Menurut Lokasi Pemakaian

Rumah
No Kecamatan Hidran Umum Tangki Air
Tangga
1 Donomulyo - - -
2 Kalipare 221 - -
3 Pagak - - -
4 Bantur - - -
5 Gedangan 341 - -
6 Sumbermanjing - - -
7 Dampit 432 - -
8 Tirtoyudo 2.045 - -
9 Ampelgading 1.845 - -
10 Poncokusumo 2.040 - -
11 Wajak - 100 -
12 Turen 1.357 58 -
13 Bululawang 3.467 23 5
14 Gondanglegi 12.031 43 -
15 Pagelaran 1.321 - 4
16 Kepanjen 856 - -
17 Sumberpucung - - -
18 Kromengan 1703 - -
19 Ngajum 365 - -
20 Wonosari 521 - -
21 Wagir - - -
22 Pakisaji 432 - -
23 Tajinan 234 - -
24 Tumpang 321 - -

64
25 Pakis - - 10
26 Jabung 456 - -
27 Lawang 653 98 -
28 Singosari 213 - -
29 Karangploso 435 - -
30 Dau 678 - -
31 Pujon 376 76 -
32 Ngantang 541 - -
33 Kasembon 125 - -
36.222 398 19
35.332 398 17
30.545 395 16
28.285 390 14
26.814 388 11
24.015 386 9

C. Budaya
1. Interaksi sosial
Proses sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang
disebabkan berbagai faktor, antara lain pengaruh kultural, kegiatan ekonomi dan
integritas antara penduduk asli dengan penduduk pendatang. Dalam studi ini
dikaji proses asosiatif (kerjasama), interaksi sosial, akulturasi dan konflik.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menggambarkan kedinamisan
suatu masyarakat.
Perubahan sosial yang cukup penting dalam kaitan ini adalah
menyangkut pandangan masyarakat terhadap pembangunan dan peranan
mereka dalam proses pembangunan tersebut. Sikap kritis masyarakat terhadap
kegiatan pembangunan dianggap berdampak negative terhadap aktivitas sehari-
hari sehingga perlunya solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut

2. Pranata Sosial
Lembaga sosial yang ada diwilayah studi khususnya terdiri dari lembaga
keagamaan, lembaga pendidikan dan lembaga sosial. Lembaga tersebut
terbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Melalui lembaga ini, telah
terbentuk sistem tingkah laku, sistem sosial dan akhirnya terjadi berbagai
perubahan dalam tatanan kehidupan, baik yang bersifat individual maupun dalam
tatanan masyarakat. Kelembagaan yang berkembang dalam masyarakat dapat

65
meliputi kelembagaan formal dan non formal. Lembaga formal berupa aparat
desa dan BPD ( Badan Perwakilan Desa), sedangkan lembaga non formal
berupa lembaga keagamaan (Islam, Kristen, Hindu dan Budha) .
Berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan aktifitas
proyek atau persengketaan lahan yang terjadi memerlukan peranan lembaga
formal dan non formal, sedangkan pendekatan sosial budaya dan keagamaan
sangat mengacu pada peranan lembaga non formal. Oleh karena itu, kerjasama
dan koordinasi serta komunikasi timbal balik yang harmonis antara kelembagaan
masyarakat tersebut sangat penting bagi pemecahan masalah sosial
kemasyarakatan

D. Komponen Lingkungan Kesehatan Masyarakat


1. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah salah satunya
adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat harus didukung
dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kerja kesehatan yang
memadai, baik dari segi jumtah maupun distribusinya. jumlah fasilitas kesehatan
tiap-tiap Puskesmas Karangploso secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.24
di bawah ini.

Tabel 2. 24 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenisnya di Kecamatan

No. Jenis Sarana Jumlah


1 RSU Pemerintah 1
2 RSU Swasta 1
3 Rumah Bersalin 2
4 Pukesmas Pembantu 1
5 Pukesmas Keliling 1
6 Polindes 10
7 Balai Pengobatan Swasta 2
8 Praktek Dokter Swasta 2
9 Praktek Bidan Swasta 3
10 Praktek Perawat 4
Jumlah 27
Sumber : Puskesmas Kecamatan Karangploso, 2019

66
2. Tenaga Kesehatan
Jurnlah tenaga kesehatan yang tersedia sangat berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan yang dilakukan lerhadap masyarakat. Dokter yang
merupakan tenaga medis yang paling utama dalam pelayanan kesehatan mutlak
harus ada. Data yang ada pada tahun 2019, menunjukan bahwa di wilayah
Kecamatan Karangploso terdapat 40 tenaga kesehatan. Berikut ini merupakan
Tabel 2.25 tenaga kesehatan di Puskesmas Karangploso di bawah ini.

Tabel 2. 25 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Karangploso

No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter Spesialis 2
2 Dokter Umum 3
3 Dokter Gigi 2
4 Bidan 8
5 Perawat Kesehatan 7
6 Perawat Gigi 2
7 Perawat Bidan 7
8 Kesling / Sanitasi 2
9 Analisis Laboratorium 1
10 Pengatur Analisis 1
11 Petugas Gizi 2
12 Asisten Apoteker 1
13 Dukun Bayi 2
Jumlah 40
Sumber : Puskesmas Kecamatan Karangploso, 2019

3. Masalah Kesehatan
Status kesehatan masyarakat dapat digambarkan dari dua belas
(12) penyakit Terbanyak yang tercatat di Puskesmas Karangploso selama tahun
2018, penyakit yang selalu ada dan banyak diderita warga Kecamatan
Karangploso adalah penyakit Diare. Data penyakit terbanyak di Kecamatan
Karangploso dapat dilihat pada Tabel 2.26.

67
Tabel 2. 26 Persentase 12 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Karangploso

No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita (%)


1 Diare 15,33
2 Penyakit kulit alergi 13,24
3 Penyakit ISPA 12
4 Penyakit kulit jamur 8,07
5 Penyakit kulit infeksi 8
6 Tukak Lambung 7,73
7 Bronkitis 7,20
8 Asma Bronchial 7
9 Penyakit tekanan darah tinggi 6
10 Disentri 5,76
11 Anemia 5
12 Caries gigi 4,67
Jumlah 100
Sumber : Puskesmas Kecamatan Karangploso, 2019

Penyakit Diare menjadi penyakit paling dominan yang tercatat di


Puskesmas Kecamatan Karangploso pada tahun 2018 dengan persentase
sebesar 15,33%. dari jumlah total 12 penyakit paling dorninan. Sedangkan ISPA
menjadi penyakit paling dominan ketiga dengan persentase 12% diikuti asma
bronchial paling dominan kedelapan dengan persentase 7% dari jumlah total 12
penyakit paling dominan. Penyakit ISPA erat kaitannya dengan kualitas
udara,begitupun astrna bronchial yang juga relalit sering diderita warga yang
merupakan penyakit yang berkembang dalam masyarakat. Potensi penyebaran
penyakit di masyarakat umumnya dipengaruhi oleh lingkungan, meliputi kualitas
udara, kualitas air dan perkembangan vektor penyakit. Resiko kejadian penyakit
saluran pernapasan seperti ISPA dan asma bronchial terkait dengan kualitas
udara di tempat tinggal masyarakat, meliputi kondisi perumahan secara umum,
pencahayaan dan ventilasi. di tambah pencemaran udara di sekitar rumah dan
tempat kerja.

68
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1 Metode Penentuan Besar dan Pentingnya Dampak


3.1.1 Metode Prakiraan Besaran Dampak
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran
dampak adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Metode Prakiraan Besaran Dampak
Komponen Metode Prakiraan Besaran
Parameter
Lingkungan Dampak
Kadar Debu Matematis
Udara Ambien
Kebisingan Matematis
Air Kualitas Air Matematis
Matematis, Profesional
Flora Perubahan Vegetasi
Judgement
Tingkat pengangguran Profesional Judgement
Sosial
Kegiatan ekonomi lokal Profesional Judgement
Perekonomian Pendapatan Profesional Judgement
rumah tangga Aktivitas Warga Profesional Judgement
Proses Sosial Keresahan Masyarakat Profesional Judgement
Persepsi dan Peresepsi dan sikap
Profesional Judgement
Sikap terhadap proyek
Kesehatan Penurunan Kesehatan
Profesional Judgement
Masyarakat Masyarakat

Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena dampak


selanjutnya dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan untuk
mempermudah dalam memprakirakan besaran dampak yang terjadi. Dalam
pengkonversian ke skala kualitas lingkungan diperlukan kehati-hatian penyusun
untuk mengurangi subyektifitas dari tim penyusun. Penentuan skala atau rentang
kualitas lingkungan ini didasarkan oleh NSPM, penelitian terdahulu, maupun
pengalaman dari tim penyusun. Prakiraan besar dampak ditujukan untuk
membandingkan keadaan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah kondisi
proyek dilaksanakan sesuai dengan tahapannya. Prakiraan besar dampak
terhadap aspek lingkungan dalam studi ini akan diuraikan secara berturut-turut
sesuai dengan tahapan proyek yang meliputi, tahap pra konstruksi, tahap
konstruksi, dan tahap operasi. Prinsip dasar dalam dalam prakiraan besarnya
dampak dengan menggunakan pendekatan "Dengan dan Tanpa Proyek".
Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut
Besar Dampak = (TP - RA) - (DP –
RA) Keterangan
RA = Kondisi lingkungan rona awal
ȚP = Kondisi lingkungan tanpa proyek pada tahun tertentu
DP = Kondisi lingkungan dengan proyek pada tahun tertentu

69
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran
dampak dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Metode Prakiraan Besaran Dampak


Metode Prakiraan
Komponen Lingkungan Parameter
Besaran Dampak
Kadar debu Baku mutu
Udara Ambien
Kebisingan Baku mutu
Tingkat Kesempatan
Matematik
Kerja
Perekonomian lokal dan Kesempatan Usaha Analogi
regional Kegiatan Ekonomi Analogi
Penurunan
Analogi
Pengangguran
Perekonomian Rumah
Pendapatan Analogi
Tangga
Protes Sosial Keresahan Masyarakat Analogi
Persepsi dan Sikap
Persepsi dan Sikap Analogi
Terhadap Proyek
Penurunan Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Analogi
Masyarakat

Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena dampak


selanjutnya dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan untuk
mempermudah dalam memprakirakan besaran dampak yang terjadi. Dalam
pengkonversian ke skala kualitas lingkungan diperlukan kehati-hatian penyusun
untuk mengurangi subyektifitas dari tim penyusun. Penentuan skala atau rentang
kualitas lingkungan ini didasarkan oleh NSPM, penelitian terdahulu, maupun
pengalaman dari tim penyusun.
Prakiraan besar dampak ditujukan untuk membandingkan keadaan
kondisi lingkungan sebelum dan sesudah kondisi proyek dilaksanakan sesuai
dengan tahapannya. Prakiraan besar dampak terhadap aspek lingkungan dalam
studi ini akan diuraikan secara berturut-turut sesuai dengan tahapan proyek yang
meliputi, tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi. Pemberian
nilai pada besaran dampak diberi skala 1-5 dengan rincian berikut :
1 = kecil
2 = sedang
3 = cukup besar
4 = besar
5 = sangat besar
Tingkat besarnya dampak ditentukan berdasarkan kecil/besarnya peluang
terjadinya dampak.Peluang kejadian dibuatkan suatu gradasi nilai yang mewakili
gradasi peluang kejadian yang "hampir pasti" sampai dengan "jarang sekali".

70
3.1.2 Metode Prakiraan Kepentingan Dampak
Untuk menentukan sifat pentingnya dampak maka digunakan kriteria
penting atau tidak pentingnya dampak. Batasan kriteria menurut ULJ No. 32
Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 22
(2) adalah:
a. Besamya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan
Pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang luas,
maka kriteria penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang ada di
masyarakat mempunyai posisi/nilai penting. Dampak lingkungan rencana
usaha dan/atau kegiatan yang penentuannya didasarkan pada sendi-sendi
kehidupan pada masyarakat dan jumlah manusia di wilayah studi yang
terkena dampak menjadi penting bilamana "manusia di wilayah studi yang
terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari rencana
usaha dan/atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah
manusia yang menikmati manfaat dari rencana usaha dan/atau kegiatan di
wilayah studi".
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan bersifat penting
bilamana "rencana usaha dan/atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah
yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau
tidak berbalik dampak atau segi kumulatif dampak".
c. Lama dan intensitas dampak berlangsung
Dampak kegiatan dapat berlangsung lama atau dalam waktu singkat pada
setiap tahap pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Atas
dasar pengertian ini maka dampak lingkungan bersifat penting apabila
"rencana usaha dan/atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan
mendasar dari segi lamanya dan intensitas dampak".
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup Iain yang akan terkena dampak
Dikarenakan dampak terhadap komponen lingkungan akan berdampak lanjut
terhadap komponen lingkungan Iainnya, sehingga atas pengertian ini
dampak tergolong penting bila "rencana usaha dan/atau kegiatan
menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan Iainnya yang jumlah
komponennya lebih atau sama dengan komponen yang terkena dampak
primer".
e. Sifat kumulatif dampak
Darnpak suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tergolong berdampak
penting bilamana:
 Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus
sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi Oleh
lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.
 Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat diasimilasi Oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.

71
 Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek
yang saling memperkuat (sinergis).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak bersifat penting bilamana "perubahan yang akan dialami Oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan
intervensi manusia".
g. Kriteria Iain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak bersifat penting bilamana:
 Ilmu pengetahuan dan teknologi/rekayasa sangat sulit diperoleh,
dipelajari dan diterapkan.
 Teknologi yang sulit diterapkan dan tidak didukung teori ilmu
pengetahuan dinilai penting.
Untuk mempermudah dalam penilaian derajat kepentingan dampak maka
digunakan alat bantu penilaian dampak bentuk skala. Masing-masing dampak
lingkungan diberikan skor berdasarkan skala tersebut yang menunjukkan
tingkat kepentingan dampaknya. Batasan kriteria kepentingan dampak
menurut Chafid Fandelli (1992) adalah:
Nilai 1 = kurang penting
Nilai 2 = cukup penting
Nilai 3 = penting
Nilai 4 = lebih penting
Nilai 5 = sangat penting
Kemudian ditentukan derajat pentingnya dampak, yang tergolong dampak
penting jika skalanya penting (3), lebih penting (4), atau sangat penting (5).
Dalarn analisis kepentingan dampak pada studi Amdal ini maka kriteria yang
digunakan seperti pada Tabel 3.3.

72
Tabel 3. 3 Kriteria Kepentingan Dampak

Nilai Rentang Kepentingan

Tidak Penting Penting


No. Faktor Penentu
1 2 3 4 5

1. Jumlah manusia yang akan  Terkena dampak  Terkena dampak  Terkena dampak  Terkena dampak  Terkena dampak
terkena dampak (P) <10% 11-20% 21-30% 31-50% 51%
 Sangat Sedikit  Sedikit  Sedang  Banyak  Sangat Banyak

2. Luas Wilayah persebaran  Sangat sempit  Sempit  Cukup luas  Luas  Sangat luas
dampak (A)  Pada tapak  Desa terkena  Kecamatan  Kabupaten  Luar wilayah
proyek dampak terkena dampak Malang Kabupaten Malang

3. Lama dan intensitas dampak  Dampak sangat  Dampak singkat  Cukup panjang  Panjang  Sangat Panjang
berlangsung (T) singkat  Selama tahap pra  Berlangsung 1-2  Dampak mulai  Dampak sangat
 Saat kegiatan konstruksi tahap pra konstruksi panjang
sampai operasi

4. Banyaknya komponen  Sangat sedikit  Sedikit  Sedang  Banyak  Sangat banyak


lingkungan yang lain yang  0 komponen  1 komponen  2 komponen  3 komponen  Lebih dari 3
terkena dampak (N) lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan komponen
lingkungan

5. Sifat Kumulatif Dampak (C) Antagonistik / Dampak muncul Dampak muncul Dampak muncul Dampak muncul

73
Nilai Rentang Kepentingan

Tidak Penting Penting


No. Faktor Penentu
1 2 3 4 5

saling menetralisir kumulatif relatif kumulatif sedang kumulatif lama kumulatif sangat
singkat lama

6. Berbalik atau tidak Sangat cepat Cepat berbalik Dampak berbalik Dampak tidak Dampak tidak
berbaliknya dampak (R) berbalik agak sukar berbalik efek berbalik efek
dikendalikan majemuk sangat majemuk

7. Kriteria lain sesuai dengan Banyak tersedia Banyak tersedia Tersedia dan sulit Sedikit tersedia Tidak tersedia
perkembangan ikmu dan sangat mudah dan mudah diterapkan dan sangat
pengetahuan dan teknologi diterapkan diterapkan sulit diterapkan

Sumber : Hasil Analisis 2019

74
3.2 Uraian Besaran dan Pentingnya Dampak
3.2.1 Tahap Pra Konstruksi
1. Keresahan Masyarakat
 Besarnya dampak
Indikator yang digunakan untuk memperkirakan keresahan masyarakat ialah
melalui sosialisasi sekaligus penyebaran kuisioner kepada responden. Selain itu juga
dilakukan wawancara dengan pengadaan survei lapang ke pemukiman masyarakat

 Rona Awal (RA)


Sekitar lokasi pembangunan Agroindustri PT Petrokimia Malang, diketahui
bahwa keadaan sosial masyarakat dalam keadaan damai, tentram dan kondunsif.
Masyarakat bersosialisasi baik satu dengan lainnya dimana masih menjunjung
sesuai norma dan nilai kemasyarakatan yang berlaku. Kuisioner yang disiapkan
untuk evaluasi melalui survei dan investigasi dibagikan dan masyarakat
menunjukkan respon positif serta harapan cukup besar terhadap pembangunan
Agroindustri PT Petrokimia (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi masyarakat dibeberapa tahun mendatang akan berjalan normal
dengan adanya peningkatan perkembangan dibeberapa aspek kehidupan sosial
masyarakatnya. Kondisi sosial masyarakat disekitar pembangunan PT Agroindustri
Petrokimia Malang masih menjunjung tinggi norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Norma-norma tersebut antara lain kekeluargaan, kesusilaan, dan
kebersamaan dalam penyelesaian permasalahan sosial. Kondisi masyarakat jika
tidak diadakannya pembangunan PT Agroindustri Petrokimia Malang ini, akan relatif
berjalan sesuai dengan kondisi pada rona awal. Apabila dilakukan skala kualitas
lingkungan, kondisi masyarakat akan akan tergolong pada skor 2 yang diartikan
bahwa kualitasi air masih dalam kondisi baik (TP = 3).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Proses yang dilakukan adalah sosialisasi dan pembagian kuisioner dilakukan pada
tanggal 03 September 2018 Tanggapan yang didapatkan adalah cukup baik.
Masyarakat memberikan respon tinggi dalam kesetujuan terhadap rencana
pembangunan industrI dalam harapan peningkatan kesejahteraan. Harapan tinggi
yang didapatkan dari masyarakat sekitar adalah adanya peningkatan ekonomi
daerah, membantu dalam bisnis dan usaha, membuka peluang usaha, dan
meningkatkan status kesehatan. Pembangunan dilakukan seluas tanah 30 ha
dengan izin lokasi pembebasan lahan untuk rencana pembangunan industrI dan
akses jalan sebesar 194049,6 m2. Keresahan masyarakat pada kondisi lingkungan
dengan kegiatan mendapatkan skor 4. (DP = 4)

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan dari aspek keresahan masyarakat adalah sebagai
berikut :
A = TP – RA = 3-2 =
1 B = DP – RA = 4-2
= 2 C = B – A = 2-1 =
1

75
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C=1), sehingga dampak ini termasuk dampak
positif kecil.

 Penting Dampak
Pada tahap pra konstruksi diperoleh temuan adanya dampak keresahan
masyarakat namun tidak berpengaruh besar (P=2) dengan besar persentase
masyarakat terkena dampak 11-20% di beberapa desa di Kecamatan Karangploso
(A = 2). Dampak ini menyebabkan keresahan yang mempengaruhi sifat masyarakat
(N = 2). Keresahan masyarakat akan muncul selama masa kegiatan pra konstruksi
yaitu selama setahun tahun sehingga butuh waktu singka (T = 2). Dari jumlah
komponen lingkungan yang terkena dampak maka sifar kumulatif dampak muncul
secara relative singkat (C=3). Agar dapat menangani dampak yang disebabkan perlu
didukung dengan teknologi dan komponen lainnya yang mudah diperoleh dan
diterapkan (Te = 2).

Dari skoring yang diberikan maka dampak digolongkan sebagai dampak


penting. Dari hasil analisis yang diperoleh disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat
sekitar lokasi proyek selama pra konstruksi termasuk kategori dampak penting dan
positif kecil.

3.2.2 Tahap Konstruksi


1. Penurunan Tingkat Pengangguran
 Besarnya Dampak
Tingkat pengangguran sendiri menggunakan data statistic dari banyak
pengangguran dari tahun ke tahun. Analisis dilakukan dengan metode analogy yang
merupakan metode mengkaji masalah yang timbul di suatu lokasi yang memiliki
ekosistem yang sama dengan lokasi proyek yang akan diprakirakan dampaknya.

 Rona Awal (RA)


Perekrutan tenaga kerja dapat menurunkan tingkat pengangguran karena
jumlah warga Kabupaten Malang yang encari kerja pada tahun 2017 tercatat sebesar
31.933 jiwa (Malangtimes, 2018). Masyarakat sekitar mayoritas mata
pencahariannya adalah bertani dan beternak. Masyarakat pengangguran masih sulit
untuk mencari lapangan kerja karena terbatasnya lahan untnuk membuka sector
pertanian baru. Ditemukannya juga masyarakat sekitar yang mendirikan warung/took
untuk pendapatan keseharian. Jika digambarkan dalam skala kualitas lingkungan
maka mendapatkan skor 2. (RA = 2)

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi lingkungan tanpa proyek maka diperkirakan tingkat pengangguran
tetap sama seperti kondisi awal. Asumsi tersebut dikarenakan tidak adanya atau
belum adanya kegiatan konstruksi yang berlangsung. Banyak sedikitnya
pengangguran dipengaruhi oleh adanya kegiata yang sedang berlangsung. Dengan
tidak adanya kegiatan konstruksi maka tingkat pengangguran tidak mengalami
perubahan. Jika digambarkan dalam skala kualitas lingkungan maka mendapatkan
skor 1. (TP = 1)

76
 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)
Dengan adanya kegiatan selama masa konstruksi berlangsung, maka
tentunya ada perubahan tingkat pengangguran. Pada tahap konstruksi diperlukan 50
orang untuk tenaga kerja terampil dan 300 orang untuk tenaga kerja biasa.
Perekrutan diutamakan bagi masyarakat sekitar area proyek agar masyarakat ikut
ambil andil dan merasakan manfaat dari pembangunan PT. Petrokimia Malang.
Sehingga mendapatkan skor 2. (DP = 2)

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 1 – 2 = -1
- B = DP – RA = 2 – 2 = 0
- C = B – A = 0 – (-1) = 1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
dengan kegiatan adalah sangat kecil C = 1, sehingga dampak ini termasuk dampak
positif kecil.

 Penting Dampak
Dampak penurunan tingkat pengangguran berpengaruh sangat sedikit jika
dilihat dari faktor manusia yang terkena dampak karena perekruten hanya mencakup
3,2% dari jumlah penduduk sekitar proyek (P = 1). Luas wilayah persebarannya
hanya mempengaruhi desa sekitar lokasi proyek sehingga hanya berpengaruh
sedikit (A = 2). Periode konstruksi sendiri berlangsung selama 2 tahun dan tenaga
kerja yang dibutuhkan hanya selama masa konstruksi berlangsung sehingga dampak
lama dan intensitasnya berupa dampak singkat (T = 2). Dengan adanya perekrutan
tenaga kerja maka dampak lingkungan lain yang terkena dampak adalah dampak
ekonomi dan keresahan masyarakat dehingga dampak termasuk sedang (N = 3).
Sifatnya merupakan kumulatif relative sungkat (C = 2). Karena adanya keresahan
masyarakat terhadap perekrutan tenaga kerja maka dampak inii cepat berbalik (R =
2). Dampak tersebut mudah ditemukan karena cukup banyaknya tingkat
pengangguran di sekitar wilayah proyek (Te = 2)

Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak penurunan tingkat


pengangguran tahap konostruksi termasuk dalam kategori dampak positif kecil dan
penting.

2. Penurunan Kualitas Air


 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas
air adalah parameter fisik, kimia dan biologis berdasarkan pengujian kualitas air di
area persawahan dekat lokasi proyek, bantaran sungai Bodo. Kualitas air
diperkirakan akan mengalami penurunan akibat adanya kegiatan penyiapan lahan
serta pembangunan fisik pabrik yang berlangsung selama 2 tahun.

 Rona Awal (RA)

77
Akuifer pada lokasi proyek memiliki tingkat produktivitas yang beragam,
Untuk Desa Ngijo berada pada akuifer berproduksi sedang, yang merupakan akuifer
dangkal, tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah sampai sedang. Lokasi
pembuangan sampah pada desa Ngijo jauh dari pemukiman penduduk dan disekitar
lokasi hanya terdapat lahan sawah, Badan sungai terletak dibelakang tempat
pembuangan sampah yang jarak nya tidak jauh dari lokasi (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kualitas air pada beberapa tahun mendatang dapat diasumsikan masih sama
seperti kondisi pada rona awal. Perubahan yang tidak terlalu signifikan diprediksi
berdasarkan faktor alamiah dan aktivitas manusia di sekitar. Kondisi tersebut dapat
dilihat dari aktivitas di sekitar lokasi proyek pembangunan adalah lokasi persawahan.
Jika dilakukan skala kualitas lingkungan, kondisi kualitas air akan tergolong pada
skor 3 yang diartikan bahwa kualitasi air masih dalam kondisi baik (TP = 3).

 Kondisi Lingkungan dengan Kegiatan (DP)


Kegiatan penyiapan lahan yang merubah penggunaan lahan sebelumnya
dapat menurunkan kualitas air dimana pada kegiatan tersebut akan menghilangkan
jumlah vegetasi yang berakibat pada sedikitnya resapan air dalam tanah, selain itu
penggunaan alat berat dan alat transportasi dengan mobilitas tinggi dapat
menurunkan kualitas air. Aktivitas basecamp juga berpengaruh dimana pada MCK
dan aktivitas pekerja di dalamnya akan menimbulkan limbah cair yang juga akan
menurunkan kualitas air lingkungan sekitar pembangunan. Sehingga jika ditinjau dari
skala kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 3 (DP = 3).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 3 – 3 = 0
- B = DP – RA = 3 – 2 = 1
-C=B–A=1–0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 1), sehingga dampak ini termasuk dampak
negatif kecil.

 Penting Dampak
Dampak kualitas air berpengaruh sedikit (P=2) apabila dilihat dari jumlah
manusia yang terkena dampak dimana prosentase masyarakat yang terkena
dampak 11 – 20 % dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak kualitas air
terjadi di Desa Ngijo, Desa Girimoyo, Desa Ngenep, Desa Kepuharjo, Desa
Ampeldento serta di sungai yang berada dekat dengan lokasi proyek (A=3).
Perubahan kualitas air akan berlangsung selama tahap konstruksi dan berlangsung
dengan lama kegiatan yaitu 2 tahun sehingga membutuhkan waktu yang singkat
(T=2). Dampak kualitas air mengakibatkan perubahan terhadap 2 komponen (N=3)
yaitu perubahan persepsi dan sikap masyarakat serta keresahan masyarakat.
Berdasarkan banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak
berlangsung kumulatif relatif singkat (C=2), karena perubahan kualitas air

78
berlangsung dalam waktu relatif cepat dan bersifat bisa dikembalikan seperti kondisi
awal maka masuk dalam dampak berbalik agak sukar dikembalikan (R=3). Dampak
tersebut perlu diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan
lingkungan yang ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan tersedia dan mudah
diterapkan (Te=2).

Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak Kualitas Air pada kegiatan Tahap Konstruksi termasuk dalam kategori
sebagai dampak negatif kecil dan penting.

3. Perubahan Tata Ruang Lahan


 Besarnya Dampak
Parameter yang disajikan dalam metode terbagi menjadi dua jenis yaitu
parameter untuk gambaran rona lingkungan dan parameter yang terkena dampak
dan dianggap penting. Parameter untuk gambaran rona awal lingkungan disajikan
dalam bentuk deskripsi berdasarkan pengumpulan data yang didapat. Sedangkan
parameter yang dianggap penting karena terkena dampak maka dilakukan analisis
data setelah terkena dampak. Komponen lingkungan dan parameter harus diamati,
diukur dan dicatat beserta metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan.
Pada PT. Petrokimia Malang, parameter yang dijadikan acuan dalam menganalisis
besarnya perubahan tata ruang lahan adalah Analisis morfologi yang berkaitan
dengan lereng relief

 Rona Awal (RA)


Secara administrasi Kabupaten Malang terbagi menjadi 33 Kecamatan dan
378 Desa serta 12 Kelurahan. Kecamatan Karangploso terdiri dari 9 Desa dengan
total luas wilayah sebesar 58,74 km². Lokasi pembangunan PT. Petrokimia akan
dilaksanakan Desa Ngijo. Luas wilayah Desa Tegalgondo (desa dilokasi kegiatan
terdekat dari lokasi) yang diprakirakan akan terkena dampak secara langsung adalah
2,20 km², dengan jumlah penduduk 6758 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan
Karangploso tahun di 2018 adalah sebesar 81.985 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk rata-rata sebesar 728 jiwa/ km². Selain itu, di daerah ini terdapat lahan
terbuka yang cenderung kritis karena mempunyai kelerengan yang tinggi. Selain itu,
di desa-desa yang terkena dampak terdapat lahan terbuka yang cenderung kritis
karena mempunyai kelerengan yang tinggi, tergolong pada skala 4 (RA =3 ).

 Kondisi Tata Ruang Lahan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi tata ruang lahan ditahun mendatang akan berjalan normal dengan
adanya peningkatan perkembangan dibeberapa aspek kehidupan alamnya. Kondisi
alam disekitar pembangunan PT Agroindustri Petrokimia Malang masih layak untuk
ditinggali oleh masyarakat. Kondisi tersebut antara lain kualitas air, kualitas udara,
kondisi di lahan sekitar yang masih terjamin serta masyarakat yang masih
menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku. Kondisi tata ruang lahan jika tidak
diadakannya pembangunan PT Agroindustri Petrokimia Malang ini, akan relatif
berjalan sesuai dengan kondisi pada rona awal. Apabila dilakukan skala kualitas

79
lingkungan, kondisi bentang alam akan tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa
kondisi tata ruang lahan masih dalam kondisi baik (TP = 3).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Perubahan tutupan lahan pada tahap konstruksi akan berdampak pada
perubahan ekosismtem yang dapat menyebabkan hilangnya beberapa vegetasi
lahan yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan, dan peralatan,
serta persiapan lahan pada tapak proyek. Jenis flora dan fauna di lokasi tapak
proyek dan sekitarnya tidak termasuk dalam jenis yang langka dan harus
dilindungi,Lahan yg digunakan untuk agroindustri ini adalah 30 hektar, yang awalnya
daerah persawahan dan tegalan. Sehingga jika ditinjau dari skala kualitas lingkungan
akan tergolong pada skor (DP = 4).

 Besar Dampak
Dengan adanya perubahan tata ruang lahan dari yang sebelumnya berupa
hutan, sawah dan tegal akan berubah menjadi bentuk bangunan fisik maka dapat
diperhitungkan perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas
lingkungan adalah sebagai berikut:
- A = TP – RA = 3 – 3 = 0
- B = DP – RA = 4 – 3 = 1
- C=B–A= 1–0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah sangat kecil (C =1), sehingga dampak ini termasuk
dampak positif kecil.

 Penting Dampak
Dampak perubahan tata ruang lahan tidak terlalu berpengaruh banyak
(sedikit/P=1) apabila dilihat dari jumlah manusia yang terkena dampak. Penyebaran
wilayah dampak perubahan penggunaan lahan teruatama terjadi di lokasi tapak
proyek yaitu Kabupaten Malang, Kecamatan Karang Ploso tepatnya di Desa Ngijo
yang ada disekitar tapak proyek (A=1). Perubahan penggunaan lahan akan
berlangsung selama tahap konstruksi berlangsung dengan panjang dengan total
selama 2 tahun sehingga membutuhkan waktu yang sangat singkat (T=1). Dampak
perubahan penggunaan lahan mengakibatkan perubahan terhadap lebih dari tiga
komponen (N=5) yaitu keresahan masyarakat, perubahan kualitas udara, kualitas air,
limpasan permukaan dan erosi serta keanekaragaman jenis flora dan fauna.
Berdasarkan banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak
berlangsung kumulatif sedang (C=3). Perubahan penggunaan lahan berlangsung
dalam waktu relatif lama dan bersifat agak sukar dikendalikan (R=3). Dilihat dari
dampak tersebut, perlu diberikan beberapa teknologi tambahan yang dapat
digunakan untuk menyokong kebutuhan lingkungan yang ada yaitu tersedia dan sulit
diterapkan (Te=3).

Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak perubahan tata ruang lahan pada kegiatan tahap konstruksi termasuk
dalam kategori sebagai dampak positif kecil dan penting.

80
4. Peningkatan Kadar Debu
 Besarnya Dampak
Besaran dampak dalam peningkatan kadar debu dapat diketahui dari
besarnya jumlah kadar debu dalam udara ambien yang terjadi yang disebut TSP
(Total Suspended Partikulat). Metode analisis yang digunakan dalam menentukan
besaran dampak tersebut yaitu analisis Gravimetri. Metode analisis ini mengacu
pada Kep.Men LH No.45 Tahun 1997 dan Kep.Ka BAPEDAL No.107 Tahun 1997
dengan acuan baku mutu pada PP No. 41 Tahun 1999.

 Rona Awal (RA)


Kondisi lingkungan saat ini, daerah disekitar pembangunan agroindustri
pupuk PT Petrokimia Malang ini berupa daerah persawahan dan tegalan. Sehingga,
untuk kondisi lingkungannya masih dapat dikatakan minim terhadap adanya sebaran
debu yang berlebihan. Besarnya kadar debu di daerah sekitar pembangunan PT
Petrokimia Malang ini bisa dikatakan kurang 230 ug/Nm 3 dalam jangka waktu 24 jam
dan 90 ug/Nm3 dalam jangka waktu 1 tahun sesuai dengan baku mutu udara ambien
nasional yang terdapat pada PP No. 41 Tahun 1999. Sehingga jika ditinjau dari skala
kualitas lingkungan akan tergolong pada skor (RA=2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi lingkungan tanpa adanya kegiatan pembangunan agroindustri pupuk
PT Petrokimia Malang dapat berupa daerah persawahan dan tegalan yang dapat
dikatakan sama seperti rona awal lingkungannya. Namun, dengan seiring
berjalannya waktu daerah sekitar pembangunan agroindustri pupuk ini dapat juga
beralih fungsi lahan yang semula daerah persawahan dan tegalan menjadi daerah
permukiman penduduk. Sehingga, jika daerah ini menjadi daerah permukiman
penduduk akan berdampak kepada peningkatan kadar debu, karena adanya aktivitas
masyarakat di hunian baru tersebut. Sehingga jika ditinjau dari skala kualitas
lingkungan akan tergolong pada skor (TP=3).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Kondisi lingkungan pada tahap konstruksi akibat kegiatan perataan lahan
dengan luasan 30 Ha akan membawa sebaran debu yang diakibatkan oleh peralatan
konstruksi yang digunakan. Material gedung dan pembuatan jalan juga dapat
mengakibatkan penurunan kualitas udara, persebaran debu, yang dapat
mengganggu kehidupan masyarakat yang berada disekitar lokasi proyek. Selain itu,
lahan yang digunakan sebagai lokasi pembangunan agroindustri pupuk membawa
dampak terhadap peningkatan kadar debu dan hal ini memberikan dampak penting
terhadap penurunan kesehatan masyarakat. Sehingga jika ditinjau dari skala kualitas
lingkungan akan tergolong pada skor (DP=4).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut:
- A = TP – RA = 3 – 2 = 1
- B = DP – RA = 4 – 2 = 2
- C=A–B=2–1=1

81
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 1), sehingga dampak ini termasuk dampak
positif kecil.

 Penting Dampak
Dampak dari peningkatan kadar debu berpengaruh banyak (P = 3) jika dilihat dari
jumlah manusia yang terkena dampak dimana prosentase dari masyarakat yang
terkena dampak ini sebesar 21-30%. Apabila dilihat dari penyebaran wilayah dampak
peningkatan kadar debu ini terjadi di Desa Ngijo, Kecamatan Karangoloso (A = 2)
dan peningkatan kadar debu akan berpengaruh kepada kegiatan pembebasan lahan
yang diperkirakan selesai 2 tahun, yang dalam artian dampak akan berlangsung
singkat (T = 2). Dampak peningkatan kadar debu ini juga akan mempengaruhi 2
komponen lingkungan (N = 3). Jika ditinjau dari sifat kumulatif dampaknya, dampak
yang muncul nilai kumulatifnya terkategorikan sedang (C = 4), hal ini dikarenakan
dampak yang terjadi cepat berbalik (R = 2). Dalam mengangani dampak peningkatan
kadar debu ini dapat diatasi dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang banyak tersedia dan sangat mudah diterapkan (Te = 2).
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka peningkatan kadar debu pada kegiatan tahap konstruksi termasuk dalam
kategori sebagai dampak positif kecil dan penting.

5. Peningkatan Kebisingan
 Besarnya Dampak
Dalam memperkirakan adanya peningkatan kebisingan di daerah proyek dan
pemukiman sekitar proyek, maka dilakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan
menggunakan alat ukur Sound Level Meter terhadap banyaknya kendaraan proyek
dan sebagainya. Baku mutu tingkat kebisingan yang digunakan adalah KepMen LH
No 48 Tahun 1996 dan dibantu dengan menyesuaikan hasil terhadap ketentuan
Menteri Perhubungan.

 Rona Awal (RA)


Keadaan lingkungan di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Grimoyo, Desa
Kepuharjo dan Desa Ampeldento ialah dalam keadaan kondusif, tentram dan asri.
Sebagian besar lahan digunakan sebagai daerah persawahan dan rata-rata mata
pencaharian penduduk setempat sebagai petani sehingga daerah perdesaan tenang
dan yang terdengar hanya suara fauna dan aktivitas sederhana dari masyarakat.
Karena belum adanya interupsi dari pembangunan dan sebagainya, desa-desa
tersebut tergolong Kawasan kondusif dan jauh dari kebisingan karena secara umum
besar kebisingan normal dalam sehari-hari berkisar antara 55 dB sampai 63 dB
(RA=1).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Keadaan lingkungan di daerah Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Grimoyo,
Desa Kepuharjo dan Desa Ampeldento kedepannya tanpa adanya kegiatan
diiasumsikan mayoritas berupa daerah persawahan walaupun tidak sebanyak pada
masa ini. Namun ada kemungkinan besar jika daerah tersebut terjadi pembangunan
seperti perumahan sehingga aka nada aktivitas alat berat dan semacamnya.

82
Keadaan tingkat kebisingan saat daerah berupa perumahan dan permukiman serta
ruang terbuka hijau berkisar 50-55 dB (TP=2).

 Kondisi Lingkugan Dengan Kegiatan (DP)


Pada saat adanya kegiatan, kondisi lingkungan desa-desa tersebut akan
berubah signifikan terhadap besarnya tingkat kebisingan. Jika sebelumnya saat tidak
ada proyek pada masa ini dan mendatang, diasumsikan tingkat kebisingan tidak
mencapai 70 dB. Karena jika suatu industry telah berdiri di Kawasan tersebut tingkat
kebisingan akan mencapai 70 db dimana jika ditetapkan bahwa tingkat kebisingan
tidak boleh melebihi 80 dB karena dapat berdampak merusak kesehatan dari
pendengaran penduduk maupun masyarakat di tempat kegiatan dilakukan (DP=4).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan dari aspek peningkatan kebisingan yaitu
sebagai berikut :
A = TP – RA = 2 – 1 = 1
B = DP – RA = 4 – 1 = 3
C=B–A =3–1=2
Besar perubahan kondisi lingkungan antara tanpa kegiatan dan kondisi
lingkungan dengan adanya kegiatan adalah kecil yaitu C = 2, sehingga dampak ini
termasuk dampak yang cukup penting dan perlu ditanganin dengan benar dan
sesuai prosedur yang berlaku.

 Penting Dampak
Pada tahap konstruksi ditemukan bahwa dampak dari peningkatan
kebisingan mempengaruhi 21% jumlah penduduk di wilayah studi (P=3). Daerah
wilayah yang merasakan dampat yaitu Desa Ngijo seluas 4.15 km 2 (A=2), sedangkan
lama dan intensitas dampak berlangsung cukup panjang selama tahap konstruksi
dan tahap operasi / 2 tahap (T=3). Banyak komponen lingkungan yang terkena
dampak selama tahap konstruksi ada dua yaitu adanya interaksi kepadatan lalu
lintas terhadap peningkatan kebisingan (N=3). Sifat kumulatif dampak yaitu kumulatif
sedang (C=3) dan jika kegiatan ini selesai maka dampak dari kebisingan cepat
berbalik (R=2). Untuk meminimalisir dampak ini tidak tersedia ilmu pengetahuan dan
teknologi (Te=5).
Dari skoring yang diberikan untuk menghitung dampak peningkatan
kebisingan, maka dampak ini tergolong dampak negatif kecil dan dampak penting.

5. Erosi
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak erosi adalah
analisis nilai debit limpasan, curah hujan dan intensias curah hujan. Analisis besaran
dampak dilakukan dengan metode rasional untuk selanjutnya dilakukan penentuan
titik validasi nilai limpasan permukaan di lapangan berdasarkan perbedaan jenis
penggunaan lahan dengan menggunakan Metode USLE.

 Rona Awal (RA)


Dari data curah hujan tahun 2009-2018 tersebut dilokasi studi mengalami
hujan sepanjang tahun kecuali dibulan September, data curah hujan dan intensitas
didapatkan dari BMKG Karangploso.Nilai rata-rata curah hujan sebesar 1 mm/hari,

83
sedangkan curah hujan rata-rata tertinggi berada pada bulan Desember dengan
curah hujan rata-rata mencapai 646,4 mm/hari. Data hari hujan menunjukkan bahwa
pada tahun 2018 pada bulan Desember tercatat hari hujan tertinggi yaitu 30 hari dan
hari terendah terjadi pada bulan September yaitu tanpa ada hari hujan. Berdasarkan
Smith-Ferguson titik iklim Kabupaten Malang memiliki 7 bulan basah dan 2 bulan
kering dengan indeks 0,287 termasuk tipa B (basah) dan menurut Oldeman memiliki
3 bulan basah dan 5 bulan kering termasuk tipe D3, dengan perbandingan luas lahan
dengan nilai debit limpasan permukan dan jika digambarkan dalam skala kualitas
lingkungan, limpasan permukaan pada rona awal ini termasuk dalam skor penilaian
2, yang dapat diartikan bahwa kondisi yang baik (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Dilihat beberapa tahun ke depan tanpa adanya proyek di lokasi sekitar maka
diprediksikan tetap sama atau tidak banyak berubah dari kondisi pada rona awal. Hal
tersebut diasumsikan dari tidak adanya rencana pembangunan yang cukup besar di
sekitar lokasi proyek. Peningkatan jumlah debit limpasan permukaan dipengaruhi
uleh menurunnya jumlah area resapan air serta semakin dikitnya tanaman untuk
menahan terjadinya limpasan permukaan. Jika dilakukan skala kualitas lingkungan,
kondisi akan terjadinya erosi akan tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa
kualitasi air masih dalam kondisi baik (TP = 2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Perubahan kondisi lahan akibat adanya proyek dari kawasan persawahan
menjadi bangunan pabrik akan mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam tanah.
Semakin berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah maka akan terjadi
peningkatan limpasan permukaan dan menyebabkan erosi. Peningkatan jumlah
limpasan permukaan juga akan terjadi pada tahap pra-konstruksi saat kegiatan
pembebasan lahan dimana pada kegiatan tersebut vegetasi akan dihilangkan. Jika
ditinjau dari skala kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 4 (DP = 4).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 4 – 2 = 2
-C=B–A=2–0=2
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 2), sehingga dampak ini termasuk dampak
negatif sedang.

 Penting Dampak
Dampak erosi berpengaruh sedikit (P=2) apabila dilihat dari jumlah manusia
yang terkena dampak dimana presentase masyarakat yang terkena dampak 11-20%
dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak erosi terutama terjadi di tapak
proyek proses kontruksi (A=3). Dampak erosi akan berlangsung selama tahap
konstruksi saja dan berlangsung dengan lama kegiatan yaitu 2 tahun sehingga
membutuhkan waktu yang singkat (T=2). Dampak erosi mengakibatkan perubahan
terhadap 2 komponen (N=3) yaitu kenyamanan lingkungan dan air. Berdasarkan

84
banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak berlangsung
kumulatif realatif singkat (C=2), karena erosi berlangsung dalam waktu singkat maka
masuk dalam dampak berbalik agak sukar dikembalikan (R=3). Dampak tersebut
perlu diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan
yang ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan banyak tersedia dan sangat
mudah diterapkan (Te=1). Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini
termasuk dalam kategori sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar
dan pentingnya dampak, maka dampak erosi pada kegiatan tahap konstruksi
termasuk dalam kategori sebagai dampak negatif sedang dan penting.

7. Kepadatan Lalu Lintas


 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk kepadatan lalu lintas dan data kualitas jalan
yaitu keresahan masyarakat dan presepsi masyarakat.

 Rona Awal (RA)


Kondisi rona awal lingkungan pada tapak proyek yaitu jalur lalu lintas tidak
terlalu padat hal ini dikarenakan jalan tempat proyek yang akan dibangun berdekatan
dengan jalan tol, bukan jalan penghubung antar kota dan terletak cukup jauh dari
perkotaan. Kuantitas kendaraaan yang lalu lalang diperkiraan jumlahnya tidak terlalu
banyak, sehingga tidak terlalu menimbulkan kepadatan lalu lintas. Maka dari
keadaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rona awal tergolong baik dengan
kualitas akses jalan yang baik dan beban jalan tidak terlalu tinggi hanya mobilisasi
truk dan alat berat yang dapat menambah beban jalan (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Seiring dengan berjalannya waktu maka kepadatan lalu lintas akan semakin
membaik walaupun diperkirakan tidak akan berubah dari rona awal yang ada maka
menurut skala kualitas lingkungan adalah kualitas jalan yang baik dengan beban
yang tidak terlalu tinggi (TP =2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Pada tahap konstruksi, mobilitas alat berat dan truk akan mempengaruhi
kualitas jalan yang dilewati dan tingkat kepadatan lalu lintas. Kondisi lokasi
pembangunan PT. Petrokimia Malang di dukung dengan akses jalan yang memadai,
sehingga tidak menimbulkan kepadatan lalu lintas di sekitar jalan desa. Memadainya
akses jalan menuju lokasi proyek membuat tidak ada peningkatan kepadatan lalu
lintas yang dapat memberikan beban dan kekhawatiran tinggi terhadap dampak
kemacetan. Namun dengan mobilitas alat berat akan mempengaruhi kualitas jalan
yang dilewati sehingga menimbulkan kekhawatiran tinggi terhadap dampak
kerusakan jalan.. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas jalan yang dilewati
sehingga skala kualitas lingkungan akan menurun (DP=3).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :

85
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 3 – 2 = 1
- C=B–A=1–0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah cukup besar (C = 1), sehingga dampak ini termasuk
dampak positif kecil.

 Penting Dampak
Peningkatan kepadatan lalu lintas diperkirakan pada ruas jalan utama yang
mengarah ke tol dan ruas jalan yang memiliki fungsi sebagai jalan penghubung ke
lokasi pabrik, sehingga jumlah manusia yang terkena dampak relatif sedikit karena
jumlah kepadatan lalu lintas tidak terlalu tinggi (P=2). Luas wilayah terkena dampak
relatif sempit hanya beberapa desa yang berada di ruas jalan utama yaitu Desa Ngijo
(A=2), lama dampak berlangsung singkat yaitu selama tahap kontruksi (T=2).
Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak kepadatan lalu lintas adalah
persepsi dan sikap masyarakat (N=2). Kumulatif dampak relatif lama karena
kepadatan lalu lintas sebelum adanya proyek tidak terlalu tinggi (C=3), dampak ini
cepat berbalik apalagi pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung (R=2).
Penanganan dampak kepadatan lalu lintas tidak memerlukan teknologi namun
memerlukan rekayasa lalu lintas (Te=2).
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak tidak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya
dampak, maka dampak kepadatan lalu lintas pada kegiatan belajar-mengajar
termasuk dalam kategori sebagai dampak positif kecil dan tidak penting.

3.2.3 Tahap Operasi


1. Peningkatan Kadar Debu
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak peningkatan kadar
debu adalah analisis peningkatan kadar debu (TSP) saat kegiatan mobilisasi
material, tenaga kerja. Analisis besaran dampak dilakukan dengan baku mutu dan
analisis evaluatif.

 Rona Awal (RA)


Pengujian terhadap kadar debu di lokasi tanpa proyek didapatkan hasil
sebesar 104 μg/m3, sedangkan kadar debu di lokasi permukiman sebesar 90.9
μg/m3. Hasil pengujian tersebut masih dibawah standar baku mutu yaitu 260 μg/m3.
Secara umum kondisi kadar debu (TSP) di lokasi rencana tapak kegiatan kondisinya
masih sangat bagus, dimana masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Jika
digambarkan dalam skala kualitas lingkungan, tigkat kadar debu pada rona awal ini
termasuk dalam skor penilaian 2, yang dapat diartikan bahwa kondisi yang baik (RA
= 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi lingkungan tanpa adanya proyek maka peningkatan kadar debu
dapat diprediksi tetap sama seperti kondisi awal. Hal tersebut diasumsikan dari tidak
adanya kegiatan operasional yang menghasilkan debu yang cukup besar di sekitar

86
lokasi proyek. Partikulat debu hanya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan iklim
(kemarau) dimana pengaruh angin dan kendaraan yang lewat.(TP = 2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Beberapa kegiatan selama proses operasional dapat menimbulkan
peningkatan terhadap kadar debu. Peningkatan kadar debu dapat disebabkan oleh
mobilitas kendaraan material serta, proses pembuatan pupuk dimana partikulat debu
dari tanah akan banyak yang terangkat ke udara. Walaupun demikian dengan tidak
banyaknya aktivitas lain disekitar lokasi proyek serta jarak perumahan terdekat juga
cukup jauh serta kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi menyebabkan skala
kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 3 (DP = 3).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 3 – 2 = 1
- C=B–A=1–0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
dengan kegiatan adalah kecil (C = 1), sehingga dampak ini termasuk dampak positif
kecil.

 Penting Dampak
Dampak peningkatan kadar debu berpengaruh sedikit (P=2). Penyebaran
wilayah dampak kualitas terutama terjadi di Kecamatan Karangploso (A=3).
Peningkatan kadar debu akan berlangsung selama tahap operasional dan
berlangsung dengan lama kegiatan yaitu 15 tahun sehingga membutuhkan waktu
yang cukup panjang (T=3). Dampak kualitas air mengakibatkan perubahan terhadap
4 komponen (N=5) yaitu perubahan persepsi dan sikap masyarakat serta keresahan
masyarakat, kenyaman lingkungan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak berlangsung
kumulatif relatif singkat (C=2), karena peningkatan kadar debu berlangsung dalam
waktu relatif cepat dan bersifat bisa dikembalikan seperti kondisi awal maka masuk
dalam dampak berbalik agak sukar dikembalikan (R=3). Dampak tersebut perlu
diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan yang
ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan banyak tersedia dan mudah diterapkan
(Te=1).
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak peningkatan kadar debu pada kegiatan tahap operasional termasuk
dalam kategori sebagai dampak positif kecil dan penting.

2. Peningkatan Kebisingan
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk mengukur besar dampak peningkatan
kebisingan adalah banyaknya kendaraan proyek dan umum yang melewati jalanan di
sekitar lokasi Pembangunan keluar masuk. Analisis besaran dampak dilakukan
dengan baku mutu dan analisis indeks kebisingan.

87
 Rona Awal (RA)
Kondisi kualitas udara di lokasi kegiatan pada saat sebelum dilakukan
kegiatan (kondisi rona lingkungan awal) adalah baik, hal ini dapat dilihat dari hasil uji
kebisingan dimana untuk semua titik lokasi pengamatan masih dibawah baku mutu
yang dipersyaratkan. Jalan akses yang ada sekarang kondisi lalu lintasnya relatif
sepi. Jenis kendaraan yang melewati jalan ini lebih banyak berupa kendaraan
pribadi, kendaraan umum penumpang, serta sepeda motor. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kondisi awal sebelum ada kegiatan kondisinya secara umum adalah baik
(RA=4).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek (TP)


Kondisi tanpa proyek, tanpa adanya kegiatan operasional pembangunan,
kondisi kebisingan akan relatif sama karena tidak ada aktivitas kegiatan yang dapat
merubah kondisi kualitas kebisingan secara umum. Aktivitas yang menimbulkan
pengaruh dari kualitas kebisingan adalah dari peningkatan aktivitas transportasi. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa kondisi relatif sama dengan kondisi rona awal. Tingkat
kebisingan dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai dikisaran 33,2-39,2 dB (A)
(TP=4).

 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek (DP)


Kegiatan mobilitas material, peralatan, mesin, dan tenaga kerja pada tahap
operasional diprakirakan akan meningkatkan kadar kebisingan. Hal ini terjadi selain
diakibatkan jumlah kendaraan yang digunakan cukup banyak, juga karena aktivitas
yang relatif tinggi dari kendaraan-kendaraan dan mesin tersebut. (DP=3).
Perubahan kondisi lingkungan dengan proyek dan tanpa proyek adalah
dengan dilaksanakannya kegiatan operasional dimana terjadi mobilitas kendaraan
yang mengangkut material, peralatan, mesin, dan tenaga kerja operasional, maka
tingkat kebisingan juga terjadi pada saat mesin operasional beroperasi. Kebisingan
pada jarak sekitar 15 m dapat mencapai sekitar 80 dB (A).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 4 – 4 = 0
- B = DP – RA = 3 – 4 = -1
- C = B – A = -1 – 0 = -1
Perubahan kondisi lingkungan dengan proyek dan tanpa proyek adalah
dengan dilaksanakannya kegiatan operasional dimana terdapat penggunaan alat
transportasi material, mesin, dan alat berat yang menyebabkan mengeluarkan bising
, seperti hasil análisis di atas. Dilihat besar dampak (C = -1) maka dampak ini
termasuk dalam kategori dampak negatif kecil.

 Pentingnya Dampak
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak langsung sedikit, meliputi pekerja
dan sejumlah warga masyarakat yang berada di sekitar lokasi tapak proyek (P = 2).
Luas wilayah sebaran dampak terjadi pada lokasi tapak proyek dan wilayah terdekat
di sekitarnya (A = 3). Lamanya dampak berlangsung Sedang dengan Intensitas

88
dampak Singkat yaitu berlangsung pada tahap Operasional (T = 2). Banyaknya
komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak sedikit yaitu komponen
lingkungan sosial budaya (N = 2). Sifat kumulatif dampak bersifat kumulatif singkat
(C = 2). Sifat dampak cepat berbalik dan dapat dipulihkan dengan peredam
kebisingan (R = 2). Dilihat dari pentingnya dampak, maka dampak Penurunan
Kualitas Udara dan kebisingan ini termasuk dampak penting. Teknologi yang
digunakan dapat berupa memberikan penutup sebagai ruangan kedap suara (TE=2)
Berdasarkan hasil analisis besar dan derajat kepentingan dampaknya, maka dampak
Peningkatan kebisingan pada kegiatan operasional pabrik termasuk dalam kategori
sebagai dampak negatif kecil dan penting.

3. Perubahan Kualitas/Kuantitas Air


 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas
air adalah parameter fisik, kimia dan biologis berdasarkan pengujian sampel air
permukaan di area persawahan di dekat lokasi proyek, bantaran sungai dan dari
pemukiman warga yang terletak 500 m dari lokasi proyek. Perubahan
kualitas/kuantitas air diperkirakan akan mengalami penurunan akibat adanya
kegiatan operasi pabrik yang berlangsung selama 15 tahun.

 Rona Awal (RA)


Pengujian terhadap kualitas air menunjukkan hasil pada parameter fisik
dengan nilai TDS yang masih dibawah baku mutu yaitu 680 mg/l dimana baku mutu
yaitu sebesar 1500 mg/l. Selain itu pada parameter kimia dengan kandungan zat
organik (KmnO4) yang masih dibawah baku mutu yaitu 4,49 mg/l dimana baku mutu
yaitu sebesar 10 mg/l. Parameter Biologi dilakukan pengamatan pada total coliform
dimana didapat hasil sebesar 10.9 MPN/ml dimana baku mutu sebesar 50 MPN/ml.
Jika digambarkan dalam skala kualitas lingkungan, kualitas air sumur pada rona awal
ini termasuk dalam skor penilaian 2, yang dapat diartikan bahwa kondisi air tanah
baik (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kualitas air pada beberapa tahun mendatang dapat diasumsikan masih sama
seperti kondisi pada rona awal. Perubahan yang tidak terlalu signifikan diprediksi
berdasarkan faktor alamiah dan aktivitas manusia di sekitar. Kondisi tersebut dapat
dilihat dari aktivitas di sekitar lokasi operasi pabrik adalah areal persawahan dan
masih sedikit pemukiman yang ada. Jika dilakukan skala kualitas lingkungan, kondisi
kualitas air akan tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa kualitas air masih
dalam kondisi baik (TP = 2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Kegiatan produksi pupuk dapat menurunkan kualitas air dimana pada
kegiatan tersebut akan memakai air dalam skala besar sehingga mempengaruhi
kuantitas air serta memproduksi limbah cair yang berakibat pada perubahan kualitas
air di sekitarnya, selain itu kegiatan pengelolaan limbah cair dapat menurunkan
kualitas air. Aktivitas pelayanan umum juga berpengaruh dimana pada MCK dan
aktivitas pekerja di dalamnya akan menimbulkan limbah cair yang juga akan

89
menurunkan kuantitaas maupun kualitas air lingkungan sekitar. Sehingga jika ditinjau
dari skala kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 4 (DP = 4).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 4 – 2 = 2
- C=B–A=2–0=2
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 2), sehingga dampak ini termasuk dampak
positif sedang.

 Penting Dampak
Dampak kualitas air berpengaruh sedang (P=3) apabila dilihat dari jumlah
manusia yang terkena dampak dimana prosentase masyarakat yang terkena
dampak 21 – 30 % dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak kualitas
terutama terjadi di Kecamatan Karangploso serta di sungai yang berada dekat
dengan lokasi proyek (A=3). Perubahan kualitas air akan berlangsung selama tahap
operasi dan berlangsung dengan lama kegiatan yaitu 15 tahun sehingga
membutuhkan waktu yang cukup panjang (T=3). Dampak kualitas air mengakibatkan
perubahan terhadap 2 komponen (N=3) yaitu perubahan persepsi dan sikap
masyarakat serta keresahan masyarakat. Berdasarkan banyaknya komponen
terkena dampak maka sifat kumulatif dampak berlangsung kumulatif relatif singkat
(C=2), karena perubahan kualitas air berlangsung dalam waktu relatif cepat dan
bersifat bisa dikembalikan seperti kondisi awal maka masuk dalam dampak berbalik
agak sukar dikembalikan (R=3). Dampak tersebut perlu diberikan teknologi
tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan yang ada, beberapa
teknologi yg dapat digunakan tersedia dan mudah diterapkan (Te=2).
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak Kualitas Air pada kegiatan Tahap operasi termasuk dalam kategori
sebagai dampak positif sedang dan penting.

4. Penurunan Kualitas Udara


 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas
udara adalah analisis kondisi kualitas udara ambient dan emisi dari kegiatan
mobilisasi peralatan, kendaraan tenaga kerja, dan material. Analisis besaran dampak
dilakukan dengan baku mutu dan analisis indeks kualitas udara.

 Rona Awal (RA)


Pada pengujian kualitas udara di lokasi proyek didapatkan hasil sebesar 89
µg/m dan kemudian pada lokasi permukiman sebesar 72,5 µg/m 3. Hasil pengujian
3

tersebut masuk dalam kategori sedang yaitu Tingkat Kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitif dan nilai estetik. Secara umum kondisi kualitas udara di

90
lokasi kegiatan, kondisi masih bagus bagi manusia, namun bagi tumbuhan yang
memiliki sensitif terhadap udara akan berdampak layu atau mati. Jika digambarkan
dalam skala kualitas lingkungan, tingkat kadar debu rona awal ini masuk dalam skor
penilaian 2, yang diartikan bahwa kondisi yang baik (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi lingkungan tanpa adanya proyek maka peningkatan kualitas udara
dapat diprediksi tetap sama seperti kondisi awal. Hal tersebut diasumsikan dari tidak
adanya rencana pembangunan yang cukup besar di sekitar lokasi proyek. Partikulat
debu hanya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan iklim (kemarau) dimana pengaruh
angina dan kendaraan yang lewat. Jika dilakukan skala kualitas lingkungan, kondisi
kualitas udara akan tergolong pada skor yang diartikan bahwa kualitas udara masih
dalam kondisi baik (TP = 2)

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan


Hasil beberapa kegiatan selama proses konstruksi dapat menimbulkan
peningkatan terhadap kualitas udara. Peningkatan kualitas udara dapat disebabkan
oleh mobilitas kendaraan pabrik, proses penyiapan lahan, produksi pupuk, serta
kendaraan karyawan dimana partikulat debu dari tanah dapat terangkat ke udara.
Walaupun demikian dengan tidak banyaknya aktivitas lain disekitar lokasi pabrik
serta jarak perumahan terdekat juga cukup jauh dan kecepatan angina yang tidak
terlalu tinggi menyebabkan skala kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 3 (DP
= 3)

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
‒ A = TP – RA = 2 – 2 = 0
‒ B = DP – RA = 3 – 2 = 1
‒ C=B– A=1– 0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
dengan kegiatan adalah kecil (C = 1), sehingga dampak ini termasuk dampak positif
kecil.

 Penting Dampak
Dampak kualitas udara tidak terlalu berpengaruh banyak (P=1). Jumlah
masyarakat yang dapat terkena dampak bisa 30-45% dari total penduduk (A=3),
karena penyebaran udara cukup cepat, dan dihirup oleh manusia setiap saat.
Perubahan yang akan didapatkan selama masa operasi berjalan selama 15 tahun
(T=4), dan bisa dapat berdampak pada kategori selanjutnya yaitu tidak sehat dimana
berdampak merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau
bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika. Pada kualitas udara
dapat menimbulkan banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
seperti kesehatan masyarakat dan keresahan masyarakat (N=3). Berdasarkan
banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak berlangsung
kumulatif relatif singkat (C=2), karena perubahan kualitas udara berlangsung dalam
waktu relatif cukup cepat dan bersifat bisa dikembalikan seperti kondisi awal maka

91
masuk dalam dampak berbalik agak sukar dikembalikan (R=3). Dampak tersebut
perlu diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan
yang ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan tersedia dan sulit diterapkan
(Te=3), karena untuk mengubah kualitas udara yang bagus dan singkat didapatkan
teknologi dan pengolahan debu/ambien yang dilepas kembali ke udara memiliki
perizinan dan harga mahal.
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak Kualitas Udara pada kegiatan Tahap operasi termasuk dalam kategori
sebagai dampak positif kecil dan penting.

5. Kesehatan Masyarakat
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan kesehatan masyarakat
adalah analisis kondsi kesehatan, layanan kesehatan dan data penyakit penduduk
sekitar. Analisis besaran dampak dilakukan menggunakan metode analogi.

 Rona Awal (RA)


Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang menunjukkan
bahwa tercatat 12 jenis penyakit di Kecamatan Karangploso. Dari jumlah kasus
tersebut penyakit yang paling banyak terjadi adalah Diare dengan jumlah penderita
sebanyak 15,33%. Meskipun demikian, Kecamatan Karangploso sendiri memiliki
jumlah fasilitas kesehatan berupa RSU pemerintah berjumlah 1, RSU Swasta
berjumlah 1 dan jika digambarkan dalam skala kualitas lingkungan, kesehatan
masyarakat pada rona awal ini termasuk dalam skor penilaian 2, yang dapat
diartikan bahwa kondisi yang baik (RA = 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi kesehatan masyarakat pada beberapa tahun mendatang dapat
diasumsikan masih sama seperti kondisi pada rona awal. Perubahan yang tidak
terlalu signifikan diprediksi berdasarkan faktor alamiah dan aktivitas manusia.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari kegiatan masyarakat sekitar dimana terdapat
lokasi persawahan dan belum adanya kegiatan operasional pabrik pada lokasi
tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Jika dilakukan skala kualitas lingkungan,
kondisi kualitas air akan tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa kualitas air
masih dalam kondisi baik (TP = 2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Perubahan kondisi alam akibat adanya proyek dari semula adalah kawasan
persawahan menjadi bangunan pabrik diprediksi akan mengganggu kesehatan
masyarakat sekitar. Beberapa kegiatan seperti kegiatan produksi pupuk serta
mobilisasi bahan baku dapat menimbulkan penyakit terutama yang berkaitan dengan
saluran pernapasan seperti ISPA. Selain itu adanya pembuangan limbah cair ke
lingkungan sekitar juga dapat mencemari aliran sungai yang akan berpengaruh pada
kesehatan masyarakat yang seperti penyakit diare. Terjadinya pencemaran yang
terjadi baik pada udara dan air akan menyebabkan peningkatan jumlah masyarakat
yang menderita penyakit. Jika ditinjau dari skala kualitas lingkungan akan tergolong
pada skor 4 (DP = 4).

92
 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 4 – 2 = 2
- C=B–A=2–0=2
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 2), sehingga dampak ini termasuk dampak
positif sedang.

 Penting Dampak
Dampak limpasan permukaan berpengaruh sedikit (P=2) apabila dilihat dari
jumlah manusia yang terkena dampak dimana prosentase masyarakat yang terkena
dampak 21-30 % dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak limpasan
permukaan terutama terjadi di Kecamatan Karangploso (A=3). Penurunan kesehatan
masyarakat akan berlangsung selama tahap operasi saja dan berlangsung dengan
lama kegiatan yaitu 15 tahun sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang
(T=3). Dampak kesehatan masyarakat mengakibatkan perubahan terhadap 2
komponen (N=3) yaitu perubahan persepsi dan sikap masyarakat serta keresahan
masyarakat. Berdasarkan banyaknya komponen terkena dampak maka sifat
kumulatif dampak berlangsung kumulatif sedang (C=3), karena limpasan permukaan
berlangsung dalam waktu sedang maka masuk dalam dampak berbalik agak sukar
dikembalikan (R=3). Dampak tersebut perlu diberikan teknologi tambahan untuk
dapat menyokong kebutuhan lingkungan yang ada, beberapa teknologi yg dapat
digunakan banyak tersedia dan mudah diterapkan (Te=2).
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka kesehatan masyarakat pada kegiatan tahap operasi termasuk dalam
kategori sebagai dampak positif sedang dan penting.

3.2.4 Tahap Pasca Operasi


1. Peningkatan Jumlah Pengangguran
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak peningkatan
jumlah pengangguran adalah jumlah masyarakat yang tidak bekerja dan tidak
berwirausaha, dampak ini timbul akibat adanya pelepasan tenaga kerja di PT.
Petrokimia Malang. Besarnya dampak peningkatan jumlah pengangguran
diprakirakan dengan metode analogi yang berdasarkan pada pengamatan data yang
ada di lapangan.

 Rona Awal (RA)


Berdasarkan lapangan usaha, jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar
584.743 jiwa yang terdiri dari 359.720 jiwa pekerja laki-laki dan 226.023 jiwa pekerja
perempuan yang sebagian besar bekerja pada sector pertanian yaitu sekitar 47,15%
dan pada sector bangunan 7,40% sedangkan sisanya bekerja pada sector
perdagangan, keuangan, industri dan lainnya. Sedangkan mata pencaharian

93
penduduk serta luas lahan maka aktifitas penduduk kecamatan karangploso
didominasi oleh pertanian dan peternakan serta membutuhkan lahan berpengairan
dan tergolong pada skala 4 (RA=3).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk dengan usia 15 tahun keatas.
Berdasarkan data pencari kerja yang tercatat (dari data BPS) , setiap tahun tidak
semua pencari kerja dapat disalurkan dan memperoleh pekerjaan. Pada tahun 2018
berdasarkan data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Karangploso
menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja dari semua tingkatan pendidikan adalah
sebesar 6830 jiwa menurun cukup signifikan dari tahun 2017 sebesar 7290.
Meskipun demikian hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan lapangan kerja masih
tidak sebanding dengan pertumbuhan tenaga kerja. Maka berdasarkan skala
kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 4 (TP=3).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Setelah kegiatan pasca operasi PT Petrokimia Malang akan melepaskan 446 tenaga
kerja. Hal tersebut tentunya akan mampu meningkatkan jumlah pengangguran.
Sehingga jika ditinjau dari skala kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 5
(DP=5).

 Besar Dampak
Dengan adanya pelepasan tenaga kerja akan mampu meningkatkan jumlah
pengangguran sebesar 100 % maka dapat diperhitungkan perubahan kondisi
lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan adalah sebagai berikut:
‒ A = TP – RA = 3 – 3 = 0
‒ B = DP – RA = 5 – 3 = 2
‒ C=B– A=2– 0=2
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah sedang (C = 2), sehingga dampak ini termasuk
dampak negatif sedang.

 Penting Dampak
Dampak peningkatan jumlah pengangguran tidak berpengaruh banyak (tidak
penting banyak/P=1) apabila dilihat dari jumlah manusia yang terkena dampak dimana
presentase kebutuhan tenaga kerja sebesar  0.53% atau <10% dari total penduduk.
Penyebaran wilayah dampak peningkatan jumlah pengangguran terutama terjadi di
lokasi tapak yaitu Kecamatan Karangploso yang ada disekitar tapak proyek (A=0),
dikarenakan proses pelepasan tenaga kerja berlangsung saat kegiatan maka dampak
penurunan tingkat pengangguran berlangsung sangat singkat (T=1) dengan waktu
berlangsungnya dampak selama  1 tahun. Dampak peningkatan jumlah
pengangguran mengakibatkan perubahan terhadap dua komponen (N=3) yaitu
keresahan masyarakat dan perekonomian lokal, karena apabila peningkatan jumlah
pengangguran bisa dirasakan langsung maka keresahan masyarakat menjadi positif,
sedangkan perekonomian lokal tentunya akan menjadi perubahan yang negatif
tentunya dengan peningkatan jumlah pengangguran maka tingkat pendapatan wilayah
akan menurun. Berdasarkan banyaknya komponen terkena dampak maka sifat

94
kumulatif dampak berlangsung relatif singkat (C=2) karena pelepasan tenaga keja
dilakukan pada waktu singkat, sehingga dampak ini cepat berbalik (R=2) dan tidak
memerlukan teknologi dalam penanganan dampak tersebut (Te=1).
Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak lapangan pekerjaan pada kegiatan tahap pasca operasi termasuk
dalam kategori sebagai dampak negatif sedang dan penting.

2. Keresahan Masyarakat
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak. Timbulnya
keresahan masyarakat kondisi sosial masyarakat. Analisis ini bersifat deskriptif
evaluatif.

 Rona Awal (RA)


Kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi tapak proyek dapat dikatakan
damai dan kondusif, dimana masyarakat hidup rukun dan berdampingan satu
dengan lainnya tanpa adanya gejolak sosial yang mengganggu kehidupan
masyarakat. Pola interaksi antar individu dan antar kelompok masih menjunjung
tinggi nilai dan norma sosial yang berlaku. Keresahan masyarakat pada rona awal ini
termasuk dalam skor penilaian 2, yang dapat diartikan bahwa kondisi yang baik (RA
= 2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Kondisi masyarakat pada beberapa tahun mendatang memiliki
perkembangan yang dinamis dengan pengaruh dari beberapa aspek kehidupan
sosial bermasyarakat. Pola interaksi masyarakat dan kultur budaya berperan penting
dalam menciptakan kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi pembangunan.
Kondisi sosial kemasyarakatan di sekitar lokasi pembangunan PT Petrokimia Malang
masih menjunjung tinggi nilai-nilai norma sosial, mengutamakan pendekatan
kekeluargaan dan kebersamaan dalam penyelesaian permasalahan sosial.
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan PT Petrokimia Malang, kondisi sosial
masyarakat pada masa mendatang ini masih relatif sama dengan kondisi rona awal.
Jika dilakukan skala kualitas lingkungan, kondisi keresahan masyarakat akan
tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa keresahan masyarakat masih dalam
kondisi baik (TP = 3).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Pelepasan tenaga kerja mendapat tanggapan yang cukup beragam dari
warga sekitar. Beberapa tanggapan yaitu terkait hilangnya pekerjaan masyarakat. PT
Petrokimia Malang selaku pemilik proyek akan memberikan tunjangan kepada
seluruh tenaga kerja yang dilepas. Pemberian tunjangan kepada seluruh tenaga
kerja tersebut dilakukan secara langsung oleh staff PT Petrokimia guna menghindari
terjadinya konflik sosial. Jika ditinjau dari skala kualitas lingkungan akan tergolong
pada skor 2 (DP = 2).

95
 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut:
- A = TP – RA = 3 – 2 = 1
- B = DP – RA = 2 – 2 = 0
-C=B–A=1–0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 1), sehingga dampak ini termasuk
dampak positif kecil.

 Penting Dampak
Dampak keresahan masyarakat berpengaruh sedikit (P=2) apabila dilihat dari
jumlah manusia yang terkena dampak dimana prosentase masyarakat yang terkena
dampak 21-30% dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak keresahan
masyarakat terutama terjadi di Desa Ngijo (A=1). Keresahan masyarakat akan
berlangsung selama tahap pasca operasi saja dan berlangsung dengan lama
kegiatan yaitu 1 tahun sehingga membutuhkan waktu yang cukup singkat (T=2).
Dampak keresahan masyarakat mengakibatkan perubahan terhadap 1 komponen
(N=2) yaitu perubahan persepsi dan sikap masyarakat. Berdasarkan banyaknya
komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak berlangsung kumulatif
sedang (C=3), karena keresahan masyarakat berlangsung dalam waktu singkat
maka masuk dalam dampak sangat cepat berbalik (R=1). Dampak tersebut perlu
diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan yang
ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan banyak tersedia dan mudah diterapkan
(Te=2).

Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka kesehatan masyarakat pada kegiatan tahap konstruksi termasuk dalam
kategori sebagai dampak positif kecil dan penting.

3. Peningkatan Kadar Debu


 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak peningkatan kadar
debu adalah analisis peningkatan kadar debu (TSP) saat kegiatan mobilisasi
peralatan, tenaga kerja, dan material. Analisis besaran dampak dilakukan dengan
baku mutu dan analisis evaluatif.

 Rona Awal (RA)


Pengujian terhadap kadar debu di lokasi tanpa proyek didapatkan hasil
sebesar 104 μg/m3, sedangkan kadar debu di lokasi permukiman sebesar 90.9
μg/m3. Hasil pengujian tersebut masih dibawah standar baku mutu yaitu 260 μg/m3.
Secara umum kondisi kadar debu (TSP) di lokasi rencana tapak kegiatan kondisinya
masih sangat bagus, dimana masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Jika
digambarkan dalam skala kualitas lingkungan, tigkat kadar debu pada rona awal ini
termasuk dalam skor penilaian 2, yang dapat diartikan bahwa kondisi yang baik (RA
= 2).

96
 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)
Kondisi lingkungan tanpa adanya proyek maka peningkatan kadar debu
dapat diprediksi tetap sama seperti kondisi awal. Hal tersebut diasumsikan dari tidak
adanya rencana pembongkaran bangunan yang di sekitar lokasi proyek. Partikulat
debu hanya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan iklim (kemarau) dimana pengaruh
angin dan kendaraan yang lewat. Jika dilakukan skala kualitas lingkungan, kondisi
kualitas air akan tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa kualitasi air masih
dalam kondisi baik (TP = 2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Beberapa kegiatan selama proses pasca operasi dapat menimbulkan
peningkatan terhadap kadar debu. Peningkatan kadar debu dapat disebabkan oleh
mobilitas kendaraan serta, proses alih fungsity lahan, serta kegiatan pembongkaran
bangunan PT Petrokimia Malang dimana partikulat debu dari tanah akan banyak
yang terangkat ke udara. Walaupun demikian dengan tidak banyaknya aktivitas lain
disekitar lokasi proyek serta jarak perumahan terdekat juga cukup jauh serta
kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi menyebabkan skala kualitas lingkungan
akan tergolong pada skor 3 (DP = 3).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 3 – 2 = 1
-C=B–A=1–0=1
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 1), sehingga dampak ini termasuk dampak
negatif kecil.

 Penting Dampak
Dampak peningkatan kadar debu berpengaruh sedikit (P=2) apabila dilihat
dari jumlah manusia yang terkena dampak dimana prosentase masyarakat yang
terkena dampak 11-20 % dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak kualitas
terutama terjadi di Desa ngijo (A=2). Peningkatan kadar debu akan berlangsung
selama tahap alih fungsi lahan saja dan berlangsung dengan lama kegiatan yaitu 1
tahun sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang (T=2). Dampak erosi
mengakibatkan perubahan terhadap 1 komponen (N=2) yaitu kenyaman lingkungan.
Berdasarkan banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak
berlangsung kumulatif relatif singkat (C=2), karena peningkatan kadar debu
berlangsung dalam waktu relatif cepat dan bersifat bisa dikembalikan seperti kondisi
awal maka masuk dalam dampak cepat berbalik (R=2). Dampak tersebut perlu
diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan yang
ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan banyak tersedia dan mudah diterapkan
(Te=1).

Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,

97
maka dampak peningkatan kadar debu dan kebisingan pada kegiatan tahap
konstruksi termasuk dalam kategori sebagai dampak negatif kecil dan penting.

4. Erosi
 Besarnya Dampak
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak erosi adalah
analisis data muatan sedimen, berat jenis tanah, dan besarnya nisbah pelepasan
sedimen (sediment delivery ratio). Analisis besaran dampak yang umum digunakan
adalah dengan analisis jumlah tanah tererosi, curah hujan, erodibilitas tanah,
kemiringan lereng, dan vegetasi. Parameter-parameter tersebut menggunakan
metode USLE.

 Rona Awal (RA)


Dari data curah hujan tahun 2009-2018 tersebut dilokasi studi mengalami
hujan sepanjang tahun kecuali dibulan September. Curah hujan terendah terjadi
pada Bulan Agustus, dimana curah hujan rata-rata 1 mm/hari, sedangkan curah
hujan rata-rata tertinggi berada pada bulan Desember dengan curah hujan rata-rata
mencapai 646,4 mm/hari. Data hari hujan menunjukkan bahwa pada tahun 2018
pada bulan Desember tercatat hari hujan tertinggi yaitu 30 hari dan hari terendah
terjadi pada bulan September yaitu tanpa ada hari hujan. Berdasarkan Smith-
Ferguson titik iklim Kabupaten Malang memiliki 7 bulan basah dan 2 bulan kering
dengan indeks 0,287 termasuk tipa B (basah) dan menurut Oldeman memiliki 3
bulan basah dan 5 bulan kering termasuk tipe D3 (RA=2).

 Kondisi Lingkungan Tanpa Kegiatan (TP)


Dilihat beberapa tahun ke depan tanpa adanya proyek di lokasi sekitar maka
diprediksikan tetap sama atau tidak banyak berubah dari kondisi pada rona awal. Hal
tersebut diasumsikan dari tidak adanya rencana pembangunan yang cukup besar di
sekitar lokasi proyek. Peningkatan jumlah debit limpasan permukaan dipengaruhi
oleh menurunnya jumlah area resapan air serta semakin dikitnya tanaman untuk
menahan terjadinya limpasan permukaan. Jika dilakukan skala kualitas lingkungan,
kondisi kualitas air akan tergolong pada skor 2 yang diartikan bahwa kualitasi air
masih dalam kondisi baik (TP = 2).

 Kondisi Lingkungan Dengan Kegiatan (DP)


Perubahan kondisi lahan akibat adanya proyek dari kawasan persawahan
menjadi bangunan gedung akan mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam tanah.
Semakin berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah maka akan terjadi
peningkatan limpasan permukaan dan menyebabkan erosi. Peningkatan jumlah
limpasan permukaan juga akan terjadi pada tahap pra-konstruksi saat kegiatan
pembebasan lahan dimana pada kegiatan tersebut vegetasi akan dihilangkan. Jika
ditinjau dari skala kualitas lingkungan akan tergolong pada skor 4 (DP = 4).

 Besar Dampak
Perubahan kondisi lingkungan yang mengacu pada skala kualitas lingkungan
adalah sebagai berikut :
- A = TP – RA = 2 – 2 = 0
- B = DP – RA = 4 – 2 = 2

98
-C=B–A=2–0=2
Besar perubahan kondisi lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan dan
kondisi dengan kegiatan adalah kecil (C = 2), sehingga dampak ini termasuk dampak
negatif sedang.

 Penting Dampak
Dampak erosi berpengaruh sedikit (P=2) apabila dilihat dari jumlah manusia
yang terkena dampak dimana presentase masyarakat yang terkena dampak 11-20%
dari total penduduk. Penyebaran wilayah dampak limpasan permukaan terutama
terjadi di tapak proyek (A=1). Dampak erosi akan berlangsung selama tahap
konstruksi saja dan berlangsung dengan lama kegiatan yaitu 2 tahun sehingga
membutuhkan waktu yang singkat (T=2). Dampak erosi mengakibatkan perubahan
terhadap 2 komponen (N=3) yaitu kenyamanan lingkungan dan air. Berdasarkan
banyaknya komponen terkena dampak maka sifat kumulatif dampak berlangsung
kumulatif realatif singkat (C=2), karena erosi berlangsung dalam waktu singkat maka
masuk dalam dampak berbalik agak sukar dikembalikan (R=3). Dampak tersebut
perlu diberikan teknologi tambahan untuk dapat menyokong kebutuhan lingkungan
yang ada, beberapa teknologi yg dapat digunakan banyak tersedia dan sangat
mudah diterapkan (Te=1).

Dilihat dari derajat kepentingannya maka dampak ini termasuk dalam kategori
sebagai dampak penting. Berdasarkan hasil analisis besar dan pentingnya dampak,
maka dampak erosi pada kegiatan tahap konstruksi termasuk dalam kategori
sebagai dampak negatif sedang dan penting.

99
Tabel 3. 4 Ringkasan Analisis Dampak Hipotetik

Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
Tahan Pra Konstruksi
Besarnya Dampak:
Besar perubahan kondisi lingkungan
antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
dengan kegiatan adalah kecil, sehingga
dampak ini termasuk dampak positif kecil.
Harapan tinggi yang didapatkan dari
Masyarakat bersosialisasi baik satu masyarakat sekitar adalah adanya
dengan lainnya dimana masih peningkatan ekonomi daerah, membantu
menjunjung sesuai norma dan nilai dalam bisnis dan usaha, membuka
kemasyarakatan yang berlaku. peluang usaha, dan meningkatkan status
1. Keresahan Masyarakat Kuisioner yang disiapkan untuk 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2
kesehatan
evaluasi melalui survei dan investigasi
dibagikan dan masyarakat Penting Dampak:
menunjukkan respon positif Penting, Keresahan masyarakat akan
muncul selama masa kegiatan pra
konstruksi yaitu selama setahun,
sehingga butuh waktu singkat. Dari
jumlah komponen lingkungan yang
terkena dampak maka sifar kumulatif
dampak muncul secara relative singkat
Tahap Konstruksi
1. Penurunan Tingkat Masyarakat sekitar mayoritas mata 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 Besarnya Dampak:

100
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
Pengangguran pencahariannya adalah bertani dan Besar perubahan kondisi lingkungan
beternak. Masyarakat pengangguran antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
masih sulit untuk mencari lapangan dengan kegiatan adalah sangat kecil,
kerja karena terbatasnya lahan untnuk sehingga dampak ini termasuk dampak
membuka sector pertanian baru. positif kecil. Hal ini dikarenakan
diperlukan 50 orang untuk tenaga kerja
Ditemukannya juga masyarakat sekitar
terampil dan 300 orang untuk tenaga
yang mendirikan warung/toko untuk
kerja biasa. Perekrutan diutamakan bagi
pendapatan keseharian. masyarakat sekitar area proyek agar
masyarakat ikut ambil andil dan
merasakan manfaat dari pembangunan

Penting Dampak:
Penting, dampak penurunan tingkat
pengangguran berpengaruh sangat
sedikit jika dilihat dari faktor manusia
yang terkena dampak karena perekruten
hanya mencakup 3,2% dari jumlah
penduduk sekitar proyek. Luas wilayah
persebarannya hanya mempengaruhi
desa sekitar lokasi proyek sehingga
hanya berpengaruh sedikit. Dengan
adanya perekrutan tenaga kerja maka
dampak lingkungan lain yang terkena
dampak adalah dampak ekonomi dan
keresahan masyarakat dehingga dampak

101
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
termasuk sedang
Besarnya Dampak:
Besar perubahan kondisi lingkungan
antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
dengan kegiatan adalah kecil, sehingga
dampak ini termasuk dampak negatif
kecil. Kegiatan penyiapan lahan yang
Akuifer pada lokasi proyek memiliki merubah penggunaan lahan sebelumnya
tingkat produktivitas yang beragam, dapat menurunkan kualitas air dimana
Untuk Desa Ngijo berada pada akuifer pada kegiatan tersebut akan
berproduksi sedang, yang merupakan menghilangkan jumlah vegetasi yang
akuifer dangkal, tidak menerus, tipis berakibat pada sedikitnya resapan air
dengan keterusan rendah sampai dalam tanah, selain itu penggunaan alat
2. Penurunan Kualitas Air sedang. Lokasi pembuangan sampah 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2
berat dan alat transportasi dengan
pada desa Ngijo jauh dari pemukiman mobilitas tinggi dapat menurunkan
penduduk dan disekitar lokasi hanya kualitas air
terdapat lahan sawah, Badan sungai
terletak dibelakang tempat Penting Dampak:
pembuangan sampah yang jarak nya Penting, dampak kualitas air
tidak jauh dari lokasi mengakibatkan perubahan terhadap 2
komponen yaitu perubahan persepsi dan
sikap masyarakat serta keresahan
masyarakat. Berdasarkan banyaknya
komponen terkena dampak maka sifat
kumulatif dampak berlangsung kumulatif

102
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
relatif singkat
Besarnya Dampak:
Lokasi pembangunan PT. Petrokimia Dengan adanya perubahan tata ruang
akan dilaksanakan Desa Ngijo. Luas lahan dari yang sebelumnya berupa
wilayah Desa Tegalgondo (desa hutan, sawah dan tegal akan berubah
dilokasi kegiatan terdekat dari lokasi) menjadi bentuk bangunan fisik maka
yang diprakirakan akan terkena besar perubahan kondisi lingkungan
dampak secara langsung adalah 2,20 antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
km², dengan jumlah penduduk 6758 dengan kegiatan adalah sangat kecil,
3. Perubahan Tata jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan 3 3 4 1 1 1 5 3 3 3 sehingga dampak ini termasuk dampak
Ruang Lahan Karangploso tahun di 2018 adalah positif kecil.
sebesar 81.985 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata sebesar Penting Dampak:
728 jiwa/ km². Selain itu, di daerah ini Penting, dampak perubahan penggunaan
terdapat lahan terbuka yang lahan tidak terlalu berpengaruh banyak.
cenderung kritis karena mempunyai Dampak perubahan penggunaan lahan
kelerengan yang tinggi. mengakibatkan perubahan terhadap
empat komponen.
Daerah disekitar pembangunan Besarnya Dampak:
agroindustri pupuk PT Petrokimia Besar perubahan kondisi lingkungan
Malang ini berupa daerah persawahan antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
4. Peningkatan Kadar 2 3 4 3 2 2 3 4 2 2
dan tegalan. Sehingga, untuk kondisi dengan kegiatan adalah kecil, sehingga
Debu
lingkungannya masih dapat dikatakan dampak ini termasuk dampak positif kecil.
minim terhadap adanya sebaran debu Hal ini disebabkan pembangunan
yang berlebihan. Besarnya kadar debu agroindustri pupuk ini dapat juga beralih

103
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
di daerah sekitar pembangunan PT fungsi lahan yang semula daerah
Petrokimia Malang ini bisa dikatakan persawahan dan tegalan menjadi daerah
kurang 230 ug/Nm3 dalam jangka permukiman penduduk. Sehingga, jika
waktu 24 jam dan 90 ug/Nm3 dalam daerah ini menjadi daerah permukiman
jangka waktu 1 tahun sesuai dengan penduduk akan berdampak kepada
baku mutu udara ambien nasional peningkatan kadar debu, karena adanya
yang terdapat pada PP No. 41 Tahun aktivitas masyarakat di hunian baru
1999. tersebut

Penting Dampak:
Penting, dampak peningkatan kadar debu
dan kebisingan berpengaruh sedikit.
Dampak kualitas air mengakibatkan
perubahan terhadap 4 komponen.
Keadaan lingkungan di Desa Ngijo, Besarnya Dampak:
Desa Ngenep, Desa Grimoyo, Desa Besar perubahan kondisi lingkungan
Kepuharjo dan Desa Ampeldento ialah antara tanpa kegiatan dan kondisi
dalam keadaan kondusif, tentram dan lingkungan dengan adanya kegiatan
asri. Sebagian besar lahan digunakan adalah kecil, sehingga dampak ini
5. Peningkatan 1 2 4 3 2 3 3 3 2 5
sebagai daerah persawahan dan rata- termasuk dampak yang negatif kecil dan
Kebisingan
rata mata pencaharian penduduk perlu ditanganin dengan benar dan
setempat sebagai petani sehingga sesuai prosedur yang berlaku. Adanya
daerah perdesaan tenang dan yang kegiatan konstruksi, kondisi lingkungan
terdengar hanya suara fauna dan desa-desa tersebut akan berubah
aktivitas sederhana dari masyarakat. signifikan terhadap besarnya tingkat

104
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
Karena belum adanya interupsi dari kebisingan. Jika sebelumnya saat tidak
pembangunan dan sebagainya, desa- ada proyek pada masa ini dan
desa tersebut tergolong Kawasan mendatang, diasumsikan tingkat
kondusif dan jauh dari kebisingan kebisingan tidak mencapai 70 dB.
karena secara umum besar kebisingan
normal dalam sehari-hari berkisar Penting Dampak:
antara 55 dB sampai 63 dB Penting, pada tahap konstruksi ditemukan
bahwa dampak dari peningkatan
kebisingan mempengaruhi 21% jumlah
penduduk di wilayah studi Banyak
komponen lingkungan yang terkena
dampak selama tahap konstruksi ada dua
yaitu adanya interaksi kepadatan lalu
lintas terhadap peningkatan kebisingan
Nilai rata-rata curah hujan sebesar 1 Besar Dampak:
mm/hari, sedangkan curah hujan rata- Besar perubahan kondisi lingkungan
rata tertinggi berada pada bulan antara tanpa kegiatan dan kondisi
Desember dengan curah hujan rata- lingkungan dengan adanya kegiatan
rata mencapai 646,4 mm/hari. Data adalah kecil, sehingga dampak ini
6. Erosi hari hujan menunjukkan bahwa pada 2 2 4 2 3 2 3 2 3 1 termasuk dampak yang negatif sedang
tahun 2018 pada bulan Desember dan perlu ditanganin dengan benar dan
tercatat hari hujan tertinggi yaitu 30 sesuai prosedur yang berlaku. Perubahan
hari dan hari terendah terjadi pada kondisi lahan akibat adanya proyek dari
bulan September yaitu tanpa ada hari kawasan persawahan menjadi bangunan
hujan. gedung akan mengurangi jumlah air yang

105
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
masuk ke dalam tanah. Semakin
berkurangnya air yang meresap ke dalam
tanah maka akan terjadi peningkatan
limpasan permukaan dan menyebabkan
erosi. Peningkatan jumlah limpasan
permukaan juga akan terjadi pada tahap
pra-konstruksi saat kegiatan pembebasan
lahan dimana pada kegiatan tersebut
vegetasi akan dihilangkan.

Pentingnya Dampak:
Penting. Dampak limpasan permukaan
berpengaruh sedikit, apabila dilihat dari
jumlah manusia yang terkena dampak.
Peningkatan limpasan permukaan akan
mengakibatkan perubahan terhadap 2
komponen
Kondisi rona awal lingkungan pada Besarnya Dampak:
tapak proyek yaitu jalur lalu lintas tidak Pada tahap konstruksi, mobilitas alat
terlalu padat hal ini dikarenakan jalan berat dan truk akan mempengaruhi
tempat proyek yang akan dibangun kualitas jalan yang dilewati dan tingkat
7. Kepadatan Lalu Lintas 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2
berdekatan dengan jalan tol, bukan kepadatan lalu lintas. Namun dengan
jalan penghubung antar kota dan mobilitas alat berat akan mempengaruhi
terletak cukup jauh dari perkotaan. kualitas jalan yang dilewati sehingga
Kuantitas kendaraaan yang lalu lalang menimbulkan kekhawatiran tinggi

106
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
diperkiraan jumlahnya tidak terlalu terhadap dampak kerusakan jalan.
banyak, sehingga tidak terlalu Sehingga, besar perubahan kondisi
menimbulkan kepadatan lalu lintas. lingkungan antara kondisi tanpa kegiatan
dan kondisi dengan kegiatan adalah
cukup besar, sehingga dampak ini
termasuk dampak positif kecil

Penting Dampak:
Tidak penting, dampak peningkatan kadar
debu berpengaruh sedikit. Dampak
kualitas air mengakibatkan perubahan
terhadap 4 komponen (N=5) yaitu
perubahan persepsi dan sikap
masyarakat serta keresahan masyarakat,
kenyaman lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
Tahap Operasi
Pengujian terhadap kadar debu di Besarnya Dampak:
lokasi tanpa proyek didapatkan hasil Positif kecil, karena hasil pengujian masih
sebesar 104 μg/m3, sedangkan kadar dibawah standar baku mutu dan belum
1. Peningkatan Kadar debu di lokasi permukiman sebesar menimbulkan dampak pada manusia.
Debu 90.9 μg/m3. Hasil pengujian tersebut 2 2 3 2 3 3 5 2 3 1
masih dibawah standar baku mutu Pentingnya Dampak:
yaitu 260 μg/m3. Secara umum kondisi Positif kecil dan penting, lama
kadar debu (TSP) di lokasi rencana berlangsungnya selama 15 tahun, jumlah
tapak kegiatan kondisinya masih manusia terkena dampak adalah

107
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
sangat bagus, dimana masih di bawah kecamatan karangploso.
baku mutu yang dipersyaratkan
Besarnya Dampak :
Aktivitas yang menimbulkan pengaruh Negatif kecil, Dimana kegiatan
dari kualitas kebisingan adalah dari operasional kendaraan dan mesin
peningkatan aktivitas transportasi. Hal produksi tidak selalu 24 jam digunakan.
2. Peningkatan ini dapat disimpulkan bahwa kondisi 4 4 3 2 3 2 2 2 2 2
Kebisingan relatif sama dengan kondisi rona awal. Pentingnya Dampak :
Tingkat kebisingan dari hasil Negatif kecil dan penting, karena
pemeriksaan menunjukkan nilai dilakukan selama operasi berjalan, akan
dikisaran 33,2-39,2 Db. dapat menurunkan kualitas pendengaran
pada masyarakat pada sekitar pabrik.
Besarnya Dampak:
Pengujian terhadap kualitas air Positif sedang, pada produksi pupuk
menunjukkan hasil pada parameter kegiatan tersebut akan memakai air
fisik dengan nilai TDS yang masih dalam skala besar sehingga
dibawah baku mutu yaitu 680 mg/l mempengaruhi kuantitas air serta
dimana baku mutu yaitu sebesar 1500 memproduksi limbah cair, oleh dari itu
mg/l. Selain itu pada parameter kimia diperlukan pengolahan limbah cair
dengan kandungan zat organik dengan pengolahan baik, agar air yang
3. Perubahan 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 dibuang kembali pada lingkungan tidak
(KmnO4) yang masih dibawah baku
Kualitas/Kuantitas Air melebihi standar baku mutu yang ada.
mutu yaitu 4,49 mg/l dimana baku
mutu yaitu sebesar 10 mg/l. Parameter
Biologi dilakukan pengamatan pada Pentingnya Dampak:
total coliform dimana didapat hasil Positif sedang dan penting, karena
sebesar 10.9 MPN/ml dimana baku efisiensi pengolahan limbah memiliki
mutu sebesar 50 MPN/ml. kurun waktu dalam mengolah limbah cair,
apabila pengolahan limbah cair sudah
tidak efisien maka air buangan limbah

108
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
dapat mencemari kualitas air.
Pengujian kualitas udara di lokasi
proyek didapatkan hasil sebesar 89 Besarnya Dampak:
µg/m3 dan kemudian pada lokasi Positif kecil, dengan jumlah masyarakat
permukiman sebesar 72,5 µg/m3. Hasil yang dapat terkena dampak bisa 30-45%
pengujian tersebut masuk dalam dari total penduduk.
kategori sedang yaitu Tingkat Kualitas
udara yang tidak berpengaruh pada Pentingnya Dampak:
4. Penurunan Kualitas 2 2 3 1 3 4 3 2 3 3
kesehatan manusia atau hewan tetapi Positif kecil dan penting, karena lamanya
Udara
berpengaruh pada tumbuhan yang operasi pada pabrik pupuk dengan
sensitif dan nilai estetik. Secara umum kategori sedang dapat menimbulkan
kondisi kualitas udara di lokasi kategori tidak sehat yang dapat
kegiatan, kondisi masih bagus bagi menyebabkan tidak sehat bagi manusia
manusia, namun bagi tumbuhan yang serta hewan dan tumbuhan.
memiliki sensitif terhadap udara akan
berdampak layu atau mati.
Besarnya Dampak:
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Positif sedang, jumlah manusia yang
menunjukkan bahwa tercatat 12 jenis terkena dampak dimana prosentase
penyakit di Kecamatan Karangploso. masyarakat yang terkena dampak 21-30
Dari jumlah kasus tersebut penyakit % dari total penduduk.
yang paling banyak terjadi adalah
5. Kesehatan Masyarakat Diare dengan jumlah penderita 2 2 4 2 3 3 3 3 3 2 Pentingnya Dampak:
sebanyak 15,33%. Meskipun demikian, Positif sedang dan penting, dampak
Kecamatan Karangploso sendiri kesehatan masyarakat merupakan
memiliki jumlah fasilitas kesehatan dampak akan dari pabrik. Dimana operasi
berupa RSU pemerintah berjumlah 1, pabrik selama 15 tahun dan dapat
RSU Swasta berjumlah 1 menular kepada masyarakat pada
karangploso atau lebih banyak lagi.

109
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
Tahap Pasca Operasi
Besarnya Dampak:
Besar perubahan kondisi lingkungan
antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
Berdasarkan lapangan usaha, jumlah dengan kegiatan adalah sedang,
penduduk yang bekerja adalah sehingga dampak ini termasuk dampak
sebesar 584.743 jiwa yang terdiri dari negatif sedang. Setelah kegiatan pasca
359.720 jiwa pekerja laki-laki dan operasi PT Petrokimia Malang akan
226.023 jiwa pekerja perempuan yang melepaskan 446 tenaga kerja. Hal
1. Peningkatan Jumlah sebagian besar bekerja pada sector 3 3 5 1 0 1 3 2 2 1 tersebut tentunya akan mampu
Pengangguran pertanian yaitu sekitar 47,15% dan meningkatkan jumlah pengangguran.
pada sector bangunan 7,40%
sedangkan sisanya bekerja pada Pentingnya Dampak:
sector perdagangan, keuangan, Penting, dampak peningkatan jumlah
industri dan lainnya. pengangguran tidak berpengaruh banyak.
Dampak peningkatan jumlah
pengangguran mengakibatkan perubahan
terhadap dua komponen
Kondisi sosial masyarakat di sekitar Besarnya Dampak:
lokasi pembangunan dapat dikatakan Besar perubahan kondisi lingkungan
damai dan kondusif, dimana antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
2. Keresahan Masyarakat masyarakat hidup rukun dan 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 dengan kegiatan adalah kecil, sehingga
berdampingan satu dengan lainnya dampak ini termasuk dampak positif kecil.
tanpa adanya gejolak sosial yang Pelepasan tenaga kerja mendapat
mengganggu kehidupan masyarakat. tanggapan yang cukup beragam dari

110
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
Pola interaksi antar individu dan antar warga sekitar. Beberapa tanggapan yaitu
kelompok masih menjunjung tinggi terkait hilangnya pekerjaan masyarakat.
nilai dan norma sosial yang berlaku. PT Petrokimia Malang selaku pemilik
Pada saat pelaksanaan kegiatan proyek akan memberikan tunjangan
sosialisasi dan konsultasi publik serta kepada seluruh tenaga kerja yang
wawancara penyebaran kuisioner telah dilepas.
disampaikan beberapa keinginan
masyarakat akan harapan yang cukup Pentingnya Dampak:
besar dengan berdirinya Pabrik Pupuk Penting, Dampak keresahan masyarakat
PT. Petrokimia Malang untuk merubah berpengaruh sedikit, apabila dilihat dari
SDM di sekitar lokasi. jumlah manusia yang terkena dampak
dimana prosentase masyarakat yang
terkena dampak 21-30 % dari total
penduduk. Dampak keresahan
masyarakat mengakibatkan perubahan
terhadap 1 komponen
Pengujian terhadap kadar debu di Besarnya Dampak:
lokasi tanpa proyek didapatkan hasil Besar perubahan kondisi lingkungan
sebesar 104 μg/m3, sedangkan kadar antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
debu di lokasi permukiman sebesar dengan kegiatan adalah kecil, sehingga
3. Peningkatan Kadar 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1
90.9 μg/m3. Hasil pengujian tersebut dampak ini termasuk dampak negatif
Debu
masih dibawah standar baku mutu kecil. Beberapa kegiatan selama proses
yaitu 260 μg/m3. Secara umum kondisi pasca operasi dapat menimbulkan
kadar debu (TSP) di lokasi rencana peningkatan terhadap kadar debu.
tapak kegiatan kondisinya masih Peningkatan kadar debu dapat

111
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
sangat bagus, dimana masih di bawah disebabkan oleh mobilitas kendaraan
baku mutu yang dipersyaratkan. serta, proses alih fungsi lahan, serta
kegiatan pembongkaran bangunan PT
Petrokimia Malang dimana partikulat
debu dari tanah akan banyak yang
terangkat ke udara

Pentingnya Dampak:
Penting, dampak peningkatan kadar debu
dan kebisingan berpengaruh sedikit.
Dampak kualitas air mengakibatkan
perubahan terhadap 1 komponen.
Dari data curah hujan tahun 2009- Besarnya Dampak:
2018 tersebut dilokasi studi mengalami Besar perubahan kondisi lingkungan
hujan sepanjang tahun kecuali dibulan antara kondisi tanpa kegiatan dan kondisi
September. Curah hujan terendah dengan kegiatan adalah kecil, sehingga
terjadi pada Bulan Agustus, dimana dampak ini termasuk dampak negatif
curah hujan rata-rata 1 mm/hari, sedang. Perubahan kondisi lahan akibat
4.Erosi sedangkan curah hujan rata-rata 2 2 4 2 1 2 3 2 3 1 adanya proyek dari kawasan persawahan
tertinggi berada pada bulan Desember menjadi bangunan gedung akan
dengan curah hujan rata-rata mengurangi jumlah air yang masuk ke
mencapai 646,4 mm/hari. Data hari dalam tanah. Semakin berkurangnya air
hujan menunjukkan bahwa pada tahun yang meresap ke dalam tanah maka akan
2018 pada bulan Desember tercatat terjadi peningkatan limpasan permukaan
hari hujan tertinggi yaitu 30 hari dan dan menyebabkan erosi. Peningkatan

112
Hasil
Besarnya Hasil Pentingnya Dampak
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak
Dampak
RA TP DP P A T N C R TE
hari terendah terjadi pada bulan jumlah limpasan permukaan juga akan
September yaitu tanpa ada hari hujan. terjadi pada tahap pra-konstruksi saat
kegiatan pembebasan lahan dimana pada
kegiatan tersebut vegetasi akan
dihilangkan.

Pentingnya Dampak:
Penting, dampak erosi berpengaruh
sedikit, apabila dilihat dari jumlah
manusia yang terkena dampak dimana
presentase masyarakat yang terkena
dampak 11-20% dari total penduduk.
Dampak erosi mengakibatkan perubahan
terhadap 2 komponen.

113
BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK

4.1 Evaluasi Secara Holistik terhadap Dampak Lingkungan


Evaluasi secara holistik merupakan telaahan secara menyeluruh terhadap
semua Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang timbul pada komponen lingkungan
hidup yang berasal dari rencana usaha dan/atau kegiatan pada ruang dan waktu
yang sama. Telaahan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keterkaitan
dan interaksi seluruh (DPH) dalam penentuan karakteristik dampak (kepentingan
dampak) secara total terhadap lingkungan hidup. Pada umumnya dampak yang
bersifat holistik ini terjadi dalam satu tahapan pelaksanaan kegiatan.
Metode yang digunakan dalam evaluasi holistik ini adalah matriks interaksi
antara DPH dengan lokasi (ruang) dan waktu terjadinya dampak. Keseluruhan
DPH baik yang bersifat penting atau tidak penting dari hasil prakiraan dampak
akan ditelaah berdasarkan waktu dan lokasi terjadinya dampak. Identifikasi ini
menghasilkan DPH yang memiliki ruang dan waktu yang sama, pada kegiatan
yang sama atau pada kegiatan yang berbeda. Evaluasi holistik terhadap semua
DPH yang diprakirakan terjadi pada kegiatan pembangunan agroindustri PT
Petrokimia Malang secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

114
Tabel 4. 1 Hubungan Interaksi Antar Dampak

Tahapan/Ke
DPH Ruang Waktu Evaluasi
giatan
Tahap Pra Konstruksi
Selama
1. Survei dan Keresahan Desa Ngijo, masa Pra-
DPH – 01 H–1
Investigasi Masyarakat Karangploso Konstruksi
(1 tahun)
Tahap Konstruksi
Selama
1. Penurunan Kecamatan masa
Rekruitmen DPH – 02 Tingkat H–2
Karangploso Konstruksi
Tenaga Kerja Pengangguran
(2 tahun)
Desa Ngijo,
Selama
Ngenep,
DPH – 03 Penurunan masa H–3
Girimoyo,
Kualitas Air Konstruksi
Kepuharjo,
2. Mobilisasi (2 tahun)
Ampeldento
Tenaga
Selama
Kerja, Bahan
Perubahan Desa Ngijo, masa
dan DPH – 04 H–3
Tutupan Lahan Karangploso Konstruksi
Peralatan
(2 tahun)
Selama
Jalan Raya
Kepadatan Lalu masa
DPH – 05 Ngijo H–4
Lintas Konstruksi
Karangploso
(2 tahun)
3. Persiapan Selama
Perubahan Desa Ngijo,
Lahan Pada masa
DPH – 04 Kecamatan H–3
Tapak Tutupan Lahan Konstruksi
Karangploso
Proyek (2 tahun)
Selama
Peningkatan Desa Ngijo, masa
DPH – 06 H–3
Kadar Debu Karangploso Konstruksi
4.Pembangu (2 tahun)
nan Fisik
Selama
Gedung, Desa Ngijo,
Peningkatan masa
Jalan Serta DPH – 07 Kepuharo, H–4
Kebisingan Konstruksi
Sarana dan Ngenep
(2 tahun)
Prasarana
Selama
Desa Ngijo,
masa
DPH – 08 Erosi Kecamatan H–3
Konstruksi
Karangploso
(2 tahun)
Tahap Operasi
1. Kegiatan DPH – 06 Peningkatan Tahap Selama H–5

115
Tahapan/Ke
DPH Ruang Waktu Evaluasi
giatan
Produksi Kadar Debu Operasi masa
Pupuk Operasi
(15 tahun)
Selama
Peningkatan Desa Ngijo, masa
DPH – 07 H–5
Kebisingan Karangploso Operasi
(15 tahun)
Ngijo, Selama
Perubahan
Kepuharjo, masa
DPH – 09 Kuantitas/Kualitas H–5
Ngenep, Operasi
Air
Ampeldento (15 tahun)
Selama
Penurunan Ngijo, masa
DPH – 10 H–5
Kualitas Udara Kepuharjo Operasi
(15 tahun)
Desa Ngijo,
Selama
Penurunan Kepuaharjo,
DPH – 11 masa H–5
Kesehatan Girimoyo,
Operasi
Masyarakat Ngenep,
(15 tahun)
Ampeldento
Ngijo,
Selama
Girimoyo,
DPH – 06 Peningkatan masa H–5
Ngenep,
Kadar Debu Operasi
Kepuharjo,
(15 tahun)
2. Ampeldento
Transportasi Selama
Peningkatan Kecamatan masa
Bahan Baku DPH – 07 H–5
Kebisingan Karangploso Operasi
(15 tahun)
Selama
Penurunan Kecamatan masa
DPH – 10 H–5
Kualitas Udara Karangploso Operasi
(15 tahun)
Selama
Peningkatan Kecamatan masa
DPH – 07 H–5
Kebisingan Karangploso Operasi
3.
(15 tahun)
Pembangkita
n Genset Selama
Penurunan Desa Ngijo, masa
DPH – 10 H–5
Kualitas Udara Karangploso Operasi
(15 tahun)
4. Kegiatan Perubahan Desa Ngijo, Selama
DPH – 09 H–5
Pengelolaan Kuantias/Kualitas Karangploso masa

116
Tahapan/Ke
DPH Ruang Waktu Evaluasi
giatan
Limbah Air Operasi
Padat, Cair, (15 tahun)
dan Gas Selama
Penurunan
Kecamatan masa
DPH – 11 Kesehatan H–5
Karangploso Operasi
Masyarakat
(15 tahun)
Tahap Pasca Operasi
Selama
Kenaikkan masa
DPH – 12 Kecamatan H–6
Tingkat Pasca
Karangploso
Pengangguran Operasi (2
1. Pelepasan
tahun)
Tenaga Kerja
Selama
masa
DPH – 01 Keresahan Kecamatan H–6
Pasca
Masyarakat Karangploso
Operasi (2
tahun)
Selama
masa
Pasca
Operasi (2
Peningkatan Desa Ngijo,
DPH – 06 tahun) H–7
Ladar Debu Karangploso
Selama
masa
Pasca
Operasi (2
2. Alih Fungsi
tahun)
Lahan
Selama
masa
Pasca
Operasi (2
Desa Ngijo,
DPH – 08 Erosi tahun) H–7
Karangploso
Selama
masa
Pasca
Operasi (2
tahun)
Sumber : Hasil Analisis, 2019

117
Berdasarkan matriks interaksi DPH seperti yang terlihat pada Tabel 4.1,
maka DPH yang berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama terdapat pada
tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi.
Daftar DPH tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4. 2 DPH pada Ruang dan Waktu yang Sama

Holistik DPH Kegiatan


Tahap Pra Konstruksi
H-1 DPH –
Keresahan Masyarakat Survei dan Investigasi
01
Tahap Konstruksi
H-2 DPH – Penurunan Tingkat Rekruitmen Tenaga
02 Pengangguran Kerja
H–3 Mobilisasi Tenaga
DPH – Penurunan Kualitas Air Kerja, Bahan dan
03
Peralatan
Mobilisasi Tenaga
Kerja, Bahan dan
DPH – Perubahan Tutupan Lahan Peralatan, Persiapan
04
Lahan Pada Tapak
Proyek
Pembangunan Fisik
DPH – Peningkatan Kadar Debu Gedung, Jalan Serta
06
Sarana dan Pra Sarana
Pembangunan Fisik
DPH – Erosi Gedung, Jalan Serta
08
Sarana dan Pra Sarana
H–4 Mobilisasi Tenaga
DPH –
Kepadatan Lalu Lintas Kerja, Bahan dan
05
Peralatan
Pembangunan Fisik
DPH – Peningkatan Kebisingan Gedung, Jalan Serta
07
Sarana dan Pra Sarana
Tahap Operasi
H–5 Kegiatan Produksi
DPH – Peningkatan Kadar Debu Pupuk, Transportasi
06
Bahan Baku
Kegiatan Produksi
DPH – Pupuk, Transportasi
Peningkatan Kebisingan
07 Bahan Baku,
Pembangkitan Genset
Kegiatan Produksi
DPH – Perubahan Kuantitas/Kualitas Air Pupuk, Kegiatan
09
Pengelolaan Limba

118
Padat, Cair, dan Gas
Kegiatan Produksi
DPH – Pupuk, Transportasi
Penurunan Kualitas Udara
10 Bahan Baku,
Pembangkitan Genset
Kegiatan Produksi
DPH – Penurunan Kesehatan Pupuk, Kegiatan
11 Masyarakat Pengelolaan Limba
Padat, Cair, dan Gas
Tahap Pasca Operasi
H–6 DPH – Pelepasan Tenaga
Keresahan Masyarakat
01 Kerja
DPH – Pelepasan Tenaga
Kenaikan Tingkat Pengangguran
12 Kerja
H–7 DPH –
Peningkatan Kadar Debu Alih Fungsi Lahan
06
DPH –
Erosi Alih Fungsi Lahan
08
Sumber : Hasil Analisis, 2019

4.1.1 Bentuk Hubungan Keterkaitan dan Interaksi DPH Beserta


Karakteristiknya
Identifikasi dampak yang terjadi pada ruang dan waktu yang sama yang
telah dilakukan, maka perlu ditelaah bentuk hubungan dan interaksi dampak
penting hipotetik. Berbagai macam DPH yang terbentuk dalam suatu daftar dan
terjadi pada ruang dan waktu yang sama, maka perlu dijabarkan dengan spesifik
mengenai bentuk hubungan dan interaksi antara DPH tersebut. Terdapat
berbagai bentuk hubungan dan interaksi tersebut dapat berupa keterkaitan
dampak yang sifatnya saling memperlemah (antagonistis) atau keterkaitan
dampak yang sifatnya saling memperkuat (synergistis). Dari hasil interaksi
tersebut kemudian dapat disimpulkan karaktersitik dampaknya, apakah menjadi
dampak penting atau dampak tidak penting.
Kajian terhadap keterkaitan dampak penting hipotetik memberikan beberapa
alternatif komponen rencana usaha dan/kegiatan sehingga dapat diuraikan dan
diberikan rekomendasi pilihan alternatif terbaik. Pemberian rekomendasi terbaik
dapat dilakukan melalui hasil telaahan keterkaitan dan interaksi DPH yang
mencakup informasi sebagai berikut:
a. Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya
antara lain seperti frekuensi terjadi dampak, durasi dan intensitas dampak,
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sifat penting dan
besaran dari dampak-dampak yang telah berinteraksi pada ruang dan waktu
yang sama.
b. Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak
menimbulkan dampak lingkungan.

119
c. Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns) beserta
luasannya (lokal, regional, nasional, atau bahkan internasional lintas batas
negara), antara lain sebagai contoh seperti:
1. area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligu sdan
banyak dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat;
2. area yang rentan/rawan bencana yang paling banyak terkena berbagai
dampak lingkungan; dan/atau kombinasi dari area sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b atau lainnya.
Bentuk hubungan yang terkait dengan interaksi DPH beserta karakteristiknya
pada kegiatan pembangunan dan pengembangan PT. Petrokimia Malang
dijelaskan pada uraian sebagai berikut. Hasil dari Tabel 4.2 evaluasi DPH di atas
dapat dijabarkan sebagai berikut:

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Interaksi DPH - 01
Dampak yang timbul pada proses pra-konstruksi adalah timbulnya
keresahan masyarakat pada kegiatan publikasi dan sosialisasi masyarakat.
Keresahan ini dapat diminimalisir dengan diadakannya kegiatan sosialisasi yang
dilakukan oleh pihak tim penyusun AMDAL beserta pemrakarsa. Dampak ini
tidak ditemukan berinteraksi dengan dampak lain, maka dampak keresahan
masyarakat tidak termasuk dampak penting dan termasuk dampak tidak penting.

B. Tahap Konstruksi
1. Interaksi DPH-02
Dampak penurunan tingkat pengangguran pada kegiatan rekrutmen
tenaga kerja di daerah tapak proyek. Jumlah tenaga kerja yang direkrut adalah
sebesar 350 orang pada masa konstruksi yang berlangsung selama 2 tahun.
Tenaga kerja itu terdiri dari 2 manager proyek, 2 site manager, 8 supervisor, 12
mekanik, 8 administrasi, 18 engineer dan 300 tenaga kerja kasar. Pekerja kasar
sejumlah 300 orang direkrut dari warga sekitar proyek. Dampak penurunan
tingkat pengangguran tidak berinteraksi dengan dampak lain yang terjadi selama
proyek konstruksi berlangsung.
2. Interaksi DPH-03, DPH-04, DPH-06, dan DPH-08
Dampak perubahan tutupan lahan pada kegiatan mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan, serta dampak perubahan tutupan lahan dan penurunan
kualitas air dam juga peningkatan kadar debu, dan erosi pada kegiataan
persiapan lahan pada tapak proyek dan pembangunan fisik gedung, jalan, serta
sarana, dan prasarana berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama yaitu pada
masa konstruksi yang berlangsung selama 2 tahun. Interaksi terjadi yaitu pada
Kecamatan Karang Ploso tepatnya di Desa Ngijo. Pada proses penyiapan lahan,
dibutuhkan unit kendaraan yang digunakan selama proses konstruksi adalah Pile
Drive Hammer sebanyak 10 unit, Crane sebanyak 10 unit, Truck sebanyak 15
unit, Concrete Mixer sebanyak 8 unit, Buldozer sebanyak 5 unit, dan Compressor
sebanyak 8 unit. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kadar debu yang
disebabkan oleh kendaraan proyek. Dampak perubahan tata ruang lahan

120
sebagai akibar dari penyiapan lahan dan pembangunan fisik gedung juga akan
berakibat terhadap kualitas air dan erosi. Perubahan tata ruang yang berakibat
berubahnya permukaan tanah dan berkurangnya lahan terbuka hijau akan
berdampak pada kualitas air yang menurun dan tingkat erosi yang semakin
besar. Dampak-dampak ini akan berlangsung selama masa konstruksi yaitu
selama 2 tahun. Karena kegiatan pada ruang dan waktu yang sama, maka
dampak perubahan tutupan lahan, penurunan kualitas air, peningkatan kadar
debu, dan erosi pada kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan, dan peralatan,
persiapan lahan pada tapak proyek serta pembangunan fisik gedung, jalan,
sarana dan prasana merupakan dampak penting.

3. Interaksi DPH-05 dan DPH-07


Dampak kepadatan lalu lintas pada kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan, dan
peralatan serta dampak peningkatan kebisingan pada kegiatan pembangunan
fisik gedung, jalan serta sarana dan prasarana berinteraksi pada ruang dan
waktu yang sama yaitu pada masa konstruksi konstruksi yang berlangsung
selama 2 tahun. Interaksi terjadi yaitu pada Kecamatan Karang Ploso tepatnya di
Desa Ngijo. Kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan
mengakibatkan meningkatnya arus kendaraan pada jalan sekitar proyek. Jalanan
yang sempit menyebabkan kepadatan lalu lintas menghasilkan kebisingan.
Selain itu arus kendaraan yang masuk pada kegiatan pembangunan fisik
gedung, jalan, sarana dan prasana akan berdampak juga pada peningkatan
kebisingan di sekitar daerah proyek. Dampak-dampak ini akan berlangsung
selama masa konstruksi yaitu selama 2 tahun. Karena kegiatan pada ruang dan
waktu yang sama, maka dampak kepadatan lalu lintas pada kegiatan mobilisasi
tenaga kerja, bahan dan peralatan serta dampak peningkatan kebisingan pada
kegiatan pembangunan fisik gedung, jalan, serta sarana dan prasarana
merupakan dampak penting.

C. Tahap Operasi
1. Interaksi DPH-06,DPH-07, DPH-09, DPH-10,DPH-11
Dampak peningkatan kebisingan, peningkatan kadar debu, perubahan
kuantitas/kualitas air, penurunan kualitas udara, dan penurunan kesehatan
masyarakat berinteraksi pada ruang yang sama, yaitu selama kegiatan
operasional Petrokimia Malang (15 tahun). Kegiatan yang dapat merubah kondisi
kualitas kebisingan secara umum adalah aktivitas yang menimbulkan pengaruh
dari kualitas kebisingan yaitu peningkatan aktivitas transportasi, hasil
pemeriksaan menunjukkan nilai dikisaran 33,2-39,2 dB selain itu, peralatan,
mesin, dan tenaga kerja operasional juga menyebabkan jarak sekitar 15 m dapat
mencapai sekitar 80 dB. Dari dampak kebisingan yang diakibatkan aktivitas
tranportasi serta kegiatan operasional mesin, kegiatan tersebut menyebabkan
potensi kegitan dampak peningkatan kadar debu yang didapatkan hasil uji
sebesar 104 μg/m3 pada sekitar pabrik, sedangkan kadar debu di lokasi
permukiman sebesar 90.9 μg/m3. Hasil pengujian tersebut masih dibawah
standar baku mutu yaitu 260 μg/m3. Hasil kegiatan dampak perubahan
kuantitas/kualitas air didapatkan nilai uji TDS sebesar 680 mg/l, parameter kimia

121
sebesar 4,49 mg/l, dan parameter biologi sebesar 10.9 MPN/ml. Penurunan
kualitas udara sangat bersangkutan pada peningkatan kadar debu dan
peningkatan kebisingan dari faktor aktivitas transportasi yang didapatkan hasil uji
kualitas udara di lokasi proyek didapatkan hasil sebesar 89 µg/m 3 dan kemudian
pada lokasi permukiman sebesar 72,5 µg/m3. Hasil pengujian tersebut masuk
dalam kategori sedang, dari hasil interaksi peningkatan kebisingan, peningkatan
kadar debu, perubahan kuantitas/kualitas air, penurunan kualitas udara setiap
kegiatan tersebut juga sangat berpengaruh pada masyarakat sekitar yang
menyebabkan menjadinya penurunan kesehatan masyarakat, hal tersebut dapat
dilihat pada persentase penyakit terbanyak di Puskesmas Karangploso. Penyakit
Diare menjadi penyakit paling dominan yang tercatat di Puskesmas Kecamatan
Karangploso pada tahun 2019 dengan persentase sebesar 13,77%. dari jumlah
total 12 penyakit paling dorninan. Sedangkan ISPA menjadi penyakit paling
dominan ketiga dengan persentase 13,31% diikuti asma bronchial paling
dominan kedelapan dengan persentase 6,85% dari jumlah total 12 penyakit
paling dominan. Penyakit ISPA erat kaitannya dengan kualitas udara,begitupun
astrna bronchial yang juga sering diderita warga yang merupakan penyakit yang
berkembang dalam masyarakat. Potensi penyebaran penyakit di masyarakat
umumnya dipengaruhi oleh lingkungan, meliputi kualitas udara, kualitas air dan
perkembangan vektor penyakit. Dari analisis tersebut maka dampak peningkatan
kebisingan, peningkatan kadar debu, perubahan kuantitas/kualitas air, penurunan
kualitas udara, dan penurunan kesehatan menjadi dampak penting.

D. Tahap Pasca Operasi


1. Interaksi DPH – 01 dan DPH – 12
Dampak dari pelepasan tenaga kerja dan dampak tingkat pengangguran
berinteraksi pada ruang yang sama, yaitu pada karyawan ataupun pekerja, pada
waktu yang sama, yaitu hilangnya mata pencaharian karyawan dan pekerja.
Bentuk interaksi dari kedua DPH tersebut merupakan hubungan yang saling
berkaitan dimana jika timbul pelepasan tenaga kerja mengenai kegiatan proyek
pada daerah tersebut, maka secara bersamaan tingkat pengangguran akan
bertambah sesuai dengan sebab yang terjadi pada pelepasan tenaga kerja
sehingga menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran baik bagi karyawan
perusahaan ataupun masyarakat sekitar pabrik PT. Petrokimia Malang selama
masa pasca operasi 2 tahun. Jika tidak dapat dihindari maka dampak pelepasan
tenaga kerja akan berubah menjadi negative dan akan terjadi keresahan
masyarakat hal itu dapat dihindari dan akan menjadi positif apabila terdapat
tunjangan setimpal pada karyawan pabrik pembangunan pabrik semen PT.
Petrokimia Malang. Dari analisis tersebut maka DPH-01 dan DPH-12 menjadi
dampak penting.

2. Interaksi DPH – 06 dan DPH – 08


Dampak dari alih fungsi lahan dan peningkatan kadar debu berinteraksi
pada ruang yang sama yaitu pada masyarakat ataupun para pekerja disekitar
lokasi pabrik yaitu Kecamatan Karangploso selama masa pasca operasi 2 tahun.
Bentuk interaksi kedua dampak tersebut adalah hubungan sebab-akibat.

122
Kegiatan alih fungsi lahan dari bangunan pabrik menjadi persawahan akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar debu dan dapat disebabkan oleh
mobilitas kendaraan serta, proses alih fungsi lahan, serta kegiatan
pembongkaran bangunan PT Petrokimia Malang dimana partikulat debu dari
tanah akan banyak yang terangkat ke udara. Walaupun demikian dengan tidak
banyaknya aktivitas lain disekitar lokasi proyek serta jarak perumahan terdekat
juga cukup jauh serta kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi. Serta dengan
adanya pembokaran pabrik maka dampak yang mungkin terjadi yaitu pengikisan
tanah oleh air atau dapat disebut juga dengan erosi yang menyebabkan, semakin
banyak limpasan maka semakin banyak tanah yang akan terbawa oleh aliran air.
Untuk itu dampak- dampak tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dari
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa DPH-06 dan DPH-08 menjadi
dampak penting.

4.1.2 Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Paling


Menimbulkan Dampak Lingkungan
Melalui adanya evaluasi keterkaitan antara DPH, maka dapat mengetahui
informasi mengenai komponen kegiatan pembangunan Agroindustri PT
Petrokimia Malang pada tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca
operasi yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan. Dengan mengacu
pada Tabel 4.1, dapat disusun dan dikategorikan sehingga dapat diketahui
jumlah DPH pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Komponen Kegiatan yang Banyak Menimbulkan Dampak

Jumlah Dampak
Penurunan Kesehatan Masyarakat
Penurunan Tingkat Pengangguran

Perubahan Kuantitas/Kualitas Air

Kenaikan Tingkat pengangguran


Perubahan Tutupan Lahan

Penurunan Kualitas Udara


Peningkatan Kadar Debu

Peningkatan Kebisingan
Keresehan Masyarakat

Perubahan Kuliatas Air

Kepadatan Lalu Lintas

Tahapan
/Kegiatan + - +/-
Erosi

Tahap Pra Konstruksi


1. Survei dan
- 1 1
Investigasi
Tahap Konstruksi
1. Rekruitmen
+ 1 1
Tenaga Kerja

123
2. Mobilisasi
Tenaga Kerja,
- - - 3 3
Bahan dan
Peralatan
3. Persiapan
Lahan pada - 1 1
Tapak Proyek
4.
Pembangunan
Fisik Gedung, - - - 3 3
Jalan serta
Sarana dan
Prasarana
Tahap Operasi
1. Kegiatan
Produksi - - - - - 5 5
Pupuk
2. Trasportasi
- - - 3 3
Bahan Baku
3.
Pembangkitan - - 2 2
Genset
4. Kegiatan
Pengelolaan
- - 2 2
Limbah Oadat,
Cair dan Gas
Tahap Pasca Operasi
1. Pelepasan
- - 2 2
Tenaga Kerja
2. Alih Fungsi
- - 2 2
Lahan
Jumlah DPH
Tiap
2 1 1 2 1 4 4 2 2 3 2 1
Komponen
Lingkungan

Dari Tabel 4.3 , dikatakan bahwa kegiatan yang menimbulkan dampak paling
banyak adalah pada kegiatan tahap kostruksi. Komponen kegiatan serta
dampak-dampak yang ditimbulkan memiliki rincian sebagai berikut :
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Survei dan Investigasi
a. Keresahan Masyarakat

124
B. Tahap Konstruksi
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
a. Penurunan Tingkat Pengangguran
2. Mobilisasi Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
a. Penurunan Kualitas Air
b. Perubahan Tutupan Lahan
c. Kepadatan Lalu Lintas
3. Pesiapan Lahan Pada Tapak Proyek
a. Perubahan Tutupan Lahan
4. Pembangunan Fisik Gedung, Jalan Serta Sarana dan Prasarana
a. Peningkaan Kadar Debu
b. Peningkatan Kebisingan
c. Erosi

C. Tahap Operasi
1. Kegiatan Produksi Pupuk
a. Peningkatan Kadar Debu
b. Peningkatan Kebisingan
c. Perubahan Kuantitas/Kualitas Air
d. Penurunan Kualitas Udara
e. Penurunan Kesehatan Masyarakat
2. Transportasi Bahan Baku
a. Peningkatan Kadar Debu
b. Peningkatan Kebisingan
c. Penurunan Kualitas Udara
3. Pembangkitan Genset
a. Peningkatan Kebisingan
b. Penurunan Kualitas Udara
4. Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat, Cair, dan Gas
a. Perubahan Kuantitas/Kualitas Air
b. Penurunan Kesehatan Masyarakat

D. Tahap Pasca Operasi


1. Pelepasan Tenaga Kerja
a. Tingkat Pengangguran
b. Keresahan Masyarakat
2. Alih Fungsi Lahan
a. Peningkatan Kadar Debu
b. Erosi

Jenis komponen lingkungan yang paling banyak berpengaruh pada rencana


usaha/atau kegiatan pembangunan dan pengembangan PT. Petrokimia Malang
adalah komponen peningkatan kebisingan.

4.1.3 Area-Area yang Perlu Mendapat Perhatian Penting

125
Disamping komponen kegiatan yang paling menimbulkan dampak,
evaluasi holistic dampak penting hipotetik ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi area-area yang perlu mendapatkan perhatian penting (area
concern). Pertimbangan dalam identifikasi area-area ini didasarkan pada jumlah
terjadinya dampak penting hipotetik (Tabel 4.1 dan 4.2). dengan mengacu pada
Tabel 4.1, area-area yang menjadi persebaran dampak dapat dilihat pada Tabel
4.4.

Tabel 4. 4 Area-area yang Perlu Mendapat Perhatian Penting

Ruas Jalan Ngijo, Kecamatan Karangploso


Lingkungan Tapak Proyek

Kecamatan Karangploso

Desa Ampeldento
Desa Kepuharjo
Desa Girimoyo
Desa Ngenep
Tahapan/kegiatan DPH

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Survei dan Investigasi Keresahan Masyarakat √
2. Sosialisasi dan Publikasi
-
Ke Masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Rekruitmen Tenaga Penurunan Tingkat

Kerja Pengangguran
2. Aktivitas Basecamp -
Penerunan Kualitas
√ √ √ √ √
Udara
3. Mobilisasi Tenaga Kerja,
Perubahan Tutupan
Bahan Dan Peralatan √
Lahan
Kepadatan Lalu Lintas √
4. Persiapan Lahan Pada Perubahan Tutupan

Tapak Proyek Lahan
5. Pembangunan Fisik Peningkatan Kadar Debu √
Gedung, Jalan Serta Peningkatan Kebisingan √ √ √

126
Ruas Jalan Ngijo, Kecamatan Karangploso
Lingkungan Tapak Proyek

Kecamatan Karangploso

Desa Ampeldento
Desa Kepuharjo
Desa Girimoyo
Desa Ngenep
Tahapan/kegiatan DPH

Sarana Dan Prasrana Erosi √


6. Demobilisasi Tenaga
Peningkatan √
Kerja, Bahan Dan
Pengangguran
Peralatan
C. Tahap Operasi
-
1. Rekruitmen Tenaga
Kerja

Peningkatan Kadar Debu √


Peningkatan Kebisingan √ √ √ √
Perubahan
2. Kegiatan Produksi √ √
Kuantitas/Kualitas Air
Pupuk
Penurunan Kualitas
√ √ √ √ √
Udara
Penurunan Kesehatan
√ √ √ √ √
Masyarakat
Peningkatan Kadar Debu √
Peninngkatan
3. Transportasi Bahan √
Kebisingan
Baku
Penurunan Kualitas

Udara
Peningkatan Kebisingan √
4. Penggunaan Genset Penurunan Kualitas

Udara
Perubahan
5. Kegiatan Pengelolaan √
Kuantitas/Kualitas Air
Limbah Padat, Cair, dan
Penurunan Kesehatan
B3 √
Masyarakat

127
Ruas Jalan Ngijo, Kecamatan Karangploso
Lingkungan Tapak Proyek

Kecamatan Karangploso

Desa Ampeldento
Desa Kepuharjo
Desa Girimoyo
Desa Ngenep
Tahapan/kegiatan DPH

6. Fasilitas Pelayanan
-
Umum
D. PASCA OPERASI
1. Sosialisasi -
Kenaikan Tingkat
2. Pelepasan Tenaga Kerja Pengangguran √
Keresahan Masyarakat √
Peningkatan Kadar Debu √
3. Alih fungsi Lahan
Erosi √
Berdasarkan Tabel 4.4, maka dapat diidentifikasi area-area yang perlu
mendapatkan perhatian penting (area concern) adalah sebagai berikut ꞉

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Area di Lingkungan PT. Petrokimia Malang, sebagai penerima
dampak:
- Keresahan masyarakat akibat dari kegiatan survei dan investigasi
B. Tahap Konstruksi
1. Area di Lingkungan PT. Petrokimia Malang, sebagai penerima
dampak:
- Penurunan kualitas udara akibat dari mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan
- Perubahan tutupan lahan akibat dari mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan
- Peningkatan kebisingan akibat dari pembangunan fisik gedung,
jalan serta sarana dan prasrana
- Perubahan tutupan lahan akibat persiapan pada tapak proyek
2. Area ruas Jalan Ngijo, Kecamatan Karangploso, sebagai penerima
dampak:

128
- Kepadatan lalu lintas akibat dari mobilisasi tenaga kerja, bahan
dan peralatan
3. Area Kecamatan Karangploso, sebagai penerima dampak:
- Penurunan tingkat pengangguran akibat dari rekruitmen tenaga kerja
- Peningkatan kadar debu akibat dari pembangunan fisik gedung,
jalan serta sarana dan prasrana
4. Area Desa Ngenep, sebagai penerima dampak:
- Penurunan kualitas udara akibat dari mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan
- Peningkatan kebisingan akibat dari pembangunan fisik gedung,
jalan serta sarana dan prasrana
5. Area Desa Girimoyo, sebagai penerima dampak:
- Penurunan kualitas udara akibat dari mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan
6. Area Desa Kepuharjo, sebagai penerima dampak:
- Penurunan kualitas udara akibat dari mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan
- Peningkatan kebisingan akibat dari pembangunan fisik gedung,
jalan serta sarana dan prasrana
7. Area Desa Ampeldento, sebagai penerima dampak:
- Penurunan kualitas udara akibat dari mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan

C. Tahap Operasi
1. Area di Lingkungan PT. Petrokimia Malang, sebagai penerima
dampak:
- Peningkatan kadar debu akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Perubahan kuantitas/kualitas akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Penurunan kualitas udara akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Penurunan kesehatan masyarakat akibat dari kegiatan produksi
pupuk
- Peningkatan kebisingan akibat dari penggunaan genset
- Penurunan kualitas udara dari penggunaan genset
2. Area Kecamatan Karangploso, sebagai penerima dampak:
- Peningkatan kadar debu akibat dari transportasi bahan baku
- Peningkatan kebisingan akibat dari transportasi bahan baku
- Penurunan kualitas udara akibat dari transportasi bahan baku
- Perubahan kuantitas/kualitas air akibat dari kegiatan pengelolaan
limbah padat, cair dan B3
- Penurunan kesehatan masyarakat akibat dari kegiatan pengelolaan
limbah padat, cair dan B3
3. Area Desa Ngenep, sebagai penerima dampak:
- Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Penurunan kualitas udara akibat dari kegiatan produksi pupuk

129
- Penurunan kesehatan masyarakat akibat dari kegiatan produksi
pupuk
4. Area Desa Girimoyo, sebagai penerima dampak:
- Penurunan kualitas udara akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Penurunan kesehatan masyarakat akibat dari kegiatan produksi
pupuk
5. Area Desa Kepuharjo, sebagai penerima dampak:
- Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Perubahan kuantitas/kualitas akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Penurunan kualitas udara akibat dari kegiatan produksi pupuk
- Penurunan kesehatan masyarakat akibat dari kegiatan produksi
pupuk
6. Area Desa Ampeldento, sebagai penerima dampak:
7. Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan produksi pupuk
8. Penurunan kualitas udara akibat dari kegiatan produksi pupuk
9. Penurunan kesehatan masyarakat akibat dari kegiatan produksi
pupuk

D. Tahap Pasca Operasi


1. Area di Lingkungan PT. Petrokimia Malang, sebagai penerima
dampak:
- Peningkatan kadar debu akibat dari alih fungsi lahan
- Erosi akibat dari alih fungsi lahan
2. Area Kecamatan Karangploso, sebagai penerima dampak:
- Kenaikan tingkat pengangguran akibat dari pelepasan tenaga kerja
- Keresahan masyarakat akibat dari pelepasan tenaga kerja

4.2 Telaahan Terhadap Pengelolaan Dampak


4.2.1 Arahan Pengelolaan Lingkungan
Telaahan dampak penting sebagai dasar pengelolaan ini memberikan
arahan yang jelas mengenai rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
berdasarkan hasil evaluasi dampak penting. Beberapa arahan pengelolaan
lingkungan hidup terhadap beberapa dampak penting pada rencana
pembangunan agroindustry PT Petrokimia Malang disajikan pada Tabel 4.5 di
bawah ini:

130
Tabel 4. 5 Arahan Pengelolaan Lingkungan

Dampak Penting Arahan Penglolaan Lingkungan


Tahap Pra Konstruksi
1. Keresahan Masyarakat  Melakukan sosialisasi dan konsultasi secara
menyeluruh dengan masyarakat yang berlokasi
tempat tinggal disekitar area proyek.
 Diadakannya kotak saran sebagai sarana bagi
masyarakat untuk memberikan masukan, saran
serta pendapat atas dibangunnya proyek
tersebut.
 Menrealisasikan saran yang telah diajukan oleh
masyrakat disekitar area pembangunan proyek
 Membangun hubungan antara aparat setempat
(kepala daerah, tokoh adat, kepala kecamatan,
dan ketua RT) untuk mencapai proses
sosialisasi secara kondusif.
Tahap Konstruksi
 Pemasangan pengumuman lowongan
pekerjaan dan tenaga kerja yang dibutuhkan
 Membangun dan meningkatkan hubungan serta
1. Penurunan Tingkat
jalinan komunikasi yang lebih baik dengan
Pengangguran
masyarakat
 Memprioritaskan tenaga kerja lokal yang
memenuhi kualifikasi dan persyaratan teknis
yang dibutuhkan.
 Membuat saluran drainase (sistem) yang menuju
tempat penampungan sementara.
2. Penurunan Kualitas Air  Mengelola limbah B3 (oli bekas, aki bekas, filter
bekas, dan majun bekas) yang dihasilkan dari
kegiatan konstruksi.
 Melakukan pendataan secara akurat mengenai
jenis, luas dan kondisi lahan yang akan
digunakan.
3. Perubahan Tutupan  Melakukan pembebasan lahan dengan mengikuti
Lahan standar yang telah ditetapkan.
 Mengganti kerusakan/dampak yang terjadi
disekitar lokasi ketika proyek sedang berjalan.
 Melakukan koordinasi dan penyampaian
informasi yang tepat terkait pelaksanaan
pembangunan di lokasi proyek.
4. Peningkatan Kadar  Memasang penutup ketika proses mobilisasi
Debu kendaraan proyek.

131
 Melakukan penyiraman air secara berkala pada
lokasi proyek, terutama jalan akses yang dilalui
kendaraan proyek agar mengurangi debu.
 Membuat kolam pencucian untuk setiap
kendaraan pengangkut material untuk
menghindari potensi peningkatan sebaran debu
pada saat pembangunan berjalan.
 Mensosialisasikan penggunaan APD bagi
pekerja konstruksi sesuai SNI dan kaidah K3.
 Membuat jadwal tertentu mengenai pekerjaan
yang dapat mengganggu masyarakat disekitar
proyek.
 Membangun pagar keliling proyek untuk
melokalisir kebisingan dan bertujuan untuk
melokalisir danpak persebaran debu.
 Menanami tumbuhan yang mampu menyerap
5. Peningkatan kebisingan di area sekitar tapak proyek.
Kebisingan  Mensosialisasikan penggunaan APD bagi
pekerja konstruksi sesuai SNI dan kaidah K3.
 Membuat jadwal tertentu mengenai pekerjaan
yang dapat mengganggu masyarakat disekitar
proyek.
 Membuat saluran drainase (sistem) yang
menuju tempat penampungan sementara.
 Membuat sumur resapan.
6. Erosi  Membuat penampungan air sementara akibat
limpasan permukaan.
 Membiarkan vegetasi tetap ada disekitar
pembangunan proyek.
 Memanfaatkan air tampungan untuk kegiatan
pembangunan proyek.
 Pemberian rambu-rambu lalu lintas untuk
menghindari penumpukan jumlah kendaraan
pada ruas jalan yang sama.
7. Kepadatan Lalu Lintas  Pemberian alternatif jalan masuk dan jalan keluar
untuk menghindari penumpukan kendaraan
pada ruas jalan yang sama
 Bekerja sama dengan Dinas Perhubungan untuk
dapat mengatur lalu lintas pada jam sibuk
Tahap Operasi
 Memantau tingkat kebisingan diakibatkan oleh
1. Peningkatan kegiatan mobilitas material dan peralatan
Kebisingan operasional dengan frekuensi pemantauan 6
bulan sekali.
2. Peningkatan Kadar  Memantau kadar debu yang diakibatkan
Debu selama kegiatan mobilitas material dan

132
peralatan dengan frekuensi pemantauan tiap 6
bulan sekali
 Memantau kualitas udara ambient dari kegiatan
operasional Petrokimia dengan frekuensi
pemantauan tiap 6 bulan sekali.
 Memantau parameter Fisika, Kimia, dan Biologi
Air sesuai baku mutu lingkungan yang
dipersyaratkan, keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 416/MENKES/IX/1990 dan evaluasi
3. Perubahan Kuantitas/
setiap 3 (tiga) bulan sekali selama
Kualitas Air
berlangsungnya tahap operasi.
 Koordinasi dan bekerjasama DLH Kabupaten
Malang dalam melaksanakan pemantauan
kualitas maupun kuantitas air
 Memantau kesehatan masyarakat di Kecamatan
Karangploso dengan mengetahui jumlah
4. Penurunan Kualitas penderita penyakit ISPA atau saluran
Udara pencernaan.
 Memantau hasil uji kualitas udara dengan
memperhatikan KEP-45/MENLH/10/1997 sesuai
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
 Memantau seberapa besar dampak yang
ditimbulkan akibat adanya fasilitas kesehatan
5. Kesehatan Masyarakat masyarakat terhadap jumlah orang yang sakit
dengan melakukan pendataan berkala di pusat
layanan kesehatan setiap 6 bulan sekali.
Tahap Pasca Operasi
1. Peningkatan Jumlah  Memberikan tunjangan kepada seluruh tenaga
Pengangguran kerja yang telah di lepaskan.
 Memberi kompensasi kepada masyarakat
sekitar yang terkena dampak proyek.
 Membangun dan meningkatkan hubungan
dengan jalinan komunikasi yang lebih baik
2. Keresahan Masyarakat
dengan masyarakat.
 Bekerjasama dengan aparat setempat (tokoh
adat, kepala kampung, dan kepala kecamatan
setempat) dalam proses koordinasi dan
pendekatan kepada masyarakat.
 Menutup ruang operasional penghasil debu
potensial agar menahan pesebaran debu
 Memasang terpal/penutup pada bak truk
3. Peningkatan Kadar debu
(yang menutup rapat dan terikat) pada truk
pengangkut material untuk meminimalisir
terjadinya ceceran material konstruksi
 Menerapkan penggunaan APD bagi pekerja

133
konstruksi sesuai SNI dan kaidah K3.
 Membuat jadwal tertentu mengenai pekerjaan
yang dapat mengganggu masyarakat
disekitar pabrik.
 Menyirami jalan operasional diarea tapak
proyek
 Membuat saluran drainase (sistem) yang
menuju tempat penampungan sementara.
 Membuat sumur resapan.
4. Erosi  Membuat penampungan air sementara akibat
limpasan permukaan.
 Membiarkan vegetasi tetap ada disekitar
kegiatan pengosongan lahan
 Memanfaatkan air tampungan untuk kegiatan
pengosongan lahan

4.2.2 Arahan Pemantauan Lingkungan


Arahan pemantauan lingkungan terhadap pelaksanaan pengelolaan
dampak lingkungan perlu disusun karena perlu dilakukan pengelolaan sesuai
dengan hasil evaluasi dari jenis dampak penting yang diperoleh. Arahan
pemantauan lingkungan hidup terhadap dampak penting dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Arahan Pemantauan Lingkungan

Dampak Penting Arahan Pemantauan Lingkungan


Tahap Pra Kontruksi
 Memantau isu negatif dan permasalahan masyarakat
1.Keresahan selama kegiatan sosialisasi dengan merundingkan
Masyarakat solusi dahulu bersama pemrakarsa dan pihak
berkaitan.
Tahap Konstruksi
 Memantau tingkat perekonomian masyarakat sekitar
1. Penurunan apabila meningkat berarti pemrakarsa telah melakukan
Tingkat kesepakatan yang dibuat dengan masyarakat yang
Pengangguran akan menyejahterakan masyarakat sekitar dengan
adanya kegiatan konstruksi
 Memantau kesehatan masyarakat di Desa
Ngijo,Ngenep,Girimoyo,Kepuharjo,Ampeldento
2. Terjadinya Kabupaten Malang dengan mengetahui jumlah
Penurunan masyarakat yang menderita penyakit kulit.
Kualitas Air Dilaksanakan selama kegiatan mobilisasi tenaga kerja,
bahan dan peralatan. Evaluasinya setiap 6 (enam)
bulan sekali selama berlangsungnya tahap konstruksi.

134
 Melakukan pemantauan tutupan lahan secara
terencana dan terkendali, Pemantauan ini dilakukan
menurut prosedur metodologu ilmiah yang ketat.
3. Perubahan
Pemantauan tutupan lahan ini dilakukan di Desa Ngijo
Tutupan Lahan
Kecamatan Karangploso. Pemantauan ini dilakukan
dengan frekuensi dan siklus waktu tertentu yang tetap
selama berlangsungnya tahap konstruksi.

 Melakukan pemantauan arus lalu lintas pada saat


kegiatan bongkar muat kegiatan konstruksi
4. Kepadatan Lalu berlangsung dengan tidak terlalu membuat banyak
Lintas kendaraan masuk ke wilayah arah proyek itu
berlangsung dan membuat jadwal mengenai
kendaraan yang akan datang pada lokasi proyek
 Memantau aktifitas pembangunan fisik dari aktifitas
pembangunan fisik, gedung, jalan serta sarana dan
prasarana selama tahap konstruksi yang dapat
meningkatkan kadar debu di Desa Ngijo, Karangploso.
5. Peningkatan
Memantau kadar debu yang diakibatkan selama
Kadar Debu
kegiatan mobilitas material dan peralatan dengan
frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali. Memantau
kualitas udara ambient dari kegiatan pembangunan
pabrik dengan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan
sekali.
 Memantau tingkat kebisingan diakibatkan oleh
6. Peningkatan
kegiatan mobilitas material dan peralatan dengan
Kebisingan
frekuensi pemantauan 6 bulan sekali.
 Memantau daerah-daerah tempat sering terjadinya
genangan dan limpasan permukaan. Memantau
terselesaikannya penerapan solusi penanganan
5. Erosi
limpasan permukaann. Memantau dan menghitung laju
erosi yang terjadi untuk dilaporkan kepada pemerintah
yang berwenang dengan pemantauan setidaknya 2
kali dalam 1 bulan selama kegiatan proyek.
Tahap Operasi
 Memantau tingkat kebisingan diakibatkan oleh
1. Peningkatan
kegiatan mobilitas material dan peralatan operasional
Kebisingan
dengan frekuensi pemantauan 6 bulan sekali.
 Memantau kadar debu yang diakibatkan selama
kegiatan mobilitas material dan peralatan dengan
2. Peningkatan frekuensi pemantauan tiap 6 bulan sekali
Kadar Debu  Memantau kualitas udara ambient dari kegiatan
operasional Petrokimia dengan frekuensi pemantauan
tiap 6 bulan sekali.
3. Perubahan  Memantau parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air

135
Kuantitas/Kualita sesuai baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan,
s Air keputusan Menteri Kesehatan Nomor
416/MENKES/IX/1990 dan evaluasi setiap 3 (tiga)
bulan sekali selama berlangsungnya tahap operasi.
 Koordinasi dan bekerjasama DLH Kabupaten Malang
dalam melaksanakan pemantauan kualitas maupun
kuantitas air
 Memantau kesehatan masyarakat di Kecamatan
Karangploso dengan mengetahui jumlah penderita
4. Penurunan penyakit ISPA atau saluran pencernaan.
Kualitas Udara  Memantau hasil uji kualitas udara dengan
memperhatikan KEP-45/MENLH/10/1997 sesuai
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
 Memantau seberapa besar dampak yang ditimbulkan
akibat adanya fasilitas kesehatan masyarakat terhadap
5. Kesehatan
jumlah orang yang sakit dengan melakukan pendataan
Masyarakat
berkala di pusat layanan kesehatan setiap 6 bulan
sekali.
Tahap Pasca Operasi
1. Peningkatan
Jumlah -
Pengangguran
 Memantau isu negatif yang berkembang,
2. Keresahan permasalahan dan ketegangan atau ketidakpuasan
Masyarakat dari anggota masyarakat selama berlangsungnya
kegiatan pasca operasi.
 Memantau kadar debu yang diakibatkan selama
kegiatan pembongkaran gedung dengan frekuensi
3. Peningkatan pemantauan tiap 6 bulan sekali.
Kadar Debu  Memantau kualitas udara ambient dari kegiatan
pembongkaran gedung dengan frekuensi pemantauan
tiap 6 bulan sekali.
 Memantau daerah-daerah yang sering terjadi
genangan dan limpasan permukaan.
 Memantau terselesaikannya penerapan solusi
4. Erosi penanganan limpasan permukaan.
 Memantau dan menghitung laju erosi yang terjadi
untuk dilaporkan kepada pemerintah yang berwenang
dengan pemantauan setidaknya 1 kali dalam 1 bulan
selama kegiatan pengosongan lahan.

4.3 Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup


Kelayakan lingkungan merupakan pernyataan secara jelas apakah suatu
proyek atau kegiatan layak secara lingkungan berdasarkan hasil evaluasi
dampak dan arahan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Dampak-

136
dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari proyek atau kegiatan baik dampak
positif maupun dampak negatif harus dikelola dimana dampak negative yang
ditimbulkan dimaksimalkan sebesar mungkin. Dalam pelaksanaanya semua
dampak harus dikelola agar dampaknya terhadap lingkungan dapat dipantau
sehingga pelaksanaan pembangunan tidak akan memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis prakiraan dampak penting dan hasil prakiraan dan
evaluasi dampak, maka kegiatan Pembangunan agroindustry PT Petrokimia
Malang di Desa Ngijo Kecamatan Karangploso dapat dinilai layak dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Aspek Tata Ruang, Rencana Pembangunan yang
berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Malang tidak
bertentangan atau telah memiliki kesesuaian dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Timur baik pada rencana struktur
maupun rencana pola ruang, dimana lahan yang dipergunakan
sebagai kawasan pembangunan PT. Petrokimia Malang telah adalah
kawasan industri
2. Berdasarkan Aspek Legalitas, Rencana Pembangunan PT.
Petrokimia Malang telah mendapatkan Persetujuan Ijin Prinsip
Pembangunan PT Petrokimia Malang yang dikeluarkan oleh disetujui
oleh Bupati berdasarkan surat keputusan Bupati Malang
No.173.63/28/ILK/312.921/2017 seluas 20 ha.
3. Berdasarkan Aspek Teknis, Rencana Pembangunan PT Petrokimia
Malang telah didesain secara tepat dan teliti berdasarkan hasil studi
kajian teknis, ekonomis, dan kajian lingkungan. Unit-unit bangunan
PT. Petrokimia Malang dan sarana penunjangnya telah didesain
sesuai dengan Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPM) yang
berlaku.
4. Kegiatan pembangunan PT. Petrokimia Malang tidak mengganggu
kepentingan pertahanan dan keamanan wilayah, regional maupun
pertahanan dan keamanan nasional.
5. Berdasarkan prakiraan besaran dan sifat dampak penting terhadap
aspek fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat, pemrakarsa Pembangunan PT Petrokimia Malang telah
merencanakan upaya pengelolaan dampak sejak awal serta
merencanakan upaya pengelolaan dampak dari hasil berbagai
dampak penting hipotetik berdasarkan hasil prakiraan besaran dan
sifat penting dampak, sehingga semua dampak yang diprakirakan
timbul dapat dikelola dan/atau dipantau dengan baik.
6. Pemrakarsa berkomitmen untuk melaksanakan upaya pengelolaan
dan pemantauan terhadap berbagai dampak lingkungan hasil
evaluasi secara holistik dari berbagai aspek fisik-kimia, biologi, sosial
ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat yang diprakirakan
terjadi dengan serangkaian upaya pengelolaan baik dengan
pendekatan teknologi, pendekatan sosial, maupun pendekatan

137
institusi yang selanjutnya dirumuskan secara sistematis dalam
dokumen RKL dan RPL.
7. Pemrakarsa kegiatan Pembangunan PT. Petrokimia Malang memiliki
kemampuan dalam melakukan pengelolaan tertentu untuk
mengurangi gangguan nilai – nilai sosial wilayah setempat yang
ditunjukkan dengan adanya persepsi dan sikap positif dan dukungan
masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan, serta partisipasi dan
keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan
Pembangunan PT. Petrokimia Malang .
8. Kegiatan Pembangunan PT. Petrokimia Malang selain kegiatan
pengadaan tanah untuk tapak proyek tidak mempengaruhi entitas
yang memiliki nilai penting secara ekologis, karena lokasi / tapak
pembangunan tidak berada di lokasi habitat flora dan fauna langka
atau dilindungi.
9. Kegiatan Pembangunan PT. Petrokimia Malang selain kegiatan
pengadaan tanah untuk bentuk tapak proyek tidak menimbulkan
gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang berada disekitar lokasi, karena kegiatan yang
dilakukan tidak sejenis dengan kegiatan yang telah ada, lebih dari itu
diupayakan akan semakin mendorong kegiatan ekonomi lokal dan
pengembangan wilayah di sekitar lokasi PT. Petrokimia Malang .
10. Kegiatan pembangunan PT. Petrokimia Malang tidak akan melebihi
daya dukung dan daya tampung lingkungan, berdasarkan aspek
lahan pemukiman wilayah Kecamatan Karangploso masih tergolong
wilayah dengan kepadatan penduduk rendah. Berdasarkan neraca air
wilayah Kecamatan Karangploso masih tercukupi dalam hal
penyediaan air bersih, residu limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
pembangunan tidak akan melebihi daya tamping beban pencemaran
karena sudah diupayakan adanya pengolahan limbah sehingga
residu yang dibuang kelingkungan memenuhi baku mutu yang
diijinkan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka kegiatan
Pembangunan PT. Petrokimia Malang dinyatakan Layak Secara Lingkungan.
Hasil kajian berdasarkan dampak – dampak yang harus dikelola dan dipantau
maka, pemrakarsa dan pelaksana proyek diwajibkan mengelola dan memantau
dampak negatif yang ditimbulkan mulai dari tahap pra kontruksi sampai dengan
tahap pasca operasi menjadi seminimal mungkin dampaknya terhadap
lingkungan serta meningkatkan dampak positif sehingga nantinya manfaat yang
ditimbulkan akan lebih besar dibandingkan dampak negatif. Uraian proses
analisis dampak sebagaimana dijelaskan di atas, dapat pula ditambahkan
dengan Tabel 4.7 seperti berikut:

138
Tabel 4. 7 Tabel Ringkasan Analisis Dampak Penting

DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Tahap Pra Konstruksi
Masyarakat bersosialisasi baik Besarnya Dampak: a) Interaksi DPH - 01
satu dengan lainnya dimana Indikator yang digunakan untuk memperkirakan Dampak yang timbul pada proses pra-konstruksi
masih menjunjung sesuai norma keresahan masyarakat ialah melalui sosialisasi adalah timbulnya keresahan masyarakat pada
dan nilai kemasyarakatan yang sekaligus penyebaran kuisioner kepada kegiatan publikasi dan sosialisasi masyarakat.
berlaku. Kuisioner yang disiapkan responden. Selain itu juga dilakukan wawancara Keresahan ini dapat diminimalisir dengan
untuk evaluasi melalui survei dan dengan pengadaan survei lapang ke pemukiman diadakannya kegiatan sosialisasi yang dilakukan
investigasi dibagikan dan masyarakat oleh pihak tim penyusun AMDAL beserta
2. Keresahan masyarakat menunjukkan respon pemrakarsa. Dampak ini tidak ditemukan
Masyarakat positif Penting Dampak: berinteraksi dengan dampak lain, maka dampak
Penting. Keresahan masyarakat akan muncul keresahan masyarakat tidak termasuk dampak
selama masa kegiatan pra konstruksi yaitu penting dan termasuk dampak tidak penting.
selama setahun tahun sehingga butuh waktu
singkat. Dari jumlah komponen lingkungan yang
terkena dampak maka sifar kumulatif dampak
muncul secara relative singkat
Tahap Konstruksi
Pengujian terhadap kualitas air Besarnya Dampak: a) Interaksi DPH-02
menunjukkan hasil pada Parameter yang digunakan untuk memprakirakan Dampak penurunan tingkat
parameter fisik dengan nilai TDS dampak penurunan kualitas air adalah parameter pengangguran pada kegiatan rekrutmen tenaga
yang masih dibawah baku mutu fisik, kimia dan biologis berdasarkan pengujian kerja di daerah tapak proyek. Jumlah tenaga kerja
yaitu 440 mg/l dimana baku mutu kualitas air di area persawahan dekat lokasi yang direkrut adalah sebesar 350 orang pada
yaitu sebesar 1500 mg/l. Selain itu proyek, bantaran sungai Brantas dan dari masa konstruksi yang berlangsung selama 2
8. Penurunan pada parameter kimia dengan perumahan yang terletak 200 m dari lokasi tahun. Tenaga kerja itu terdiri dari 2 manager
Kualitas Air kandungan zat organik (KmnO4) proyek. Kualitas udara diperkirakan akan proyek, 2 site manager, 8 supervisor, 12 mekanik,
yang masih dibawah baku mutu mengalami penurunan akibat adanya kegiatan 8 administrasi, 18 engineer dan 300 tenaga kerja
yaitu 2,12 mg/l dimana baku mutu penyiapan lahan serta pembangunan fisik pabrik kasar. Pekerja kasar sejumlah 300 orang direkrut
yaitu sebesar 10 mg/l. Parameter yang berlangsung selama 2 tahun. dari warga sekitar proyek. Dampak penurunan
Biologi dilakukan pengamatan tingkat pengangguran tidak berinteraksi dengan
pada tola coliform dimana didapat Penting Dampak: dampak lain yang terjadi selama proyek

139
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
hasil sebesar 1.8 MPN/ml dimana Penting. Dampak kualitas air mengakibatkan konstruksi berlangsung.
baku mutu sebesar 50 MPN/ml. perubahan terhadap 2 komponen yaitu perubahan
b) Interaksi DPH-03, DPH-04, DPH-06,
persepsi dan sikap masyarakat serta keresahan
dan DPH-08
masyarakat. Berdasarkan banyaknya komponen
Dampak perubahan tutupan lahan pada
terkena dampak maka sifat kumulatif dampak
kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan dan
berlangsung kumulatif relatif singkat
peralatan, serta dampak perubahan tutupan lahan
Diketahui bahwa di Kabupaten
dan penurunan kualitas air dam juga peningkatan
Malang yang meliputi 33 Besarnya Dampak:
kadar debu, dan erosi pada kegiataan persiapan
kecamatan dengan luas wilayah Parameter yang digunakan untuk memperkirakan
lahan pada tapak proyek dan pembangunan fisik
2.977,05 km2. Luas Kecamatan dampak perubahan tata ruang lahan dengan
gedung, jalan, serta sarana, dan prasarana
Karang Ploso sendiri adalah metode analisis pengelompokan percepatan
berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama
sebesar 58,07 km2. Pada daerah perubahan penggunaan lahan berdasarkan
yaitu pada masa konstruksi yang berlangsung
proyek, penggunaan lahan segmen yang telah ditentukan. Analisis ini
selama 2 tahun. Interaksi terjadi yaitu pada
eksisting didominasi oleh dilakukan perhitungan terhadap luas dan
9. Perubahan Tata Kecamatan Karang Ploso tepatnya di Desa Ngijo.
persawahan dan selebihnya kecepatan perubahan lahan yang merupakan
Ruang Lahan Pada proses penyiapan lahan, dibutuhkan unit
adalah lahan terbuka. Luas komponen penyusun karakteristik perubahan
kendaraan yang digunakan selama proses
daerah persawahan di lahan penggunaan lahan.
konstruksi adalah Pile Drive Hammer sebanyak
eksisting sebesar 127 ha,
10 unit, Crane sebanyak 10 unit, Truck sebanyak
sementara lahan terbuka sebesar Penting Dampak:
15 unit, Concrete Mixer sebanyak 8 unit, Buldozer
97,32 ha. Selain itu, di daerah ini Penting. Dampak perubahan penggunaan lahan
sebanyak 5 unit, dan Compressor sebanyak 8
terdapat lahan terbuka yang tidak terlalu berpengaruh banyak. Dampak
unit. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
cenderung kritis karena perubahan penggunaan lahan mengakibatkan
kadar debu yang disebabkan oleh kendaraan
mempunyai kelerengan yang perubahan terhadap empat komponen.
proyek. Dampak perubahan tata ruang lahan
tinggi
sebagai akibar dari penyiapan lahan dan
Kondisi kualitas udara di lokasi Besarnya Dampak: pembangunan fisik gedung juga akan berakibat
kegiatan konstruksi pada saat Parameter yang digunakan untuk memprakirakan terhadap kualitas air dan erosi. Perubahan tata
sebelum dilakukan kegiatan dampak peningkatan kadar debu adalah analisis ruang yang berakibat berubahnya permukaan
10. Peningkatan (kondisi rona lingkungan awal) peningkatan kadar debu (Total Suspended tanah dan berkurangnya lahan terbuka hijau akan
Kadar Debu dan adalah baik, hal ini dapat dilihat Partikulat) saat kegiatan mobilisasi peralatan, berdampak pada kualitas air yang menurun dan
Kebisingan dari kondisi setempat yang belum tenaga kerja, dan material. tingkat erosi yang semakin besar. Dampak-
tercemar. Secara umum kondisi dampak ini akan berlangsung selama masa
kadar debu (TSP) dan kebisingan Penting Dampak: konstruksi yaitu selama 2 tahun. Karena kegiatan

140
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
di lokasi rencana tapak proyek Penting. Dampak peningkatan kadar debu dan pada ruang dan waktu yang sama, maka dampak
kondisinya masih sangat baik, di kebisingan berpengaruh sedikit. Dampak kualitas perubahan tutupan lahan, penurunan kualitas air,
mana masih di bawah baku mutu air mengakibatkan perubahan terhadap 4 peningkatan kadar debu, dan erosi pada kegiatan
yang dipersyaratkan. komponen. mobilisasi tenaga kerja, bahan, dan peralatan,
persiapan lahan pada tapak proyek serta
pembangunan fisik gedung, jalan, sarana dan
prasana merupakan dampak penting.

c) Interaksi DPH-05 dan DPH-07


Dampak kepadatan lalu lintas pada kegiatan
mobilisasi tenaga kerja, bahan, dan peralatan
serta dampak peningkatan kebisingan pada
kegiatan pembangunan fisik gedung, jalan serta
sarana dan prasarana berinteraksi pada ruang
dan waktu yang sama yaitu pada masa konstruksi
konstruksi yang berlangsung selama 2 tahun.
Interaksi terjadi yaitu pada Kecamatan Karang
Ploso tepatnya di Desa Ngijo. Kegiatan mobilisasi
tenaga kerja, bahan dan peralatan
mengakibatkan meningkatnya arus kendaraan
pada jalan sekitar proyek. Jalanan yang sempit
menyebabkan kepadatan lalu lintas menghasilkan
kebisingan. Selain itu arus kendaraan yang
masuk pada kegiatan pembangunan fisik gedung,
jalan, sarana dan prasana akan berdampak juga
pada peningkatan kebisingan di sekitar daerah
proyek. Dampak-dampak ini akan berlangsung
selama masa konstruksi yaitu selama 2 tahun.
Karena kegiatan pada ruang dan waktu yang
sama, maka dampak kepadatan lalu lintas pada
kegiatan mobilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan serta dampak peningkatan kebisingan
pada kegiatan pembangunan fisik gedung, jalan,

141
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
serta sarana dan prasarana merupakan dampak
penting.

Tahap Konstruksi
Pengujian terhadap kadar debu di Interaksi DPH-06,DPH-07, DPH-09, DPH-
lokasi tanpa proyek didapatkan 10,DPH-11
hasil sebesar 104 μg/m3, Besarnya Dampak: Dampak peningkatan kebisingan,
sedangkan kadar debu di lokasi Negatif kecil, karena hasil pengujian masih peningkatan kadar debu, perubahan
permukiman sebesar 90.9 μg/m3. dibawah standar baku mutu dan belum kuantitas/kualitas air, penurunan kualitas udara,
Hasil pengujian tersebut masih menimbulkan dampak pada manusia. dan penurunan kesehatan masyarakat
1. Peningkatan dibawah standar baku mutu yaitu berinteraksi pada ruang yang sama, yaitu selama
Kadar Debu 260 μg/m3. Secara umum kondisi Pentingnya Dampak: kegiatan operasional Petrokimia Malang (15
kadar debu (TSP) di lokasi Negatif kecil dan penting, lama berlangsungnya tahun). Kegiatan yang dapat merubah kondisi
rencana tapak kegiatan selama 15 tahun, jumlah manusia terkena kualitas kebisingan secara umum adalah aktivitas
kondisinya masih sangat bagus, dampak adalah kecamatan karangploso. yang menimbulkan pengaruh dari kualitas
dimana masih di bawah baku kebisingan yaitu peningkatan aktivitas
mutu yang dipersyaratkan transportasi, hasil pemeriksaan menunjukkan nilai
Besarnya Dampak : dikisaran 33,2-39,2 dB selain itu, peralatan,
Aktivitas yang menimbulkan
Negatif sangat kecil, Dimana kegiatan operasional mesin, dan tenaga kerja operasional juga
pengaruh dari kualitas kebisingan
kendaraan dan mesin produksi tidak selalu 24 jam menyebabkan jarak sekitar 15 m dapat mencapai
adalah dari peningkatan aktivitas
digunakan. sekitar 80 dB. Dari dampak kebisingan yang
2. Peningkatan transportasi. Hal ini dapat
diakibatkan aktivitas tranportasi serta kegiatan
Kebisingan disimpulkan bahwa kondisi relatif
Pentingnya Dampak : operasional mesin, kegiatan tersebut
sama dengan kondisi rona awal.
Negatif kecil dan penting, karena dilakukan menyebabkan potensi kegitan dampak
Tingkat kebisingan dari hasil
selama operasi berjalan, akan dapat menurunkan peningkatan kadar debu yang didapatkan hasil uji
pemeriksaan menunjukkan nilai
kualitas pendengaran pada masyarakat pada sebesar 104 μg/m3 pada sekitar pabrik,
dikisaran 33,2-39,2 Db.
sekitar pabrik. sedangkan kadar debu di lokasi permukiman
Pengujian terhadap kualitas air Besarnya Dampak: sebesar 90.9 μg/m3. Hasil pengujian tersebut
3. Perubahan menunjukkan hasil pada Negatif sedang, pada produksi pupuk kegiatan masih dibawah standar baku mutu yaitu 260
Kualitas/Kuantitas Air parameter fisik dengan nilai TDS tersebut akan memakai air dalam skala besar μg/m3. Hasil kegiatan dampak perubahan
yang masih dibawah baku mutu sehingga mempengaruhi kuantitas air serta kuantitas/kualitas air didapatkan nilai uji TDS

142
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
yaitu 680 mg/l dimana baku mutu memproduksi limbah cair, oleh dari itu diperlukan sebesar 680 mg/l, parameter kimia sebesar 4,49
yaitu sebesar 1500 mg/l. Selain itu pengolahan limbah cair dengan pengolahan baik, mg/l, dan parameter biologi sebesar 10.9
pada parameter kimia dengan agar air yang dibuang kembali pada lingkungan MPN/ml. Penurunan kualitas udara sangat
kandungan zat organik (KmnO4) tidak melebihi standar baku mutu yang ada. bersangkutan pada peningkatan kadar debu dan
yang masih dibawah baku mutu peningkatan kebisingan dari faktor aktivitas
yaitu 4,49 mg/l dimana baku mutu Pentingnya Dampak: transportasi yang didapatkan hasil uji kualitas
yaitu sebesar 10 mg/l. Parameter Negatif sedang dan penting, karena efisiensi udara di lokasi proyek didapatkan hasil sebesar
Biologi dilakukan pengamatan pengolahan limbah memiliki kurun waktu dalam 89 µg/m3 dan kemudian pada lokasi permukiman
pada total coliform dimana didapat mengolah limbah cair, apabila pengolahan limbah sebesar 72,5 µg/m3. Hasil pengujian tersebut
hasil sebesar 10.9 MPN/ml cair sudah tidak efisien maka air buangan limbah masuk dalam kategori sedang, dari hasil interaksi
dimana baku mutu sebesar 50 dapat mencemari kualitas air. peningkatan kebisingan, peningkatan kadar debu,
MPN/ml. perubahan kuantitas/kualitas air, penurunan
Pengujian kualitas udara di lokasi kualitas udara setiap kegiatan tersebut juga
proyek didapatkan hasil sebesar sangat berpengaruh pada masyarakat sekitar
89 µg/m3 dan kemudian pada yang menyebabkan menjadinya penurunan
lokasi permukiman sebesar 72,5 kesehatan masyarakat, hal tersebut dapat dilihat
µg/m3. Hasil pengujian tersebut Besarnya Dampak: pada persentase penyakit terbanyak di
masuk dalam kategori sedang Jumlah masyarakat yang dapat terkena dampak Puskesmas Karangploso. Penyakit Diare menjadi
yaitu Tingkat Kualitas udara yang bisa 30-45% dari total penduduk. penyakit paling dominan yang tercatat di
tidak berpengaruh pada Puskesmas Kecamatan Karangploso pada tahun
4. Penurunan kesehatan manusia atau hewan Pentingnya Dampak: 2019 dengan persentase sebesar 13,77%. dari
Kualitas Udara tetapi berpengaruh pada Negatif sedang dan penting, karena lamanya jumlah total 12 penyakit paling dorninan.
tumbuhan yang sensitif dan nilai operasi pada pabrik pupuk dengan kategori Sedangkan ISPA menjadi penyakit paling
estetik. Secara umum kondisi sedang dapat menimbulkan kategori tidak sehat dominan ketiga dengan persentase 13,31% diikuti
kualitas udara di lokasi kegiatan, yang dapat menyebabkan tidak sehat bagi asma bronchial paling dominan kedelapan
kondisi masih bagus bagi manusia serta hewan dan tumbuhan. dengan persentase 6,85% dari jumlah total 12
manusia, namun bagi tumbuhan penyakit paling dominan. Penyakit ISPA erat
yang memiliki sensitif terhadap kaitannya dengan kualitas udara,begitupun astrna
udara akan berdampak layu atau bronchial yang juga sering diderita warga yang
mati. merupakan penyakit yang berkembang dalam
masyarakat. Potensi penyebaran penyakit di
5. Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Besarnya Dampak: masyarakat umumnya dipengaruhi oleh
Masyarakat Malang menunjukkan bahwa Negatif sedang, jumlah manusia yang terkena lingkungan, meliputi kualitas udara, kualitas air

143
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
tercatat 12 jenis penyakit di dampak dimana prosentase masyarakat yang dan perkembangan vektor penyakit. Dari analisis
Kecamatan Karangploso. Dari terkena dampak 21-30 % dari total penduduk. tersebut maka dampak peningkatan kebisingan,
jumlah kasus tersebut penyakit peningkatan kadar debu, perubahan
yang paling banyak terjadi adalah Pentingnya Dampak: kuantitas/kualitas air, penurunan kualitas udara,
Diare dengan jumlah penderita Negatif sedang dan penting, dampak kesehatan dan penurunan kesehatan menjadi dampak
sebanyak 15,33%. Meskipun masyarakat merupakan dampak akan dari pabrik. penting.
demikian, Kecamatan Dimana operasi pabrik selama 15 tahun dan
Karangploso sendiri memiliki dapat menular kepada masyarakat pada
jumlah fasilitas kesehatan berupa karangploso atau lebih banyak lagi.
RSU pemerintah berjumlah 1,
RSU Swasta berjumlah 1
Tahap Pasca Operasi
Besarnya Dampak: a) Interaksi DPH – 01 dan DPH – 12
Parameter yang digunakan untuk memprakirakan Dampak dari pelepasan tenaga kerja dan
besarnya dampak peningkatan jumlah dampak tingkat pengangguran berinteraksi pada
Berdasarkan lapangan usaha,
pengangguran adalah jumlah masyarakat yang ruang yang sama, yaitu pada karyawan ataupun
jumlah penduduk yang bekerja
tidak bekerja dan tidak berwirausaha, dampak ini pekerja, pada waktu yang sama, yaitu hilangnya
adalah sebesar 584.743 jiwa yang
timbul akibat adanya pelepasan tenaga kerja di mata pencaharian karyawan dan pekerja. Bentuk
terdiri dari 359.720 jiwa pekerja
PT. Petrokimia Malang. Besarnya dampak interaksi dari kedua DPH tersebut merupakan
1. Peningkatan laki-laki dan 226.023 jiwa pekerja
peningkatan jumlah pengangguran diprakirakan hubungan yang saling berkaitan dimana jika
Jumlah perempuan yang sebagian besar
dengan metode analogi yang berdasarkan pada timbul pelepasan tenaga kerja mengenai kegiatan
Pengangguran bekerja pada sector pertanian
pengamatan data yang ada di lapangan. proyek pada daerah tersebut, maka secara
yaitu sekitar 47,15% dan pada
bersamaan tingkat pengangguran akan
sector bangunan 7,40%
Pentingnya Dampak: bertambah sesuai dengan sebab yang terjadi
sedangkan sisanya bekerja pada
Penting. Dampak peningkatan jumlah pada pelepasan tenaga kerja sehingga
sector perdagangan, keuangan,
pengangguran tidak berpengaruh banyak. menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran
industri dan lainnya.
Dampak peningkatan jumlah pengangguran baik bagi karyawan perusahaan ataupun
mengakibatkan perubahan terhadap dua masyarakat sekitar pabrik PT. Petrokimia Malang
komponen selama masa pasca operasi 2 tahun. Jika tidak
Kondisi sosial masyarakat di Besarnya Dampak: dapat dihindari maka dampak pelepasan tenaga
2. Keresahan
sekitar lokasi pembangunan PT Parameter yang digunakan untuk memprakirakan kerja akan berubah menjadi negative dan akan
Masyarakat terjadi keresahan masyarakat hal itu dapat
Petrokimia Malang dapat dampak. Timbulnya keresahan masyarakat

144
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
dikatakan damai dan kondusif, kondisi sosial masyarakat. Analisis ini bersifat dihindari dan akan menjadi positif apabila
dimana masyarakat hidup rukun deskriptif evaluatif. terdapat tunjangan setimpal pada karyawan
dan berdampingan satu dengan pabrik pembangunan pabrik semen PT.
lainnya tanpa adanya gejolak Pentingnya Dampak: Petrokimia Malang. Dari analisis tersebut maka
sosial yang mengganggu Penting. Dampak keresahan masyarakat DPH-01 dan DPH-12 menjadi dampak penting.
kehidupan masyarakat. Pola berpengaruh sedikit, apabila dilihat dari jumlah
interaksi antar individu dan antar manusia yang terkena dampak dimana b) Interaksi DPH – 06 dan DPH – 08
kelompok masih menjunjung tinggi prosentase masyarakat yang terkena dampak 21- Dampak dari alih fungsi lahan dan
nilai dan norma sosial yang 30 % dari total penduduk. Dampak keresahan peningkatan kadar debu berinteraksi pada ruang
berlaku. Pada saat pelaksanaan masyarakat mengakibatkan perubahan terhadap yang sama yaitu pada masyarakat ataupun para
kegiatan sosialisasi dan konsultasi 1 komponen pekerja disekitar lokasi pabrik yaitu Kecamatan
publik serta wawancara Karangploso selama masa pasca operasi 2 tahun.
penyebaran kuisioner telah Bentuk interaksi kedua dampak tersebut adalah
disampaikan beberapa keinginan hubungan sebab-akibat. Kegiatan alih fungsi
masyarakat akan harapan yang lahan dari bangunan pabrik menjadi persawahan
cukup besar dengan berdirinya akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
pabrik untuk merubah SDM di kadar debu dan dapat disebabkan oleh mobilitas
sekitar lokasi. kendaraan serta, proses alih fungsi lahan, serta
Pengujian terhadap kadar debu di Besarnya Dampak: kegiatan pembongkaran bangunan PT Petrokimia
lokasi tanpa proyek didapatkan Parameter yang digunakan untuk memprakirakan Malang dimana partikulat debu dari tanah akan
hasil sebesar 104 μg/m3, dampak peningkatan kadar debu adalah analisis banyak yang terangkat ke udara. Walaupun
sedangkan kadar debu di lokasi peningkatan kadar debu (TSP) saat kegiatan demikian dengan tidak banyaknya aktivitas lain
permukiman sebesar 90.9 μg/m3. mobilisasi material, tenaga kerja. Analisis besaran disekitar lokasi proyek serta jarak perumahan
Hasil pengujian tersebut masih dampak dilakukan dengan baku mutu dan analisis terdekat juga cukup jauh serta kecepatan angin
3. Peningkatan dibawah standar baku mutu yaitu evaluatif. yang tidak terlalu tinggi. Serta dengan adanya
Kadar Debu 260 μg/m3. Secara umum kondisi pembokaran pabrik maka dampak yang mungkin
kadar debu (TSP) di lokasi Pentingnya Dampak: terjadi yaitu pengikisan tanah oleh air atau dapat
rencana tapak kegiatan Penting. Dampak peningkatan kadar debu dan disebut juga dengan erosi yang menyebabkan,
kondisinya masih sangat bagus, kebisingan berpengaruh sedikit. Dampak kualitas semakin banyak limpasan maka semakin banyak
dimana masih di bawah baku air mengakibatkan perubahan terhadap 1 tanah yang akan terbawa oleh aliran air. Untuk itu
mutu yang dipersyaratkan. komponen. dampak- dampak tersebut saling berinteraksi satu
sama lain. Dari uraian diatas maka dapat
4.Erosi Dari data curah hujan tahun 2009- Besarnya Dampak: disimpulkan bahwa DPH-06 dan DPH-08 menjadi

145
DPH Rona Awal Lingkungan Hidup Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
2018 tersebut dilokasi studi Parameter yang digunakan untuk memprakirakan dampak penting.
mengalami hujan sepanjang tahun dampak erosi adalah analisis data muatan
kecuali dibulan September. Curah sedimen, berat jenis tanah, dan besarnya nisbah
hujan terendah terjadi pada Bulan pelepasan sedimen (sediment delivery ratio).
Agustus, dimana curah hujan rata- Analisis besaran dampak yang umum digunakan
rata 1 mm/hari, sedangkan curah adalah dengan analisis jumlah tanah tererosi,
hujan rata-rata tertinggi berada curah hujan, erodibilitas tanah, kemiringan lereng,
pada bulan Desember dengan dan vegetasi. Parameter-parameter tersebut
curah hujan rata-rata mencapai menggunakan metode USLE.
646,4 mm/hari. Data hari hujan
menunjukkan bahwa pada tahun Pentingnya Dampak:
2018 pada bulan Desember Penting. Dampak erosi berpengaruh sedikit,
tercatat hari hujan tertinggi yaitu apabila dilihat dari jumlah manusia yang terkena
30 hari dan hari terendah terjadi dampak dimana presentase masyarakat yang
pada bulan September yaitu tanpa terkena dampak 11-20% dari total penduduk.
ada hari hujan. Dampak erosi mengakibatkan perubahan
terhadap 2 komponen.

146

Anda mungkin juga menyukai