Anda di halaman 1dari 28

BAB III

HASIL PENELITIAN

Mengenai upaya guru agama dalam membina pengamalan shalat siswa di

SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan ada beberapa hal yang penulis

kemukakan yang kesemuanya itu hasil dari penelitian, diantaranya adalah yang

pertama kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru agama dalam membina

pengamalan shalat siswa SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan. Kedua

kiat-kiat guru agama dalam membina pengamalan shalat siswa SMPN I Muara

Labuh. Ketiga kondisi pengamalan shalat siswa SMPN I Muara Labuh. Keempat

kendala-kendala yang dihadapi guru agama dalam membina pengamalan shalat

siswa SMPN I Muara Labuh. Kelima usaha-usaha yang dilakukan guru agama

dalam mengatasi kendala-kendala yang ada dalam membina pengamalan shalat

siswa SMPN I Muara Labuh.

A. Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Guru Agama Dalam Membina

Pengamalan Shalat Siswa SMPN I Muara Labuh.

Guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran di

sekolah dan membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan

hidupnya secara optimal. Secara sederhana, tugas guru adalah mengarahkan

dan membimbing anak didik agar memiliki kemampuan dan pengetahuan

pada hakikatnya sebagai guru agama yang harus mampu menjadikan siswa

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

68
2

Dalam pembinaan pengamalan shalat siswa, kami guru-guru agama

berupaya agar para siswa termotivasi untuk melaksanakan ibadah shalat. Kami

para guru agama memberikan penghargaan kepada siswa dengan cara

memberi nilai tambah bagi siswa yang lengkap shalatnya dengan cara itu

siswa yang lain ikut termotivasi untuk melakukan shalat dengan tepat pada

waktunya.1

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan salah seorang

guru agama ada beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan guru agama dalam

upaya pembinaan pengamalan shalat siswa. Kegiatan ini memang dilakukan

oleh siswa, karena kegiatan tersebut telah diprogram oleh sekolah, dan

dibimbing oleh guru agama dalam pelaksanaannya di sekolah.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 27 januari

2009 di SMPN I Muara Labuh pada pelaksanaan shalat zhuhur berjamaah di

sekolah banyak siswa yang ikut melaksanakan shalat, tapi ada juga siswa yang

tidak ikut dalam pelaksaan shalat karena malas, bagi siswa yang ikut shalat

diambil absennya, absent itu digunakan untuk menilai siswa yang rajin

melaksanakan shalat, dan nilai tersebut ditambahkan ke nilai palajaran agama

siswa, absent diambil oleh guru agama di sekolah.2

Sebagaimana dijelaskan oleh guru agama bahwa:

Kegiatan yang kami berikan kepada siswa agar tetap melaksanakan


shalat, kami berupaya di sekolah dengan shalat zuhur berjama’ah,
memberikan cacatan agenda shalat, membaca al-qur’an, dan kultum
tujuh menit. Dimana dalam kegiatan tersebut kami memotivasi mereka

1
Afriyeni, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 23 Januari 2009
2
Observasi, 27 Januari 2009
3

melaksanakan shalat baik shalat zuhur bejama’ah di sekolah maupun


shalat di rumah3.

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan tersebut, guru agama

menjelaskan, di SMPN I Muara Labuh ada beberapa kegiatan yang dilakukan

siswa tetapi kegiatan ini telah direncanakan sebelumnya oleh guru agama

sebagai upaya pembinaan pengamalan shalat siswa. Berikut ini akan penulis

uraikan bentuk kegiatan tersebut secara ringkas.

1. Shalat zhuhur berjama’ah

Shalat zhuhur berjama’ah yang dilaksanakan di sekolah bertujuan

agar anak tetap melaksanakan shalat dan tidak meninggalkan shalat. Sebab

kalau sekolah tidak mengadakan shalat zhuhur berjama’ah di sekolah,

maka sepulang sekolah jarang mau melaksanakan shalat. Sebagaimana

yang dikatakan oleh kepala sekolah, beliau menyatakan bahwa:

Shalat berjama’ah ini dilaksanakan di sekolah sebagai bentuk


upaya agar anak tidak meninggalkan shalat, karena kalau shalat
tidak dilaksanakan di sekolah maka sebahagian siswa tidak lagi
melaksanakan shalat zhuhur. Karena kalau mereka shalat sepulang
sekolah di rumah mereka, sesampainya di rumah biasanya mereka
kecapekan dan langsung istirahat. Di sekolah ini setiap anak wajib
melaksanakan shalat zhuhur di sekolah kecuali siswi yang
berhalangan4

Hal ini juga didukung dengan observasi yang penulis lakukan di

lapangan tanggal 27 januari 2009 terlihat dengan jelas bahwa ketika waktu

shalat zhuhur telah masuk maka guru di lokal menyuruh siswanya yang

sudah ditunjuk untuk melaksanakan shalat pada hari itu, yaitu siapa yang

akan azan, siapa yang akan kultum sebelum shalat dilaksanakan, dan siapa

3
Syahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 22 Januari 2009
4
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
4

yang akan menjadi imam dalam pelaksanaan shalat tersebut dan siapa

yang akan membaca do’a.

2. Agenda shalat

Kegiatan agenda shalat ini diberikan guru agama kepada setiap

siswa dengan tujuan supaya siswa tetap melaksanakan shalat di rumah.

Catatan agenda shalat ini dibuat oleh setiap siswa yang mana setiap siswa

melakukan shalat di rumah diketahui oleh orang tua.

Dalam agenda shalat tersebut siswa diminta untuk menuliskan

shalat-shalat yang mereka lakukan dan menuliskan waktu dan jam berapa

mereka melakukan shalatnya. Catatan tersebut satu kali dalam seminggu di

serahkan kepada guru agama. Catatan agenda shalat siswa tersebut diparaf

dan dinilai oleh guru agama.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru

agama, beliau menyatakan sebagai berikut:

Dalam pembinaan pengamalan shalat siswa ini, kami tetap bisa

mengontrol shalat siswa tersebut dengan memberikan catatan agenda

shalat dan ini dibuat oleh setiap siswa, siswa menuliskan dalam agenda

shalat, yang mereka laksanakan di rumah5.

Hal ini tentu saja diketahui oleh orang tua mereka, dan orang tua

mereka harus menandatangani catatan agenda shalat anaknya sebagai bukti

bahwa anaknya tetap melaksanakan shalat lima waktu di rumah.

Dari wawancara yang penulis lakukan dengan salah seorang guru

agama di sekolah SMPN I Muara Labuh, dapat disimpulkan bahwa dalam


5
Afriyeni, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 23 Januari 2009
5

pembinaan pengamalan shalat dan pengontrolan shalat siswa di rumah

dengan menggunakan agenda shalat.

Hal ini ditambahkan pula oleh kepala sekolah beliau menyatakan

bahwa: “Catatan agenda shalat dikumpulkan satu kali dalam seminggu dan

diserahkan kepada guru agama di tandatangani dan diambil nilainya”.6

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di smpn I muara labuh

pada tanggal 28 januari 2009 dalam pembinaan pengamalan shalat, guru

agama telah berusaha melakukan pembinaan dan mengontrol shalat siswa

di sekolah dan di rumah dengan menggunakan buku agenda shalat, dan

siwa memberikan buku agenda tersebut kepada guru agama untuk di paraf

dan diberi nilai. Dari pengamatan penulis ada juga siswa yang tidak

mengumpulkan buku agenda shalat.

3. Muhadorah (Latihan pidato/ kultum)

Muhadhorah (Latihan pidato) adalah kegiatan untuk melatih siswa

menjadi mubaligh atau pidato yang menjadi ajaran Islam, kegiatan ini

dilakukan setiap hari jum’at pagi di lapangan atau di halaman sekolah.

Adapun yang menjadi penceramah adalah siswa kelas I ,II dan III secara

bergiliran proses giliran ini disusun oleh osis.

Sebagaimana wawancara penulis dengan kepala sekolah beliau

menyatakan bahwa:

6
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
6

Di sekolah kami sebagai guru agama sebelum melaksanakan shalat


berjama’ah di sekolah, kami melatih siswa agar mampu
memberikan kultum agama di hadapan guru-guru dan teman-
temannya yang berada di mushallah ketika itu, agar siswa terlatih
untuk tampil dan dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang didapatnya
selama dibangku pendidikan7

Jadi kata guru agama, guru telah berupaya untuk membina siswa

agar berpegang teguh kepada Al-qur’an dan sunnah Rasul, terutama dalam

membina pengamalan shalat siswa. Yaitu dengan cara melaksanakan shalat

zhuhur berjama’ah di sekolah, guru memberikan tugas kepada siswa

dengna cara bergiliran, dengan cara setiap lokal diminta utusannya untuk

memberikan kultum dengan bahasa Indonesia setiap harinya.

4. Membaca Al-Qur’an

Program membaca al-qur’an juga merupakan salah satu kegiatan di

smpn I muara labuh kabupaten solok selatan salah satu upaya dalam

pembinan pengamalan shalat siswa. Kegiatan ini langsung dibina oleh

guru agama yang bertujuan selain mendidik siswa pandai membaca al-

qur’an, yang sesuai dengan ilmu tajwidnya, juga sebagai pembinaaan

akhlak mereka dengan menjelaskan isi dan kandungannya yang terdapat

dalama al-qur’an.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru agama, beliau

menyatakan bahwa:

7
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh) 24 Januari 2009
7

Dengan kegiatan membaca Al-qur’an diharapkan bagi siswa lebih

mudah dibina untuk mengenalkan ajaran Islam, karena Al-qur’an itu

merupakan pedoman serta petunjuk bagi umat Islam8.

Berdasarkan pengamatan penulis dengan melakukan observasi di

lapangan pada tanggal 28 januari 2009, setiap pagi sebelum memulai

pelajaran siswa disuruh membaca al-qur’an bergantian sebanyak tiga

orang setiap harinya, kegiatan memebaca la-qur’an ini dipandu oleh guru

yang mengajar pada jam pertama.

Dari observasi di atas dapat dipahami, dalam membina pengamalan

shalat siswa, pihak sekolah telah berusaha sedemikian rupa demi

menjadikan siswa untuk selalu dekat dengan Allah dan ikhlas beramal

dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kiat-Kiat Guru Agama Dalam Membina Pengamalan Shalat Siswa

Penggunaan metode yang tepat dalam membina pengamalan shalat

siswa sangat penting, metode yang digunakan untuk pembinaan pengamalan

shalat siswa adalah metode tauladan, metode pembiasaan dan metode nasihat

yang dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa dengan baik dan mudah.

Kepala sekolah dan guru agama SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok

Selatan dalam membina pengamalan shalat siswa menggunakan berbagai

pendekatan dengan memakai metode dan penjelasannya, berdasarkan

wawancara penulis dengan salah seorang guru agama, beliau menyatakan

bahwa:

8
Syahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh) 22 Januari 2009
8

“Dalam membina pengamalan shalat siswa kami melakukan


pendekatan terhadap siswa dengan menggunakan metode caramah,
tanya jawab dan demonstrasi. Karena dengan metode tersebut kami
bisa langsung menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya ibadah
shalat, bagaimana cara berwudhuk yang benar, bagaimana bacaan
shalat yang benar dan bagaimana tatacara pelaksanaan shalat yang
benar, serta dengan metode demonstrasi kami bisa langsung
mencotohkan terhadap siswa baik kami sendiri yang manjadi sampel
atau salah seorang dari siswa. Dan jika ada kesalahan kami langsung
mengetahui dan menunjukan yang benarnya, meskipun masih ada
siswa yang kurang memperhatikan, namun setelah kami menyeruh
siswa mempraktekkan secara bergantian ke depan, boleh dikatakan
siswa itu sudah hampir sempurna pelaksanaan shalatnya, hanya
beberapa orang saja yang kurang sempurna baik dari segi bacaan
maupun dari segi pelaksanaannya”9

Dari hasil wawancara di atas, dapat dipahamai bahwa dalam

pembinaan pengamalan shalat siswa di SMPN I Muara Labuh guru agama

telah berupaya dengan menggunakan pendekatan dan metode, guru agama

tidak hanya menggunakan metode demonstrasi, tanya jawab dan ceramah, tapi

juga menggunakan metode ketauladanan, pembiasaan dan nasehat.

Hal ini sesuai dengan pengamatan penulis melalui observasi yang

penilis laukan pada tanggal 28 sampai tanggal 29 januari 2009, pengamatan

ini penulis lakukan pada waktu guru agama memberikan pelajaran pada siswa

dalam local dengan materi shalat, dalam penyampaian materi shalat, guru

agama mengunakan metode ceramah, Tanya jawab dan demontrsai dalam

peragaan shalat.

Dalam pembinaan pengamalan shalat siswa, seorang guru harus

mampu memotivasi para siswanya, sebagaimana wawancara penulis dengan

salah seorang guru agama yang menyatakan bahwa:

9
Syahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh) 22 Januari 2009
9

“Dalam membina pengamalan shalat siswa, sebagai guru agama


berupaya agar para siswa termotivasi untuk melaksanakan ibadah
shalat, kami selaku guru agama memberikan penghargaan kepada
siswa yang shalat lima waktunya lengkap dengan memberikan nilai
tambah pada mata pelajaran agama. Selain itu kami juga menyatakan
“ibu atau bapak do’akan semoga kamu menjadi hamba Allah yang
taat dan menjadi anak yang cerdas”10

Hal senada juga dinyatakan oleh kepala sekolah selaku pengawas

pelaksanaan akademik di sekolah, beliau menyatakan bahwa :

“Kami di SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan, telah


membina pengamalan shalat siswa dengan memberikan penjelasan
kepada siswa tentang pentingnya ibadah shalat dalam kehidupan kita
dan juga menyatakan bahwa shalat itu adalah tiang agama. Dan saya
selaku kepala sekolah saat pelaksaan dakwah jum’at dan saat upacara
bendera saya juga menyampaikan hal yang demikian, dan saya juga
menyempatkan diri untuk ikut shalat berjama’ah dengan siswa dan
kadang-kadang saya yang menjadi imam11.

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa di SMPN I

Muara Labuh memiliki 2 orang guru agama yang telah membina siswanya

untuk melaksanakan shalat, dimana semua guru ikut serta melaksanakan shalat

berjama’ah bersama siswanya, kadang-kadang mereka yang menjadi imam,

hal ini dilakukan sebagai pendekatan terhadap siswa dalam membina

pengamalan shalat.

Menurut kepala sekolah metode-metode yang digunakan guru agama

dalam memberikan materi ibadah shalat memberikan hasil yang cukup

memuaskan, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan shalat siswa yang sudah

memenuhi rukun dan syarat sah shalat, demikian juga penerapan metode-

metode shalat tersebut mampu memberikan semangat, motivasi dalam belajar

10
Afriyeni, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 23 Januari 2009
11
Neldison, wawancara pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
10

bagi siswa, sehingga kebosanan dapat diatasi dan siswa biasanya selalu

berpacu untuk tampil ke depan memperagakan kemampuan yang dimilkinya.

Dari beberapa metode yang digunakan oleh guru agama dalam memberikan

matreri tentang shalat, maka metode praktek ibadah yang paling efektif dan

berpengaruh bagi siswa, lagi pula dengan metode tersebut guru agama dapat

melihat hasil belajar yang dicapainya12

Banyak metode yang digunakan guru agama dalam membina

pengamalan shalat siswa di SMPN I Muara Labuh, adapun metode yang

digunakan guru agama dalam membina pengamalan shalat siswa di SMPN I

Muara Labuh ini adalah metode ketauladanan, metode nasehat dan metode

pembiasaan dan lain sebagainya.

1. Pembinaan dengan metode ketauladanan ( uswatun hasanah)

Pembinaan dalam bentuk ketauladanan ini merupakan hal yang sulit

dilakukan oleh seseorang, karena mencontoh atau meniru yang baik itu

susah sekali tetapi kalau meniru yang jelek ini sangat mudah sekali dan

digemari orang. Keteladanan atau uswatun hasanah ini akan dapat

membina dan membentuk watak dan kepribadian seseorang sesuai dengan

ajaran-ajaran agama Islam dan bertindak serta memutuskan sesuai dengan

norma-norma yang berlaku, maka yang pertama kali yang berbuat adalah

kepala sekolah dan guru agama.berdasarkan wawancara dengan kepala

sekolah SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan menyatakan

bahwa:

12
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
11

Dalam rangka membina pengamalan shalat siswa kepala sekolah


dan guru agama harus mengaplikasikan terlebih dahulu tatacara
pelaksanaan shalat, karena mereka akan menjadi contoh teladan
yang baik bagi siswa, semua tatacara shalat yang benar mulai dari
berwuduk saampai melaksanakan shalat yang dilakukan guru
agama akan menjadi teladan bagi siswa dalam melakukan
pengamalan shalatnya13

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa sebelum

menyuruh siswa untuk melakukan shalat, terlebih dahulu kepala sekolah

dan guru agama mengerjakan shalat, kemudian memberikan contoh bagi

siswanya dalam pelaksanaan shalat yang benar.

2. Pembinaan dengan metode nasehat

Nasehat pada dasarnya menyampaikan pesan dari sumbernya

kepada pihak yang memerlukannya, banyak dalam Al-qur’an berupa

nasehat dan cerita mengenai para Rasul atau Nabi terdahulu sebelum Nabi

Muhammad SAW yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran bagi

yang mendengarkan atau yang membacanya, agar meningktkan iman dan

takwa kepada Allah SWT.

Nasehat ini merupakan bentuk pembinaan yang sngat sakral dalam

membentuk kepribadian seseorang terutama dalam pembinaan pengamalan

shalat siswa, nasehat dan pengajaran ini sering diberikan ketika siswa

bercanda dalam shalat, lalai dalam shalat dan bermain-main dalam shalat.

Seiring dengan persoalan di atas seorang guru agama

menambahkan bahwa:

13
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh) 24 Januari 2009
12

Nasehat ini langsung diberikan kepada siswa yang berbuat salah


dan melalaikan kewajiban, apabila ditunggu waktu lain untuk
menasehatinya atau tidak ada pada saat itu juga, maka mengalami
kelupaan baik pada siswa maupun guru agama, dan siswa tentu
akan berbuat kesalahan yang serupa lagi14

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa metode nasehat

ini langsung diberikan ketika siswa berbuat salah atau menantang apa yang

diajarkan oleh kepala sekolah dan guru agama dengan tujuan supaya siswa

tidak membuat kesalahan yang serupa lagi.

3. Pembinaan dengan metode pembiasaan

Pembinaan dengan bentuk pembiasaan ini merupakan tindak lanjut

dari pembinaan dalam bentuk nasehat karena nasehat yang diberikan tanpa

pembiasaan sesuatu hal atau perbuatan maka nasehat tyersebut tidak akan

berarti apa-apa hal ini dinyatakan oleh kepala sekolah SMPN I Muara

Labuh, beliau menyatakan bahwa:Nasehat yang diberikan kepada siswa

tanpa diiringi dengan pembiasaan, maka pembinaan tidak akan

membuahkan hasil seperti ketika siswa sering bercanda dalam shalat, lalu

diberi nasehat pada waktu itu, maka dengan adanya nasehat tersebut

mereka terbiasa untuk tidak bercanda dalam shalat lagi15

C. Kondisi Pengamalan Shalat Siswa Di Sekolah

Dengan adanya usaha yang maksimal dan keseriusan kepala sekolah

dan guru agama serta dibantu oleh majelis guru lainnya dalam upaya

pembinaan pengamalan shalat siswa saat ini telah terlihat ini kemajuan yang

14
Syahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 22 Januari 2009
15
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
13

cukup berarti dalam pengamalan shalat siswa. Rata-rata siswa sudah dapat

melaksanakan shalat dengan baik, mulai dari bacaan, rukuk dan sujud,

ketertiban dan juga kedisiplinan waktu. Dilihat dari tatacara pelaksanaan

shalat siswa secara umum, kemampuan yang dimiliki siswa hampir merata.

Kemajuan pelaksanaan pengamaln shalat siswa SMPN I Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan ini masih perlu dibina agar lebih baik lagi di masa

mendatang

Pelaksanaan pengamalan shalat secara baik dan sempurna jelas

memberikan dampak yang baik bagi perkembangan mental dan intelektual

siswa, kedisplinan dalam shalat akan memberi pengaruh dalam kedisiplinan

belajar, sesungguhnya dalam shalat juga berdampak kepada keseriusan dalam

belajarn demikian seterusnya. Hal ini dapat terlihat dari proses belajar

mengajar siswa di SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan. Menurut

pengakuan kepala sekolah, bahwa semenjak dilakukan upaya pembinaan

pengamaln shalat siswa di sekolah, telah berdampak positif terhadap kegiatan

belajar mengajar di sekolah, kesadaran dan tanggung jawab siswa sebagai

pelajar tercermin dalam berperilaku sehari-hari16

Kisi-Kisi Observasi

Format observasi disajikan dalam bentuk table yang diberi ceklis

dengan menggunakan kisi-kisi obsevasi, kemudian diinterprestasikan sesuai

dengan criteria yang susdah ditentukan yang menjadi objek dalam penelitian

16
Neldison, Wawancara Pribad, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
14

ini adalah Kepala sekolah, guru agama dan siswa. Adapun yang akan penulis

observasi dalam penelitian ini adalah seputar upaya guru agama dalam

membina pengamalan shalat siswa SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok

Selatan.

Sebagai pedoman observasi data yang diperoleh melalui observasi

digunakan criteria sebagai berikut:

1. 4,50-5,00= Baik sekali

2. 3,45-4,49= Baik

3. 2,50-300= Cukup/sedang

4. 1,45-2,49= Kurang

5. <1,50 = Kurang sekali

Table I
Kondisi pengamalan shalat siswa di sekolah
No Aspek yang diobservasi Rincian Penilaian
Kemampuan siswa a. Bacaan
1 2 3 4 5
menjalankan shalat
Lafaz niat √
Takbir √
Doa iftitah surat al-

fatihah
Surat pendek √
Bacaan tasbih
tuma’ninah rukuk dan √
sujud
Doa tasyahud √
Salam penutup √
15

b. Perbuatan
Berdiri yang betul √
Mengangkat tangan

pada waktu takbir
Melipat tangan di atas

pusar
Rukuk √
Sujud √
Duduk diantara dua

sujud
Duduk tasyahud √
Duduk tawaru’ √
Memalingkan Kepala

pada waktu salam

2 Shalat di sekolah Penyajian materi shalat √


Waktu materi shalat √
Menghafal lafaz shalat √
Praktek ibadah √
Evaluasi pengamalan √

3 Shalat berjama’ah di Zuhur



sekolah

Interpretasi Data

Data dalam tabel ini berkenaan dengan kemampuan siswa dalam

melaksanakan ibadah shalat, aspek yang penulis observasi adalah kemampuan

siswa dalam melaksanakan shalat, diawali dari segi bacaan-bacaan dalam

shalat, yaitu lafaz niat, rata-rata siswa mampu membaca niat shalat dengan

baik untuk itu mendapat nilai 2, untuk takbiratur ihram (takbir pembuka) siwa

melafalkannya dengan baik dan mengangkat tangan dengan benar, maka

mendapat nilai 2, dalam membaca do’a iftitah siswa mampu membacanya


16

dengan baik, maka siswa mendapatkan nilai 2, dan bacaan surut al-fatihahnya

juga bagus, maka siswa dapat nilai 2, demikian juga bacaan ayat pendek,

siswa membacanya dengan baik, maka mendapat nilai 2, untuk bacaan tasbih

dan tuma’ninah siswa mampu membacanya dengan baik, maka nilai yang

didapatkan siswa 2, dalam membaca do’a I’tidal dan duduk diantara dua sujud

siswa dapat membacanya dengan baik, maka mendapatkan nilai 2, untuk

bacaan tasyahud siswa mendapat nilai 2 karena mampu membacanya dengan

baik, untuk bacaan salam siswa mendapatkan nilai 2 karena dapat

melakukannya dengan baik.

Dari segi perbuatan dalam shalat, penulis lihat dari cara mereka berdiri

betul sebelum shalat, mereka dapat melakukannya dengan baik, maka

mendapatkan nilai 2, untuk mengangkat tangan ketika takbir, siswa

melalakukannya cukup baik, maka mendapat nilai 2, demikian juga halnya

melipat tangan di atas pusar, siswa melakukannya cukup baik, maka mendapat

nilai 2, adapun pada waktu rukuk dan sujud masih ada kekurangan atau

kurang tepat, namun kesalahan tersebut tidak terlalu fatal, maka siswa

mendapatkan nilai 2, dalam melakukan I’tidal rata-rata siswa melakukannya

dengan baik maka mendapat nilai 2, untuk duduk antara dua sujud siswa

mendapat nilai 2, karena melakukannya dengan baik, pada duduk tasyahud

siswa mendapat nilai 2, karena siswa melakukanya dengan cukup baik, untuk

melakukan memalingkan wajah ke kiri dan ke kanan siswa juga mendapat

nilai 2.
17

Adapun mengenai penyajian meteri tentang shalat dinilai baik dan

dapat point 2, sedangkan untuk waktu penyajiannya mendapat point 2, untuk

hafalan lafaz shlat mendapat point 2, mengenai praktek ibadah dinilai cukup

baik mendapat point 2, tentang hasil pelaksanaan shalat juga mendapat point

2, dalam kegiata shalat siswa di sekolah hanya shalat zhuhur yang bisa

dilaksanakan karena waktu belajar di sekolah terbatas

Berdasarkan pengamatan penulis melalui observasi pada siswa SMPN

I Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan melaksanakan shalat bejamaah di

sekolah, terlihat bahwa kondisi pengamalan shalat siswa di SMPN I Muara

Labuh saat ini sudah cukup bagus. Hal ini juga disampaikan oleh guru agama

bahwa hari ke hari terlihat kemajuan dalam pelaksanaan shalat siswa,

kemajuan tersebut dapat dilihat pada tatacara siswa shalat.

Observasi yang penulis lakukan diawali dari tempat berwudhuk, dari

beberapa orang siswa penulis amati, terlihat bahwa tatacara berwudhuk siswa

sudah sesuai dengan rukun dan syaratnya. Namun masih ada siswa yang

wudhuknya asal-asalan, setelah selesai berwudhuk siswa langsung masuk

mushallah dan duduk pada saf yang susdah disediakan.

Untuk memimpin shalat berjamaah, telah diatur oleh guru agama mulai

dari muazzin (orang yang azan), imam dan yang akan membaca do’a selesai

shalat. Bagi muazzin apabila waktu shalat telah masuk langsung

mengumandangkan azan, pada waktu muazzin mengumandangkan azan,

penulis lihat hampir tidak ada siswa yang menjawab azan tersebut, sementara

dalam materi yang diajarkan oleh guru agama, bahwa sunnat hukumnya
18

menjawab azan dan bagi yang baru datang saat azan dikumandangkan maka

disunatkan berdiri sampai azan selesai.

Pada saat shalat berjamaah akan dimulai, imam dan makmum terlihat

komat kamid membaca lafaz niat, semua siswa dapat bembaca lafaz-lafaz

dalam pelaksanaan shalat dengan benar yang dimulai dari niat sampai dengan

salam. Dan gerakan dalam shalat siswa sudah baik dan sempurna.17

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, dapat dipahami bahwa

semua siswa dapat melaksanakan shalat sesuai dengan syarat dan rukun shalat,

walaupun pada beberapa bagian masih ada pelaksanaan shalatnya yang kurang

sempurna18.

Untuk mengetahui bacaan shalat siswa, penulis telah mengikuti

kegiatan praktek ibadah, pada saat mengikuti kegiatan praktek ibadah tersebut

penulis dapat menilai kemampuan bacaan nilai shalat siswa.demikian juga

dengan kondisi shalat berjamaah di sekolah secara keseluruhan telah berjalan

dengan baik, siswa rata-rata mengikuti kegiatan tersebut dengan senang hati

sembari penyegaran kondisi fisik mereka yang telah menerima materi

pelajaran sejak pagi. Sungguh demikian, pengamalan shalat siswa di sekolah

saat ini masih perlu dibina agar lebih baik dan sempurna. Perbaikan perlu

dilakukan pada kedisiplinan siswa, rasa tanggung jawab, ketertiban dan

kesungguhan siswa dalam melaksanakan ibadah wajib tersebut. Sebab saat ini

masih terdapat beberapa kekurangan dan sekaligus menjadi kendala pada

17
Observasi 27 Januari 2009
18
Observasi 27 Januari 2009
19

waktu pelaksanaan shalat berjamaah di sekolah, seprti adanya siswa yang

bercanda dan bergurau dalam shalat.

Menyadari begitu banyak hambatan yang ditemukan oleh guru agama

dan kepala sekolah dalam melaksanakan ibadah shalat siswa di sekolah. Maka

guru agama dan kepala sekolah telah menyusun berbagai strategi yang dapat

mengatasi kendala tersebut. Strategi yang sering digunakan kepala sekolah

dan guru agama antara lain melakukan pengontrolan pada waktu pelaksanaan

pengamalan shalat zhuhur berjamaah di sekolah, memberi motivasi dan

rangsangan bagi siswa agar terus berpacu dalam memperbaiki dan

meningkatkan pengamalan shalat siswa, rangsangan tersebut dilakukannya

berbentuk pujian, memberikan semangat bahkan memberi hadiah sperti dalam

perlombaan, memberi nasehat dan dan memberikan teguran dan melakukan

kerja sama dengan orang tua dalam mengawasi pengamalan shalat siswa di

rumah.

Menurut pantauan penulis, strategi yang diterapkan oleh kepala

sekolah dan guru agama dalam upaya pembinaan pengamalan shalat siswa

tersebut cukup bagus dan dinilai telah berhasil membuat siswa termotivasi

untuk mendirikan shalat baik di rumah maupun di sekolah. Kedepannya

menurut kepala sekolah akan terus kembangkan strategi bagaimana upaya

siswa mau dan mampu mendirikan shalat tampa disuruh dan tampa diawasi

mereka diharapkan mendirikan shalat atas kemauan sendiri dan memilki

kesadarana bahwa shalat tersebut disamping kewajiaban bagi setiap individu


20

muslim yang sudah baligh, barakal juga merupakan kebutuhan jiwa manusia

untuk takwa kepada Allh SWT.

D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Guru Agama Dalam Membina

Pengamalan Shalat Siswa

Setiap niat dan usaha yang baik selalu membutuhka pengorbanan,

sebab dalam pelaksanaannya selalu ada kendala-kendala yang merintangi.

Demikian juga dalam upaya pembinaan pengamalan shalat siswa di SMPN I

Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan. Sebagaimana penuturan kepala

sekolah bahwa yang menjadi kendala dalam membina pengamalan shalat

siswa antara lain adalah rasa malas yang masih mempengaruhi sebahagian

siswa untuk mendirikan shalat, disamping itu ditemukan juga kendala ada

sebahagian siswa yang bergurau dan bercanda dalam pelaksanaan shalat kalau

tidak diawasi oleh guru, siswa juga biasanya lalai dan sering menghabiskan

waktu di tempat berwhuduk, dan ketika orang sudah mulai shalat mereka baru

terburu-buru masuk kedalam mushallah19

Dalam membina pengamalan shalat siswa di SMPN I Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan yang dilakukan oleh guru agama dan semua unsur

sekolah dengan berbagai usaha dan kegiatan mereka juga menemui kendala.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru

agama , beliau menyatakan bahwa:

19
Neldison, Wawancara Pribadi,(Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
21

“Dalam membina pengamalan shalat siswa kami kesulitan pada waktu

menyuruh siswa melaksanakan shalat zhuhur berjama’ah, ini

disebabkan karena waktu pelajaran berbenturan dengan jadwal shalat

zhuhur berjama’ah tidak dapat dilakukan awal waktu.20

Selain masalah waktu shalat yang berbenturan dengan jam pelajaran,

kendala lain yang ditemui oleh guru agama adalah kurangnya dukungan dari

orang tua siswa. Dimana sebahagian orang tua siswa SMPN I Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan masih beranggapan bahwa tugas pembinaan

pengamalan shalat itu hanya semata-mata tugas guru agama atau pihak

sekolah saja, sedangkan di rumah orang tua kurang memperhatikan dan

mengontrol ibadah shalat siswa.

Sebagaimana yang diungkapkan salah seorang guru agama, beliau

menyatakan bahwa:

Dalam pembinaan pengamalan shalat siswa baik guru agama maupun


pihak sekolah telah melakukan berbagai usaha salah satunya agenda
shalat sebagai pengontrol shalat siswa di rumah. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya hasil yang didapat tidak seperti yang diharapkan
contohnya siswa yang disuruh mengumpulkan catatan agenda shalat
ternyata masih banayk diantara mereka yang tidak mengumpulkan dan
ada juga agenda shalat mereka tersebut yang tidak ditandatangani oleh
orang tuanya, malahan siswa itu sendiri yang menandatangani21

Hal senada juga ditambahkan oleh salah seorang guru agama, beliau

menyatakan bahwa : Sewaktu kami bertanya kepada salah seorang siswa

20
Syahriwal, Wawancara Pribadi,(Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 22 Januari 2009
21
Guru agam dan kepala sekolah, Wawncara, (di SMPN I Muara Labuh), 27 Januari 2009
22

mengapa kamu tidak shalat? Mereka menjawab: saya shalat di rumah jarang

dikontrol oleh orang tua, karena orang tua saya jarang di rumah, mereka sibuk

bekerja bahkan pulang ke rumah sudah malam, jadi tidak ada yang mengontrol

saya22

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang guru agama,

beliau menyatakan bahwa:

“Kami dalam membina pengamalan shalat siswa banyak menemui


kendala-kendala diantaranya masih banyak siswa yang belum disiplin
baik dari segi waktu pelaksanaan yang berbenturan dengan jam
pelajaran, cara berwudhuk dan cara pelaksanaan shalat itu sendiri
bahkan ada juga dari siswa-siswa tersebut yang bacaan shalatnya
masih kuarang sempurna juga gerak-gerakannya, itu pun terdapat pada
siswa yang lemah kemampunnya juga kurang motivasinya untuk
belajar yang sifatnya hanya acuh-tak acuh23

Itu dapat terlihat dari observasi yang penulis lakukan pada waktu

istirahat, guru piket mengumumkan untuk segera melaksanakan shalat

sebagian mereka itu acuh tak acuh saja, tapi bagi siswa yang tahu

kewajibannya mereka langsung mengambil wudhuk24.

Meskipun awalnya sudah ditunjuk lokal yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan shalat pada hari itu, namun masih ada diantara siswa

tersebut yang enggan atau malas untuk melaksanakan shalat zhuhur dengan

berbagai macam alasan dan dalam pelaksanaan shalat tersebut masih ada juga

diantara siswa yang tidak serius melaksanakan shalat, ketika shalat

berlangsung, mereka ada juga yang bercanada dengan teman disampingnya

22
Syahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 22 Januari 2009
23
Afriyeni, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 23 Januari 2009
24
Observasi 29 Januari 2009
23

bahkan ada yang tertawa diantara mereka ada juga gerakan shalatnya asal-

asalan saja.

Hal senada juga ditambahkan salah seorang guru agama, beliau

menyatakan bahwa:

Ketika waktu shalat telah masuk masih ada diantara siswa kami yang
malas melaksanakan shalat dan begitu juga ketika shalat berlangsung
mereka da juga yang tidak serius seperti bercanda dengan teman
disampingnya sambil tertawa. Hal ini tentu mengganggu
ketenangannya dan teman-temannya yang lain yang juga
melaksanakan shalat begitupun shalat mereka masih ada yang belum
sempurna dan asal-asalan saja25.

Hal ini juga didukung dengan observasi yang penulis lakukan di

lapangan terlihat bahwa dalam pelaksanaan shalat tersebut masih ada yang

bercanda dan tertawa dengan teman disampingnya. Disini terlihat dengan jelas

bahwa mereka masih belum memahami akan pentingnya shalat tersebut dan

gerek-gerakan shalat mereka masih banyak yang belum sempurna dan terlihat

asal-asalan. Disini penulis juga melihat masih ada diantara siswa tersebut yang

enggan atau malas melaksanakan shalat, ketika shalat berlangsung diantara

siswa laki-laki masih ada yang berkeliaran dan duduk di warung di sekitar

sekolah sambil berbelanja, sedangkan siswi duduk di lokal mereka sambil

bercerita dan makan kue26.

Dari hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru agama dan

kepala sekolah dapat disimpulkan bahwa banyak kendala-kendala yang

mereka temui dalam pembinaan pengamalan shalat siswa, baik dari siswa itu

sendiri maupun di luar diri siswa itu sendiri. Adapun dari siswa itu sendiri

25
Afriyeni, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 23 Januari 2009
26
Observasi 29 Januari 2009
24

mereka sering meninggalkan shalat karena malas, bercanda-canada dengan

teman pada waktu pelaksanaan shalat, cara berwudhuk, dan cara pelaksanaan

shalat yang kerang sempurna, serta acuh-tak acuh apabila waktu shalat telah

masuk. Sedangkan dari luar diri siswa itu sendiri adalah masalah waktu shalat

yang berbenturan dengan jam pelajaran, kurangnya pengontrolan yang

dilakukan orang tua dan fasilitas yang ada belum memadai.

E. Usaha Guru Agama Dalam Mengatasi Kendala-Kendala Membina

Pengamalan Ibadah Shalat Siswa

Kepala sekolah dan guru agama berusaha meminimalisir kendala-

kendala tersebut melalui cara yang bijaksana. Contohnya bagi siswa yang suka

malas akan diberi tugas sebagai muazzin dan lain sebagainya. Demikian juga

bagi mereka yang suka bercanda dalam shalat yang akan ditempatkan pada saf

terdepan, bagi suka yang lalai di tempat wudhuk ditugaskan beberapa orang

guru mengawasi. Dan yang lebih penting lagi melibatkan orang tua siswa

untuk mengawasi pengamalan shalat siswa di rumah.

Adapun mengatasi waktu shalat zhuhur yang berbenturan dengan jam

pelajaran, para guru memberikan solusi sebagaimana yang di unggkapkan oleh

guru agama beliau menganjurkan bahwa :

Kami tetap memerintahkan siswa shalat berjamaah setelah selesai,


siswa langsung disuruh masuk kelas dan melanjutkan pelajaran.
Menurut mereka waktu istirahat shalat tidak mungkin dirubah dan
disesuaikan dengan jadwal shalat zhuhur.sebab kalau waktu belajar
dirubahdan disesuaikan dengan jadwal shalat tentu waktu masuk
belajar jam pertama pun berubah27.

27
Syahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 22 Januari 2009
25

Tentang cara berwudhuk yang tidak sempurna, guru agama berupaya

kembali membimbing siswanya dalam mengajarkan tatacara berwudhuk,

bacaan shalat dan tatacara pelakasaan shalat bagi siswa yang kurang sempurna

dari apa yang mereka lakukan itupun diajarkan pada jam belajar berlangsung.

Dan untuk mengatasi siswa yang shalatnya kurang lengkap dan tidak shalat,

guru agama memberikan hukuman dengan memanggil orang tua ke sekolah.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru agama, beliau

menyatakan bahwa:

Dalam mengatasi kendala pemebinaan pengamalan shalat siswa, kami


menanyakan kepada orang tua siswa kenapa anaknya tidak mau
melaksanakan shalat. Sebahagian orang tua menjawab kami
menyuruhnya shalat di rumah tapi tidak diacuhkan dan sebahagian lagi
orang tua menjawab memang saya kurang mengontrol shalat anak saya
di rumah karena kesibukan saya sama pekerjaan. Dan sebahagian ada
orang tua yang mengusulkan untuk menggunakan agenda shalat. Kami
selaku guru agama memesankan kepada orang tua tersebut supaya
lebih mengontrol anaknya dalam melaksanakan ibadah shalat, karena
itu penting28.

Selain pembinaan pengamalan shalat di sekolah SMPN I Muara Labuh

Kabupaten Solok Selatan juga melakukan pembinaan pengamalan shalat di

rumah, dilakukan dengan memberikan cacatan agenda shalat kepada siswa.

Cacatan agenda shalat ini dibuat oleh setiap siswa yang berisi tentang shalat

yang mereka kerjakan di rumah dan ditandatangani oleh orang tua mereka

sebagai bukti bahwa mereka tetap melaksanakan shalat. melalui catatan

agenda shalat guru bisa mengontrol dan mengetahui apakah siswa tetap

melaksanakan shalat atau tidak, sebagaima yang dikemukakan oleh kepala

sekolah, beliau menyatakan bahawa:


28
Afriyeni, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 23 Januari 2009
26

Saya sebagai kepala sekolah mengadakan pembinaan pengamalan


shalat siswa, pembinaan yang kami lakukan tidak hanya di sekolah
tetapi juga pembinaan di rumah. Kalau pembinaan yang kami lakukan
di sekolah kami bisa mengontrol langsung, namun pembinaan
pengamalan shalat di rumah kami dapat mengontrol secara langsung
dengan bekerja sama dengan orang tua siswa melalui catatan agenda
shalat. Melalui agenda shalat inilah kami mengetahui dan mengontrol
shalat yang dikerjakan siswa di rumah tentu saja sepengetahuan orang
tua mereka29

Walaupun siswa telah mempunyai agenda shalat masing-masing,

namun masih ada diantara mereka yang tidak menuliskan kegiatan shalat yang

dikerjakan di rumah. Begitu juga ketika tiba waktunya untuk mengumpulkan

catatan agenda shalat tersebut masih ada diantara siswa yang tidak

mengumpulkan, sebagaimana yang diungkapakan oleh salah seorang guru

agama, beliau menyatakan bahwa: walaupun kami sudah memberikan catatan

agenda shalat sebagai salah satu upaya membina pengamalan shalat siswa

yang dikarjakan di rumah namun ketika tiba waktu untuk mengumpulkan

catatan agenda shalat tersebut masih ada diantara siswa yang tidak

mengumpulkannya30

Kendala-kendala yang ditenui dalam pembinaaan pengamalan shalat

siswa tersebut telah mengganggu pekalaksnaan pengamalan ibadah shalat

siswa di sekolah, siswa yang lain pun terpengaruh dan terganggu ketenangan

beribadah. Menurut kepala sekolah hal itu harus segera diatasi sebelum

berdampak lebih luas, langkah awal yang ditempuhm kepala sekolah adalah

29
Neldison, Wawancara Pribadi,(Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
30
Shahriwal, Wawancara Pribadi, (Guru Agama di SMPN I Muara Labuh), 22 Januari 2009
27

dengan memberikan teguran kepada siswa yang bermasalah, memberikan

sangsi bahkan bisa tingkat panggilan orang tua siswa31

Bagi siswa yang tidak mengikuti program yang telah ditetapkan oleh

kepala sekolah tersebut dikenai sanksi atau hukuman yang dapat membuat

efek jera kepada siswa, seprti siswa disuruh membersihkan perkarangan

sekolah, didenda dan terakhir akan dipanggil orang tuanya.

Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 29 januari 2009, setelah

pelaksanaan shalat selesai ada siswa yang ketahuan oleh Kepala sekolah dan

guru agama tidak melaksanakan shalat, dan juga tidak mengumpulkan cacatan

agenda shalat, maka mereka di hukum dengan memberikan teguran dan

diberikan sangsi dengan hukuman membersihkan mushallah dan

perkarangannya, serta meanggil orang tua siswa32.

Demikianlah solusi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru

agama dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya

membina pengamalan shalat siswa di SMPN I Muara Labuh Kabupaten Solok

Selatan.

31
Neldison, Wawancara Pribadi, (Kepala Sekolah di SMPN I Muara Labuh), 24 Januari 2009
32
29 Januari 2009
28

Anda mungkin juga menyukai